Detektor GC dan HPLC KELOMPOK 5 KELAS A

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 25 ธ.ค. 2024

ความคิดเห็น • 48

  • @ElviaRosalinda
    @ElviaRosalinda 9 วันที่ผ่านมา

    Assalamualaikum, perkenalkan saya Elvia Rosalinda dengan npm (2208103010022) dari kelompok 9 kelas A, izin bertanya pada kelompok 5, mengapa kontrol suhu penting pada operasi GC, dan bagaimana fluktuasi suhu dapat memperngaruhi hasil analis?

    • @MaulidarRahmi-lu3hv
      @MaulidarRahmi-lu3hv 9 วันที่ผ่านมา

      Waalaikumsalam, terimakasih atas pertanyaannya, saya Maulidar Rahmi (2208103010017) izin menjawab :Kontrol suhu sangat penting dalam operasi Gas Chromatography (GC) karena suhu memengaruhi banyak aspek dari proses pemisahan, termasuk volatilitas senyawa, laju elusi, dan interaksi senyawa dengan fasa diam. Dalam GC, senyawa dipisahkan berdasarkan perbedaan volatilitas dan afinitasnya terhadap fasa diam di kolom. Suhu yang tidak stabil atau fluktuatif dapat mengganggu keseimbangan ini, sehingga memengaruhi kualitas dan reproduktifitas hasil analisis.
      Fluktuasi suhu dapat menyebabkan masalah seperti pelebaran puncak kromatogram, resolusi yang buruk antara senyawa, dan waktu retensi yang tidak konsisten. Jika suhu kolom lebih rendah dari yang diperlukan, senyawa dapat terjebak lebih lama di kolom, meningkatkan waktu analisis dan menurunkan sensitivitas. Sebaliknya, suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan senyawa terelusi terlalu cepat tanpa pemisahan yang memadai. Selain itu, fluktuasi suhu juga dapat merusak kolom GC, terutama jika digunakan pada suhu yang tidak sesuai dengan spesifikasi material kolom.
      Referensi:
      1. McNair, H. M., & Miller, J. M. (2009). Basic Gas Chromatography (2nd ed.). Wiley.
      2. Sandra, P., & Bicchi, C. (1987). Capillary Gas Chromatography in Food Control and Research. Huthig.
      3. Van Deursen, M., Beens, J., & Cramers, C. A. (2000). "Evaluation of Temperature Effects in Gas Chromatography." Journal of Chromatography A, 897(1-2), 83-91.

  • @ElviraYusanti
    @ElviraYusanti 9 วันที่ผ่านมา +1

    Assalamu'alaikum. Perkenalkan saya Elvira Yusanti (2208103010053) dari kelompok 7 kelas A. Izin bertanya apa perbedaan antara detektor fluoresensi dan detektor indeks bias (RI) dalam HPLC, dan dalam situasi apa masing-masing lebih disukai?

