Sebagai penyintas KDRT Finansial (left with huge debt by ex husband), gue setuju sama omongan Gita, stigma Cerai itu buruk itu melekat bgt di Indonesia, tiap gue bilang gue single mom, pasti ditanya kenapa, ya pasti ada alasan yg gk mudah dong utk orang sampe mutusin utk pisah. Gk ada 1 perempuan pun yg nikah dengan tujuan utk bercerai. Dan gue pihak yg gk berani 'gamble', berharap orang lain akan berubah, karena itu diluar kuasa gue. Yg bisa gue handle ya diri gue sendiri. I choose my self. This isnt an easy journey ofc, but I am glad I survived.
Setuju banget.. sedih sih lihat reaksi sebagian komen netizen kita setelah perdamaian Lesti-Billar.. Sebagai perempuan dan kalau memposisikan diri saya ke Lesti, saya bisa ngerasain seberapa berat, bimbang, dan sedihnya yg dia jalanin ini. Malah di satu sisi saya kasihan dengan Lesti, keputusan dia untuk rumahtangga dia seakan2 diawasi& kayak perlu acc dari netizen gitu.. Padahal kita selaku netizen harus sadar, ibaratnya kita tuh bukan dosen yg sedang menilai skripsi, kita bukan dosennya rumah tangga orang lain.. Bener banget kata kak Gita.. kita tuh cukup perlu berempati dan berfikir apa yg bisa kita lakukan untuk menolong saudara kita ini as a humanbeing bukannya malah memboikot, menyudutkan, menuduh, dll..itu bukan ranah kita. Semoga dari video kak Gita ini, netizen kita jadi lebih cerdas, lebih thoughtful terhadap problem2 yg ada di sekitar kita, dan cukup mengambil hikmah dr berita2 yg kita dengar tanpa mengejudge terlebih lagi menyudutkan objeknya. 🥲🙏👍
Bener ka gitt Ibu gue bertahan dari perceraian demi gue sbg anaknya biar punya figur ayah. Saat umur kecil, memang image keluarga utuh gue butuhin biar dianggap normal dan gaada kekurangan dalam kehidupan keluarga gue, tapi semakin gue tumbuh dewasa, gue sendiri sbg anak yg malah menyayangkan opsi *Bertahan* itu. Lebih baik bercerai daripada bertahan tapi selalu melihat pertengkaran orangtua.
Nyambung sama masalah sosial nggak sih. Kebanyakan ibu bertahan karena nggak cuma nggak mampu menghidupi anak kalau sendirian, tapi juga karena takut si anak jadi samsak sosial, yang dikit2 dikaitin sama latar belakangnya dari orang tua yang bercerai. Kadang, biar anak tumbuh dengan percaya kalau orang tuanya harmonis, si ibu pura2 semuanya baik2 aja. Berapa banyak dari kita tau kalau ibu kita hidup dalam tekanan setelah kita dewasa?
speaking as a child from divorced parents.... gue bersyukur sih ortu gue cerai hehe, malah jadinya keadaan lebih damai di rumah, selain itu juga akhirnya it's easier for them to compromise a lot of things krn mrk merasa lbh bebas dan gak ada beban lagi sebagai "suami istri". Tidak hanya itu, gue juga bersyukur mereka udah nemuin pasangannya masing-masing lagi dan pasangan mereka (yang mana sekarang udh jd ibu dan bapak tiri gue) baikkk banget sama gue dan adek-adek gue. Sekarang gue justru happier than ever krn suasana rumah jadi jauh lebih damai dri sebelumnya. Gue tau sih, gak semua orang seberuntung gue, tapi menurut gue kita gak bisa nge judge pilihan orang utk stay or not stay in a toxic marriage demi anak. Karena temen gue pun ada yang bapaknya tukang selingkuh dan ibunya sering banget kdrt bapaknya setiap ketahuan selingkuh, sampai ada titik dimana ibunya melakukan penusukan ke bapaknya (tapi bapaknya selamat dan baik-baik aja kok), dan ortunya memilih untuk ttp g bercerai demi anak meskipun anaknya udah mohon2 ke ortunya supaya mereka cerai aja krn keadaan di rumah sudah sangat jauh dari kata kondusif. So yeah, menurut gue kita gak seharusnya nge judge pilihan orang untuk stay or not stay in that marriage.
same here, my parents divorced waktu aku masih kecil, aku tumbuh besar dilingkungan dimana semua orang (keluarga) menyayangkan keputusan tsb , "harusnya bertahan demi anak " they said , tp setelah dewasa aku paham alasan mereka pisah dan sama skli tdk menyayangkan kejadian tsb, aku tahu it was the best decision for both of my parents, toh bagi aku mereka gak pernah fail as parents
same here, my parents divorced waktu aku masih kecil, aku tumbuh besar dilingkungan dimana semua orang (keluarga) menyayangkan keputusan tsb , "harusnya bertahan demi anak " they said , tp setelah dewasa aku paham alasan mereka pisah dan sama skli tdk menyayangkan kejadian tsb, aku tahu it was the best decision for both of my parents, toh bagi aku mereka gak pernah fail as parents
same here, my parents divorced waktu aku masih kecil, aku tumbuh besar dilingkungan dimana semua orang (keluarga) menyayangkan keputusan tsb , "harusnya bertahan demi anak " they said , tp setelah dewasa aku paham alasan mereka pisah dan sama skli tdk menyayangkan kejadian tsb, aku tahu it was the best decision for both of my parents, toh bagi aku mereka gak pernah fail as parents
Gw juga kesel waktu denger si Lesty nyabut laporannya. Awalnya gw pikir somehow Lesty bisa encourage perempuan2 lain yg ada di hubungan toxic buat keluar. But she's still human though. Kita gatau seberapa stabil kondisi mental dia waktu ngambil keputusan itu. Gw harap Lesty punya bbrp langkah preventif buat ga kejadian kena KDRT lagi. Wish her all the best!
Aku setuju bgt dengan kak Gita, aku sedih bgt liat banyak netizen yang lebih nyalahin ke Lesti. Menurutku korban kdrt tuh sulit bgt buat keluar, dan disini pengaruh orang terdekat tuh lebih penting banget buat dampingi si korban dan empati dengan korban. Dan lagi kondisi psikologis si korban tuh harus bener2 di perhatikan oleh orang2 terdekat.
Kayanya pengetahuan2 kya gini harusnya ada di kurikulum sekolah deh, biar ngga hanya 1 atau 2 orang aja yang tau dan paham. Selalu suka dengan opini dan pengetahuan dari kak Gita🤗👏🏻
Di sekolah ku ada kok kak, tp ya ujung ujungnya gurunya bilang "tapi yaudah lah ya, perempuan sama laki laki sudah setara kok, iya kan? kalian para perempuan bisa bersekolah tinggi aja udah bagus banget, kalian para perempuan itu kodrat nya di dapur, ujung ujungnya juga melayani suami"
'Aib keluarga jika cerai' Bener kak git. Dan ini bikin kesel banget. Ada orang dekatku yang dia suaminya nggak menunaikan kewajiban mencari nafkah, nggak ada usaha untuk nyari kerja, dan ujung-ujungnya dia cuma bisa minta uang ke istrinya, dan istrinya sering dipukulin. Padahal kalopun mau masuk pengadilan itu bisa, saksi dan bukti ada semua. Tapi waktu aku mengutarakan pendapatku, jawaban keluargaku beneran bikin kaget, mereka bilang, 'itu cara untuk diberikan Surga', which is, incredibly ridiculous. Kayak, banyak cara untuk mendapatkan surga dan pahala selain nahan rasa sakit dipukulin, di rendahin, bahkan ketika si suami itu nggak menunaikan kewajibannya. Dibilang juga, kalo kayak gitu (cerai) itu mencoreng nama keluarga. Another pikiran bodoh. Cuma karena bukan mereka yang ngerasain, jadi mereka bisa pasang muka seolah semua itu baik baik aja, nggak ada yang salah. And tbh, itu menyeramkan kalo ngebayangin hal itu bisa terjadi ke aku juga.
Dan inget.. Lesti itu di jalur yg lurus.. 1. Dia lapor polisi (kebayang ga klo ga lapor?) 2. Dia dan keluarga tidak memberikan statement apapun di media. Dan dia Tidak memanfaatkan situasi utk naikin engagement. Brarti dia bkn cari sensasi. Soalnya kebanyakan public figure yg punya kasus pasti story nya penuh.. Medsos update terus2an. Duit ngalir.. Klo ujungnya dia balikan. Itu keputusan berat buat dia. Sama dengan keputusan dia buat lapor polisi. Itu ga gampang. Sy denger banyak korban kdrt yg lapor polisi tp malah di kucilkan sama keluarganya dg kalimat "di gituin aja kok lapor polisi" Please people.. Support korban. Jangan ikut campur urusan org. Itu kan kalian jg yg jodohin woy. Kalian yg ikut jodoh2in jg andil kena hisab.
tapi menurutku si lesti emang kaya tipe² orang yang susah dinasehatin kak kalo udah cinta, kaya emang dia yang cinta mati bgt sama billar apalagi kalo liat video² lama mereka. Kabarnya yg ngelaporin itupun ayahnya buka lestinya sendiri.
@@AnitaLidiya iya bener. Aku juga gemes sm keputusannya. Ya itu, dia emg udh dibutakan sm cinta. Tp ga tau ya ke depannya. Mudah2an aja ga terjadi lagi. Kl pun terjadi lg, mereka kan sdh buat perjanjian ntah apa itu perjanjiannya. Yg penting bilar inget aja konsekuensinya kl melanggar perjanjian.
Bismillah doa terbaik buat Lesti insyaAllah Allah tinggikan derajatmu lesti dan Billar Semoga Billar bener bener bisa istiqomah berubah ke arah yg lebih baik aamiin allahumma aamiin ,Sesungguhnya Allah bersama hamba hambanya yang bersabar
setuju. Bahkan temen gue yang lulusan psikologi masih dengan entengnya ngejudge dan ngetawain orang yang gak bisa keluar dari hubungan toxic. Seriously this society is sick
Bahkan temen gw sendiri lulusan psikologi pun bucin. Sampe akhirnya menikah. Padahal hubungan yg udah terjalin selama 7tahun itu toxic. Lakinya suka selingkuh lah dll.. cewenya ngebet di nikahin. Cewenya bucin.
Aku terauma hingga saat ini kak. Sebab perlakuan ayah aku ke ibu ku. Aku susah bersosialisasi, aku takut sama laki laki, aku susah untuk percaya kepada siapapun terutama laki laki, aku susah untuk bercerita atau mengungkapkan apa yg aku rasa, aku sering putus asa bahkan saking stressnya aku ingin bunuh diri aja. Ayah aku gak pernah minta maaf atau perlakuannya dia bahkan menyalahkanku sbagai anak . Yg aku nangkap "aku pembawa kesialan" masalah dalam hidup orang tua aku. Jdinya stiap ibu aku di pukuli, di apain segala. Aku yg minta maaf terus. Entah ... Perasaan bersalah memang sudah berakar dalam jiwa aku untuk slalu minta maaf atas rasa sakit ibu aku. Siapapun kalian orgtua... Jika kalian mendapatkan pasangan yg toxic lalu pertahankan rumah tangga kalian dngan alasan anak ... aku sbagai anak broken home ingin bilang bahwa "anak yg kalian jadikan alasan bertahan, ibarat pertahankan anak harimau sejak kecil hingga menjadi senjata (monster) dikala dia dewasa" Sekian.
setuju banget, lebih baik kasih alasan bucin dan gak bisa kelain hati ato krn alasan finansial drpd anak dijadikan alasan, ntar setelah dewasa dan mengerti knp ortunya begitu si anak jd merasa bersalah krn menjadi penyebab ketidakbahagiaan ortu... sedih 😔
Konten ini sangat mentrigger diri gue, thanks kak git. Married life is the worst life stage eveer kalo belom mecapai stable life in economy or area² lainnya. Kalo masih ngangong ngangong meski usia udah 25 yaudah sans aja, karna akan berbahaya banget kalau nikah kebawa umur dan kita blm mencapai apapun :")
Hidup perempuan emang paling aman untuk hidup tanpa menikah, sih menurut gw. Kecuali klo emang udah ketemu pasangan yg cukup moderate dan relatif anti patriarki; yg mana hampir mustahil di lingkungan Indo. Sebenernya banyak generasi milenial yang udah lumayan “woke” soal kultur yg toxic gini, tapi ya namanya hidup antar generasi, masih sulit untuk stand up buat diri sendiri in case ada masalah KDRT karena ya kultur toxic tadi itu yg memandang cerai adalah suatu yg totally negatif. Udah terlanjur masuk ke kultur, ikut campur banyak orang (walaupun keluarga sendiri) yang akhirnya malah bikin situasi makin runyam.😢
Kalau dari pandanganku, hampir mirip tapi lebih kepada ke child-free ketimbang ga menikah sama sekali. Menurutku kita perempuan perlu selalu siap untuk keputusan bercerai kapan saja, tergantung nanti masalahnya apa. Kalau ada anak, nanti akan seperti Lesti ini; bertahan demi ‘anak’ padahal belum tentu anaknya seneng punya Ayah abusive seperti Billar. Tapi kalau tanpa anak, keputusan cerai lebih bulet, less beban, dan nothing to lose. Misalnya seperti kasus Wendy Waltres dan Reza Arap. Memang sih Reza Arap bukan masuk kategori KDRT tapi sama-sama manipulative dan toxic.
@@littlecherrybloosom9950 iya betul kalau sudah ada yg cocok (tidak patriarki dan sama2 mandiri finansial) bagus tetap nikah dan bisa aja child free. Tapi klo gak ada sama sekali pilihan itu, lebih baik tidak, menurut ku.
@@littlecherrybloosom9950 dari komen kamu jadi kepikiran lagi gimana besarnya beban anak. Karena kebanyakan dari masyarakat kita punya anak kayak naruh kartu di papan judi. Kalau takut masa tuanya nggak sejahtera, punya anak aja biar ada yang ngerawat. Kalau rumah tangga nggak stabil, punya anak aja biar keduanya lebih bertanggung jawab sama keluarga. Kalau punya pasangan brengsek, punya anak aja biar pasangan inget anak kalau mau berbuat nggak baik. Dari sisi mau punya anak atau nggak, orang tua selalu jadiin anak sebagai bahan taruhan.
@@vega7156 Iya kak gpp kan pandangan/prinsip orang bisa beda2 ya, tergantung damage level mana yang kita antisipasi. Menurutku keputusan untuk ga menikah/menikah, keputusan bercerai/bertahan, keputusan child-free/punya anak semuanya baik. Yang membedakan konsekuensinya aja. Konsekuensi selalu ada yang + or -
@@diarythatyouforgot8704 Iya kak. Banyak yg mikir pasangan child-free itu karena gamau tambahan beban hidup (anak) padahal justru sebaliknya. Kebanyakan pasangan child-free justru gamau jadi beban untuk anaknya di masa depan; baik secara finansial maupun mental. Cerita dikit kak. Aku punya sepupu janda 2x dan punya anak dari masing2 pria. Dia ga urus satupun anaknya karena miskin jadi yang merawat orang lain. Dia bilang suami bisa ninggalin kita kapan aja tapi anak akan selalu jadi anak. Nanti kalau sudah tua, yang merawat dia ya pasti anaknya bukan suami. Suaminya yg sekarang (suami ke-3) bukan tipe setia, keluarga suaminya toxic, keuangan pas-pasan, numpang orang, dan mereka sering cekcok. Dia sebenarnya tau cerai itu mungkin terjadi jadi cari tameng pakai ‘anak’ sebagai pengikat. Fix egois. Anak dijadiin investasi. Emang udah kultur nasional yang toxic dan mendarah daging, kak.
