Bisa denger dua orang ini ngobrol sampe kering ludahnya. Ini mungkin episod terbaik dr 4-5 podcast Mas Bagus yg saya konsumsi. Jelas banget Mas Bagus ikut tumbuh dengan podcastnya. Btw, sepertinya orang2 ga mslh kok jika ada terselip sedikit atau banyak bhs asing di dlm podcast jika msh gk nyaman hanya berbicara dgn satu bahasa. Code switching gk seharam itu, gk semua yg nonton itu Uda Ivan. Salut sekali utk kedalaman pemikiran Hilmar Farid dan kemampuannya membahasakannya dengan relatif sederhana adalah buktinya, sekaligus bukti potensi yg inheren di jati Bhs Indonesia.
Never thought that history and linguistic study can be this interesting. Prof Hilmar is so articulate in his expertise and I just cannot stop listen to his story, even at 12am
Amazing, very thanks Prof, because you have invited special one who focus in Culture and Historical Exploration. I got a lot of inside about my identity especially my language. We need more knowledges to understand our origin. 😇😇😇 we need more Prof
Sukses selalu, Prof. Hilmar Farid. Selalu sukses ya, pak di masa depan. Titip pesan jangan lupa selesaikan urusan repatriasi museum bersama menteri yang baru ya, pak. 🙏
Saya bangga dengan para pemuda yang telah menyatakan jati diri dalam berbangsa dan bernegara, Visi yang sangat visionet jauh melampaui keadaan pada jamannya. Mereka bercita cita membentuk negara yang bertanah air satu tanah dir Indonesia, berbangsa satu bangsa indonesia , berbahasa sayu bahasa Indonesia. Di begara lain tidak ada.Sanfat sangat sangat hebat jangkauan daya nalar mereka, pemuda yang berkongres pada sumpah pemuda itu menyebut negara mereka Indonesia. Trimakasih. Semoga mereja yang sudah kembali kepangkuan TUHAN Khusnul khotimah. Amin.
Faktanya bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan dari banyaknya berbagai bahasa daerah di indonesia, jgn buat pelik bangsa ini utk masalah bahasa yg memang begitu beragam
Harus saya tambah, bahwa penggunaan bahasa melayu pasar itu sudah berakar di seluruh pesisir nusantara secara alami. Bahkan Ma Huan pada abad 16 menggunakan istilah-istilah yang dipergunakan tionghoa di pesisir utara Jawa berbahasa Melayu. Bahkan Ma Huan menggambarkan bahasa pemain wayang sebagai 'berbahasa asing', yakni bukan bahasa pesisir. Kemudian kita juga bisa merujuk kepada surat korespondensi antara VOC dengan raja-raja Jawa dengan bahasa Melayu ditulis dalam aksara Jawa. Harus dimengerti bahwa, bahasa Melayu pasar adalah bahasa 'thalassa'/perairan nusantara. Saya tidak menyangkal agenda Belanda dalam Balai Pustaka, tetapi Melayu-isasi asalnya itu bukan hanya rancangan penjajah belaka. Bapak Hilmar pernah menggunakan bahasa Indonesia sebagai argumen menentang polemik Jawanisasi, tetapi Bahasa Jawa pra abad 20 sama sekali bukan lingua franca perairan nusantara.
Perspektif sejarah seharusnya lah melintasi ilmu, sains dan anasir ruang waktu kebudayaan.. seperti relasi penciptaan; manusia - semesta - Sang Maha Segala.. Kajian ini mesti berjalan sepanjang hayat untuk peningkatan harkat adab kesejahteraan hidup.. Dari podcast seperti inilah kita sadar sepenuhnya gugus kepulauan Nuswantara sungguh realitasnya telah digiring/terjajah ke titik pikiran nadir dan terbelah...
Gila..repositori pengetahuan dan wawasan tentang kebudayaan yang ada di kepala Hilmar Farid luar biasa banget. Orang seperti Hilmar ini yang seharusnya jadi menteri kebudayaan.
Salam, semoga Bapak Bagus dan Bapak Hilman diberikan senantiasa kebaikan dan kesehatan. Saya dan kawan-kawan dari pendaftar BPI Batch 1 2024 skema Pelaku Budaya terutama di jenjang S3 tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa dan kesempatan mengabdi pada kebudayaan Indonesia. Beberapa kampus seni di Indonesia terkonfirmasi tidak ada yang lolos skema Pelaku Budaya, semoga sedikit untaian kata ini bisa di baca dan ada sedikit angin tenang pun segar bagi kami yang ingin mengabdikan diri pada bangsa Indonesia melalui budaya. Rahayu.
Jauh sebelum Belanda hadir di Nusantara, bahkan Portugis belum datang ke Malaka, Bahasa Melayu telah menjadi lingua franca. Tanpa merendahkan bahasa lain, kita perlu menempatkan takzim dan terima kasih atas Bahasa Melayu sebagai bahasa pasar/dagang. Bahkan Bahasa Melayu juga menjadi Bahasa Ilmu, saat itu Bahasa Melayu menjadi bahasa yang digunakan untuk tulisan di kitab-kitab syarah keagamaan. Bahkan, ulama-ulama (baca: orang berilmu) pun bersahut-sahutan, mensyarahkan kitab yang satu dengan syarah yang lain, oleh ulama di pulau yang lain. Mereka pakai bahasa apa? Melayu! Bahasa ini pun memang berutang banyak kosakata dari bahasa lain, termasuk bahasa daerah di nusantara dan bahasa Arab, Persia, bahkan India. Bahasa Indonesia, tidaklah bisa memutus hubungan nasabnya dengan bahasa Melayu. Bahasa ini tidak lahir di ruang hampa. Tidak tiba-tiba. Tapi anehnya, bagi kami di Sumatera atau Kalimantan, saat berbahasa Melayu, orang-orang bersumbu pendek suka menghujat penutur bahasa Melayu, bahasa induk dari bahasa Indonesia. Hanya di republik ini lah, penutur bahasa Melayu dapat merasakan menjadi mayoritas dan minoritas di saat yang bersamaan. Tabik.