    • @MaysyuraNf
      @MaysyuraNf 9 วันที่ผ่านมา

      waalaikumsalam, terimakasih elvira atas pertanyaannya saya Maysyura (2208103010045) izin menjawab ya
      Detektor fluoresensi dan detektor indeks bias (RI) dalam HPLC memiliki prinsip kerja yang berbeda dan digunakan dalam situasi yang spesifik. Detektor fluoresensi bekerja dengan mendeteksi cahaya yang dipancarkan oleh senyawa yang dapat terangsang untuk memancarkan cahaya setelah terpapar cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Detektor ini sangat sensitif, memungkinkan deteksi senyawa dalam konsentrasi rendah, dan sangat berguna untuk senyawa yang bersifat fluoresen, seperti hormon, vitamin, atau pestisida. Di sisi lain, detektor RI mengukur perubahan indeks bias fase gerak saat senyawa terelusi, memberikan sinyal berdasarkan perbedaan indeks bias antara fase gerak dan senyawa. Meskipun detektor RI tidak se-sensitif detektor fluoresensi, detektor ini sangat berguna untuk menganalisis senyawa yang tidak bersifat fluoresen, seperti gula, polimer, atau senyawa non-volatile lainnya. Penggunaan detektor fluoresensi lebih disukai ketika sensitivitas tinggi diperlukan dan untuk senyawa yang sudah diketahui sifat fluoresennya, sedangkan detektor RI lebih cocok untuk analisis komponen yang tidak memiliki sifat fluoresen. Oleh karena itu, pemilihan antara kedua detektor ini bergantung pada sifat sampel dan tujuan analisis, dengan detektor fluoresensi yang lebih sensitif digunakan untuk deteksi jejak, sementara detektor RI digunakan untuk analisis senyawa yang lebih umum dan non-volatile.
      Referensi:
      1. Skoog, D. A., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2018). Principles of Instrumental Analysis (7th ed.). Cengage Learning.
      2. Meyer, V. R. (2019). Practical High-Performance Liquid Chromatography (5th ed.). Wiley.
      3. Snyder, L. R., Kirkland, J. J., & Dolan, J. W. (2017). Introduction to Modern Liquid Chromatography (4th ed.). Wiley.

  • @salmanalfarisi15
    @salmanalfarisi15 9 วันที่ผ่านมา

    Deskripsikan cara kerja detektor ionisasi nyala (FID) dalam GC dan mengapa detektor ini sangat sensitif terhadap senyawa organik ?

    • @MaulidarRahmi-lu3hv
      @MaulidarRahmi-lu3hv 9 วันที่ผ่านมา

      baik terimakasih atas pertanyaannya, saya maulidar rahmi (2208103010017) izin menjawab : Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector atau FID) bekerja dengan cara mendeteksi ion-ion yang dihasilkan dari pembakaran senyawa organik dalam nyala hidrogen. Dalam GC, senyawa yang keluar dari kolom kromatografi dialirkan ke dalam detektor FID bersama aliran gas hidrogen dan udara. Campuran ini dibakar pada elektroda, menghasilkan nyala api kecil. Dalam proses pembakaran, senyawa organik yang mengandung ikatan karbon-hidrogen (C-H) terionisasi dan menghasilkan ion serta elektron. Ion-ion ini menciptakan arus listrik kecil ketika ditarik oleh elektroda kolektor yang memiliki tegangan listrik tertentu. Besarnya arus listrik ini sebanding dengan jumlah ion yang terbentuk, sehingga memberikan sinyal yang mencerminkan konsentrasi senyawa organik dalam sampel.
      FID sangat sensitif terhadap senyawa organik karena ionisasi terutama terjadi pada ikatan karbon-hidrogen, yang sangat umum dalam molekul organik. Hal ini membuat FID dapat mendeteksi senyawa organik pada konsentrasi yang sangat rendah, bahkan hingga level pikogram. Selain itu, FID memiliki respons yang linier untuk berbagai senyawa organik, sehingga mempermudah kuantifikasi. Namun, karena pembakaran diperlukan untuk menghasilkan ionisasi, FID kurang sensitif terhadap senyawa anorganik atau senyawa yang tidak memiliki ikatan C-H. Terimakasih semoga membantu
      Referensi:
      1. McNair, H. M., & Miller, J. M. (2009). Basic Gas Chromatography (2nd ed.). Wiley.
      2. Sharma, B. K., & Kaur, M. (2012). Introduction to Gas Chromatography: Principles and Applications. CRC Press.
      3. Poole, C. F. (2012). Gas Chromatography (5th ed.). Elsevier.

  • @ZhidanAziz
    @ZhidanAziz 9 วันที่ผ่านมา

    Assalamualaikum, perkenalkan saya Zhidan Aziz (2208103010037) dari kelompok 6A, izin bertanya kepada kelompok 5. Dalam konteks HPLC, apa itu elusi gradien dan bagaimana teknik ini meningkatkan pemisahan komponen dalam sampel kompleks?

