Selain karna gak stay relevan, era sekarang ini kompetitor makin banyak karna bikin usaha juga makin gampang. Jadi back to basic, tiap brand harus punya USP dan business model yang selalu harus diubah mengikuti trend. Konsumen juga udah gak seloyal dulu sama brand karna banyak pilihan. Dari sisi brand biar bisa bersaing semua pada perang harga, konsumen mencari harga terbaik dengan membandingkan satu brand ke brand lain. Ujung2nya susah loyal. Customer journey juga dipengaruhi review. Content creator (reviewer) makin banyak. Brand yang menggunakan iklan dan KOL makin cepat sampai ke konsumen, yang paling siap juga akan paling cepat mengeksekusi konsumennya untuk membeli.
ijin berpendapat pak Renal. alasan sudah berkeluarga, mengurus anak, sudah tua, mau pensiun untuk tidak bisa belajar lagi, tidak sempat belajar karena lebih sibuk, sangat tidak relevant. siapa pun kita selalu sebuk, kalo mindset kita bisa dirubah jadi "tiada hari tanpa belajar" meski 5 menit, 10menit, atau 1 jam per hari, pasti bisa. dulu belum keluarga, jd karyawan di PT, super capek, brangkat pagi pulang malam. sekarang berkeluarga, ngurus anak, berbisnis, saya paksakan meski 5 menit sehari harus pelajar. alhamdulillah, semua lini kehidupan grow. sempetin belajar bhs inggris lagi meski sudah tua, liat konten produktif kayak pak Renal, baca beberapa buku, work out, semua bisa. tinggal kita saja mau berubah atau tidak. terimakasih.
Setuju. Belajar itu hanya berhenti ketika nafas sudah terhenti. Gak perlu maksain harus keluar biaya besar seperti sekolah/kuliah/kursus juga. Ada perpustakaan, pinjam buku dari sana. Bisa akses internet, belajar dari sana. Ada orang yang mau berbagi ilmunya, belajarlah darinya. Bisa lewat mana saja, menyesuaikan kondisi masing-masing. Yang penting pantang menyerah.
terkadang yang sedih itu, malah institusi pendidikan yang sulit sekali untuk bertransformasi. dulu berharap masuk dunia pendidikan bisa lebih bebas berfikit berinovasi, ternyata sulit juga
Tdk segampang yg diomongkan atau teori2 bahkan Mark Zuckenberg tdk bisa menyelamatkan kejatuhan perusahaannya walaupun didukung tim2 yg berusaha mengikuti perubahan dan didukung dana luar biasa .....mau berubah bgmn alokasi dana dll tdk segampang yg diomongkan lah .....
@@Cyan_Nightingale nggak kok, mungkin birokrasi salah satu masalahny. Kalo liat tech review, emang apa yg mau dibikin mark itu agak sulit, ngebuat pc ukuran vr headset. Eh btw ini ngomongin meta apa dunia pendidikan?
Perkenal kan saya Bu Ami ..tinggal di kebon baru asem baris Tebet Jakarta Selatan .persoalan saya ,di belakang tetangga saya bangun tidak punya IMB ,urug tanah mencapai hampir 3 meter ..sehingga tembok rumah kami yg berhadapan dengan urugkan retak ,rembes dll ketakutan kami ambruk ..persoalan kami sudah sampai lurah-pemprov DKI .tapi sampai saat ini belum ada perbaikan ..mohon nasib kami di perhatikan dengan adil .skrg kami tiap hari penuh ketakutan Krn retakan tembok makin hari terus membesar .pak Maulana pemprov DKI .mohon segera persoalan kami di selesaikan ..biar kami hidup aman seperti sebelum kami di urug dengan zhalim .
Di Singapura juga yang isi kotanya cuma Mall juga banyak yang tutup, yang survive mereka re-brand mall tua menjadi kompleks spesifik kursus dan pendidikan informal, mall khusus orang jompo dengan klinik kecil dan spa massage, mall ethnic imigrant tertentu, mall khusus pet/vet shop, mall khusus teknis kantoran, mall keluarga yang fasilitas bermain anak serba gratis dst...
Emang sekarang daya beli menurun abis prof. Sy toko di pinggir jalan. Tahun 2017,2018 sy dagang sambil tidur siang juga orang dateng belanja bisa bangunin sy...sekarang mata melotot siang malam juga pembeli emang Gk ada. Tapi sy tetap bersyukur,masih bertahan sampe saat ini. Teman2 sy satu profesi udah pada gulung tikar.
Kenapa ada mall sepi ada yg ramai Hanya mall yg bisa menciptakan relevansi Intinya harus berinovasi untuk memenuhi keinginan konsumen, Sangat bermanfaat sekali pak prof
Memang bnr seorg pisahan harus mampu be evolusi. Dgn perubahan.. Namun kita juga jgn lupa.. Siestem ekonomi.. Indonesia. Yg inflasi nya loh di atas 15 % yg mau tdk mau kita trima mnurunkn daya bli..
pendapat, pemerintah selalu mengatakan pertumbuhan ek. diatas 5%, padahal kenyataan seperti yg sy alami sebagai pedagang mikro, daya beli masy turun jauh, mirip seperti pert.ek. 3%. sekarang sangat sulit bikin bisnis kecil, silahkan cek ke AO bank bumn yg menyalurkan KUR pasti banyak kredit macet. jangan tanya ceo yg diatas.