Aku mau nambahin dr sisi anak yg berada di keluarga messed up ya kak. Awalnya mamaku stayed karena anak, tp ya itu situasi rumah jadi gak enak karena semua cuma dipaksakan. Dr awal aku ngerasa tertekan bgt, pengen bgt bilang ke mamaku, udh sih pergi aja, ngapain pertahanin pernikahan sama orang yg mentally abusive. Tp aku takut karena dulu aku masih kecil, smp 1. Sampe pas aku kuliah, aku ngerasa ada yg aneh dr diri aku dan aku harus pergi ke therapist dan konsumsi obat karena aku di diagnosed depression disorder. Dan kalo ditarik balik, "penyakit" ini udh aku rasain dari aku smp, where it all started. Walaupun sekarang my parents sudah pisah, malah aku ngerasa lbh bahagia karena liat mama yg udh lebih calm dan gak sedih2 lagi. Jadi menurutku, kalo ada org tua yg menggunakan anak untuk tinggal di toxic marriage, please don't! Karena itu cuma bakal menghancurkan anak kamu, karena anak itu gak bodoh. Kita tau kok mana yg benar dan salah. Aku bersyukur, aku gak tertarik sama toxic relationship. Beberapa temenku yg punya pengalaman yg sama kayak aku, pas udh besar mereka malah tertarik sama cowo2 toxic karena menurut mereka itu normal karena hubungan org tua nya seperti itu. Jadi please, jangan menggunakan anak sebagai alasan. Adanya nanti anak yg nyalahin dirinya sendiri. Karena para ortu jadikan mereka temeng, bukan malah melindungi anak.
thanks for covering this topic kak git!! selain itu juga kasian banget sama ortunya si lesti, ngga bayangin ngeliat anaknya di abuse sama a random guy that just came up to their life a few years ago. kasian banget sama juga ama netizen, kekurangan empati 🙏🏻
Yg paling disayangkan dari semuanya adalah dia mempunyai banyak fanatik fans kalangan menengah kebawah,orang2 desa (terutama wanita) dengan pendidikan yg minim yg akhirnya mencontoh,sudah banyak saya dengar ucapan2 Lesti calon penghuni surga karna memaafkan suaminya BLA BLA BLA yg akhirnya pasti akan menjadi contoh untuk mereka para wanita yg tidak punya pendidikan dan power untuk bertahan dengan apapun sikap suaminya, padahal Lesti punya power untuk mengakhiri hubungan toxicnya tp bahkan yg melaporkan pertamakali pun ternyata bukan dia tp ayahnya,sangat disayangkan..ntah mungkin memang karna terlalu bucin sampai mengalahkan akal sehat
Kalo diterusin anak-anak bakal jadi korban. Mereka akan melakukan kdrt pada pasangannya. Itu yang terjadi ketika saya bertahan mempertahankan rumah tangga walau mengalami kdrt hingga anak2 dewasa. Gak semua anak sih. Tapi seperti kata Gita, kita gambling mempertahankan rumah tangga dengan kondisi yang gak kondusif
Saya tinggal di tengah keluarga yg kurang harmonis, ayah dan ibu saya sudah tidak tinggal bersama tapi masih serumah dan sudah tidak saling berbicara lebih dari belasan tahun. Saya tahu ini cold violence treatment. Ibu saya sudah tidak menerima dukungan finansial selama belasan tahun pernikahan. Bahkan sampai pada tahap saya sebagai anak merasa bahwa father figure is useless.
Hadir sebagai penyintas anak dari korban KDRT ortu pada masa kecil dulu, dan sya memutuskan untuk tidak menikah, kelak kalaupun dapat partner hidup sefrekuensi, well sya bakal Childfree sih!!! 😇
Sebagai anak dengan orangtua yang melakukan kdrt (bapak ke mama) kondisi itu seperti neraka buat gue. Mending mereka cerai, dampaknya selain trauma contoh ya gue kek merasa punya PTSD karena begitu denger orang teriak kayak berantem gue akan lgs pusing, emosi dan meriang. Hal lain yang dampaknya sampai sekarang yaitu gue di usia 41 tahun takut menikah loh, mikirin pernikahan gue kek takut bgt gitu. Akhirnya gue pikir ya Tuhan mungkin ga akan kirim jodoh karena guenya blom siap. Efeknya panjang banget, I grow up with these pains and it take a lifetime to be healed. Jadi, buat para perempuan dan laki-laki yang ada di posisi korban coba dipikirkan ulang, jangan alasan anak tapi kenyataannya kalian malah merusak masa depan, mental dan pikiran anak jika bertahan di kondisi itu.
Setuju bgt kak, gue muak bgt denger orang2 disekitar,ketika ngomongin leslar,mereka komen kan demi anak, anak dan anak. Pernah sekali gua speak up,kalau alasan demi anak itu salah dan mereka menganggap apa yg diomongin gue itu gak valid. Darisitu gua sadar, mau sepanjang lebar apa pun gua jelasin,mereka gak akan paham karena bukan mama mereka yg ngalamin itu dan bukan mereka yg liat hal kaya gitu pakai mata mereka sendiri
@@mememellynda6954 thank you ya. Saya sudah jauh lebih baik sejak kuliah ttg konseling, i found a therapy through education meskipun sampai skrg masih takut menikah. I am still working on it tho.
Sama juga kaya di film korea "A Long Visit / Woman's Mother". Suami nya abusive, mereka keluarga miskin, ibu nya ga cerai dan scene saat suami nya meninggal itu wah paling2 sihhhh. Akuu bener2 pahammm gmn struggle nya dan attachment yg udh kebangun, soalnya ortu ku pun kurang lebih mirip2
Gue setuju dengan opini yang dikeluarkan oleh ka gita, terutama kalau sudah menikah. So many things yang perlu di pikirkan berkali-kali. Untuk orang yang belum menikah hal ini menjadi traumatic sendiri untuk memulai suatu hubungan.
and imagine the things besides marriage that will also need lots of consideration.. many things life can offer other than romantic relationship, making love, and raising kids
Setuju sih, yg orang kita tuuh gabisa bedain kapan kita harus mengurusi masalah sendiri, kapan harus ikut bantu urusin masalah orang lain.. Kenyataannya malah dibalik penerapannya, julid mulu di dibelakang
Ak gk merasa di prank, lbh ke sayang bgt dicabut laporannya. Pdhl posisi laporan LK yg pertama lgsung bisa ditanggapi serius pihak kepolisian, sampe stasiun tv mutus kontrak RB, semua reaksi industry mereka sejujurnya bagus. Gk kasih celah RB buat bsa balik lagi. Banyak yg nawarin bantuan biar kasusny diusut dn LK nya dilindungi. Sekaligus bsa jd contoh aja, bahwa ngelaporin kasus KDRT tuh gk ad salahnya, akan ada yg bantu. Utk lembaga2 terkait juga, in bsa utk buktiin klo emang bsa serius nanggapin laporan kdrt. Tp balik lagi, gk segampang it keluar dr hubungan toxic. Gk segampang itu bsa lgsung sadar. Dan bsa jd LK blm tentu aman saat memutuskan pisah dari RB. Setidakny, saat awal2 boomingny kasus ini, diliat2 masyarakat/netizen indonesia mulai melek soal kdrt. Ad bbrp yg masih anggap it aib, tp kulia lbh banyak yg sadar it bahaya+sebaiknya dilaporin. Cuma empatiny aj blm semuanya sama😅 Semoga aj LK baik2 aja, nggak kenapa2 lagi. Ngeri soalny liat bukti cctv yg di-up kmrin.
reaksi industry dengan mecat RB, temen2 lesti yg bela dia it bukan utk lesti kayanya tp buat narik simpatik netizen ka 😅 buktinya ktika netizen marah mreka lsg ga mw bela krn tkt kehilangan follower 😅 hidup it mmg gt
buat keluar dr abbusive relationship itu sesuai yg d jelasin kk gita cuman yg sgt disayangkan itu laporannya pake dicabut.... entahlahhh.... jd bkin kita yg udh mikir buat childfree malah makin bulat keputusannya grgr lesti cabut laporan karna anak....
Keluar dari toxic relationship itu gak gampang,meskipun levelnya pacaran,tapi butuh waktu 1.5 tahun untuk bisa keluar dari hubungan toxic,dan butuh waktu setahun setelah putus untuk bener" sadar bahwa aku dulu berada di hubungan yg toxic bersama orang yg abusive dan manipulatif,karena jujur masih ada perasaan ingin balik lagi meskipun aku gak tahu dia bakal berubah atau gak, saking manipulatifnya dia pernah marah marah hanya karena saya ada urusan keluarga,dia bilang dia ada niat mau ketemu hari itu, dan saya bilang gak bisa karena ada keperluan keluarga,jadinya dimanipulasi bahwa saya yang salah, jadinya malah saya yg minta maaf :D ( tapi pas lihat kasus Lesty aku ikutan gemes juga,knp dia ngambil keputusan itu,sampe lupa gmn perjuangan aku buat lepas dari hubungan toxic yg levelnya level pacaran)
@@oryzaberliana5723 mungkin juga itu kesempatan yg kesekian,karena jujur kadang suka ada rasa yakin bahwa kita bisa merubah sifat orang padahal kenyataanya itu bukan hal yg mudah
@@Dinautamirahayu mungkin iya, mungkin juga ini kesempatan pertama. Pada akhirnya kita hanyalah orang luar, dan mereka yang menjalani. Kalau Lesti akhirnya pilih kembali, tugas kita sbg sesama muslim dan sesama manusia adalah mendoakan yg terbaik, serta semoga kali ini Billar benar2 bisa lebih menghargai jalinan jodohnya dengan Lesti dan baby L.
Setuju bgt ka gita, ibu gue mempertahankan sama bapak gue dengan alasan "karena anak" padahal gue sendiri ga suka bgt ngeliat kelakuan bapak gue yg manipulatif, kasar, tidak bisa mencontohkan hal baik kepada anak anaknya, gw dulu prnh bilang knp ga cerai aja bu, tapi dia ttp kekeh dengan alasan "karena anak anak" pdhl gue sndiri yg sebagai anaknya ngerasa sakit hati bgt kalo ibu gw diperlakukan tidak baik sm bapak gue :)
Udh gede baru brni blg knpa nda cerai aja klian brdua smpe udh tua masi brantem. Trus aku nya yg diserang dblg bnyk anak" dluar tnpa org tua utuh jd anak yg kasian nd ad bpak/ibu nd brsyukur kamuu 😌 kalo kamu jd anak badung skg gmn. Hah? Yaudin ku diam saja.
setuju! itu perasaan gw pas liat bapak w diperlakuin ga baik sama ibu tiri gw. Untung akhirnya mereka cerai setelah gw dan saudara2 gw pastiin klo kami itu gapapa punya ortu cerai. Akhirnya setelah 14 tahun pernikahan sama ibu tiri gw, bapak gw bisa cerai. Alhamdulillah banget.
sebagai anak yang terlahir dari bokap kdrt, asli deh gue dari kecil stress banget. dari kecil juga diary gue isinya mau mati atau ga kepengen kill my dad. gue juga sakit kepala ga jelas sampe gede yg kalo dicek ke dokter gada sakit apa2. gue sangat2 menyayangkan ibu gue yg ga cerai sama bokap sampe sekarang. katanya demi figur ayah, tapi gue sama kaka2 gue juga ga pernah punya figur itu. bawa trauma doang sampe sekarang. Bahkan parahnya, gue pas gede jadi deg-degan kalo denger suara keras, teriak2an, atau suara berantem, bahkan cuma anak kecil ribut sepele. so much pain. cerai bener-bener lebih baik buat anak untuk case yg kdrt.
Sama dengan yang kurasa, denger suara keras aja, jantung kayak meledak2 gitu. Smp mikir klo nikah ketemu yg sikapnya kyk bapak ku, apakah aku harus bertahan kyk emak ku. Tapi mikir lagi, bagusnya gak usah nikah aja lah. Biar tenang hidup.
@@nano757 aaaa same energy here, jadi takut nikah yak. jadi overthinking banget terkait hubungan sama lawan jenis. peluk jauh buat kamu, semoga pelan-pelan kita bisa heal🤗🤗
@@bloodykwek bener kak, bawaanya overthinking sama lawan jenis, baru dibilang aja eh mau gak dikenalin sama cowok. Orangnya baik, udah mikirnya kemana-mana, yaah kalo gak ngerasain sih pasti ngomong gak semua lelaki sama, jangan mikir kejauhan. Yaah gimana, otak udah mikir gitu duluan. Aamiin, semangat juga untuk kakaknya ya. Insya Allah bisa sembuh, dan kita dikasi jodoh yg baik, rajin ibadah, perhatian, lembut hatinya, penyayang. Aamiin
Wah i feel u ka. Aku juga gabisa denger suara keras berasa pengen nyembunyiin kepala, nutup kuping dan kadang panic attack. Itu semua karena dari kecil suka dimaki2 tanpa alasan sama seorang ayah
Bener Ka Gittt.. Emak gw juga bertahan cuma gara2 anak, alasannya ya karna biar gw punya figur ayah, biar keluarga utuh karna gw anak perempuan yg katanya apa2 di lihat ke orgtua, terus juga emak gw jga trauma bonding, karna ayah gw sangad sangad sweetttt tapi aslinya manipulatif juga suka KDRT.. Aaaahh skrg pas udah gede gw malah menyayangkan keputusan emak gw, gw ga butuh figur ayah kek dia, gw ga butuh keluarga utuh yg toxic..
Gw kecewa berat sm Lesti krn mencabut laporan, tp gw ga ngenggep ini prank. Krn gw tau susahnya keluar dr abussive relationship, even toxic relationship aja sulit. Belum lg tersangka pasti manipulatif banget. Cm yg disayangkan lagi, media tidak membahas hal² penting termasuk perkara "kenapa korban sulit lepas dr abhssive relationship?" Tp malah berita aneh² yg malah memperkeruh keadaan dan seolah mempromosikan untuk "memaafkan" pelaku 🌚
iya bener padahal pihak polisi menangani kasus ini scr aktif dan serius mencari bukti dan mewawancara saksi saksi lalu tiba2 dicabut mungkin itu jg yg bkin netizen geram
Menunjukan begitu parah pola pikir wartwan atau nitizen para floger menunjukan kwalitas manusianya mereka niatnya menjatuhkan bukan memberikan edukasi...
TRUE Ada 1 sisi lagi yg netizen harus pahami. Kemungkinan mrk punya kontrak yg masih harus dipenuhi berdua. Apalagi mrk setaw saya dikontrak untuk pemakaian figur mrk yaitu "LESLAR". Biasanya kontrak akan mengatur bila salah satu pihak terkena tindak pidana maka kontrak batal dengan denda. Biasanya pun denda bs beratus persen dr yg belum terpenuhi. Kemungkinan Lesti belakangan br nyadar. Ketika saya dengar Lesti laporin Billar pertama x nya, saya yg langsung kepikiran "wah byr denda kontrak byk nih". Belakangan setelah Lesti cabut laporan, rekan2 kerja L bereaksi scr live yg turut memancing reaksi netizen.
Mgkin lesty ini kan umurnya msih muda. Dan dia ga mgkin asal mutusin keputusan trsbut. Dia pst mikir dia msh muda dan klopun hrus berpisah dgn billar dia ga mau dgn cara sprti itu. Dia msh butuh sosok suami dan bapak untuk anaknya. Krn umur msh muda hrs bs ngurusin anak sendiri. Dan ga mudah dan cepat jg lesty misal cari penggantinya. Itu ga mudah. Disini sih lesty bnr2 berhati besar bgt ngasih kesempatan billar. Dia ga mau ngelaporin suaminya kdrt dgn memasukan dia ke penjara dan seluruh indonesia juga ngehate suaminya. Aku rasa lesty dan bapaknya ingin kasih pelajaran aja buat billar. Dan netizen juga ga ada hak untuk ngelarang lesty ngelakuin apapun alasannya. Karna ini kehidupan pribadinya kehidupan yg ia jalani sendiri.
