PANDE BRATAN LELUHUR DAN KETURUNANNYA ? (@IDA BAGUS WIJAYA KUSUMAH)

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 27 พ.ค. 2023
  • Pande Bratan merupakan putra dari Mpu Dwala. Pada masa pemerintahan Dalem Bekung, Pade Bratan menjabat sebagai kepala desa Bratan. pada masa pemerintahannya, warga Pande Bratan diserang oleh warga Pasek Kayu Srlem Batur, yang menyebabkan warga Pande Bratan pergi meninggalkan desa Bratan ? (@Ida Bagus Wijaya Kusumah)

ความคิดเห็น • 5

  • @myayu9700
    @myayu9700 6 หลายเดือนก่อน +2

    Sukseme gung aji atas pencerahan sejarah leluhur titiang.. Titiang keturunan arya danurwangsa saking desa gadungan selemadeg timur... Salam rahayu....

  • @dewayudaraputra1716
    @dewayudaraputra1716 ปีที่แล้ว +2

    Mantap ratu ajik, sudah memberikan penjelasan terkait silsilah pande Bratan dan keturunannya semoga para generasi muda kita bisa membaca dan bisa mengetahui tentang sejarah asal asul keturunan serta orang orang suci yang ada di Bali , Astungkara Rahayu sareng sami 🙏

  • @SamsungTab-tj6pz
    @SamsungTab-tj6pz ปีที่แล้ว +2

    Ini KEREN BANGET dan TOP ABIS ,,,,,,,,, ILMU SEJARAH tentang ini lah yang SAYA cari selama ini ,,,,,,,,, S U K S E M A