Pak Rhenald, semenjak saya kenal dunia kerja saya punya rules 1,3,5, sampai tahun pertama adalah belajar, sampai tahun ke tiga berinovasi dan mengejar misi, sampai tahun ke lima mendelegasi (biasanya sudah punya team atau jadi supervisi), setelah tahun kelima resign dan beradaptasi dalam mencari kerja yang sedikit/banyak berbeda dari yang sebelumnya, benefit nya memulai dari nol lagi adalah karena target nya selalu baru dan bergerak terus, jadi semangat nya ngga pernah bosan, ternyata 5 tahun itu lama juga ya 😄
Sy pelaku UMKM, cemilan eceran, hampir 3 thn. Mau tdk mau sy hrs jeli melihat pesaing. Nah, skrg byk pemain besar yg biasanya produknya harga 7-8ribu/bgks mulai mengecilkan kemasannya spy bisa diecer harga 1000 - 2000 per bgks. Bayangkan, UMKM yg menyumbang 62% PDB negara, yg menyerap hampir 97% angkatan kerja, yg nyari kredit plg dpt 5-10jt, dibiarkan bertarung dgn perusahaan2 besar. Utk kemasan yg menarik dan lbh awet isinya dibutuhkan investasi yg gak kecil krn hrs nyetak ribuan. Belum kecepatan produksi, manual lawan mesin. Ojo dibanding2 ke...ya, pasti kalaaah...
Sebagai pelaku UMKM & mengamati dilapangan mah sgt paham gk usah pakai sekolah Doktor LN 😀,. Tahun 2013 merantau ke pinggiran Ibu Kota , jumlah toko kelontong , warung nasi ,pedagang kaki lima dikawasan tempat tinggal paling ada 1 atau 2 model bisnis yg sama sekarang dg model bisnis yg sama sdh lbh dr 5 pedagang disekitar rumah sedangkan jumlah penduduknya segitu² saja gk ada penambahan yg kentara,. Jelas itu bukan daya beli rendah tapi daya beli dibagi² 😀
Daya beli turun prof. ... Rakyat kecil banyak kena phk, orang kaya bisnisnya tambah berat, harga bahan baku melonjak, tapi mereka ga berani naikan harga jual terlalu tinggi krn takut tambah ga laku. Akhirnya semua mengurangi beban belanja, utamakan belanja primer sj dulu. 😊
Duit ga muter, dulu orang ga beli online, emang harga nya mahal dikit karna mereka juga mau untung buat hidup dan ngidupin orang lain( karyawan nya), karyawannya pulang kerja kepasar beli sayur buat masak, tukang sayur dapet duit, anak tukang sayur bisa jajan. udah brp orang yang mati gara2 online. Bukan sistem nya yang salah. Tapi orang indo belum siap. Mana katanya program pemerintah mau bantu umkm? Akhirnya kita cuma bisa jadi pembeli, karna ga bisa buat dan jual( kalah saing) . akhir nya yang kaya makin kaya, yang kaya bisa impor besar dari 'Sono' trs di jual di onlen dengan harga murah ( cuan) , pns gaji masuk terus, yg selain di sebutin di atas ya nikmati la jadi pembeli onlen yang kegirangan karna katanya untung beli onlen lebih murah ( apa lagi bisa ngutang dulu) , tanpa mikir dampak duit ga muter.
Pa renal, sebelum nya bapak pernah membahas predator prising di market place...menurut saya itu yang jadi cikal bakal daya beli menurun ...uang semakin susah....seperti bola salju imbas nya. Negara maju, jual beli dimarket place pajak nya min 10%....kenapa di kita tidak diterapkan? Kondisi sekarang apapun yang usaha sangat sulit. Harus ada regulasi dari pemerintah...bukan pengaturan penuh tapi menjaga kestabilan ekonomi, tanpa itu , rakyat kena imbas nya Just opini pak 😊
Inilah yg saya suka dari pak Rhenald , realitas pada lingkungan yg nyata bukan terkungkung pada gelarnya 👍👍👍 selalu belajar terus pada perubahan . . . Bravo 🙏
Setuju pandangan Prof tentang penggabungan bisnis hanya perlu 1 ijin, pengalaman saat ini membuat ijin bangunan ruko untuk retail modern ( Alfa/indo mart ) malah ditanya ijin prinsip usaha, padahal yg terpenting adalah ijin membangunnya soal nanti akan difungsikan sebagai tempat bisnis apapun tentu ada ijinnya lagi……perubahan2 regulasi di Indonesia bukannya memberikan kemudahan malah menyulitkan, entah sampai kapan
Harus di akui, memang ekonomi 2023 terasa begitu berat. Hampir sama kayak tahun 2009. Saya sebagai orang biasa bukan pengusaha merasakannya. Penyebabnya karena semua orang mengirit, daya beli jadi turun. Saya juga sudah meninimalisir pengeluaran, gak bisa kayak dulu lagi. Harga barang mahal, gaji gak naik
Saya sebagai ojol pun sangat mersakan dampak kali ini, orderan sulit, mau muter2 cari orderan mikir dua kalli sayang bbm, akhirnya bnyak rekan2 ojol berkerumun di warung2 kopi, dan trotoar jalan, muda2an hal ini segera berlalu, mendung tak akan selamnya, ada harapan matahari bersinar kembali.