Dengan opini Gita kali ini gw jadi bisa ngerti gimana cara hadapin pasangan pelaku KDRT. Tp pertanyaan gw, gimana kalau victim KDRT adalah posisi sebagai anak, dan pelakunya adalah orangtua sendiri? Gw pengen denger gimana opini Gita mengenai hal ini, semoga bisa jadi bahan selanjutnya ya 🙏. Bagi gw ini penting karena ini pernah terjadi di lingkungan sekitar gw tinggal. Semoga nanti bisa ya Gita 🙏 Thank you
Semoga bny yg nonton nih vidio Neng Gita khususnya mereka yg nyalahkan Lesti cabu laporan spy lebih paham bhw ternyata tdk sesederhana itu hubungan suami istri itu.Mending kita menghormati, memahami dan memaklumi keputusan Lesti daripada mempertanyakan dan memperkarakan laporan dicabut. Semoga KDRT Lesti jadi salah satu kasus dari sekian kaaus KDRT yg pelakunya TOBAT dan berubah.Aamiin.
Kak Git, seriously thank you so much for this video! Ini bermanfaat banget buat aku dan beberapa teman aku yang lagi ada disituasi kayak gini. Kejebak sama orang manipulatif juga. Sehat-sehat kak Gitaa.
Waktu pertama kali liat banyak postingan orang2 yang ngerasa "di prank" oleh lesti, kaget banget ternyata masih banyak orang yang punya pemikiran jahat kaya gitu
Jujur, aku suka mendikte tmen aku ktka dia ada masalah sama pasangan. In bener2 ngebuka mata aku kalau harusnya enggak gtu. Merasa bersalh bgt. Thanks buat info yg berharga ini. ❣
bingung bgt ngeliat netizen yang merasa paling sakit di kasus lesti, padahal nontonin doang, ga ada naruh empati apapun. complicated bgt untuk situasi begini ga hanya satu dua alasan tapi banyak pertimbangan.
Suamiku gak pernah main fisik (sentuh fisik) kalau marah, tapi dia pernah beberapa kali ngelempar barang, nonjok/gebrag tembok/pintu, ngacak2 barang, terus minggat selama seharian. Aku yg dulu sebelum nikah belum pernah menyaksikan hal itu secara langsung (especially di keluarga besarku, orang2 terdekatku), kaget banget. Pernah rasa seperti di neraka, karena bener2 gak faham dengan "adat" dia. Sering kefikiran untuk cerai, karena gak nyaman dengan situasi itu, tapi gak sesimple itu. Lama2 emang jadi terbiasa, dan yg penting dia gak main fisik langsung dan jangan sampai! Pada akhirnya, seperti yg kak gita bilang, alasan paling common adalah anak. Tapi itu bukan sekedar common reason, tapi emang perceraian saat udah ada anak itu bisa membingungkan si anak, dan bahkan menghancurkan masa depannya. Apalagi dia bener2 deket dan baik banget sama anak kita, jarang marah dan bentak anak, beda sama aku yg kalo lagi cape pusing banyak kerjaan, anak sering jadi sasaran gak sengaja marah2 kita, tapi alhamdulillah suamiku gak gitu, dan jangan sampai. Dia cenderung cair dan akrab bgt sama anak2. Itulah salah satu alasanku masih bertahan dan harus bertahan dengan suami sampai nanti. Doakan kami selalu langgeng 🤲
Agree with your opinion Git... cuma mau sharing aja pengalaman pribadi, gwe tau kdrt itu sejak belum masuk TK, terjadi sama nenek-kakek tiri gwe dan itu terjadi 2x setahu gwe, krna gwe gak tinggal bareng mereka. Dan sampai sekarang masih inget jelas kejadian itu. Pesan aja : jangan sampai kekerasan dilihat anak kecil 😇
Sebelum Bpk gw meninggal juga, ortu gw saling keluarin kata kasar omongan dan fisik . sedangkan kita anaknya cuman bisa diem ngeliatin mereka berantem.
Jgn kan ngeliat KDRT, gue pernah liat temen di kelas dibully trus gue (dan sebagian bsr temen2 gue lainnya) diem aja, krn wktu itu lg buru2 deadline hrs ngumpulin LKS. Setelahnya sedikit traumatik buat gue, kayak kenapa waktu itu gue diem aja yak?!?!
Terima kasih kak Gita. Opini kali ini juga menambah wawasan/insight baru tentang fenomena KDRT. Semoga semua keluarga kita dijauhkan dari tindak tindakan yg termasuk lingkup KDRT.
8:25 setuju sama kak git. ada pasangan yg memutuskan untuk bertahan karena anak, tetapi kalo pasangan itu sering bertengkar nantinya jg bakal bawa dampak negatif ke anak. aku sendiri pernah ngalamin. ortuku dulu sering bertengkar dan jujur i felt affected psychologically, ak ngerasa sedih dan sedikit depresi karena rumah yang harusnya jadi safe space kita malah jadi tempat yg suram, mencekik, dan bikin stress. aku sendiri justru ngerasa lega setelah ortuku bercerai, dan aku bersyukur karena aku nggak kehilangan figur ibu atau ayah karena kedua orang tuaku masih mau ngerawat aku meski mereka udah pisah.
Cuman pengen bilang; Gita tu, tinggal di luar tapi selalu menempatkan diri dan melihat dari sudut pandang orang Indonesia. Jadi relate dan ngerasa tetep Deket. :)
Kak gita kenapa sih gak ngambil sekolah psikolog aja, bagus banget loh, kaya semua kata kata yang keluar dari mulut dia tuh langsung bisa dicerna sama otak terus kita jadi merefleksikan kepada jiwa kita
16:20 org indonesia itu menurut ku sekarang bukan nya ramah tapi pengen tahu, cuma sekedar pengen tau tapi gak ada fokus untuk membantu. I think if u want help org kita tu bisa nolong tanpa bertanya lebih lanjut mengenai permsalahnya, yah kecuali kalo dia adalah org yng emg deket sama lo
Dari pengalaman orang2 sekitar gw yg mengalami abuse, beberapa hal yg bs gw ambil: 1. Pengaruh agama yg kuat. Krn dalam agama Islam dikatakan Allah membenci perceraian. Dan seorang istri diwajibkan menuruti suami dan bertahan dan bersabar dalam kondisi apapun, jadi mereka yg keimanan nya kuat akan tetap bertahan. 2. Pengaruh budaya. Di Indonesia masih memandang negatif perceraian. Jadi mereka malu unt bercerai. 3. Manipulasi dari sang pasangan. Biasanya setelah mereka melakukan kekerasan mereka akan minta maaf, mohon2 untuk rujuk. Dan kl g diturutin mereka akan mengancam untuk bunuh diri dan bilang kl g bs hidup tanpa sang istri. Ini yg membuat sang istri g tega untuk meninggalkan. 4. Mereka jg kadang mengancam untuk berbuat keonaran agar semua orang tau. Karena pertimbangan keluarga terutama orang tua, takut orang tua pikiran dan stress, akhirnya sang istri terpaksa menuruti sang suami yg toxic.
Nomer 1 gak setuju, Kalau perintah baik & sabar mah untuk semua orang ya kalau di Islam. Dan "keadaan apapun" ini juga ga bener, kalau salah dan menuju kesesatan / mudhorot ya jangan diikutin bahkan wajib cerai.
@@amadeus7320 Salah atau benarnya, diserahkan sama yg berkompeten. Tp tdk bisa dipungkiri, realitanya banyak istri yg bertahan dg dasar agama. Dengan harapan sang suami kelak akan mendapat hidayah dan berubah.
@@dyeen4 maaf, bukan pengaruh agama "islam" yg kuat berarti namanya kak. Kalau konteksnya berpengaruh dari agama berarti memang tercantum jelas dalam agama dan umatnya wajib mengikuti. Saya rasa lebih tepat kalau di budaya kita dogma agama itu masih kasar intepretasinya. Saya komen gini krn takutnya bakal muncul komen-komen kebencian yg bilang "iya, islam kan mengajarkan kekerasan, tuh liat aja umatnya aja membenarkan". Padahal bukan dari agama nya, tapi umatnya lah yg masih salah intepretasi. Kata-kata yg kakak maksud itu memang terkandung dalam surah An-Nisaa tapi ga sepenggal itu aja. Ketentuan dan pejelasannya juga dijabarkan dalam ayat selanjutnya maupun hadist atau ilmu fiqih yg mendukung
@@regi7943 ini bukan soal ilmu agama benar atau salah diinterpretasikan, tapi memang kenyataan di lapangan, PRAKTEKNYA, para ustad ustadnya sendirilah yang mengajarkan dalam ceramah2 atau pengajian2 mereka bahwa seorang istri harus sabar dan tetap ikhlas serta melayani suaminya dengan baik, BAGAIMANAPUN KELAKUAN SANG SUAMI, agar sang istri mendapat surga. Ini nyata dan saya sendiri mengalaminya. Ceramah ini didengar oleh tante saya, lalu tante saya mengajarkan hal tersebut kepada saya. Pada prakteknya di lapangan ibu ibu yg ikut pengajian mendengar dan mematuhi apa yg diajarkan oleh ustad2 mereka. Terserah kenyataannya interpretasi si ustad benar atau salah, ntah dy memang menginterpretasikannya sesuai ilmu agama yg benar, atau interpretasi itu dy bikin sendiri terpengaruh budaya patriarki di masyarakat. Yg jelas ketika dy menyebarkan pemahamannya dy melakukannya atas nama agama.
@@cutferica3973 gausah panjang-panjang kak, karena ntar balik lagi. Kan konteks saya hanya mempermasalahkan statementnya yg "pengaruh agama yg kuat". Kalau kakak merasa ga setuju dgn ustadnya, kan bisa balik lagi ke Al-Qur'an dan hadist yg jadi dasar statementnya. Jadi ga telan mentah-mentah
Menurut gue ya, berdasarkan buku-buku yg gue baca dan kisah-kisah serta latar belakang orang kriminal, kalo orang tua tidak harmonis itu bisa membuat anaknya depresi, tertekan, merasa hidupnya tidak bahagia, dan akan menyalahkan atau bahkan bisa membenci orang tua nya. Menurut gue, anak punya hak juga hidup di lingkungan yg aman dan nyaman untuk dia berkembang. Jadi kalo memutuskan bertahan dengan pasangan yg sifatnya keras, tempramen, kasar dan sering memukul akhirnya bertahan demi anak, menurut gue itu bukan keputusan yg tepat. Yah dikhawatirkan si anak secara tidak sadar mengikuti sifat buruk orang tua nya. It just my opini yahh, terserah utk kalian yg mau beropini berbeda, itu hak kalian. Karna memang kehidupan manusia variabel nya banyak dan ga bisa disama-ratakan. Semoga kita selalu berada di lingkungan yg aman dan nyaman, aamiin.
Memang kenyataanya perceraian tu nga selalu buruk kok klo emg udh nga harmonis apa lg sampai kdrt. Masalahnya di stigma masyarakat dn ketakutan dri pasangan itu sendiri khususnya istri. Kalau cerai jd omongan tetangga, gmn nafkahin dri sendiri dn anak klo dh cerai dll. Kita sebagai anak pasti pgn org tua utuh tp seiring dewasa makin sadar juga klo kebahagiaan org tua juga penting. Ak termasuk org yg menyesal krn dlu nahan ortu buat nga cerai, ya krn dlu msh kecil dn setelah dewasa gini bru sadar kasian ngeliat ortu hidup menderita dlm ikatan pernikahan yg nga bahagia.
Sama kak... Bukannya gak berempati sama keputusan L... Tapi sy sendiri tau rasanya hidup di dalam keluarga yg banyak kekerasan di dalamnya, sebagai anak walking on the eggshell all the time. Butuh waktu lama loh buat sy sebagai anak untuk bisa memproses/menyembuhkan luka batin akibat kelamaan ada di lingkungan yg banyak kekerasan. Apapun masalahnya, kekerasan bukan solusi. We have to learn to master our emotions, guys, that's the most important thing to learn as human being🙏Gak mudah, tapi ada caranya, memproses inner child dan ke psikolog... Kurang kurangin menghakimi hidup orang lain❤️
hi gita ❤ big thanks for you to speak up and explain things to us. ive been in toxic relationship for 4 years (yes am free ady), walaupun masih pacaran tp bener2 impact besar ke aku. aku ada trauma dan anxiety. Ingat yg dulu kalo aku mau putusin dia gamau trus ngeblame semua ke aku, and yes itu buat aku kehilangan percaya diri. jujur aku mau share banyak ke kalian tp gamuat kayaknya hehe tp satu hal yg aku mau kasih tau. ketika ada teman atau saudara jgn di judge ya! kalo bisa ke psikolog kalo mau share ke km ya gpp cuma blg ke dia kalo dia ga deserve untuk merasakan sakit dan kesedihan itu. ini susah dan lama yes tp pls bantu dan jangan tinggalin mereka karna sejujurnya mereka butuh sandaran bercerita dan butuh orang yg nunjukin kalo yg dia fikir salah.
Pandangan negatif masyarakat Indonesia terutama didesa pada status janda karena perceraian juga berpengaruh pada kptsn untuk bercerai..meskipun udh di kdrt..trus kalimat plang bnyk yg keluar "..sayang bgt udh nikah sekian taun trus bercerai"... Thanks kontennya kak Gita... keren
do: - pendengar yang baik - supportif - empati - proaktif - tawarkan solusi yang aman - berikan kontrol kembali untuk korban menjadi manusia lagi yang kuat don't: - maksa - judge - dikte - menyepelekan - meremehkan - menyudutkan
Tolong dong pembahasan yg kaya gini yg harus di up di tv. Biar org ga cuma menyudutkan satu belah pihak aja. Harus belajar melihat suatu masalah dr semua sudut pandang.
Bener bgt, ga mudah untuk keluar dari abusive relationship. Punya temen yang udh 10 tahun menikah, 10 tahun itu mengalami KDRT, punya anak 3, membuat keputusan untuk berpisah sulit untuk jadi opsi jalan keluar. Akhirnya bercerai demi menyelamatkan psikis anak, karena seringkali KDRT juga didepan anak. Jadi memang benar tidak gampang untuk keluar dari cycle abusive relationship.
Poin 4. 9:13 itu juga ada di Indonesia 😭 ngeri bgt. Abis cere ttp dijahatin. Kek beneran ga bisa lepas. Ya Allah. Jauhkan kami dr org2 jahat macam Fir'aun.
kayaknya kenapa netizen feels entitled buat ngejudge karena Lesti dan Bilar litterally hidup dengan menjual kemesraannya ke netizen. Dan netizen jadi punya trust issue semacam, jangan sampai nanti dikontenin lagi nih mereka mesra2 lagi di semua platform media dijadikan panutan lagi. But, keterangan mbak Gita itu sangat benar, tapi permintaan memboikot mereka menurut saya ga berlebihan, karena netizen enggan saja dicekoki drama keluarga ini lagi. dilematis sebenarnya karena buat Lesti personal kalau tidak tampil ya berarti dari mana pemasukannya. Tapi apa iya kita harus disuguhkan mereka lagi sebagai panutan, budaya mengidolakan public figure sampai kedetail kehidupan pribadi ini memang tidak baik, dan sekarang terbukti membawa korban. Saya rasa mendoakan mereka terutama Lesti bisa menghadapi badai rumah tangga ini dan menjadi keluarga bahagia sangat baik, tapi kritis dan resah dengan "konten" mereka juga sangat perlu.
