"Percuma juga produktif tapi gak menghasilkan uang bahkan untuk sekedar menutupi kebutuhan", begitu pikiran para pelakon hustle culture seperti freelancer.
Ada satu kalimat lagi yg bener, apa2 dinilai dari kekayaannya, atau uangnya. Terus orang sukses itu B.S. kalo semata berasal dari kerja keras. Betul banget. Privilege juga main peran
This is worth to watch. As i moved to melbourne and left all the “glamorous future promised inJakarta” then studying Human Resources, i more aware of how important life balance is. Life is not about catching up money and material standard shaped by society. I found it’s both ambitious of youth nowadays and toxic lifestyles. Think again. Busy is not always means productive. And your life isn’t solely a money but also life itself. But, everything refers to you somehow. You make your own life decision. I love this video, Well done Gita! Gita is a great thinker. You’re a brilliant young lady✌🏼 Cheers, Ken
Let's be realistic. In order to survive in this world nowadays, you need money. Unless you would like to live in the jungle. Unfortunately, we wouldn't like to be independent creature-which mean life independently from nature-anymore. I mean, we have to grow. If I lay on my bed every single day and I got what I want. Sure, I'll do it. I'll take it. But, life doesn't work on this way. Bro, It's competitive life.
@@diptadaniswara376 only for ones who choose to obey the so called rules.. You can make your own way,, tho the consequences is of course there's so much to pay to be in that kind of state.
Topik hari ini relate banget sih.. Soalnya lingkungan gue, yang dikantor dan di media sosial, kaya yang lagi seneng-senengnya celebrate kesibukan dia. Bahkan gue pernah liat, ada yang literally menjadikan kesibukan dia bekerja itu sbg konten. Gue pribadi ga mempermasalahkan mereka mau jadiin itu konten atau gimana, cuman... gara-gara terlalu sering liat kaya begitu, gue jadi merasa kehidupan gue dalam bekerja kayanya terlalu santai, ga sesibuk orang-orang yang gue kenal, ended up kadang gue jadi keikut pengen "ternotice lagi kerja keras". Untungnya, semenjak WFH gue mencoba off sosmed. Supaya gue ga merasa insecure sama productivity gue selama dirumah. Thanks for sharing git! Hidup tim rebahan!
aku yg masih kuliah aja berasa ini kak, karena kebanyakan yg show off kesibukan mereka nugas kadang aku ngerasa kok aku santuy yaa.. akhirnya daripada gajelas gitu aku off sosmed juga wkwkw
Aku yakin di masa depan “Hustle Culture” ini udah habis, karna kita saat ini sedang masuk fase harmony antara human to human & human to nature.. lebih disadarkan dan di edukasi hakikat hidup yg sebenanrnya, belum lagi perkembangan Robot Automation yg akan memperingan pekerjaan manusia di masa depan, sehingga manusia bisa punya banyak waktu utk “keluarga & sekitarnya”.. Meskipun muncul masalah baru tahun ini populasi dunia baru 7 miliaran, 20-30 tahun lagi bisa 10 miliaran..
tenang kak, konsep "childless" bakal ngimbangin produksi anak di masa depan. jadi bisa aja ada kemungkinan penduduk gaakan membludak banget, tapi stagnan. kalo membludak lagi...cukup aneh sih karena ga mungkin pressure kebutuhan hidup yg naik terus ga masuk pertimbangan anak muda, tapi tetep memungkinkan.
I love her brain 🤧 It would be nice if we could chit chat and talk about life in general someday Sorry if im creeping u out kak, its just you've earned my respect since day one and the way you see the world, its always amaze me. Have a good day 💚
Sumpah, tadi gw baru aja baca buku ttg hustle culture ini dan skrg ka gita ngebahas issue ini. Setuju bgt sih sama apa kata ka git kalo disaat pandemi pun kita dituntut 'produktif' dalam artian produktif tanpa memikirkan apapun selain pekerjaan padahal menurut gw produktif itu ga cuma ttg kerjaan kok tapi jg ttg ngembangin hobi, quality time dgn keluarga, baca buku favorit itu juga produktif karena bakal ngasih benefit juga ke kita sendiri. Oiya kayanya banyak yg belum paham hikmah dari pandemi ini which is hikmahnya nyuruh kita utk rehat sejenak dari berbagai rentetan pekerjaan yg mumet dan nyuruh kita utk fokus ke hal2 yg dulunya ga kita perhatiin sama sekali. Sesungguhnya pandemi ini menjadi pelajaran buat kita semua bahwa kita sebagai manusia juga butuh waktu jeda dari mumetnya pekerjaan.
Hidup pada zaman saat ini menurutku paling tepat mengikuti prinsip minimalism sih. Banyak ombak2 kapitalis yg bertebaran for ex hustle style ini. Based my opinian ya, kalo gak berpegangan pd prinsip minimalism, 80% dr hasrat kita akan terbawa ke gelombang standart society. Dan itu sangat melelahkan.
Menurut analisis saya, orang yang sukses di dunia maupun akhirat itu dimenangkan oleh keberuntungannya sendiri. Bukan masalah kerja keras. Semua tertulis takdirnya sendiri. Beruntung ngga dia. Kerja mati²an juga percuma kalau ga beruntung
gue harap gue bisa jadi influencer seperti kak gita tanpa bayang" ingin menjadi kak gita. my biggest dreams adalah mendirikan komunitas atau forum dibidang sosial psikologi/ sosial isu/ pendidikan. bantu up dong, gw pengen dibales sama kak gita siapa tau 3 taun kemudian kita collab bareng, wkwkw :v
saya suka sekali bahasan ini. kritis terhadap situasi saat ini. berbagai social influencer, financial advisor berlomba lomba mengarahkan manusia untuk “berkompetensi” try to be rich, not to be happy. gak mengajarkan “bagaimana cara menikmati hidup” tp semua berlomba “bagaimana memanfaatkan hidup”. Padahal, konsep bekerja sendiri itu adalah gimana kita bekerja dengan “smart” bukan “hard”. It is okay to work efficiently. dan sebenarnya, jargon-jargon seperti ini yang dibutuhkan.. jargon supaya kita work smart, enjoy the life. Gak usah sibuk berkompetisi, apalagi kalau sampai lupa bahagia.
suka bat ama konten beropini kak gita asliii ... bener bgt kak gw pernah nimbrung di salah satu comment section salah satu video utube yang mereka bisa dibilang mocking halus temen temen yang gk kuliah dan gk berkuliah di kampus top 10 .. mereka bilang bahwa alumni kampus top 10 aja susah dapet kerja kalau "gk bawa" almamater apalagi kalian ? ... disitu gw sedih sih ngeliat pola pikir yang katanya anak-anak cerdas kampus terkenal .. padahal perihal pekerjaan itu tergantung gimana individu masing masing dan seefisien apa kita bisa menerapkan ilmu yang kita pelajari dikampus dalam kehidupan sehari hari atau bisa kita bilang ilmu yang bermanfaat .. dan hal ini lah yang membentuk pola pikir gw bahwa "gw ngampus untuk belajar,menimba ilmu, dan mengasah pola pikir bukan untuk mendapatkan pekerjaan enak" masalah kerja insya Allah usaha + Do'a = buah yang manis .. makasih bat nih kak opininya suka bat pokoknya .
Iqbal Muhammad bener... napa hrs mocking/degrading someone sih yg w keselnya, they think they do better pdhl mah gaada yg tau masa depan siapa yg get better life nantinya
@@deilmanuurhafidzah8023 Btw masnya freelance apa ya mas klo blh tau? Dan di platform apa? (Only answer it if you're willing to tell tho, no hard feelings) 👌
I don’t know.. this is mind blowing. I think I need to see from another perspective too. But nice topic. In the end, we have to make everything on balance. The idea of working 4 days a week is brilliant. I’ve been thinking about that for several times. We need to break the stigma about weekend and weekdays. There will be no end if everyone is enjoying their lives. Balancing between break and work times should be in anytime soon.
Ku nonton, sambil mempelajari materinya ... pasti ada kerja keras luar biasa (meriset materi, kemudian membedah materi,dan membuat materi tersebut sehingga para subcriber bisa paham) ***good job gita
agree, gita pernah jelasin sebelum dia buat video beropini dia selalu melakukan riset biar ga asal ngomong dan subjektif. dia selalu punya dasar dan referensi yang kuat agar gampang dicerna oleh orang kebanyakan
Aku ajah,yg ambil video saat dive mesti diulang ulang. Krn dive jd mesti hitung lg surface interval,bru turun lagi. Jd ku sangat menghargai kerja keras org org yg membuat konten (mereka harus pelajari betul betul materinya/topiknya)....selamat menikmati hari hari kalian di Bulan Ramadhan bagi yg menjalankannya....terimakasih banyak....
Inilah yang gue pahami dari mengerjakan sesuatu, working efficiently. Dan temen2 gue suka ngatain gue deadliner parah, let say emang gue procrastinator, tapi yang dipahami oleh temen gue dan kebanyakan orang gini "ngerjain sesuatu tu harus jauh jauh hari, dicicil". Padahal kalo hasilnya sama, lu bisa lebih relaks, rebahan lebih lama, bisa lakuin hal lain, dan dengan lebih sedikit waktu ngapain riweuh euy. Dan org yg hobi nyicil kerjaannya dapet tagline anak rajin sementara anak deadliner males tapi kalo in the end hasilnya kerjanya sama? Ya mo gmn enak rebahan lah wkwk
Setuju kak gita... Gw juga menolak klo kerjaan udah gw rasa mengganggu keseimbangan hidup. Menjaga keseimbangan hidup itu penting,, ibadah, olahraga, olahrasa, cinta, sosial, lakukan pekerjaan dengan efisien dan bermanfaat masyarakat.. ❤❤❤
Pernah gua pindah kerja ke tempat tempat bergengsi, tapi kultur kerjanya toksik toksik banget... sampe gua didiagnosa depresi dan anxiety.. dan gue diresepin obat antidepresi dan antikecemasan.. seumur umur baru itu gua diresepin obat begituan.. anyway, obatnya gak gua tebus karena gua tau sumber depresi dan anxiety saya .. alhasil, gua tinggalin tuh tmpat2 kerja toksik.. and I am much happier now!
Karena si hustle culture ini juga membentuk pemikiran orangtua untuk membesarkan anaknya berharap bahwa nilai akademik yang bagus dan nilai plus ekstrakurikuler yang baik bakal membantu si anak dalam memenuhi standard pekerjaan yang diinginkan, yang mana si anak jadi punya ekspektasi tinggi terhadap diri sendiri bekerja keras untuk memenuhi harapan tinggi orangtua. Kalau self emotionnya bagus dia bakal bertahan sama kerasnya kehidupan tapi kalau si anak self emotionnya kurang kalau bukan jadi penjahat(bullying and so on, high levelnya bisa jadi killer buat teman-temannya) kalo dia gabisa melampiaskan emosinya ya ngaruhnya ke mental health si anak tersebut.