Not many lecturer are as good as you Prof. I always watch and listen to you here. You give a very relevant information in context of world change. I am retired from work a long time ago, but I always learn new things from you to refresh my mind. Thank you very much.
Selamat malam Prof. Saya ini umkm pemasok makanan roti ke Traditional market (pasar) di area jabodetabek, sekarang kenyataan sepi pembeli untuk hampir semua dagangan dipasar dan jauh menurun dibandingan tahun lalu katakanlah oct 22 sd Dec 22. Pada saat pandemi kami tertolong di marketplace jadi omset masih ok., skarang online juga menurun. Jika lihat kendaraan dan kemacetan tambah luar biasa. Jadi trafic atau kegiatan manusia tidak berbanding lurus dengan ramainya pasar Juga toko emas skarng banyak yg jual bukan beli. Barangkali Prof bisa turun ke Traditional market pasar² Kalo Shifting yah barangkali ke Modern Trade tapi Modern trade juga hampir sama kondisinya, supermarket banyak yg tutup lalu ke Online barangkali tapi saya juga di online mulai turun. Saya yakin Prof bisa tahu root cause dan bahkan solisi. Terima kasih Prof kiranya Prof selalu di berikan kesehatan selalu.
Betul sekali...masuk tahun 2023 terasa berat, benar prediksi bank dunia bahwa ekonomi gelap tahun 2023. Pada saat covid masih bisa bertahan, usai ppkm mulai membaik tp kenapa tiba2 2023 terasa menurun. Tidak menyerah sy cari inovasi menyesuaikan daya beli yg menurun tp tak mampu mendongkrak penjualan, setiap hari putar otak agar semua tercukupi jgn smpi merumahkan pekerja 😭. Sepertinya yg diuntungkan pd masa sulit ini sektor tambang, pabrik senjata, dan pariwisata.
Jangan jangan pandemi mengajarkan pada banyak orang....bahwa dana darurat itu penting. Kondisi sekarang mungkin rumah tangga lebih banyak menabung. Non essential goods banyak yg ditunda atau tidak dibeli. Coba lihat bunga deposito bank...rendah sekali bukan...karena uang lagi banyak ditabung di bank.
Selama pemerintah turut campur tangan terlalu banyak ke bisnis, maka ekonomi akan slow down. Birokrasi (bureau crazy) akan menghambat bisnis. Sudah banyak contoh nya. Hal lain, pemerintah menetapkan bunga bank 365 hari 24jam,tapi pengusaha di ikat dengan aturan jam kerja, hari libur, dan menggunakan kekuasaan menentukan hari libur utk mencari popularitas dan masa pendukung. Bank harus buka 365 hari, dan siap mencairkan kredit setiap hari. Karena setiap hari kita makan. Tidak mungkin kita jawab ke istri dan anak, oi makan nya hari kerja dan jam kerja saja ya, ikutin aturan pemerintah depnaker, yg tidak mengerti bisnis dan mengerti pun pas pasan, seperti halnya pemimpin karbitan. Ekonomi hancur bukan 1 atau 2 hari, tetapi saat kebijakan seperti sinergi BUMN. Ternyata BUMN Ukraine FL Technics yg beroperasi di Bandara Soeta jaman periode Jokowi pertama. Alasan nya sinergi BUMN, asal BUMN aja, gak peduli pengusaha lokal yg banyak di usir demi BUMN Ukraine. BUMN Indonesia harusnya seperti BUMN China, keluarin kepinteran nya, Telkom beli Facebook, Google, WA, eh, malah buat PT Sigma dan bersaing dengan unlimited kredit line nabrak semua pengusaha IT swasta, bahkan menjadi operator di Bandara Soeta dan gagal total karena serikat pekerja Telkom menolak, saat itu. Pikiran dan otak nya gak nyampe😂😂tapi yo pas jadi pemimpin karena popularitas saja. Sama seperti analogi tukang sayur yg sangat popular karena semua kenal dia, maka kalo tukang sayur maju pilkada, dia akan menang lawan calon yg lebih kompeten. Ini fakta, contoh si Doel anak betawi, jadi Gubernur. 😂😂😂
Video ini membahas pentingnya untuk tetap relevan di masa sekarang, karena ada banyak bisnis yang kehilangan relevansinya. Pembicara memberikan contoh sebuah mal yang telah menjadi sepi dan menjelaskan bagaimana bisnis harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan untuk mempertahankan relevansinya. Ia menekankan pentingnya menjaga produk agar tetap segar dan relevan dengan perkembangan zaman. Pembicara menyebutkan bahwa tetap relevan tidak hanya terbatas pada mal tetapi juga relevan dengan surat kabar, restoran, dan bisnis lainnya. Kunci untuk tetap relevan adalah dengan terus mendorong batasan dan mengingatkan diri sendiri untuk tetap menjadi yang terdepan dalam industri.