    • @MaulidarRahmi-lu3hv
      @MaulidarRahmi-lu3hv 9 วันที่ผ่านมา

      waalaikumsalam, terimakasih atas pertanyaanya, saya Maulidar rahmi izin menjawab Elusi gradien dalam HPLC adalah teknik di mana komposisi fasa gerak diubah secara bertahap selama proses analisis. Biasanya, elusi gradien dilakukan dengan mencampur dua pelarut yang berbeda polaritasnya, misalnya air (polar) dan metanol atau asetonitril (non-polar), lalu mengatur perbandingan campuran tersebut selama analisis. Pada awalnya, fasa gerak dimulai dengan komposisi yang lebih cocok untuk melarutkan senyawa polar, sehingga senyawa polar dalam sampel terelusi lebih dahulu. Kemudian, secara bertahap, komposisi fasa gerak diubah menjadi lebih non-polar untuk membantu melepaskan senyawa non-polar yang tertahan lebih lama di fasa diam.
      Teknik ini sangat bermanfaat ketika menganalisis sampel yang kompleks, yaitu sampel yang mengandung berbagai senyawa dengan polaritas berbeda. Tanpa elusi gradien, senyawa yang memiliki interaksi kuat dengan fasa diam bisa memakan waktu sangat lama untuk keluar dari kolom, atau bahkan tidak terelusi sama sekali. Dengan elusi gradien, senyawa yang sulit terelusi dapat didorong keluar lebih cepat tanpa mengorbankan pemisahan senyawa yang lebih mudah terelusi. Hasilnya, pemisahan menjadi lebih efisien, waktu analisis lebih singkat, dan resolusi antar-puncak dalam kromatogram lebih baik. Teknik ini memungkinkan HPLC untuk memisahkan dan menganalisis senyawa dengan rentang sifat kimia yang luas dalam satu kali proses analisis. semoga membantu

  • @alyaputrizulaikha759
    @alyaputrizulaikha759 9 วันที่ผ่านมา +1

    Assalamu’alaikum, saya Alya Putri Zulaikha (NPM : 2208103010029) dari kelompok 4 izin bertanya, jelaskan fungsi detektor penangkapan elektron (ECD) dalam GC dan mengapa detektor ini sangat efektif untuk mendeteksi senyawa dengan afinitas elektron tinggi?

    • @NadiaRahmah-k1u
      @NadiaRahmah-k1u 9 วันที่ผ่านมา

      waalaikumsalam, baik terimakasih atas pertanyaannya, saya Nadia Rahmah (2208103010051) dari kelompok 5 A, izin menjawab pertanyaan dari alya. "Detektor Penangkapan Elektron (ECD) dalam Kromatografi Gas (GC) ini berfungsi untuk mendeteksi senyawa yang memiliki afinitas elektron tinggi, seperti yang mengandung halogen atau gugus nitro, dengan cara mengukur perubahan arus akibat penangkapan elektron oleh senyawa tersebut. ECD sangat efektif karena memiliki sensitivitas tinggi terhadap senyawa-senyawa ini, bahkan pada konsentrasi rendah, dan selektif hanya merespons senyawa yang dapat menangkap elektron, seperti pestisida dan polutan halogenasi"
      Sekian jawaban dari saya, semoga membantu🤗
      Referensi:
      McNair, H. M., & Miller, J. M. (2010). Basic Gas Chromatography (2nd ed.). Wiley-Interscience.

  • @YosiArifah
    @YosiArifah 9 วันที่ผ่านมา +1

    Assalamualaikum, perkenalkan saya yosi arifah dengan npm 2208103010015 dari kelompok 2,izin bertanya,Bagaimana pemisahan pemilihan fase diam dalam kolom kromatografi mempengaruhi pemisahan komponen dalam gc dan hplc?terima kasih