Org2 yg gk tau sejarah peran bahasa Melayu adalah manifestasi kegoblokan pangkat 2. Yg gua pernah baca, bhs Melayu jg mendapat diskriminasi dr ilmuwan Belanda masa penjajahan, bkn karena rendah, tp krn bisa jd alat untuk berfikir saintifik. Dengan tujuan menjajah dan mendegradasi alam pikir masyarakat Indonesia masa depan, mereka memarjinalkan bahasa melayu. Sampailah kita terperosok ke dalam jurang yg bernama bahasa Indonesia, terputus dgn alam pikir, ilmu, dan budaya leluhur asli Indonesia karena sudah tdk mampu lg mengakses naskah2 melayu. Nasi tlh jd bubur.
mungkin opini saya bahasa asal itu terkadang agak direndahkan gk tau kenapa, contoh : 1.bahasa inggris di negara inggris/britania raya kadang aksennya dijadiin candaan oleh orang Amerika Serikat 2.bahasa jawa ngapak terkadang juga orang ngapak merasa malu berbahasa ngapak padahal bahasa jawa ngapak adalah bahasa yang sangat dekat dengan jawa kuno beda dengan bahasa jawa mataraman dan lain lain 3.bahasa sunda banten padahal asal bahasa sunda awal berbeda dengan bahasa sunda priangan tapi ya kadang bahasa sunda banten terkadang terbilang kasar
sebagai non melayu, secara politikal bahasa melayu telah merasuk dan mengantikan bahasa ibu, Tapi sebagai sebuah peradaban Melayu memiliki peradaban tidak kokoh, kita tidak tau kenapa harus berbahasa melayu selain itu bagian kesepakatan pendiri bangsa. jika bahasa itu bergerak. maka bahasa asli dari waktu kewaktu akan teras asing, dan itu bukan saja di rasakan bahasa melayu, di jawapun bahasa banten, ngapak atau oseng mengalami penurunan "rasa bahasa"
Terimakasih pak @Bagus Muljadi sudah menghadirkan podcast yang menutrisi otak saya. Mendengarkan ini jauh di pelosok kaltim, di kecamatan Muara Bengkal.
saya selalu berpikir, ketika kita belajar suatu bahasa. maka kita akan merasuki alam pikiran kita dengan filosofi, budaya, politik, sense of humor, dan segala cara berpikir dari peradaban yg dilewati bahasa tersebut. linguistic akan selalu menarik apapun bahasanya.
Sebagai awardee Beasiswa Pelaku Budaya, saya merasa sangat terbantu. Di era kepemimpinan Pak Hilmar, pelaku budaya sungguh mendapat perhatian yang sentral. Selain itu, dunia kebudayaan telah mengalami banyak sekali perubahan-perubahan signifikan yang progresif. Terima kasih pak..
Diskusi yang sangat bermakna dan patut didengar pemimpin indonesia untuk menjadi gerakan nasional membangun kebudayaan yang beretika dan membangkitkan semangat bersama untuk mencapai indonesia maju, bukan hanya memperkaya diri sendiri dan golongan
mas Bagus, sekedar nambah khazanah. Kebudaya'an itu PRODUSEN, atau dalam frasa "generik" : Kebudaya'an adalah SESUATU yang menghasilkan SESUATU. Jadi, ada kebudaya'an, ada PRODUK kebudaya'an. Produk kebudaya'an banyak, misalnya bahasa, agama, piring, kuliner, science, hukum, kedokteran, tata-cara sex, filsafat, dan banyak lagi. Beda-kan, antara kebudaya'an (produsen), dan produk kebudaya'an. Kebudaya'an wujudnya semacam "nebula" yang bergolak dalam batin ketika manusia berinteraksi dengan sesama manusia dan alam sekitar. Nebula tak terlihat mata yang bergolak dalam batin itu menghasilkan NILAI, NORMA, MORALITAS, ETIKA, dan ESTETIKA. Diatas 5 produk dasar "nebula" itulah, manusia membangun hukum, science, rudal side-winder, gotong-royong, soto, nasi goreng, bahasa, prosedur sex, kedokteran, dan lain-lain. Ada kebudaya'an negatif, seperti yang dikembangkan Don Corleone (film Godfather). Kebudaya'an itu tumbuh, tapi bisa stagnan, mati, dan lenyap. Kebudaya'an juga bersaing dengan kebudaya'an lain yang berbeda. Indonesia, TIDAK atau BELOM punya kebudaya'an. Kalau Jawa, Sunda, Bugis, Madura, dll... ya... ada kebudaya'an masing masing, tapi belom ketemu level kebudaya'an Indonesia. Tapi skrg, orang Jawa pun gak mampu mengenali kebudaya'an Jawa ! begitu juga orang Bugis, Madura, dan lainnya. Masalah lain, orang Indonesia juga gak mampu sepenuhnya menjadi orang moderen (cogito ergo sum) seperti bule barat. Bahkan, ketika menjalani agama, yang dijalani cuma "casing" nya doang... elan vital (yaitu spirituality) ajaran agama, gak dikenal orang Indonesia. Jadi, kita itu tradisional tidak, moderen tidak, ber-Tuhan juga sbnr nya tidak. Orang pemerintahan, terutama Presiden, gak ada yang ngerti ini, makanya semua kebijakan ancur ancuran, tidak Koheren, sebab gak ada basis kebudaya'an. Sekedar tambahan ya mas....
Menarik. Klo menurut gua keyakinan (agama atau kepercayaan) yg paling berperan menghasilkan kebudayaan. Menurut gua, meminjam istilah anda, "nebula"nya adalah keyakinan. Keyakinan menghasilkan nilai (baik buruk, salah benar), nilai menghasilkan moral, moral menghasilkan hukum, hukum menghasilkan keteraturan, keteraturan menghasilkan produk2 kebudayaan mulai dr yg benda hingga pemikiran. Proses tsb terus mengulang, menghasilkan kebaruan yg bisa ttp sesuai dgn nilai2 atau keluar dr nilai2, hingga sampai puncaknya sblm akhirnya runtuh.
Revolusi Industri adalah awal kekalahan bagi budaya2 di seluruh dunia. Karakternya yg revolusioner membuat budaya tdk mampu beradaptasi dgn cepat. Mulai dr revolusi Industri 1 yg memapukan Inggris memproduksi barang lbh cpt, ekonomi melesat, inovasi besar2an terjadi disana. Dampaknya bagi dunia sgt parah, eksploitasi sumber daya manusia, alam, dan penjajahan dgn alat2 yg lbh advance drpd penduduk asli. Revolusi2 Industri berikutnya (percetakan, teknologi informasi, internet) mempermudah proses penyebaran informasi, yg dampaknya bagi dunia sekitar adalah individu2 yg pikirannya terfragmentasi dr masyarakat. Kebudayaan hanya bisa bertahan jika masyarakat "bergosip" narasi yg sama. Masuknya informasi (teks, suara, gambar, video) dr dunia lain ke dalam budaya menghasilkan lbh bnyk individu yg terfragmentasi, dampaknya semakin rapuh sebuah kebudyaaan, sulit berkolaborasi, saling tidak percaya. Pikiran yg terfragmentasi gk hanya dialami oleh grass root tp jg politikus dan cendikiawan. Salah satu dampaknya adalah kecacatan dalam memahami realitas dgn sebenar2nya. Misalnya mentri pendidikan yg ngambil sistem pendidikan dr Finlandia untuk diterapkan secara mentah di Indonesia.