Mungkin bukan daya beli yang turun, tapi sekarang ada trend baru frugal living di generasi Milenial. Lebih mindful untuk mengatur keuangan agar tercapai kemandirian finansial dan memutus rantai sandwich generation. Generasi sebelumnya banyak ga punya kesadaran finansial. Setelah tua ga punya dana pensiun, jadi beban finansial untuk anak2nya. Skrg anak2 mereka yang terjepit jadi sandwich generation, harus biayain anak sekolah mahal, harus biayain orang tuanya berobat juga. Tentu jadi berusaha memutus rantai ini agar generasi selanjutnya jangan terhimpit lagi. Tapi bukan berarti sama sekali tidak ada daya beli, hanya saja lebih memilih barang2 yang kualitasnya tinggi dengan harga yang terbaik supaya dipakainya bisa lebih lama. Jajan makanan pun pilih yang terjamin kualitasnya, dan lebih sehat. Karena kalo jajan jadi sakit, malah keluar biaya lagi berobat. Malah skrg banyak yg jadi masak sendiri, atau pilih catering diet khusus (vegan, gluten free, low calorie dsb itu yang trendy skrg) untuk menjaga kesehatan. Intinya udah pada sadar kualitas lah masyarakat kita. Ga cuma cari yang murah kayak dulu. Karena kualitas ditingkatkan, memang kuantitas beli jadi menurun. Gapapa kan, sampah pun berkurang, lingkungan jadi lebih sehat. Jadi, buat para pengusaha, kalo mau laku, ciptakan produk berkualitas dengan reasonable price yang menjawab demand milenial. Milenial ingin kualitas. Jangan lupa sisi environmental friendly-nya. Pasti laku kok. So yeah, keep it relevant.
Mari kita ikuti langkah Negara Jepang, Punah dengan sendirinya adalah Seppuku terbaik untuk menghukum para elite global yang mengatur ekonomi dunia yang makin mencekik generasi selanjutnya...
hahaha, yep, minimalism, slow living, FIRE, frugal, essentialism, mindfulness, dsb yang jadi "musuhnya" consumerism. nyaman juga sih itu, belanja yang diperluin, rusak dikit direpair dulu, pilih yang awet, kalau ada lebihan ya ditabung
Kelas menengah RI, terus naik seiring pendapatan per kapita naik, tetapi kelas menengah ini kelompok yang rentan untuk down grade jika terjadi gangguan misal krisis moneter, covid, kerusuhan dll. Jika pertumbuhan ekonomi naik, pendapatan juga naik, tetapi disparitas juga terjadi karena perbedaan pencapaian, dan perputaran uang di setiap tempat Artinya, untuk pasar di dosmetik RI sebenarnya cukup prospektif dan dinamis, bahkan kita seringkali diserang oleh importir dan sukses, sehingga produk lokal menjadi lesu, melambat dan kalah dan mengatakan daya belinya yang lemah Yang lain, soal inflasi di setiap tempat yg beda beda, menjadikan daya beli setiap komsumen beda beda tetapi produsen tidak bisa membuat produk yg custom, yang mana yang inflasi tinggi beda dengan inflasi rendah, sehingga ada ketimpangan dalam konsumsinya Jadi, ada 2 hal pokok mengenai daya beli, 1. Inovasi produsen harus mendasar sampai ke dasar permintaan, apa yang dibutuhkan bukan yang diinginkan, bukan meniru lalu menjual dengan harga murah, 2. Produk harus memikirkan terjadinya inflasi, jadi bisa tahan saat inflasi datang dan tidak mengurangi konsumsi, tetapi tetap memperhatikan apa yang dibutuhkan, biasanya dibuat produk-produk yang minimize tetapi tetap berkualitas dan istilahnya shrinkflation
Bener Prof. Dilapangan banyak sekali regulor-regulor berbagai bidang ini sok berkuasa, namun sempit wawasannya. Kalau mereka diinformasikan / dikasih tahu langsung merasa tersinggung dan terancam.
