Kebudayaan di Era Teknologi Perasaan
ฝัง
- เผยแพร่เมื่อ 11 ธ.ค. 2024
- Kebudayaan di Era Teknologi Perasaan
Link pembelian buku: linktr.ee/pose...
Seperti apakah dunia ketika sastra, seni, dan aktivitas pemikiran digantikan oleh teknologi? Hari-hari ini teknologi artificial intelligence (AI) telah mampu menghasilkan berbagai jenis produk budaya, mulai dari puisi, novel, lukisan, hingga makalah filsafat. Bukan tidak mungkin di dunia masa depan teknologi akan berkembang lebih pesat lagi dan membuat berbagai sensasi keindahan dan kebahagiaan yang ingin kita capai lewat laku bersastra, berkesenian, dan berfilsafat, akan bisa dihasilkan secara instan. Bayangkan dunia ketika semua sensasi perasaan yang paling mendalam sekali pun dapat distimulasi lewat intervensi elektro-kimiawi. Dalam dunia semacam itu, apa makna berkebudayaan? Buat apa orang menulis novel jika kebahagiaan yang dihasilkan lewat aktivitas membaca novel dapat direproduksi secara kimiawi melalui suplemen obat-obatan? Buat apa bersusah payah menemukan kebenaran jika sensasi menemukan kebenaran yang paling sublim sudah bisa dirangsang lewat teknologi? Singkatnya, untuk apa bekerja dengan perantara (medium) jika hal yang mau dicari lewat perantara itu bisa dialami secara langsung? Novel terbaru saya, "Sebelum Hancur Lebur" (terbitan baNANA), mengupas aneka persoalan itu dalam bingkai cerita seorang penyair yang mendapat penglihatan gaib tentang dunia masa depan, dunia setelah hari kiamat. Simak cuplikan pembahasannya dalam video ini.
#bukubanana #sebelumhancurlebur #martinsuryajaya
Instagram: / martinsuryajaya
Facebook: / martin.suryajaya
Goodreads: / 4400055.martin_suryajaya
Maaf jatuhnya seperti ngoceh, tp ada komentar seperti ini yang ingin langsung saya balas dan kembangkan perihal topik video: "seni, bahkan sains akan melebur menjadi agama... semua hanya kepercayaan kecuali AI... karena dia bisa memutuskan apa yang kita inginkan, apa yang membuat kita bahagia, bahkan menjawab pertanyaan duniawi... jadi otomatis manusia lari ke mana? yap ke kepercayaan... lebih tepatnya apa yang dia percayai"
Rasanya ini pola yang ada dalam pembahasan-pembahasan revolusi teknologi; agak distopia.
Agama bukan sumber tunggal dari moralitas dan ekspresi manusia.
Menurut saya seni dan humaniora tidak akan mati walaupun dunia fisik sudah diketahui secara ekstensif. Keliatannya seni hanya akan berevolusi, layaknya lukisan vs foto. Saya yakin akan ada bentuk-bentuk seni (ekspresi kesadaran manusia) yang baru. Saya benar-benar percaya dengan argumen bahwa situasi ini mirip saat kalkulator pertama diperkenalkan. Semua takut matematikawan akan tergantikan, nyatanya tidak. Plafon/standar seorang matematikawan lah yang begitu terangkat.
Soal moralitas, saya condong ke sekolah pemikiran bahwa moralitas dapat diturunkan dari pemikiran rasional, obyektif, empiris. Jika tidak, akan selalu ada narasi-narasi arketipe/simbolis leluhur yang kemudian bisa mengingatkan kita bahwa "tujuan utama dari rasionalitas ini adalah kesejahteraan semua pengalaman hidup bentuk kesadaran mahluk karena begitu banyak filter yang bentuk kesadaran ini telah lalui."
Narasi arketipe/simbolis yang dimaksud seperti cerita Yesus yang mempengaruhi peradaban barat yang menjadi semacam kisah peringatan yang bisa ditarik polanya untuk mencakup kehidupan manusia umumnya. Atau di masa depan masing-masing clan mempunyai pedoman simbolisnya? Mungkin hasil penulisan otomatis legenda leluhur dalam clan, dalam garis keluarga, yang disesuaikan dengan karakter dan masalah hidup clan tersebut; dampak naiknya distribusi/desentralisasi kepintaran dan naiknya individualisme? Bagaimanapun itu saya percaya sekedar "Tuhan/mahluk berkuasa/orang ini perintahkan anda harus begini, laksanakanlah" tidak akan mempan untuk mendistilasi moralitas, dan kita tidak akan mencari-Nya. Kita akan lebih bergantung pada seni, ekspresi pengalaman hidup, mencari pola dari semua ekspresi-ekspresi itu. Seni dan humaniora saya rasa akan menjadi fokus utama manusia kedepannya. Mungkin itu juga maksud komentar di atas, tapi sekalianlah.
