Semangat kajian diskusi dan kulyah filasafat sepeti ini, apalagi di ampu oleh Romo Setyo Wibowo. Yang dulu saya sering ikut kelassnya di Salihara dan Taman ismail Marzuki.
audionya pun turut hanya berbunyi sebelah kiri. Semua sistem memiliki auto-immune nya sendiri. Cina modern beruntung memiliki Deng Xiaoping, selain sisi Ekonomi, Deng juga mati-matian melakukan kaderisasi PKC yang hancur-hancuran di zaman mao yang anti cendekiawan, dengan kriteria dan pelaksanaan rekrutmen. Bahkan Hu Jintao adalah kader yang diperkenalkan oleh anak Deng Xiaoping sebagai teman sekolahnya yang cerdas setelah salah seorang anak Deng Xiaoping itu mengetahui kegalauan ayahnya dalam mencari kader untuk mengemban tugas membangun Cina ke depan. Beruntung Cina Deng Xiaoping tidak mengisi kekosongan kader PKC dengan anak-anak nya sendiri. Bayangkan kalau Cina tetap dalam genggaman "gang of four" mungkin akan lebih parah keadaannya dari dinasti Korea Utara. Apapun sistem politiknya semoga Indonesia memiliki keberuntungan diberi anugerah PEMIMPIN BANGSA suatu saat nanti.
Berbicara demokrasi dewasa ini, yang katanya diperjuangkan mati-matian oleh para pejuang demokrasi. Akan tetapi, perjuangan tersebut apakah perjuangan demokrasi demi demokrasi itu sendiri atau kah demokrasi demi kepentingan bangsa dan negara? Inilah yang menjadi tanda tanya besar yang bisa kita ajukan kepada para pejuang demokrasi. Saya selalu curiga bahwasanya demokrasi yang diperjuangkan oleh para pejuang demokrasi adalah perjuangan demokrasi demi demokrasi itu sendiri. Tidak mungkin juga kita setuju dengan sistem khilafah atau kerajaan misalnya, karena negeri kita begitu luas jika hanya dikendalikan oleh beberapa orang saja. Pun realitas yang begitu rumit dan kompleks bak kedalaman lautan yang dasarnya saja masih merupakan sebuah misteri untuk kita saat ini menjadikanya tidak mungkin untuk berpegang satu tali demokrasi semata. Bukankah demokrasi sendiri telah banyak menuai kritik seperti apa yang dalam diskusi tersebut disampaikan bahwa demokrasi juga imun pada dirinya sendiri. Democrazy to come. Memang saya rasa tepat untuk menggambarkan sebuah ide yang diseret-seret menuju realitas. Satu hal terpenting yang tidak boleh kita lupakan dan nafikan, yakni pada demi kepentingan bangsa dan negara. Itulah intinya, itulah garis besarnya, itulah fundamenya. Maka demokrasi rasa permen nano-nano yang didalamnya ada aristokrasi, teokrasi, dan lain sebagainya adalah apa yang bisa kita ambil dari sisi baiknya dan buang sisi buruknya, asalkan untuk kepentingan bangsa dan negara. []
Teater Utan Kayu apakah Rocky Gerung bisa di undang sebagai pemateri mengenai Etika saya masih bingung posisi Etika itu karena di kampus saya nemu pamplet Etika berpakaian yang baik, kemudian di Kosan saya ada pamplet Etika bertamu.
Semangat kajian diskusi dan kulyah filasafat sepeti ini, apalagi di ampu oleh Romo Setyo Wibowo. Yang dulu saya sering ikut kelassnya di Salihara dan Taman ismail Marzuki.
Terima kasih TUK.
Semoga episode berikutnya audio lebih keras (lebih baik).