bapak lebih mirip motivator daripada ahli ekonomi...bahas pertumbuhan perekonomian selama beberapa tahun ini pak? bahas kenapa pertumbuhan rata-rata 5% itu tidak baik untuk jangka panjang? dan apa yang harus pemerintah selaku regulator utama ekonomi untuk mendorongnya...salam hormat
Betul prof... Saya sering sekali kecewa dengan surat kabar yang main di sosmed, rasanya seperti dikelola sebagai anak tiri/tidak serius... Padahal main di sosmed itu penting, mungkin ini masa depan mereka. Orang-orang sudah banyak berpindah dari koran fisik ke koran digital, tapi cara pengelolaan dan pemberitaannya di sosmed itu tidak mendalam, beda sekali cara nulisnya dengan wartawan koran fisik. Saya faham kalau media digital butuh kecepatan. Tapi channel berita itu juga butuh kepercayaan/kredibilitas, ini kadang 5W1H nya saja gak ada... Padahal itu berasal dari channel berita terkenal...🤦
Bukan karena tidak relevan pak.... memang udah banyak yang ga punya duit. Buat makan sudah mahal baju sepatu juga ikutan mahal. Yang pasti orang milih buat makan
Bisnis di Medan jg mengerikan pak skrg.. mmg gak semua sektor.. tapi kalo di sektor saya, yaitu pecah belah, omzet per bulannya udah dibawah 50% dari omzet tahun" kemarin.. kebetulan saya sbg distributor jadi target pasar saya toko" retail.. toko" luar kota medan sepinya bukan main..
Banyak pedagang kecil mengeluh penjualan sepi, disisi lain ada pedagang ritel semakin ramai laris. Setelah saya perhatikan banyak pedagang besar/grosir turun kebawah langsung dan jual satuan di online/marketplace sehingga mereka bisa jual satuan dengan harga murah dan mereka masih bisa jual grosir juga, jadi 2 segmen mereka kuasai. Ini berbeda polanya dengan beberapa tahun lalu dimana para pedagang grosir seperti punya kode etik untuk tidak masuk ke pasar dibawahnya.
@@itsumosaikou betul, bingung jadinya di marketplace susah, saya buka toko offline juga harganya ngepres banget dan gak laku. Bukan daya belinya yg turun tapi perilaku pembeli berubah, mereka mencari harga termurah dan itu ada di marketplace, dan di marketplace harga termurah kebanyakan dari pedagang partai besar yg turun gunung jual ritel. Bahkan di oasar malam/pasar jongkok sebagai contoh di CFD Thamrin itu banyak pedagang grosir dari tn abang/tamcit yg buka lapak disitu.
@@cardadmin7555 iyaaa betull bangettt....konsumen bs klik hrga termurah....mati deh kita mana bs free ongkir, dpt cashback..🙈 lbh gede dpt cashback dr official store..
ahaha, iya juga, dealer besar pada turun gunung buka "Official Shop" di market place. pengecernya babak belur lah, sudah kalah branding, dihajar harga, sama kadang disikat pakai HAKI (padahal barangnya ori dan ambil dari dealer itu juga ) :D
@@SamWede iya bro, dulu saya 15 tahun kerja di perusahaan operator seluler terbesar, saya pikir karena kerja disitu bisa jual pulsa dengan harga murah, ternyata malah gak boleh dengan alasan kode etik dan bisa merusak pasar. Lha sekarang industri ritel dirusak oleh distributor yang tidak punya etika bisnis. Tunggu aja sistemnya gak lama akan rusak. Marketplace cepat lambat akan melayani pemesana langsung dari cina (walaupun beberapa sudah ada) dan pembeli juga akan mem-bypass para official store langsung order ke china.
Was pas banget abis nonton sejarah dan inovasi online shopping dari Dr. Indrawan lanjut nonton semakin kurangnya minat belanja offline dari Prof. Rhenald, saling melengkapi 👍
Salah satu contoh di kota saya ada sebuah Mall dengan segudang sejarah bahkan bisa dibilang sebagai salah satu jujugan terkenal meskipun bukan tipe mall modern. Namun di saat banyak konsumen jauh lebih berminat membeli produk jadi meskipun dengan harga tinggi daripada membeli bahan baku untuk dijahit (kecuali hanya untuk event tertentu), mall tersebut yang sejatinya sangat tergantung pada keberagaman penjualan bahan baku kain, bukan hanya karena pandemi namun kenyataannya memang pembeli makin menipis dan stok sering tersisa banyak sedangkan industri fashion berjalan dengan makin cepat dan berganti. Terakhir yang saya tahu, mall tsb hampir ditutup total karena sudah banyak tenant cuci gudang bersiap untuk mengakhiri kontrak.
Setuju Pak Rhenald.....kita tidak boleh hanya melihat dari 1 sisi saja....di kondisi terburuk ...baik secara ekonomi Internasional,nasional...atau usaha kita,tempat kerja kita.... Karena menurut saya,selalu ada faktor internal dan eksternal yang akan membuat sebuah usaha naik atau turun...yang ke 2 nya harus saling bersinergi,berkolaborasi.... Seperti contoh kasus saat COVID kemarin,sama sama Perusahaan FMCG.....jika SDM perusahaan bagus,pondasi perusahaan bagus,di dukung produk bagus....perusahaan ternyata ada yang masih bisa bertumbuh....bahkan double digit....namun di saat yang sama,ada banyak perusahaan yang merugi....bahkan tutup Terimakasih
Memang hrs saya akui bisnis era ini semakin berat karena brbagai aspek. Sekarang ini rata2 yg beli anak muda yg psikologinya mudah berubah, berbeda dg orang jaman dulu ketika membeli y pasti barang itu2 sj yg dipilih.