    • @MaysyuraNf
      @MaysyuraNf 9 วันที่ผ่านมา +1

      waalaikumsalam saya Maysyura (2208103010045) akan menjawab pertanyaan dari yosi
      pemilihan fase diam dalam kolom kromatografi sangat mempengaruhi pemisahan komponen dalam Gas Chromatography (GC) dan High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) karena berperan dalam menentukan interaksi antara sampel dan kolom. Pada GC, fase diam biasanya berupa lapisan film cair atau padatan yang dilapiskan pada penyangga inert, di mana pemisahan senyawa bergantung pada volatilitas dan polaritasnya. Fase diam polar cocok untuk senyawa polar karena interaksi dipol-dipol yang kuat, sedangkan fase non-polar lebih efektif untuk senyawa non-polar karena interaksi yang lebih lemah, sehingga senyawa dengan volatilitas tinggi bergerak lebih cepat melalui kolom. Sementara itu, dalam HPLC, fase diam berbasis silika yang dimodifikasi digunakan dalam dua mode utama: fase normal dengan fase diam polar untuk memisahkan senyawa polar dan fase terbalik dengan fase diam non-polar (seperti C18) untuk memisahkan senyawa non-polar. Pemilihan fase diam yang tepat akan meningkatkan selektivitas, efisiensi, dan resolusi pemisahan, sedangkan fase yang tidak cocok dapat menyebabkan ko-elusi atau pemisahan yang buruk. Oleh karena itu, pemahaman sifat kimia senyawa, seperti polaritas dan volatilitas, penting untuk memilih fase diam yang optimal, sehingga pemisahan dalam GC maupun HPLC dapat berlangsung efektif dan akurat.
      Referensi:
      1. Skoog, D. A., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2018). Principles of Instrumental Analysis (7th ed.). Cengage Learning.
      2. Meyer, V. R. (2010). Practical High-Performance Liquid Chromatography (5th ed.). Wiley.
      3. Poole, C. F. (2012). The Essence of Chromatography. Elsevier.

  • @TalithaAufaNabilah
    @TalithaAufaNabilah 9 วันที่ผ่านมา

    Assalamualaikum, perkenalkan saya Talitha Aufa Nabilah dengan NPM 2208103010059 dari kelompok 9 kelas A. Izin bertanya kepada kelompok 5.
    Jelaskan bagaimana detektor spektrometri massa (MS) dapat diintegrasikan dengan GC dan HPLC untuk memberikan informasi struktural tentang analit?
    Terimakasih🙏

    • @NadiaRahmah-k1u
      @NadiaRahmah-k1u 9 วันที่ผ่านมา

      waalaikumsalam, baik terimakasih atas pertanyaannya, saya Nadia Rahmah (2208103010051) dari kelompok 5 A, izin menjawab pertanyaan dari Talitha.
      "Detektor spektrometri massa (MS) dapat diintegrasikan dengan GC dan HPLC untuk memberikan informasi struktural tentang analit dengan mengidentifikasi senyawa berdasarkan pola spektrum massa. Setelah pemisahan oleh GC atau HPLC, senyawa yang terpisah diionisasi di MS, menghasilkan ion yang dipisahkan berdasarkan rasio massa terhadap muatan (m/z). Dalam GC-MS, analit yang dipisahkan oleh kolom GC dianalisis untuk menentukan struktur melalui spektrum massa, sementara HPLC-MS menggunakan ionisasi seperti electrospray untuk analisis serupa, memberikan informasi lebih rinci mengenai massa molekul dan fragmentasi senyawa. Teknik ini memungkinkan identifikasi dan penentuan struktur analit secara akurat"
      sekian jawaban dari saya, semoga bisa membantu🤗
      Referensi:
      Skoog, D. A., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2017). Principles of Instrumental Analysis (7th ed.). Cengage Learning

    • @talitha-j6u
      @talitha-j6u 9 วันที่ผ่านมา

      @@NadiaRahmah-k1u terimakasih Nadia atas jawabannya🙏🏻🤗

  • @jaradraff
    @jaradraff 9 วันที่ผ่านมา

    Assalamualaikum, perkenalkan saya Syajara Tuddur (2208103010065) dari kelompok 9A izin bertanya kepada kelompok 5 mengenai materi yang kalian jelaskan, ada hal yang saya kurang mengerti,seperti yang telah kalian paparkan, dalam konteks HPLC ini apa yang dimaksud dengan elusi gradien dan bagaimana penerapan teknik ini dapat meningkatkan efisiensi pemisahan komponen-komponen dalam sampel yang kompleks?"terimakasih