Terima kasih
audionya pun turut hanya berbunyi sebelah kiri. Semua sistem memiliki auto-immune nya sendiri. Cina modern beruntung memiliki Deng Xiaoping, selain sisi Ekonomi, Deng juga mati-matian melakukan kaderisasi PKC yang hancur-hancuran di zaman mao yang anti cendekiawan, dengan kriteria dan pelaksanaan rekrutmen. Bahkan Hu Jintao adalah kader yang diperkenalkan oleh anak Deng Xiaoping sebagai teman sekolahnya yang cerdas setelah salah seorang anak Deng Xiaoping itu mengetahui kegalauan ayahnya dalam mencari kader untuk mengemban tugas membangun Cina ke depan. Beruntung Cina Deng Xiaoping tidak mengisi kekosongan kader PKC dengan anak-anak nya sendiri. Bayangkan kalau Cina tetap dalam genggaman "gang of four" mungkin akan lebih parah keadaannya dari dinasti Korea Utara. Apapun sistem politiknya semoga Indonesia memiliki keberuntungan diberi anugerah PEMIMPIN BANGSA suatu saat nanti.
greetings, 👌🏻
Sekali² undang Prof. Bambang Sugiharto jadi pembicara min
Berbicara demokrasi dewasa ini, yang katanya diperjuangkan mati-matian oleh para pejuang demokrasi. Akan tetapi, perjuangan tersebut apakah perjuangan demokrasi demi demokrasi itu sendiri atau kah demokrasi demi kepentingan bangsa dan negara? Inilah yang menjadi tanda tanya besar yang bisa kita ajukan kepada para pejuang demokrasi. Saya selalu curiga bahwasanya demokrasi yang diperjuangkan oleh para pejuang demokrasi adalah perjuangan demokrasi demi demokrasi itu sendiri. Tidak mungkin juga kita setuju dengan sistem khilafah atau kerajaan misalnya, karena negeri kita begitu luas jika hanya dikendalikan oleh beberapa orang saja. Pun realitas yang begitu rumit dan kompleks bak kedalaman lautan yang dasarnya saja masih merupakan sebuah misteri untuk kita saat ini menjadikanya tidak mungkin untuk berpegang satu tali demokrasi semata. Bukankah demokrasi sendiri telah banyak menuai kritik seperti apa yang dalam diskusi tersebut disampaikan bahwa demokrasi juga imun pada dirinya sendiri. Democrazy to come. Memang saya rasa tepat untuk menggambarkan sebuah ide yang diseret-seret menuju realitas. Satu hal terpenting yang tidak boleh kita lupakan dan nafikan, yakni pada demi kepentingan bangsa dan negara. Itulah intinya, itulah garis besarnya, itulah fundamenya. Maka demokrasi rasa permen nano-nano yang didalamnya ada aristokrasi, teokrasi, dan lain sebagainya adalah apa yang bisa kita ambil dari sisi baiknya dan buang sisi buruknya, asalkan untuk kepentingan bangsa dan negara. []
13:17
Audio nya kurang kenceng min hehee
Suaranya kecil banget. Sayang euy
Mohon informasi bagaimana caranya bisa ikut acara Philosophy Underground
min, audionya
Teater Utan Kayu apakah Rocky Gerung bisa di undang sebagai pemateri mengenai Etika saya masih bingung posisi Etika itu karena di kampus saya nemu pamplet Etika berpakaian yang baik, kemudian di Kosan saya ada pamplet Etika bertamu.
Itu buka etika tp etiket
1:40:11
Info judul buku nya mind. Dan beli dimana?
Judul buku: Gaya Filsafat Posmo dan Sesudahnya
Buku bisa dibeli melalui wa.me/6285819572946
Mantaf ka, nyimak nih
Akhirnya yang ditunggu-tunggu
Anda mendukungnya setelah itu tidak. Ini menjadi bukti bahwa pembicara tak berideologi. Sehingga salah memilih karena berlandaskan keluguan.
Hah
Bisa juga yg narrow minded nonton seperti ini ya..bkn main