Tolong jaga kesehatan kalian, jangan terlalu ngoyo pas kerja "Kamu yang butuh pekerjaan, perusahaan ga butuh kamu" kamu sakit, perusahaan nyari orang yg lebih "kuat"
Hello from Malaysia. Yes, 100 agree! Thank you for saying it out load. This things has been so long in my head and finally you said everything about it. May Allah lift this pandemic as soon as possible. This hustle culture getting worse since covid hunted us. Thank you gita! Much love!
BERKELASSSS BANGET KONTENNYA! bener2 selalu ngebuka wawasan dan memperluas mindset kita. Itulah kenapa aku selalu excited tiap dapet notif dr km ka ❤❤❤
kak gua suka banget sama kontennya. disitu gua ngerasa emang kalau semuanya itu hidup buat kerja padahal dalam pikiran gua hidup itu pilihan. jadi lebih baik kerja sesuai dengan fashion kita atau gak hobi kita . karena menurut gua pekerjaan paling enak adalah hobi yang dibayar. tapi karena gua dah kena toxic mau gak mau gua harus ikutin. ibarat pepatah terlanjur basah. makasih kak atas pencerahannya bagus.
I always have this ideology of "always striving for better and going extramile" Setelah liat ini gue gue jadi sadar aja banyak moment ketika gue sendiri cannot always stand on it, berakhir eating myself up, and eventually build self esteem for not achieving what i've targeted. Makasih kak git udah paling enggak bikin gue mikir lagi ada sistem yang tanpa sadar lagi kebangun di sosial kita.
Gw suka konten ini. Karena, kasus di gw yaitu paling ga suka kuliah tugas terus tiap hari. Gimana cara kita membantu orang tua di rumah atau berkegiatan sesuai hobi kita kalau setiap harinya dipush tugas dan jadwal full dari pagi sampe sore hari senin sampe jumat. Dan fakta yang gw dapat selama pemantauan terhadap teman-teman gw di kampus malah semakin malas dan gaada semangat untuk mengikuti jam mata kuliah. Hal ini yang membuat performa mahasiswa semakin menurun seiring semester makin tinggi. #HidupTimRebahan!
Menurutku, pandemi ini sebenarnya kehendak Tuhan melalui alam agar semua manusia punya waktu untuk kembali ke sistem alam yg sudah Tuhan atur. Cuma banyak yg gak sadar aja
Justru menurutku, pandemi ini ada supaya makhluk hidup, virus, dan alien cepet punah dan 100% keganti sama robot, mesin, dan komputer Karena robot, mesin, dan komputer itu *jauh lebih canggih* dan *jauh lebih cerdas* dibanding 3 hal yang sangat payah dan membebani alam semesta: makhluk hidup, virus, dan alien
Kerasa bgt budaya ini pas mash kerja disalah satu bank. Setiap hari stress mikirin target, ditagih terus menerus bahkan di weekend. Dan pas cutipun tidak jarang harus ngurusin nasabah. Parahnya bos beta pernah bilang, harus closing dulu baru dikasi cuti. Damn!!! Saking banyak kerjaan ada slogan, ini mah bukan kerja tapi dikerjain. 6th 5hr and I resigned. Seminggu setelah resign berasa all day is weekend. Tetap hidup baik aja, jd bermanfaat. Kalau belum bisa untuk orang lain ya setidaknya untuk diri kita sendiri. Ingat maut, rizki dan jodoh sudah ditentukan. Rizki pun tak akan tertukar. Sejatinya yang harus dikejar itu ya akhirat bukan dunia. Karena kalau mengejar dunia g akan ada habisnya,,,,
Menurutku ini bukan topiktabu tapi lebih ke jarang dibahas, karna pada dasarnya manusia kadang berlomba lomba untuk hidup lebih better dri org lain hanya karna material standard shaped by society jadi pada ga aware sama keseimbangan hidupnya sendiri
ini video udah 2 tahun lalu bahkan masih bernilai banget ditonton di waktu sekarang. Suka banget sama pola pikirmu ka git :') sehat-sehat ya ka, mau video yang daging semua begini ataupun yang cuma vlog gabut hari-hari aja ku happy banget nontoninnya :')
Bener banget! Kadang rasanya capek banget, meskipun di rumah masih di kejar kerjaan. Kadang jamnya tidur datang kerjaan yg harus selesai besoknya. Dan sekarang di masa pandemi ini, makin kerasa banget beratnya. Bayangkan kemarin sebelum pandemi kalau ada kerjaan meskipun deadline kadang suka mendadak tp masih ada waktu 1-2 minggu. Sekarang setelah pandemi deadline kerjaan bisa 1-3 hari. Ya iya sih kita di rumah. WFH. Bisa lebih fleksibel jam kerjanya, tapi kan kitanya juga butuh istirahat. Sorry malah curhat XD
Sy setuju banget sama opini Mba Gita tentang kesuksesan seseorang lebih banyak diukur dr segi finansial saja. Kualitas dalam bidang apapun sekarang udah ga tralu dipikirin, krn yg diutamakan adalah kecepatan dalam mendapatkan uang. Pd akhirnya, yg sy perhatikan skarang, banyak orang (tp ga semua) menghalalkan segala cara untuk mendapatkan finansial yang mapan. Ga peduli dibalik produk yg dijual ataupun segala sesuatu yg diiklankan ternyata bs berdampak buruk bagi org banyak scr tidak langsung. Menurut Mba Gita, bagaimana cara kita supaya keluar dr doktrin hustle culture ini? Krn nilai kesuksesan ataupun doktrin hidup untuk krj, rasa2nya sudah banyak tertanam dalam standar hidup kita
menurut gw sih gini enaknya pertama kita as a next gen for the future perlu redefine tentang "what is productivity, success, and wealth" kedua mau ga mau, at least di indonesia ini, masalah ekonomi udah sangat terinternalisasi sedalam itu,tapi yang jadi masalah juga pemerintah kita "belom" sanggup buat ngurus 250 sekarang udah 270 malahan kalo gasalah, 270 juta jiwa, that's a freaking lot, or at least menurut gw tujuan government sebagai pelaksana amanat rakyat ini masih belum keliatan, ya gimana belum mau melihat gimana keadaan rakyatnya, tapi liatnya kan selalu ke atas mulu, kalo pernah denger itu budaya "bapak", segila itu sih kalo di indon, apalagi masa2 orba, perlu lagi-lagi redefine masalah tentang gimana caranya menyejahterakan ketiga,ini faktor yang paling menentu lagi, yaitu human factor,masalahnya kadang menurut gw hustle culture ini terlalu ngeloop/nge bug gampangannya, jadi perlu cari duit buat makan, mau duit buat makan perlu kerja, kerja perlu "status" (soalnya pendidikan ga "penting", pentingan status n ijasahnya), buat sekolah perlu duit,nah keliatan kan loopnya,akhirnya ini yang bikin kita susah produktif dan being a human,inia salah satu bentuk kekejaman sistem wealth dan kapitalisme sih,cuma masalahnya juga paradoks sama perspektif kontrol di indonesia,dan paling tidak sistem check and balances yang berdasarkan "masyarakat madani" belom nyampe disini, karena perspektif tentang "madani" juga beda-beda,ini loop kedua, kemudian soal uang, sebenernya kan cuma masalah welfare dan redistribusi tentang welfare atau kesejahteraan itu sendiri, cuma ketika masalah "alat tukar" ini nilainya intangible (silakan lihat dan baca modern monetary theory), itu jadi loop selanjutnya, mau nuker apa sama barang yang sifatnya cuma intrinsik? padahal nilai riilnya cuma berupa persepsi, yaitu angka, gila kan, kalo mau bicara utilitarianisme (salah satu teori ekonomi) sih emang jadi sangat banyak paradoksnya, cuma masalahnya ketika utilitarianisme ini digunakan sama orang2 yang memiliki kepentingan-kepentingan yang sifatnya cuma pribadi, masalahnya kan islam juga menurut gw sebenernya itu utilitarian, cuma ada mekanisme check and balances untuk memfasilitasi manusia-manusia yang startnya udah ga seimbang,yaitu zakat misal kalo urusan harta,dsb2,bukan mendukung atau fanatik islam sih, itu cuma kajian gw tentang model-model ekonomi di dunia ini dsb2, akhirnya kembali lagi ke loop terakhir yaitu ya yang paling utama yaitu manusia, gimana mau madani kalo yang menciptakan sistem dan membuat sistem manusia-manusianya udah yang yaa begitu, punya kepentingan yang tidak murni,itu syaitonirojim sih emang menurut gw, gila loopnya kan banyak,seolah-olah kita dijauhkan satu sama lain, kehilangan rasa manusianya karena yaa atas nama "wealth" padahal kembali ke faktor pertama, "wealth" itu apa sih? apakah kekayaan? atau kejayaan? atau kesejahteraan? tergantung mana yang dianggap sebagai "manfaat" sebagai dari manusia itu sendiri, karena utilitarianisme bergantung pada manfaat terbanyak,ketika benefit atau manfaat itu dihitung dari uang, yasudah, selesai semua urusan,itu kembali ke faktor pertama, redefine, dan sebagai manusia yang mendefine punya faktor terbesar dalam memberi definisi ini, this is the BIGGEST LOOP/ BUG ever,thank u mate for the opportunity to state my opinion :))
Gw rasa inti dari pembahasan yg panjang ini,, kerja keras boleh,, pruduktif harus,,, tapi kita jgn meyakiti diri kita dlm prosesnya,, jadi lebih cerdas dan aware tentang apa yg kita butuhkan dan apa yg jdi tujuan kita,, sehingga gak gampang terbawa arus standart,, kesuksesan,, kebhagaian dan lain lain,,
Udah bener pola hidupnya Rasulullah SAW... tidur cepat setelah isya', bangun sepertiga malam. Pencapaian besar dengan meng-islamkan seluruh jazirah arab. Yg sekarang terdiri dari beberapa negara.
Beberapa tahun lalu gue adalah pendengar berat garyvee, dan dia sangat ngebantu survive dr quarter life crisis. But no more, dia terlalu banyak pushing his agenda. Gue setuju hustle culture bisa berdampak negatif. Gue pun memahami hustle culture di US (negaranya gary, dan elon skrg), disana orang biasa kerja 2-3 pekerjaan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup bukan bermewahan. Jadi, it's not black & white, right or wrong. Apa yang cocok buat pribadimu. Kalau saat ini kamu ada diposisi ekonomi yang sulit dan harus hustle, berbanggalah dan be happy. Gak semua orang sekuat kamu. Kalau kamu lebih ingin menikmati hidup dan menghabiskan waktu dengan keluarga shabat, do it! jangan risau enjoy your life, be happy. Yang jadi problem adalah, lo gak tau yang lo mau dan butuhkan tapi hanya ngikutin trend. Trend hustle lah, entrepreunership, minimalism, slow living, etc etc.
