Okay, ini nunjukkin betapa hebatnya kemampuan reading-nya Dian Sastro. Aku udah baca cerpennya sampai habis dan mencoba di baca lantang, gak bisa sampe selevel Dian Sastro. KACAU!
Sukab yang malang, Senja yang kau kirimkan sudah kuterima, kukira sama lengkap seperti ketika engkau memotongnya di langit yang kemerah-merahan itu, lengkap dengan bau laut, desir angin dan suara hempasan ombak yang memecah pantai. Ada juga kepak burung-burung, lambaian pohon-pohon nyiur dalam kekelaman, sementara di kejauhan perahu layar merayapi cakrawala dan melintasi matahari yang sedang terbenam. Aku pun tahu Sukab, senja yang paling keemas-emasan sekalipun hanya akan berakhir dalam keremangan menyedihkan, ketika segala makhluk dan benda menjadi siluet, lantas menyatu dalam kegelapan. Kita sama-sama tahu, keindahan senja itu, kepastiannya untuk selesai dan menjadi malam dengan kejam. Manusia memburu senja kemana-mana, tapi dunia ini fana Sukab, seperti senja. Kehidupan mungkin saja memancara gilang-gemilang, tetapi ia berubah dengan pasti. Waktu mengubah segalanya tanpa sisa, menjadi kehitaman yang membentang sepanjang pantai. Hitam, sunyi dan kelam. Rupa-rupanya dengan cara seperti itulah dunia mesti berakhir. Senja yang engkau kirimkan telah menimbulkan bencana tak terbayangkan. Apakah engkau tahu suratmu itu baru sampai sepuluh tahun kemudian? Ah, engkau tidak akan tahu Sukab, seperti juga engkau tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dengan senja yang kau kirimkan ini. Senja paling taik kucing dalam hidupku Sukab, senja sialan yang paling tidak mungkin diharapkan manusia. Senja ini baru tiba setelah sepuluh tahun, karena tukang pos yang jahil itu rupanya penasaran dengan cahaya merah kemas-emasan yang memancara dari amplop itu Sukab. Cahaya itu telah mengganggunya semenjak ia menggenjot sepeda dari kantor pos, berkilau-kilau dan memancar di tas surat yang tergantung di boncengan sepeda, begitu rupa sehingga cuaca siang hari menjadi kacau, angin menderu dan ombak terdengar menghempas-hempas, meskipun ia bersepeda mendaki bukit kapur. Demikianlah, maka ia suatu ketika berhenti. Dari dalam tas itu terdengar suara-suara, ia buka tas itu, dan ia melihat amplop Federal Express yang sudah tidak putih lagi melainkan merah keemas-emasan Sukab, seperti senja dengan matahari terbenam di balik cakrawala. Tukang pos itu mengambil amplop tersebut, menimang-nimangnya, agak berat juga. Maklumlah bukankah amplop itu berisi senja Sukab? Senja dengan matahari merah membara yang turun perlahan-lahan di balik cakrawala, seperti semua senja yanga ada di balik kartu pos, tapi yang kamu kirim itu bukan kartu pos Sukab, yang kau kirim itu senja di tepi pantai dengan hempasan ombak, bau laut dan angina yang asin. Kamu pikir berapa ton beratnya pasir di sepanjang pantai itu Sukab? Kira-kira sedikit dong! Masih lumayan tukang pos itu kuat menggenjot sepedanya mendaki bukit kapur. Busyet. Kalo anak-anak kecil tahu ada matahari terbenam di dalam amplop itu lantas bagaimana? Kau tahulah sukab, anak-anak di daerah bukit kapur begini tidak punya mainan yang aneh-aneh seperti di kota. Mereka hanya