Podcast ini adalah pelengkap dari pengetahuan awal dari podcast yang saya tonton sewaktu Cak Nun dan Prof. Manu menyinggung sumpah pemuda yang memilih bahasa melayu pasar, dan menyingkirkan bahasa daerah. Lalu, podcast Malaka Project yang menyinggung Tan Malaka menulis dengan bahasa Melayu tingkat tinggi (bukan pasar) Semoga Prof. Bagus bisa kunjungi Prof. Manu untuk melakukan podcast dan menjadi sebuah rangsangan baru untuk penonton lain agar lebih mengenal Nusantara. Mas Sabrang mungkin bisa kasih akses bertemu dengan Prof. Manu. Tetapi, saya tidak tahu Prof. Manu masih hidup atau tidak. Terima kasih.
Hilmar Farid menjelaskan bahwa bahasa Indonesia tumbuh dari pengaruh bahasa-bahasa daerah, seperti Sunda dan Jawa, namun pada masa kolonial, Belanda menstandarkan bahasa Melayu sebagai alat politik. Hilmar menekankan bahwa kebudayaan berbeda dari peradaban, mencakup seluruh cara hidup yang diwariskan antar generasi, sehingga bahasa Indonesia harus terbuka menerima ekspresi daerah. Ia juga menyoroti pentingnya mendokumentasikan dan melestarikan kebudayaan Indonesia melalui upaya yang lebih mendukung ekspresi lokal secara otentik, bukan melalui pendekatan pusat yang mengatur.
Karena mungkin karena Belanda dari Eropa daratan yang lebih multilingual dibanding Inggris. Jadi, belajar bahasa itu lebih mudah dan natural bagi mereka.
Di bab terakhir ttg regulasi budaya, Setuju dgn pak Hilmar, Indonesia senang merujuk ke pedoman badan2 PBB yg merupakan Organisasi dengan idealisme & ideologi berbeda dgn local wisdom Indonesia. Dan lagi banyak agenda pbb yg punya misi tersembunyi (lobi2 dari entitas asing) yg justru bisa jadi senjata budaya dan ekonomi untuk Indonesia. Hanya wanti2 saja, banyak agenda2 pbb yg 'fishy'. Entitas global yg dari awal pembentukannya saja hanya oleh bbrp negara superpower. Pantas Sukarno tidak senang dengan PBB.
WOW Beraaattt.... Tapi mengasikan 👍👍 Tapi ko jd semakin pesimis sama ide2 pembicaraan nya. Budaya sastra, bahasa dan artikulasi pemikiran kita masih di pimpin oleh YNTKTS 😢😢😢 Semoga kemajuan budaya dan peradaban orisinal kita bisa ber-institusionalisasi terbentuk dari rakyat
Ganas! Memelintir otak sekaligus mengurai benang kusut di pikiran. Menarik-menarik. Klw di ruang-ruang pendidikan dibiasakan diskusi semacam ini. Beuh.
Proses suatu bahasa menjadi lingua franca adalah proses alami selama berabad-abad. Bahasa Melayu tampil unggul sebagai lingua franca di kawasan Asia Tenggara sudah terjadi berabad-abad sebelum kolonialisme belanda, bukan pd dicetuskan oleh Belanda. Belanda datang dg kebijakan yg mrk sesuaikan dg realita dan fakta yg telah ada. Bahkan di bagian Nusantara jajahan Inggris, Inggris juga tidak begitu sukses menempatkan bahasa Inggris sbg bahasa kolonial seperti kawasan jajahan koloni Inggris lain. Bandingkan antara India, Pakistan, Bangladesh, negara2 Afrika dll dengan Malaysia umpamanya.
Bahasa Melayu sbg lingua franca merupakan Bahasa Melayu pasar yang belum ada standardisasi dimana yang di lihat secara modern, belum terstruktur dg baik. Beruntung kita, saat Indonesia dijajah, Belanda saat itu menunjuk Bahasa Melayu Tinggi dari Riau menjadi acuan Bahasa Melayu di Indonesia. Inilah tonggak awal perbedaan Bahasa Melayu di Indonesia dan Bahasa Melayu di Malaysia yang dimulai pada era kolonialisme. Di Malaysia, Bahasa Melayu terpengaruh oleh British dan di Indonesia terpengaruh oleh Belanda, Kemudian Bahasa Melayu Tinggi dari Riau dimodern kan oleh Belanda dengan memberlakukan ejaan Van Opuysen, Bahasa Melayu Tinggi Riau inilah yang disepakati para Nasionalis pejuang muda Indonesia, pada tahun 1928 ditetapkan sebagai Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia. Selanjutnya Bahasa Indonesia ini terus berkembang jauh melebihi Bahasa Melayu yang merupakan bahasa inangnya, melalui berbagai oroses asimilasi dengan berbagai bahasa daerah, saat ini Bahasa Indonesia diakui sebagai salah satu Bahasa Resmi UNESCO.
ketika sudah ada standard. kenapa Melayu riau bukannya sumatera? kerana ketika itu kesultanan johor sudah ada kerabatnya(Melayu-Bugis) yg menulis bahasa Melayu beraksen Johor-riau, Raja Ali Haji. lalu, Kesultanan Johor dan jajahannya punya teknologi radio lbh awal daripada Melayu2 yg lain. karna itu kepopuleran bahasa Melayu Johor-riau-lingga itu lbh gemilang.