Coba k Gita, episode beropini selanjutnya bahas : 'Brain Drain' yang nggk semua orang tau, menurut opini kak Gita ttg istilah 'Brain Drain' itu bagaimana gitu loo.. Soalnya aku sendiri jg mikir bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa 'Brain Drain' ini merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi, dimana SDM di Indonesia ini tidak maju. Malah semakin berkembang (biak) :v
Rehat, tenang. Jangan stress, gapapa nggak sesibuk orang lain. Jangan merasa ga guna, jangan tergesa-gesa. Sedikit demi sedikit lakukan hal2 bermanfaat. Istirahat dari hal2 yg toxic. :))) Btw thanks for this video kak git.
Wow, I'm so glad you brought up about Karoshi di video ini, kak Git. Kata temanku yg tinggal di Jepang, saking parahnya fenomena Karoshi ini sampai pemerintah pernah memaksa para pekerja buat menggunakan jatah cuti mereka. Btw, aku merasa relate banget ama video ini. Hustle culture kayaknya udah mendarah daging banget dan berdampak banget ke kehidupan kita. Ingat dulu pas aku lulus SMA dan akan melanjutkan kuliah, aku pengen ngambil jurusan Hubungan International, tapi ortu menentang karena katanya prospek kerja penuh dgn persaingan sementara lulusan yg dibutuhkan KATANYA dikit 🙄 Padahal aku pengen ambil HI karena emang tertarik dan pengen belajar tentang International Relation. Dan akhirnya aku ngambil Pendidikan Bahasa Inggris tapi sampai sekarang udah 2 tahun lebih lulus tetap nggak berhasil jadi guru. Udah gitu di hustle lagi bahwa umur segini harus segera nemu kerja biar nggak keliatan nganggur. Akhirnya kerjaan juga cari yg penting digaji, dan aku nggak begitu enjoy ngerjainnya. At some point, I started to doubt myself, apa emang aku sebodoh itu sampai jadi guru yg lapangan kerjanya cukup luas aja nggak bisa? Huft, see... bagaimana sebuah culture itu bisa menghancurkan pemuda/i.
Couldn't be more agreed, Ka Git! Kesadaran bahwa kita nggak wajib 'bekerja keras' dalam era pandemi seperti ini waktu itu aku temuin dari salah satu tweet, intinya, "quarantine isn't about competition of productivity." Walaupun produktivitas di sana maknanya sudah bergeser seperti yang Ka Gita jelaskan di video, tapi sekiranya paham maksud aku apa. Di saat seperti ini, bahkan orang-orang di luar sana bisa saja terhalang melakukan 'kegiatan produktif'-nya karena mengkhawatirkan keluarga yang terkena virus misalnya, harus pandai-pandai beradaptasi ketika suasana quarantine nge-trigger kondisi mentalnya, dsb. But here, the majority of people make it seem like a competition which indicator is very subtle; hard to be analyzed. Teman-teman hingga keluarga sering bertanya sudah ngapain aja selama quarantine. Nggak mengherankan kalau kita jadinya cenderung nggak ngerasa enough dengan apa yang kita lakukan, then boom, we would overwork ourselves. Nggak salah kok ngelakuin berbagai macam kegiatan yang baru sempat dilakukan saat quarantine, asal memang sesuatu yang kita bakalan purely enjoy, no hard feelings nor pressure, and so on. Don't overwork yourself. It IS okay to take some rest, and stay healthy everyone!
Gila ini relate banget sih sama aku Apapun yang dilakukan dan dipelajari pasti ujung2nya mikirin ntar dengan belajar ini aku bakal dapat uang gak ya? Apalagi di society tempat aku tinggal sekarang especially family selalu orientasinya adalah uang. Bahkan ketika saya memilih untuk jadi volunteer dan quit my job itu menjadi sebuah masalah bagi keluarga. Dan hingga saat itu tuh aku masih baik2 aja. Sebagai manusia yang paling suka tidur, aku selalu menjadi pusat perhatian karena bisa ketiduran pas pelatihan, ngantuk sangat mengajar dan selalu dibilang pemalas. Padahal dari semua pekerjaan yang ada, itu punya jadwal yang berantakan. Mulai kerja jam 8 pagi sampai 9 malam. Kadang weekend juga kerja. Semuanya dikerjain sampai tidurpun menjadi sebuah mimpi. Tapi ujung2nya, semuanya juga tak berjalan sesuai dengan yg diharapkan. Thanks Gita sudah bikin video ini.
Bokap gw workaholic banget dari jaman dlu nya dan mungkin diajarinya sepeti gitu. Saya dan ke 2 ortu ga pernah liburan bareng kalo pegi2 paling check up ke dokter atau keondangan sodara. Emang bener harus seimbang pemasukan dan pengeluaran tapi bokap gw tuh kalo ga buka tokonya sehari aja udh stress. Setelah nyokap meninggal dia mesenyal banget ga pernah 1 kalipun sengajain liburan bareng bertiga. Dan nyalain gw nga ngjakin..gw dari dlu dah ngajakin tapi bokap bilang "ga kerja ga boleh makan." Beserta kata2 kasar lainnya. Dan aku ga minta2 lagi liburan bareng lagi.
Kak git setuju! Btw kak, menurut gue skrng2 ini, di masa pandemi ini, related sii. Sebagian mahasiswa yang banyak dapet tugas, merasa mereka yg paling produktif karena mereka hrs selsein berbagai tugas yg ada. Nggak jarang jg mereka ini koar2 mengenai sebanyak apa tugas mereka, terus buat sebagian mahasiswa yg mungkin tugasnya nggak sebanyak itu, jadi merasa "knp gue ga bisa seproduktif mereka yaa" "kenapa kayanya hidup gue ga sehectic mereka ya" menurut guee ini berhubungan sii sama topic yg kakak bicarain karena mereka yg terlalu berkoar2 akan tugasnya kayanya justru membuat yg lain triggered dan merasa lebih rendah dr mereka. Cmiiw✌ #teteprebahan wkwkw
Wkwk. Btw sih ya kalau tugasku lebih sedikit dibanding teman2 w lain yg dapat tugas seabrek, malahan suka senang gitu. Soalnya mikirnya banyak waktu buat rebahan gaksii haha
Bener banget sih. Udah terinternalisasi bgt utk kita harus produktif krn everything reinforced to it. Dikit2 video youtube atau blog ngomongin ttg "how to be productive". Gue sendiri adalah tipe org yg kalo ngerjain tugas itu deket deadline misalnya h-1 atau h-2 lah. Karena kalo ngerjain jauh2 hari tuh rasanya ga keluar idenya, sering bgt kedistract. Tapi tiap gue ngerjain deket2 deadline tuh sampe ngerasa guilty gituloh krn ya itu td udah keinternalisasi kl harus produktif, harus tiap hari ngerjain sesuatu. Pdhl kan produktif itu apa siih? Produktif bkn berarti lo harus ngerjain sesuatu tiap hari kan. balik lagi ke tipe orgnya. Mungkin orang2 yg setipe sm gue ya gtt giliran coba ngerjain dr jauh2 hari malah ga efektif dan ga produktif. Anyway sbnrnya mau bilang sih. Ini video pas bgt utk gue. Apalagi di masa pandemi ini, semua org berlomba2 utk "stay productive" apalagi di sosmed dan gue melihat itu suka guilty sendiri krn gue ga ngapa2in krn gue ga se "produktif" following gue di ig. Tp setelah nonton video ini gue jd dpt insight sih kalo produktif itu bkn berarti selalu mengerjakan sesuatu.
Ya allah git... Gw ngefans lu git, dari 3 th yang lalu Lu engkah , periang & lucu ketika 7 thn yang lalu😜 Bahas dong sama paul ketika lu kuliah di jerman pada masa2 itu Semoga temen gk ada yg liat gw ninggalin jejak di sini...
Aku terharu nonton ini. Datang di waktu yg pas banget buat hidupku. Saat aku menikah, aku dan suami beda kota lalu 1.5 thn setelah menikah aku memutuskan berhenti bekerja dan pindah ke kota asalku bersama suami dgn tujuan aku bs jadi istri yg baik sekaligus berbakti dengan bantu2 ortu. Awalnya aku depresi dari yang punya kerjaan dan sibuk jadi orang rumahan. Depresinya aku merebet ke rumah tanggaku. Aku gampang marah ke suami. emosi gampang tersulut hanya karna suami salah narok barang. Sampe suami ngajak ngomong heart to heart tapi tetap ga bikin hatiku lega. Tapi dengan adanya video ini bikin aku nangis sehabis2nya menyadari bahwa selama ini aku bukannya ga berguna. Aku tetap kok jd orang berguna buat suami dan buat ortu ku. Makasih gita
Video ini cocok banget buat aku sekarang. Aku lagi struggle banget karena merasa ga produktif selama karantina. Padahal dah nugas seharian, udah beresin rumah, udah ini itu. Seharian beneran ngerjain segala hal tapi tetap aja merasa ga produktif. Makasih kak gita dah sharing tentang ini. Jadi lebih bisa buka pikiran!
Pada akhirnya semua yang dilakukan berlebihan tidak akan baik, mau itu bekerja terlalu lama atau rebahan terlalu lama, buat semua sesuai dengan porsinya, bekerja seefektif mungkin dengan waktu sesingkat mungkin, beribadah dengan tepat waktu, ketika keseimbangan hidup tercapai, dengan kondisi ekonomi apapun setelah berikhtiar semampu kita, maka hidup akan baik2 saja, biar tangan Tuhan yang ikut bergerak setelahnya. Tapi kalau gada usaha sama sekali, yaaaudah semua cuma mimpi aja apalagi kalau sampai bergantung dan selalu menyalahkan pemerintah. But well, thankyouu for the video gita.
Ih sumpah gw rebahan berasa bahagia, lebih sehat cuman banyak khawatir, tapi kl sibuk berasa gw ga khawatir, tapi sakit mulu wqwq. banyak note kerjaan yg perharinya banyak harus yg diselesain. serba salah ga tuh . gw gampang cemas sampe ngefek ke lambung, dada kiri tp gw juga adhd, bingung ga tuh
And I should be proud of myself with my "horizontal battery saving mode" that I do in ma entire life.. sehectic apa pun tugasku, tidur dan istirahat tak akan kuskip wkwk walau minusnya sistemku keliru dgn jd deadliner :') tp masih belajar kok buat jd perencana dan pengeksekusi yg baik hehe
Ah, another video I can relate to. Beberapa minggu lalu lihat postingan theartidote dengan caption: "If you don’t come out of this quarantine with a new skill, your side-hustle started, or more knowledge gained… then ̶y̶o̶u̶ ̶n̶e̶v̶e̶r̶ ̶l̶a̶c̶k̶e̶d̶ ̶t̶i̶m̶e̶,̶ ̶y̶o̶u̶ ̶l̶a̶c̶k̶e̶d̶ ̶d̶i̶s̶c̶i̶p̶l̶i̶n̶e̶ YOU ARE DOING JUST FINE. We are going through a collective traumatic experience. Not everyone has the privilege of turning a pandemic into something fun or productive." And it felt like a warm hug for my soul. Aku jadi nggak merasa harus ngoyo melakukan banyak hal agar terkesan produktif dalam masa pandemi ini. Menenangkan diri sendiri dalam kesulitan seperti ini aja udah susah apalagi dituntut untuk menjadi produktif. Sure, I'd still do this and that but that's for the sake of my being, bukan untuk berlomba dengan orang-orang. Thanks for this video, Kak Gita. Keep speaking your mind up!