Gw juga hidup dari seorang single mom. Dan gw ngerasa banget perbedaan anak yg hidup sma ortu yg lengkap. Dibedain banget dikampung.Ayah gw gk pernah main kasar sma mama gw cuma dari segi finansial yg kerja cma mama gw yg ngurus anak cma mama gw. Yg ngurus rumah cma mama gw. Bedanya gw tinggal di rmah warisan ayah gw. Tapi setelah nenek dari mama meninggal, mama gw milih pulang kerumah nenek gw. Nenek gw tipe yg partriaki gtu. Jdi perceraian itu sangat2 dibenci walau anaknya tersiksa bertahun2 jdi tulang punggung tetap gk boleh pulang.karna dlu mama jga pernah nolak dijodohin. Karna kakek jga udah gk ada lagi. Selama 20 tahun mama gw nahan dan baru cerai sekarang. Selama bersama kami jarang pulang kermah, kadang nginap tempat mama kerja. Kadang ayah yg jarang pulang. Mereka jga gk pernah berantem. Tapi gw gk punya kedekatan sama sekali dengan ayah. Dan perbedaannya klu di kampung klu ada temen2 sekelas yg nginap drmah. Padahal rame. Tapi ada cwok drmah pasti dipermasalahin sma orang kampung. Karna gk ada laki2 dewasa dsna seperti figur bapak drmah . Figur abng yg paling besar jga gk ada. Tpi klu ada bapaknya drmah, nginap cma satu orang cwok pun gk masalah, malah tuh anak cwek smpai MBI dluan. Sebulan nikah langsung lahiran pun gk masalah. Kan ada bapaknya. Klu gw gk punya bapak jdi orang kampung merasa jdi bapak gw semua.
ibu aku ngalamin ini, beliau bertahan karna alasan anak, image negatif atas janda di masyarakat kita dan dengan alasan nama baik. tapi hari ini aku gak setuju dengan pendapat itu, karna gak pernah sekalipun beliau tanya apakah aku bahagia atas pilihan beliau (jika memang benar alasannya adalah anak) tapi memang gak bisa dipungkiri, ibu terlihat sangat kesulitan keluar dari jerat KDRT, beliau seperti gak punya pilihan bahkan atas kebebasannya sendiri meskipun gak setuju sama pendapat ibu, tapi aku gak pernah menyalahkan pilihannya, karna beliau berada dalam lingkar sistem, culture yang mencengkeram, dan bagaimana konstruksi sosial menempatkan wanita didalamnya aku cuma bisa berharap, siapapun yang melihat kasus ini bisa belajar dari hal itu dan berempati sembari mendukung korban alih alih menyalahkannya atas semua pilihan, yang tentunya gak ada yang mudah
Aq pernah baca komentar seorang cewek di FB dia nyeritain ttg sepupunya yg meninggal 4/5 taun lalu.. Dia seorang istri yg hidup rumah tangga nya kdrt sampe keluarga nya nyuruh dia buat cerai tapi dia ga mau karena Cinta banget ..(bucin akut) trus ga lama sepupunya meninggal krn dibunuh suaminya sampe dimutilasi.. Dia bilang kasusnya masuk berita teve. Please jgn bucin, girls..
Nah, gue setuju banget sama bagian kenapa perempuan kadang memilih untuk stay bisa jadi karena pilihan untuk keluar itu malah lebih mebahayakan diri dia. Even lapor polisi itu tidak menjamin apapun. Mantan pacar aja bisa nyerang mantannya.. apalagi mantan pasangan yg sdh dinikahi Emang kasusnya agak jarang. Tapi itu ada... jadi jangan buru2 ngelabelin mereka bodoh atau lain2. Sedih rasanya waktu (misal) sesama perempuan bilang perempuan lain itu bodoh hanya karena mereka memilih untuk ttp stay dihubungan tersebut. Mereka juga sebenarnya enggak mau kok dihubungan yang kaya gitu, andai kata mereka bisa teriak... mereka bakalan teriak paling sama situasinya :"( Gue sangat2 bersyukur saat mereka bisa lepas dari hubungan tersebut, dan cukup untuk berempati dan memahami kenapa mereka stay (deep down gue respect banget sama sabar mereka yg panjang, diluar dari masalah anak ya). Banyak faktor rasional dan irrasional yg mungkin susah buat mereka jelaskan :(
Menurut gue yaa, dari awal leslar itu udah banyak drama, settingan, pembohongan publik, dan puncaknya sekarang akhirnya hal yg serius bukan settingan malah dianggap lagi ngeprank sama netijen. Kalo peribahasanya mah apa yang kita tanam itulah yg akan kita tuai.
Saya sangat tdk setuju klo mempertahankan rumah tangga krn alasan "anak", sy anak yg merasakan bahwa hubungan ortu yg sudah toxic ujung2nya akan berdampak buruk pada pertumbuhan psikis anak. Punya ayah tp tdk berfungsi sebagai ayah = tdk pny figur ayah, lebih buruknya malah bisa benci atau tidak percaya pada lelaki. Untuk apa pny ayah.. tp ayah jg yg membuat luka buat anaknya. Jdi meski memiliki ayah belum tentu setiap anak memiliki figur ayah yang baik dalam hidupnya.
permasalahan utamanya kebanyakan cuma bisa melihat dari sudut pandang nya sendiri ga bisa melihat sudut pandang orang lain, dan ga mempertimbangkan faktor psikologi nya
@@titaska9845 Nggak minat bukan karena membenci pernikahan. Mungkin karena alasan pribadi pernah di sakiti , atau dari lingkungan misalnya melihat orang tua pernah disakiti .. jadi banyak faktor nya
TUH DENGERIN NETIZEN Diem aja udh paling bener...kita gatau apa yang dirasain lesti yang kita tau mungkin ga seberapa so please gausah terlalu posesif bgtt
Thank god gue gak pernah tertarik sama mereka sejak awal viral. Jadi apapun perkembangan kasusnya ya gue berdo'a aja semoga tuhan selalu mengasihi mereka dan memberi jalan keluar paling baik versi-Nya
Gita: Masyarakat kita in general suka gosip, inserting themselves in somebody elses issue. Tapi kalau misalnya udah ada tetangga yang digebukin sampe nangis nangis, tiba tiba kaya mundur gitu, "ah engga deh, itu kan urusan keluarganya masing masing. Itu hubungan suami istri mereka, gw ga mau ganggu." 😑 Gosip bisa, bantuin ga bisa.
juga ingin memberi info, ttg berita2 di media bahwa Lesti mengatakan "ga minta makan dari netizen" itu adalah misleading information, alias berita yang keluar dari konteks. yaitu Lesti tidak mengucapkan itu setelah kasus kdrtnya meruyak, melainkan jauh sebelumnya, seingat saya beliau mengatakan itu dalam rangka menanggapi hate speech dari netizen, jadi sama sekali tdk terkait dengan kasus kdrt-nya, juga ucapan tsb. tidak ditujukan kepada semua orang, apalagi kepada fans/orang yg mendukung dirinya. melainkan hanya menanggapi pertanyaan dari orang yg bertanya kepada Lesti bagaimana dirinya menanggapi para hater. diucapkannya juga dengan gaya bercanda. tapi semua kembali ke penilaian pemirsa. yang benci akan tetap benci, yang biasa saja ya merasa biasa saja.
Pernah kejadian di tetangga gue. Dan dulu keinget gitu.. serem banget sih parah. Anaknya sampe nangis" .. iya semua orang pada mundur yg tadinya baik".. keinget ceweknya trauma banget dan harus dipisahin sampe emak gue yang harus nenangin dan jelasin kedua belah pihak. Hal begini tuh butuh di rangkul bukan di gosipin begitu anjir. Pas kejadian cuma gosip sama pergi. Kan kek.. ternyata banyak yg masih begini ya -_-
Mantap kak, makasih buat insightnya. Aku juga takut kalau misalnya anak menyaksikan perilaku kdrt dari orang tuanya, dia menangkap, merekam itu, dan melanjutkan perilaku itu ke generasi selanjutnya. Mengerikan banget kalau itu terjadi. Mungkin boleh request kak, kalau ini kan dari perspektif victim, kalau dari perspektif pelaku kdrtnya gimana kak? Apa aja faktor yang bisa bikin dia melakukan itu? Thank you kak, sukses terus!
setuju sama ka gita dan mungkin selain karena kdrt kenapa beberapa netizen kesel karna media yg suka nge goreng berita dan udah ada beberapa bukti kalo si cowo ini biseks juga dan selingkuh
Billar emg manipulatif. W bukan siapa2 sempet kagum sama dia pas nonton di TH-cam boy William. W kira dia tipe cowo alim yg sayang sama pasangan. Dan pas ada berita KDRT w syok berat. Beneran ga nyangka. Trus aib2 dia dikorek sama org Twitter. Makin geli sama Billar. Dan di sinilah, knp w sempet kecewa sama Lesti. Tp juga ga sampek hati menyudutkan lesti di sosmed sampek bikin video menyalahkan Lesti seutuhnya 😅
Sebagai anak broken home. Sumpah, aku lebih bersyukur ortu aku cerai. Rusak sudah masa kecil ku liat ortu tiap hari baku hantam. Mama ku pelaku kdrt nya tapi sih. Papa bisa aja ngelawan, tapi dia milih diem aja di hajar. Emang ga mudah jadi anak broken home. Tapi kayaknya aku ga mau juga kl di suruh nyaksiin baku hantam tiap hari sampai aku gede...
Yess bener Git, dsini keluarga besar malu klo ada yg bercerai, smp turut campur utk mendamaikan, tanpa tau mslah sbnarnya. Yg menurut gw, klo cerai itu urusan 2 orang itu, kelg d luar itu nambah masalah n beban utk mereka.
Aku setuju sih sama kak gita krn kak gita menyampaikn itu dari sisi si korban KDRT itu sendiri. Tapi aku juga ngak nyalahin netizen jika emang ada yg ngak bersetuju & marah krn tindakan lesti yg mau balikkan sama husbandnya yg pernah abusive sama dia. Tu krn emang org skrg itu udah rmai aja yg aware sama abusive and toxic relationship dan bikin mereka semua punya prinsip that they not gonna think twice to stay with abusive partner. Ngak dinafiin juga, emang ada netizen tu yg salah krn menyampaikan amarah itu gunain kata2 kesat or bullying the victim instead of telling their disagreement nicely. Bnyk juga sih sbnarnya korban KDRT di dunia ini yg balikkan sama partnernya cuman krn mereka bukan artis ya kisah mereka tidak seheboh lesti sama billar ni. Semoga dijadiin pelajaran aja biar ngak semudahnya mau stay in abusive relationship, org luar juga tau batas, menjadi lebih berempati & ngak semudahnya mmbuka aib jika tidak mampu menanggung risikonya (krn itu pasti akan dijudge sama org) lebih2 lagi pada zaman social media kayak skrg.
Pertama reaksi liat Lesty cabut laporan adalah Kasihan, gue udah ngerasa fix si cowo manipulatif dan lesty terjebak dalam toxic married relationship. Akan butuh waktu lama untuk bisa terlepas dari hubungan yg toxic, stay safe aja.
ya Allah setelah sekian lama baca banyak banget yang ngebully lesti akhirnya ada yang ngeluarin opini kek gini, banyak banget yang nyalahin dia karna nyabut laporan dan dibilang drama plus prank sampek bawa fisik segala, dan banyak yg bilang gegara dia akan banyak dampak buruk di orang orang yg mau lapor kdrt karna takut di bully juga kek lesti kalau seandainya mereka cabut laporan juga, padahal kan bukan salah lesti orang dia dem diem aja kok sejauh ini nggk ada yg ikin SG sampek titik titik, dateng ke podcast sana sisi. justru karna netijen sendiri yang bikin maslaah jadi runyam sampek nyebar berita hoax yang bikin nama lesti jadi jeles banget padahal dia KORBAN
mending sekarang kita fokus sama pelaku sih. cuma susahnya, netizen kita terlalu pemaaf mengenai skandal. selain sanksi sosial, emang udah saatnya masyarakat, aparat dan elemen lain gak menyepelekan, pelaku mesti dihukum seberat-beratnya. hukum juga seharusnya melindungi korban sampe pelaku gabisa lagi mengakses korban. kadang ego sendiri tuh, kalo liat pelaku kdrt, pen tak tabrak orangnya
Izin secara objective mengkritik opini mbak Gita. 1. "Kita tidak boleh mendikte orang lain" Namun scara gk langsung Mbak Gita mendikte netizen untuk harus berempati kepada lesti :). Ingat mbak, kita tidak bisa mengatur pikiran orang lain terhadap kita. 2. Menit ke 5, masalah financial "kalo si cowo cabut, siapa yg ngasi makan si cewek?" masalahnya disini lesti financial freedomnya melebihi bilar :) 3. Menit ke 9, "keluar dari abusive/toxic relationship is not the best option, karena ada kasus diluar negeri yg si cwek udah berhasil keluar malah dibunuh" Jadi bilar klo udah masuk Penjara, punya power buat bunuh lesti? :) 4, Sebenarnya masi ada point 4,5,6 yg mnurutku terlalu dipaksakan dn tidak relate dengan kasusnya lesti bilar, tp untuk saat ini 3 dulu, karena ini pertamakali saya komen disini, mau liat gmn respond subscribernya mbak Gita dulu hehe. Mungkin sulit, tapi yuk belajar objektif dan tidak tendensius. saya pribadi support mbak Gita kok, wawasan dn vocabnya luas. Tapi ya harus objektif juga kurangi kecenderungan bertendensi dalam dialegtika. I mean Salah ya salah, benar ya benar, baik ya baik, buruk ya buruk. Rizki Bilar jelas salah disini, namun apakah dalam hal ini lesti tidak ada salahnya sama sekali? Tidak baik kalau terlalu memaksakan opini. Salam Sehat Beropini.
Sebagai penyintas KDRT Finansial (left with huge debt by ex husband), gue setuju sama omongan Gita, stigma Cerai itu buruk itu melekat bgt di Indonesia, tiap gue bilang gue single mom, pasti ditanya kenapa, ya pasti ada alasan yg gk mudah dong utk orang sampe mutusin utk pisah. Gk ada 1 perempuan pun yg nikah dengan tujuan utk bercerai. Dan gue pihak yg gk berani 'gamble', berharap orang lain akan berubah, karena itu diluar kuasa gue. Yg bisa gue handle ya diri gue sendiri. I choose my self. This isnt an easy journey ofc, but I am glad I survived.
Bangga banget sama ibu. Semoga pilihan kedepannya lebih lancar lagi dan lebih semangat menghadapi hari 🥺🥺
Setujuuuuu
Thanks udah berjuang bu Icam. Ibu hebat, Proud of u!!!!!! ❤❤❤❤❤
happy for u and so proud of u kak!! ❤️❤️
keren banget bu icam, semoga kebahagiaan selalu ada disekeliling bu icam🤍
kak Gita ini salah satu wanita yang mindful alias sadar.. di tengah2 masyarakat yg banyak "tertidur"..
Setuju banget.. sedih sih lihat reaksi sebagian komen netizen kita setelah perdamaian Lesti-Billar.. Sebagai perempuan dan kalau memposisikan diri saya ke Lesti, saya bisa ngerasain seberapa berat, bimbang, dan sedihnya yg dia jalanin ini. Malah di satu sisi saya kasihan dengan Lesti, keputusan dia untuk rumahtangga dia seakan2 diawasi& kayak perlu acc dari netizen gitu.. Padahal kita selaku netizen harus sadar, ibaratnya kita tuh bukan dosen yg sedang menilai skripsi, kita bukan dosennya rumah tangga orang lain..
Bener banget kata kak Gita.. kita tuh cukup perlu berempati dan berfikir apa yg bisa kita lakukan untuk menolong saudara kita ini as a humanbeing bukannya malah memboikot, menyudutkan, menuduh, dll..itu bukan ranah kita.
Semoga dari video kak Gita ini, netizen kita jadi lebih cerdas, lebih thoughtful terhadap problem2 yg ada di sekitar kita, dan cukup mengambil hikmah dr berita2 yg kita dengar tanpa mengejudge terlebih lagi menyudutkan objeknya. 🥲🙏👍
Bener ka gitt
Ibu gue bertahan dari perceraian demi gue sbg anaknya biar punya figur ayah. Saat umur kecil, memang image keluarga utuh gue butuhin biar dianggap normal dan gaada kekurangan dalam kehidupan keluarga gue, tapi semakin gue tumbuh dewasa, gue sendiri sbg anak yg malah menyayangkan opsi *Bertahan* itu. Lebih baik bercerai daripada bertahan tapi selalu melihat pertengkaran orangtua.