Krn weberian, mknya gak paham bhw inggris menjajah utk arena sirkulasi, krnnya warga hrs dididik, sdg belanda sbg arena produksi: tanam paksa, krnnya gk disuruh beli arloji. Lgpula, bagaimana ceritanya kultur yg immaterial membentuk dunia material. Apakah kultur itu semacam wangsit yg turun dari langit, tiba2 aja muncul ide dari ruang hampa revolusi pertanian yok ah, ataukah sudah ada lbh dahulu prakondisi2 material yg membuat manusia nomaden settle di satu tempat? Lebih jauh lagi, fenomenologi, hanya mengakui realitas yang berkorelat dgn kesadaran, dlm bahasa lain, masuk dalam cakrawala kepemilikan. Realitas ada, sejauh bisa dimiliki. Utk apa bicara daya kausal benda2, das ding an sich, disposisi atau keberadaan yg sifatnya laten, toh tak bisa dimiliki😅
Negara Jepang tidak fasih berbahasa Inggris tapi mereka membuat gaya bahasa baru yang disebut Japanlish. contohnya Google menjadi Guguru, Drill menjadi Doriru, Black menjadi Burakku.
Itu gak baru deh, udah lama. Jaman Jepang bikin film seri Ultraman tahun 60-an, mereka udah nyebutnya Urutoraman. Lebih ke aksen sih, lidah jepang yang susah bilang L dan huruf mati di akhir kata.
Penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa indo dan Melayu Malaysia itu emangnya wasiat moyang bahasa kita. karna, memudahkan penyerapan, kita bisa lbh mudah belajar dan memahami ilmu baru dengan lbh mudah. Bahasa Melayu klasik itu juga punya banyak serapan bahasa luar karna konsepnya emang begitu. moyang2 kita lbh memandang kepandaian ilmu ialah identiti masyarakat kita di nusantara.
Bahasa melayu yang dibahas disini apakah refer ke bahasa melayu yang dulu juga digunakan oleh malaysia dan singapura? Lalu kenapa dikatakan Belanda yg menciptakan bahasa melayu.maaf saya hanya bertanya krn tidak memahami..terimakasih
Bang gue caoek belajar bahasa Melayu tinggi, banyak cabang nya 😂😂, Kayak bahasa Melayu tinggi ketentaraan ama akademik aja beda Grammatik nya Apalagi yg di kerajaan. Gue oakai bahasa Indonesia yang ada ajanlah, biar gak ribet
Gue mau berhenti bang Lanjutin aja bang Gue rasa Bahasa Melayu Brunei , Malaysia Ama filipin akan bergeser jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Saran gue lebih baik kita ajak saudara kita serumpun untuk membakukan dan menyepakati bahasa Melayu yg tepat
Kalau Fadli Zon emang passion-nya di bidang kebudayaan tinggi banget, punya museum pribadi yg di dalamnya ada ribuan koleksi wayang. Tapi entah bagaimana kinerja atau program kerjanya. Kalau Giring, semua puisi aja suruh dibuang kata dia 😛
"Indonesia adalah negara kelautan yang ditaburi pulau-pulau" ✨
Bisa denger dua orang ini ngobrol sampe kering ludahnya.
Ini mungkin episod terbaik dr 4-5 podcast Mas Bagus yg saya konsumsi. Jelas banget Mas Bagus ikut tumbuh dengan podcastnya. Btw, sepertinya orang2 ga mslh kok jika ada terselip sedikit atau banyak bhs asing di dlm podcast jika msh gk nyaman hanya berbicara dgn satu bahasa. Code switching gk seharam itu, gk semua yg nonton itu Uda Ivan.
Salut sekali utk kedalaman pemikiran Hilmar Farid dan kemampuannya membahasakannya dengan relatif sederhana adalah buktinya, sekaligus bukti potensi yg inheren di jati Bhs Indonesia.
Terima kasih sudah jadi bagian dari Chronicles. Salam hangat!
wkwk
Keren, Uda Ivan Lanin.
Prof. Hilmar harusnya yg jadi menteri kebudayaan.
yg kw pikirnya asal profesor bsa jdi mentri
harusnya sih seperti itu, yg kompeten dibidangnya ya harus ditunjuk harus paham dan ahli. sekelas prof aja bisa dikalahkan sama yg jualan martabak 🤪
"Harusnya" adalah contoh pikiran org dungu yg tdk bisa membaca
Anda meremehkan Yang Mulia dipertuan agung Giring Niji ?
😅😅😅😅😅
Harusnya harusnya.
Memang pewawancara dan yg diwawancara itu sanget berpengaruh dgn apa yg akan dibahas.
Never thought that history and linguistic study can be this interesting. Prof Hilmar is so articulate in his expertise and I just cannot stop listen to his story, even at 12am
That's why interdisciplinary studies are essential.
Saya bangga berbangsa dan berbahasa Indonesia 🙌🏻
Amazing, very thanks Prof, because you have invited special one who focus in Culture and Historical Exploration. I got a lot of inside about my identity especially my language. We need more knowledges to understand our origin. 😇😇😇 we need more Prof
Terimakasih mas bagus menghadirkan pembicaraan sangat Bermanfaat
Sukses selalu, Prof. Hilmar Farid. Selalu sukses ya, pak di masa depan. Titip pesan jangan lupa selesaikan urusan repatriasi museum bersama menteri yang baru ya, pak. 🙏
Saya bangga dengan para pemuda yang telah menyatakan jati diri dalam berbangsa dan bernegara, Visi yang sangat visionet jauh melampaui keadaan pada jamannya. Mereka bercita cita membentuk negara yang bertanah air satu tanah dir Indonesia, berbangsa satu bangsa indonesia , berbahasa sayu bahasa Indonesia. Di begara lain tidak ada.Sanfat sangat sangat hebat jangkauan daya nalar mereka, pemuda yang berkongres pada sumpah pemuda itu menyebut negara mereka Indonesia. Trimakasih. Semoga mereja yang sudah kembali kepangkuan TUHAN Khusnul khotimah. Amin.
MasyaAllah gw nonton ini berasa dapat kuliah mahal. Makasih ya pak bagus dan pak hilmar. otw k google scholar mau baca penelitian pak hilmar
Ilmu baru dr Dr.Bagus dan Pak Hilmar ....
Ilmu Titen disebut kan contohnya oleh Dr.Bagus
Tujuan Mas Bagus adalah menciptakan modernitas yang arif dan mengembangkan lokalisme yang saintifik
Persatuan indonesia akan berkesinambungan dengan membangun 'komitmen' bersama yang berkelanjutan dalam keberagaman..
Menemani saya dari goreng krupuk, cuci piring, dan ngupas bawang. 😄
Terima kasih dan semangat selalu berbagi ilmu bapak-bapak 💪💪💪
krupuknya jadi berisi gk kak?
Faktanya bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan dari banyaknya berbagai bahasa daerah di indonesia, jgn buat pelik bangsa ini utk masalah bahasa yg memang begitu beragam
Tolong kami ya Allah tolong bangsa Indonesia Nusantara.