Demi apapun bagus bgt videonya! gue sampe nangis pas di akhir2 karena merasa se-relate itu di circle gue sendiri. Banyak bgt orang yang usaha kerasnya cmn mau dibayar sama lembar2 rupiah, bentuk apresiasi sekarang jg kayanya tinggal mitos, kalo lo sultan, baru lo dipuji hebat! Makasih kak untuk videonya bener-bener makasih u really a blessing!
lagi ngalamin hustle culture. kerja 9-5 tp di luar jam itu tetep dihubungin buat kerja. bahkan di hari liburpun tetep harus kerja. pernah jg nih ijin sakit, tp ttp diributin sm kerjaan hahaha. sampe stress sendiri, tp gimana aku belum bisa keluar dari lingkaran budaya ini. semoga ke depannya aku bisa lepas dr hustle culture ini karna aku gamau berakhir kayak orang" jepang yg td udah disebutin. Hidup tim rebahan!!!
Always setujuu bangett sama pikiran kak gitt... pikirannya bikin open mindset gituu bagi gue yg notabene nya dimasa remaja akhir... . . Mangattt kak gittt😁🔥🔥🔥
budaya yg lagi berkembang di masa pandemi ini: nge-zoom multi-layar! dapet permintaan meeting dalam waktu yg bersamaan dengan metode online, trus dijabanin semua. pernah sekali karena terpaksa, hasilnya ga nangkep dua2nya. mending 1 aja, lainnya tolak
Relate bgt ka Git, kayak ngga ada habisnya di kejar terus menerus sampei pas capek sendiri nanya ke diri, apa sih yang kamu kejar? Padahal diri sendiri jg butuh istirahat, thankyouuu bgt ka udah bahas ini, loved 💚
09:07 menurut gua, happiness bukan soal ekonomi sih, tapi soal kepuasan hidup lu secara keseluruhan ga melulu soal materi. Kayak negara Bhutan yg index happiness-nya termasuk tinggi.
Sangat relate sama kehidupan kita sehari2, untungnya sejak dulu gw ga merasa punya passion di "Hustle Culture" ini, karna gw orang yg gampang bgt stress dan bagi gw hidup itu harus seimbang. Kalau sudah waktunya pulang kerja ya pulang, kalau sudah dirumah ya dirumah dan ga berharap diganggu sama pekerjaan2 kantor dan segudang pekerjaan yg bahkan belom selesai. Meski faktanya kita ttp butuh bekerja untuk dapat hidup, tapi buat gw kita juga butuh waktu untuk relief stress kita ya salah satu caranya dengan ga terlalu "overwork", kecuali kalian merasa ga ada masalah dengan hal itu, karna sebagian orang gw liat hanya pengen diakui sebagai orang yg "sibuk" agar terlihat keren, saking sibuknya sampai ada waktu buat update ke socmed dulu semua kegiatan dia supaya orang2 tau kalo dia "sibuk". Tapi balik lagi sih, kalo emang hal seperti itu bikin orang tsb happy, why not? Jalanin aja apapun yg bikin lo happy, but for me life must be balance.
sepakat bgt mbak, banyak asumsi publik yang timbul level org sukses dinilai cuma karena finansial, menurutku emg itu penyebab utama bagaimana banyak org yang ngelakuin hustle culture. makasih atas pencerahannya mbak! sukses terus
Karena bekerja bukan masalah KUANTITAS tapi KUALITAS. PRODUKTIF itu ga melulu soal seberapa "sibuk", tapi seberapa memaknai setiap orang dalam bekerja... Dan lagi2 standarisasi lifestyle bukanlah tolak ukur semua manusia. Kita sama2 manusia yang tp, berbeda dalam setiap berkehidupan nya.. dengan kemampuan dan porsinya masing-masing...
Setuju. I can relate it. Beberapa tahun lalu masuk dalam kategori itu, sampai burn out. Ditambah lagi, ngerasa setelah sekian lama kerja ternyata nothing. Burn out malah bikin gak produktif, dan gak bahagia. Recovery untuk mengatasi burn out sendiri itu gak mudah dan lama juga. Bahkan sampai sekarang masih berusaha. Work life balance lebih baik. Tapi ketika kita belum bisa nyeimbangin itu, take it easy... Hidup gak harus sempurna.
Terakhir nonton beropini tahun lalu, liat judul beropininya dan mikir "ini relate kayaknya deh sama gw" dan ternyata sangat relate dan nonton sampe abis tanpa skip. Thanks so much mba Gita
Keren ka git, sebelum kasih materi persiapannya banyak banget dan penontonnya jd lebih paham dan banyak data/rujukan/bukti yg resmi dan ga sekedar abal2 data untuk up Thanks ka ilmunya bisa mencerahkan generasi milenial Semangaat kaa, bikin konten2 yg menarik dan luas akan wawasan untuk viewers
Konsep islam yang di kemas dan disampaikan menggunakan sudut pandang dunia. MasyaAllah. Rezeki manusia sudah Allah tentukan, bahkan dari sebelum kita dilahirkan. Jadi bagaimana kita memilih untuk menjemputnya, dengan cara yang Allah ridhoi atau tidak. Rezeki tidak hanya masalah uang, tapi keberkahan, keluarga, kawan, waktu, kesempatan, kenikmatan dalam ibadah, dll. Manusia tidak akan mati sampe rezekinya habis, contoh saja orang yang mengalami kecelakaan pesawat, jika masih ada rezeki setengah mangkuk nasi untuk di makan maka tidak akan meninggal, bisa saja meninggal setelah di bawa ke rumah sakit dan setelah memakan setengah mangkuk nasi tadi. Orang2 beriman jaman dulu bekerja hanya 1-2 jam perharinya, sisanya digunakan untuk beribadah kepada Allah, karena itulah tujuan manusia diciptakan (surat ad dzariyat 56). Bahkan ketika di antara mereka memiliki warung berdekatan, dan qodarullah yang satu lebih ramai pembeli dari yang lainnya, maka yang ramai pembeli akan segera menutup warungnya agar warung disampingnya banyak pembeli. Itulah indahnya islam yg sudah tertutup oleh kefasikan manusia2 jaman sekarang. Good job ka git!
Makasih kk Gita.. Kurang lebih gue stuju sih dengan apa yg kk bicarakan. Mnrut gue, kita bukan work hard, tpi work efficiently. Dan kalau udah smpe mengorbankan entah itu keluarga, wktu tidur, oh... Gue gak stuju banget. Karna hal itu bukanx akan memberikan benefit yg sangat banyak, tpi drastically bisa mempengaruhi bhkan menurunkan effectivitas kita. Thank you kakak🙏
Hidup tim rebahan!
Hidup tim rebahan!!!
Yuhuuuu
Hai Git 😁
hai kak, makasi ya atas videonya yang bermanfaat 😭❤
Uyyyyyy
"Don't be busy, just be productive"
yup, aku lihat tulisan ini di belakang tempat duduknya om ded, di channel podcast deddy corbuzier.
@@sariramdahanny5605 me too!
Yup
Cause busy doesn't equal productive🤩
"Percuma juga produktif tapi gak menghasilkan uang bahkan untuk sekedar menutupi kebutuhan", begitu pikiran para pelakon hustle culture seperti freelancer.
"kita sebagai manusia kalo belajar bukan karena kita pengin nambah ilmu, tapi ujung - ujungnya buat cari duit"
sometimes that's true:)
Bener juga :')
U right sist
Just like me.
Ada satu kalimat lagi yg bener, apa2 dinilai dari kekayaannya, atau uangnya.
Terus orang sukses itu B.S. kalo semata berasal dari kerja keras. Betul banget. Privilege juga main peran
It is today
Daripada I'm grinding when you're sleeping mendingan I'm doing tahajud when you're sleeping.
sama aja, tpi tahajud grinding pahala
@@muhammadarinal1754 grinding ridha Allah
absolutely halal, mate
subhanalllah akhi
\
Nih gue kasih pujian yang anda inginkan
This is worth to watch.
As i moved to melbourne and left all the “glamorous future promised inJakarta” then studying Human Resources, i more aware of how important life balance is.
Life is not about catching up money and material standard shaped by society. I found it’s both ambitious of youth nowadays and toxic lifestyles.
Think again. Busy is not always means productive. And your life isn’t solely a money but also life itself.
But, everything refers to you somehow.
You make your own life decision.
I love this video,
Well done Gita!
Gita is a great thinker.
You’re a brilliant young lady✌🏼
Cheers,
Ken
Let's be realistic. In order to survive in this world nowadays, you need money. Unless you would like to live in the jungle. Unfortunately, we wouldn't like to be independent creature-which mean life independently from nature-anymore.
I mean, we have to grow. If I lay on my bed every single day and I got what I want. Sure, I'll do it. I'll take it. But, life doesn't work on this way. Bro, It's competitive life.
@@diptadaniswara376 only for ones who choose to obey the so called rules.. You can make your own way,, tho the consequences is of course there's so much to pay to be in that kind of state.
@@judyclarkson5887 Ok, but you must hard work too for it. Again, you back to hustle culture for thousands time.
Ada yg tau kenapa video yg bahas konspirasi dihapus
Mantap mke inggris semua
It's cool how she really did a research about what she's talking about. Get woke peeps
It must be need a lot of time digging from many sources like books, articles/journals etc
Topik hari ini relate banget sih..
Soalnya lingkungan gue, yang dikantor dan di media sosial, kaya yang lagi seneng-senengnya celebrate kesibukan dia.
Bahkan gue pernah liat, ada yang literally menjadikan kesibukan dia bekerja itu sbg konten.
Gue pribadi ga mempermasalahkan mereka mau jadiin itu konten atau gimana, cuman...
gara-gara terlalu sering liat kaya begitu, gue jadi merasa kehidupan gue dalam bekerja kayanya terlalu santai, ga sesibuk orang-orang yang gue kenal, ended up kadang gue jadi keikut pengen "ternotice lagi kerja keras".
Untungnya, semenjak WFH gue mencoba off sosmed. Supaya gue ga merasa insecure sama productivity gue selama dirumah.
Thanks for sharing git!