    • @MaysyuraNf
      @MaysyuraNf 9 วันที่ผ่านมา

      waalaikumsalam, saya Maysyura (2208103010045) akan menjawab pertanyaan dari syajaratuddur
      Elusi gradien dalam HPLC adalah teknik di mana komposisi fase gerak diubah secara bertahap selama proses pemisahan untuk meningkatkan efisiensi dalam memisahkan komponen-komponen sampel yang kompleks. Teknik ini biasanya dimulai dengan fase gerak yang lebih polar dan secara bertahap diubah menjadi lebih non-polar (pada HPLC fase terbalik), sehingga komponen dengan interaksi kuat terhadap fase diam dapat terelusi lebih cepat. Dengan elusi gradien, tantangan dalam memisahkan sampel kompleks dengan rentang polaritas yang luas dapat diatasi, karena setiap komponen dapat dielusi dalam kondisi optimal tanpa memakan waktu yang lama. Selain itu, teknik ini meningkatkan resolusi pemisahan dengan menghasilkan puncak kromatogram yang lebih tajam dan simetris, serta mempercepat waktu analisis dibandingkan elusi isokratik yang menggunakan komposisi fase gerak tetap. Misalnya, dalam analisis campuran senyawa polar dan non-polar, perubahan komposisi fase gerak dari polar ke non-polar memungkinkan senyawa yang tertahan lebih kuat untuk terdorong keluar lebih cepat, sehingga seluruh komponen dapat terpisah dengan efisien. Oleh karena itu, elusi gradien sangat ideal untuk sampel kompleks seperti senyawa biologis, metabolit, dan campuran senyawa organik, menjadikannya metode yang fleksibel dan efektif dalam meningkatkan efisiensi pemisahan dalam HPLC.
      Referensi:
      1. Skoog, D. A., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2018). Principles of Instrumental Analysis (7th ed.). Cengage Learning.
      2. Snyder, L. R., Kirkland, J. J., & Dolan, J. W. (2011). Introduction to Modern Liquid Chromatography (3rd ed.). Wiley.
      3. Meyer, V. R. (2010). Practical High-Performance Liquid Chromatography (5th ed.). Wiley.

    • @jaradraff
      @jaradraff 9 วันที่ผ่านมา

      ​@@MaysyuraNf terimakasih atas jawabannya sangat membantu

    • @MaysyuraNf
      @MaysyuraNf 9 วันที่ผ่านมา

      @@jaradraff sama2

  • @azzamunadhiefa2091
    @azzamunadhiefa2091 9 วันที่ผ่านมา

    Assalamualaikum Wr.Wb. Saya Azza Munadhiefa Zain dengan NPM (2208103010011) dari kelompok 8 kelas A. Izin bertanya, coba teman-teman bandingkan detektor bulk dan solute property dalam HPLC, serta berikan contoh kasus dimana masing" digunakan
    Terimakasih🙏🏻