Harus saya tambah, bahwa penggunaan bahasa melayu pasar itu sudah berakar di seluruh pesisir nusantara secara alami. Bahkan Ma Huan pada abad 16 menggunakan istilah-istilah yang dipergunakan tionghoa di pesisir utara Jawa berbahasa Melayu. Bahkan Ma Huan menggambarkan bahasa pemain wayang sebagai 'berbahasa asing', yakni bukan bahasa pesisir. Kemudian kita juga bisa merujuk kepada surat korespondensi antara VOC dengan raja-raja Jawa dengan bahasa Melayu ditulis dalam aksara Jawa. Harus dimengerti bahwa, bahasa Melayu pasar adalah bahasa 'thalassa'/perairan nusantara. Saya tidak menyangkal agenda Belanda dalam Balai Pustaka, tetapi Melayu-isasi asalnya itu bukan hanya rancangan penjajah belaka. Bapak Hilmar pernah menggunakan bahasa Indonesia sebagai argumen menentang polemik Jawanisasi, tetapi Bahasa Jawa pra abad 20 sama sekali bukan lingua franca perairan nusantara.
Asli enak ngt denger obrolannya
Mas Bagus, kalo boleh subtitle text nya diaktifkan untuk semua konten edukasi yang tajam ini☝🏻
Language is an invaluable wonder, allowing each of us to capture the same reality with different understandings.
Perspektif sejarah seharusnya lah melintasi ilmu, sains dan anasir ruang waktu kebudayaan.. seperti relasi penciptaan; manusia - semesta - Sang Maha Segala..
Kajian ini mesti berjalan sepanjang hayat untuk peningkatan harkat adab kesejahteraan hidup.. Dari podcast seperti inilah kita sadar sepenuhnya gugus kepulauan Nuswantara sungguh realitasnya telah digiring/terjajah ke titik pikiran nadir dan terbelah...
Gila..repositori pengetahuan dan wawasan tentang kebudayaan yang ada di kepala Hilmar Farid luar biasa banget. Orang seperti Hilmar ini yang seharusnya jadi menteri kebudayaan.
Salam, semoga Bapak Bagus dan Bapak Hilman diberikan senantiasa kebaikan dan kesehatan. Saya dan kawan-kawan dari pendaftar BPI Batch 1 2024 skema Pelaku Budaya terutama di jenjang S3 tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa dan kesempatan mengabdi pada kebudayaan Indonesia. Beberapa kampus seni di Indonesia terkonfirmasi tidak ada yang lolos skema Pelaku Budaya, semoga sedikit untaian kata ini bisa di baca dan ada sedikit angin tenang pun segar bagi kami yang ingin mengabdikan diri pada bangsa Indonesia melalui budaya. Rahayu.
Jauh sebelum Belanda hadir di Nusantara, bahkan Portugis belum datang ke Malaka, Bahasa Melayu telah menjadi lingua franca. Tanpa merendahkan bahasa lain, kita perlu menempatkan takzim dan terima kasih atas Bahasa Melayu sebagai bahasa pasar/dagang. Bahkan Bahasa Melayu juga menjadi Bahasa Ilmu, saat itu Bahasa Melayu menjadi bahasa yang digunakan untuk tulisan di kitab-kitab syarah keagamaan. Bahkan, ulama-ulama (baca: orang berilmu) pun bersahut-sahutan, mensyarahkan kitab yang satu dengan syarah yang lain, oleh ulama di pulau yang lain. Mereka pakai bahasa apa? Melayu! Bahasa ini pun memang berutang banyak kosakata dari bahasa lain, termasuk bahasa daerah di nusantara dan bahasa Arab, Persia, bahkan India.
Bahasa Indonesia, tidaklah bisa memutus hubungan nasabnya dengan bahasa Melayu. Bahasa ini tidak lahir di ruang hampa. Tidak tiba-tiba.
Tapi anehnya, bagi kami di Sumatera atau Kalimantan, saat berbahasa Melayu, orang-orang bersumbu pendek suka menghujat penutur bahasa Melayu, bahasa induk dari bahasa Indonesia.
Hanya di republik ini lah, penutur bahasa Melayu dapat merasakan menjadi mayoritas dan minoritas di saat yang bersamaan.
Tabik.
Org2 yg gk tau sejarah peran bahasa Melayu adalah manifestasi kegoblokan pangkat 2.
Yg gua pernah baca, bhs Melayu jg mendapat diskriminasi dr ilmuwan Belanda masa penjajahan, bkn karena rendah, tp krn bisa jd alat untuk berfikir saintifik. Dengan tujuan menjajah dan mendegradasi alam pikir masyarakat Indonesia masa depan, mereka memarjinalkan bahasa melayu. Sampailah kita terperosok ke dalam jurang yg bernama bahasa Indonesia, terputus dgn alam pikir, ilmu, dan budaya leluhur asli Indonesia karena sudah tdk mampu lg mengakses naskah2 melayu.
Nasi tlh jd bubur.
Sedaaaaap 🤝
mungkin opini saya bahasa asal itu terkadang agak direndahkan gk tau kenapa, contoh :
1.bahasa inggris di negara inggris/britania raya kadang aksennya dijadiin candaan oleh orang Amerika Serikat
2.bahasa jawa ngapak terkadang juga orang ngapak merasa malu berbahasa ngapak padahal bahasa jawa ngapak adalah bahasa yang sangat dekat dengan jawa kuno beda dengan bahasa jawa mataraman dan lain lain
3.bahasa sunda banten padahal asal bahasa sunda awal berbeda dengan bahasa sunda priangan tapi ya kadang bahasa sunda banten terkadang terbilang kasar
sebagai non melayu, secara politikal bahasa melayu telah merasuk dan mengantikan bahasa ibu, Tapi sebagai sebuah peradaban Melayu memiliki peradaban tidak kokoh, kita tidak tau kenapa harus berbahasa melayu selain itu bagian kesepakatan pendiri bangsa.
jika bahasa itu bergerak. maka bahasa asli dari waktu kewaktu akan teras asing, dan itu bukan saja di rasakan bahasa melayu, di jawapun bahasa banten, ngapak atau oseng mengalami penurunan "rasa bahasa"
Terlalu kebablasan anti pati sama malaysia😂
Terimakasih pak @Bagus Muljadi sudah menghadirkan podcast yang menutrisi otak saya. Mendengarkan ini jauh di pelosok kaltim, di kecamatan Muara Bengkal.
saya selalu berpikir, ketika kita belajar suatu bahasa. maka kita akan merasuki alam pikiran kita dengan filosofi, budaya, politik, sense of humor, dan segala cara berpikir dari peradaban yg dilewati bahasa tersebut.
linguistic akan selalu menarik apapun bahasanya.