Hidup tim rebahan!
pretty much social media nowadays, berkompetisi untuk terlihat lebih keren dr pd yang lain
Yap off sosmed lumayan menolong sih wkwk
Yapp i stan u
aku yg masih kuliah aja berasa ini kak, karena kebanyakan yg show off kesibukan mereka nugas kadang aku ngerasa kok aku santuy yaa.. akhirnya daripada gajelas gitu aku off sosmed juga wkwkw
setuju banget!
Aku yakin di masa depan “Hustle Culture” ini udah habis, karna kita saat ini sedang masuk fase harmony antara human to human & human to nature.. lebih disadarkan dan di edukasi hakikat hidup yg sebenanrnya, belum lagi perkembangan Robot Automation yg akan memperingan pekerjaan manusia di masa depan, sehingga manusia bisa punya banyak waktu utk “keluarga & sekitarnya”..
Meskipun muncul masalah baru tahun ini populasi dunia baru 7 miliaran, 20-30 tahun lagi bisa 10 miliaran..
tenang kak, konsep "childless" bakal ngimbangin produksi anak di masa depan. jadi bisa aja ada kemungkinan penduduk gaakan membludak banget, tapi stagnan. kalo membludak lagi...cukup aneh sih karena ga mungkin pressure kebutuhan hidup yg naik terus ga masuk pertimbangan anak muda, tapi tetep memungkinkan.
@@syarifaamaliamarwadinata5623sekarang udah jalan kok childless, di negara2 maju karena emang gitu biaya kebutuhan gak ngotak
Itu kenapa aku selalu berdoa buat dikasih pekerjaan yang barokah, sedikit atau banyak yang penting nikmat dan diberikan ketenangan hati setiap hari.
I love her brain 🤧
It would be nice if we could chit chat and talk about life in general someday
Sorry if im creeping u out kak, its just you've earned my respect since day one and the way you see the world, its always amaze me.
Have a good day 💚
Sumpah, tadi gw baru aja baca buku ttg hustle culture ini dan skrg ka gita ngebahas issue ini. Setuju bgt sih sama apa kata ka git kalo disaat pandemi pun kita dituntut 'produktif' dalam artian produktif tanpa memikirkan apapun selain pekerjaan padahal menurut gw produktif itu ga cuma ttg kerjaan kok tapi jg ttg ngembangin hobi, quality time dgn keluarga, baca buku favorit itu juga produktif karena bakal ngasih benefit juga ke kita sendiri. Oiya kayanya banyak yg belum paham hikmah dari pandemi ini which is hikmahnya nyuruh kita utk rehat sejenak dari berbagai rentetan pekerjaan yg mumet dan nyuruh kita utk fokus ke hal2 yg dulunya ga kita perhatiin sama sekali. Sesungguhnya pandemi ini menjadi pelajaran buat kita semua bahwa kita sebagai manusia juga butuh waktu jeda dari mumetnya pekerjaan.
Boleh tau judul bukunya apa?
Judul buku dong
@@rindiantika26 Thrive (Arianna Huffington) sama Slow (Greatmind)
@@dewiandriyani8850 thrive (arianna huffington) sama Slow (Greatmind)
@@rafsanakbar3077 wiih founder nya huffington post tu ya klo ga salah??
"kerja buat hidup, bukan hidup buat kerja"
thanks for a reminder kak😭
Hidup pada zaman saat ini menurutku paling tepat mengikuti prinsip minimalism sih. Banyak ombak2 kapitalis yg bertebaran for ex hustle style ini. Based my opinian ya, kalo gak berpegangan pd prinsip minimalism, 80% dr hasrat kita akan terbawa ke gelombang standart society. Dan itu sangat melelahkan.
Keren banget kak Gita, paling suka pernyataan "Intinya lebih ideal kalo orang itu kerja buat hidup, bukan hidup untuk kerja"
Agree! Principle yang sering dilupakan:
“Being busy is not being productive”
Menurut analisis saya, orang yang sukses di dunia maupun akhirat itu dimenangkan oleh keberuntungannya sendiri. Bukan masalah kerja keras. Semua tertulis takdirnya sendiri. Beruntung ngga dia. Kerja mati²an juga percuma kalau ga beruntung
gue harap gue bisa jadi influencer seperti kak gita tanpa bayang" ingin menjadi kak gita.
my biggest dreams adalah mendirikan komunitas atau forum dibidang sosial psikologi/ sosial isu/ pendidikan.
bantu up dong, gw pengen dibales sama kak gita siapa tau 3 taun kemudian kita collab bareng, wkwkw :v
Amin ..
Amin
Amin..
thanks guys 🥰
Aamiin
saya suka sekali bahasan ini. kritis terhadap situasi saat ini. berbagai social influencer, financial advisor berlomba lomba mengarahkan manusia untuk “berkompetensi” try to be rich, not to be happy. gak mengajarkan “bagaimana cara menikmati hidup” tp semua berlomba “bagaimana memanfaatkan hidup”.
Padahal, konsep bekerja sendiri itu adalah gimana kita bekerja dengan “smart” bukan “hard”. It is okay to work efficiently.
dan sebenarnya, jargon-jargon seperti ini yang dibutuhkan.. jargon supaya kita work smart, enjoy the life. Gak usah sibuk berkompetisi, apalagi kalau sampai lupa bahagia.
suka bat ama konten beropini kak gita asliii ... bener bgt kak gw pernah nimbrung di salah satu comment section salah satu video utube yang mereka bisa dibilang mocking halus temen temen yang gk kuliah dan gk berkuliah di kampus top 10 .. mereka bilang bahwa alumni kampus top 10 aja susah dapet kerja kalau "gk bawa" almamater apalagi kalian ? ... disitu gw sedih sih ngeliat pola pikir yang katanya anak-anak cerdas kampus terkenal .. padahal perihal pekerjaan itu tergantung gimana individu masing masing dan seefisien apa kita bisa menerapkan ilmu yang kita pelajari dikampus dalam kehidupan sehari hari atau bisa kita bilang ilmu yang bermanfaat .. dan hal ini lah yang membentuk pola pikir gw bahwa "gw ngampus untuk belajar,menimba ilmu, dan mengasah pola pikir bukan untuk mendapatkan pekerjaan enak" masalah kerja insya Allah usaha + Do'a = buah yang manis .. makasih bat nih kak opininya suka bat pokoknya .
Iqbal Muhammad bener... napa hrs mocking/degrading someone sih yg w keselnya, they think they do better pdhl mah gaada yg tau masa depan siapa yg get better life nantinya
@@deilmanuurhafidzah8023 Btw masnya freelance apa ya mas klo blh tau? Dan di platform apa? (Only answer it if you're willing to tell tho, no hard feelings) 👌
🙁
I don’t know.. this is mind blowing. I think I need to see from another perspective too. But nice topic. In the end, we have to make everything on balance. The idea of working 4 days a week is brilliant. I’ve been thinking about that for several times. We need to break the stigma about weekend and weekdays. There will be no end if everyone is enjoying their lives. Balancing between break and work times should be in anytime soon.
Ku nonton, sambil mempelajari materinya ... pasti ada kerja keras luar biasa (meriset materi, kemudian membedah materi,dan membuat materi tersebut sehingga para subcriber bisa paham) ***good job gita
i agree w/ u
agree, gita pernah jelasin sebelum dia buat video beropini dia selalu melakukan riset biar ga asal ngomong dan subjektif. dia selalu punya dasar dan referensi yang kuat agar gampang dicerna oleh orang kebanyakan
Aku ajah,yg ambil video saat dive mesti diulang ulang. Krn dive jd mesti hitung lg surface interval,bru turun lagi. Jd ku sangat menghargai kerja keras org org yg membuat konten (mereka harus pelajari betul betul materinya/topiknya)....selamat menikmati hari hari kalian di Bulan Ramadhan bagi yg menjalankannya....terimakasih banyak....
Ah keren banget udh kayak lagi presentasi skripsi
Inilah yang gue pahami dari mengerjakan sesuatu, working efficiently. Dan temen2 gue suka ngatain gue deadliner parah, let say emang gue procrastinator, tapi yang dipahami oleh temen gue dan kebanyakan orang gini "ngerjain sesuatu tu harus jauh jauh hari, dicicil". Padahal kalo hasilnya sama, lu bisa lebih relaks, rebahan lebih lama, bisa lakuin hal lain, dan dengan lebih sedikit waktu ngapain riweuh euy. Dan org yg hobi nyicil kerjaannya dapet tagline anak rajin sementara anak deadliner males tapi kalo in the end hasilnya kerjanya sama? Ya mo gmn enak rebahan lah wkwk
Setuju kak gita... Gw juga menolak klo kerjaan udah gw rasa mengganggu keseimbangan hidup. Menjaga keseimbangan hidup itu penting,, ibadah, olahraga, olahrasa, cinta, sosial, lakukan pekerjaan dengan efisien dan bermanfaat masyarakat..
❤❤❤
Pernah gua pindah kerja ke tempat tempat bergengsi, tapi kultur kerjanya toksik toksik banget... sampe gua didiagnosa depresi dan anxiety.. dan gue diresepin obat antidepresi dan antikecemasan.. seumur umur baru itu gua diresepin obat begituan.. anyway, obatnya gak gua tebus karena gua tau sumber depresi dan anxiety saya .. alhasil, gua tinggalin tuh tmpat2 kerja toksik.. and I am much happier now!
Hiduppp rebahaann!
- ketua umum tim rebahan : bg paul
- wakil ketua umum : kk gita
ya gk revhn trs
N
Karena si hustle culture ini juga membentuk pemikiran orangtua untuk membesarkan anaknya berharap bahwa nilai akademik yang bagus dan nilai plus ekstrakurikuler yang baik bakal membantu si anak dalam memenuhi standard pekerjaan yang diinginkan, yang mana si anak jadi punya ekspektasi tinggi terhadap diri sendiri bekerja keras untuk memenuhi harapan tinggi orangtua. Kalau self emotionnya bagus dia bakal bertahan sama kerasnya kehidupan tapi kalau si anak self emotionnya kurang kalau bukan jadi penjahat(bullying and so on, high levelnya bisa jadi killer buat teman-temannya) kalo dia gabisa melampiaskan emosinya ya ngaruhnya ke mental health si anak tersebut.
Exactly. Helicopter mother juga buah dari neolib
Tolong jaga kesehatan kalian, jangan terlalu ngoyo pas kerja "Kamu yang butuh pekerjaan, perusahaan ga butuh kamu" kamu sakit, perusahaan nyari orang yg lebih "kuat"
Hello from Malaysia. Yes, 100 agree! Thank you for saying it out load. This things has been so long in my head and finally you said everything about it. May Allah lift this pandemic as soon as possible. This hustle culture getting worse since covid hunted us. Thank you gita! Much love!