    • @NadiaRahmah-k1u
      @NadiaRahmah-k1u 9 วันที่ผ่านมา

      waalaikumsalam, baik terimakasih atas pertanyaannya, saya Nadia Rahmah (2208103010051) dari kelompok 5 A, izin menjawab pertanyaan dari Azza.
      "Detektor bulk dan solute property dalam HPLC memiliki prinsip kerja yang berbeda. Detektor bulk, seperti refractive index detector (RID) dan conductivity detector, mengukur perubahan sifat fisik atau kimia dari fase gerak yang dipengaruhi oleh analit, bukan hanya analit itu sendiri. Detektor ini dapat mendeteksi berbagai komponen, namun kurang spesifik. RID, misalnya, digunakan untuk mendeteksi senyawa seperti gula atau alkohol yang tidak menyerap UV.
      Sebaliknya, detektor solute property mengukur sifat khusus analit, seperti penyerapan UV atau fluoresensi, yang bergantung pada struktur molekulnya. Contoh detektor ini adalah UV-Vis detector dan fluorescence detector, yang lebih sensitif dan spesifik terhadap senyawa yang memiliki kromofor atau sifat fluoresen, seperti obat-obatan dan senyawa fenolik. Meskipun lebih spesifik, detektor ini hanya efektif untuk analit yang memiliki sifat khas yang dapat diukur. Secara keseluruhan, detektor bulk cocok untuk analisis komponen tanpa sifat solute yang jelas, sementara detektor solute property lebih tepat untuk senyawa yang memiliki karakteristik khas yang dapat diukur."
      sekian jawaban dari saya, semoga bisa membantu🤗
      Referensi:
      Skoog, D. A., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2017). Principles of Instrumental Analysis (7th ed.). Cengage Learning.

    • @azzamunadhiefa2091
      @azzamunadhiefa2091 9 วันที่ผ่านมา

      Terimakasih banyak Nadya atas jawabannya🙏🏻🤗​@@NadiaRahmah-k1u

  • @TeukuRizkykurniawan
    @TeukuRizkykurniawan 9 วันที่ผ่านมา

    Assalamualaikum Wr.Wb. Saya Teuku Rizky Kurniawan dengan NPM (2208103010013) dari kelompok 1 kelas A. Izin bertanya, Coba kalian bandingkan perbedaan utama antara kromatografi gas (GC) dan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) dalam hal fase gerak dan fase diam yang digunakan ?
    Terima Kasih

    • @MaulidarRahmi-lu3hv
      @MaulidarRahmi-lu3hv 9 วันที่ผ่านมา

      Waalaikumsalam saya maulidar rahmi (2208103010017) izin menjawab: Perbedaan utama antara kromatografi gas (GC) dan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) terletak pada jenis fasa gerak dan fasa diam yang digunakan. Pada GC, fasa geraknya berupa gas inert, seperti helium atau nitrogen, yang berfungsi sebagai pembawa untuk senyawa volatil. Fasa diamnya biasanya berupa cairan atau polimer yang dilapiskan pada permukaan padatan di dalam kolom, dirancang untuk memisahkan senyawa berdasarkan volatilitas dan interaksi polaritas. Sebaliknya, pada HPLC, fasa geraknya berupa cairan, seperti campuran pelarut organik dan air, yang polaritasnya dapat disesuaikan agar kompatibel dengan senyawa target. Fasa diam pada HPLC adalah material padat, seperti silika yang dimodifikasi, yang memungkinkan pemisahan senyawa berdasarkan interaksi hidrofobik, polaritas, atau mekanisme lain tergantung pada metode yang digunakan (fase normal atau fase terbalik). Dengan demikian, GC lebih efektif untuk senyawa volatil yang dapat menguap tanpa degradasi, sementara HPLC unggul dalam menganalisis senyawa non-volatil, berat molekul tinggi, atau termolabil.

    • @TeukuRizkykurniawan
      @TeukuRizkykurniawan 9 วันที่ผ่านมา

      @@MaulidarRahmi-lu3hv terima kasih atas jawabannya

  • @SupridaKsp
    @SupridaKsp 9 วันที่ผ่านมา

    Assalamualaikum wr wb, perkenalkan saya Suprida dengan npm (2208103010055) dari kelompok 3A, izin bertanya kepada kelompok 5, Dalam HPLC, bagaimana detektor penyerapan ultraviolet (UV) digunakan untuk mendeteksi komponen analit, dan apa kelebihan serta keterbatasannya?
    Terimakasih