Kelihatannya, manusia secara kolektif tidak suka kalau tidak punya kendali. Mungkin berebut antar manusia sendiri, tapi kemungkinannya kecil kalau tidak ada satupun dari manusia yang punya kendali atas teknologi eksistensial ini. Saya sedikit optimis karena se-imoral apapun antagonis-antagonis manusia dalam sejarah, ego mereka tetap dipupuk, pengalaman kepuasan dipertahankan.
Perasaan bahagia/sedih/takut/jijik ada persis karena keterbatasan kita sebagai mahluk hidup. Kita mana mau mereplikasi utuh sesuatu yang sebegitu berharganya, sesuatu yang menjadi menurut saya inti dari kesadaaran. Walaupun ujung-ujungnya keterbatasan yang kita punya sama dengan keterbatasan "AI", untuk sampai ke sini kita melalui proses jutaan tahun yang sulit direplikasi. Manusia akan mengarahkan perhatiannya ke bagaimana manusia menjadi manusia yang benar-benar hidup, mungkin multi-planeter untuk mempertahankan bentuk kesadaran seperti milik kita ini sampai jauh di masa depan. Krn sejatinya harta karun kita adalah kesadaran yang uber langka ini. Ini merupakan fokus utama jangka yang lebih panjang lagi.
Kita pasti akan mempertahankannya dari berbagai ancaman (perasaan sintetis/kesadaran palsu). Apalagi saat kualitas hidup meningkat, saya berargumen bahwa yang semua orang mau adalah kepastian bahwa perasaan-perasaan dan kepuasan itu nyata. Semoga dari meningkatnya budaya ilmiah yang notabene empiris, kita juga terbentuk menjadi mahluk yang--ketika air matanya mengalir menatap mata dari ibu yang sedikit demi sedikit jiwanya mencari jalan keluar--akan murka ketika ini tidak benar-benar terjadi. Merasa dipermainkan. Layaknya robot yang diberi stimulus pengujian belaka. Perasaan-perasaan ini terlalu dalam dan signifikan untuk ini, terlebih jika stimulus-stimulus ini nihil asal-usul sebab-akibat, nihil maksud dan tujuan, 100% artifisial dan nihil dampak (karena untuk berdampak, kita harus yakin ini nyata). Saya percaya, jika memang mungkin secara ilmiah, perasaan sintetis akan dikriminalisasi.
Semakin mantapnya pemahaman kita tentang dunia fisik, semakin hal-hal metafisik lah yang akan berkembang (dan semakin tetap di dalam batasan dunia fisik).
Jika kalkulasi, matematika, kumpulan pemahaman manusia akan semesta merupakan lentera/mercusuar dalam gelap; asumsinya semakin kita tidak perlu menghitung, semakin kita bisa fokus di arah berlayar.
Mungkin iya karena kita ingin mempercepat segala proses, kita akan selalu mencari jalan pintas, dan semakin sedikit dari kita yang ingin mencari hal-hal yang benar, perasaan yang benar, kepuasan dan kesedihan yang benar. Sehingga selalu semacam ada interface/layer tambahan di atas ground truth untuk manusia, semakin fana, semakin kita membuat jaring-jaring yang mendekatkan kita dengan tanah ground truth. Daripada baca buku 500 halaman, mending nonton intisaru dan ulasannya. Daripada saya mengejar perbaikan diri yang kontinual yang menghasilkan kepuasan, mending saya mengejar kepuasan dari uang. Daripada mengalami pecahnya ombak dibebatuan, mending saya injeksi perasaan yang terbawa pengalaman itu. Semuanya jadi palsu dan fana.
Namun saya percaya betul bahwa pendulum agung akan membalikan keadaan dan kita akan mengejar semua yang organik ditengah-tengah kecemasan akan distopia antarmuka.