Sebagai awardee Beasiswa Pelaku Budaya, saya merasa sangat terbantu. Di era kepemimpinan Pak Hilmar, pelaku budaya sungguh mendapat perhatian yang sentral. Selain itu, dunia kebudayaan telah mengalami banyak sekali perubahan-perubahan signifikan yang progresif. Terima kasih pak..
Diskusi yang sangat bermakna dan patut didengar pemimpin indonesia untuk menjadi gerakan nasional membangun kebudayaan yang beretika dan membangkitkan semangat bersama untuk mencapai indonesia maju, bukan hanya memperkaya diri sendiri dan golongan
Sesi terakhir itu keren banget 😂, kebiasaan podcast di akhir pasti menjadikan gen z/ milenial sebagai objek yang harus diceramahi
Ini adalah podcast yang luar biasa sangat menambah wawasan.
mas Bagus, sekedar nambah khazanah. Kebudaya'an itu PRODUSEN, atau dalam frasa "generik" : Kebudaya'an adalah SESUATU yang menghasilkan SESUATU.
Jadi, ada kebudaya'an, ada PRODUK kebudaya'an. Produk kebudaya'an banyak, misalnya bahasa, agama, piring, kuliner, science, hukum, kedokteran, tata-cara sex, filsafat, dan banyak lagi. Beda-kan, antara kebudaya'an (produsen), dan produk kebudaya'an. Kebudaya'an wujudnya semacam "nebula" yang bergolak dalam batin ketika manusia berinteraksi dengan sesama manusia dan alam sekitar. Nebula tak terlihat mata yang bergolak dalam batin itu menghasilkan NILAI, NORMA, MORALITAS, ETIKA, dan ESTETIKA. Diatas 5 produk dasar "nebula" itulah, manusia membangun hukum, science, rudal side-winder, gotong-royong, soto, nasi goreng, bahasa, prosedur sex, kedokteran, dan lain-lain. Ada kebudaya'an negatif, seperti yang dikembangkan Don Corleone (film Godfather). Kebudaya'an itu tumbuh, tapi bisa stagnan, mati, dan lenyap. Kebudaya'an juga bersaing dengan kebudaya'an lain yang berbeda.
Indonesia, TIDAK atau BELOM punya kebudaya'an. Kalau Jawa, Sunda, Bugis, Madura, dll... ya... ada kebudaya'an masing masing, tapi belom ketemu level kebudaya'an Indonesia. Tapi skrg, orang Jawa pun gak mampu mengenali kebudaya'an Jawa ! begitu juga orang Bugis, Madura, dan lainnya. Masalah lain, orang Indonesia juga gak mampu sepenuhnya menjadi orang moderen (cogito ergo sum) seperti bule barat. Bahkan, ketika menjalani agama, yang dijalani cuma "casing" nya doang... elan vital (yaitu spirituality) ajaran agama, gak dikenal orang Indonesia. Jadi, kita itu tradisional tidak, moderen tidak, ber-Tuhan juga sbnr nya tidak. Orang pemerintahan, terutama Presiden, gak ada yang ngerti ini, makanya semua kebijakan ancur ancuran, tidak Koheren, sebab gak ada basis kebudaya'an.
Sekedar tambahan ya mas....
iyaa lo pinter bgt
Menarik. Klo menurut gua keyakinan (agama atau kepercayaan) yg paling berperan menghasilkan kebudayaan. Menurut gua, meminjam istilah anda, "nebula"nya adalah keyakinan. Keyakinan menghasilkan nilai (baik buruk, salah benar), nilai menghasilkan moral, moral menghasilkan hukum, hukum menghasilkan keteraturan, keteraturan menghasilkan produk2 kebudayaan mulai dr yg benda hingga pemikiran.
Proses tsb terus mengulang, menghasilkan kebaruan yg bisa ttp sesuai dgn nilai2 atau keluar dr nilai2, hingga sampai puncaknya sblm akhirnya runtuh.
Revolusi Industri adalah awal kekalahan bagi budaya2 di seluruh dunia. Karakternya yg revolusioner membuat budaya tdk mampu beradaptasi dgn cepat.
Mulai dr revolusi Industri 1 yg memapukan Inggris memproduksi barang lbh cpt, ekonomi melesat, inovasi besar2an terjadi disana. Dampaknya bagi dunia sgt parah, eksploitasi sumber daya manusia, alam, dan penjajahan dgn alat2 yg lbh advance drpd penduduk asli.
Revolusi2 Industri berikutnya (percetakan, teknologi informasi, internet) mempermudah proses penyebaran informasi, yg dampaknya bagi dunia sekitar adalah individu2 yg pikirannya terfragmentasi dr masyarakat. Kebudayaan hanya bisa bertahan jika masyarakat "bergosip" narasi yg sama. Masuknya informasi (teks, suara, gambar, video) dr dunia lain ke dalam budaya menghasilkan lbh bnyk individu yg terfragmentasi, dampaknya semakin rapuh sebuah kebudyaaan, sulit berkolaborasi, saling tidak percaya.
Pikiran yg terfragmentasi gk hanya dialami oleh grass root tp jg politikus dan cendikiawan. Salah satu dampaknya adalah kecacatan dalam memahami realitas dgn sebenar2nya. Misalnya mentri pendidikan yg ngambil sistem pendidikan dr Finlandia untuk diterapkan secara mentah di Indonesia.
Wah bagus nih
terima kasih sudah memberikan pencerahan, memberikan optimisme. Salam damai dari Lombok
nice conversation , interesting deep ! Literasi kolektif !
Thanks Pak Bagus, i really enjoy watching this video, and It really adds to my personal insight.
Dialog memberikan disiplin ilmu bangsa Indonesia yg akan meninggkattkan kepekaan kita terhadap bangsa kita
Wow…hebat…bagus sekali diskusi nya..
❤❤
Analogi Prof Agus sangat jernih, keren
Terimakasih mas bagus coba dong bedah kitab" sastra yang tua di berbagai daerah termasuk I LAGALIGO yang di sebutkan
Lagaligo blm kelar di translate ke bhs indoensia. Jumlah halamannya buanyak bgt
Sudah direkam, akan tayang di akhir tahun. Ditunggu
Diskusi yang sangat menarik!
