- 211
- 284 544
Sahat Tobing
Indonesia
เข้าร่วมเมื่อ 6 ม.ค. 2017
Di Dalam Hambatan Ada Peluang
Detik-Detik Pencurian Sepeda Motor di Medan
Terjadi Pencurian Sepeda Motor di Kota Medan. Tepatnya di jalan Pasar 2 Setia Budi Tanjung Sari. Kota Medan Tidak Aman dari Pencurian
#kotamedan
#pencurian
#setiabudi
#kotamedan
#pencurian
#setiabudi
มุมมอง: 150
วีดีโอ
Pernikahan Beda Agama Menurut Seorang Pendeta
มุมมอง 2436 หลายเดือนก่อน
Video ini berisi wawancara mahasiswa dengan seorang Pendeta dengan topik "Pernikahan Beda Agama". #pernikahanbedaagama #pernikahan #pendeta
Warisan Dalam Masyarakat Suku Karo
มุมมอง 2377 หลายเดือนก่อน
Pembagian warisan di dalam masyarakat suku Karo melihat keadilan pembagian harta berdasarkan pendekatan paternalistik. Posisi Laki-laki sebagai penerus marga mendapatkan pembagian warisan lebih banyak daripada perempuan. Hal itu tergambar dalam eksperimen sosial mahasiswa di dalam budaya Karo. #warisan #karo #budaya
Kematian Menuju Kehidupan
มุมมอง 2647 หลายเดือนก่อน
Di dalam eksperimen sosial ini, kematian dianggap sebagai peristiwa duka. Duka bagi keluarga yang ditinggalkan. Pendapat masyarakat tentang kematian di dalam video ini menolong kita untuk memperlengkapi makna kematian menuju ke kehidupan. #kematian #kehidupan #eksperimensosial
Tato Sebagai Karya Seni
มุมมอง 3187 หลายเดือนก่อน
Sering orang yang menggunakan tattoo di tubuhnya dianggap masyarakat identik dengan perilaku kejahatan. Sehingga penerimaan masyarakat terhadap seseorang yang menggunakan tato terhalang oleh anggapan itu. Eksperimen sosial yang dilakukan mahasiswa menyajikan anggapan dan tanggapan masyarakat. #tattoo #mahasiswa #eksperimensosial
Kelompok Agama: Punguan Panangkasi
มุมมอง 3757 หลายเดือนก่อน
Punguan Pangkasi adalah nama sebuah persekutuan yang menggunakan Alkitab sebagai Kitab Suci dan mengakui Yesus sebagai Mesias. Kelompok agama Panangkasi tidak memiliki gedung gereja, tetapi melakukan ibadah di rumah-rumah anggotanya. Tidak melakukan penghormatan kepada bendera dan tidak melakukan pengumpulan persembahan di dalam setiap ibadahnya. #punguanpanangkasi #agama #mesias #gereja
Partisipasi Orang Kristen Dalam Politik Negara
มุมมอง 249ปีที่แล้ว
Orang Kristen harus terlibat aktif dalam politik negara. Keaktifan dalam politik praktis juga, seperti: Pemilihan Legislatif (Pileg), Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah. Keaktifan politik yang menempatkan dirinya sebagai HAMBA rakyat untuk melakukan transformasi dan perubahan. Melawan perilaku korupsi dan pengawasan. #politik #kristen #pileg #transformation
RITUAL BUDAYA SIMALUNGUN: MAMBERE MANGAN NADOP MATEI
มุมมอง 188ปีที่แล้ว
Video ini berisikan cuplikan ritual budaya Simalungun: Tradisi Mambere Mangan Nadop Matei di Desa Dolok Marawa, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Tradisi memberi makan orang yang sudah meninggal. #simalungun #ritual #budaya #serdangbedagai
RITUAL PARMALIM MEDAN
มุมมอง 464ปีที่แล้ว
Cuplikan ritual (ibadah) Parmalim di kota Medan dan wawancara terhadap tokoh parmalim di medan. #ritual #parmalim #medan #tokoh
TRADISI BATAK TOBA "MANGANDUNG" ORANG MENINGGAL
มุมมอง 609ปีที่แล้ว
Tradisi "Mangandung" di dalam masyarakat Batak Toba sudah umum muncul dalam masyarakat Batak Toba. "Mangandungi" akan terlihat pada saat suasana kematian (meninggal dunia). "Mangandung" memiliki makna yang dalam #batak #toba #meninggaldunia #mangandung
Perguruan Kristen Methodist Indonesia 1 (PKMI 1) Medan
มุมมอง 254ปีที่แล้ว
Perguruan Kristen Methodist Indonesia 1 (PKMI 1) Medan
Buruh Tani di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi
มุมมอง 345ปีที่แล้ว
Buruh Tani di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi
KEHIDUPAN BERAGAMA DI KOTA TANJUNG BALAI.
มุมมอง 180ปีที่แล้ว
KEHIDUPAN BERAGAMA DI KOTA TANJUNG BALAI.
LUKAS 19: 1-10. KECERDASAN ZAKHEUS YANG MENYELAMATKAN
มุมมอง 1.4K2 ปีที่แล้ว
LUKAS 19: 1-10. KECERDASAN ZAKHEUS YANG MENYELAMATKAN
MENIKAH HARUS MEMILIKI ANAK? MENURUT PANDANGAN PENDETA. Oleh: Marisi Tua
มุมมอง 3372 ปีที่แล้ว
MENIKAH HARUS MEMILIKI ANAK? MENURUT PANDANGAN PENDETA. Oleh: Marisi Tua
MASYARAKAT LIANG MELAS DENGAN PRESIDEN JOKOWI DI ISTANA NEGARA
มุมมอง 3292 ปีที่แล้ว
MASYARAKAT LIANG MELAS DENGAN PRESIDEN JOKOWI DI ISTANA NEGARA
LUKAS 18: 9 - 14. JUJUR PADA KETIDAKBENARAN ITULAH KEBENARAN
มุมมอง 1.8K2 ปีที่แล้ว
LUKAS 18: 9 - 14. JUJUR PADA KETIDAKBENARAN ITULAH KEBENARAN
ADAT SIMALUNGUN: MAMBERE NA MALUM PAKON MAMBERE TUKOT
มุมมอง 6382 ปีที่แล้ว
ADAT SIMALUNGUN: MAMBERE NA MALUM PAKON MAMBERE TUKOT
LUKAS 18: 1 - 8. HAKIM YANG TIDAK BENAR ITU MENJADI BENAR
มุมมอง 1.8K2 ปีที่แล้ว
LUKAS 18: 1 - 8. HAKIM YANG TIDAK BENAR ITU MENJADI BENAR
JEMAAT GMI BERBICARA TENTANG PERPULUHAN DAN PEKABARAN INJIL. Oleh: Sonny Sinaga
มุมมอง 7802 ปีที่แล้ว
JEMAAT GMI BERBICARA TENTANG PERPULUHAN DAN PEKABARAN INJIL. Oleh: Sonny Sinaga
KHOTBAH: KOREKSI ADALAH EVALUASI. YEHEZKIEL 36:26-27
มุมมอง 1.3K2 ปีที่แล้ว
KHOTBAH: KOREKSI ADALAH EVALUASI. YEHEZKIEL 36:26-27
LUKAS 17: 11-19. RESPON 10 ORANG SAKIT KUSTA YANG DISEMBUHKAN
มุมมอง 1.6K2 ปีที่แล้ว
LUKAS 17: 11-19. RESPON 10 ORANG SAKIT KUSTA YANG DISEMBUHKAN
Bagaimana menanggapi pada ayat 6
Terimakasih pak. Ternyata ada pengertian heteronom di sini pak 🙏
Saya penganut agama kristen Protestan. Menurut saya, Agama Parmalim itu biarkan saja melaksanakan ajaran agamanya, mereka juga sudah diakui Pemerintah sbg aliran kepercayaan. Yang penting mereka baik baik saja dan tidak membuat masalah di tengah2 masy. Apa yang dilakukan parmalim saya lihat biasa biasa saja sesuai ajaran yang diyakini mereka. Kalau dengan kesadaran mereka utk masuk kristen silahkan terima dengan baik. Kalau mereka tetap setia kepada agamanya ya silahkan sesuai hak haknya masing2 orang. Mari Saling menghargai.
Terimakasih renungannya
Terimakasih pak
kembali kasih
Seberapa tinggi rupanya kedekatanmu sama tuhan.dan pengetahuan mu.
Shalom Amg, murid2 Yesus disuruh Yesus utk istirahat fisik, pertanyaannya Amg apakah ada kata Istirahat Rohani dlm Kristen & apa pengertian istirahat Rohani, Mauliate Amg
Syalom trima kasih banyak bpk pdt tuhan memberkati
dasarnya bukan penerus marga tidak ada undang undangnya anak laki laki mendapat bahagian [aling besar tolong berpikir dengan jernih
Menurut hemat saya, biarkan saja agama apapun tumbuh asal tidak saling ganggu.
mauiiate Amang Pendeta
Mauliate Amang atas penjelasa kotbahnya,,,Tuhan Yesus Memberkati,
semoga menolong
Mengapa umat Israel mencari pengganti samuel menjadi pemimpin
Tuhan Yesus memberkati Pelayanannya
Horas, inang ini dan para pemuda"i ini perlu jg mo saya beri suatu pandangan dan nasehat, mereka membicarakn parmalim yg mmg betul" mereka tdk mengerti dan tdk memahami. Maunya klo blm tau ttg parmalim lbh baek belajar dl saudara
Depan rumah bapak ya pak?
Mengenai pernikahan beda agama, apakah menurut kelompok konsekuensi yg diterima dari gereja oleh orang yang ingin hendak melakukan pernikahan beda agama ini sebenarnya dapat kelompok terima atau tidak, berikan alasannya. Lalu, bagaimana upaya konkret yg dapat dilakukan oleh pasangan beda agama ini untuk menghadapi pandangan masyarakat terhadap mereka?