    • @NadiaRahmah-k1u
      @NadiaRahmah-k1u 9 วันที่ผ่านมา

      waalaikumsalam, baik terimakasih atas pertanyaannya, saya Nadia Rahmah (2208103010051) dari kelompok 5 A, izin menjawab pertanyaan dari suprida.
      "Detektor penyerapan ultraviolet (UV) dalam HPLC digunakan untuk mendeteksi komponen analit dengan mengukur penyerapan cahaya UV oleh senyawa yang terpisah di kolom. Ketika sampel melewati detektor, cahaya UV dengan panjang gelombang tertentu diteruskan melalui sampel, dan penurunan intensitas cahaya yang terdeteksi menunjukkan adanya senyawa yang menyerap cahaya pada panjang gelombang tersebut. Keunggulan detektor UV adalah kemampuannya untuk mendeteksi berbagai senyawa organik tanpa memerlukan derivatisasi, dengan sensitivitas yang baik pada konsentrasi rendah. Keterbatasannya termasuk ketergantungan pada kemampuan senyawa untuk menyerap cahaya UV, sehingga tidak efektif untuk senyawa yang tidak menyerap pada panjang gelombang UV yang umum digunakan, seperti senyawa yang tidak memiliki ikatan konjugasi atau gugus fungsional yang menyerap UV"
      Sekian jawaban dari saya, semoga membantu🤗
      Referensi:
      Wilks, D. M. (1999). Chromatography: Principles and Applications. Wiley.

  • @fadyanirmala6522
    @fadyanirmala6522 9 วันที่ผ่านมา

    Assalamualaikum, perkenalkan saya Fadya Nirmala (2208103010001) dari Kelompok 8A, izin bertanya kepada kelompok 5, tolong jelaskan peran detektor elektrokimia (ECD) dalam HPLC dan jenis analit apa yang paling cocok untuk dideteksi dengan metode ini?
    Terima kasih sebelumnya

    • @NadiaRahmah-k1u
      @NadiaRahmah-k1u 9 วันที่ผ่านมา

      waalaikumsalam, baik terimakasih atas pertanyaannya, saya Nadia Rahmah (2208103010051) dari kelompok 5 A, izin menjawab pertanyaan dari fadya.
      "Detektor Elektrokimia (ECD) dalam HPLC digunakan untuk mendeteksi senyawa yang dapat teroksidasi atau tereduksi secara elektrokimia. Prinsip kerja ECD ini melibatkan pengukuran arus listrik yang dihasilkan ketika analit berinteraksi dengan elektroda dalam detektor. Ketika senyawa yang dapat teroksidasi atau tereduksi melewati detektor, mereka akan mengalami perubahan elektron, menghasilkan arus yang dapat diukur untuk menentukan konsentrasi analit.
      Jenis analit yang paling cocok untuk dideteksi dengan ECD adalah senyawa organik yang memiliki aktivitas redoks, seperti obat-obatan, senyawa fenolik, senyawa berbasis nitrogen (misalnya amina dan alkaloid), serta senyawa polutan yang dapat teroksidasi atau tereduksi, seperti pestisida dan polutan industri. ECD sangat sensitif terhadap analit yang memiliki gugus fungsional yang memungkinkan reaksi redoks, sehingga memberikan deteksi yang akurat pada konsentrasi rendah"
      Sekian jawaban dari saya, semoga membantu🤗
      Referensi:
      Gjerde, D.T., & Skoog, D.A. (1998). Electrochemical Detection in Liquid Chromatography. Journal of Chromatography A, 794(1-2), 29-42.

  • @ditasavira6196
    @ditasavira6196 9 วันที่ผ่านมา

    Assalamualaikum wr wb, perkenalkan saya Dita Savira dengan npm (2208103010057) dari kelompok 3A, izin bertanya kepada kelompok 5, Jelaskan bagaimana pilihan fasa gerak dan fasa diam dalam dan HPLC memengaruhi kemampuan kedua metode ini untuk menganalisis senyawa volatil dan non-volatil! Terimakasih