Dunia berubah ,,kebiasaan berubah ,peradaban berubah , ,sgla sesuatu dikolong langiit berubaah , tpi ingaat Tuhan itu tdk brubah ttp pngsijjh dan penyayang jdi sesulit apapun situasi yg tfjdi akibag perubahan jaman ,yakinlah distiap situasi sulit yg kita hadapi ,,ad tangan Tuhan yg siap mnuntun lngkahkita untuk ttp siap kuat dan tgar melewatunya ,,,yakinlaaah ,,,
Saya sebagai pekerja/buruh agak sedikit kuatir dengan poin nomor 2 yg sifatnya mendorong ageisme dengan segala alasan2 yg dikemukakan, saya pribadi dengan umur 30an sudah ketir2 untuk tidak dipakai lagi tenaga saya padahal dengan kondisi saya/buruh2 sekarang lain mgkn blm siap untuk membuka usaha baru bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Lebih bijak apabila buruh senior sudah terlihat jenuh atau perusahaan membutuhkan peningkatan skill pegawai, seharusnya cukup untuk pengadaan pelatihan yg lebih terkini, refreshment silakan apabila pekerja senior sudah masuk masa pensiun, tp kami yg masih diusia 30-40an masih diusia produktif dan masih semangat untuk mencari nafkah Justru terlihat feedback satu arah saja, apabila perusahaan memutuskan untuk refreshment dengan alasan buruh sudah masuk usia 30-40 sedangkan mereka sudah berkontribusi besar tapi diputus kontraknya dan ini tentunya menambah jumlah pengangguran karena ketidaksiapan buruh yg di PHK/putus kontrak, sedangkan lapangan pekerjaan pun sudah membatasi usia dalam penerimaan pegawai
Walopun hidup semakin sulit, saya harap orang2 kita lebih peka terhadap lingkungan disekitarnya, makin banyak orang yang peduli terhadap sesama, makin banyak orang yang berbagi terhadap sesama
Perubahan cara berbisnis itu perlu demi kelangsungan bisnis tsb. Coffee shops contohnya atau warung waralaba (franchise) ada yg buka 24 jam; paling tidak yg buka mulai jam 6 pagi itu harus apalagi untuk warung kopi dan semua menyajikan menu sarapan pagi dari jam 6 pagi sampai jam 11 pagi. Semua itu berdasarkan kebutuhan masyarakat. Pekerjanya juga setuju tentang jam kerja dan buka setiap hari. Tidak ada mengeluh. Semua diatur jam kerja sesuai jadwal yg dibuat oleh manajer-nya. System tsb harus di mulai di Indonesia, saya yakin tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi terbiasa. Dan di LN umur itu tidak menjadi penghambat utk bekerja, selagi sehat dan masih kuat bekerja, orang ttp bekerja spt pada umumnya. Semoga Indonesia bisa menerapkan hal tsb.
wahh pas liat masukan contoh konten gambar seven eleven, jd nostalgiaan pula prnah anak muda jajan kesana dan biasa sebutannya sih sevel sih. Nmun salut utk ilmunya prof 👍
menurut saya pak.. daya beli tidak turun sedrastis yg kita bayangkan.. cuma mengapa bnyk pedagang mengeluh itu semua sejak adanya marketplace menjamur.. market placenya sebenarnya tidak ada masalah.. yg menjadi masalah karena harga barang saat tiba di customer itu sangat tidak masuk diakal..tidak masuk akal bukan karena untungnya tipis.. tp karena prinsip bakar uang.. dahulu jaringan penjualan jelas.. dari produsen ato importir menjuak ke pedangan besar. pedagang besar jual barang ke daerah2.. trus yg di daerah lempar barang lagi ke bawahnya.. sehingga semua orang bisa makan.. tp sekalian liat saja yg diatas yg makan semua uang bahkan pembeli paling bawah.. kl pemerintah tidak mengatur penjualan online.. lihat saja ekonomi tambah lama tambah hancur.. coba survey saja semua pengusaha kecil sampe pengusaha besar.. berapa bnyk yg merasakan omsetnya menurun.. tp biaya bertambah tinggi.. saya yakin diatas 50 persen yg mengalami hal tersebut pak.. semoga pemerintah bisa cpt sadar untuk mencari solusinya...
Ingin kaya dan sejahtera, jangan jadi ASN, jadilah wirausaha, ASN yang jujur berintegrasi dan bekerja untuk NKRI msh banyak. Biasanya ASN bisa kaya raya karena korupsi. Hidup ini singkat, untuk apa mengejar kesempurnaan jika yang sederhana saja bisa membuat kita dan keluarga bahagia.