Menurut Kelompok konsekuensi dari gereja terhadap orang yang ingin melakukan pernikahan beda agama dapat bervariasi. Beberapa gereja mungkin menerima pernikahan beda agama dengan syarat tertentu, sementara gereja lain mungkin menolaknya secara tegas. Alasannya bisa beragam, seperti pertimbangan teologis, tradisi gereja, atau pandangan terhadap pemeluk agama lain. Untuk menghadapi pandangan masyarakat terhadap pernikahan beda agama, pasangan dapat melakukan beberapa upaya konkret. Pertama, komunikasi terbuka dan jujur dengan keluarga dan teman-teman tentang pilihan hidup mereka. Keterbukaan ini dapat membantu mengurangi ketegangan dan penyimpangan informasi yang mungkin tersebar. Kedua, memperkuat hubungan mereka dengan memahami dan menghargai keyakinan agama masing-masing. Dengan saling menghormati dan mendukung, pasangan dapat menunjukkan bahwa perbedaan agama tidak selalu menjadi hambatan dalam hubungan mereka. Ketiga, mendapatkan dukungan dari kelompok atau komunitas yang mendukung keragaman dan toleransi. Bergabung dengan organisasi atau kelompok yang memperjuangkan hak asasi manusia dan kesetaraan dapat membantu pasangan merasa didukung dan diterima oleh lingkungan sekitar. Terakhir, terbuka untuk dialog dan diskusi dengan pihak-pihak yang skeptis atau tidak setuju dengan pernikahan beda agama. Dengan sikap terbuka dan pemahaman yang lebih mendalam, pasangan dapat mencoba menjelaskan dan memperjuangkan pilihan hidup mereka tanpa memaksakan pandangan pada orang lain.
Nama: Indah Emelina Sari Br Simamora/ 2010134 Saya ingin bertanya bagaimana tanggapan saudara saudari pemakalah jika ada menikah beda agama , lalu pasangan tersebut masing-masing saling mempertahankan agamanya Contohnya perempuan tetap mempertahankan agama kristen, dan laki-laki agama muslim tetap menjalankan agama nya.?
Pertanyaan tentang pernikahan beda agama dan pemeluk agama yang berbeda memang sering memunculkan perdebatan dan kontroversi di masyarakat. Setiap individu memiliki hak untuk memilih agamanya dan menjalankannya, namun perbedaan agama dalam pernikahan bisa menjadi tantangan yang kompleks. Saya akan mencoba memberikan sudut pandang yang beragam untuk menanggapi situasi tersebut. Pertama-tama, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki hak untuk memilih agama dan keyakinan mereka sendiri. Pernikahan adalah masalah pribadi antara dua individu dan seharusnya tidak dikotak-kotakkan semata berdasarkan perbedaan agama. Keharmonisan dalam hubungan pernikahan tidak selalu tergantung pada kesamaan agama, melainkan pada penghormatan, pengertian, dan kompromi yang saling diberikan di antara pasangan. Dalam situasi di mana pasangan menikah dengan keyakinan agama yang berbeda dan masing-masing mempertahankan agamanya, penting bagi keduanya untuk saling menghormati dan mendukung satu sama lain dalam keyakinan mereka. Komunikasi terbuka dan pengertian dari kedua belah pihak sangat diperlukan untuk menjaga hubungan tetap harmonis dan bahagia. Terkait dengan situasi contoh yang Anda berikan, yaitu perempuan mempertahankan agama Kristen dan laki-laki mempertahankan agama Islam, hal ini dapat menjadi tantangan yang mengharuskan kedua belah pihak untuk memiliki toleransi dan saling menghormati keyakinan agama masing-masing. Penting bagi mereka untuk menemukan titik temu dan kesepakatan dalam praktik keagamaan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak tanpa mengorbankan nilai-nilai dan keyakinan mereka. Meskipun pemeluk agama yang berbeda dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan konflik dalam rumah tangga, namun dengan komunikasi yang baik, kesalingpengertian, dan kesediaan untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, pernikahan campuran agama tetap bisa berjalan harmonis. Kunci utamanya adalah saling menghormati, memahami, dan mendukung satu sama lain dalam perbedaan agama yang ada. Apabila pasangan memiliki keinginan untuk tetap menjalankan agama masing-masing, penting bagi mereka untuk menetapkan batasan-batasan yang jelas dan saling kompromi dalam praktik keagamaan agar tidak menimbulkan konflik yang berkelanjutan. Misalnya, menetapkan hari libur untuk ibadah masing-masing atau menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Dalam situasi seperti ini, penting juga untuk mendapatkan dukungan dari keluarga dan komunitas terdekat. Dukungan dari lingkungan sekitar dapat membantu pasangan untuk mengatasi tantangan yang ada dan memperkuat hubungan mereka dalam menghadapi perbedaan agama. Bekerjasama dengan pembimbing agama atau konselor pernikahan juga dapat membantu pasangan untuk menemukan solusi-solusi yang tepat dalam menghadapi perbedaan agama dalam pernikahan mereka. Penting untuk diingat bahwa pernikahan beda agama bukanlah halangan mutlak bagi kebahagiaan rumah tangga, asalkan kedua belah pihak memiliki kesabaran, komunikasi yang baik, dan saling mendukung satu sama lain. Semua hubungan memiliki tantangan dan perbedaan, termasuk dalam hal keyakinan agama, namun hal tersebut dapat diatasi dengan kerja sama dan komitmen dari kedua belah pihak. Dalam menghadapi perbedaan agama dalam pernikahan, penting untuk mengutamakan cinta, pengertian, dan kompromi. Agama seharusnya tidak menjadi alasan untuk merusak hubungan antara dua individu yang saling mencintai. Dengan sikap saling menghormati dan mendukung, pernikahan campuran agama bisa tetap berjalan harmonis dan bahagia.
Saya nama : Diva Valentinta Arestu Nim. : 2010126 Jadi yang saya tanyakan. Yang mana dinamakan sah. Jika menikah. Yang dinamakan sah pernikahan Apa dia sah melalui catatan sipil Atau menikah di berkati? Yang kedua. Bagaimana jika hanya 1 saja yaitu catatan sipil Dan di Gereja pemberkatannya tidak usah..? Karena narasumber menyinggung catatan sipil dalam pernikahan.
Saya akan menjawab pertanyaan bg diva Dalam konteks hukum di Indonesia, pernikahan yang diakui secara sah dan sah secara hukum adalah pernikahan yang telah didaftarkan di Kantor Catatan Sipil. Pernikahan dihadapan pejabat yang berwenang, dalam hal ini Pegawai Catatan Sipil, menghasilkan catatan resmi tentang pernikahan tersebut yang disebut Akta Perkawinan. Ini adalah prosedur yang harus dipenuhi untuk melegalisasi status pernikahan menurut hukum negara. Pemberkatan di gereja atau upacara keagamaan lainnya dapat memiliki makna secara spiritual dan agama bagi pasangan yang menikah, namun secara hukum, pemberkatan tersebut tidak mempengaruhi status sahnya pernikahan. Jadi, meskipun upacara di gereja dilakukan, pernikahan secara hukum tetap dianggap sah setelah dilakukan pendaftaran di Kantor Catatan Sipil dan mendapatkan Akta Perkawinan. Dalam skenario di mana pernikahan hanya didaftarkan di Kantor Catatan Sipil tanpa adanya pemberkatan di gereja atau upacara keagamaan lainnya, pernikahan tersebut tetap dianggap sah secara hukum selama prosedur pernikahan di catatan sipil dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Penting untuk diingat bahwa upacara di gereja atau upacara keagamaan lainnya tidak menggantikan prosedur pendaftaran di Kantor Catatan Sipil. Jadi, agar sebuah pernikahan diakui secara sah dan sah secara hukum, prosedur pendaftaran di Catatan Sipil tetap harus dilakukan meskipun telah dilakukan pemberkatan di gereja. Demikianlah penjelasan mengenai pentingnya pendaftaran pernikahan di Kantor Catatan Sipil untuk mengakui pernikahan secara sah dan sah secara hukum di Indonesia. Jadi, baik pemberkatan di gereja maupun upacara keagamaan lainnya tetap harus diikuti dengan pendaftaran resmi di Kantor Catatan Sipil agar pernikahan diakui secara sah dan sah secara hukum.
Thessa V. S / 2110185 Bagaimana dampak pernikahan beda agama terhadap hubungan antar agama? Apakah agama tersebut mendapatkan toleran pada pernikahan agama coba pemakalah jelaskan
Saya akan menjawab pertanyaan saudari tesa Pernikahan antar agama dapat memiliki dampak yang kompleks terhadap hubungan antaragama di masyarakat. Meskipun dalam banyak kasus pernikahan beda agama bisa menjadi contoh nyata dari toleransi dan kerukunan antarumat beragama, namun juga bisa menimbulkan tantangan dan gesekan tergantung pada konteks budaya, nilai-nilai, dan pandangan agama yang ada. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi: 1. Toleransi dan Kerukunan: Pernikahan beda agama dapat menjadi contoh nyata dari toleransi, saling menghormati, dan kerukunan antaragama. Pasangan yang memiliki keyakinan agama yang berbeda namun tetap memilih untuk saling mencintai dan menghormati satu sama lain bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitar untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dan kerukunan agama. 2. Dialog Antaragama: Pernikahan beda agama juga dapat memicu dialog dan diskusi yang lebih terbuka tentang perbedaan agama di antara komunitas agama yang berbeda. Pasangan yang memilih untuk menikah dengan keyakinan agama yang berbeda mungkin perlu berkomunikasi dengan lebih baik untuk memahami keyakinan dan praktik agama masing-masing, yang pada gilirannya dapat membuka jalan untuk lebih banyak komunikasi antaragama di masyarakat. 3. Tantangan dan Prejudice: Meskipun ada potensi untuk memperkuat toleransi dan kerukunan antaragama, pernikahan beda agama juga bisa menghadapi tantangan dan prasangka dari masyarakat sekitar. Ada kemungkinan bahwa pasangan ini akan menghadapi diskriminasi atau pengucilan dari keluarga atau komunitas mereka karena pilihan mereka untuk menikah dengan agama yang berbeda. 4. Pengaruh pada Anak: Pernikahan beda agama juga dapat memiliki dampak pada pendidikan agama anak-anak dari pasangan tersebut. Mereka mungkin dihadapkan pada tantangan dalam memilih agama apa yang akan diajarkan kepada anak-anak mereka, atau bagaimana mereka akan memperkenalkan nilai-nilai agama yang berbeda dengan hormat kepada anak-anak mereka. 5. Kesempatan untuk Belajar: Pernikahan beda agama juga dapat menjadi kesempatan bagi individu untuk belajar lebih banyak tentang keyakinan agama yang berbeda dan memperluas pemahaman mereka tentang keberagaman agama. Hal ini bisa melahirkan rasa saling menghormati dan saling memahami di antara penganut agama yang berbeda. Dalam konteks toleransi pada pernikahan antar agama, hal tersebut tergantung pada bagaimana masyarakat dan individu-individu dalam masyarakat tersebut meresponsnya. Toleransi adalah sikap saling menghormati dan mendukung perbedaan, termasuk dalam hal pernikahan beda agama. Jika masyarakat dapat menerima pernikahan beda agama dengan sikap terbuka dan menghormati pilihan individu, maka hal tersebut bisa menjadi contoh positif dari toleransi agama. Namun, jika masyarakat merespons pernikahan beda agama dengan prasangka, diskriminasi, atau ketidakmenerimaan, maka hal itu dapat menciptakan ketegangan dalam hubungan antaragama. Penting bagi masyarakat untuk membangun kesadaran akan pentingnya toleransi, saling menghormati, dan kerukunan antaragama dalam menghadapi fenomena pernikahan beda agama. Dengan tetap membuka komunikasi, saling menghormati, dan memperkuat nilai-nilai toleransi, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kerukunan antaragama, termasuk dalam konteks pernikahan beda agama.