tahu kambing dan kerbau, ikan dan belut, sungai dan jagung. Nasi saja jarang meraka sentuh. Anak-anak yang tidak pernah tahu mainan robot berjalan dengan cahaya didadanya berkedip-kedip pasti akan penasaran sekali dengan cahaya senja yang memancar berkilauan., berkilauan merah dan keemas-emasan itu Sukab. Mereka tidak pernah melihatnya Sukab, karena tukang pos itulah yang telah mendahului meraka. Ia menimang-nimang bungkusan berisi senja itu, mendengar-dengarkan, dan akhirnya mengintip. Tentu saja didalam amplop itu dilihatnya senja Sukab. Senja terindah yang paling mungkin berlangsung di muka bumi. Ia mengintip dan terpesona. Ia buka amplop itu. Sebetulnya menurut kode etik profesi itu tidak boleh. Tapi manusia manapun bisa melakukan kesalahan bukan? Ia buka terus amplop itu, dan melihat senja dengan langit merah kemas-emasan didalam sana, dan melihat mega-mega berpencar seperti perahu di danau, memebrikan perasaan nyaman dan tenang. Siapa yang tidak suka merasa nyaman dan tenang di dunia Sukab, di sebuah dunia yang miskin masih bersimbah darah pula? Maka jangan salahkan tukang pos itu Sukab, jika ia kemudian menjadi begitu penasaran dan memasuki senja yang terbentang. Tidak ada yang tahu apa nasib waktu(1). Ketika anak-anak akhirnya berkerumun di sekita sepeda yang tergeletak itu, mereka hanya melihat cahaya senja yang kemerah-merahan yang semburat membakar langit. Amplop itu hanya bocor sedikit, tapi akiatnya sudah begitu rupa. Ini semua gara-gara kamu Sukab.
Sukab yang malang, bodoh dan tidak pakai otak, Sepuluh tahun lamanya tukang pos itu mengembara didalam amplop, kita tidak pernah tahu apa yang diklakukanya disana. Apakah dia kawin, beranak pinak, dan berbahagia? Atau selama itu dia hanya duduk saja memandang matahari terbenam dengan perasaan kehilangan, sementara langit yang tadinya merah keemas-emasan perlahan-lahan menggelap kebiru-biruan - aku juga tidak tahu bagaimana caranya menikmati senja di dalam amplop Sukab, sebuah ruang yang sungguh-sungguh terdiri dari waktu. Apakah waktu bisa diulang atau bagaimana, aku belum pernah memasuki senja di dalam amplop. Atau, apakah didunia ini sebetulnya seperti didalam amplop ya Sukab, dimana kita tidak tahu apa yang berada di luar diri kita, dimana kita merasa hidup penuh dengan makna padahal yang menonton kita tertawa-tawa sambil berkata, “Ah, kasihan betul manusia.” Apakah begitu Sukab, kamu yang suka berkhayal barangkali tahu. Tapi aku tidak mau khayalan, aku tidak mau kira-kira, meskipun usaha kira-kira itu begitu canggihnya sehingga disebut ilmiah, aku mau tahu yang sebenarnya. Apakah ada yang menyaksikan kita sambil tertawa-tawa? Kalau iya, apalah artinya hidup kita ini sukab? Tidakkkah nasib manusia memang seperti ikan, yang diternakkan hanya unutk mengisi akuarium diruang tamu seseorang yang barangkali juga tidak teralalu peduli kepada makna kehidupan ikan-ikan itu? Aku tidak pernah tahu, tidak ada seorang pun yang tahu apa yang dialami tukang pos itu didalam amplop, sampai ia keluar sepuluh tahun kemudian dengan wajah bahagia. Ia sudah sepuluh tahun menghilang didalam amplop, tapi ia tidak tampak betambah