Saya pensiunan yg merintis usaha warkop. Th 2016-2019 lumayan dagangan habis krn banyak sales2 yg mampir. Sejak nop 2022 warung sepi krn sales2 ga ada lagi, apalagi bhn2 makan mahal shg harga per porsi nasi naik tp pembeli ga ada krn sepiring nasi sayur semula 5 rb, jd 6 rb. Akhirnya warung sepi, sales ga ada, lengganan hilang. Ternyata skrg usaha sangat sulit.
Ini betul sekali, Pak. Di kampus tempat saya beraktifitas nampak selalu relevant, tapi prakteknya kurang sekali. Saya ajak untuk disiplin, detail, improve ...saya dimusuhin. 😆😆😆 Sama seperti jaman saya dulu kerja di distributor laptop Toshiba sekitar 95 - 99, saya juga dimusuhi.
#Betul sekali Om.. memang saat ini dy beli menurun, itu akibat Penguasa yg PELIT ngasih aturan perupahan NASIONAL. sudah tidak layak tuk saat ini. Bayangkan dulu uang 100k masih bisa melengkapi kebutuhan sehari2, sekarang uang 100k boro2.. dipake beli makananpun paling nyangkut diGiGi yang BOLONG😮
Saya selalu yakin kalau korupsi diberantas sebesar mungkin maka situasi ekonomi akan membaik dan daya beli masyarakat meningkat tinggi. Kita tahu korupsi di Indonesia marak2 di mana2, di pemerintah pusat, di pemerintah daerah, BUMN dan BUMD, sektor swasta dll. Mohon Prof Rhenald membahas dampak korupsi thd perekonomian di suatu negara
Hasil KORUPSI asal tdk keluar negeri uang disimpan atau di belanjakan tdk masalah dgn ekonomi negara. Karena sifat orang sering korup itu suka berfoya-foya, hedon. Dan itu uangnya pasti di hamburkan. Istilahnya uang panas itu biasanya tdk bisa diam.
Perubahan harus pas timing nya...ga bisa terlalu cepat apalagi terlalu lambat... untuk daerah2 yg macet, masyarakat dsana lebih memilih layanan delivery walaupun ada ekstra biaya...produk yg di dapat jg lgsg dr produsen yg kebanyakan skrg ini tokonya terpercaya... harus ada inovasilah dr retailer2...kan banyak pakar marketing yg dipekerjakan...suruh mereka mikir 😂
Harga kebutuhan pokok dari akhir tahun 2022 sampai sekarang masih tinggi, mungkin sampai lebaran akan tetap tinggi. Ini mungkin salah satu sebab daya beli turun, tidak tega juga melihat rekan-rekan pedagang yg sepi, jam 11malam ayam gorengnya masih numpuk dietalase, penjual nasi goreng nasinya masih utuh hanya berkurang 1-5porsi, ojek online & penjual gofood rumahan yg ngeluh sepi 2bulan ini, bahkan outlet makanan/minuman kekinian belakangan ini juga outletnya terlihat sepi, belum lagi yg jualan online dimarket place juga merasakan hal yg sama. semoga lekas membaik.
@@eggyaditama3115 sama 😭😭sdh berbagai inovasi dan strategi agar relevan dg keadaan skrg tp masih tdk mendongkrak penjualan. Tahun ini sungguh aneh, covid kemarin masih bisa didongkrak
@@eggyaditama3115 Sabar mas, ini hampir merata, dapat info dari rekan didaerah lain juga sama, omsetnya pada nurun drastis bahkan ada yg bangkrut, bahkan sekelas Mie Gacoan dikota saya sepi banget dibanding pandemi kemarin lebih sepi ini.
Bisnis pet hotel say ... Sampe skrg belum nemu Pet Hotel yang cucok.... akibatnya kalo mau keluar kota, kudu gantian,,.... mau dibawa, Garuda hanya mengizinkan bawa kucing untuk penerbangan kurang dari 2 jam.... sediiihhh....😭
Relevan,inovasi,strategi kalo gak punya duit mau beli pake apa,kalo yg beli sepi gimana mau mencukupi biaya operasional,kalo gak mencukupi gimana mau bertahan,satu kata yg pantas "BANGKRUT",prof sih enak tinggal omong doang gak ada resiko
Ini sih memang ke dua nya, fakta nya memang daya beli masyarakat turun dan pengusaha diminta lebih inovatif agar masyarakat mau membelanjakan uangnya supaya tidak banyak menabung
menurut sy jelas daya beli yg turun prof. mmg ada unsur relevansi jg, namun skg ini daya beli yg plg masalah. tp ya itu kekurangan sistem kapitalisme, wealth distribution nya bermasalah.
Saya petani sawit, pak. Tahun 2005 sd. 2010 harga sawit Rp.1.500,-/kg, harga pupuk non subsidi rata2 Ro.200.000,-/50 kg. Sekarang harga sawit Rp.2,250,-/kg (naik 50%). tapi harga pupuk rata2 Rp.700.000,- (naik 250%), harga kebutuhan hidup naik rata2 100%. Hidup petani terasa semakin terjepit.
salah satu cara untuk menjadi relevan ialah tidak takut mencoba dan tidak mudah menyerah apabila tidak berhasil...lakukan 100 cara dan apabila tetap gagal lakukan 101 cara...terus mencoba itu adalah kunci
Tetap sehat dan semangat, Prof! ... Majulah terus dan pantang mundur untuk mencerdaskan bangsa agar CERDAS BERBISNIS, demi masa depan NKRI yang aman damai dan berkah dibawah naungan ridho dari Allah SWT.
