Peristiwa Sejarah Puputan Margarana Bali 1946

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 26 ธ.ค. 2020
  • Latar Belakang Perang Puputan Margarana
    Kronologi Perang Puputan Margarana
    Dampak Perang Puputan Margarana
    I Gusti Ngurah Rai membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sunda Kecil dan di Bali dan memiliki pasukan bernama Ciung Wanara. Pasukan ini dibentuk untuk membela tanah air guna melawan penjajah di daerah Bali. Sebagai seorang Komandan TKR di Sunda Kecil dan ia merasa perlu untuk melakukan konsolidasi ke Yogyakarta yang menjadi markas TKR pusat. Sampai di Yogyakarta I Gusti Ngurah Rai dilantik menjadi komandan Resimen Sunda Kecil berpangkat Letnan Kolonel. Sekembalinya dari Yogyakarta dengan persenjataan I Gusti Ngurai Rai mendapati Bali telah dikuasai oleh Belanda dengan mempengaruhi raja-raja Bali.
    Di samping itu Ngurah rai juga menyatakan bahwa: “Pulau Bali bergolak karena kedata pasukan Belanda. Dengan demikian apabila ingin Pulau Bali dan damai Belanda harus angkat kaki dari Pulau bali”. Ketika Ngurah rai berhasil menghimpun dan mempersatukan ker pasukannya pada tanggal 8 November 1946 dilakukan serangan terhadap markas Belanda yang ada di kota Tabanan. Markas Belanda digempur habis-habisan.
    Dalam pertempuran itu pasukan Ngurah Rai meraih kemenangan yang gemilang dan satu Detasemen Polisi Belanda lengkap dengan senjatanya menyerah. Setelah itu pasukan mundur ke arah utara kota Tabanan dan memusatkan perjuangan di desa Margarana.
    Setelah kepulangannya dari Yogyakarta Ia mendapati pasukan Belanda dengan 2000 pasukan dan persenjataan lengkap dan pesawat terbang siap untuk menyerang I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan kecilnya. Bersama dengan pasukan Ciung Wanaranya I Ngurah Rai berhasil memukul mundur pasukan Belanda pada saat itu pada tanggal 18 November 1946. Namun hal ini justru membuat pihak Belanda menyiapkan bala tentara yang lebih banyak dari Pulau Jawa Madura dan Lombok untuk membalas kekalahannya.
    Pertahanan I Gusti Ngurah Rai berhasil dipukul mundur dan hingga akhirnya tersisa pertahanan Ciung Wanara terakhir di desa Margarana. Kekuatan terakhir ini pun dipukul mundur lantaran seluruhnya pasukannya jatuh ke dasar jurang. Hal ini pulalah yang diabadikan dengan istilah puputan Margarana (perang habis-habisan di daerah Margarana) pada tanggal 20 November 1946.
    Berkat usaha yang gigih memperjuangkan Bali untuk masuk menjadi kekuasaan Indonesia (sesuai kesepakatan Linggarjati hanya Sumatra Jawa dan Madura yang masuk kekuasaan Indonesia) Ngurah Rai mendapat gelar Bintang Mahaputra dan dan kenaikan pangkat menjadi Brigjen TNI (Anumerta). Ia meninggal pada usia 29 tahun dan memperoleh gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 63/TK/1975 tanggal 9 Agustus 1975. Namanya pun diabadikan menjadi nama Bandara di kota Bali.

ความคิดเห็น • 5

  • @NyomanCarles-bg1rh
    @NyomanCarles-bg1rh 16 วันที่ผ่านมา

    Bali emang mantap

  • @gendismoza11
    @gendismoza11 2 ปีที่แล้ว +3

    Bagus

    • @SobatHistory
      @SobatHistory  2 ปีที่แล้ว +1

      Terima kasih, semoga bermanfaat

  • @tirzaarumi6783
    @tirzaarumi6783 11 หลายเดือนก่อน

    Hal hal yang dilakukan oleh rakyat Indonesia pada saat pertempuran tersebut apa donk

  • @nurulsalsabila4790
    @nurulsalsabila4790 3 ปีที่แล้ว +3

    Nurul salsabila XII7
    Absen 23