Salam Sejahtera, Setuju sekali dengan pendeta bahwa Allah adalah Bapa yang Maha baik & Maha bertanggung jawab, sehingga tidak akan memberi makanan yang bukan makanan kepada manusia ciptaan-Nya (Matius 7: 9-10), karena tubuh manusia adalah *_mezbah korban bakaran hidup_* . Sejak sebelum bumi dilanda air bah, Allah sudah menyediakan apa yang akan dimakan manusia (Kejadian 7:2&3), yaitu *_sama dengan_* (=) yang akan menjadi korban bakaran bagi-Nya (Kejadian 8:20). Ketika Nuh (Bapak moyang segala bangsa, termasuk bangsa Indonesia) melakukan korban bakaran itu, Allah merasa sangat tersanjung & dipermuliakan (Kejadian 8:21), yang tidak ada hubungannya dengan Hukum Taurat. Adalah sebuah hiburan bagi iblis beserta para yesus Matius 24:24 menyaksikan kegemaran para manusia kristen yang gemar makan yang bukan makanan itu, mencomot beberapa tulisan Rasul Paulus dan mengatakan bahwa makan minum adalah Hukum Taurat. Kemudian dalam ke-“lugu”-annya mereka melakukan pelecehan atau perundungan yaitu membenturkan atau mengadu domba Hukum-Nya itu dengan jalan Salib Yesus Kristus, demi memperoleh pembenaran atau legitimasi menurut akal mereka, untuk bebas menjadi manusia pemakan segala dan kemudian akhirnya mereka terjangkit sindrom tabiat yang dalam bahasa "Ibraninya" adalah gergantang tubir atau *_rakus, yang merupakan salah satu akar kejahatan_* , sehingga mereka tersesat memahami makna keselamatan hanya oleh Kasih Karunia Allah. Iblis sudah tidak sabar menunggu kegenapan nubuatan favoritnya yaitu Nubuatan Yesus dalam Matius 7:23-21, yang akan menjerat para manusia kristen yang degil bertegar tengkuk dengan pemahamannya, bahwa sekali selamat tetap selamat. Karena Yesus sendiri sudah menegaskan bahwa Kasih Karunia-Nya bukanlah “vaksin” yang akan meluputkan manusia dari murka-Nya (Yohanes 5:14) apabila manusia mengabaikan “protokol” Kasih Karunia-Nya. Agar ibadah yang kita lakukan tidak sia-sia dan tidak menyesatkan diri kita dan atau orang lain, karena itu marilah kita semua kembali berkiblat kepada Terang Alkitab yang benar secara benar demi membangun pemahaman akan Kasih Karunia Allah secara Alkitabiah, mumpung jarum jam injury time kita masing-masing masih bertik-tak tik-tak (Lukas 13:6-9). Kerajaan Surga memang bukan soal makan minum, tetapi tentu kita tidak lupa bahwa awal dosa masuk ke planet bumi ini adalah melalui kejatuhan Adam & Hawa, ketika mereka mencemarkan kekudusan Allah yang melekat pada mereka, melalui makanan yang mereka makan atas petunjuk iblis.
Salam Sejahtera,
Setuju sekali dengan pendeta bahwa Allah adalah Bapa yang Maha baik & Maha bertanggung jawab, sehingga tidak akan memberi makanan yang bukan makanan kepada manusia ciptaan-Nya (Matius 7: 9-10), karena tubuh manusia adalah *_mezbah korban bakaran hidup_* .
Sejak sebelum bumi dilanda air bah, Allah sudah menyediakan apa yang akan dimakan manusia (Kejadian 7:2&3), yaitu *_sama dengan_* (=) yang akan menjadi korban bakaran bagi-Nya (Kejadian 8:20).
Ketika Nuh (Bapak moyang segala bangsa, termasuk bangsa Indonesia) melakukan korban bakaran itu, Allah merasa sangat tersanjung & dipermuliakan (Kejadian 8:21), yang tidak ada hubungannya dengan Hukum Taurat.
Adalah sebuah hiburan bagi iblis beserta para yesus Matius 24:24 menyaksikan kegemaran para manusia kristen yang gemar makan yang bukan makanan itu, mencomot beberapa tulisan Rasul Paulus dan mengatakan bahwa makan minum adalah Hukum Taurat. Kemudian dalam ke-“lugu”-annya mereka melakukan pelecehan atau perundungan yaitu membenturkan atau mengadu domba Hukum-Nya itu dengan jalan Salib Yesus Kristus, demi memperoleh pembenaran atau legitimasi menurut akal mereka, untuk bebas menjadi manusia pemakan segala dan kemudian akhirnya mereka terjangkit sindrom tabiat yang dalam bahasa "Ibraninya" adalah gergantang tubir atau *_rakus, yang merupakan salah satu akar kejahatan_* , sehingga mereka tersesat memahami makna keselamatan hanya oleh Kasih Karunia Allah.
Iblis sudah tidak sabar menunggu kegenapan nubuatan favoritnya yaitu Nubuatan Yesus dalam Matius 7:23-21, yang akan menjerat para manusia kristen yang degil bertegar tengkuk dengan pemahamannya, bahwa sekali selamat tetap selamat. Karena Yesus sendiri sudah menegaskan bahwa Kasih Karunia-Nya bukanlah “vaksin” yang akan meluputkan manusia dari murka-Nya (Yohanes 5:14) apabila manusia mengabaikan “protokol” Kasih Karunia-Nya.
Agar ibadah yang kita lakukan tidak sia-sia dan tidak menyesatkan diri kita dan atau orang lain, karena itu marilah kita semua kembali berkiblat kepada Terang Alkitab yang benar secara benar demi membangun pemahaman akan Kasih Karunia Allah secara Alkitabiah, mumpung jarum jam injury time kita masing-masing masih bertik-tak tik-tak (Lukas 13:6-9).
Kerajaan Surga memang bukan soal makan minum, tetapi tentu kita tidak lupa bahwa awal dosa masuk ke planet bumi ini adalah melalui kejatuhan Adam & Hawa, ketika mereka mencemarkan kekudusan Allah yang melekat pada mereka, melalui makanan yang mereka makan atas petunjuk iblis.