Saya berharap, banyak anak muda yang mendengarkan ini...
Thanks Mas Bagus, Pa Hilmar, Mas Sabrang, Pa Gita
semoga prof basri amin bisa di wawancarai suatu saat nanti 🙏🙏
Podcast ini adalah pelengkap dari pengetahuan awal dari podcast yang saya tonton sewaktu Cak Nun dan Prof. Manu menyinggung sumpah pemuda yang memilih bahasa melayu pasar, dan menyingkirkan bahasa daerah. Lalu, podcast Malaka Project yang menyinggung Tan Malaka menulis dengan bahasa Melayu tingkat tinggi (bukan pasar)
Semoga Prof. Bagus bisa kunjungi Prof. Manu untuk melakukan podcast dan menjadi sebuah rangsangan baru untuk penonton lain agar lebih mengenal Nusantara.
Mas Sabrang mungkin bisa kasih akses bertemu dengan Prof. Manu.
Tetapi, saya tidak tahu Prof. Manu masih hidup atau tidak.
Terima kasih.
Banyak ilmu penting di video ini.
Seru banget berasa 2 SKS
Andai prof agus sunyoto masih hidup . Akan sangat menarik diskusi sejarah dengan mas bagus
Gurujadi Sukamakmur Bogor
Hadir menyimak mas Bagus😊
Very inspiring talk!
Please invite Bu Ines Atmosukarto, Pak Bagus. To inspire young women in Indonesia to work in science.
Sukses selalu Prof..
Semoga harapan-harapan baiknya selalu sejalan dengan kenyataan.. 🤲
Terima kasih Mas Bagus Muljadi.
Manusia berkualitas bikin konten berkualitas. Memang begitu rumusnya. Iya kan?
Sepertinya menarik jika prof stela bertemu beliau-beliau ini
Yaallah bersyukur kali video ini lewat di beranda
Hilmar Farid menjelaskan bahwa bahasa Indonesia tumbuh dari pengaruh bahasa-bahasa daerah, seperti Sunda dan Jawa, namun pada masa kolonial, Belanda menstandarkan bahasa Melayu sebagai alat politik. Hilmar menekankan bahwa kebudayaan berbeda dari peradaban, mencakup seluruh cara hidup yang diwariskan antar generasi, sehingga bahasa Indonesia harus terbuka menerima ekspresi daerah. Ia juga menyoroti pentingnya mendokumentasikan dan melestarikan kebudayaan Indonesia melalui upaya yang lebih mendukung ekspresi lokal secara otentik, bukan melalui pendekatan pusat yang mengatur.
Kalau bahas sejarah Indo datangkan juga Salim A Fillah biara nambah wawasan dari sudut yang lain
Serat jangka jayabaya justru mampu memproyeksikan masa depan. Sepertinya serat unu ditulis oleh Pujangga Kraton Surakarta
Mencerahkan
Wow...
asupan dan nutrisi otak, klo denger 2 orang intelektual berdiskusi minimal banget dapet suatu perspektif dan insight yang bernilai
Edukatif
👍Dr. Hilmar.
Bahasa dan kebiasaan korupsi juga sebaiknya dibicarakan.
Setuju. Demistifikasi "Indonesia harga mati" perlu dilakukan, kalau tidak akan chauvinistik terus
Waktunya undang mentri yang bersangkutan bang bagus, sebagai pemangku kebijakan untuk mengulik buah pikirnya terkait podcast ini
Keren😊
Karena mungkin karena Belanda dari Eropa daratan yang lebih multilingual dibanding Inggris. Jadi, belajar bahasa itu lebih mudah dan natural bagi mereka.
Kayak lagu di age of Conquest
Request pak Prof, undang bung Rocky Gerung. bahas apa saja saya pikir akan menarik jika Prof. Bagus berdiskusi dengan Rocky Gerung😊
Siap, abis ini
pak Bagus ini vibes nya mirip sama Pak Gita, keren
Semoga berikutnya SENO GUMIRA AJIDARMA atau BU KARLINA SUPELLI.
Di bab terakhir ttg regulasi budaya, Setuju dgn pak Hilmar, Indonesia senang merujuk ke pedoman badan2 PBB yg merupakan Organisasi dengan idealisme & ideologi berbeda dgn local wisdom Indonesia. Dan lagi banyak agenda pbb yg punya misi tersembunyi (lobi2 dari entitas asing) yg justru bisa jadi senjata budaya dan ekonomi untuk Indonesia. Hanya wanti2 saja, banyak agenda2 pbb yg 'fishy'. Entitas global yg dari awal pembentukannya saja hanya oleh bbrp negara superpower. Pantas Sukarno tidak senang dengan PBB.
Prof Bagus, bolehlah usul diskusi dengan Andrea Hirata dan Tere Liye. 😊
Wah menarik banget kalo Andrea Hirata, dia jarang muncul di podcast seperti ini ya.
WOW Beraaattt.... Tapi mengasikan 👍👍
Tapi ko jd semakin pesimis sama ide2 pembicaraan nya. Budaya sastra, bahasa dan artikulasi pemikiran kita masih di pimpin oleh YNTKTS 😢😢😢
Semoga kemajuan budaya dan peradaban orisinal kita bisa ber-institusionalisasi terbentuk dari rakyat
Mengganti ejaan van ophuijsen (1901-1947)
Menjadi Ejaan Republik/ejaan Soewandi (1947-1955)
Ejaan pembaharuan 1956-1961
Ejaan Melindo(1961-1967
Ejaan Baru(1967-1972)
Ejaan Yang disempurnakan (1972-2015)
Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
Mas Bagus ini yang pernah jadi guest acara end gamenya Pak Gita ya? Alhamdulillah bisa ketemu channelnya. Bukannya ngedosen di Inggris?
Ada Melayu grammar Inggris di masa penjajahan Inggris di 'Malaysia' ada Melayu grammar Belanda di masa penjajahan Belanda di 'Indonesia'
Suara pak hilmar mirip Morgan Freeman.. berwibawa
Oh iya ya..
Ganas! Memelintir otak sekaligus mengurai benang kusut di pikiran. Menarik-menarik. Klw di ruang-ruang pendidikan dibiasakan diskusi semacam ini. Beuh.