tua. Apakah waktu di dalam amplop tidak bergerak? Tepatnya apakah senja didalam amplop tidak berhubungan dengan waktu? Apakah tidak ada waktu di dalam amplop Federal Express itu? Hmm. Apakah aku harus peduli dengan semua ini sukab, apakah aku harus peduli? Kamu betul betul merepotkan aku Sukab, dasar lelaki tidak tahu diri. Sukab yang malang, goblok dan menyebalkan, Kamu tahu apa yang terjadi sepuluh tahun kemudian? Tukang pos itu tiba di depan rumah kami. Ya, rumah kami. Setelah sepuluh tahun banyak yang terjadi dong Sukab, misalnya bahwa kemudian aku kawin, beranak pinak dan berbahagia. Jangan kaget. Dari dulu aku juga tidak mencintai kamu Sukab. Dasar bego dikasih isyarat tidak mau mendengarkan. Sekali lagi, aku tidak mencintai kamu. Kalau toh aku kelihatan baik selama ini padamu, terus terang harus ku katakana sekarang, sebetulnya aku cuma kasihan. Terus terang aku kasihan sama kamu Sukab, mencintai begitu rupa tapi tidak tahu yang kamu cintai sebetulnya tidak mencintai kamu. Makanya jangan terlalu banyak berkhayal Sukab, pakai otak dong sedikit, hanya dengan begitu kamu akan selamat dari perasaan cintamu yang tolol itu. Tapi bukan cinta taik kucing ini yang sebetulnya ingin ku ceritakan padamu Sukab. Soal cinta ini sama sekali tidak penting. Kamu harus tahu apa akibat perbuatanmu ini Sukab, mengirim sepotong senja untuk orang yang sama sekali tidak mencintai kamu. Tahu apa akibatnya? Begitu tukang pos itu pulang, setelah menceritakan kenapa kiriman Federal Express bisa terlambat sepuluh tahun, kubuka amplop berisi senja itu, dan terjadilah semua ini. Apa kamu tidak tahu Sukab, senja itu meski cuma sepotong, sebetulnya juga semesta yang utuh? Kamu kira matahari terbenam itu besarnya seperti apa? Seperti apem? Kalau sepotong senja itu di dalam amplop terus sih tidak apa-apa, tapi ini keluar dan lautnya membludag tak tertahankan lagi. Bagaimana aku tahu amplop itu berisi senja Sukab? Aku bukan pengkhayal seperti kamu. Hidupku penuh dengan perhitungan yang matang. Aku tahu betul untung rugi setiap perbuatan, terutama apa untung ruginya untuk diriku sendiri. Betapa pentingnya hidupku selamat, demi suamiku dan anak-anakku. Pura-puranya aku ini juga perempuan yang setia. Itu pula sebabnya, sebelum maupun sesudah kawin aku tidak sudi berhubungan dengan kamu Sukab. Lagi pula aku tidak mencintai kamu. Mau apa? Tapi kamulah yang tidak tahu diri, mengirim senja tanpa kira-kira. Dunia ini jadi berantakan tahu? Berantakan dan hancur lebur tiada terkira. Setelah amplop itu kubuka dan senja itu keluar, matahari yang terbenam dari senja dalam amplop itu berbenturan dengan matahari yang sudah ada(2). Langit yang biru bercampur aduk dengan langit yang kemerah-merahan yang terus menerus berkeredap menyilaukan karena cahaya keemas-emasan yang menjadi semburat tak beraturan. Senja yang seperti potongan kue menggelegak, pantai terhampar seperti permadani di atas bukit kapur, lautnya terhempas langsung membanjiri bumi dan menghancurkan segala-galanya. Bisalah kau bayangkan Sukab, bagaimana orang tidak panik dengan gelombang raksasa yang tidak datang dari pantai tapi dari atas bukit?