Nama : Kelvin Voorider Panggabean Nim : 2110176 1. Bagaimana sikap etika mengenai persyaratan konversi agama untuk menikah dengan pasangan dari agama yang berbeda? Apakah hal tersebut dianggap sebagai pilihan yang bebas atau sebagai tekanan terhadap kebebasan beragama, menurut pandangan pembicara?
Saya akan menjawab pertanyaan saudara Kelvin Pertanyaan tentang persyaratan konversi agama dalam pernikahan beda agama sering kali merupakan topik yang kompleks dan membutuhkan pemikiran yang cermat dalam konteks etika dan kebebasan beragama. Pandangan pembicara dapat bervariasi tergantung pada nilai-nilai dan keyakinan individual, namun secara umum, beberapa poin yang bisa dipertimbangkan adalah: 1. Kebebasan Beragama: Kunci dalam membahas persyaratan konversi agama dalam pernikahan adalah mempertimbangkan kebebasan beragama setiap individu. Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan menjalankan keyakinan agamanya sesuai dengan kehendaknya sendiri. Dalam konteks pernikahan, memaksa salah satu pihak untuk mengkonversi agamanya demi memenuhi persyaratan tertentu bisa dianggap sebagai bentuk pelanggaran terhadap kebebasan beragama. 2. Kesetaraan dan Penghargaan Terhadap Perbedaan: Penting untuk menghormati dan menghargai perbedaan keyakinan agama antara dua individu yang ingin menikah. Persyaratan konversi agama dapat melanggar prinsip kesetaraan dan penghargaan terhadap diversitas agama dalam masyarakat. 3. Komitmen dan Kesepakatan Bersama: Dalam kasus pernikahan beda agama, penting untuk mempertimbangkan komitmen dan kesepakatan bersama antara kedua pasangan. Konversi agama haruslah menjadi keputusan yang diambil secara sadar dan bersedia dari diri sendiri, bukan atas tekanan dari pihak lain. 4. Dialog dan Negosiasi: Sebaiknya pasangan yang memiliki perbedaan agama membuka ruang untuk dialog dan negosiasi tentang bagaimana mereka akan menjalani kehidupan beragama mereka setelah menikah. Mencari titik temu yang memungkinkan bagi keduanya untuk tetap mempraktikkan keyakinan agamanya tanpa harus merasa terancam atau diintimidasi. 5. Menghormati Toleransi Agama: Dalam masyarakat yang multikultural, penting untuk menghormati dan mendorong toleransi antaragama. Memahami dan menghargai keyakinan agama individu tanpa merendahkan nilai-nilai tersebut merupakan langkah penting dalam menciptakan harmoni dan kerukunan antarumat beragama. Dalam konteks etika, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki hak untuk memilih keyakinan agamanya tanpa ada tekanan dari pihak lain. Persyaratan konversi agama dalam pernikahan bisa dianggap sebagai bentuk tekanan terhadap kebebasan beragama jika dilakukan tanpa kesadaran dan keinginan yang baik dari individu yang bersangkutan. Penting bagi pasangan yang berencana untuk menikah dengan perbedaan agama untuk membahas secara terbuka tentang harapan, perspektif, dan komitmen mereka terkait dengan masalah ini. Dengan berkomunikasi secara jujur, saling menghormati, dan memahami nilai-nilai etika, pasangan dapat menemukan cara yang sesuai untuk menjalani pernikahan mereka dengan menghormati kebebasan beragama masing-masing dan tanpa merasa terbebani oleh persyaratan konversi agama yang mungkin tidak sesuai dengan hati nurani mereka.
Saya Ika Sola Christin Sinaga, Nim 2110174. Saya ingin bertanya: Apakah ada tekanan dari keluarga atau lingkungan sekitar dalam menjalani pernikahan beda agama? Bagaimana cara menangani/mengatasi tekanan tersebut?
Saya akan menjawab pertanyaan saudari Ika Tekanan dari keluarga atau lingkungan sekitar memang seringkali menjadi salah satu tantangan dalam menjalani pernikahan beda agama. Berikut adalah beberapa cara untuk menangani atau mengatasi tekanan tersebut: 1. Komunikasi Terbuka: Hal yang paling penting dalam menghadapi tekanan dari keluarga atau lingkungan sekitar adalah dengan berkomunikasi secara terbuka dengan semua pihak yang terlibat. Jelaskan dengan jelas alasan dan tekad pasangan untuk menjalani pernikahan beda agama, dan berikan kesempatan bagi pihak lain untuk mengemukakan pendapat dan kekhawatiran mereka. 2. Berikan Penjelasan yang Jelas: Sampaikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar tentang komitmen pasangan dalam menjaga keharmonisan rumah tangga meskipun memiliki perbedaan agama. Berikan penjelasan yang jelas tentang bagaimana pasangan akan menyelesaikan perbedaan mereka dan mendukung satu sama lain dalam menjalani pernikahan ini. 3. Ajak Keluarga Bertemu dan Berinteraksi: Upayakan untuk mengundang keluarga dari kedua pihak untuk bertemu dan berinteraksi secara langsung. Dengan bertemu secara langsung, keluarga dapat lebih memahami dan merasa lebih nyaman dengan pasangan beda agama ini, sehingga bisa membantu mengurangi tekanan yang mungkin timbul. 4. Tetaplah Sabar dan Menghormati: Terkadang, tekanan dari keluarga atau lingkungan sekitar mungkin memerlukan waktu untuk mereda. Tetaplah sabar dan menghormati pendapat serta perasaan keluarga tanpa harus merasa terintimidasi. Berikan waktu bagi mereka untuk meresapi dan menerima pernikahan beda agama ini. 5. Dapatkan Dukungan dari Pihak Luar: Jika tekanan dari keluarga atau lingkungan sekitar terasa sangat berat, pasangan dapat mencari dukungan dari pihak luar seperti konselor pernikahan, tokoh agama yang mendukung, atau kelompok dukungan lainnya. Pendampingan dari pihak luar dapat membantu pasangan dalam mengatasi konflik dan tekanan yang muncul. 6. Pertahankan Komitmen dan Cinta: Di tengah situasi yang sulit, penting bagi pasangan untuk tetap mempertahankan komitmen dan cinta satu sama lain. Ingatlah mengapa awalnya memilih untuk bersama dan bagaimana membina hubungan yang sehat dan harmonis di tengah perbedaan agama. 7. Jaga Batas-batas yang Sehat: Meskipun penting untuk berkomunikasi dengan keluarga dan lingkungan sekitar, pasangan juga perlu menjaga batas-batas yang sehat dalam menangani tekanan dan ekspektasi dari pihak lain. Tentukan bersama cara terbaik untuk mengatasi tekanan tanpa merusak hubungan kalian sebagai pasangan. Memahami bahwa pernikahan beda agama memang akan menghadapi berbagai tantangan, termasuk tekanan dari keluarga atau lingkungan sekitar, adalah langkah awal yang penting. Dengan komunikasi yang baik, kesabaran, dan dukungan satu sama lain, pasangan dapat mengatasi tekanan tersebut dan menjalani pernikahan beda agama dengan penuh kebahagiaan dan keharmonisan.
Nama :. Lina Rahmawati Manik NIM : 2110178 Saya mau bertanya kepada kelompok 12 1. Mengapa masyarakat harus berperilaku toleransi. Apa pendapat kelompok saat melihat pemimpin narasumber saudari membiarkan adanya intoleransi? 2. Setiap pasangan yang sedang mabuk asmara tentu berharap jalinan cintanya berlanjut sampai pelaminan. Terkadang mereka siap saling berkorban apapun agar bisa hidup bersama. Atas dasar cinta, banyak pasangan yang sedang mabuk asmara tidak peduli segala hal selain bisa segera menikah. Bahkan, restu orang tua hingga aturan-aturan yang hidup serta berlaku di masyarakat pun tidak dipedulikan, jadi apa pendapat kelompok melihat ketika beda agama itu tidak persetujuan dari keluarga apa yang harus kelompok lakukan
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Lina 1. Mengapa masyarakat harus berperilaku toleransi? Perilaku toleransi sangat penting dalam menciptakan harmoni dan keberagaman dalam masyarakat. Ketika individu atau kelompok masyarakat dapat menerima perbedaan, baik itu dalam keyakinan, budaya, atau pandangan, maka terciptalah lingkungan yang inklusif dan damai. Toleransi membantu masyarakat untuk saling menghargai, bekerja sama, dan hidup berdampingan tanpa konflik yang tidak perlu. Saat seorang pemimpin atau narasumber tidak menunjukkan toleransi terhadap keberagaman, kelompok bisa merasa kecewa atau terancam, dan hal ini dapat merusak hubungan antara pemimpin dan kelompoknya, serta memicu ketegangan sosial yang lebih luas. 2. Mengenai pasangan yang berbeda agama dan pertentangan restu keluarga: Dalam kasus ketika pasangan memiliki perbedaan agama dan restu keluarga tidak diperoleh, penting bagi kelompok untuk melakukan pendekatan yang bijaksana dan empatik. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan: - Mendorong dialog terbuka antara pasangan dan keluarga, untuk saling memahami dan mencari solusi bersama. - Menghormati pandangan dan keputusan dari kedua belah pihak, serta mencari solusi yang menguntungkan bagi semua orang terlibat. - Menyuarakan nilai-nilai toleransi, kompromi, dan kesepakatan yang adil dalam memecahkan konflik. - Membantu pasangan untuk memahami implikasi dari pernikahan lintas agama, termasuk masalah hukum, sosial, dan spiritual yang mungkin timbul. - Mengingatkan pasangan untuk tetap mematuhi norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, namun juga mempertimbangkan kebahagiaan dan keselamatan pribadi mereka. Dalam situasi ini, penting untuk memahami bahwa setiap kasus dapat berbeda dan memerlukan pendekatan yang sesuai. Kelompok perlu mendukung pasangan tersebut dengan memberikan saran, bantuan, dan dukungan emosional agar mereka dapat menavigasi konflik dengan bijak dan memperjuangkan hubungan yang sehat dan harmonis.