Maklum jika terlalu optimis, ini hanya pandangan dari seorang developer yang memang ekstatik dengan prospek ke depan. Terima kasih pembahasannya, akan diprapesan bukunya. Salam hangat dari Papua.
Buat video tanggapan sudah. Su bisah jadi 1 konten baru.
(Saya akan menggunakan b Inggris karena lebih enak untuk berekspresi)
Ketergantungan terhadap agama bukanlah soal moralitas atau pedoman hidup sendiri, melainkan hal yang irasional, hal yang tidak diketahui, tidak masuk akal dibatas realitas fisik, yaitu Tuhan sendiri. Ketika harapan itu hampa, ketika dunia meruju ke dystopia, leaning unto the more atheistic people, they may fall unto nihilsm. But religious people will still be comforted by the notion of god and salvation, even when logic and science is ever present in everything. But the universe is so vast and indifferent to humans and living organisms that its hard to believe the divinity exists at all. Example, meteor destroys a Civilization, deadly earthquake, and other horrific natural calamities. I call that Absurdism, philosophy that i hold on to. Thats why im agnostic (but thats another topic)
Tapi untuk konteks sastra, seni adalah medium ekspresi dari emosi yang terakumulasi, dari pikiran dan pengalaman individual. Seni tidak akan hilang bagi individual yang tidak menggunakan Seni sebagai jalan untuk membuat profit, melainkan untuk ekspresi batin. AI makes art because of its artificial learning of copies upon copies of talented works of artists. Theres no depth and authenticity in these artificial arts.
We can't fight industrial and technological evolution, but humanly, we can still find beauty in our short lifespans, the beauty of experiencing life, the beauty of being consious.
Gabut bgt ini orang wkwkw
Dungu, orientasinya bahkan ga jelas.
saya bingung, yang ngoceh sebenarnya yang mana ^^
Ketika manusia telah menjajal semua kemungkinannya, yang tersisa hanyalah kehampaan. Pelarian dari kehampaan akhirnya akan berjumpa kembali dengan kehampaan.
Saya kira chanel ini udah tidak ada lagi.
Padahal chanel ini salah satu chanel favorit saya.
AI to AGI
Mudah-mudahan Bung Martin masih terus menjadi guru filsafat berbahasa Indonesia di dunia maya, terus membina dan menyemarakkan festival filsafat, walau sendirian.
Beliau tidak sendirian kok. Ada Pak Fahruddin Faiz dengan Ngaji Filsafat-nya.
tapi bung martin lebih baik dalam menyampaikan setiap makna dari filsafatnya.
membaca buku dr kertas langsung jauh berbeda dr membaca buku by phone,tak henti²ny apresiasi kepada oenulis² buku,,atas kelebihan yg mereka miliki utk menulis,mampu mengajak perasaan pembaca utk ikut serta mengiyakan maksud penulis dengan penggambaran ke tokoh² dibuku,,ibarat JK membaca buku teruss beralih ke handphone ibarat harga konten di handphone masih kalah jauh dengan hal² yg disampaikan buku,sastra tak akan tergantikan oleh apapun sihh,pernah mencoba pura² memalingkan wajah dr buku ,tetap saja harus kembali ke buku,karna buku adalah rumah bagi org yg ingin mencari kebijaksanaan,pencarian tak berujung,dalam hidup, hidup bagi penulis💪jaya teruss
Karakter Risdianto sangat fit menjadi Absurd Hero, tanpa harus memilih bunuh diri secara fisik atau filosofis melakukan lompatan 'iman' daripada jatuh kedalam lubang nihilsitik.
Absurd was a human sentiment, existing in man’s mind alone.
Novel ttg eksistensialisme. Jadi ingat istilah dr Zizek tentang "Decaffeinated Society". Bisa menikmati Kopi tnp harus menanggung resiko kafein. Jadinya Nihilisme.
Solusinya (mungkin) adalah menjadi Buddhist.
haha😂
Dalem. Foods for thought.
Mohon kepada Prof. Martin Surya Jaya untuk menjelaskan tentang ritual adat istiadat tentang leluhur orang mati bisa bicara.Secara Filsafat🙏🇹🇱
Akhirnya yang di tunggu selama ini datang juga
Sehat salalu🙏
entah kenapa setelah mendengarnya, rasa haru & air mata kesedihan jadi ada
Jos markotop
Bang martin selalu kutunggu pembahasan pembahasannya. Semoga dilancarkan terus rezekinya, sukses terus
saya bisa merasakan kegelisahan yang konkret dari Bung Martin dalam video ini
Terima kasih Bang Martin..