Si Sukap sebenar jujur belum tahu pasti apakah amplop nya udah dibuka atau belum ? Tahukah si Sukap masih terpenjara dalam amplop tuh...!! Tolong dong bukain amplop itu , Sukap merasa kesepian sendirian di dalam amplop....dia berteriak teriak
di atas langit , tapi tidak ada peduli....hm...kan tuh si Sukap, terlalu banyak berkhayal. Si pandir tua yg sok tau itu bersikukuh tidak mau berganti nama, padahal dia sendiri sudah bosan mendengar orang selalu bergunjing membicarakan nama nya ....walaupun dia sebetul nya.merasa malu...tetapi dia tetap setia dng kesendirian nya. Non ...maaf apa kamu cius nich udah melupakanku...? Oh...malang nya si Sukap...jomlbo permanen..jadi nya...hm...😭🤣😆😅🙏❤️🌹
Dia gapaham mungkin kak, padahal disini yang diperhatikan adalah penempatan karakter, karna dia gak paham apa yang diperhatikan, dia cuma denger kesalahan kata doang.
Okay, ini nunjukkin betapa hebatnya kemampuan reading-nya Dian Sastro. Aku udah baca cerpennya sampai habis dan mencoba di baca lantang, gak bisa sampe selevel Dian Sastro. KACAU!
Hahaha, Sama seperti yang saya lakukan ketika membaca buku ini 🤣🤣 menirukan intonasi Dian dan Abimanyu 🤣🤣
ternyata bukan aku doang
bukan reding si... penempatan karakter yang pas saja. maaf menyela
@@karat2091 Proses sebelum shooting film ada yang namanya reading, ini fungsinya buat pendalaman character.
Ughhhhhh alumni filsafat UI niiiccchhh
Sukab yang malang,
Senja yang kau kirimkan sudah kuterima, kukira sama lengkap seperti ketika engkau memotongnya di langit yang kemerah-merahan itu, lengkap dengan bau laut, desir angin dan suara hempasan ombak yang memecah pantai. Ada juga kepak burung-burung, lambaian pohon-pohon nyiur dalam kekelaman, sementara di kejauhan perahu layar merayapi cakrawala dan melintasi matahari yang sedang terbenam. Aku pun tahu Sukab, senja yang paling keemas-emasan sekalipun hanya akan berakhir dalam keremangan menyedihkan, ketika segala makhluk dan benda menjadi siluet, lantas menyatu dalam kegelapan. Kita sama-sama tahu, keindahan senja itu, kepastiannya untuk selesai dan menjadi malam dengan kejam. Manusia memburu senja kemana-mana, tapi dunia ini fana Sukab, seperti senja. Kehidupan mungkin saja memancara gilang-gemilang, tetapi ia berubah dengan pasti. Waktu mengubah segalanya tanpa sisa, menjadi kehitaman yang membentang sepanjang pantai. Hitam, sunyi dan kelam.
Rupa-rupanya dengan cara seperti itulah dunia mesti berakhir. Senja yang engkau kirimkan telah menimbulkan bencana tak terbayangkan. Apakah engkau tahu suratmu itu baru sampai sepuluh tahun kemudian? Ah, engkau tidak akan tahu Sukab, seperti juga engkau tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dengan senja yang kau kirimkan ini. Senja paling taik kucing dalam hidupku Sukab, senja sialan yang paling tidak mungkin diharapkan manusia.