Saya melihat vidio sayang 😂❤❤❤❤🎉
Gilbert simanjuntak/2010130 1.apa saja faktor yang dapat mempengaruhi persepsi etis mahasiswa dalam menghadapi konflik norma perkawinan beda agama
Saya akan menjawab pertanyaan saudara bg Gilbert Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi etis mahasiswa dalam menghadapi konflik norma perkawinan beda agama dapat bervariasi tergantung pada latar belakang sosial, budaya, dan pendidikan mereka. Berikut beberapa faktor yang mungkin memengaruhi persepsi etis mahasiswa dalam situasi tersebut: 1. **Nilai-nilai Agama dan Kepercayaan Pribadi**: Mahasiswa yang kuat nilainya pada agama masing-masing mungkin cenderung memiliki pandangan yang lebih konservatif terhadap perkawinan beda agama. Nilai-nilai keagamaan dan moral yang ditanamkan oleh keluarga atau lingkungan tempat mereka dibesarkan dapat memengaruhi cara mereka melihat konflik norma perkawinan beda agama. 2. **Pendidikan dan Kesadaran Multikultural**: Mahasiswa yang telah terpapar pada pendidikan multikultural mungkin lebih terbuka terhadap perbedaan dan lebih mampu memahami sudut pandang orang lain. Pendidikan mengenai toleransi, saling menghormati, dan diversitas agama bisa memberikan perspektif yang lebih luas dalam menghadapi konflik semacam ini. 3. **Pengalaman Pribadi dan Interaksi Sosial**: Pengalaman pribadi dalam berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang agama dapat membentuk cara pandang seseorang terhadap perkawinan beda agama. Jika mahasiswa memiliki pengalaman positif dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang dari agama lain, mereka mungkin cenderung lebih toleran dalam menangani konflik ini. 4. **Pengaruh Media dan Informasi**: Media massa dan informasi yang mereka akses juga dapat memengaruhi persepsi mahasiswa tentang perkawinan beda agama. Narasi yang disajikan oleh media tentang perkawinan beda agama dapat membentuk opini dan pandangan mahasiswa mengenai konflik norma yang ada. 5. **Pendekatan Moral dan Etika Personal**: Hal ini berkaitan dengan bagaimana mahasiswa memahami konsep etika dan moral dalam konteks perkawinan beda agama. Pendekatan moral yang mereka anut dapat memengaruhi keputusan etis yang mereka ambil dalam situasi semacam ini. 6. **Tekanan Sosial dan Keluarga**: Tekanan dari lingkungan sosial dan keluarga juga dapat memengaruhi persepsi mahasiswa dalam menghadapi konflik norma perkawinan beda agama. Harapan dan nilai-nilai yang ditekankan oleh keluarga atau teman-teman dekat bisa menjadi faktor penentu dalam memandang perkawinan beda agama. 7. **Konflik Internal dan Kesesuaian Diri**: Mahasiswa yang menghadapi konflik norma perkawinan beda agama mungkin juga mengalami konflik internal antara nilai-nilai pribadi dengan tekanan dari lingkungan sekitar. Kesesuaian diri dalam menghadapi konflik semacam ini bisa sangat memengaruhi persepsi etis mereka. 8. **Akses pada Sumber Pengetahuan dan Pemahaman**: Mahasiswa yang memiliki akses pada sumber pengetahuan dan informasi yang terpercaya mengenai isu perkawinan beda agama mungkin lebih mampu membuat keputusan etis yang rasional dan bertanggung jawab. Dalam menghadapi konflik norma perkawinan beda agama, penting bagi mahasiswa untuk mempertimbangkan berbagai faktor tersebut dengan bijak. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai etis, moral, dan keagamaan mereka sendiri, sambil tetap terbuka pada perspektif orang lain, dapat membantu mereka dalam menavigasi situasi yang kompleks seperti ini.
Saya Erwanda br. Ginting bertanya: Bagaimana gereja atau pimpinan jemaat menangani situasi di mana ada seorang jemaat atau pasangan pernikahan beda agama yang telah bergabung atau bergereja di tempat tersebut selama beberapa tahun, namun baru diketahui memiliki perbedaan agama dengan gereja atau jemaat tersebut?
Saya akan menjawab pertanyaan kak erwanda Dalam situasi di mana seorang jemaat atau pasangan pernikahan beda agama telah bergabung atau bergereja di suatu tempat ibadah selama beberapa tahun, namun baru diketahui memiliki perbedaan agama dengan gereja atau jemaat tersebut, gereja atau pimpinan jemaat biasanya akan mengambil langkah-langkah berikut: 1. Komunikasi Terbuka: Gereja atau pimpinan jemaat akan berupaya untuk mengadakan komunikasi terbuka dengan individu atau pasangan tersebut. Hal ini bertujuan untuk memahami latar belakang, alasan, dan keyakinan agama yang mereka anut. Komunikasi yang jujur dan terbuka dapat membantu membangun pemahaman dan saling menghormati antara kedua belah pihak. 2. Konseling Agama: Gereja atau pimpinan jemaat mungkin akan menawarkan sesi konseling agama untuk membahas konsekuensi dan implikasi dari perbedaan agama yang dimiliki. Konseling agama bisa membantu individu atau pasangan untuk memahami pandangan agama mereka masing-masing dan mencari solusi yang sesuai dengan keyakinan mereka. 3. Penyampaian Ajaran Agama: Gereja atau pimpinan jemaat akan menyampaikan ajaran agama secara lebih mendalam kepada individu atau pasangan yang memiliki perbedaan agama. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang keyakinan gereja atau jemaat, serta mendorong individu atau pasangan tersebut untuk merenungkan mengenai kesesuaian keyakinan mereka dengan ajaran gereja. 4. Bimbingan Rohani: Dalam kasus ini, gereja atau pimpinan jemaat juga bisa memberikan bimbingan rohani yang secara khusus membantu individu atau pasangan untuk mendalami iman dan mempertimbangkan konsekuensi berbagai pilihan yang mereka ambil terkait perbedaan agama yang dimiliki. 5. Pendekatan Fleksibel: Sementara gereja atau jemaat tetap memegang teguh ajaran agama yang diyakini, mereka juga dapat mengambil pendekatan yang fleksibel dalam menangani kasus perbedaan agama. Mereka dapat mencari solusi yang adil dan memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan individu atau pasangan tersebut, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip agama yang mereka pegang. 6. Pemantauan dan Pendampingan: Gereja atau pimpinan jemaat kemungkinan akan memantau perkembangan dan hubungan dengan individu atau pasangan yang memiliki perbedaan agama tersebut. Mereka juga bisa menawarkan pendampingan dan dukungan moral dalam proses penyesuaian dan pembahasan lebih lanjut terkait permasalahan tersebut. 7. Keputusan Bersama: Akhirnya, gereja atau pimpinan jemaat bersama individu atau pasangan yang bersangkutan dapat mencari solusi yang terbaik dalam situasi tersebut. Keputusan bisa diambil secara bersama-sama dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, kepentingan bersama, dan upaya menjaga kedamaian serta keharmonisan di dalam komunitas gereja atau jemaat. Dalam menangani situasi di mana ada perbedaan agama yang terungkap setelah beberapa waktu, penting bagi gereja atau pimpinan jemaat untuk tetap menjaga komunikasi terbuka, memberikan dukungan, dan menghormati martabat setiap individu. Dengan pendekatan yang bijaksana dan empatik, dapat diharapkan bahwa konflik yang timbul dapat diselesaikan dengan baik dan hubungan antar anggota jemaat tetap terjaga harmonis.
Eka Puspita Manurung/2010127 Dalam pernikahan beda agama yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana mereka melangsungkan akad (pemberkatan) pernikahan, mereka. Apakah mereka langsung ke kantor catatan sipil atau bagaimana? Dan apa saja tahapan pernikahan beda agama yg harus dilalui???
Saya akan menjawab pertanyaan kak eka Dalam pernikahan beda agama, terdapat beberapa tahapan yang dapat dilalui oleh pasangan tersebut sebelum melangsungkan akad nikah. Berikut adalah tahapan umum yang biasanya dilalui oleh pasangan dalam pernikahan beda agama: 1. Komunikasi dan Pemahaman: Sebelum memutuskan untuk menikah, penting bagi pasangan beda agama untuk mengkomunikasikan keyakinan, nilai-nilai, dan harapan masing-masing terkait pernikahan ini. Mereka perlu memahami secara mendalam tentang perbedaan agama yang mereka miliki dan sejauh mana mereka siap untuk menghadapinya. 2. Persetujuan Keluarga: Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga dari kedua pihak sangat penting dalam pernikahan beda agama. Pasangan perlu mendiskusikan rencana pernikahan ini dengan keluarga masing-masing, serta mendapatkan persetujuan dan dukungan dari mereka. 3. Konsultasi dengan Tokoh Agama: Pasangan dapat berkonsultasi dengan tokoh agama dari agama masing-masing untuk mendapatkan pandangan dan nasihat terkait pernikahan beda agama ini. Diskusi dengan tokoh agama dapat membantu pasangan memahami implikasi serta perannya dalam pernikahan beda agama. 4. Pelaksanaan Akad Nikah: Setelah mempertimbangkan semua hal di atas, pasangan dapat memutuskan untuk melangsungkan akad nikah sesuai dengan agama salah satu pasangan atau bahkan dapat dilakukan secara sipil di kantor catatan sipil. Penting untuk memahami persyaratan dan prosedur yang berlaku dalam pelaksanaan akad nikah sesuai dengan hukum negara dan agama yang bersangkutan. 5. Perayaan Pernikahan: Pasangan juga perlu mempertimbangkan bagaimana mereka akan merayakan pernikahan mereka setelah akad nikah dilangsungkan. Apakah akan dilakukan perayaan keagamaan yang memadukan dua agama, perayaan yang netral secara agama, atau pun perayaan yang bersifat pribadi hanya untuk keluarga terdekat. 6. Kesepakatan Bersama: Sebelum melangsungkan akad nikah, pasangan perlu merumuskan kesepakatan bersama terkait berbagai hal penting dalam pernikahan beda agama, seperti bagaimana pilihan agama anak-anak, bagaimana mempertahankan keharmonisan rumah tangga, serta bagaimana menghormati dan mendukung keyakinan agama masing-masing. 7. Pendampingan dan Bimbingan: Dalam proses persiapan pernikahan beda agama, pasangan dapat mencari bimbingan atau pendampingan dari tokoh agama, konselor pernikahan, atau kelompok dukungan lainnya. Pendampingan dan bimbingan dapat membantu pasangan mengatasi perbedaan dan konflik yang mungkin timbul dalam pernikahan beda agama. 8. Penerimaan dari Komunitas Agama: Pada beberapa kasus, pasangan beda agama mungkin perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi reaksi dari komunitas agama masing-masing terkait pernikahan mereka. Mereka perlu membuka dialog dengan komunitas agama dan menjelaskan alasan serta tekad mereka untuk menjalani pernikahan ini. Setiap pasangan yang memutuskan untuk menikah beda agama akan menghadapi tantangan dan kompleksitas tersendiri. Namun, dengan komunikasi yang baik, pengertian, dan komitmen yang kuat dari kedua belah pihak, pernikahan beda agama juga dapat menjadi jalan yang penuh keragaman dan kebahagiaan bagi pasangan tersebut.