  • @ngurahputra3018
    @ngurahputra3018 หลายเดือนก่อน +3

    Silsilah Leluhur Warga Pande dan Keturunannya di Jawa dan Bali menurut "Lontar Dewa Purana Besakih" dimulai dari ;
    1.)Sanghyang Pasupati/Sanghyang Siwa Mahaguru/Siwa Mahadewa di Gunung Mahameru/Himalaya di India, menurunkan
    2.)Sanghyang Siwaguru Semeru di Gunung Semeru/Parwata di Jawa Timur, menurunkan
    3.)Mpu Witadharma Sri Mahadewa di Gunung Agung/Purwita/Toh Langkir dari Jawa ke Bali, menurunkan,
    4.)Mpu Dwijendra/Mpu Raja Kertha/Danghyang Dwi Jendra di Jawa dan Bali, menurunkan 4 Mpu ; (1.Bubuksah dan 2.Gagak Aking bersaudara, 3.Mpu Brahmawisesa/Mpu Agni/Mpu Gni, 4.Mpu Bajrasatwa)
    5.Dari Mpu Bubuksah dan Mpu Gagak Aking moksah "sukla-brahmacari" sebagai pertapa tidak ada keturunannya diuji oleh Dewa dalam ujud Macan Putih,
    6.Dari Mpu Brahmawisesa/Mpu Gni menurunkan 2 putera ;
    1.Mpu Gandring di Lalumbang Singasari Jawa Timur wafat ditikam Ken Angrok 1220M., karena tidak memenuhi "catur dharma Krya" kepandean (ahli membuat keris), dan
    2.Mpu Siwa Saguna/Mpu Patih Jaya menurunkan 4 putera ; Mpu Tusan, Mpu Galuh, Mpu Lumbang, dan Mpu Gandu (menurunkan Kepandean dan Warga Pande). Dari Mpu Tusan menurunkan Pande Tusan, dari Mpu Galuh menurunkan Mpu Brahmaraja menjadi Penasehat/Bhagawanta Raja Madura Sri Kuda Panoleh adik Ken Bebed isteri Mahapatih Majapahit Mpu Gajah Mada, sedangkan Patih Madu adalah patih Raja Madura yang memohon muput upacara leluhurnya/Srada kepada Mpu Brahmaraja pada Tahun 1380M. diberi gelar Bhagawan Pandya Mpu Bhumi Sakti, beliau berasal dari Gunung Adi Hyang/Dihyang/Dieng Jawa Tengah tempat beliau bertapa dan pindah ke Pasuruan, perjalanan dari Pasuruan ke Madura beliau singgah di Peasraman "Aksobya" tempat Mpu Asthapaka (aliran Buddha Bhairawa) memuja Hyang Amoghasidhi dan menikah dgn puterinya Dewi Diah Amertatma, beliau cukup lama tinggal Pasuruan dan membangun Pura "Putha Hista" yaitu bangunan berisi kolam, pancuran, dan balai untuk memuja Hyang Eka Agni, Tryagni, Kundagni. Mpu Brahmaraja/Bhagawan Pandya Mpu Bhumi Sakti akhirnya meninggalkan Aksobya Pasuruan ke Madura dan menetap di Madura Griya Asrama/Pasraman Kayu Manis di Desa Silasanyane Madura menurunkan 2 anak ; 1.)Brahmana Rare Sakti/Mpu Gandring Sakti, dan
    2.)Diah Kencanawati/Mpu Galuh/Diah Kulputih, menjadi Pemangku Pura Besakih (menggantikan kedudukan Sang Kulputih yang sudah tua) atas restu Bhatara Hyang Mahadewa berastana di Puncak Gunung Agung Bali. Dari Brahmana Rare Sakti/Mpu Gandring Sakti menikah dengan Dyah Giri Sewaka (Bidadari dari Kahyangan yang dikutuk menjadi Raksasi di Hutan Girisewaka) menurunkan Brahmana Dwala. Semenjak Mpu Brahmaraja/Bhagawan Pandya Mpu Bumi Sakti moksah di Madura, Mpu Gandring Sakti bertapa di Gunung Indrakila/G.Batur Bangli Bali sekarang, beliau moksah disana di Gunung Batur Bali. Keturunannya Brahmana Dwala mepodgala bergelar Mpu Dwala/Bhagawan Wiswakarmaputera menikah dengan Puteri dari Desa Beratan dan berasrama di Desa Beratan, menurunkan 2 putera ;
    1.)Arya Pande Beratan.
    2.)Arya Pande Wulung/Mpu Sadhaka/Mpu Swarnangkara.
    1.)Dari Arya Pande Beratan/Lurah Kepadean Beratan, menurunkan 6 anak ; 1.Pande Galuh, 2.Pande Bendesa Twa, 3.Pande Taman Bungbungan, 4.Pande Sasana Taman Bali, 5.Pande Bang Ngaran Banjar, 6.Pande Anom.
    Kemudian mereka membangun Pura Penataran Parahyangan Kawitan Warga Pande di Banjar/Dusun Jelantik Desa Tojan Klungkung. Pura Penataran ini mempergunakan kusen dan daun pintu dari batu, sehingga disebut juga sebagai Pura Penataran Pande Kori Batu "Sila Dwara" Sekarang para keturunan Para Pande Arya Beratan/Lurah Kepandean Beratan ini sudah menyebar di bergai desa seluruh Bali, mereka disebut Pande Besi (memiliki keahlian membuat senjata dan alat-alat rumah tangga dari logam besi), disebut Pande Emas (memiliki keahlian membuat busana dan alat perhiasan dari logam emas dan perak), disebut Pande Gong (memiliki keahlian membuat alat-alat gambelan tetabuhan ; gong, kempur, terompong, gangsa, ugal kendang, cengceng, kempluk, bende, klenong, dll.) Selanjutnya mereka disebut Warga Pande, yang pada umumnya diikuti oleh bidang keahlian atau tempat domisili, sehingga akhirnya dikenal dengan nama ; Pande Beratan, Pande Tusan, Pande Kamasan, Pande Taman Bali, Pande Beng, Pande Tatasan, dll.