Senja ini baru tiba setelah sepuluh tahun, karena tukang pos yang jahil itu rupanya penasaran dengan cahaya merah kemas-emasan yang memancara dari amplop itu Sukab. Cahaya itu telah mengganggunya semenjak ia menggenjot sepeda dari kantor pos, berkilau-kilau dan memancar di tas surat yang tergantung di boncengan sepeda, begitu rupa sehingga cuaca siang hari menjadi kacau, angin menderu dan ombak terdengar menghempas-hempas, meskipun ia bersepeda mendaki bukit kapur. Demikianlah, maka ia suatu ketika berhenti. Dari dalam tas itu terdengar suara-suara, ia buka tas itu, dan ia melihat amplop Federal Express yang sudah tidak putih lagi melainkan merah keemas-emasan Sukab, seperti senja dengan matahari terbenam di balik cakrawala. Tukang pos itu mengambil amplop tersebut, menimang-nimangnya, agak berat juga. Maklumlah bukankah amplop itu berisi senja Sukab? Senja dengan matahari merah membara yang turun perlahan-lahan di balik cakrawala, seperti semua senja yanga ada di balik kartu pos, tapi yang kamu kirim itu bukan kartu pos Sukab, yang kau kirim itu senja di tepi pantai dengan hempasan ombak, bau laut dan angina yang asin. Kamu pikir berapa ton beratnya pasir di sepanjang pantai itu Sukab? Kira-kira sedikit dong! Masih lumayan tukang pos itu kuat menggenjot sepedanya mendaki bukit kapur. Busyet. Kalo anak-anak kecil tahu ada matahari terbenam di dalam amplop itu lantas bagaimana? Kau tahulah sukab, anak-anak di daerah bukit kapur begini tidak punya mainan yang aneh-aneh seperti di kota. Mereka hanya tahu kambing dan kerbau, ikan dan belut, sungai dan jagung. Nasi saja jarang meraka sentuh. Anak-anak yang tidak pernah tahu mainan robot berjalan dengan cahaya didadanya berkedip-kedip pasti akan penasaran sekali dengan cahaya senja yang memancar berkilauan., berkilauan merah dan keemas-emasan itu Sukab.
Mereka tidak pernah melihatnya Sukab, karena tukang pos itulah yang telah mendahului meraka. Ia menimang-nimang bungkusan berisi senja itu, mendengar-dengarkan, dan akhirnya mengintip. Tentu saja didalam amplop itu dilihatnya senja Sukab. Senja terindah yang paling mungkin berlangsung di muka bumi. Ia mengintip dan terpesona. Ia buka amplop itu. Sebetulnya menurut kode etik profesi itu tidak boleh. Tapi manusia manapun bisa melakukan kesalahan bukan? Ia buka terus amplop itu, dan melihat senja dengan langit merah kemas-emasan didalam sana, dan melihat mega-mega berpencar seperti perahu di danau, memebrikan perasaan nyaman dan tenang. Siapa yang tidak suka merasa nyaman dan tenang di dunia Sukab, di sebuah dunia yang miskin masih bersimbah darah pula? Maka jangan salahkan tukang pos itu Sukab, jika ia kemudian menjadi begitu penasaran dan memasuki senja yang terbentang. Tidak ada yang tahu apa nasib waktu(1). Ketika anak-anak akhirnya berkerumun di sekita sepeda yang tergeletak itu, mereka hanya melihat cahaya senja yang kemerah-merahan yang semburat membakar langit. Amplop itu hanya bocor sedikit, tapi akiatnya sudah begitu rupa. Ini semua gara-gara kamu Sukab.
Lanjutannya dong kak hehe
Sukab yang malang, bodoh dan tidak pakai otak,
Sepuluh tahun lamanya tukang pos itu mengembara didalam amplop, kita tidak pernah tahu apa yang diklakukanya disana. Apakah dia kawin, beranak pinak, dan berbahagia? Atau selama itu dia hanya duduk saja memandang matahari terbenam dengan perasaan kehilangan, sementara langit yang tadinya merah keemas-emasan perlahan-lahan menggelap kebiru-biruan - aku juga tidak tahu bagaimana caranya menikmati senja di dalam amplop Sukab, sebuah ruang yang sungguh-sungguh terdiri dari waktu. Apakah waktu bisa diulang atau bagaimana, aku belum pernah memasuki senja di dalam amplop. Atau, apakah didunia ini sebetulnya seperti didalam amplop ya Sukab, dimana kita tidak tahu apa yang berada di luar diri kita, dimana kita merasa hidup penuh dengan makna padahal yang menonton kita tertawa-tawa sambil berkata, “Ah, kasihan betul manusia.” Apakah begitu Sukab, kamu yang suka berkhayal barangkali tahu. Tapi aku tidak mau khayalan, aku tidak mau kira-kira, meskipun usaha kira-kira itu begitu canggihnya sehingga disebut ilmiah, aku mau tahu yang sebenarnya. Apakah ada yang menyaksikan kita sambil tertawa-tawa? Kalau iya, apalah artinya hidup kita ini sukab? Tidakkkah nasib manusia memang seperti ikan, yang diternakkan hanya unutk mengisi akuarium diruang tamu seseorang yang barangkali juga tidak teralalu peduli kepada makna kehidupan ikan-ikan itu?
