ไม่สามารถเล่นวิดีโอนี้
ขออภัยในความไม่สะดวก

SAGANAN LEBENG ANDUS

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 9 เม.ย. 2024
  • • SAGANAN LEBENG ANDUS
    #AstaKaraningYadnya
    #YadnyaBerdasarkan
    #SangananLebebeAndus
    Di dalam tradisi Hindu di Bali dan Lombok, banten artinya sesajen atau upakara yang digunakan dalam dalam Panca Yadnya. Tidak ada yadnya tanpa banten betapa pun kecil tingkatannya. Upakara artinya persembahan yang dibuat dengan tangan atau persembahan melalui tangan (misalnya dalam wujud ngayabang banten dengan melambaikan tangan tanda mempersilahkan atau mempersembahkan banten); atau suatu sarana upakara yang dibuat sendiri menggunakan tangan sendiri, jerih payah sendiri atau dakin lima. Lalu apa saja unsur pembentuk banten ? Banten tersusun dari tiga unsur, yaitu: (1) mataya atau bahan banten yang berasal dari yang tumbuhan (entik-entikan) seperti daun, bunga, buah, batang; (2) mantiga atau bahan banten yang berasal dari binatang yang lahir dari telur seperti ayam, bebek, angsa, dan (3) maharya atau bahan banten yang berasal dari sesuatu yang lahir, biasanya diwakili oleh binatang seperti sapi, babi, kambing, dan kerbau. Semuanya yang disebutkan di atas bisa dikelompokkan ke dalam pertiwi (tanah). Dari pertiwi juga diproleh benda/barang logam/metal: besi, perunggu, kuningan, perak, dan emas---dikenal dengan Panca Datu. Bahan-bahan upakara banten terbuat dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta. Ada bahan/sarana lain yang berasal/ terbuat dari: (a) apah/jala [berupa jenis-jenis cairan: susu/empehan (dari tubuh binatang), brem (fermentasi dari bahan makanan---misalnya beras), arak (hasil dari penyulingan), madu (dari sari bunga), dan air hening (dari tanah)]. Ini semuanya disebut Panca Amertha. (b) teja (api, bara api, panas api); (c) wayu/bayu (asap) dan (d) akasa (ruang kosong). Intinya, sarana upakara (drawya) terbuat dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yang dibuat, diolah, ditata dan digunakan sesuai dengan ketentuan tattwa dengan penuh dedikasi, pengorbanan, bhakti, konsentrasi, kesucian dan keikhlasan.
    Di dalam lontar Pelutuking Yadnya banten disebutkan sebagai rupaning bhatara, anda bhuwana, dan angganing bhatara. Selanjutnya disebutkan bahwa banten itu mengandung bagian yang disebut Tri Angga berarti tiga bagian badan (disebutkan dari atas ke bawah): kepala, badan, dan kaki. Jadi, ada banten tertentu yang diposisikan/manifestasi sebagai hulu (kepala); ada yang di angga (badan), dan yang di suku (kaki). Banten sebagai suatu sistem sentral dan menyeluruh diimajinasikan sebagai perwujudan badan Tuhan Yang Maha Esa. Melalui banten, yang dipuja hadir secara sakala. Banten juga menyimbulkan Anda Bhuwana: Tri Bhuwana. Contoh: banten daksina, sarad. Lalu apa yang dismksud dengan banten sebagai Asta Karaning Yadnya ? Asta karaning yadnya artinya delapan jenis upakara (banten) yang diposisikan pada anggota badan di dalam Tri Angga. Banten sebagai simbol. Disebutkan dari atas (hulu) ke bawah, sbb: Bhuwana Alit: (a) Kepala (hulu) - huluning yadnya: banten daksina, pejati, atau suci (b) Leher (gulu)-guluning yadnya: banten gebogan; (c) Tangan (tanganing yadnya): banten jerimpen; (d) Dada kiri (angganing yadnya-kiwa) : banten pengambean; (e) Dada kanan (angganing yadnya-tengen): banten peras dan soda; (f) Ulu hati (hredayaning yadnya): banten dapetan; (g) Perut (garbaning yadnya): banten sesayut dan tebasan, dan (h) Kaki (sukuning yadnya): banten caru atau segehan. Sementara dalam Bhuwana Agung: (i) Alam kedewatan (Ida Sang Hyang Widhi): banten pejati; (ii) Prana bhuwana agung : banten gebogan; (iii) Kekuatan acetana atau samudra: banten pengambean; (iv) Cetana atau gunung: banten peras lan soda; (v) Surya lan Candra: banten jerimpen; (vi) Uriping jagat: banten dapetan; (vii) Hukum Rta alam semesta: banten tebasan lan sesayut; (viii) Pertiwi lan akasa : banten segehan lan caru. Ringkasnya: di kepala: banten daksina dan banten gebogan; di badan: banten pengambeyan, banten peras dan soda, banten jerimpen, banten dapetan, banten sesayut dan tebasan; dan di kaki: banten caru atau segehan. Dengan demikian, keseluruhan banten merupakan manifetasi dari Tuhan dan manfestasinya/sinar sucinya. Dengan demikian banten adalah Yantra, simbolisasi Tuhan yang dibentuk bundar (lingkaran/oval) seperti tamas, srobong daksina, dsb.; segi empat seperti ce(m)per, aledan; dan berbentuk segitiga seperti ituk-ituk, dsb. Bentuk-bentuk tersebut bersinergi dengan bentuk-bentuk lain dalam suatu kesatuan makna dan tujuan tertentu. Bahan-bahan upakara/banten diolah dan ditata dalam bentuk-bentuk di atas. Semua banten berhubungan erat dengan mantra, karena agung alit banten manut mantra. Dalam konteks upacara tidak boleh nguncarang mantra tanpa banten.
    Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak Yudha Triguna Channel pada TH-cam.
    Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
    www.youtube.co...
    Facebook: yudhatriguna
    Instagram: / yudhatrigunachannel
    Website: www.yudhatrigu...

ความคิดเห็น • 8

  • @ardhiwirawan8604
    @ardhiwirawan8604 4 หลายเดือนก่อน +1

    Om swastyastu, dari judul kontennya saja sudah sangat menarik karena kesannya sangat benuansa Bali "Sanganan lebeng andus". Luar biasa kandungan filosofi yang dijabarkan oleh narasumber yang memang ahli di bidangnya. Terima kasih Ratu Aji Prof. Drs. IBP Suamba, MA., Ph.D., atas pencerahannya yang sangat luar biasa, telah menautkan secara esensial upakara agama Hindu dengan nilai-nilai filosofi yang aproksimasinya pada ajaran "Siwa Tattwa" dimensi simbol konstruktif dan simbol ekspresif dalam peradaban Hindu nusantara. Terima kasih juga Ratu Aji Prof. Dr. IBG Yudha Triguna, M.S., atas sesuluhnya yang sangat luar biasa bermanfaat untuk pemirsa👍🙏

  • @imadearimas1305
    @imadearimas1305 4 หลายเดือนก่อน +1

    matur sukseme ratu aji

  • @idabagusweda8827
    @idabagusweda8827 4 หลายเดือนก่อน

    Matur suksma atu aji

  • @raibintang9246
    @raibintang9246 4 หลายเดือนก่อน

    Becik bisan Suksma pencerahannya 🙏