Yohanes marchel/2110188 Saya ingin bertanya : 1.Bagaimana pernikahan beda agama dipandang oleh komunitas agama masing-masing pasangan? Apakah ada implikasi sosial atau agama yang perlu dipertimbangkan? 2.Bagaimana memastikan bahwa keputusan untuk menikah beda agama didasarkan pada cinta dan komitmen yang sehat, bukan dipengaruhi oleh tekanan sosial, keluarga, atau faktor eksternal? 3.Bagaimana mempertimbangkan kesejahteraan anak dalam pernikahan beda agama? Apakah ada kekhawatiran tentang konflik nilai-nilai atau kebingungan identitas yang dapat mempengaruhi perkembangan anak?
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudara Yohanes 1. Pernikahan Beda Agama dalam Pandangan Komunitas Agama Pernikahan beda agama sering kali dipandang beragam oleh komunitas agama masing-masing pasangan. Beberapa komunitas agama mungkin menerima pernikahan beda agama dengan toleransi dan terbuka terhadap pilihan individual, sementara yang lain mungkin memiliki pandangan yang lebih tradisional dan menolak pernikahan antar agama. Implikasi sosial dan agama yang perlu dipertimbangkan dapat meliputi: - **Reaksi Komunitas:** Pasangan yang menikah beda agama mungkin menghadapi tekanan dari komunitas agama masing-masing. Reaksi bisa beragam, mulai dari dukungan hingga penolakan atau isolasi sosial. - **Pertimbangan Keagamaan:** Beberapa agama memiliki aturan dan tradisi yang ketat terkait pernikahan, termasuk larangan menikah dengan orang dari agama lain. Hal ini dapat menimbulkan konflik internal dan eksternal bagi pasangan. - **Pemahaman dan Penerimaan:** Penting bagi pasangan untuk memahami perspektif agama masing-masing dan berkomunikasi secara terbuka untuk mengatasi perbedaan pandangan yang mungkin muncul. 2. Memastikan Pernikahan Beda Agama Didasarkan pada Cinta dan Komitmen yang Sehat Untuk memastikan keputusan untuk menikah beda agama didasarkan pada cinta dan komitmen yang sehat, tanpa dipengaruhi oleh tekanan eksternal, pertimbangkan langkah-langkah berikut: - **Komunikasi Terbuka:** Pasangan perlu berbicara secara terbuka tentang nilai-nilai, keyakinan, dan harapan mereka terkait pernikahan beda agama. Kesadaran akan motivasi di balik pilihan ini penting untuk memastikan keputusan didasarkan pada cinta dan komitmen yang sejati. - **Konseling Pranikah:** Mengikuti sesi konseling pranikah dengan profesional dapat membantu pasangan menjelajahi aspek-aspek penting dalam hubungan dan memastikan bahwa keputusan menikah didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang satu sama lain. - **Mendorong Kebebasan Individu:** Penting bagi kedua pasangan untuk merasa bebas dalam membuat keputusan pernikahan mereka tanpa tekanan dari pihak manapun. Kedewasaan dan kemandirian emosional dalam membuat keputusan ini dapat memperkuat fondasi hubungan. 3. Kesejahteraan Anak dalam Pernikahan Beda Agama Kesejahteraan anak dalam pernikahan beda agama menjadi perhatian penting. Beberapa pertimbangan yang perlu dipertimbangkan termasuk: - **Konflik Nilai:** Anak dalam pernikahan beda agama mungkin terpapar pada nilai-nilai dan praktik agama yang berbeda, sehingga penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dimana anak dapat memahami dan menghargai kedua agama orang tua. - **Identitas Anak:** Orang tua harus berkomitmen untuk memahami identitas agama dan budaya anak dalam kerangka pernikahan beda agama. Memberikan dukungan emosional, edukasi, dan kesempatan bagi anak untuk menjelajahi keyakinan mereka penting untuk perkembangan identitas anak. - **Komunikasi dan Kesepakatan:** Diskusi terbuka antara orang tua tentang pendidikan agama dan nilai-nilai yang diberikan kepada anak merupakan langkah krusial untuk mencegah konflik nilai dan mempromosikan pemahaman yang inklusif. Penting untuk memahami bahwa setiap pernikahan dan situasi beda agama memiliki tantangan dan keuntungan sendiri. Komitmen, kesabaran, dan komunikasi yang baik antara pasangan sangat diperlukan untuk mengatasi hambatan dan memastikan kesejahteraan keluarga dalam jangka panjang.
Yacob Junyanto/2010152 Saya ingin bertanya: 1. Apakah larangan pernikahan antar agama didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang obyektif dan universal, ataukah itu lebih merupakan aturan yang ditetapkan oleh lembaga keagamaan tertentu? 2. Bagaimana tanggapan etika terhadap kemungkinan adanya konversi agama sebagai syarat untuk menikah antar agama? Apakah itu dianggap sebagai pilihan yang bebas atau dipandang sebagai pengekangan terhadap kebebasan beragama? 3. Bagaimana kita mencari solusi yang adil dan bermartabat untuk mengatasi larangan pernikahan antar agama?
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudara bang Yacob 1. Larangan pernikahan antar agama umumnya didasarkan pada ajaran agama tertentu, sehingga lebih merupakan aturan yang ditetapkan oleh lembaga keagamaan daripada prinsip-prinsip etika universal. Dalam konteks agama-agama yang melarang pernikahan antar agama, hal ini biasanya bukanlah terkait dengan prinsip-prinsip moral universal, tetapi lebih merupakan bagian dari ajaran dan nilai-nilai keagamaan spesifik. 2. Mengenai konversi agama sebagai syarat untuk menikah antar agama, tanggapan etika dapat bervariasi. Beberapa pandangan mungkin melihat konversi sebagai pilihan yang bebas, di mana individu secara sadar memilih untuk mengubah keyakinan agamanya demi kebahagiaan bersama dalam pernikahan. Namun, pandangan lain mungkin menganggap konversi sebagai pengekangan terhadap kebebasan beragama, karena dipaksa atau ditekan untuk mengubah keyakinan agamanya. 3. Untuk mencari solusi yang adil dan bermartabat mengenai larangan pernikahan antar agama, penting untuk mempertimbangkan nilai-nilai seperti kesetaraan, kebebasan, dan penghormatan terhadap keyakinan agama masing-masing individu. Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain adalah adanya dialog antar agama untuk mencari pemahaman bersama, memperkuat hukum yang mengakui hak-hak individu dalam memilih pasangan hidup tanpa diskriminasi agama, atau juga upaya pendidikan dan toleransi agama di masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang inklusif.
Nama: Margaretha Togatorop Nim: 2010140 Saya ingin bertanya kepada kelompok 12 1. Apakah ada hambatan/ permasalahan lain yang ditemukan jikalau melakukan pernikahan beda agama, selain hambatan/ masalah dlm mengurus administrasi negara, jika ada tolong sebutkan 2. Jikalau suatu saat kelompok menemukan hal yang demikian di pelayanan, ketika anda sudah menjadi seorang pendeta apakah yang akan saudara & saudari lakukan? 3. Apakah saudara/i akan tetap memberkati pernikahan mereka? Berikan alasannya.
Baiklah saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Margaret 1. Selain hambatan administrasi negara, beberapa masalah yang mungkin muncul dalam pernikahan beda agama termasuk perbedaan keyakinan dan praktik keagamaan yang dapat menimbulkan konflik atau ketegangan dalam hubungan, kesulitan dalam merencanakan perayaan keagamaan bersama, serta reaksi negatif dari keluarga atau masyarakat yang tidak mendukung pernikahan lintas agama. 2. Jika suatu kelompok menemui masalah dalam pelayanan terkait pernikahan beda agama, sebagai pendeta, saya akan berusaha untuk mendengarkan dengan empati dan memahami perspektif serta kebutuhan mereka. Saya akan berusaha memberikan dukungan dan bimbingan spiritual yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan yang saya anut, namun tetap menjunjung tinggi keberagaman dan menghormati pilihan individu. 3. Jika saya sebagai pendeta dihadapkan pada situasi pernikahan beda agama, sejauh saya dapat memberkati pernikahan mereka dengan tulus dan penuh kasih, saya akan melakukannya. Saya percaya bahwa cinta dan komitmen antara dua individu tidak harus terhalang oleh perbedaan agama, dan sebagai seorang pendeta, saya ingin mendukung dan mendoakan mereka dalam membangun hubungan yang kokoh dan berkelanjutan. Pemberkatan pernikahan juga dapat menjadi sarana untuk membawa kedamaian, kesatuan, dan kebahagiaan bagi pasangan tersebut serta mempererat ikatan cinta di antara mereka.
Nama : Lina Rahmawati Manik NIM : 2110178 Mengapa dapat terjadi sengketa dalam perdamaian per masalah pewarisan Meskipun telah disepakati adanya pembagian warisan?Dan pemakalah mengatakan kepada narasumber saudara kedalam suku Karo harus anak laki-laki, Apakah akibat hukum terhadap pembagian warisan apabila para ahli waris menyatakan menolak warisan ?