Aku tidak pernah tahu, tidak ada seorang pun yang tahu apa yang dialami tukang pos itu didalam amplop, sampai ia keluar sepuluh tahun kemudian dengan wajah bahagia. Ia sudah sepuluh tahun menghilang didalam amplop, tapi ia tidak tampak betambah tua. Apakah waktu di dalam amplop tidak bergerak? Tepatnya apakah senja didalam amplop tidak berhubungan dengan waktu? Apakah tidak ada waktu di dalam amplop Federal Express itu? Hmm. Apakah aku harus peduli dengan semua ini sukab, apakah aku harus peduli? Kamu betul betul merepotkan aku Sukab, dasar lelaki tidak tahu diri.
Sukab yang malang, goblok dan menyebalkan,
Kamu tahu apa yang terjadi sepuluh tahun kemudian? Tukang pos itu tiba di depan rumah kami. Ya, rumah kami. Setelah sepuluh tahun banyak yang terjadi dong Sukab, misalnya bahwa kemudian aku kawin, beranak pinak dan berbahagia. Jangan kaget. Dari dulu aku juga tidak mencintai kamu Sukab. Dasar bego dikasih isyarat tidak mau mendengarkan. Sekali lagi, aku tidak mencintai kamu. Kalau toh aku kelihatan baik selama ini padamu, terus terang harus ku katakana sekarang, sebetulnya aku cuma kasihan. Terus terang aku kasihan sama kamu Sukab, mencintai begitu rupa tapi tidak tahu yang kamu cintai sebetulnya tidak mencintai kamu. Makanya jangan terlalu banyak berkhayal Sukab, pakai otak dong sedikit, hanya dengan begitu kamu akan selamat dari perasaan cintamu yang tolol itu. Tapi bukan cinta taik kucing ini yang sebetulnya ingin ku ceritakan padamu Sukab. Soal cinta ini sama sekali tidak penting.
Kamu harus tahu apa akibat perbuatanmu ini Sukab, mengirim sepotong senja untuk orang yang sama sekali tidak mencintai kamu. Tahu apa akibatnya? Begitu tukang pos itu pulang, setelah menceritakan kenapa kiriman Federal Express bisa terlambat sepuluh tahun, kubuka amplop berisi senja itu, dan terjadilah semua ini. Apa kamu tidak tahu Sukab, senja itu meski cuma sepotong, sebetulnya juga semesta yang utuh? Kamu kira matahari terbenam itu besarnya seperti apa? Seperti apem? Kalau sepotong senja itu di dalam amplop terus sih tidak apa-apa, tapi ini keluar dan lautnya membludag tak tertahankan lagi. Bagaimana aku tahu amplop itu berisi senja Sukab? Aku bukan pengkhayal seperti kamu. Hidupku penuh dengan perhitungan yang matang. Aku tahu betul untung rugi setiap perbuatan, terutama apa untung ruginya untuk diriku sendiri. Betapa pentingnya hidupku selamat, demi suamiku dan anak-anakku. Pura-puranya aku ini juga perempuan yang setia. Itu pula sebabnya, sebelum maupun sesudah kawin aku tidak sudi berhubungan dengan kamu Sukab. Lagi pula aku tidak mencintai kamu. Mau apa? Tapi kamulah yang tidak tahu diri, mengirim senja tanpa kira-kira. Dunia ini jadi berantakan tahu? Berantakan dan hancur lebur tiada terkira.