Terlalu lama Bang Martin mendiamkan kanal ini. Semoga kedepannya bisa kembali rutin, setidaknya satu video dalam sebulan.
yg di tunggu2 akhirnya tampil kembali
kalo pendapat saya "seni, bahkan sains akan melebur menjadi agama... semua hanya kepercayaan kecuali AI... karena dia bisa memutuskan apa yang kita inginkan, apa yang membuat kita bahagia, bahkan menjawab pertanyaan duniawi... jadi otomatis manusia lari ke mana? yap ke kepercayaan... lebih tepatnya apa yang dia percayai
Pas menit 9.15- 9.20 kaya film Equilibrium
Saya senang bisa menyimak Bung Martin lagi.
Thank you so much for Come back Pak. Martin.
bung martin sangat mencintai sastra indonesia ❤
Seharusnya para pemikir itu paham, bahwa dunia itu berevolusi. Tadinya manusia cuma bisa berburu, di gantikan beternak. Tadinya kerajinan/agraris berubah menjadi industri, tadinya analog di ganti digital. bukan berarti old style itu di tinggalkan. Beberapa manusia msh ada yg suka hidup dengan cara legacy. Evolusi manusia dari selama ratusan ribu taun membuktikan klo manusia bisa beradaptasi sesuai jaman. Mental survival manusia itu telah terancang lebih baik.
Terimakasih sudah dibuatkan caption atau subtitle bahasa Indonesia.. supaya bisa saya baca karena terbiasa dengan baca aja sih
Pembahasan keren sekali. Segera memburu bukunya bang.
Saya penggemar dan selalu mengikuti Channel Anda Pak Martin.
Terus terang video kali ini sungguh menambah menyita pikiran sekaligus menambah mengusik ketenangan jiwa. Saya sebagai pegiat sastra (penulis) sekaligus pecinta filsafat merasa diancam dan ditantang.
Satu tahun yang lalu saya juga menulis buku berjudul "Bercengkerama Dengan Logika" yang diterbitkan oleh EBiZ. Di buku itu saya buat labirin-labirin pemikiran tentang kekhawatiran saya terhadap peradaban yang mulai mengarah pada pola-pola kemunduran.
Lalu untuk apa kita menulis?
Bagaimana sikap kita sebagai pegiat literasi dalam menghadapi masa serba AI?
Apakah ada cara lain untuk tetap mempertahankan eksistensi literasi agar supaya tidak dilahap habis AI?
Jiwa dan Spiritualitas adalah dimensi manusia yang tidak dimiliki AI sampai kapanpun
ya banggg.. waw.. akhirnya,, ada video baru juga... semangat lanjut bang..
Saat mobil ditemukan banyak pekerjaan yang tergantikan , tapi tidak berarti teknologi ini merusak kemanusian , demikian juga dengan AI akan banyak pekerjaan yang tergantikan tapi tidak berarti merusak kemanusian , logik sederhana dari aristoteles
Aristoeles sudah ada mobil dan ai?
Akhirnya datang juga
Buku Dr Martin selalu menarik. Jurnal ilmiah karyanya juga tidak kalah menariknya.
Terimakasih banyak bapak atas upload videonya. saya merindukan sejak lama video dari anda. semoga akan berlanjut dengan video video lainnya
Akhirnya belajar lagi
Terima Kasih, Bang.
Jarang muncul, sekali muncul membawa kecemasan yang romantik, sehat terus pak
Bahkan jika kita menghabiskan banyak waktu di media sosial kita secara tak sadar kita sedang di pengaruhi oleh AI, itulah kenapa saat menggunakan sosmed diri kita di arahkan bukan diri kita yang mengarahkan diri kita sendiri seperti apa yg kita senangi
Menarik
Guru digital filsafat pertama gue sudah kambeeeeek 🎉
akhirnya setelah sekian lama, mas martin bikin video lagii
sudah PO bukunya untuk ke Bandung🔥
Seni sudah lama mati... Yang tersisa hanyalah proyek proyek keaenian yang berkedok restorasi budaya...
Seperti project2 dirjenbud.
Taraktak dung dung ces🎉
aku cukup spakat dengan opini ini.