Figur ayah tapi ga bener ayahnya gmn yak 😄 gajelas gitu gedeg Ama emak gw jg kek gitu
Duh bener banget lagi 😢😢
Nyambung sama masalah sosial nggak sih. Kebanyakan ibu bertahan karena nggak cuma nggak mampu menghidupi anak kalau sendirian, tapi juga karena takut si anak jadi samsak sosial, yang dikit2 dikaitin sama latar belakangnya dari orang tua yang bercerai. Kadang, biar anak tumbuh dengan percaya kalau orang tuanya harmonis, si ibu pura2 semuanya baik2 aja. Berapa banyak dari kita tau kalau ibu kita hidup dalam tekanan setelah kita dewasa?
Sama kak
Lebih baik utk mental anaknya. Lebih baik pisah tapi ttp dpt figur orgtuanya koq selama orgtuanya masih hidup.
speaking as a child from divorced parents.... gue bersyukur sih ortu gue cerai hehe, malah jadinya keadaan lebih damai di rumah, selain itu juga akhirnya it's easier for them to compromise a lot of things krn mrk merasa lbh bebas dan gak ada beban lagi sebagai "suami istri". Tidak hanya itu, gue juga bersyukur mereka udah nemuin pasangannya masing-masing lagi dan pasangan mereka (yang mana sekarang udh jd ibu dan bapak tiri gue) baikkk banget sama gue dan adek-adek gue. Sekarang gue justru happier than ever krn suasana rumah jadi jauh lebih damai dri sebelumnya. Gue tau sih, gak semua orang seberuntung gue, tapi menurut gue kita gak bisa nge judge pilihan orang utk stay or not stay in a toxic marriage demi anak. Karena temen gue pun ada yang bapaknya tukang selingkuh dan ibunya sering banget kdrt bapaknya setiap ketahuan selingkuh, sampai ada titik dimana ibunya melakukan penusukan ke bapaknya (tapi bapaknya selamat dan baik-baik aja kok), dan ortunya memilih untuk ttp g bercerai demi anak meskipun anaknya udah mohon2 ke ortunya supaya mereka cerai aja krn keadaan di rumah sudah sangat jauh dari kata kondusif.
So yeah, menurut gue kita gak seharusnya nge judge pilihan orang untuk stay or not stay in that marriage.
same here, my parents divorced waktu aku masih kecil, aku tumbuh besar dilingkungan dimana semua orang (keluarga) menyayangkan keputusan tsb , "harusnya bertahan demi anak " they said , tp setelah dewasa aku paham alasan mereka pisah dan sama skli tdk menyayangkan kejadian tsb, aku tahu it was the best decision for both of my parents, toh bagi aku mereka gak pernah fail as parents
same here, my parents divorced waktu aku masih kecil, aku tumbuh besar dilingkungan dimana semua orang (keluarga) menyayangkan keputusan tsb , "harusnya bertahan demi anak " they said , tp setelah dewasa aku paham alasan mereka pisah dan sama skli tdk menyayangkan kejadian tsb, aku tahu it was the best decision for both of my parents, toh bagi aku mereka gak pernah fail as parents
same here, my parents divorced waktu aku masih kecil, aku tumbuh besar dilingkungan dimana semua orang (keluarga) menyayangkan keputusan tsb , "harusnya bertahan demi anak " they said , tp setelah dewasa aku paham alasan mereka pisah dan sama skli tdk menyayangkan kejadian tsb, aku tahu it was the best decision for both of my parents, toh bagi aku mereka gak pernah fail as parents
Gw juga kesel waktu denger si Lesty nyabut laporannya. Awalnya gw pikir somehow Lesty bisa encourage perempuan2 lain yg ada di hubungan toxic buat keluar. But she's still human though. Kita gatau seberapa stabil kondisi mental dia waktu ngambil keputusan itu. Gw harap Lesty punya bbrp langkah preventif buat ga kejadian kena KDRT lagi. Wish her all the best!
Pas nonton ini rasanya pingin nangis sedih, tertrigger. Salut sama pemikiran dan pembawaan materi ini
Aku setuju bgt dengan kak Gita, aku sedih bgt liat banyak netizen yang lebih nyalahin ke Lesti. Menurutku korban kdrt tuh sulit bgt buat keluar, dan disini pengaruh orang terdekat tuh lebih penting banget buat dampingi si korban dan empati dengan korban. Dan lagi kondisi psikologis si korban tuh harus bener2 di perhatikan oleh orang2 terdekat.
Kayanya pengetahuan2 kya gini harusnya ada di kurikulum sekolah deh, biar ngga hanya 1 atau 2 orang aja yang tau dan paham. Selalu suka dengan opini dan pengetahuan dari kak Gita🤗👏🏻
Setuju.. Hal2 tentang mental health sama sekali ngga pernah diajarin disekolah. Padahal itu topik yg sangat penting
@@rosegoldcherry5904 iya bener, finansial, mental health, cara berpikir itu malah ga ada ilmunya kita justru dipaksa untuk otodidak.
setuju banget kya but forum gituu gasii
Di sekolah ku ada kok kak, tp ya ujung ujungnya gurunya bilang "tapi yaudah lah ya, perempuan sama laki laki sudah setara kok, iya kan? kalian para perempuan bisa bersekolah tinggi aja udah bagus banget, kalian para perempuan itu kodrat nya di dapur, ujung ujungnya juga melayani suami"
guru ku juga bilang "perempuan tuh harus bersikap feminim, lemah lembut, harus merawat diri biar suami kalian kelak senang"
'Aib keluarga jika cerai'
Bener kak git. Dan ini bikin kesel banget. Ada orang dekatku yang dia suaminya nggak menunaikan kewajiban mencari nafkah, nggak ada usaha untuk nyari kerja, dan ujung-ujungnya dia cuma bisa minta uang ke istrinya, dan istrinya sering dipukulin. Padahal kalopun mau masuk pengadilan itu bisa, saksi dan bukti ada semua. Tapi waktu aku mengutarakan pendapatku, jawaban keluargaku beneran bikin kaget, mereka bilang, 'itu cara untuk diberikan Surga', which is, incredibly ridiculous. Kayak, banyak cara untuk mendapatkan surga dan pahala selain nahan rasa sakit dipukulin, di rendahin, bahkan ketika si suami itu nggak menunaikan kewajibannya. Dibilang juga, kalo kayak gitu (cerai) itu mencoreng nama keluarga. Another pikiran bodoh. Cuma karena bukan mereka yang ngerasain, jadi mereka bisa pasang muka seolah semua itu baik baik aja, nggak ada yang salah. And tbh, itu menyeramkan kalo ngebayangin hal itu bisa terjadi ke aku juga.
Dan inget.. Lesti itu di jalur yg lurus..
1. Dia lapor polisi (kebayang ga klo ga lapor?)
2. Dia dan keluarga tidak memberikan statement apapun di media.
Dan dia Tidak memanfaatkan situasi utk naikin engagement. Brarti dia bkn cari sensasi. Soalnya kebanyakan public figure yg punya kasus pasti story nya penuh.. Medsos update terus2an. Duit ngalir..
Klo ujungnya dia balikan. Itu keputusan berat buat dia. Sama dengan keputusan dia buat lapor polisi. Itu ga gampang.
Sy denger banyak korban kdrt yg lapor polisi tp malah di kucilkan sama keluarganya dg kalimat "di gituin aja kok lapor polisi"
Please people.. Support korban. Jangan ikut campur urusan org. Itu kan kalian jg yg jodohin woy. Kalian yg ikut jodoh2in jg andil kena hisab.
Lesti mesti nonton ini nih. Juga semua org yg dlm hubungan toxic. Semoga tercerahkan. Gita, thank you udh beropini ttg ini.
tapi menurutku si lesti emang kaya tipe² orang yang susah dinasehatin kak kalo udah cinta, kaya emang dia yang cinta mati bgt sama billar apalagi kalo liat video² lama mereka. Kabarnya yg ngelaporin itupun ayahnya buka lestinya sendiri.
@@AnitaLidiya iya bener. Aku juga gemes sm keputusannya. Ya itu, dia emg udh dibutakan sm cinta. Tp ga tau ya ke depannya. Mudah2an aja ga terjadi lagi. Kl pun terjadi lg, mereka kan sdh buat perjanjian ntah apa itu perjanjiannya. Yg penting bilar inget aja konsekuensinya kl melanggar perjanjian.
Bismillah doa terbaik buat Lesti insyaAllah Allah tinggikan derajatmu lesti dan Billar Semoga Billar bener bener bisa istiqomah berubah ke arah yg lebih baik aamiin allahumma aamiin ,Sesungguhnya Allah bersama hamba hambanya yang bersabar
setuju. Bahkan temen gue yang lulusan psikologi masih dengan entengnya ngejudge dan ngetawain orang yang gak bisa keluar dari hubungan toxic. Seriously this society is sick
Ga menjamin kak mau dia psikolog juga. Padahal itu sesuatu hal yang seharusnya ilmu yang ada diterapkan, kadang sedih juga sih liatnya
Bahkan temen gw sendiri lulusan psikologi pun bucin. Sampe akhirnya menikah. Padahal hubungan yg udah terjalin selama 7tahun itu toxic. Lakinya suka selingkuh lah dll.. cewenya ngebet di nikahin. Cewenya bucin.
gita ini ga ngalamin, tp opininya seperti org yang ngalamin, salut sama observasinya
Aku terauma hingga saat ini kak.
Sebab perlakuan ayah aku ke ibu ku. Aku susah bersosialisasi, aku takut sama laki laki, aku susah untuk percaya kepada siapapun terutama laki laki, aku susah untuk bercerita atau mengungkapkan apa yg aku rasa, aku sering putus asa bahkan saking stressnya aku ingin bunuh diri aja.
Ayah aku gak pernah minta maaf atau perlakuannya dia bahkan menyalahkanku sbagai anak . Yg aku nangkap "aku pembawa kesialan" masalah dalam hidup orang tua aku.
Jdinya stiap ibu aku di pukuli, di apain segala. Aku yg minta maaf terus.
Entah ... Perasaan bersalah memang sudah berakar dalam jiwa aku untuk slalu minta maaf atas rasa sakit ibu aku.
Siapapun kalian orgtua...
Jika kalian mendapatkan pasangan yg toxic lalu pertahankan rumah tangga kalian dngan alasan anak ...
aku sbagai anak broken home ingin bilang bahwa "anak yg kalian jadikan alasan bertahan, ibarat pertahankan anak harimau sejak kecil hingga menjadi senjata (monster) dikala dia dewasa"
Sekian.
Tetap semangat ya Kak, kakak hebat banget karena udah berjuang untuk tetap menjalani hidup hingga detik ini 🥰🥰
@@ikramahusna9216 Alhamdulillaah kak.
setuju banget, lebih baik kasih alasan bucin dan gak bisa kelain hati ato krn alasan finansial drpd anak dijadikan alasan, ntar setelah dewasa dan mengerti knp ortunya begitu si anak jd merasa bersalah krn menjadi penyebab ketidakbahagiaan ortu... sedih 😔
@@lovelysibling5105 ❤️❤️❤️
Konten ini sangat mentrigger diri gue, thanks kak git. Married life is the worst life stage eveer kalo belom mecapai stable life in economy or area² lainnya. Kalo masih ngangong ngangong meski usia udah 25 yaudah sans aja, karna akan berbahaya banget kalau nikah kebawa umur dan kita blm mencapai apapun :")
Hidup perempuan emang paling aman untuk hidup tanpa menikah, sih menurut gw. Kecuali klo emang udah ketemu pasangan yg cukup moderate dan relatif anti patriarki; yg mana hampir mustahil di lingkungan Indo. Sebenernya banyak generasi milenial yang udah lumayan “woke” soal kultur yg toxic gini, tapi ya namanya hidup antar generasi, masih sulit untuk stand up buat diri sendiri in case ada masalah KDRT karena ya kultur toxic tadi itu yg memandang cerai adalah suatu yg totally negatif. Udah terlanjur masuk ke kultur, ikut campur banyak orang (walaupun keluarga sendiri) yang akhirnya malah bikin situasi makin runyam.😢
Kalau dari pandanganku, hampir mirip tapi lebih kepada ke child-free ketimbang ga menikah sama sekali. Menurutku kita perempuan perlu selalu siap untuk keputusan bercerai kapan saja, tergantung nanti masalahnya apa.
Kalau ada anak, nanti akan seperti Lesti ini; bertahan demi ‘anak’ padahal belum tentu anaknya seneng punya Ayah abusive seperti Billar.
Tapi kalau tanpa anak, keputusan cerai lebih bulet, less beban, dan nothing to lose. Misalnya seperti kasus Wendy Waltres dan Reza Arap.
Memang sih Reza Arap bukan masuk kategori KDRT tapi sama-sama manipulative dan toxic.
@@littlecherrybloosom9950 iya betul kalau sudah ada yg cocok (tidak patriarki dan sama2 mandiri finansial) bagus tetap nikah dan bisa aja child free. Tapi klo gak ada sama sekali pilihan itu, lebih baik tidak, menurut ku.
@@littlecherrybloosom9950 dari komen kamu jadi kepikiran lagi gimana besarnya beban anak. Karena kebanyakan dari masyarakat kita punya anak kayak naruh kartu di papan judi. Kalau takut masa tuanya nggak sejahtera, punya anak aja biar ada yang ngerawat. Kalau rumah tangga nggak stabil, punya anak aja biar keduanya lebih bertanggung jawab sama keluarga. Kalau punya pasangan brengsek, punya anak aja biar pasangan inget anak kalau mau berbuat nggak baik. Dari sisi mau punya anak atau nggak, orang tua selalu jadiin anak sebagai bahan taruhan.
@@vega7156 Iya kak gpp kan pandangan/prinsip orang bisa beda2 ya, tergantung damage level mana yang kita antisipasi. Menurutku keputusan untuk ga menikah/menikah, keputusan bercerai/bertahan, keputusan child-free/punya anak semuanya baik. Yang membedakan konsekuensinya aja. Konsekuensi selalu ada yang + or -
@@diarythatyouforgot8704 Iya kak. Banyak yg mikir pasangan child-free itu karena gamau tambahan beban hidup (anak) padahal justru sebaliknya. Kebanyakan pasangan child-free justru gamau jadi beban untuk anaknya di masa depan; baik secara finansial maupun mental. Cerita dikit kak. Aku punya sepupu janda 2x dan punya anak dari masing2 pria. Dia ga urus satupun anaknya karena miskin jadi yang merawat orang lain. Dia bilang suami bisa ninggalin kita kapan aja tapi anak akan selalu jadi anak. Nanti kalau sudah tua, yang merawat dia ya pasti anaknya bukan suami. Suaminya yg sekarang (suami ke-3) bukan tipe setia, keluarga suaminya toxic, keuangan pas-pasan, numpang orang, dan mereka sering cekcok. Dia sebenarnya tau cerai itu mungkin terjadi jadi cari tameng pakai ‘anak’ sebagai pengikat. Fix egois. Anak dijadiin investasi. Emang udah kultur nasional yang toxic dan mendarah daging, kak.
Bener bgt sih ini
Smg lesti dan para perempuan yg mengalami kdrt, bisa melewati semuanya
Aku mau nambahin dr sisi anak yg berada di keluarga messed up ya kak. Awalnya mamaku stayed karena anak, tp ya itu situasi rumah jadi gak enak karena semua cuma dipaksakan. Dr awal aku ngerasa tertekan bgt, pengen bgt bilang ke mamaku, udh sih pergi aja, ngapain pertahanin pernikahan sama orang yg mentally abusive. Tp aku takut karena dulu aku masih kecil, smp 1. Sampe pas aku kuliah, aku ngerasa ada yg aneh dr diri aku dan aku harus pergi ke therapist dan konsumsi obat karena aku di diagnosed depression disorder. Dan kalo ditarik balik, "penyakit" ini udh aku rasain dari aku smp, where it all started. Walaupun sekarang my parents sudah pisah, malah aku ngerasa lbh bahagia karena liat mama yg udh lebih calm dan gak sedih2 lagi.
Jadi menurutku, kalo ada org tua yg menggunakan anak untuk tinggal di toxic marriage, please don't! Karena itu cuma bakal menghancurkan anak kamu, karena anak itu gak bodoh. Kita tau kok mana yg benar dan salah.
