Nglangsé Wrêksa ing Kali Song lan Nyêkar Macapat

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 15 ก.ย. 2024
  • Membusanai pohon, menghormati pohon dengan pakaian layaknya mereka adalah manusia, merupakan salah satu cara menjaga, merawat, dan melestarikan pohon. Pohon-suci di dusun-desa berhubungan erat dengan tokoh sucinya masing-masing.
    Sejarah (semu) lokal, legenda-mitik, fabel, dan cerita tutur tinular tentang satu tokoh pembuka-pengembang dusun-desa sering melekat pada pohon-suci di suatu situs keramat alami di dusun-desa. Tentu ini sejarah minor-eksil versi lokal, versi pinggiran, cerita versi masyarakat kelas bawah non-kratonik.
    Cerita ini dituturkan oleh para tetua dusun-desa, oleh Mbah Juru Kunci, sebagai alat bantu ingat bagi generasi penerus bahwa ke-ada-an mereka sekarang atas "labuh-labet" leluhur mula. Mereka telah berkorban jiwa-raga demi pembukaan-pertumbuhan dusun-desa.
    Papan-sakral berpasangan dengan waktu-sakral. Pada waktu-sakral tertentu-tersepakati "wrêksa" (pohon) di situs keramat alami dusun-desa atau "cikal-bakal dusun-desa" dibusanai dengan kain mori. Busana srtba putih ibarat pencerahan, juga kebersihan dan kemurnian.
    Bersih dusun-desa (Rasul: Bêras Wangsul) adalah momentum yang baik untuk mengingat "wrêksa" (pohon), dengan mempersembahkan "langsé" (baju) baru.
    Wrêksa: manusia.
    #nglangse #nglangsewreksa #nglangsewit #nglangsewreksaingkalisong #kalisongnglanggeran #rasul #beraswangsul #nglangselanrasul #rasulan #rasulnglanggeran #nyekarmacapat #macapatan #macapatlannglangse #tembangmacapat #daksinarga #nandurbanyu #bebrayanagung

ความคิดเห็น •