BERKELASSSS BANGET KONTENNYA! bener2 selalu ngebuka wawasan dan memperluas mindset kita. Itulah kenapa aku selalu excited tiap dapet notif dr km ka ❤❤❤
kak gua suka banget sama kontennya. disitu gua ngerasa emang kalau semuanya itu hidup buat kerja padahal dalam pikiran gua hidup itu pilihan. jadi lebih baik kerja sesuai dengan fashion kita atau gak hobi kita . karena menurut gua pekerjaan paling enak adalah hobi yang dibayar. tapi karena gua dah kena toxic mau gak mau gua harus ikutin. ibarat pepatah terlanjur basah. makasih kak atas pencerahannya bagus.
I always have this ideology of "always striving for better and going extramile"
Setelah liat ini gue gue jadi sadar aja banyak moment ketika gue sendiri cannot always stand on it, berakhir eating myself up, and eventually build self esteem for not achieving what i've targeted. Makasih kak git udah paling enggak bikin gue mikir lagi ada sistem yang tanpa sadar lagi kebangun di sosial kita.
Gw suka konten ini.
Karena, kasus di gw yaitu paling ga suka kuliah tugas terus tiap hari. Gimana cara kita membantu orang tua di rumah atau berkegiatan sesuai hobi kita kalau setiap harinya dipush tugas dan jadwal full dari pagi sampe sore hari senin sampe jumat. Dan fakta yang gw dapat selama pemantauan terhadap teman-teman gw di kampus malah semakin malas dan gaada semangat untuk mengikuti jam mata kuliah. Hal ini yang membuat performa mahasiswa semakin menurun seiring semester makin tinggi.
#HidupTimRebahan!
Suka kontennya atau apanya nih mas?wkwkw
@@rakabrahmantyo477 suka juga aku sama mba gitanya mas
Menurutku, pandemi ini sebenarnya kehendak Tuhan melalui alam agar semua manusia punya waktu untuk kembali ke sistem alam yg sudah Tuhan atur. Cuma banyak yg gak sadar aja
Justru menurutku, pandemi ini ada supaya makhluk hidup, virus, dan alien cepet punah dan 100% keganti sama robot, mesin, dan komputer
Karena robot, mesin, dan komputer itu *jauh lebih canggih* dan *jauh lebih cerdas* dibanding 3 hal yang sangat payah dan membebani alam semesta: makhluk hidup, virus, dan alien
Kerasa bgt budaya ini pas mash kerja disalah satu bank. Setiap hari stress mikirin target, ditagih terus menerus bahkan di weekend. Dan pas cutipun tidak jarang harus ngurusin nasabah. Parahnya bos beta pernah bilang, harus closing dulu baru dikasi cuti. Damn!!!
Saking banyak kerjaan ada slogan, ini mah bukan kerja tapi dikerjain. 6th 5hr and I resigned. Seminggu setelah resign berasa all day is weekend. Tetap hidup baik aja, jd bermanfaat. Kalau belum bisa untuk orang lain ya setidaknya untuk diri kita sendiri. Ingat maut, rizki dan jodoh sudah ditentukan. Rizki pun tak akan tertukar. Sejatinya yang harus dikejar itu ya akhirat bukan dunia. Karena kalau mengejar dunia g akan ada habisnya,,,,
Thank you, gue nangis baca ini.
Kak, salut! Jarang² ada yg ngebahas isu yg dianggap taboo ini tapi dgn sisi pandang yg positif. Keep it up kak!
Menurutku ini bukan topiktabu tapi lebih ke jarang dibahas, karna pada dasarnya manusia kadang berlomba lomba untuk hidup lebih better dri org lain hanya karna material standard shaped by society jadi pada ga aware sama keseimbangan hidupnya sendiri
ini video udah 2 tahun lalu bahkan masih bernilai banget ditonton di waktu sekarang. Suka banget sama pola pikirmu ka git :') sehat-sehat ya ka, mau video yang daging semua begini ataupun yang cuma vlog gabut hari-hari aja ku happy banget nontoninnya :')
Bener banget! Kadang rasanya capek banget, meskipun di rumah masih di kejar kerjaan. Kadang jamnya tidur datang kerjaan yg harus selesai besoknya. Dan sekarang di masa pandemi ini, makin kerasa banget beratnya. Bayangkan kemarin sebelum pandemi kalau ada kerjaan meskipun deadline kadang suka mendadak tp masih ada waktu 1-2 minggu. Sekarang setelah pandemi deadline kerjaan bisa 1-3 hari. Ya iya sih kita di rumah. WFH. Bisa lebih fleksibel jam kerjanya, tapi kan kitanya juga butuh istirahat. Sorry malah curhat XD
Sy setuju banget sama opini Mba Gita tentang kesuksesan seseorang lebih banyak diukur dr segi finansial saja.
Kualitas dalam bidang apapun sekarang udah ga tralu dipikirin, krn yg diutamakan adalah kecepatan dalam mendapatkan uang.
Pd akhirnya, yg sy perhatikan skarang, banyak orang (tp ga semua) menghalalkan segala cara untuk mendapatkan finansial yang mapan. Ga peduli dibalik produk yg dijual ataupun segala sesuatu yg diiklankan ternyata bs berdampak buruk bagi org banyak scr tidak langsung.
Menurut Mba Gita, bagaimana cara kita supaya keluar dr doktrin hustle culture ini? Krn nilai kesuksesan ataupun doktrin hidup untuk krj, rasa2nya sudah banyak tertanam dalam standar hidup kita
emang ga ada obat si gita ini, top banget cara berpikirnya . semoga target sejuta subscriber nya tercapai ya. amiin
menurut gw sih gini enaknya
pertama kita as a next gen for the future perlu redefine tentang "what is productivity, success, and wealth"
kedua mau ga mau, at least di indonesia ini, masalah ekonomi udah sangat terinternalisasi sedalam itu,tapi yang jadi masalah juga pemerintah kita "belom" sanggup buat ngurus 250 sekarang udah 270 malahan kalo gasalah, 270 juta jiwa, that's a freaking lot, or at least menurut gw tujuan government sebagai pelaksana amanat rakyat ini masih belum keliatan, ya gimana belum mau melihat gimana keadaan rakyatnya, tapi liatnya kan selalu ke atas mulu, kalo pernah denger itu budaya "bapak", segila itu sih kalo di indon, apalagi masa2 orba, perlu lagi-lagi redefine masalah tentang gimana caranya menyejahterakan
ketiga,ini faktor yang paling menentu lagi, yaitu human factor,masalahnya kadang menurut gw hustle culture ini terlalu ngeloop/nge bug gampangannya, jadi perlu cari duit buat makan, mau duit buat makan perlu kerja, kerja perlu "status" (soalnya pendidikan ga "penting", pentingan status n ijasahnya), buat sekolah perlu duit,nah keliatan kan loopnya,akhirnya ini yang bikin kita susah produktif dan being a human,inia salah satu bentuk kekejaman sistem wealth dan kapitalisme sih,cuma masalahnya juga paradoks sama perspektif kontrol di indonesia,dan paling tidak sistem check and balances yang berdasarkan "masyarakat madani" belom nyampe disini, karena perspektif tentang "madani" juga beda-beda,ini loop kedua, kemudian soal uang, sebenernya kan cuma masalah welfare dan redistribusi tentang welfare atau kesejahteraan itu sendiri, cuma ketika masalah "alat tukar" ini nilainya intangible (silakan lihat dan baca modern monetary theory), itu jadi loop selanjutnya, mau nuker apa sama barang yang sifatnya cuma intrinsik? padahal nilai riilnya cuma berupa persepsi, yaitu angka, gila kan, kalo mau bicara utilitarianisme (salah satu teori ekonomi) sih emang jadi sangat banyak paradoksnya, cuma masalahnya ketika utilitarianisme ini digunakan sama orang2 yang memiliki kepentingan-kepentingan yang sifatnya cuma pribadi, masalahnya kan islam juga menurut gw sebenernya itu utilitarian, cuma ada mekanisme check and balances untuk memfasilitasi manusia-manusia yang startnya udah ga seimbang,yaitu zakat misal kalo urusan harta,dsb2,bukan mendukung atau fanatik islam sih, itu cuma kajian gw tentang model-model ekonomi di dunia ini dsb2, akhirnya kembali lagi ke loop terakhir yaitu ya yang paling utama yaitu manusia, gimana mau madani kalo yang menciptakan sistem dan membuat sistem manusia-manusianya udah yang yaa begitu, punya kepentingan yang tidak murni,itu syaitonirojim sih emang menurut gw, gila loopnya kan banyak,seolah-olah kita dijauhkan satu sama lain, kehilangan rasa manusianya karena yaa atas nama "wealth" padahal kembali ke faktor pertama, "wealth" itu apa sih? apakah kekayaan? atau kejayaan? atau kesejahteraan? tergantung mana yang dianggap sebagai "manfaat" sebagai dari manusia itu sendiri, karena utilitarianisme bergantung pada manfaat terbanyak,ketika benefit atau manfaat itu dihitung dari uang, yasudah, selesai semua urusan,itu kembali ke faktor pertama, redefine, dan sebagai manusia yang mendefine punya faktor terbesar dalam memberi definisi ini, this is the BIGGEST LOOP/ BUG ever,thank u mate for the opportunity to state my opinion :))
7:36 "Working hard does not always mean working efficiently" 👍👍👍
Gw rasa inti dari pembahasan yg panjang ini,, kerja keras boleh,, pruduktif harus,,, tapi kita jgn meyakiti diri kita dlm prosesnya,, jadi lebih cerdas dan aware tentang apa yg kita butuhkan dan apa yg jdi tujuan kita,, sehingga gak gampang terbawa arus standart,, kesuksesan,, kebhagaian dan lain lain,,
Ka git, kaya nya akan nyambung kalo next kagit bahas "the power of habit".
Udah bener pola hidupnya Rasulullah SAW... tidur cepat setelah isya', bangun sepertiga malam. Pencapaian besar dengan meng-islamkan seluruh jazirah arab. Yg sekarang terdiri dari beberapa negara.
My daddy should watch this
Nanda Fahira ya :’)
Jadi in snap wa kak 😂
@@putriprastikasari2954 langsung share link😅
@@annidaallivia8978 👌
Beberapa tahun lalu gue adalah pendengar berat garyvee, dan dia sangat ngebantu survive dr quarter life crisis. But no more, dia terlalu banyak pushing his agenda.
Gue setuju hustle culture bisa berdampak negatif.
Gue pun memahami hustle culture di US (negaranya gary, dan elon skrg), disana orang biasa kerja 2-3 pekerjaan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup bukan bermewahan.
Jadi, it's not black & white, right or wrong.
Apa yang cocok buat pribadimu.
Kalau saat ini kamu ada diposisi ekonomi yang sulit dan harus hustle, berbanggalah dan be happy. Gak semua orang sekuat kamu.
Kalau kamu lebih ingin menikmati hidup dan menghabiskan waktu dengan keluarga shabat, do it! jangan risau enjoy your life, be happy.
Yang jadi problem adalah, lo gak tau yang lo mau dan butuhkan tapi hanya ngikutin trend. Trend hustle lah, entrepreunership, minimalism, slow living, etc etc.