Aku bersyukur, aku gak tertarik sama toxic relationship. Beberapa temenku yg punya pengalaman yg sama kayak aku, pas udh besar mereka malah tertarik sama cowo2 toxic karena menurut mereka itu normal karena hubungan org tua nya seperti itu. Jadi please, jangan menggunakan anak sebagai alasan. Adanya nanti anak yg nyalahin dirinya sendiri. Karena para ortu jadikan mereka temeng, bukan malah melindungi anak.
thanks for covering this topic kak git!! selain itu juga kasian banget sama ortunya si lesti, ngga bayangin ngeliat anaknya di abuse sama a random guy that just came up to their life a few years ago. kasian banget sama juga ama netizen, kekurangan empati 🙏🏻
Gak bisa bayangin perasaan ortunya
Yg paling disayangkan dari semuanya adalah dia mempunyai banyak fanatik fans kalangan menengah kebawah,orang2 desa (terutama wanita) dengan pendidikan yg minim yg akhirnya mencontoh,sudah banyak saya dengar ucapan2 Lesti calon penghuni surga karna memaafkan suaminya BLA BLA BLA yg akhirnya pasti akan menjadi contoh untuk mereka para wanita yg tidak punya pendidikan dan power untuk bertahan dengan apapun sikap suaminya, padahal Lesti punya power untuk mengakhiri hubungan toxicnya tp bahkan yg melaporkan pertamakali pun ternyata bukan dia tp ayahnya,sangat disayangkan..ntah mungkin memang karna terlalu bucin sampai mengalahkan akal sehat
Kalo diterusin anak-anak bakal jadi korban.
Mereka akan melakukan kdrt pada pasangannya.
Itu yang terjadi ketika saya bertahan mempertahankan rumah tangga walau mengalami kdrt hingga anak2 dewasa.
Gak semua anak sih. Tapi seperti kata Gita, kita gambling mempertahankan rumah tangga dengan kondisi yang gak kondusif
Saya tinggal di tengah keluarga yg kurang harmonis, ayah dan ibu saya sudah tidak tinggal bersama tapi masih serumah dan sudah tidak saling berbicara lebih dari belasan tahun. Saya tahu ini cold violence treatment. Ibu saya sudah tidak menerima dukungan finansial selama belasan tahun pernikahan. Bahkan sampai pada tahap saya sebagai anak merasa bahwa father figure is useless.
Sudah tidak tinggal bersama tapi masih serumah maksudnya apa ya kak?
@@Dreamione25 pisah kamar mungkin,,! terus kebutuhan apa2 udah sendiri2, tpi ttp masih satu rumah
Hadir sebagai penyintas anak dari korban KDRT ortu pada masa kecil dulu, dan sya memutuskan untuk tidak menikah, kelak kalaupun dapat partner hidup sefrekuensi, well sya bakal Childfree sih!!! 😇
Sebagai anak dengan orangtua yang melakukan kdrt (bapak ke mama) kondisi itu seperti neraka buat gue. Mending mereka cerai, dampaknya selain trauma contoh ya gue kek merasa punya PTSD karena begitu denger orang teriak kayak berantem gue akan lgs pusing, emosi dan meriang. Hal lain yang dampaknya sampai sekarang yaitu gue di usia 41 tahun takut menikah loh, mikirin pernikahan gue kek takut bgt gitu. Akhirnya gue pikir ya Tuhan mungkin ga akan kirim jodoh karena guenya blom siap. Efeknya panjang banget, I grow up with these pains and it take a lifetime to be healed.
Jadi, buat para perempuan dan laki-laki yang ada di posisi korban coba dipikirkan ulang, jangan alasan anak tapi kenyataannya kalian malah merusak masa depan, mental dan pikiran anak jika bertahan di kondisi itu.
Setuju bgt kak, gue muak bgt denger orang2 disekitar,ketika ngomongin leslar,mereka komen kan demi anak, anak dan anak. Pernah sekali gua speak up,kalau alasan demi anak itu salah dan mereka menganggap apa yg diomongin gue itu gak valid. Darisitu gua sadar, mau sepanjang lebar apa pun gua jelasin,mereka gak akan paham karena bukan mama mereka yg ngalamin itu dan bukan mereka yg liat hal kaya gitu pakai mata mereka sendiri
Semangat ya ka,hope u will get better soon ❤️
@@mememellynda6954 thank you ya. Saya sudah jauh lebih baik sejak kuliah ttg konseling, i found a therapy through education meskipun sampai skrg masih takut menikah. I am still working on it tho.
Sama juga kaya di film korea "A Long Visit / Woman's Mother". Suami nya abusive, mereka keluarga miskin, ibu nya ga cerai dan scene saat suami nya meninggal itu wah paling2 sihhhh. Akuu bener2 pahammm gmn struggle nya dan attachment yg udh kebangun, soalnya ortu ku pun kurang lebih mirip2
Gue setuju dengan opini yang dikeluarkan oleh ka gita, terutama kalau sudah menikah. So many things yang perlu di pikirkan berkali-kali.
Untuk orang yang belum menikah hal ini menjadi traumatic sendiri untuk memulai suatu hubungan.
and imagine the things besides marriage that will also need lots of consideration.. many things life can offer other than romantic relationship, making love, and raising kids
jujur aku nggak terlalu peduli sm urusan lesti billar, tapi berita mereka jadi pembelajaran aja buat aku tentang kdrt, relationship dan parenting
Setuju sih, yg orang kita tuuh gabisa bedain kapan kita harus mengurusi masalah sendiri, kapan harus ikut bantu urusin masalah orang lain.. Kenyataannya malah dibalik penerapannya, julid mulu di dibelakang
Ak gk merasa di prank, lbh ke sayang bgt dicabut laporannya. Pdhl posisi laporan LK yg pertama lgsung bisa ditanggapi serius pihak kepolisian, sampe stasiun tv mutus kontrak RB, semua reaksi industry mereka sejujurnya bagus. Gk kasih celah RB buat bsa balik lagi. Banyak yg nawarin bantuan biar kasusny diusut dn LK nya dilindungi.
Sekaligus bsa jd contoh aja, bahwa ngelaporin kasus KDRT tuh gk ad salahnya, akan ada yg bantu. Utk lembaga2 terkait juga, in bsa utk buktiin klo emang bsa serius nanggapin laporan kdrt.
Tp balik lagi, gk segampang it keluar dr hubungan toxic. Gk segampang itu bsa lgsung sadar. Dan bsa jd LK blm tentu aman saat memutuskan pisah dari RB.
Setidakny, saat awal2 boomingny kasus ini, diliat2 masyarakat/netizen indonesia mulai melek soal kdrt. Ad bbrp yg masih anggap it aib, tp kulia lbh banyak yg sadar it bahaya+sebaiknya dilaporin. Cuma empatiny aj blm semuanya sama😅
Semoga aj LK baik2 aja, nggak kenapa2 lagi. Ngeri soalny liat bukti cctv yg di-up kmrin.
reaksi industry dengan mecat RB, temen2 lesti yg bela dia it bukan utk lesti kayanya tp buat narik simpatik netizen ka 😅 buktinya ktika netizen marah mreka lsg ga mw bela krn tkt kehilangan follower 😅 hidup it mmg gt
buat keluar dr abbusive relationship itu sesuai yg d jelasin kk gita cuman yg sgt disayangkan itu laporannya pake dicabut.... entahlahhh.... jd bkin kita yg udh mikir buat childfree malah makin bulat keputusannya grgr lesti cabut laporan karna anak....
Keluar dari toxic relationship itu gak gampang,meskipun levelnya pacaran,tapi butuh waktu 1.5 tahun untuk bisa keluar dari hubungan toxic,dan butuh waktu setahun setelah putus untuk bener" sadar bahwa aku dulu berada di hubungan yg toxic bersama orang yg abusive dan manipulatif,karena jujur masih ada perasaan ingin balik lagi meskipun aku gak tahu dia bakal berubah atau gak, saking manipulatifnya dia pernah marah marah hanya karena saya ada urusan keluarga,dia bilang dia ada niat mau ketemu hari itu, dan saya bilang gak bisa karena ada keperluan keluarga,jadinya dimanipulasi bahwa saya yang salah, jadinya malah saya yg minta maaf :D ( tapi pas lihat kasus Lesty aku ikutan gemes juga,knp dia ngambil keputusan itu,sampe lupa gmn perjuangan aku buat lepas dari hubungan toxic yg levelnya level pacaran)
Dan mungkin Lesti melihat bahwa memberi kesempatan kedua perlu dilakukan.
@@oryzaberliana5723 mungkin juga itu kesempatan yg kesekian,karena jujur kadang suka ada rasa yakin bahwa kita bisa merubah sifat orang padahal kenyataanya itu bukan hal yg mudah
@@Dinautamirahayu mungkin iya, mungkin juga ini kesempatan pertama. Pada akhirnya kita hanyalah orang luar, dan mereka yang menjalani. Kalau Lesti akhirnya pilih kembali, tugas kita sbg sesama muslim dan sesama manusia adalah mendoakan yg terbaik, serta semoga kali ini Billar benar2 bisa lebih menghargai jalinan jodohnya dengan Lesti dan baby L.
Setuju bgt ka gita, ibu gue mempertahankan sama bapak gue dengan alasan "karena anak" padahal gue sendiri ga suka bgt ngeliat kelakuan bapak gue yg manipulatif, kasar, tidak bisa mencontohkan hal baik kepada anak anaknya, gw dulu prnh bilang knp ga cerai aja bu, tapi dia ttp kekeh dengan alasan "karena anak anak" pdhl gue sndiri yg sebagai anaknya ngerasa sakit hati bgt kalo ibu gw diperlakukan tidak baik sm bapak gue :)
Udh gede baru brni blg knpa nda cerai aja klian brdua smpe udh tua masi brantem. Trus aku nya yg diserang dblg bnyk anak" dluar tnpa org tua utuh jd anak yg kasian nd ad bpak/ibu nd brsyukur kamuu 😌 kalo kamu jd anak badung skg gmn. Hah? Yaudin ku diam saja.
Astaghfirullah..
Kasihan banget
@@amandaamelia8395 biasany klo pasangan udh toxic, kayak ketularan gitu kak toxicnya ke pasangan satuny jd toxic kyk gak sayang diri sendiri, jdi bisany nyalahin pihak luar pdhl saranny baik.
@@rnvy5002 iya loh kak, kan kita paham ya. Gabisa kalo mau debatin ortu. Jd cm bs diam aja. Kek shock malah diserang balik pake kalimat kek gtu. Skg aku 28th tkut bgt diajak nikah. Slain tkut ktmu lakilaki yg begitu. Tkut aku jg berlaku kek gtu krna trbiasa ngeliat ortu dri kecil. Tkut sadar ga sadar toxic jg😭 jd insecure
setuju! itu perasaan gw pas liat bapak w diperlakuin ga baik sama ibu tiri gw. Untung akhirnya mereka cerai setelah gw dan saudara2 gw pastiin klo kami itu gapapa punya ortu cerai. Akhirnya setelah 14 tahun pernikahan sama ibu tiri gw, bapak gw bisa cerai. Alhamdulillah banget.
sebagai anak yang terlahir dari bokap kdrt, asli deh gue dari kecil stress banget. dari kecil juga diary gue isinya mau mati atau ga kepengen kill my dad. gue juga sakit kepala ga jelas sampe gede yg kalo dicek ke dokter gada sakit apa2. gue sangat2 menyayangkan ibu gue yg ga cerai sama bokap sampe sekarang. katanya demi figur ayah, tapi gue sama kaka2 gue juga ga pernah punya figur itu. bawa trauma doang sampe sekarang. Bahkan parahnya, gue pas gede jadi deg-degan kalo denger suara keras, teriak2an, atau suara berantem, bahkan cuma anak kecil ribut sepele. so much pain. cerai bener-bener lebih baik buat anak untuk case yg kdrt.
Sama dengan yang kurasa, denger suara keras aja, jantung kayak meledak2 gitu. Smp mikir klo nikah ketemu yg sikapnya kyk bapak ku, apakah aku harus bertahan kyk emak ku. Tapi mikir lagi, bagusnya gak usah nikah aja lah. Biar tenang hidup.
@@nano757 aaaa same energy here, jadi takut nikah yak. jadi overthinking banget terkait hubungan sama lawan jenis. peluk jauh buat kamu, semoga pelan-pelan kita bisa heal🤗🤗
@@bloodykwek bener kak, bawaanya overthinking sama lawan jenis, baru dibilang aja eh mau gak dikenalin sama cowok. Orangnya baik, udah mikirnya kemana-mana, yaah kalo gak ngerasain sih pasti ngomong gak semua lelaki sama, jangan mikir kejauhan. Yaah gimana, otak udah mikir gitu duluan.
Aamiin, semangat juga untuk kakaknya ya.
Insya Allah bisa sembuh, dan kita dikasi jodoh yg baik, rajin ibadah, perhatian, lembut hatinya, penyayang. Aamiin
Wah i feel u ka. Aku juga gabisa denger suara keras berasa pengen nyembunyiin kepala, nutup kuping dan kadang panic attack. Itu semua karena dari kecil suka dimaki2 tanpa alasan sama seorang ayah
Bener Ka Gittt.. Emak gw juga bertahan cuma gara2 anak, alasannya ya karna biar gw punya figur ayah, biar keluarga utuh karna gw anak perempuan yg katanya apa2 di lihat ke orgtua, terus juga emak gw jga trauma bonding, karna ayah gw sangad sangad sweetttt tapi aslinya manipulatif juga suka KDRT.. Aaaahh skrg pas udah gede gw malah menyayangkan keputusan emak gw, gw ga butuh figur ayah kek dia, gw ga butuh keluarga utuh yg toxic..
Gw kecewa berat sm Lesti krn mencabut laporan, tp gw ga ngenggep ini prank. Krn gw tau susahnya keluar dr abussive relationship, even toxic relationship aja sulit. Belum lg tersangka pasti manipulatif banget.
Cm yg disayangkan lagi, media tidak membahas hal² penting termasuk perkara "kenapa korban sulit lepas dr abhssive relationship?" Tp malah berita aneh² yg malah memperkeruh keadaan dan seolah mempromosikan untuk "memaafkan" pelaku 🌚
iya bener padahal pihak polisi menangani kasus ini scr aktif dan serius mencari bukti dan mewawancara saksi saksi lalu tiba2 dicabut mungkin itu jg yg bkin netizen geram
Menunjukan begitu parah pola pikir wartwan atau nitizen para floger menunjukan kwalitas manusianya mereka niatnya menjatuhkan bukan memberikan edukasi...
be the change you wish to see.. climb the media corporate ladder and change the culture for the better
setelah liat perjuangan emak ku yg 'single' cuma bisa bilang I am proud of her as a mom and a human being
TRUE
Ada 1 sisi lagi yg netizen harus pahami.
Kemungkinan mrk punya kontrak yg masih harus dipenuhi berdua. Apalagi mrk setaw saya dikontrak untuk pemakaian figur mrk yaitu "LESLAR".
Biasanya kontrak akan mengatur bila salah satu pihak terkena tindak pidana maka kontrak batal dengan denda. Biasanya pun denda bs beratus persen dr yg belum terpenuhi.
Kemungkinan Lesti belakangan br nyadar.
Ketika saya dengar Lesti laporin Billar pertama x nya, saya yg langsung kepikiran "wah byr denda kontrak byk nih".
Belakangan setelah Lesti cabut laporan, rekan2 kerja L bereaksi scr live yg turut memancing reaksi netizen.
Mgkin lesty ini kan umurnya msih muda. Dan dia ga mgkin asal mutusin keputusan trsbut. Dia pst mikir dia msh muda dan klopun hrus berpisah dgn billar dia ga mau dgn cara sprti itu. Dia msh butuh sosok suami dan bapak untuk anaknya. Krn umur msh muda hrs bs ngurusin anak sendiri. Dan ga mudah dan cepat jg lesty misal cari penggantinya. Itu ga mudah. Disini sih lesty bnr2 berhati besar bgt ngasih kesempatan billar. Dia ga mau ngelaporin suaminya kdrt dgn memasukan dia ke penjara dan seluruh indonesia juga ngehate suaminya. Aku rasa lesty dan bapaknya ingin kasih pelajaran aja buat billar. Dan netizen juga ga ada hak untuk ngelarang lesty ngelakuin apapun alasannya. Karna ini kehidupan pribadinya kehidupan yg ia jalani sendiri.