Proses suatu bahasa menjadi lingua franca adalah proses alami selama berabad-abad. Bahasa Melayu tampil unggul sebagai lingua franca di kawasan Asia Tenggara sudah terjadi berabad-abad sebelum kolonialisme belanda, bukan pd dicetuskan oleh Belanda. Belanda datang dg kebijakan yg mrk sesuaikan dg realita dan fakta yg telah ada. Bahkan di bagian Nusantara jajahan Inggris, Inggris juga tidak begitu sukses menempatkan bahasa Inggris sbg bahasa kolonial seperti kawasan jajahan koloni Inggris lain. Bandingkan antara India, Pakistan, Bangladesh, negara2 Afrika dll dengan Malaysia umpamanya.
Bahasa Melayu sbg lingua franca merupakan Bahasa Melayu pasar yang belum ada standardisasi dimana yang di lihat secara modern, belum terstruktur dg baik. Beruntung kita, saat Indonesia dijajah, Belanda saat itu menunjuk Bahasa Melayu Tinggi dari Riau menjadi acuan Bahasa Melayu di Indonesia. Inilah tonggak awal perbedaan Bahasa Melayu di Indonesia dan Bahasa Melayu di Malaysia yang dimulai pada era kolonialisme. Di Malaysia, Bahasa Melayu terpengaruh oleh British dan di Indonesia terpengaruh oleh Belanda, Kemudian Bahasa Melayu Tinggi dari Riau dimodern kan oleh Belanda dengan memberlakukan ejaan Van Opuysen, Bahasa Melayu Tinggi Riau inilah yang disepakati para Nasionalis pejuang muda Indonesia, pada tahun 1928 ditetapkan sebagai Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia. Selanjutnya Bahasa Indonesia ini terus berkembang jauh melebihi Bahasa Melayu yang merupakan bahasa inangnya, melalui berbagai oroses asimilasi dengan berbagai bahasa daerah, saat ini Bahasa Indonesia diakui sebagai salah satu Bahasa Resmi UNESCO.
ketika sudah ada standard. kenapa Melayu riau bukannya sumatera? kerana ketika itu kesultanan johor sudah ada kerabatnya(Melayu-Bugis) yg menulis bahasa Melayu beraksen Johor-riau, Raja Ali Haji. lalu, Kesultanan Johor dan jajahannya punya teknologi radio lbh awal daripada Melayu2 yg lain. karna itu kepopuleran bahasa Melayu Johor-riau-lingga itu lbh gemilang.
58:50 Nah, saya pun mengira demikian.
Inferioritas, diturunkan?
harusnya dia yg jadi menteri kebudayaan.
Undang Martin Suryajaya, dong
Krn weberian, mknya gak paham bhw inggris menjajah utk arena sirkulasi, krnnya warga hrs dididik, sdg belanda sbg arena produksi: tanam paksa, krnnya gk disuruh beli arloji. Lgpula, bagaimana ceritanya kultur yg immaterial membentuk dunia material. Apakah kultur itu semacam wangsit yg turun dari langit, tiba2 aja muncul ide dari ruang hampa revolusi pertanian yok ah, ataukah sudah ada lbh dahulu prakondisi2 material yg membuat manusia nomaden settle di satu tempat? Lebih jauh lagi, fenomenologi, hanya mengakui realitas yang berkorelat dgn kesadaran, dlm bahasa lain, masuk dalam cakrawala kepemilikan. Realitas ada, sejauh bisa dimiliki. Utk apa bicara daya kausal benda2, das ding an sich, disposisi atau keberadaan yg sifatnya laten, toh tak bisa dimiliki😅
Negara Jepang tidak fasih berbahasa Inggris tapi mereka membuat gaya bahasa baru yang disebut Japanlish. contohnya Google menjadi Guguru, Drill menjadi Doriru, Black menjadi Burakku.
Itu gak baru deh, udah lama. Jaman Jepang bikin film seri Ultraman tahun 60-an, mereka udah nyebutnya Urutoraman. Lebih ke aksen sih, lidah jepang yang susah bilang L dan huruf mati di akhir kata.
Penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa indo dan Melayu Malaysia itu emangnya wasiat moyang bahasa kita. karna, memudahkan penyerapan, kita bisa lbh mudah belajar dan memahami ilmu baru dengan lbh mudah. Bahasa Melayu klasik itu juga punya banyak serapan bahasa luar karna konsepnya emang begitu. moyang2 kita lbh memandang kepandaian ilmu ialah identiti masyarakat kita di nusantara.
Seketika otak saya aktif 100% 😂
Arabic is the mother of all languages...
🤘🤘🤘
Bahasa melayu yang dibahas disini apakah refer ke bahasa melayu yang dulu juga digunakan oleh malaysia dan singapura? Lalu kenapa dikatakan Belanda yg menciptakan bahasa melayu.maaf saya hanya bertanya krn tidak memahami..terimakasih
Agus mojok bahasannya ngeri juga
Tolong pak, teksnya kok tidak dimunculkan. Terimakasih.
This episode reminds me of J.S. Badudu aka Jus Badudu. 😅
Menteri Kebudayaan nya skrg Fadlizon kapan diundang?
harusnya dia jadi Menteri Kebudayaan
Giring Niji tiba tiba tersedak biji durian membaca ini
👀
Bang gue caoek belajar bahasa Melayu tinggi, banyak cabang nya 😂😂,
Kayak bahasa Melayu tinggi ketentaraan ama akademik aja beda Grammatik nya
Apalagi yg di kerajaan.
Gue oakai bahasa Indonesia yang ada ajanlah, biar gak ribet
Gue mau berhenti bang
Lanjutin aja bang
Gue rasa
Bahasa Melayu Brunei , Malaysia Ama filipin akan bergeser jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.
Saran gue lebih baik kita ajak saudara kita serumpun untuk membakukan dan menyepakati bahasa Melayu yg tepat
Siapa tuh yang jadi panitia World Water Forum?
Bangga menjadi orang Melayu
Saya kira jadi ngundang Rocky Gerung😅
xixixixi
makanyachhh, schetujuchhh
fyi menteri Kebudayaan yang baru itu Fadli Zon dan wakilnya Giring 😂
Kalau Fadli Zon emang passion-nya di bidang kebudayaan tinggi banget, punya museum pribadi yg di dalamnya ada ribuan koleksi wayang. Tapi entah bagaimana kinerja atau program kerjanya. Kalau Giring, semua puisi aja suruh dibuang kata dia 😛
Giring 😂
@@deniclassic "Buang Semua Puisi........"
@@deniclassicwkwkk
@@deniclassiciya kalau fadli zon ini basicnya sejarah dan sastra rusia juga