Coba k Gita, episode beropini selanjutnya bahas : 'Brain Drain' yang nggk semua orang tau, menurut opini kak Gita ttg istilah 'Brain Drain' itu bagaimana gitu loo.. Soalnya aku sendiri jg mikir bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa 'Brain Drain' ini merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi, dimana SDM di Indonesia ini tidak maju. Malah semakin berkembang (biak) :v
Rehat, tenang. Jangan stress, gapapa nggak sesibuk orang lain. Jangan merasa ga guna, jangan tergesa-gesa. Sedikit demi sedikit lakukan hal2 bermanfaat. Istirahat dari hal2 yg toxic. :)))
Btw thanks for this video kak git.
Rebahan = Malas 😪
Rebahan adalah jalan ninjaku…
Orang yg sukanya rebahan memang disebut sampah, tapi orang yg kerjanya berlebihan tanpa memperdulikan hal lain lebih rendah dari sampah
@@depthstrider68 mantappp setujjuuu
@@depthstrider68 hahaha obito kalau ada di jaman sekarang
Wow, I'm so glad you brought up about Karoshi di video ini, kak Git. Kata temanku yg tinggal di Jepang, saking parahnya fenomena Karoshi ini sampai pemerintah pernah memaksa para pekerja buat menggunakan jatah cuti mereka.
Btw, aku merasa relate banget ama video ini. Hustle culture kayaknya udah mendarah daging banget dan berdampak banget ke kehidupan kita. Ingat dulu pas aku lulus SMA dan akan melanjutkan kuliah, aku pengen ngambil jurusan Hubungan International, tapi ortu menentang karena katanya prospek kerja penuh dgn persaingan sementara lulusan yg dibutuhkan KATANYA dikit 🙄 Padahal aku pengen ambil HI karena emang tertarik dan pengen belajar tentang International Relation. Dan akhirnya aku ngambil Pendidikan Bahasa Inggris tapi sampai sekarang udah 2 tahun lebih lulus tetap nggak berhasil jadi guru. Udah gitu di hustle lagi bahwa umur segini harus segera nemu kerja biar nggak keliatan nganggur. Akhirnya kerjaan juga cari yg penting digaji, dan aku nggak begitu enjoy ngerjainnya. At some point, I started to doubt myself, apa emang aku sebodoh itu sampai jadi guru yg lapangan kerjanya cukup luas aja nggak bisa?
Huft, see... bagaimana sebuah culture itu bisa menghancurkan pemuda/i.
Working hard ✖
Working smart ✔
Anyway, lipstick Kak Gita apa ya? Cakep amat.
Wardah Velvet matte no 8 Kalo ga salah ya
Salfok nih
Couldn't be more agreed, Ka Git!
Kesadaran bahwa kita nggak wajib 'bekerja keras' dalam era pandemi seperti ini waktu itu aku temuin dari salah satu tweet, intinya, "quarantine isn't about competition of productivity." Walaupun produktivitas di sana maknanya sudah bergeser seperti yang Ka Gita jelaskan di video, tapi sekiranya paham maksud aku apa. Di saat seperti ini, bahkan orang-orang di luar sana bisa saja terhalang melakukan 'kegiatan produktif'-nya karena mengkhawatirkan keluarga yang terkena virus misalnya, harus pandai-pandai beradaptasi ketika suasana quarantine nge-trigger kondisi mentalnya, dsb. But here, the majority of people make it seem like a competition which indicator is very subtle; hard to be analyzed. Teman-teman hingga keluarga sering bertanya sudah ngapain aja selama quarantine. Nggak mengherankan kalau kita jadinya cenderung nggak ngerasa enough dengan apa yang kita lakukan, then boom, we would overwork ourselves. Nggak salah kok ngelakuin berbagai macam kegiatan yang baru sempat dilakukan saat quarantine, asal memang sesuatu yang kita bakalan purely enjoy, no hard feelings nor pressure, and so on.
Don't overwork yourself. It IS okay to take some rest, and stay healthy everyone!
Gw yakin org yang nonton video ini mesti *BE YOURSELF AND NEVER SURRENDER* 👍😘😗
Ayo kita share video ini ke guru2 wkwk :v 😂😂
Gila ini relate banget sih sama aku Apapun yang dilakukan dan dipelajari pasti ujung2nya mikirin ntar dengan belajar ini aku bakal dapat uang gak ya? Apalagi di society tempat aku tinggal sekarang especially family selalu orientasinya adalah uang. Bahkan ketika saya memilih untuk jadi volunteer dan quit my job itu menjadi sebuah masalah bagi keluarga. Dan hingga saat itu tuh aku masih baik2 aja. Sebagai manusia yang paling suka tidur, aku selalu menjadi pusat perhatian karena bisa ketiduran pas pelatihan, ngantuk sangat mengajar dan selalu dibilang pemalas. Padahal dari semua pekerjaan yang ada, itu punya jadwal yang berantakan. Mulai kerja jam 8 pagi sampai 9 malam. Kadang weekend juga kerja. Semuanya dikerjain sampai tidurpun menjadi sebuah mimpi. Tapi ujung2nya, semuanya juga tak berjalan sesuai dengan yg diharapkan. Thanks Gita sudah bikin video ini.
Kak Git bikin TH-cam ttg cara ka Gita nambah pengetahuan dan skill dong
Bokap gw workaholic banget dari jaman dlu nya dan mungkin diajarinya sepeti gitu. Saya dan ke 2 ortu ga pernah liburan bareng kalo pegi2 paling check up ke dokter atau keondangan sodara. Emang bener harus seimbang pemasukan dan pengeluaran tapi bokap gw tuh kalo ga buka tokonya sehari aja udh stress. Setelah nyokap meninggal dia mesenyal banget ga pernah 1 kalipun sengajain liburan bareng bertiga. Dan nyalain gw nga ngjakin..gw dari dlu dah ngajakin tapi bokap bilang "ga kerja ga boleh makan." Beserta kata2 kasar lainnya. Dan aku ga minta2 lagi liburan bareng lagi.
Kak git setuju! Btw kak, menurut gue skrng2 ini, di masa pandemi ini, related sii. Sebagian mahasiswa yang banyak dapet tugas, merasa mereka yg paling produktif karena mereka hrs selsein berbagai tugas yg ada. Nggak jarang jg mereka ini koar2 mengenai sebanyak apa tugas mereka, terus buat sebagian mahasiswa yg mungkin tugasnya nggak sebanyak itu, jadi merasa "knp gue ga bisa seproduktif mereka yaa" "kenapa kayanya hidup gue ga sehectic mereka ya" menurut guee ini berhubungan sii sama topic yg kakak bicarain karena mereka yg terlalu berkoar2 akan tugasnya kayanya justru membuat yg lain triggered dan merasa lebih rendah dr mereka. Cmiiw✌ #teteprebahan wkwkw
Wkwk. Btw sih ya kalau tugasku lebih sedikit dibanding teman2 w lain yg dapat tugas seabrek, malahan suka senang gitu. Soalnya mikirnya banyak waktu buat rebahan gaksii haha
Tugas banyak, tingkat kesulitan tiap tugas juga lumayan, dan ngga semudah itu memahami materi dan menuangkannya ke tugas dengan kelas online ini...
Padahal kalo tugas ga banyak kan bisa ngembangin hobi :)
Bener banget sih. Udah terinternalisasi bgt utk kita harus produktif krn everything reinforced to it. Dikit2 video youtube atau blog ngomongin ttg "how to be productive". Gue sendiri adalah tipe org yg kalo ngerjain tugas itu deket deadline misalnya h-1 atau h-2 lah. Karena kalo ngerjain jauh2 hari tuh rasanya ga keluar idenya, sering bgt kedistract. Tapi tiap gue ngerjain deket2 deadline tuh sampe ngerasa guilty gituloh krn ya itu td udah keinternalisasi kl harus produktif, harus tiap hari ngerjain sesuatu. Pdhl kan produktif itu apa siih? Produktif bkn berarti lo harus ngerjain sesuatu tiap hari kan. balik lagi ke tipe orgnya. Mungkin orang2 yg setipe sm gue ya gtt giliran coba ngerjain dr jauh2 hari malah ga efektif dan ga produktif.
Anyway sbnrnya mau bilang sih. Ini video pas bgt utk gue. Apalagi di masa pandemi ini, semua org berlomba2 utk "stay productive" apalagi di sosmed dan gue melihat itu suka guilty sendiri krn gue ga ngapa2in krn gue ga se "produktif" following gue di ig. Tp setelah nonton video ini gue jd dpt insight sih kalo produktif itu bkn berarti selalu mengerjakan sesuatu.
Ya allah git...
Gw ngefans lu git, dari 3 th yang lalu
Lu engkah , periang & lucu ketika 7 thn yang lalu😜
Bahas dong sama paul ketika lu kuliah di jerman pada masa2 itu
Semoga temen gk ada yg liat gw ninggalin jejak di sini...
Seriusly
Aku terharu nonton ini. Datang di waktu yg pas banget buat hidupku. Saat aku menikah, aku dan suami beda kota lalu 1.5 thn setelah menikah aku memutuskan berhenti bekerja dan pindah ke kota asalku bersama suami dgn tujuan aku bs jadi istri yg baik sekaligus berbakti dengan bantu2 ortu. Awalnya aku depresi dari yang punya kerjaan dan sibuk jadi orang rumahan. Depresinya aku merebet ke rumah tanggaku. Aku gampang marah ke suami. emosi gampang tersulut hanya karna suami salah narok barang. Sampe suami ngajak ngomong heart to heart tapi tetap ga bikin hatiku lega. Tapi dengan adanya video ini bikin aku nangis sehabis2nya menyadari bahwa selama ini aku bukannya ga berguna. Aku tetap kok jd orang berguna buat suami dan buat ortu ku. Makasih gita
Kak i think 'This Could be Our Future' book written by Yancey Strickler would complement this topic very well!!!
Setuju sih.
Beli dimana buku nyaaa
Di kinokuniya atau periplus seharusnya ada deh, diriku belinya di periplus bandara
saye nak buku tu, di mane boleh dapat?
Waah thanks rekomendasinya 👍
Banyak cara untuk mengukur produktifitas. Gak selalu "Sedikit istirahat = produktif". Beropini yang bagus, didukung data-data. Thank you, Gita.
No comment dah gua. Selalu keren di mata ku
kebetulan, kebanyakan influencer yg aku follow di medsos itu pro-hustle culture. seneng bisa denger opini menarik seperti ini. thank you kak gita!
Team gercep mana suaranyaaa yang suka Ama kakak satu ini like donggggg
Video ini cocok banget buat aku sekarang. Aku lagi struggle banget karena merasa ga produktif selama karantina. Padahal dah nugas seharian, udah beresin rumah, udah ini itu. Seharian beneran ngerjain segala hal tapi tetap aja merasa ga produktif. Makasih kak gita dah sharing tentang ini. Jadi lebih bisa buka pikiran!
