TANAH AIR MATA Oleh: Sutardji Calzoum Bachri Tanah airmata tanah tumpah darahku Mata air airmata kami Air mata tanah air kami Di sinilah kami berdiri Menyanyikan airmata kami Dibalik gembur subur tanahmu Kami simpan perih kami Dibalik etalase megah gedung-gedungmu Kami coba sembunyikan derita kami Kami coba simpan nestapa Kami coba kuburkan duka lara Tapi perih tak bisa sembunyi Ia merebak kemana-mana Bumi memang tak sebatas pandang Dan udara luas menunggu Namun kalian takkan bisa menyingkir Kemana pun melangkah Kalian pijak air mata kami Kemana pun terbang Kalian hinggap di air mata kami Kemana pun berlayar Kalian arungi air mata kami Kalian sudah terkepung Takkan bisa mengelak Takkan bisa kemana pergi Menyerahlah pada kedalaman air mata kami
Assalamualaikum permisi pak guru, pada puisi2 lain itu juga terdapat kata Tanah Air mata tanah tumpah Duka ku, tapi di Vidio ini tanah tumpah darahku, jadii mana yg benar kita ikuti pak ?? Terimakasih
@@MarhalimZaini KAMI BUKAN BANGSA YANG PANDIR Ada sebabnya aku mengadakan perlawanan ini Aku ingin agar Indonesia dikenal orang Aku ingin memperlihatkan kepada dunia Bagaimana rupa orang Indonesia Aku ingin menyampaikan kepada dunia Bahwa kami bukan "Bangsa yang Pandir" Seperti orang Belanda berulang-ulang mengatakan kepada kami Bahkan kami bukan lagi "Inlander goblok hanya baik untuk diludahi" Seperti Belanda mengatakan kepada kami berkali-kali Bahwa kami bukan lagi Penduduk kelas kambing yang berjalan Menyuruk-nyuruk dengan memakai Sarung dan ikat kepala Merangkak-rangkak seperti yang dikehendaki Oleh majikan-majikan kolonial di masa silam. Puisi diambil dari buku bung karno penyambung lidah rakyat
CONTOH BacaPUISInya yg FULL mana.....?
terakhir, seharusnya kasih contoh donkkkk
TANAH AIR MATA
Oleh: Sutardji Calzoum Bachri
Tanah airmata tanah tumpah darahku
Mata air airmata kami
Air mata tanah air kami
Di sinilah kami berdiri
Menyanyikan airmata kami
Dibalik gembur subur tanahmu
Kami simpan perih kami
Dibalik etalase megah gedung-gedungmu
Kami coba sembunyikan derita kami
Kami coba simpan nestapa
Kami coba kuburkan duka lara
Tapi perih tak bisa sembunyi
Ia merebak kemana-mana
Bumi memang tak sebatas pandang
Dan udara luas menunggu
Namun kalian takkan bisa menyingkir
Kemana pun melangkah
Kalian pijak air mata kami
Kemana pun terbang
Kalian hinggap di air mata kami
Kemana pun berlayar
Kalian arungi air mata kami
Kalian sudah terkepung
Takkan bisa mengelak
Takkan bisa kemana pergi
Menyerahlah pada kedalaman air mata kami
Terima kasih ya
Terima kasih pak, ini sangaaat membantu buat saya latihan sebelum uprak ^_^
kok tanah tumpah 'darahku' to...?
bukannya tanah tumpah 'dukaku'
Terima kasih bang Marhalim Zaini, mantap 👍👍👍jadi paham baca puisi nya, 👍👍👍
Ka boleh minta tolong ga kasih tips baca puisi SEMBAHYANG MALAM KARYA ACEP ZAM ZAM NOOR
menurut saya; 'udara luas' jadi satu
Pak guru meymei mau lomba baca puisi ini...
Terimakasih atas penjabaran puisinya Kang, bisa saya ajarkan anak-anak untuk di rumah
Assalamualaikum permisi pak guru, pada puisi2 lain itu juga terdapat kata Tanah Air mata tanah tumpah Duka ku, tapi di Vidio ini tanah tumpah darahku, jadii mana yg benar kita ikuti pak ?? Terimakasih
Ikuti saja yang ada di Juknis lomba dari panitia
Berkat Abang sya jadi suka membaca puisi
Bru ketemu channel ini ☺️
Mau tanya bang, puisi Tanah Air Mata termasuk puisi yang bertema kemerdekaan bukan? Mohon jawabannya ya bang🙏
Kemerdekaan yang tidak merata
Meymei hadir pak guru
12:23
7:54
Yang di tunggu-tunggu🌻
wa'alaikumsalam bang marhalim zaini, terimakasih toturial cara membaca puisi tanah air mata
Bang cara baca puisi "kami bukan bangsa yang pandir" 🙏
Puisi siapakah itu?
@@MarhalimZaini
KAMI BUKAN BANGSA YANG PANDIR
Ada sebabnya aku mengadakan perlawanan ini
Aku ingin agar Indonesia dikenal orang
Aku ingin memperlihatkan kepada dunia
Bagaimana rupa orang Indonesia
Aku ingin menyampaikan kepada dunia
Bahwa kami bukan "Bangsa yang Pandir"
Seperti orang Belanda berulang-ulang mengatakan kepada kami
Bahkan kami bukan lagi
"Inlander goblok hanya baik untuk diludahi"
Seperti Belanda mengatakan kepada kami berkali-kali
Bahwa kami bukan lagi
Penduduk kelas kambing yang berjalan
Menyuruk-nyuruk dengan memakai
Sarung dan ikat kepala
Merangkak-rangkak seperti yang dikehendaki
Oleh majikan-majikan kolonial di masa silam.
Puisi diambil dari buku bung karno penyambung lidah rakyat
@@MarhalimZaini minta tolong bang, buat lomba lagi 2 hari 🙏
Luar biasa.. Terima kasih bang Marhalim Zaini, sangat menginspirasi, jadi paham baca puisi nya,👍👍👍👍
Disekolah saya akan lomba puisi