    Mereka semua Warga Pande berasal dari satu Kawitan yaitu Mpu Dwijendra/Mpu Dwi Jendra/Mpu Rajakertha dari Jawa.
    2.)Dari Arya Pande Wulung/Mpu Sadhaka/Mpu Swarnangkara, menurunkan 5 anak ;
    1.Arya Danu, 2.Arya Suradnya/Mpu Pande Rsi, 3.Pande Tusta, 4.Pande Tonjok (ahli membuat senjata tajam), 5.Ida Wana (ahli dalam pekerjaan Sangging) ada yang menjadi Kepala Desa/Lurah di Beratan bernama I Gusti Pande Beratan.
    Pada suatu hari diceritakan Arya Pande Beratan berselisih paham dengan pedagang berkuda/Pengalu Panigrama berasal dari Wikangdanu Kintamani Batur keturunan Pasek Kayu Selem Mpu Dryakah/Mpu Kamareka dimana salah satu pedagang wanigrama tsb. tewas, dan yang lainnya mundur menyelamatkan diri kembali pulang ke Batur dan melaporkan mendapat serangan dari Warga Pande Beratan baik dari keturunan Arya Pande Beratan maupun dari keturunan Arya Pande Wulung/Mpu Sadhaka/Mpu Swarnangkara, sehingga Warga Pasek Kayu Selem semua bersatu membalas untuk menyerang Warga Pande Beratan, sehingga Desa Beratan dihancurkan banyak yang tewas dan sisanya lari menyelamatkan diri keluar Desa Beratan menyebar ke desa-desa lainnya menyembunyikan diri dari kejaran penyerang. Peristiwa ini terjadi pada Tahun 1570M. (Masa pemerintahan Dalem Bekung/Ida Dewa Pemayun Anom (
    Diantara Para Warga Pande Beratan yang selamat melarikan diri itu, antara lain ;
    1.Mpu Jagarosa dengan membawa 'Pustaka Bang Kepandean' ke Desa Taman,
    2.Pande Sarwadha ke Desa Kapal Badung,
    3.Arya Pande Ramaja ke Desa Mengwi Badung,
    4.Arya Pande Karsana ke Desa Tonja Kesiman Denpasar Badung,
    5.Arya Pande Swarna ke Buleleng (mengabdi kepada Raja Buleleng IGusti Agung Panji Sakti ), ada juga yang pindah ke Desa Tusan Klungkung,
    6.Arya Pande Ruktya ke Bangli membawa 2 Arca Kawitan Pande Beratan, saudara sepupunya Arya Pande Likub pindah ke Desa Samu Bangli,
    7.Ida Arya Pande Wana ke Bayan, menjadi seorang Undagi,
    8.Mpu Pande Tarub ke Desa Mengwi,
    9.Arya Pande Dhanuwangsa ke Desa Gadung Tabanan.
    Arya Pande Ruktya dan saudara sepupunya Arya Pande Likub di Bangli, tetap setia menjalankan dharma-kepandean sebagai Pande Emas dan Perak, mengabdi kepada Penguasa Anglurah Bangli saat itu adalah IGusti Peraupan dibantu oleh sanak keluarganya bernama IGusti Pemamoran, IGusti Baingin, dll. (dari keturunan Arya Wang Bang Pinatih).
    Pada saat itu terjadi perselisihan/perang antara Penguasa Anglurah Bangli dengan Penguasa Raja Taman Bali keturunan Angga Tirta Kesatria Tirta Harum Bangli "Arya Cengceng" ; I Dewa Pering dari Nyalian, I Dewa Pindi dari Gaga/Pagesengan, I Dewa Perasi dari Denbincingah, I Dewa Kaler dari Getakan Bangli, I Dewa Pemecutan dan I Dewa Gede Oka dari Tamanbali, dll. adalah keturunan dari Raja Bhre Wengker di Jawa Sri Wijayarajasa pernah berkuasa di Tamanbali Bangli, Leluhurnya Rsi Bhujangga Waisnawa menurunkan Danghyang Subali, menurunkan Sri Angga Tirta, menurunkan Sang Garbha Jata, menurunkan 5 Manca Kesatriya Tirtha Harum (Nyalian, Denbincingah, Pagesengan/Gaga, Getakan, dan Pemecutan Tamanbali). Akhirnya Raja Anglurah Bangli IGusti Peraupan Pinatih dan sanak saudaranya kalah dan tewas dalam perang tsb. rakyat Bangli dan Warga Arya Pande Ruktya dan sepupunya Arya Pande Likub di Bangli mengungsi/melarikan diri ke Desa Camenggaon Blahbatuh Gianyar meminta perlindungan kepada Penguasa Blahbatuh IGusti Ngurah Jelantik (keturunan Kiyayi Cacaran dari Pangeran Nyuhaya Arya Kepakisan) akhirnya Arya Pande Ruktya wafat karena sakit diracun oleh orang tak dikenal/mungkin musuhnya. Sanak keluarga keturunan Arya Pande Ruktya di Blahbatuh, lama kelamaan lalai dan lupa terhadap Bhatara Kawitan, akibatnya tidak menentu hidupnya, kemudian akhirnya mengerti dan menjalankan dharma dan bakti kepada Bhatara Kawitan, sebab itu mereka membangun parahyangan "Ratu Kepandean" dan "Dalem Bangli", sejak saat itu hidup mereka berangsur-angsur membaik dan semakin bahagia.
    Arya Pande Likub melanjutkan perjalanan ke Desa Timbul Sukawati ditolak oleh masyarakat disana
    7.Dari Mpu/Danghyang Bajrasatwa dalam "Silsilah Bhagawanta" di Bali, menurunkan Mpu Tanuhun/Tunuhun/Mpu Lampita, menurunkan 5 Mpu/Brahmana/Pandita "Panca Tirta" (Mpu Semeru, Mpu Gnijaya, Mpu Ghana, Mpu Kuturan, Mpu Baradah) di Jawa dan ke Bali.
    Sumber Data : dikutip dari buku "Prasasti dan Babad Pande" oleh Pande Made Purna Jiwa. 🙏🙏🙏