#468
ฝัง
- เผยแพร่เมื่อ 23 ธ.ค. 2024
- Kali ini Freddie Salim kembali ke podcast! Ia baru saja buka restoran bernama Silk Thai Jakarta. Sembari membahas konsep restorannya, kita juga akan membahas bagaimana industri kuliner di Thailand berkembang serta keterlibatan Ray dan Freddie pada program pemerintah untuk memajukan gastrodiplomasi Indonesia. Tonton video selengkapnya di #RayJansonRadio
#468 KENAPA MAKIN BANYAK RESTORAN THAILAND DI INDONESIA? WITH FREDDIE SALIM | RAY JANSON RADIO
Enjoy the show!
Instagram:
Freddie Salim: / freddiesalim
DON'T FORGET TO LIKE AND SUBSCRIBE !
Ray Janson Radio is available on:
Spotify: spoti.fi/2lEDF01
Apple Podcast: apple.co/2nhtizq
Google Podcast: bit.ly/2laege8i
Anchor App: anchor.fm/ray-...
TikTok: / rayjansonradio
Let's talk some more:
/ rayjanson
#RayJansonRadio #FnBPodcast #Indonesia
Gw dari dulu suka makanan Thailand seperti Thai Curry atau nasi goreng nanas atau pandan chicken sama Tom Yam sebagai alternatif kalo lagi bosen dan bingung makan apaan kalau lagi di mall. Enak, asam segar tapi enggak gimana bikin sampe akan sengaja cari Thai karena rasanya yah gitu2 aja.
Thanks kepada Chef Phillips dari Warung SCI gw nemu rasa makanan Thailand yang beda walaupun dia fusion dengan makanan peranakan kyk Tom Yam dia yang beda dari resto Thailand lain di Jakarta atau Salmon Yum. Cuma krn booking tempat dia bikin enggak tentu kapan bisa makan, gw jadi coba cari alternatif. Nemu Rak Thai. Otentik krn resep dari orang Thailand langsung dan mendekati rasa Warung SCI dan bahkan ada Salmon Yum juga. Tapi untuk Tom Yam gw belom nemuin yang kuahnya clear kecuali di Busaba, dan tentu saja ada Salmon Yum.
Sejak makan di SCI, gw jadi enggak bisa makan makanan Thailand "kebanyakan". Contoh nih, dulu gw pasti makan di Thai Alley yang menunya standar dgn resto Thai lain kalo ke Pacific Place dan lagi mau makan Thailand. Sekarang lebih milih ke Busaba padahal sistemnya juga booking tapi selama datang bukan di jam lunch (12 pm) atau dinner (5 pm), bisa langsung datang walaupun makannya buru2.
Yang penting, se-fine dining apapun resto Thailand, gw blom pernah nemu ada dress code-dress code-an atau larang tamu pake sendal
EDIT:
Kalo serius mau memperkenalkan makanan Indonesia ke manca negara dan bahkan ke wilayah sendiri maka harus mulai dari street food dan restoran biasa terutama kalo ke luar negeri. Jangan dari fine dining yang barrier to entry-nya tinggi.
Dari pengalaman gw. Gw jadi sering makan Jepang dari yg murah, minimal mid level dulu. Kyk sushi-sushi-an dimulai dari Ichiban Sushi baru naik ke Sushi Tei terus omakase2an ala Tatemukai. Tempura, Teriyaki dll dari Hokben. Shabu2, panggangan dll krn Hanamasa, Western food juga gitu. Kyk Burger makan perkenalannya burger abang2 gerobakan yang pake daging ham sampe iseng cobain yg pake kobe beef dan foei gras. Steak pertama dari Gandys tapi biasa aja. Mulai sering sejak ada Warung Steak terus baru cobain MeatGuy. Thailand juga sama. Perkenalan gw sama Tom Yum itu malah dari Warung Kito, upscale ke mid level kyk Thai Alley atau Kam Lai atau Foo Foo dan waktu msh tinggal sama ortu, emak gw suka bikin Tom Yum pake paste yang isiannya suka2 dia...sampe akhirnya ketemu Tom Yum ala Warung SCI dan skrg lebih suka makan di Busaba. dll...Istilahnya bikin makanan/acara entry level lah...kalo uda hooked baru perkenalkan edisi upscale, gastronomic gitu2..
Sama terakhir, masyarakat kita juga harus diedukasi supaya enggak terlalu rigid sama menu lokal dan ngamuk2 kalo ada yang ubah cara masak sampe penyajian. Kyk dulu juri Masterchef Inggris, John Torode ngomong rendang crispy. Langsung ngamuk2 satu negara. Padahal mah biasa aja walaupun dia salah, misalnya ternyata dia mikir dendeng = rendang tapi di Indo kesannya uda blasphemy dan uda sampe kayak menghina agama aja. Coba liat sushi. Di Jepang mana ada sushi pake mayonese. Tapi orang Jepang santai aja gak bawa samurai bikin perang suci demi melindungi sushi wkwkwk..
Kalo org Indo masih kek gitu, mana berani orang luar bereksperimen sama makanan Indonesia padahal salah satu wujud apresiasi dan menandakan makanan uda diterima sama lokal adalah terjadi lokalisasi secara drastis.
Ya , Kendalanya memang orang Indo terlalu gatekeepy dgn kulinernya dan pemikirannya masih konservatif gitu
Karena Thailand menyadari betapa pentingnya bisnis kuliner demi promosi sektor pariwisata
Pemerintah RI menyebut Duta Besar dengan gelar 'Yang Mulia' di depan namanya.
Meanwhile,makanan Padang yg jualan bukan orng Minang jadi ribut.
Trus makanan Burmese makin popup di Thailand, karena masih ada perang di Myanmar
Pls ngobrolnya ... jangan sambil ke vape dong ..
Lah ngatuurrr😂