Nonton ini kelar hidup gua, TERIMAKASIIHHHHH LAGI LAGI GUA TERMOTIVASI KARNA GiTA♥♥♥♥♥♥♥♥ SEMANGAT!!!!!!
Pada akhirnya semua yang dilakukan berlebihan tidak akan baik, mau itu bekerja terlalu lama atau rebahan terlalu lama, buat semua sesuai dengan porsinya, bekerja seefektif mungkin dengan waktu sesingkat mungkin, beribadah dengan tepat waktu, ketika keseimbangan hidup tercapai, dengan kondisi ekonomi apapun setelah berikhtiar semampu kita, maka hidup akan baik2 saja, biar tangan Tuhan yang ikut bergerak setelahnya. Tapi kalau gada usaha sama sekali, yaaaudah semua cuma mimpi aja apalagi kalau sampai bergantung dan selalu menyalahkan pemerintah. But well, thankyouu for the video gita.
Ih sumpah gw rebahan berasa bahagia, lebih sehat cuman banyak khawatir, tapi kl sibuk berasa gw ga khawatir, tapi sakit mulu wqwq. banyak note kerjaan yg perharinya banyak harus yg diselesain. serba salah ga tuh
.
gw gampang cemas sampe ngefek ke lambung, dada kiri tp gw juga adhd, bingung ga tuh
eh ada dila hehehe
anjir kesini juga dong wqwq
Bukan kerja keras, tapi kerja efektif. Makasi banyak mba Gitaaa! Semangat puasanyaa!
And I should be proud of myself with my "horizontal battery saving mode" that I do in ma entire life.. sehectic apa pun tugasku, tidur dan istirahat tak akan kuskip wkwk walau minusnya sistemku keliru dgn jd deadliner :') tp masih belajar kok buat jd perencana dan pengeksekusi yg baik hehe
sukak bgt sama opini ka gitaa! kita manusia. perlu istirahat, perlu relax, perlu santai. ga seharusnya kita mengeksploitasi diri sendiri
Bekerja dalam waktu yang lams malah mengurangi productivity. Setuju bgt ga sih? Kalo ga mepet deadline ga bisa langsung selesai wkwkkw
Ah, another video I can relate to.
Beberapa minggu lalu lihat postingan theartidote dengan caption:
"If you don’t come out of this quarantine with a new skill, your side-hustle started, or more knowledge gained… then ̶y̶o̶u̶ ̶n̶e̶v̶e̶r̶ ̶l̶a̶c̶k̶e̶d̶ ̶t̶i̶m̶e̶,̶ ̶y̶o̶u̶ ̶l̶a̶c̶k̶e̶d̶ ̶d̶i̶s̶c̶i̶p̶l̶i̶n̶e̶ YOU ARE DOING JUST FINE. We are going through a collective traumatic experience. Not everyone has the privilege of turning a pandemic into something fun or productive."
And it felt like a warm hug for my soul. Aku jadi nggak merasa harus ngoyo melakukan banyak hal agar terkesan produktif dalam masa pandemi ini. Menenangkan diri sendiri dalam kesulitan seperti ini aja udah susah apalagi dituntut untuk menjadi produktif. Sure, I'd still do this and that but that's for the sake of my being, bukan untuk berlomba dengan orang-orang.
Thanks for this video, Kak Gita. Keep speaking your mind up!
this is like the best video i've watched while corona time.
Demi apapun bagus bgt videonya! gue sampe nangis pas di akhir2 karena merasa se-relate itu di circle gue sendiri. Banyak bgt orang yang usaha kerasnya cmn mau dibayar sama lembar2 rupiah, bentuk apresiasi sekarang jg kayanya tinggal mitos, kalo lo sultan, baru lo dipuji hebat! Makasih kak untuk videonya bener-bener makasih u really a blessing!
Thankyou gita for spreading up this issue 👏👏 It really open up my mind
lagi ngalamin hustle culture. kerja 9-5 tp di luar jam itu tetep dihubungin buat kerja. bahkan di hari liburpun tetep harus kerja. pernah jg nih ijin sakit, tp ttp diributin sm kerjaan hahaha. sampe stress sendiri, tp gimana aku belum bisa keluar dari lingkaran budaya ini. semoga ke depannya aku bisa lepas dr hustle culture ini karna aku gamau berakhir kayak orang" jepang yg td udah disebutin. Hidup tim rebahan!!!
Always setujuu bangett sama pikiran kak gitt... pikirannya bikin open mindset gituu bagi gue yg notabene nya dimasa remaja akhir...
.
.
Mangattt kak gittt😁🔥🔥🔥
budaya yg lagi berkembang di masa pandemi ini: nge-zoom multi-layar!
dapet permintaan meeting dalam waktu yg bersamaan dengan metode online, trus dijabanin semua. pernah sekali karena terpaksa, hasilnya ga nangkep dua2nya. mending 1 aja, lainnya tolak
learn new things everyday, thank u kak git salut bgt sama risetnya😭❤️
Relate bgt ka Git, kayak ngga ada habisnya di kejar terus menerus sampei pas capek sendiri nanya ke diri, apa sih yang kamu kejar? Padahal diri sendiri jg butuh istirahat, thankyouuu bgt ka udah bahas ini, loved 💚
09:07 menurut gua, happiness bukan soal ekonomi sih, tapi soal kepuasan hidup lu secara keseluruhan ga melulu soal materi. Kayak negara Bhutan yg index happiness-nya termasuk tinggi.
impian bgt tinggal sederhana di Buthan, capek ga sih lo ngejer duit supaya bisa survive, bukan biar kaya tp biar survive
Sangat relate sama kehidupan kita sehari2, untungnya sejak dulu gw ga merasa punya passion di "Hustle Culture" ini, karna gw orang yg gampang bgt stress dan bagi gw hidup itu harus seimbang. Kalau sudah waktunya pulang kerja ya pulang, kalau sudah dirumah ya dirumah dan ga berharap diganggu sama pekerjaan2 kantor dan segudang pekerjaan yg bahkan belom selesai. Meski faktanya kita ttp butuh bekerja untuk dapat hidup, tapi buat gw kita juga butuh waktu untuk relief stress kita ya salah satu caranya dengan ga terlalu "overwork", kecuali kalian merasa ga ada masalah dengan hal itu, karna sebagian orang gw liat hanya pengen diakui sebagai orang yg "sibuk" agar terlihat keren, saking sibuknya sampai ada waktu buat update ke socmed dulu semua kegiatan dia supaya orang2 tau kalo dia "sibuk".
Tapi balik lagi sih, kalo emang hal seperti itu bikin orang tsb happy, why not? Jalanin aja apapun yg bikin lo happy, but for me life must be balance.
Erghhh very true indeed. Tq for voicing it out, and listing it well. Couldn't agree more 💪🏻✨
sepakat bgt mbak, banyak asumsi publik yang timbul level org sukses dinilai cuma karena finansial, menurutku emg itu penyebab utama bagaimana banyak org yang ngelakuin hustle culture. makasih atas pencerahannya mbak! sukses terus
Open minded banget. Thank you kak git
Bener2 membuka wawasan!! Aku baru aja nonton di 2021, karena melihat Twitter dengan orang yang multitask
I like when she says "anaknya........"
Tullll
Karena bekerja bukan masalah KUANTITAS tapi KUALITAS. PRODUKTIF itu ga melulu soal seberapa "sibuk", tapi seberapa memaknai setiap orang dalam bekerja...
Dan lagi2 standarisasi lifestyle bukanlah tolak ukur semua manusia. Kita sama2 manusia yang tp, berbeda dalam setiap berkehidupan nya.. dengan kemampuan dan porsinya masing-masing...
sumpah deh yg kak gita sampaikan itu yg aku pikirin selama ini 😭
Setuju. I can relate it. Beberapa tahun lalu masuk dalam kategori itu, sampai burn out. Ditambah lagi, ngerasa setelah sekian lama kerja ternyata nothing. Burn out malah bikin gak produktif, dan gak bahagia. Recovery untuk mengatasi burn out sendiri itu gak mudah dan lama juga. Bahkan sampai sekarang masih berusaha. Work life balance lebih baik. Tapi ketika kita belum bisa nyeimbangin itu, take it easy... Hidup gak harus sempurna.
Semangat terus buat kak gita..yuhu💪😃
Terakhir nonton beropini tahun lalu, liat judul beropininya dan mikir "ini relate kayaknya deh sama gw" dan ternyata sangat relate dan nonton sampe abis tanpa skip.
Thanks so much mba Gita
Makasih udah sharing, Ka Gita. Jadi dapat pencerahan hidup :)
Keren ka git, sebelum kasih materi persiapannya banyak banget dan penontonnya jd lebih paham dan banyak data/rujukan/bukti yg resmi dan ga sekedar abal2 data untuk up
Thanks ka ilmunya bisa mencerahkan generasi milenial
Semangaat kaa, bikin konten2 yg menarik dan luas akan wawasan untuk viewers
tim notifffff 🖤🖤
Konsep islam yang di kemas dan disampaikan menggunakan sudut pandang dunia. MasyaAllah. Rezeki manusia sudah Allah tentukan, bahkan dari sebelum kita dilahirkan. Jadi bagaimana kita memilih untuk menjemputnya, dengan cara yang Allah ridhoi atau tidak. Rezeki tidak hanya masalah uang, tapi keberkahan, keluarga, kawan, waktu, kesempatan, kenikmatan dalam ibadah, dll. Manusia tidak akan mati sampe rezekinya habis, contoh saja orang yang mengalami kecelakaan pesawat, jika masih ada rezeki setengah mangkuk nasi untuk di makan maka tidak akan meninggal, bisa saja meninggal setelah di bawa ke rumah sakit dan setelah memakan setengah mangkuk nasi tadi.
Orang2 beriman jaman dulu bekerja hanya 1-2 jam perharinya, sisanya digunakan untuk beribadah kepada Allah, karena itulah tujuan manusia diciptakan (surat ad dzariyat 56). Bahkan ketika di antara mereka memiliki warung berdekatan, dan qodarullah yang satu lebih ramai pembeli dari yang lainnya, maka yang ramai pembeli akan segera menutup warungnya agar warung disampingnya banyak pembeli. Itulah indahnya islam yg sudah tertutup oleh kefasikan manusia2 jaman sekarang. Good job ka git!
@@stevewalker6240 yes you are!
Lol 1 2 Jam kerja darimana datanya?
Langsung gercep nonton ✨
Makasih kk Gita.. Kurang lebih gue stuju sih dengan apa yg kk bicarakan. Mnrut gue, kita bukan work hard, tpi work efficiently. Dan kalau udah smpe mengorbankan entah itu keluarga, wktu tidur, oh... Gue gak stuju banget. Karna hal itu bukanx akan memberikan benefit yg sangat banyak, tpi drastically bisa mempengaruhi bhkan menurunkan effectivitas kita.
Thank you kakak🙏