Setelah amplop itu kubuka dan senja itu keluar, matahari yang terbenam dari senja dalam amplop itu berbenturan dengan matahari yang sudah ada(2). Langit yang biru bercampur aduk dengan langit yang kemerah-merahan yang terus menerus berkeredap menyilaukan karena cahaya keemas-emasan yang menjadi semburat tak beraturan. Senja yang seperti potongan kue menggelegak, pantai terhampar seperti permadani di atas bukit kapur, lautnya terhempas langsung membanjiri bumi dan menghancurkan segala-galanya. Bisalah kau bayangkan Sukab, bagaimana orang tidak panik dengan gelombang raksasa yang tidak datang dari pantai tapi dari atas bukit?
@@ulfa9763 niat bener ditulis semuanya mbak:(
10:57 bagian ter Epic!
Cantik wajahnya cantik jg gaya membaca cerpennya ❤
keren banget cara dian sastro dan abimana bercerita
Pesan yang tersirat begitu dalam.. Penulisnya 👍👍👍👍👍👍👍👍
Defenisi cantik luardalam, itulah dian
Suka bgt sama mbak dian😍😍
Ngaceng ga lo klo ga,ngaceng minggirrr
@@marwanwida4111 freak
@@marwanwida4111 frik
Keren habissss👍👍👍
malm mbk dian sastro tambah cantik deh..sehat..sukses selllu ya..keren puisinya.hbtt ..👍👍😊🤔😎🙏🏼
Nggak bosan ngulang lagi
10:58 part yg kalian cari kann😆😆 thanks me later ehe
Pasti dari twitter kan wkwk
tau ni wkwk
thx
Terimakasih
makasih bruhh
Terlalu gila mbak dian sastroooo 🙌
"bego, dikasih isyarat tidak mau mengerti" HAHAHAHA
menit keberapa sih yg itu
@@nicholasreinheart8451 11:02
Kesini gegara liat meme
Tank di mobile legend be like
11:01
Diandra sastrowardoyo smart 😎
Aku tidak tau Sukab, mengapa wanita ini begitu kesal kepadamu.
Bikin candu
sekilas mirip zaenab si doel
11:01 ini yg kalian tunggu 😂
sudah bertahun tahun masih keren aja ini👍👍
So deep dan penuh filosofi banget
9
Kalo g cinta g perlu bersikap baik, camkan itu !!!
curhatkeun!!!!
Jahat bgt gak si:((
Sikaatt
Tapi kalau berbuat jahat juga d bilang macam²
Inget bngt cerpen LKS jaman SMA
beautiful
enak bgt buat tidur
superrrrrr............
11:02
11:03
11:09
11:10
serasa kembalibketahun 2022
siapa yang abis dari ig langsung cari di youtube? 😂
Saya dapat dari Twitter
Sukab ko lenglong
Bukan cuma di film, ternyata emang jagoo ✨
Cakep nian
cantik banget mbaknyaaaaaaaa
Yang dari twitter yuk mutualan wkwk
eh, skuy lah
@@kikiwillbefree sini sini
@@PEMANCING157 follow aja @gemoysekale nanti bakal langsung aku follback kok
4:52 "kira kira sedikit dong! "
5:02 "BUSETTTT"
11.01 "dasar bego, dikasi isyarat tidak mau mengerti" 😂
11:20
Sukap. sukap. ---> Pak Su.
Suami.
Bilang bilang sayang lalu hilanggg tanpa bayangggg ~ aku pulangggg~~~~
server serenata jiwa lara wkwk
Kesini gara² nct 2021
Jul...
karena cinta
Oh ini kan yang di tiktok HAHA
Kayak film surat dari praha
Gw ngakak pas "dasar bego dikasih isyarat tidak mau dimengerti"
sukab bagi duo
Sadboy Sukap
Kesini karna twitter sama ig???
Sama
❤
makasih @drama.sosialmedia wkwkwk
Pondok aren dongg deket rumahh aingg
11:02 meme yg kalian cari
Gak tau kenapa ya , Dian Sastro gak begitu cantik tapi kek ngangenin anjg😘
Kek begitu gak begitu cantik?