Kami kelompok akan menjawab pertanyaan dari saudari Lina yaitu, Sengketa dalam pembagian warisan bisa terjadi meskipun sudah ada kesepakatan pembagian dikarenakan berbagai faktor, seperti perbedaan interpretasi terhadap perjanjian pembagian, perasaan ketidakadilan, ambisi pribadi, ketidaktahuan akan aturan hukum, dan masalah emosional antar ahli waris. Misalnya, ada yang merasa porsi warisan yang diterima tidak adil, ada yang merasa haknya terabaikan, atau ada yang tidak puas dengan penjelasan pembagian dari pihak lain. Selain itu, permasalahan psikologis seperti dendam keluarga, perasaan saling curiga, dan konflik personal juga bisa memperburuk situasi. Dalam masyarakat suku Karo, biasanya terdapat kepercayaan atau tradisi tertentu terkait turun-temurun dalam pewarisan warisan, seperti keyakinan bahwa warisan harus diwariskan kepada anak laki-laki. Namun, dalam konteks hukum modern, aturan hukum negara biasanya juga mengatur mengenai hukum waris secara lebih formal, seperti diatur dalam Undang-Undang Warisan di Indonesia. Menurut undang-undang waris di Indonesia, hak untuk menerima warisan seharusnya tidak dibatasi berdasarkan jenis kelamin, melainkan berdasarkan hubungan kekerabatan dengan pewaris yang meninggal. Apabila para ahli waris menyatakan menolak warisan, maka akan terjadi pengaturan lebih lanjut yang diatur dalam hukum perundang-undangan. Biasanya, apabila ahli waris menolak warisan, maka hak mereka atas warisan tersebut akan beralih kepada ahli waris lain yang memenuhi syarat atau mendapatkan bagian lebih besar dari warisan yang semula. Proses ini dibatasi oleh undang-undang yang berlaku dan prosedur yang harus diikuti. Dalam konteks sengketa pewarisan, penting untuk mencari penyelesaian yang adil dan mengikuti proses hukum yang berlaku. Jika terjadi sengketa yang tidak bisa diselesaikan secara damai, maka pihak yang bersengketa bisa meminta bantuan dari pihak ketiga, seperti mediator atau pengacara, untuk membantu menyelesaikan perselisihan dengan cara yang adil dan berkeadilan. Langkah-langkah hukum yang jelas dan pengelolaan emosi yang baik juga penting dalam menyelesaikan sengketa pewarisan ini.
Jangan selalu menjelekkan satu sama lain
Vebrian Amos B Sinaga/2110187 Setiap budaya pasti memiliki konteks masing² begitu juga pembagian harta, pertanyaanya menurut pemakalah apakah budaya dalam pembagian harta ini perlu ditransformasi, atau malah menghilangkan tradisi budaya tersebut, toh pihak perempuan juga akan mendapatkan juga dari suaminya bukan kah itu baik?
Menurut kami kalau menghilangkan tidak karna kan walaupun begitu anak perempuan tetap mendapatkan warisan dari orang tua. Dan sesuai dengan yang telah kita ketahui bahwa walaupun kelak anak perempuan menikah dan mendapatkan bagian dari suaminya menurut kelompok kami tetap hak dari orang tua si perempuan itu mendapat harta dari orang tuanya
Erwanda Br Ginting Dalam video dijelaskan yang menjadi saksi ataupun yang mendamaikan ialah anak beru dalam pembagian harta warisan. Yang menjadi pertanyaan saya ialah, apakah anak beru saja yang menjadi saksi dalam pembagian harta warisan tersebut atau adakah yang lain yang ikut menjadi saksi.
Yang menjadi saksi dalam pembagian harta warisan tersebut tidak hanya anak beru saja namun didalam permasalahan tersebut yang bertanggung jawab dan yang dapat memberikan keputusan itu adalah anak beru maka dari itu anak beru yang kami hadirkan untuk dapat kami wawancarai
Eka Puspita Manurung/2010127 Berbicara tentang pembagian warisan, yang ingin saya tanyakan ialah bagaimana jikalau dalam keluarga tidak memiliki anak laki-laki dan hanya memiliki anak perempuan. Jadi pembagian hartanya diserahkan semuanya kepada anak perempuan atau bagaimana???
Menurut kelompok kami jika dalam satu keluarga tidak memiliki anak laki-laki dan hanya memiliki anak perempuan pembagian harta tetap dilakukan dengan membagi rata sebagai mana yang telah dilakukan karna kan memang tidak ada laki-laki jadi harta dibagi ya kepada anak perempuan saja.
Chindi Septania Sinaga / 2110163 Bagaimana kita dapat mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya etika perdamaian dan bagaimana hal ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari??
Kalau berbicara mengenai kesadaran yaitu kita harus memberi paham bahwa anak perempuan juga adalah berhak mendapatkan hak yang sama karena kan seperti yang telah di ungkap kan ibu yang telah kami wawancarai bahwasanya anak perempuan juga sangat berperan penting karna kan seandainya orang tua kenapa kenapa kan anak perempuan yang bisa dikatakan berperan penting dan memperdulikan orang tua tersebut. Jadi harus di katakan bahwa anak perempuan dan anak laki-laki adalah sama
Saya akan menambahi jawaban dari kelompok kami yaitu, Untuk mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya etika perdamaian, kita dapat melakukan beberapa langkah yang konkret dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa dilakukan: 1. Pendidikan dan Informasi: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya etika perdamaian melalui program-program pendidikan formal dan non-formal. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye penyuluhan, seminar, workshop, atau pembentukan kelompok diskusi mengenai perdamaian dan toleransi. Dengan memiliki pemahaman yang lebih luas tentang pentingnya perdamaian, masyarakat akan lebih sadar akan etika yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Contoh Teladan: Menyebarkan contoh-contoh teladan dari tokoh-tokoh yang menganut nilai etika perdamaian dalam tindakan dan perilaku sehari-hari. Inspirasi dari individu atau kelompok yang sudah sukses dalam menerapkan etika perdamaian dapat memberikan dorongan bagi masyarakat untuk mengikuti jejak mereka. 3. Media Sosial dan Online: Memanfaatkan media sosial dan platform online sebagai sarana untuk menyebarkan informasi dan pesan mengenai pentingnya etika perdamaian. Melalui kampanye online, cerita inspiratif, dan informasi yang mudah diakses, kita dapat menjangkau lebih banyak orang dan membantu memperkuat kesadaran akan betapa pentingnya etika perdamaian dalam kehidupan sehari-hari. 4. Pembentukan Komunitas: Mendorong terbentuknya komunitas-komunitas atau kelompok-kelompok kecil yang memiliki fokus pada nilai etika perdamaian. Dalam komunitas ini, anggota dapat saling mendukung dan memotivasi untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dalam berinteraksi dengan sesama. 5. Kolaborasi dan Dialog: Menggalang kerjasama antara berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat, lembaga pendidikan, pemerintah, dan swasta untuk bersama-sama mempromosikan nilai etika perdamaian. Melalui dialog dan kolaborasi, kita dapat menciptakan momentum yang lebih kuat untuk mengubah budaya dan sikap masyarakat terhadap perdamaian. 6. Pelatihan dan Workshop: Mengadakan pelatihan dan workshop mengenai pemahaman konflik, penyelesaian konflik, dan kemampuan komunikasi yang efektif. Dengan meningkatkan keterampilan dalam penyelesaian konflik secara damai, masyarakat akan lebih mampu menghadapi perbedaan pendapat dan konflik tanpa harus resort ke kekerasan. 7. Menghargai Keanekaragaman: Mendorong apresiasi terhadap keberagaman budaya, agama, dan sudut pandang di masyarakat. Dengan menghargai perbedaan dan memahami bahwa keberagaman merupakan kekayaan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan damai. Implementasi etika perdamaian dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan melalui langkah-langkah konkret seperti: 1. Berlatih Empati: Menempatkan diri pada posisi orang lain dan berusaha memahami perasaan dan pikiran mereka. Dengan memiliki empati yang kuat, kita akan lebih cenderung untuk menghargai perbedaan dan menghindari konflik yang tidak perlu. 2. Mengedepankan Komunikasi yang Positif: Berkomunikasi secara terbuka, jujur, dan menghormati pendapat orang lain. Hindari ujaran yang provokatif atau mengandung kebencian, dan selalu berusaha untuk mencari titik temu dalam setiap pembicaraan. 3. Menjaga Hati dan Pikiran Positif: Melepas ego dan emosi negatif untuk menciptakan ruang bagi pemikiran yang damai dan konstruktif. Dengan menjaga hati dan pikiran positif, kita akan lebih mampu menghadapi konflik dengan sikap bijaksana dan tenang. 4. Menyebarkan Kasih dan Kebaikan: Berbuat kebaikan kepada sesama tanpa pamrih dan dengan tulus. Tindakan kecil seperti memberi senyuman, menolong orang yang membutuhkan, atau sekadar memberikan dukungan moral dapat membantu menciptakan lingkungan yang penuh kasih di sekitar kita. 5. Menjadi Pelopor Perdamaian: Mengambil inisiatif untuk menyelesaikan konflik secara damai dan menyebarkan pesan perdamaian di lingkungan sekitar. Dengan menjadi pelopor perdamaian, kita dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi orang lain untuk mengikuti jejak positif yang kita lakukan. Dengan melakukan langkah-langkah ini secara konsisten dan berkelanjutan, kita dapat membantu membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya etika perdamaian dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, toleran, dan damai bagi generasi mendatang.
Yacob Junyanto/2010152 Pertanyaan saya, mengapa terdapat perbedaan dalam pemberian warisan antara anak laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Suku Karo? dan apakah ada contoh di mana masyarakat Suku Karo telah berhasil mengatasi ketidakmerataan warisan dan mencapai kesetaraan gender dalam hal warisan? Tks
Karna sistem dalam adat Karo itu masih sangat kental dengan sistem Patriarki dimana karna anak laki laki itu yang meneruskan marga begitu.
berupun harus tau juga tentang hukum peradatan pembagian warisan fan harus ditunjukkan dasar hukumnya
Nama: Margaretha Togatorop Nim: 2010140 Saya ingin bertanya kepada kelompok 10. 1. Apakah keunikan dan juga apa yang dapat membedakan pembagian tanah warisan dalam suku Karo dengan suku- suku lainnya, seperti misalnya dalam suku Batak Toba, Simalungun, dan Nias? 2. Lalu apa yang akan anggota kelompok lakukan sebagai seorang teolog di dalam mememberikan pemahaman yang baru jika menjumpai sebuah kasus yang seperti ini, Ada keluarga yang orang tua yang sudah lama terbaring sakit di tempat tidur, dan yang mengurus orang tua mereka adalah anak perempuannya, bukan anaknya laki-laki nya . Kemudian si anak laki-lakinya secara tiba-tiba datang dan meminta hak warisannya dan mengambil harta warisannya dengan tidak sebanding dengan apa yang dilakukan oleh si anak perempuan. 3. dan apakah dalam kasus yang seperti ini, pembagian ini sudah dapat dikatakan sebanding? 4. Lalu bagaimana pembagian tanah warisan dalam suku Karo ini, jika memiliki dua anak laki-laki atau bahkan lebih, apakah itu akan merata, atau atau tidak?