Dengan opini Gita kali ini gw jadi bisa ngerti gimana cara hadapin pasangan pelaku KDRT. Tp pertanyaan gw, gimana kalau victim KDRT adalah posisi sebagai anak, dan pelakunya adalah orangtua sendiri? Gw pengen denger gimana opini Gita mengenai hal ini, semoga bisa jadi bahan selanjutnya ya 🙏. Bagi gw ini penting karena ini pernah terjadi di lingkungan sekitar gw tinggal. Semoga nanti bisa ya Gita 🙏 Thank you
Up
Up
Up
Up
Up
Semoga bny yg nonton nih vidio Neng Gita khususnya mereka yg nyalahkan Lesti cabu laporan spy lebih paham bhw ternyata tdk sesederhana itu hubungan suami istri itu.Mending kita menghormati, memahami dan memaklumi keputusan Lesti daripada mempertanyakan dan memperkarakan laporan dicabut. Semoga KDRT Lesti jadi salah satu kasus dari sekian kaaus KDRT yg pelakunya TOBAT dan berubah.Aamiin.
Kak Git, seriously thank you so much for this video! Ini bermanfaat banget buat aku dan beberapa teman aku yang lagi ada disituasi kayak gini. Kejebak sama orang manipulatif juga. Sehat-sehat kak Gitaa.
Waktu pertama kali liat banyak postingan orang2 yang ngerasa "di prank" oleh lesti, kaget banget ternyata masih banyak orang yang punya pemikiran jahat kaya gitu
Jujur, aku suka mendikte tmen aku ktka dia ada masalah sama pasangan. In bener2 ngebuka mata aku kalau harusnya enggak gtu. Merasa bersalh bgt. Thanks buat info yg berharga ini. ❣
bingung bgt ngeliat netizen yang merasa paling sakit di kasus lesti, padahal nontonin doang, ga ada naruh empati apapun. complicated bgt untuk situasi begini ga hanya satu dua alasan tapi banyak pertimbangan.
Suamiku gak pernah main fisik (sentuh fisik) kalau marah, tapi dia pernah beberapa kali ngelempar barang, nonjok/gebrag tembok/pintu, ngacak2 barang, terus minggat selama seharian. Aku yg dulu sebelum nikah belum pernah menyaksikan hal itu secara langsung (especially di keluarga besarku, orang2 terdekatku), kaget banget. Pernah rasa seperti di neraka, karena bener2 gak faham dengan "adat" dia. Sering kefikiran untuk cerai, karena gak nyaman dengan situasi itu, tapi gak sesimple itu. Lama2 emang jadi terbiasa, dan yg penting dia gak main fisik langsung dan jangan sampai! Pada akhirnya, seperti yg kak gita bilang, alasan paling common adalah anak. Tapi itu bukan sekedar common reason, tapi emang perceraian saat udah ada anak itu bisa membingungkan si anak, dan bahkan menghancurkan masa depannya. Apalagi dia bener2 deket dan baik banget sama anak kita, jarang marah dan bentak anak, beda sama aku yg kalo lagi cape pusing banyak kerjaan, anak sering jadi sasaran gak sengaja marah2 kita, tapi alhamdulillah suamiku gak gitu, dan jangan sampai. Dia cenderung cair dan akrab bgt sama anak2. Itulah salah satu alasanku masih bertahan dan harus bertahan dengan suami sampai nanti. Doakan kami selalu langgeng 🤲
Agree with your opinion Git... cuma mau sharing aja pengalaman pribadi, gwe tau kdrt itu sejak belum masuk TK, terjadi sama nenek-kakek tiri gwe dan itu terjadi 2x setahu gwe, krna gwe gak tinggal bareng mereka. Dan sampai sekarang masih inget jelas kejadian itu.
Pesan aja : jangan sampai kekerasan dilihat anak kecil 😇
Sebelum Bpk gw meninggal juga, ortu gw saling keluarin kata kasar omongan dan fisik . sedangkan kita anaknya cuman bisa diem ngeliatin mereka berantem.
Jgn kan ngeliat KDRT, gue pernah liat temen di kelas dibully trus gue (dan sebagian bsr temen2 gue lainnya) diem aja, krn wktu itu lg buru2 deadline hrs ngumpulin LKS.
Setelahnya sedikit traumatik buat gue, kayak kenapa waktu itu gue diem aja yak?!?!
Terima kasih kak Gita. Opini kali ini juga menambah wawasan/insight baru tentang fenomena KDRT. Semoga semua keluarga kita dijauhkan dari tindak tindakan yg termasuk lingkup KDRT.
bene bgt aku bertahan bukan karna bodoh cuman nunggu waktu yg tepat terimakasih kak git udah beropini
8:25 setuju sama kak git. ada pasangan yg memutuskan untuk bertahan karena anak, tetapi kalo pasangan itu sering bertengkar nantinya jg bakal bawa dampak negatif ke anak. aku sendiri pernah ngalamin. ortuku dulu sering bertengkar dan jujur i felt affected psychologically, ak ngerasa sedih dan sedikit depresi karena rumah yang harusnya jadi safe space kita malah jadi tempat yg suram, mencekik, dan bikin stress. aku sendiri justru ngerasa lega setelah ortuku bercerai, dan aku bersyukur karena aku nggak kehilangan figur ibu atau ayah karena kedua orang tuaku masih mau ngerawat aku meski mereka udah pisah.
Cuman pengen bilang; Gita tu, tinggal di luar tapi selalu menempatkan diri dan melihat dari sudut pandang orang Indonesia. Jadi relate dan ngerasa tetep Deket. :)
Kak gita kenapa sih gak ngambil sekolah psikolog aja, bagus banget loh, kaya semua kata kata yang keluar dari mulut dia tuh langsung bisa dicerna sama otak terus kita jadi merefleksikan kepada jiwa kita
16:20 org indonesia itu menurut ku sekarang bukan nya ramah tapi pengen tahu, cuma sekedar pengen tau tapi gak ada fokus untuk membantu. I think if u want help org kita tu bisa nolong tanpa bertanya lebih lanjut mengenai permsalahnya, yah kecuali kalo dia adalah org yng emg deket sama lo
Dari pengalaman orang2 sekitar gw yg mengalami abuse, beberapa hal yg bs gw ambil:
1. Pengaruh agama yg kuat. Krn dalam agama Islam dikatakan Allah membenci perceraian. Dan seorang istri diwajibkan menuruti suami dan bertahan dan bersabar dalam kondisi apapun, jadi mereka yg keimanan nya kuat akan tetap bertahan.
2. Pengaruh budaya. Di Indonesia masih memandang negatif perceraian. Jadi mereka malu unt bercerai.
3. Manipulasi dari sang pasangan. Biasanya setelah mereka melakukan kekerasan mereka akan minta maaf, mohon2 untuk rujuk. Dan kl g diturutin mereka akan mengancam untuk bunuh diri dan bilang kl g bs hidup tanpa sang istri. Ini yg membuat sang istri g tega untuk meninggalkan.
4. Mereka jg kadang mengancam untuk berbuat keonaran agar semua orang tau. Karena pertimbangan keluarga terutama orang tua, takut orang tua pikiran dan stress, akhirnya sang istri terpaksa menuruti sang suami yg toxic.
Nomer 1 gak setuju, Kalau perintah baik & sabar mah untuk semua orang ya kalau di Islam. Dan "keadaan apapun" ini juga ga bener, kalau salah dan menuju kesesatan / mudhorot ya jangan diikutin bahkan wajib cerai.
@@amadeus7320 Salah atau benarnya, diserahkan sama yg berkompeten. Tp tdk bisa dipungkiri, realitanya banyak istri yg bertahan dg dasar agama. Dengan harapan sang suami kelak akan mendapat hidayah dan berubah.
@@dyeen4 maaf, bukan pengaruh agama "islam" yg kuat berarti namanya kak. Kalau konteksnya berpengaruh dari agama berarti memang tercantum jelas dalam agama dan umatnya wajib mengikuti. Saya rasa lebih tepat kalau di budaya kita dogma agama itu masih kasar intepretasinya. Saya komen gini krn takutnya bakal muncul komen-komen kebencian yg bilang "iya, islam kan mengajarkan kekerasan, tuh liat aja umatnya aja membenarkan". Padahal bukan dari agama nya, tapi umatnya lah yg masih salah intepretasi. Kata-kata yg kakak maksud itu memang terkandung dalam surah An-Nisaa tapi ga sepenggal itu aja. Ketentuan dan pejelasannya juga dijabarkan dalam ayat selanjutnya maupun hadist atau ilmu fiqih yg mendukung
@@regi7943 ini bukan soal ilmu agama benar atau salah diinterpretasikan, tapi memang kenyataan di lapangan, PRAKTEKNYA, para ustad ustadnya sendirilah yang mengajarkan dalam ceramah2 atau pengajian2 mereka bahwa seorang istri harus sabar dan tetap ikhlas serta melayani suaminya dengan baik, BAGAIMANAPUN KELAKUAN SANG SUAMI, agar sang istri mendapat surga. Ini nyata dan saya sendiri mengalaminya. Ceramah ini didengar oleh tante saya, lalu tante saya mengajarkan hal tersebut kepada saya. Pada prakteknya di lapangan ibu ibu yg ikut pengajian mendengar dan mematuhi apa yg diajarkan oleh ustad2 mereka. Terserah kenyataannya interpretasi si ustad benar atau salah, ntah dy memang menginterpretasikannya sesuai ilmu agama yg benar, atau interpretasi itu dy bikin sendiri terpengaruh budaya patriarki di masyarakat. Yg jelas ketika dy menyebarkan pemahamannya dy melakukannya atas nama agama.
@@cutferica3973 gausah panjang-panjang kak, karena ntar balik lagi. Kan konteks saya hanya mempermasalahkan statementnya yg "pengaruh agama yg kuat". Kalau kakak merasa ga setuju dgn ustadnya, kan bisa balik lagi ke Al-Qur'an dan hadist yg jadi dasar statementnya. Jadi ga telan mentah-mentah
Gita keren banget edukasinya... thank ya
Menurut gue ya, berdasarkan buku-buku yg gue baca dan kisah-kisah serta latar belakang orang kriminal, kalo orang tua tidak harmonis itu bisa membuat anaknya depresi, tertekan, merasa hidupnya tidak bahagia, dan akan menyalahkan atau bahkan bisa membenci orang tua nya. Menurut gue, anak punya hak juga hidup di lingkungan yg aman dan nyaman untuk dia berkembang. Jadi kalo memutuskan bertahan dengan pasangan yg sifatnya keras, tempramen, kasar dan sering memukul akhirnya bertahan demi anak, menurut gue itu bukan keputusan yg tepat. Yah dikhawatirkan si anak secara tidak sadar mengikuti sifat buruk orang tua nya.
It just my opini yahh, terserah utk kalian yg mau beropini berbeda, itu hak kalian. Karna memang kehidupan manusia variabel nya banyak dan ga bisa disama-ratakan. Semoga kita selalu berada di lingkungan yg aman dan nyaman, aamiin.
Memang kenyataanya perceraian tu nga selalu buruk kok klo emg udh nga harmonis apa lg sampai kdrt. Masalahnya di stigma masyarakat dn ketakutan dri pasangan itu sendiri khususnya istri. Kalau cerai jd omongan tetangga, gmn nafkahin dri sendiri dn anak klo dh cerai dll. Kita sebagai anak pasti pgn org tua utuh tp seiring dewasa makin sadar juga klo kebahagiaan org tua juga penting. Ak termasuk org yg menyesal krn dlu nahan ortu buat nga cerai, ya krn dlu msh kecil dn setelah dewasa gini bru sadar kasian ngeliat ortu hidup menderita dlm ikatan pernikahan yg nga bahagia.
Sama kak... Bukannya gak berempati sama keputusan L... Tapi sy sendiri tau rasanya hidup di dalam keluarga yg banyak kekerasan di dalamnya, sebagai anak walking on the eggshell all the time. Butuh waktu lama loh buat sy sebagai anak untuk bisa memproses/menyembuhkan luka batin akibat kelamaan ada di lingkungan yg banyak kekerasan. Apapun masalahnya, kekerasan bukan solusi. We have to learn to master our emotions, guys, that's the most important thing to learn as human being🙏Gak mudah, tapi ada caranya, memproses inner child dan ke psikolog... Kurang kurangin menghakimi hidup orang lain❤️
Menjadi wanita yg Sholehah nurut suami oke ..
tp jg harus cerdas, sabar bukan berarti pasrah (teori tak semudah dilakukan)...
Setuju banget sama konten ini, empati perlu dan selalu mendengarkan dan mendukung langkah korban juga perlu
hi gita ❤
big thanks for you to speak up and explain things to us. ive been in toxic relationship for 4 years (yes am free ady), walaupun masih pacaran tp bener2 impact besar ke aku. aku ada trauma dan anxiety. Ingat yg dulu kalo aku mau putusin dia gamau trus ngeblame semua ke aku, and yes itu buat aku kehilangan percaya diri. jujur aku mau share banyak ke kalian tp gamuat kayaknya hehe tp satu hal yg aku mau kasih tau. ketika ada teman atau saudara jgn di judge ya! kalo bisa ke psikolog kalo mau share ke km ya gpp cuma blg ke dia kalo dia ga deserve untuk merasakan sakit dan kesedihan itu. ini susah dan lama yes tp pls bantu dan jangan tinggalin mereka karna sejujurnya mereka butuh sandaran bercerita dan butuh orang yg nunjukin kalo yg dia fikir salah.
Pandangan negatif masyarakat Indonesia terutama didesa pada status janda karena perceraian juga berpengaruh pada kptsn untuk bercerai..meskipun udh di kdrt..trus kalimat plang bnyk yg keluar "..sayang bgt udh nikah sekian taun trus bercerai"...
Thanks kontennya kak Gita... keren
do:
- pendengar yang baik
- supportif
- empati
- proaktif
- tawarkan solusi yang aman
- berikan kontrol kembali untuk korban menjadi manusia lagi yang kuat
don't:
- maksa
- judge
- dikte
- menyepelekan
- meremehkan
- menyudutkan
Tolong dong pembahasan yg kaya gini yg harus di up di tv. Biar org ga cuma menyudutkan satu belah pihak aja. Harus belajar melihat suatu masalah dr semua sudut pandang.
Bener bgt, ga mudah untuk keluar dari abusive relationship. Punya temen yang udh 10 tahun menikah, 10 tahun itu mengalami KDRT, punya anak 3, membuat keputusan untuk berpisah sulit untuk jadi opsi jalan keluar. Akhirnya bercerai demi menyelamatkan psikis anak, karena seringkali KDRT juga didepan anak. Jadi memang benar tidak gampang untuk keluar dari cycle abusive relationship.
Poin 4. 9:13 itu juga ada di Indonesia 😭 ngeri bgt. Abis cere ttp dijahatin. Kek beneran ga bisa lepas.
Ya Allah. Jauhkan kami dr org2 jahat macam Fir'aun.
Ayo stop dari sekarang
Jadi cewek harus bisa lebih mandiri
Bukan berarti gak butuh cowok, tapi kita jadi lebih kuat bertahan walau ditinggal cowok
kayaknya kenapa netizen feels entitled buat ngejudge karena Lesti dan Bilar litterally hidup dengan menjual kemesraannya ke netizen. Dan netizen jadi punya trust issue semacam, jangan sampai nanti dikontenin lagi nih mereka mesra2 lagi di semua platform media dijadikan panutan lagi.
But, keterangan mbak Gita itu sangat benar, tapi permintaan memboikot mereka menurut saya ga berlebihan, karena netizen enggan saja dicekoki drama keluarga ini lagi.
dilematis sebenarnya karena buat Lesti personal kalau tidak tampil ya berarti dari mana pemasukannya.
