Makomat Sabar dan Syukur dalam ajaran Tasawuf . Part vid.2 dua Tamat.

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 24 ม.ค. 2025

ความคิดเห็น • 1

  • @adangsutisno3517
    @adangsutisno3517  16 วันที่ผ่านมา +1

    Umat sekarang dah bau tanah masih juga ada yg belum sadar aneh gimana mau ditolong Allah kalau kediri masih juga الظالمين (la yuathiru alaa) zoolimina.
    Setelah ujian-ujian/cobaan-cobaan itu dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
    قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan engkau sebagai imaam (pimpinan) bagi manusia.”Di sini kita mendapatkan pelajaran yang sangat mendalam bahwa kepemimpinan (imamah) kepala rumah tangga Khalifah kecil seorang bapak itu akan diberikan kemulian setelah seseorang lulus dari berbagai ujian yang berat dan ujian itu dapat laksanakan dengan sebaik-baiknya. Mangkanya harus diIlmui. Jangan merasa sok bener sok bersih kalau dah tua sadar dulu dah. Kalau pengen lulus Ujian. Kan dah diterangkan di Al Qur’an sejelas jelasnya melalui Riwayat keNabian itu untuk jadi contoh kita hidup.
    Setelah kepemimpinan (keimamahan) diberikan kepada Nabi Ibrahim, beliau minta agar kepemimpinan itu, juga diberikan kepada di antara anak cucunya
    قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي (Dan saya mohon juga untuk keturunanku).
    Nah bayangin kalau bapaknya aja belum sadar masih Zoolimin diri kebayang gak anak keturunan cucunya. Islam gak ngajarin hukum karma tapi pahami Zuriyat gak ada istilah putus Zuriyat gak ada keturunan itu kaji ngaco namanya. Nabi Ibrahim Alaihi Wasallam sebagai sosok ayah, sudah tentu bercita-cita jauh ke depan agar di antara anak cucunya ada yang dipilih oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai pimpinan yang bener.
    Tentunya secara Islam bukan meras paling bener Sombong namanya tuh, sehingga perjuangannya dapat dilanjutkan. Berdasarkan firman Allah tersebut, permohonan Nabi Ibrahim dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa di kalangan anak cucu akan ada yang dijadikan sebagai Imam untuk melanjutkan perjuangannya, tetapi janji itu tidak berlaku bagi anak cucunya yang dzalim, karena ketinggian Makomat Sabar dan Syukur dalam ajaran agama Islam bukan didapat karena Zuriyat keturunan.
    Ketinggian agama dan derajat Makomat diperoleh oleh orang yang sanggup menghadapi ujian sebagaimana Nabi Ibrahim diangkat sebagai Imam setelah berhasil lulus memenuhi segala ujian. Keimamahan agama bukanlah kerajaan dan bukan pula dinasti yang dapat diturunkan kepada anak cucu. Oleh karena itu keturunan Nabi Ibrahim yang zalim tidak dapat menjadi pimpinan agama. Inilah yang kita lihat pada orang Yahudi, walaupun mereka keturunan Nabi Ibrahim dari putranya Ishaq, karena mayoritas mereka adalah orang-orang yang zalim, mereka bukan menjadi pimpinan agama, tetapi justru merusak agama. Sementara itu, keturunan beliau dari putranya Nabi Ismail Alaihi Salam yang tidak dzalim, diangkat oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai pimpinan bagi seluruh umat manusia, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam yang ditetapkan oleh Allah sebagai penghulu para nabi dan pimpinan bagi seluruh umat manusia.Sebagai Rahmatan lil Almin.
    Kita bersyukur karena Allah masih memberikan nikmat kesehatan dan umur panjang. Dengan terus bersyukur, kiranya Allah terus menambah nikmatNya kepada kita semua. Belajar dari keteguhan Nabiyullah Ibrahim Alaihi salam di atas, maka kita haruslah menghadapinya dengan penuh keteguhan dan kesabaran. Untuk itu, kita harus terus bersabar, tidak boleh terus terusan berkeluh kesah, putus asa apalagi menyerah. Usaha dan ikhtiyar harus terus dilakukan dengan melaksanakan Amalan ibadah juga terus kita tingkatkan.
    Juga tidak kalah penting, berbagi kebaikan pada anggota keluarga, saudara, dan tetangga kita yg membutuhkan. Kita harus yakin bahwa di setiap kesulitan pasti ada banyak kemudahan, jika kita bersabar. Di setiap musibah pasti ada hikmah, jika kita bertawakal. Di setiap masalah, pasti akan kita temukan jalan keluar, jika kita bertakwa. Dan kita yakin bahwa di setiap kesusahan pasti ada kebahagiaan, jika kita tunduk total kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jangan pernah merasa bosan, dan merasa lelah dalam berdoa. Sebab, dengan doa, kita berharap, Allah memberikan keselamatan dan kemudahan jalan keluar dalam menghadapi apapun kesulitan musibah dalam kehidupan kembali normal.
    Sedangkan Syukur secara terminology berasal dari kata bahasa Arab, syakara yang berarti membuka segala nikmat, yakni gambaran dalam benak tetang nikmat dan menampak- kannya ke permukaan. Syukur berarti rasa terima kasih atas nikmat yang telah diberi- kan, sembari
    menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai Allah SWT. Syukur tersusun dari ilmu, hal, dan amal perbuatan. Ilmu berarti mengetahui nikmat yang di- berikan dari pemberi nikmat. Hal berarti gembira atas nikmat yang telah diberikan.
    Syukur dalam pandangan Ibn ‘Ata’illah terbagi menjadi 3 macam; pertama shukur dengan lisan, yaitu mengungkapkan secara lisan, menceritakan nikmat yang di- dapat. Kedua, shukur dengan anggota tubuh, yaitu shukur yang diimplementasikan dalam bentuk ketaatan. Ketiga, shukur dengan hati, yaitu dengan mengakui bahwa hanya Allah Sang Pemberi Nikmat, segala bentuk kenikmatan yang diperoleh dari manusia semata-mata dari-Nya.Dengan akal ini manusia dapat berpikir, berangan-angan, dan berkehendak. Se- hingga manusia memiliki potensi untuk mengangan-angankan dan menginginkan suatu bentuk kenikmatan yang akan diberikan oleh Allah. Hal inilah yang harus ditiadakan dalam pengejawantahan syukur. Karenanya dalam hal ini Allah ber Firman. QS. Ibrahim : 7.
    وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
    Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; «Sesungguhnya jika kamu ber- syukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.Wallahu a’lam bishawab. Tamat
    Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.