Kelompok kami akan menjawab pertanyaan dari saudari Margaret, yaitu 1. Pembagian tanah warisan dalam suku Karo memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari suku-suku lainnya seperti suku Toba, Simalungun, dan Nias. Di suku Karo, pembagian tanah warisan dilakukan berdasarkan sistem turun temurun yang disebut dengan "pecah adat". Artinya, tanah warisan dibagi menjadi delapan bagian yang sama besar antara anak laki-laki dan perempuan. Sistem ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan dan keadilan antara ahli waris.Dalam suku Karo, tanah diwariskan dari generasi ke generasi dan setiap anggota keluarga memiliki hak kepemilikan tanah yang sama besarnya. Tanah tersebut tidak boleh dijual ke pihak luar, tetapi hanya bisa diwariskan kepada anggota keluarga sendiri. Pembagian tanah warisan ini juga mencerminkan adat dan tradisi yang kuat dalam masyarakat suku Karo sehingga mempertahankan hubungan kekerabatan antar anggota keluarga. Namun, di suku Toba, pembagian tanah warisan cenderung lebih condong ke pihak laki-laki dan terjadi dalam bentuk tanah tunggal yang diwariskan kepada anak laki-laki tertua. Sedangkan di suku Simalungun, pembagian tanah warisan juga lebih cenderung ke pihak laki-laki namun dengan beberapa perbedaan dalam sistem pewarisan tergantung dari adat dan kebiasaan masing-masing sub-suku di dalamnya. Sedangkan di suku Nias, pembagian tanah warisan sering kali lebih kompleks dan melibatkan proses adat yang rumit serta bersifat komunal. Tanah di Nias sering dikelompokkan berdasarkan wilayah atau desa tertentu, dan pembagian warisan sering kali dilakukan dalam bentuk yang lebih luas yang melibatkan seluruh komunitas atau klan dalam suku tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap suku memiliki sistem dan keunikan dalam pembagian tanah warisan yang mencerminkan nilai-nilai budaya, tradisi, dan tatanan sosial masyarakat suku tersebut. 2. Seorang teolog dalam situasi seperti ini akan berusaha memberikan pemahaman yang baru dengan menggali nilai-nilai etika dan moral dalam agama serta mempertimbangkan konteks kasus spesifik tersebut. Dalam pandangan teologi, penerapan nilai-nilai kasih sayang, keadilan, tanggung jawab, dan penghormatan terhadap orang tua akan menjadi pokok pembahasan dalam menyelesaikan konflik warisan yang kompleks ini. Pertama-tama, seorang teolog akan menyoroti nilai-nilai kasih sayang dan pengabdian yang diberikan oleh anak perempuan kepada orang tuanya yang sakit. Hal ini dapat menjadi landasan untuk mempertimbangkan dengan serius peran dan kontribusi anak perempuan dalam merawat orang tua yang sakit, serta menghargai jerih payah dan dedikasi yang telah diberikan. Kemudian, teolog juga akan menekankan pentingnya nilai keadilan dalam pembagian warisan. Meskipun dalam beberapa tradisi mungkin anak laki-laki dianggap sebagai pewaris utama, namun dalam kasus ini teolog dapat mendiskusikan konsep keadilan yang lebih luas yang tidak hanya didasarkan pada gender, tetapi juga pada pengorbanan, pengabdian, dan tanggung jawab nyata yang telah ditunjukkan oleh anak perempuan. Dalam pemaparannya, seorang teolog juga dapat menyoroti nilai-nilai tolong-menolong dan saling membantu antar sesama saudara. Anak laki-laki seharusnya mempertimbangkan dengan cermat bahwa pengabdian yang telah dilakukan oleh saudara perempuannya tidak boleh diabaikan begitu saja dalam tuntutan warisan. Teolog juga mungkin akan menjelaskan bahwa agama sering kali mengajarkan tentang pentingnya sikap pengampunan, perdamaian, dan penerimaan terhadap perbedaan. Dalam kasus ini, penting bagi semua pihak untuk membuka dialog, mendengarkan, dan mencari solusi yang adil dan berkelanjutan tanpa merugikan pihak lain. Terakhir, seorang teolog juga dapat memberikan pandangan tentang pentingnya refleksi diri, introspeksi, dan pertobatan sebagai bagian dari proses penyelesaian konflik ini. Mungkin anak laki-laki perlu merenungkan motivasinya dalam menuntut warisan tersebut, apakah berasal dari kebutuhan riil atau hanya karena faktor material semata. Dalam menghadapi kasus-kasus seperti ini, seorang teolog bertujuan untuk memberikan pandangan yang holistik, mempertimbangkan berbagai aspek moral, spiritual, dan emosional dalam penyelesaian konflik serta mempromosikan nilai-nilai keadilan, kasih sayang, pengorbanan, dan perdamaian dalam konteks yang relevan dan spesifik. 3. Dalam kasus ini, di mana seorang anak perempuan telah mengurus orang tua yang sakit dalam jangka waktu yang lama dan anak laki-laki secara tiba-tiba datang meminta bagian waris yang tidak sebanding dengan kontribusi yang telah dilakukan oleh anak perempuan, dapat dikatakan bahwa pembagian warisan yang diminta oleh anak laki-laki tersebut mungkin tidak sebanding dengan kontribusi nyata yang telah diberikan oleh anak perempuan. Pertama-tama, kita perlu mempertimbangkan nilai pengorbanan dan pengabdian yang telah ditunjukkan oleh anak perempuan dalam merawat orang tua yang sakit. Proses merawat dan mengurus orang yang sakit dapat melibatkan banyak pengorbanan, baik secara emosional, fisik, maupun finansial. Jika anak perempuan telah meluangkan waktu, tenaga, dan sumber daya secara signifikan untuk merawat orang tua mereka, maka kontribusinya sudah seharusnya dihargai secara adil dalam pembagian warisan. Kemudian, penting juga untuk memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi keadilan dalam pembagian warisan, seperti kemampuan finansial dan keterlibatan dalam perawatan orang tua. Jika anak perempuan memiliki keterbatasan finansial atau tanggung jawab lain yang menghalangi kemampuannya untuk memberikan kontribusi finansial yang sebanding, hal ini juga perlu dipertimbangkan dalam proses pembagian warisan. Selain itu, faktor-faktor non-finansial seperti kasih sayang, dedikasi, dan pengorbanan juga seharusnya menjadi pertimbangan penting dalam menilai sebanding tidaknya kontribusi antara anak perempuan dan anak laki-laki dalam konteks pembagian warisan. Jika anak perempuan telah memberikan perhatian dan dukungan yang besar terhadap orang tua mereka dalam masa-masa sulit, nilai-nilai ini seharusnya juga diakui dan dinilai sebanding. Dalam hal ini, teolog dan orang-orang yang terlibat dalam menyelesaikan konflik warisan ini perlu mendekati situasi dengan penuh empati, keadilan, dan pemahaman atas kontribusi yang telah diberikan oleh setiap individu. Tujuan utama dari pembagian warisan seharusnya bukan hanya untuk memenuhi keinginan individu atau menjaga tradisi keluarga, tetapi juga untuk memastikan bahwa nilai-nilai kasih sayang, keadilan, dan saling menghormati terjaga dengan baik. Dengan demikian, dalam kasus seperti ini, pembagian bisa dikatakan sebanding jika nilai-nilai kontribusi, pengorbanan, dan dedikasi dari setiap pihak telah dinilai secara adil dan transparan, sehingga keputusan akhir yang diambil mempertimbangkan berbagai faktor yang relevan dan menghormati upaya nyata yang telah dilakukan oleh masing-masing individu. 4. Dalam sistem ini, pewarisan tanah biasanya dilakukan berdasarkan urutan garis keturunan dari generasi tua ke generasi muda, dimulai dari anak tertua (biasanya anak laki-laki) sebagai penerima utama warisan tanah. Anak tertua dianggap memiliki tanggung jawab utama untuk menjaga dan mengelola tanah warisan yang diterimanya, serta bertanggung jawab atas kelangsungan hidup keluarga dan keberlangsungan tradisi adat di suku Karo.
Nama : Diva Valentinta Arestu Nim. : 2010126 Apakah benar' yang dinamakan ada tidak hubungan orang mati dan orang hidup itu adalah mengingat berlebihan, itulah yang dinamakan ada hubungan nya orang mati dan hidup, karena anak perempuan ny ini pun masih mengingat dan anak perempuan ini pun tidak ikhlas, apa kah itu yang dinamakan hubungan orang mati masih ada dengan yang hidup?
Menjawab pertanyaan dari Sdra. Diva, dari wawancara yang kelompok lakukan terhadap anak dari orangtua yang telah meninggal itu yang masih mengingat sosok Ayahnya itu merupakan sebuah perasaan yang anak rasakan ketika peristiwa itu tibatiba menimpanya, sebagai manusia perasaan belum ikhlas menerima kepergian seseorang itu adalah hal yang normal. Menurut kelompok, perasaan belum ikhlas, perasaan yang masih mengingat-ingat memori atau kisah yang dimiliki itu bukanlah dinamakan hubungan antara orang mati dengan orang hidup.
Erwanda Br Ginting Saya ingin bertanya bagaimana kalau kematian itu disebabkan bunuh diri, jadi apakah orang yang bunuh diri itu memiliki kehidupan yang baru?
Menjawab pertanyaan dari Sdri. Erwanda, kematian yang disebabkan karena tindakan bunuh diri dari manusia apakah nantinya akan memiliki kehidupan yang baru setelahnya. Berangkat dari pandangan Heidegger mengenai kematian karena bunuh diri, ketika seseorang bunuh diri, itu bisa dilihat sebagai tindakan yang sangat penting. Ini karena dalam tindakan bunuh diri, individu tersebut secara sadar menghadapi realitas kematian, memilih untuk mengakhiri hidup mereka sendiri. Dalam memaknainya, ini dapat dianggap sebagai tindakan pembebasan dari ketidakbermaknaan atau penderitaan yang tak teratasi dalam kehidupan mereka. Namun, dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa Heidegger tidak secara eksplisit membenarkan atau menghargai bunuh diri, melainkan mencoba untuk memahaminya secara filosofis. Lalu, mengenai memiliki kehidupan baru setelah bunuh diri, bahwa bagi Heidegger memiliki pemahaman, kehidupan baru tidak terjadi dalam arti konvensional seperti reinkarnasi atau kehidupan setelah kematian dalam keyakinan agama. Jadi, dalam pandangan Heidegger, jika seseorang bunuh diri, tidak ada kehidupan baru dalam arti konvensional. Namun, tindakan bunuh diri tersebut dapat dilihat sebagai sebuah keputusan yang sangat penting yang menuntun kepada pemahaman yang lebih dalam tentang eksistensi manusia dan realitas kematian.
Eka Puspita Manurung/2010127 Dalam video menjelaskan bahwa tato itu sebagai seni dan keinginan diri sendiri untuk memakainya atau juga keinginan untuk ikut-ikutan trend. Jadi, yang menjadi pertanyaan saya, apakah mereka tidak memikirkan tentang kesehatan atau bahaya, salah satunya tidak dapat mendonorkan darah???