Kek gak begitu cantik, mata lu picek sebelah?
Gk begitu cantik ? Wualah picek ni matane
@@naila2282 dahal cantik bangett ngettt
@@maulidiaandriani4277 cantiknya udh sampe overload
Disini karena twitter
Samaan wkwk
Di toiletnya dian sastro aja ada rak buku, ya wajar sih bisa sehebat ini menyampaikan pesannya lewat puisi.
Oke, gua liat dari status WA kawan langsung search di youtube
Nyari jni 11:01
Teruntuk kpopers 11:34
Pondok Aren dan Puncak Himalaya.
sabar ya sukap
Aku beci kamu. Kau tampar aku dngn kata-katamu. 😘
Dari twitter lgsg kesini
ksni gr² tiktok🗿👍
11:00 epic moment
samaa
Kereeeen bgt...
ada lirik sajakny ga ya?
Aku adalah sukab.
10:22
Makanan putus rantai diambil
@Selever BG
Gw dari twitter langsung gass
wkwkwk samaan
@@nabillaazzahra2a626 liat yg Abimana juga
Di Chanel ini
Sama nihh dr twitter jugaa
Ternyata Ada yang sewarga 😂
@@yusintamaulidiasekarani9396 mari bermutualan
11.01 😂😂😂😂
🗿
Bagaimana aku tau kalau alina tidak mencintai ku kalau bukan sepotong senja yang ku kirim ini
11:01 :v
H.B.S 💔
Suaranya pelan gk ya?
Si Sukap sebenar jujur belum tahu pasti apakah amplop nya udah dibuka atau belum ?
Tahukah si Sukap masih terpenjara dalam amplop tuh...!!
Tolong dong bukain amplop itu , Sukap merasa kesepian sendirian di dalam amplop....dia berteriak teriak
di atas langit , tapi tidak ada peduli....hm...kan tuh si Sukap, terlalu banyak berkhayal.
Si pandir tua yg sok tau itu bersikukuh tidak mau berganti
nama, padahal dia sendiri sudah bosan mendengar orang selalu bergunjing membicarakan nama nya
....walaupun dia sebetul nya.merasa malu...tetapi dia tetap setia dng kesendirian nya.
Non ...maaf apa kamu cius nich udah melupakanku...? Oh...malang nya si Sukap...jomlbo permanen..jadi nya...hm...😭🤣😆😅🙏❤️🌹
Anakkk siapaaa
Pecahkan saja gelasnya kalau berani 😤
Inti dari cerpen ini menceritakan apa si ?ada yang tau ?
pondok aren ta?
Yang dari twitter trus ksini siapa nih?
Aku aku wkwk
Hadir
Aku wkwkw
Aku wkwk
Siapa aj tokohnya woee?
Lah?
Alina,tukang pos, sukab
ini termasuk sastra puisi apa cerpen??
Puisi
💔
ini sajak ya?
trilogi alina
11:30
👀
suara pianonya mengganggu
Lagu klasiknya bahagia tapi puisinya tragis😂
Sukap anaknya siapa???
anaknya pak darmo
Pekerja Keras gatau
kasian sukap :(
Sukab sukab, asu asu
Sokap si?
Mmhg kurang dapat sih,terbata, salah baca tapi ya sudahlah.. yang baca cantik jadi gak ada yg protes juga
Mba feel nya mbaa dian ni lo mantep gimana mbaknya ini liatnya
Dia gapaham mungkin kak, padahal disini yang diperhatikan adalah penempatan karakter, karna dia gak paham apa yang diperhatikan, dia cuma denger kesalahan kata doang.
apaan sih garing strory na
Yasin GONDRONG emang bukan lucu2an keles
Anda salah ruang mas yasin
Ini org ga tau karya sastra ya
Lu kira anekdot?
Baca komik aja om
12:44 booom!
11:01
11:35
11:01
11:01
11:01
10:06
Thx
*11:01*