    • @MaulidarRahmi-lu3hv
      @MaulidarRahmi-lu3hv 9 วันที่ผ่านมา

      waalaikumsalam saya maulidar rahmi (2208103010017) izin menjawab : Pada HPLC, pemilihan fasa gerak dan fasa diam sangat memengaruhi kemampuan alat ini untuk menganalisis senyawa volatil maupun non-volatil. Fasa geraknya berupa cairan, biasanya campuran air dengan pelarut organik, yang polaritasnya bisa disesuaikan tergantung senyawa yang ingin dianalisis. Fasa diamnya berupa material padat, seperti silika yang dimodifikasi, yang bisa digunakan untuk metode fase normal atau fase terbalik. Karena menggunakan sistem cair, HPLC sangat cocok untuk menganalisis senyawa non-volatil, terutama senyawa yang sulit menguap, memiliki berat molekul besar, atau tidak tahan suhu tinggi. Namun, untuk senyawa volatil, metode ini kurang ideal karena sifat volatilitas senyawa tersebut tidak relevan dalam sistem cair. Oleh karena itu, pemilihan fasa gerak dan fasa diam yang tepat sangat menentukan keberhasilan analisis menggunakan HPLC.

  • @Aera_aneksa
    @Aera_aneksa 9 วันที่ผ่านมา

    Assamualaikum wr.wb . Perkenalkan saya Mujibatul Husna(2208103010005) dari kelompok 8 A, izin bertanya,
    Diskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu retensi dalam kromatografi dan bagaimana waktu retensi yang digunakan untuk mengidentifikasi komponen dalam sampel.
    Terima Kasih 🙏🏻

    • @MaysyuraNf
      @MaysyuraNf 9 วันที่ผ่านมา

      waalaikumsalam, terimakasih atas pertanyaannya muji
      saya Maysyura (2208103010045) akan menjawab
      waktu retensi dalam kromatografi dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang mempengaruhi interaksi komponen sampel dengan fase diam, komposisi fase gerak, dan kondisi eksperimen lainnya. Faktor pertama adalah interaksi dengan fase diam, di mana senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan memiliki waktu retensi lebih lama. Di sisi lain, senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan terelusi lebih cepat. Komposisi fase gerak juga berperan penting, karena perubahan komposisi fase gerak dapat mempengaruhi kekuatan interaksi antara komponen dan fase diam, sehingga mempengaruhi waktu retensi. Misalnya, dalam HPLC fase terbalik, peningkatan pelarut organik dalam fase gerak dapat mempercepat elusi senyawa yang lebih polar. Selain itu, polaritas komponen juga berpengaruh, di mana senyawa polar akan memiliki waktu retensi yang lebih lama dalam fase normal dibandingkan dengan fase terbalik. Suhu kolom dan laju alir fase gerak juga mempengaruhi waktu retensi; suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan volatilitas komponen dalam GC, sementara laju alir yang lebih cepat memperpendek waktu retensi dalam HPLC, meskipun dapat mengurangi efisiensi pemisahan. Ukuran partikel fase diam dan panjang kolom juga mempengaruhi waktu retensi, dengan kolom yang lebih panjang atau fase diam yang lebih halus meningkatkan interaksi dan memperpanjang waktu retensi. Waktu retensi digunakan untuk mengidentifikasi komponen dalam sampel dengan membandingkan waktu retensi suatu puncak dalam kromatogram dengan waktu retensi standar dari senyawa yang dikenal di bawah kondisi eksperimen yang sama. Karena banyak faktor yang mempengaruhi waktu retensi, konsistensi dalam kondisi eksperimen sangat penting untuk memastikan identifikasi yang akurat.
      Referensi:
      1. Braithwaite, A., & Smith, F. J. (1996). Chromatographic Methods (5th ed.). Springer Science & Business Media.
      2. Grob, R. L., & Barry, E. F. (2004). Modern Practice of Gas Chromatography (4th ed.). Wiley.
      3. Kazakevich, Y., & LoBrutto, R. (2007). HPLC for Pharmaceutical Scientists. Wiley.

    • @Aera_aneksa
      @Aera_aneksa 9 วันที่ผ่านมา

      ​@@MaysyuraNfterimakasih atas jawabannya may🙏🏻🤗