Baik saya akan menjawab pertanyaan dari saudari kak Eka, kami dari kelompok menyankan kepada narasumber secara bertanya kepada bang babang. Bahwa membuat tato abang itu tidak merasa tersakit oleh apapun dan tidak ada terpernah secara berpikir membuat tato tersebut , dan selama iya membuat tato badan narasumber kami yaitu bang babang bahwa serasa sehat tidak ada efek dalam apapun. Dan kami para kelompok maaf tidak mencantumkan kedalam video itu tersebut terimakasih
Eka Puspita Manurung/2010127 Jadi, bagaimana kalau seseorang yang sudah ditinggalkan mati itu belum ikhlas dan mengakibatkan depresi serta menimbulkan ingin bunuh diri. Jadi, apa yang harus dilakukan terhadap seseorang tersebut????
Jadi menurut kami kelompok Jika seseorang mengalami kesulitan untuk merasa ikhlas dan merasa ingin bunuh diri setelah kehilangan seseorang yang dicintai, sangat penting bagi mereka untuk mencari bantuan segera. Mereka dapat menghubungi psikolog, psikiater, atau konselor untuk mendapatkan dukungan emosional dan terapi yang sesuai. Selain itu, berbicara dengan keluarga dan teman-teman terdekat juga bisa membantu dalam mengatasi kesedihan dan trauma yang mereka alami.
Nama : Lina Rahmawati Manik Nim : 2110178 Pertanyaan saya , saya mau nanyak kepada pemakalah 1. Mungkin kah bagi sebagian orang, Kalo ada yang bertanya "bagaimana kehidupan anda setelah mati?", itu sama dengan pertanyaan "bagaimana kehidupan anda sebelum dilahirkan?". Apakah tidak ada dimana-mana, dan apakah kematian menuju kehidupan apa pandang an masyarakat dalam pemakalah Terimakasih
Itu tentu berbeda tentang pertanyaan "bagaimana kehidupan setelah kematian" dan "kehidupan sebelum dilahirkan" Pandangan masyarakat tentang kematian menunju kehidupan "Jadi, kematian menuju kehidupan merujuk pada konsep bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi merupakan langkah menuju kehidupan baru atau kehidupan setelah mati dalam beberapa keyakinan agama tertentu."
Nama: Ika Sinaga Nim: 2110174 Apakah ada konsekuensi etis dalam cara manusia memandang kematian sebagai puncak kehidupan menurut perspektif Heidegger???
Menjawab pertanyaan dari Sdri. Ika, Ya, ada konsekuensi etis yang penting dalam cara manusia memandang kematian sebagai puncak kehidupan menurut perspektif Heidegger. 1. Pentingnya hidup autentik: Heidegger menekankan yaitu hidup sesuai dengan eksistensi dan makna individual masing-masing. Memandang kematian sebagai puncak kehidupan mengingatkan kita akan pentingnya hidup dengan penuh kesadaran akan keterbatasan waktu yang dipunya. Hal ini mendorong individu untuk menghargai setiap momen dan membuat keputusan yang sesuai. 2. Tanggung jawab atas keputusan: Pandangan bahwa kematian adalah puncak kehidupan juga menuntut tanggung jawab terhadap keputusan tiap individu dalam hidup. Tiap individu memiliki tanggung jawab moral untuk mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. 3. Mendukung kehidupan orang lain: Memandang kematian sebagai puncak kehidupan juga dapat mendorong tiap individu untuk mendukung kehidupan orang lain. 4. Refleksi terhadap kehidupan dan mati: Perspektif Heidegger tentang kematian sebagai puncak kehidupan mendorong individu untuk merenungkan arti kehidupan dan kematian. Ini bisa mengarah pada pertanyaan-pertanyaan etis tentang bagaimana kita ingin hidup, bagaimana kita ingin diingat setelah kita mati, dan bagaimana kita ingin mempengaruhi dunia selama kita masih hidup. Dengan demikian, pandangan bahwa kematian adalah puncak kehidupan dalam pandangan Heidegger membawa konsekuensi etis yang mendalam, mempengaruhi cara kita hidup, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat.
Nama: Chindi Septania Sinaga Bagaimana manusia seharusnya mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian sebagai puncak kehidupan menurut pandangan Heidegger??
Dari pertanyaan saudara mungkin sudah ada di makalah, jadi saran untuk membacanya dengan seksama jadi jawabannya itu adalah Menurut pandangan Heidegger, manusia seharusnya mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dengan mengadopsi sikap yang disebutnya sebagai "kemungkinan terdahsyat". Ini berarti manusia harus menyadari bahwa kematian adalah bagian integral dari kehidupan, dan dengan menyadari kematian, manusia dapat hidup secara autentik dan lebih menghargai keberadaannya. Persiapan untuk kematian bukanlah sekadar mengantisipasi akhir dari kehidupan, tetapi lebih kepada pemahaman tentang bagaimana keberadaan manusia di dunia ini memiliki makna yang mendalam.
Ini ikut suhuf nabi syis mereka mengharamkan jagal babi dan jagal biang,kalo kelompok amish di amerika dia masih ikut syariat nabi isa murni.
Nama: Margaretha .R. Togatorop Nim: 2010140 Saya ingin bertanya kepada kelompok 8 1. Menurut pendapat kelompok, bagaimana Jika suatu saat nanti, ketika kita sudah berada di dalam pelayanan, lalu kita menemukan orang tua yang takut akan kematian, lalu bagaimana cara kita sebagai seorang teolog untuk menjelaskan tentang kematian ini kepada orang tersebut supaya dia tidak perlu takut lagi akan kematian itu? 2. Dalam kehidupan kita sehari-hari tentu kita sudah sering mendengar tentang orang menghilangkan nyawanya dengan cara bunuh diri, menurut pendapat kelompok bagaimana cara kita sebagai seorang teolog menyikapi hal yang demikian? 3. apakah kematian yang seperti ini juga termasuk kuasa/haknya Allah?
Menjawab pertanyaan Sdri. Margaretha 1. Pendapat kelompok cara seorang teolog untuk menghadapi orang yang takut akan kematian itu adalah dengan cara mengajar tentang penerimaan dan persiapan akan kematian itu, seorang teolog dapat mengajarkan tentang pentingnya menerima kematian sebagai bagian alami dari kehidupan dan mengajak individu untuk mempersiapkan diri secara spiritual untuk menghadapinya. Ini dapat melibatkan diskusi tentang pentingnya hidup dengan integritas moral, memaafkan orang lain, dan memperbaiki hubungan yang rusak. Seorang teolog dapat membantu individu yang takut akan kematian dengan mengarahkan mereka untuk mencari ketenangan dan kekuatan dalam kepercayaan dan spiritualitas mereka. 2. Pendapat kelompok menyikapi orang yang melakukan bunuh diri. Bunuh diri masih sering kali dianggap sebagai tabu dalam beberapa masyarakat dan agama. Sebagai seorang teolog, penting untuk berbicara terbuka tentang masalah kesehatan mental dan bunuh diri, serta mengatasi stigma yang terkait dengannya. Ini termasuk menekankan pentingnya mendengarkan tanpa penilaian, menghormati pilihan dan pengalaman individu, dan menyediakan lingkungan yang aman untuk berbicara tentang kesulitan emosional. 3. Menurut kelompok, kematian yang diakibatkan karena tindakan bunuh diri bukanlah merupakan kuasa/haknya Allah
Yohanes marchel/2110188 Menurut kelompok Bagaimana keyakinan agama dan kehidupan setelah kematian mempengaruhi keputusan etis seputar kematian dan penguburan?, Dan Bagaimana dalam pandangan kelompok tentang kehidupan kekal atau kehidupan abadi mempengaruhi pandangan tentang kematian?
Jadi menurut kami kelompok Keyakinan agama tentang kehidupan setelah kematian dapat sangat mempengaruhi keputusan etis seputar kematian dan penguburan. Misalnya, dalam agama-agama yang percaya pada kehidupan setelah kematian dan kehidupan abadi, tindakan terhadap jenazah dapat dianggap penting untuk mempersiapkan roh untuk perjalanan ke alam selanjutnya.Dalam beberapa agama, seperti Islam dan Yahudi, penguburan dilakukan sesegera mungkin setelah kematian sebagai bagian dari penghormatan terhadap jenazah. Sementara itu, dalam agama Hindu, praktik kremasi sering kali dipilih sebagai metode penguburan karena diyakini membantu membebaskan roh dari siklus reinkarnasi.
Nama : Erwanda Ginting Saya ingin bertanya, Menurut kelompok Apakah adanya tato pada seseorang dapat dianggap sebagai bentuk penganut kepercayaan atau agama dan bagaimana etika humanisme memandang aspek ini?
Baik, kami pemakalah menjawab pertanyaan dari saudari kak erwanda, kalau dalam bentuk penganut kepercayaan dalam tato ini tidak ada, tato ini kan menganggap hanya sebuah seni. Tato merupakan sebuah luka tusukan yang masuk ke dalam kulit dan diisi dengan tinta. Seseorang harus melalui proses kulitnya ditembus dengan jarum. Dan karya-karya seniman tato sehingga dianggap sebuah keinginan dan tertarik oleh diri sendiri nya . Dan memandang penganut dalam agama tersebut biasa didefinisikan tindakan menusuk kulit tubuh dengan jarum dan alat lainnya, contohnya kita ambil bagian punggung telapak tangan, pergelangan tangan, wajah, bibir, dan sebagainya lalu titik yang ditusuk kedalam etika humanisme dalam aspek nya. Moralitas bergantung pada standar yang dimiliki seorang manusia yang mempengaruhi hal baik dan buruk yang dibuatnya yang dimaksudkan untuk menunjukkan tekanan pengajaran yang lebih tertuju pada karya-karya klasik
Nama: Daniel Saragih Ketika Pdt mengatakan bahwa kematian itu harusnya dihadapi dan itu merupakan awal kehidupan yang baru, saya mau bertanya apakah ada proses atau pengalaman yang diyakini terjadi setelah kematian sebelum memasuki kehidupan yang baru itu?
Banyak keyakinan dan filosofi mengenai proses atau pengalaman yang mungkin terjadi setelah kematian sebelum memasuki kehidupan yang baru. Contohnya termasuk konsep penilaian atau pengadilan di hadapan Tuhan, di mana jiwa dinilai berdasarkan perbuatan dalam kehidupan sebelumnya, atau pengalaman perantaraan di antara dunia fisik dan dunia roh. Namun, ini adalah spekulasi spiritual dan filosofis, dan tidak ada bukti empiris yang mengkonfirmasi atau menyangkalnya.