Tapi apa iya kita harus disuguhkan mereka lagi sebagai panutan, budaya mengidolakan public figure sampai kedetail kehidupan pribadi ini memang tidak baik, dan sekarang terbukti membawa korban.
Saya rasa mendoakan mereka terutama Lesti bisa menghadapi badai rumah tangga ini dan menjadi keluarga bahagia sangat baik, tapi kritis dan resah dengan "konten" mereka juga sangat perlu.
Gw juga hidup dari seorang single mom. Dan gw ngerasa banget perbedaan anak yg hidup sma ortu yg lengkap. Dibedain banget dikampung.Ayah gw gk pernah main kasar sma mama gw cuma dari segi finansial yg kerja cma mama gw yg ngurus anak cma mama gw. Yg ngurus rumah cma mama gw. Bedanya gw tinggal di rmah warisan ayah gw. Tapi setelah nenek dari mama meninggal, mama gw milih pulang kerumah nenek gw. Nenek gw tipe yg partriaki gtu. Jdi perceraian itu sangat2 dibenci walau anaknya tersiksa bertahun2 jdi tulang punggung tetap gk boleh pulang.karna dlu mama jga pernah nolak dijodohin. Karna kakek jga udah gk ada lagi.
Selama 20 tahun mama gw nahan dan baru cerai sekarang. Selama bersama kami jarang pulang kermah, kadang nginap tempat mama kerja. Kadang ayah yg jarang pulang. Mereka jga gk pernah berantem. Tapi gw gk punya kedekatan sama sekali dengan ayah. Dan perbedaannya klu di kampung klu ada temen2 sekelas yg nginap drmah. Padahal rame. Tapi ada cwok drmah pasti dipermasalahin sma orang kampung. Karna gk ada laki2 dewasa dsna seperti figur bapak drmah . Figur abng yg paling besar jga gk ada. Tpi klu ada bapaknya drmah, nginap cma satu orang cwok pun gk masalah, malah tuh anak cwek smpai MBI dluan. Sebulan nikah langsung lahiran pun gk masalah. Kan ada bapaknya. Klu gw gk punya bapak jdi orang kampung merasa jdi bapak gw semua.
ibu aku ngalamin ini, beliau bertahan karna alasan anak, image negatif atas janda di masyarakat kita dan dengan alasan nama baik.
tapi hari ini aku gak setuju dengan pendapat itu, karna gak pernah sekalipun beliau tanya apakah aku bahagia atas pilihan beliau (jika memang benar alasannya adalah anak)
tapi memang gak bisa dipungkiri, ibu terlihat sangat kesulitan keluar dari jerat KDRT, beliau seperti gak punya pilihan bahkan atas kebebasannya sendiri
meskipun gak setuju sama pendapat ibu, tapi aku gak pernah menyalahkan pilihannya, karna beliau berada dalam lingkar sistem, culture yang mencengkeram, dan bagaimana konstruksi sosial menempatkan wanita didalamnya
aku cuma bisa berharap, siapapun yang melihat kasus ini bisa belajar dari hal itu dan berempati sembari mendukung korban alih alih menyalahkannya atas semua pilihan, yang tentunya gak ada yang mudah
Aq pernah baca komentar seorang cewek di FB dia nyeritain ttg sepupunya yg meninggal 4/5 taun lalu.. Dia seorang istri yg hidup rumah tangga nya kdrt sampe keluarga nya nyuruh dia buat cerai tapi dia ga mau karena Cinta banget ..(bucin akut) trus ga lama sepupunya meninggal krn dibunuh suaminya sampe dimutilasi.. Dia bilang kasusnya masuk berita teve. Please jgn bucin, girls..
Nah, gue setuju banget sama bagian kenapa perempuan kadang memilih untuk stay bisa jadi karena pilihan untuk keluar itu malah lebih mebahayakan diri dia. Even lapor polisi itu tidak menjamin apapun. Mantan pacar aja bisa nyerang mantannya.. apalagi mantan pasangan yg sdh dinikahi
Emang kasusnya agak jarang. Tapi itu ada... jadi jangan buru2 ngelabelin mereka bodoh atau lain2. Sedih rasanya waktu (misal) sesama perempuan bilang perempuan lain itu bodoh hanya karena mereka memilih untuk ttp stay dihubungan tersebut. Mereka juga sebenarnya enggak mau kok dihubungan yang kaya gitu, andai kata mereka bisa teriak... mereka bakalan teriak paling sama situasinya :"(
Gue sangat2 bersyukur saat mereka bisa lepas dari hubungan tersebut, dan cukup untuk berempati dan memahami kenapa mereka stay (deep down gue respect banget sama sabar mereka yg panjang, diluar dari masalah anak ya). Banyak faktor rasional dan irrasional yg mungkin susah buat mereka jelaskan :(
Menurut gue yaa, dari awal leslar itu udah banyak drama, settingan, pembohongan publik, dan puncaknya sekarang akhirnya hal yg serius bukan settingan malah dianggap lagi ngeprank sama netijen. Kalo peribahasanya mah apa yang kita tanam itulah yg akan kita tuai.
Saya sangat tdk setuju klo mempertahankan rumah tangga krn alasan "anak", sy anak yg merasakan bahwa hubungan ortu yg sudah toxic ujung2nya akan berdampak buruk pada pertumbuhan psikis anak. Punya ayah tp tdk berfungsi sebagai ayah = tdk pny figur ayah, lebih buruknya malah bisa benci atau tidak percaya pada lelaki. Untuk apa pny ayah.. tp ayah jg yg membuat luka buat anaknya. Jdi meski memiliki ayah belum tentu setiap anak memiliki figur ayah yang baik dalam hidupnya.
permasalahan utamanya kebanyakan cuma bisa melihat dari sudut pandang nya sendiri ga bisa melihat sudut pandang orang lain, dan ga mempertimbangkan faktor psikologi nya
Setuju, apalagi pas pada mencerca saat Lesti mengampuni. Padahal Allah hanya sedang memaafkan Billar. Astaghfirullah!
Si Lesti lapor polisi...menurut gwe sebagai pagar pelindung yg optimal.. minimal gerak gerik si bilar dpt terkendali...maaf kalo salah..ini cuma pendapat gwe
Setuju, jahat banget nitizen, sok perduli sok berjasa,
Ka gita,bahas tentang ga minat nikah dong fyp tik tok akhir" ini tuh banyak perempuan yg ga minat buat menikah.Makasi Ka Gita❤️
@@titaska9845 Nggak minat bukan karena membenci pernikahan. Mungkin karena alasan pribadi pernah di sakiti , atau dari lingkungan misalnya melihat orang tua pernah disakiti .. jadi banyak faktor nya
TUH DENGERIN NETIZEN
Diem aja udh paling bener...kita gatau apa yang dirasain lesti yang kita tau mungkin ga seberapa so please gausah terlalu posesif bgtt
Iya kak serial "MAID" Bagus banget dan banyak lessons mengenai KDRT.
Thank god gue gak pernah tertarik sama mereka sejak awal viral. Jadi apapun perkembangan kasusnya ya gue berdo'a aja semoga tuhan selalu mengasihi mereka dan memberi jalan keluar paling baik versi-Nya
Gita: Masyarakat kita in general suka gosip, inserting themselves in somebody elses issue.
Tapi kalau misalnya udah ada tetangga yang digebukin sampe nangis nangis, tiba tiba kaya mundur gitu, "ah engga deh, itu kan urusan keluarganya masing masing. Itu hubungan suami istri mereka, gw ga mau ganggu."
😑 Gosip bisa, bantuin ga bisa.
Entahlah, gue pun berpikir begitu bro mainset org indo itu gitu kali yah kebanyakan keknya
juga ingin memberi info, ttg berita2 di media bahwa Lesti mengatakan "ga minta makan dari netizen" itu adalah misleading information, alias berita yang keluar dari konteks. yaitu Lesti tidak mengucapkan itu setelah kasus kdrtnya meruyak, melainkan jauh sebelumnya, seingat saya beliau mengatakan itu dalam rangka menanggapi hate speech dari netizen, jadi sama sekali tdk terkait dengan kasus kdrt-nya, juga ucapan tsb. tidak ditujukan kepada semua orang, apalagi kepada fans/orang yg mendukung dirinya. melainkan hanya menanggapi pertanyaan dari orang yg bertanya kepada Lesti bagaimana dirinya menanggapi para hater. diucapkannya juga dengan gaya bercanda. tapi semua kembali ke penilaian pemirsa. yang benci akan tetap benci, yang biasa saja ya merasa biasa saja.
Nah itu. Heran. Media2 besar di indo itu kadang kualitasnya sama kayak short yt yang isinya gtu2
Pernah kejadian di tetangga gue. Dan dulu keinget gitu.. serem banget sih parah. Anaknya sampe nangis" .. iya semua orang pada mundur yg tadinya baik".. keinget ceweknya trauma banget dan harus dipisahin sampe emak gue yang harus nenangin dan jelasin kedua belah pihak. Hal begini tuh butuh di rangkul bukan di gosipin begitu anjir. Pas kejadian cuma gosip sama pergi. Kan kek.. ternyata banyak yg masih begini ya -_-
Mantap kak, makasih buat insightnya. Aku juga takut kalau misalnya anak menyaksikan perilaku kdrt dari orang tuanya, dia menangkap, merekam itu, dan melanjutkan perilaku itu ke generasi selanjutnya. Mengerikan banget kalau itu terjadi. Mungkin boleh request kak, kalau ini kan dari perspektif victim, kalau dari perspektif pelaku kdrtnya gimana kak? Apa aja faktor yang bisa bikin dia melakukan itu? Thank you kak, sukses terus!
Setuju kak. Keluargaku juga ada yang pas kecilnya liat dan mengalami, pas dia udah berkeluarga dan punya anak dia jadi gtu ke keluarga nya
setuju sama ka gita dan mungkin selain karena kdrt kenapa beberapa netizen kesel karna media yg suka nge goreng berita dan udah ada beberapa bukti kalo si cowo ini biseks juga dan selingkuh
HARUS BANGET DI KIRIM KE GRUP KELUARGA SIH, Thankyou Kak Gita!!
part yang proaktif on point bangetttttt!
setuju banget 💯💯💯
Billar emg manipulatif. W bukan siapa2 sempet kagum sama dia pas nonton di TH-cam boy William. W kira dia tipe cowo alim yg sayang sama pasangan. Dan pas ada berita KDRT w syok berat. Beneran ga nyangka. Trus aib2 dia dikorek sama org Twitter. Makin geli sama Billar.
Dan di sinilah, knp w sempet kecewa sama Lesti. Tp juga ga sampek hati menyudutkan lesti di sosmed sampek bikin video menyalahkan Lesti seutuhnya 😅
Sebagai anak broken home.
Sumpah, aku lebih bersyukur ortu aku cerai.
Rusak sudah masa kecil ku liat ortu tiap hari baku hantam.
Mama ku pelaku kdrt nya tapi sih.
Papa bisa aja ngelawan, tapi dia milih diem aja di hajar.
Emang ga mudah jadi anak broken home.
Tapi kayaknya aku ga mau juga kl di suruh nyaksiin baku hantam tiap hari sampai aku gede...
Mengijuti mereka dr awal jd mengerti keadaannya semoga mereka berdua dpt melalui semua ini ...
pinter+cantik, gambaran org2 indo 2023, Aamiin..🙏👍
Yess bener Git, dsini keluarga besar malu klo ada yg bercerai, smp turut campur utk mendamaikan, tanpa tau mslah sbnarnya. Yg menurut gw, klo cerai itu urusan 2 orang itu, kelg d luar itu nambah masalah n beban utk mereka.
Aku setuju sih sama kak gita krn kak gita menyampaikn itu dari sisi si korban KDRT itu sendiri. Tapi aku juga ngak nyalahin netizen jika emang ada yg ngak bersetuju & marah krn tindakan lesti yg mau balikkan sama husbandnya yg pernah abusive sama dia. Tu krn emang org skrg itu udah rmai aja yg aware sama abusive and toxic relationship dan bikin mereka semua punya prinsip that they not gonna think twice to stay with abusive partner. Ngak dinafiin juga, emang ada netizen tu yg salah krn menyampaikan amarah itu gunain kata2 kesat or bullying the victim instead of telling their disagreement nicely. Bnyk juga sih sbnarnya korban KDRT di dunia ini yg balikkan sama partnernya cuman krn mereka bukan artis ya kisah mereka tidak seheboh lesti sama billar ni. Semoga dijadiin pelajaran aja biar ngak semudahnya mau stay in abusive relationship, org luar juga tau batas, menjadi lebih berempati & ngak semudahnya mmbuka aib jika tidak mampu menanggung risikonya (krn itu pasti akan dijudge sama org) lebih2 lagi pada zaman social media kayak skrg.
Pertama reaksi liat Lesty cabut laporan adalah Kasihan, gue udah ngerasa fix si cowo manipulatif dan lesty terjebak dalam toxic married relationship. Akan butuh waktu lama untuk bisa terlepas dari hubungan yg toxic, stay safe aja.
Couldn't agree more 👍 thanks for delivering this thought
ya Allah setelah sekian lama baca banyak banget yang ngebully lesti akhirnya ada yang ngeluarin opini kek gini, banyak banget yang nyalahin dia karna nyabut laporan dan dibilang drama plus prank sampek bawa fisik segala, dan banyak yg bilang gegara dia akan banyak dampak buruk di orang orang yg mau lapor kdrt karna takut di bully juga kek lesti kalau seandainya mereka cabut laporan juga, padahal kan bukan salah lesti orang dia dem diem aja kok sejauh ini nggk ada yg ikin SG sampek titik titik, dateng ke podcast sana sisi. justru karna netijen sendiri yang bikin maslaah jadi runyam sampek nyebar berita hoax yang bikin nama lesti jadi jeles banget padahal dia KORBAN
Yg heboh tuh nitizen .lesti nya diam.krn apa yg lesti pilihan itu yg trbalik.
mending sekarang kita fokus sama pelaku sih. cuma susahnya, netizen kita terlalu pemaaf mengenai skandal. selain sanksi sosial, emang udah saatnya masyarakat, aparat dan elemen lain gak menyepelekan, pelaku mesti dihukum seberat-beratnya. hukum juga seharusnya melindungi korban sampe pelaku gabisa lagi mengakses korban. kadang ego sendiri tuh, kalo liat pelaku kdrt, pen tak tabrak orangnya
Izin secara objective mengkritik opini mbak Gita.
1. "Kita tidak boleh mendikte orang lain" Namun scara gk langsung Mbak Gita mendikte netizen untuk harus berempati kepada lesti :). Ingat mbak, kita tidak bisa mengatur pikiran orang lain terhadap kita.
2. Menit ke 5, masalah financial "kalo si cowo cabut, siapa yg ngasi makan si cewek?" masalahnya disini lesti financial freedomnya melebihi bilar :)
3. Menit ke 9, "keluar dari abusive/toxic relationship is not the best option, karena ada kasus diluar negeri yg si cwek udah berhasil keluar malah dibunuh" Jadi bilar klo udah masuk Penjara, punya power buat bunuh lesti? :)
4, Sebenarnya masi ada point 4,5,6 yg mnurutku terlalu dipaksakan dn tidak relate dengan kasusnya lesti bilar, tp untuk saat ini 3 dulu, karena ini pertamakali saya komen disini, mau liat gmn respond subscribernya mbak Gita dulu hehe.
Mungkin sulit, tapi yuk belajar objektif dan tidak tendensius. saya pribadi support mbak Gita kok, wawasan dn vocabnya luas. Tapi ya harus objektif juga kurangi kecenderungan bertendensi dalam dialegtika. I mean Salah ya salah, benar ya benar, baik ya baik, buruk ya buruk. Rizki Bilar jelas salah disini, namun apakah dalam hal ini lesti tidak ada salahnya sama sekali? Tidak baik kalau terlalu memaksakan opini. Salam Sehat Beropini.
Agree
Setuju
Sangat mendidik,,,,video seperti ini yg kita butuhkan👍👍👍