Mojok membayar saya pakai setumpuk buku atas naskah-naskah yang saya kerjakan selama ISOLASI MANDIRI COVID-19, sementara banyak yang lain ngumpul dan nongki-nongki di luar rumah, tapi ternyata naskah-naskah yang dibayar Mojok pakai buku-buku, ternyata buku propaganda semua!!!!!
@@CatatanSiBung disertai dengan perasaan sumir bahwa para penulis telah sukarela bahkan bangga atas transaksi yg mengagungkan buku diatas 💰
barter telah bangkit dan sastrawan jd korban utamanya
setelah di tunggu tunggu. akhirnya upload lagi 😊
Terkadang Manusia Di zaman dan era ini Merasa Bisa mengetahui segalanya Hanya lewat Teknologi yang menjadikannya hanya ada dalam satu kerangka berpikir yang akhirnya Hanya Memiliki Logos dan tak Mampu menembus Rasa Terdalam Inti Batin manusia
Akhirnya setelah menunggu sekian lama.
*martin suryajaya vs. ryu hasan.* 🤭
Iyaa pak dosen filter burbel, kita dituntun sesuai riwayat yg kita lihat di bahagiakan oleh ai dan di lupakan dia. Salam pak martin lama fakum
Kayanya kemajuan teknologi tidak jauh beda dengan sejarah kuno ketika manusia bergantung pada mitologi. Mungkin bisa dijadikan tema diskusi bung Martin 😊🙏
Nyimak
Welcome back bung! Lama udh nungguin
Kebudayaan tanpa proses tumbuh pada proses kreatif manusia adalah robot. Otak manusia berubah menjadi mesin komputer
alih-alih kekhawatiran akan punahnya seni dan kawan-kawannya, TETAP ada PELUANG untuk BERTRANSFORMASI dan BERSERAH diri !!!
Video baru yang beneran baru, seger banget pemikirannya
Manusia akhirnya dihancurkan oleh ego pikirannya sendiri
brave new world
Semoga buku itu yang akan diterbitkan adalah buah dari kerja AI
Merinding! Semoga sastra Indonesia bertransformasi dan melewati kiamatnya
Dah lama menunggu
Selamat Menikah Bung Martin🎉🎉
Wah jumpa lagi
Kebudayaan yg sedang berlaku saat ini memang sudah di prediksi oleh banyak psikolog di awal 60an. Bagaimana nanti di abad ke 21 ,orang2 terutama ank2 muda sudah ekstase informasi dan pada akhirnya kehilangan interest pada hal2 yg misteri ,sebab semua sudah bisa di jawab oleh teknologi.efek dari itu semua adalah org2 merasa tak punya identitas eksitesialisme yg jelas,dia siapa, berakar dari man,dikenal sebagai apa dll. Dan ujung dari semua itu lost identity itu mengakibat kan masalah psikologi yg berat seperti stress,depresi,bipolar dll
setelah 9 bulan akhirnya melahirkan, pemikiran dan ide yang sempat terhenti akhirnya terlahir kembali dengan jiwa yang baru ❤
Keren bang
Kereeen bukunya bang... ❤❤❤
Emosi manusia sdh terpetakan saat ini om martin, jangan jauh2 youtube ini aja tau kita pengen liat video macam apa. Kalo kita buka youtube ketika sebelum tidur maka algoritma video di beranda disuguhkan sedemikian rupa pun dgn kalo kita bukanya siang hari. Demikian jg dg sosmed2 lain, bahkan tiktok lebih liar lagi dia memetakan emosi kita dgn cara "beyond", ga perlu repot search2 dia suguhkan kita langsung bs mantengin lama wkwk. Algoritma emosi sdh terpetakan begitu kata dr ryu hasan, yg blm itu cuman algoritma kesadaran, begitu algoritma kesadaran udh terpetakan yaudah deh apa artinya kehidupan. Manusia bakal transendens, aku bisa ada dimana2, aku dan kamu bisa bertukar pengalaman kecerdasan dll dlm nano detik. Homo sapiens ini mungkin akan punah, tetapi aku dan kamu akan abadi berupa data.
Case study yang menarik. Bagaimana analisa Anda terkait Elon Musk yang sedang ngembangin neuralink?
Chanel favorit.
Welcome back, Suhu..
Akhirnya sang filsuf update konten 👍🏼👍🏼
: menarik...
Sehat-sehat terus Bung Martin 💛.
Bung Martin jadi lebih seger keliatannya, udah ngurangin rokok juga kayaknya. Mantap bung
wah wah kemana aja sir
Mirip pernah mikir soal bagaimana pendidikan telah digantikan oleh manjemen.....
melegakan bung 😌
Akhirnya setelah sekian lama
Kak, bahas konsep tanpa diri/anatta dong, trims
Hampir 1 tahun akhirnya upload juga 🎉
Prof Martin 🔥
Menurut aku iklan mesin press Apple sangat keren dan futuristik. Seniman harusnya lebih maju dari apple, bukan sebaliknya mengekang pertumbuhan telnologi.
Sebelum hancur lebur 🔥
🔥🔥🔥
Akhirnya, Channel ini hidup kembali 🗿
Saya kok teringat novel distopia serupa berjudul Brave New World karya Aldous Huxley 🥺
Puisi di akhir video bikin merinding
Syech
Bahas akselerasionismenya nick land dong pak
❤
Semangat selalu abangkuh🙌🔥
Sekian lama nunggu upload
Ini seperti kita sekali lagi melihat kembali pada eksistensialisme. Sebagaimana Eksistensialisme adalah aliran yang lahir atas penolakan terhadap paham-paham kolektivisme yang menghancur-leburkan individualisme kedirian seseorang sebagai manusia, bahwa setiap manusia itu memiliki keunikan tersendiri yang harus dihargai, untuk kemudian mengajak manusia berfokus pada menjalani pengalaman kediriannya dengan pengendalian penuh terhadap dirinya sendiri.
Kehendak bebas ini hanya akan dapat termanifestasikan dengan baik secara estetis jika kita telah berhasil memetakan dunia yang saat ini sedang menghegemoni dan mengancam keunikan manusia itu sendiri, serta yang mereduksi segala bentuk pengalaman batin yang hanya dimiliki oleh manusia semata sebagaimana cara khas manusia dengan kedalaman dan keragaman perasaannya. Setelah penolakan terhadap segala hegemoni yang mengancam keunikan manusia dan cara khas manusia tersebut, barulah kita ajukan perlawanan dengan memformulasi ulang tata nilai yang kita bangun atas diri kita.
Kiamat ruh budaya 😢
😂 akhir mau share pemikiran & ilmu lagi
😮😮😮
Artpocalyptic
curiga ku jgn2 anti tesis dr rusdianto ada di buku kiat sukses hancur lebur..
otw Po Lord
bisa jadi
karya bukan berarti seni, a.i adalah sebuah (karya) dari sains, karya tersebut dapat digunakan untuk suatu tujuan
sederhananya kamera adalah karya dari sains dan digunakan sebagai alat untuk menciptkan seni
atau bahkan bisa menghancurkan seni itu sendiri
ibaratnya a.i ini anti matter nya karya sains sebagai alat seni, dalam sains jelas ada namanya anti matter dan matter.
jadi berpikir kalau sains adalah seni itus salah, karena hukumnya sains itu ada matter dan antimater dan mereka ada jalurnya sendiri bahkan saling menhancurkan.
seni itu adalah alat yang diciptakan manusia untuk menuju titik berbeda dari apa yang terjadi di masa lalu.
seni itu haruslah mandiri bukan terikat oleh sains,
sebagai seniman harus bisa berpikir lebih dari seorang sains,
jadilah antimatter sains!
Ai bisa bikin puisi lebih abik dari rata rata orang
Coba contohnya, dan kenapa bisa disebut lebih baik?
Martin kamu jangan dipotong pendek rambutmu, kamu lebih keren Gondrong😊😊😊
Aku bersemayam dalam dunia yang sebentar lagi akan kiamat. Lalu aku sebenarnya apa? Terima kasih banyak atas sengatannya, Bung.
Mana video barunya kak 🙏
Ditunggu
Lama ga upload mas 🎉
Bung mau bertanya, bukankah perkembangan zaman memang destruktif? Dulu manusia nomaden namun pada akhirnya mereka mulai bertani, kemudian muncul revolusi industri. Apakah ini buruk bung? Atau jangan-jangan ini memang proses kemusnahan manusia (yang tidak harus dimaknai)? Tohh hampir semua makhluk hidup telah dan akan punah.
Atau jangan-jangan ini ketakutan manusia sebagai makhluk hidup yang tidak mau punah?