Membangkitkan optimisme dan pikiran positif itu memang kadang harus menyangkal atau menyembunyikan fakta yg pahit. Dan kadang menyampaikan kenyataan yg pahit itu dianggap pesimis dan negative thinking. 😃
Menurut saya ini yang di lakukan beliau. Walaupun kadang keterbukaan keadaan pahit bisa untuk mengantisipasi supaya tidak salah langkah kedepan. Sekarang kita mencari pendapat pembanding supaya kita tau yang bener yang mana. Bukan untuk berdebat, tp untuk menentukan langkah supaya ga salah ambil keputusan.
Kita selalu berbicara relevan untuk swasta….dan swasta hampi 80 persen akan ikut relevansi dan daya resilensi…tapi perlu diingat semua itu akan terganjal apabila aparat pemerintah mentalnya masih korup sehingga hanya 1 sisi yg berubah dan akan terus terganjal negara ini untuk maju….merdekaaaa
penurunan daya beli itu real pak. mungkin bukan buat orang2 kaya harta seperti bapak atau orang2 kaya di jakarta/kota besar. tapi di daerah bener2 terasa. coba survey ke daerah2. perputaran uang di jakarta mungkin masih tinggi, tapi kalau uang tidak kembali ke daerah2 maka perputaran ekonomi di daerah akan turun. yg berdampak ke pusat jg.
Kalo mau daya beli naik gampang, naikan gaji ASN, terbukti di zaman gusdur & sby, ekonomi naik drastis karna tiap tahun naikan gaji PNS, daya beli masyarakat naik.
selain kebutuhan pokok jualan barang hobby itu lumayan masih stabil ketimbang barang fashion millenial juga skrang rata" udah masuk 30an lebih rata" udah minimalis gk terlalu hedon lagi kyk pas kepala 2
Supermarket dalam mall di kota saya juga berkurang luasnya. Dari 2 lantai skrg tinggal 1 lantai. Untung lapak kaki lima macam bakso sama es doger masih ramai lah.
Always presenting cuttimg edge knowledge Pak Rhenald. Sy setuju untuk itu, tapi bahkan sesama UI saya melihat UI pun susah untuk mengikuti stay current and relevant tersebut, cuz it means competition and innovate for latest knowledge development.
Habis pandemi terbitlah krisis ,sungguh cobaan bagi Dunia usaha
Padahal uang berputar dr dunia usaha 😭. Uang berhenti berputar seperti dunia berhenti
Selain karna gak stay relevan, era sekarang ini kompetitor makin banyak karna bikin usaha juga makin gampang. Jadi back to basic, tiap brand harus punya USP dan business model yang selalu harus diubah mengikuti trend.
Konsumen juga udah gak seloyal dulu sama brand karna banyak pilihan. Dari sisi brand biar bisa bersaing semua pada perang harga, konsumen mencari harga terbaik dengan membandingkan satu brand ke brand lain. Ujung2nya susah loyal.
Customer journey juga dipengaruhi review. Content creator (reviewer) makin banyak. Brand yang menggunakan iklan dan KOL makin cepat sampai ke konsumen, yang paling siap juga akan paling cepat mengeksekusi konsumennya untuk membeli.
ijin berpendapat pak Renal.
alasan sudah berkeluarga, mengurus anak, sudah tua, mau pensiun untuk tidak bisa belajar lagi, tidak sempat belajar karena lebih sibuk, sangat tidak relevant.
siapa pun kita selalu sebuk, kalo mindset kita bisa dirubah jadi "tiada hari tanpa belajar" meski 5 menit, 10menit, atau 1 jam per hari, pasti bisa.
dulu belum keluarga, jd karyawan di PT, super capek, brangkat pagi pulang malam. sekarang berkeluarga, ngurus anak, berbisnis, saya paksakan meski 5 menit sehari harus pelajar. alhamdulillah, semua lini kehidupan grow. sempetin belajar bhs inggris lagi meski sudah tua, liat konten produktif kayak pak Renal, baca beberapa buku, work out, semua bisa. tinggal kita saja mau berubah atau tidak.
terimakasih.
Betul, mindset yg paling merusak adalah mindset gak mau belajar karena merasa sudah berumur
Setuju. Belajar itu hanya berhenti ketika nafas sudah terhenti. Gak perlu maksain harus keluar biaya besar seperti sekolah/kuliah/kursus juga. Ada perpustakaan, pinjam buku dari sana. Bisa akses internet, belajar dari sana. Ada orang yang mau berbagi ilmunya, belajarlah darinya. Bisa lewat mana saja, menyesuaikan kondisi masing-masing. Yang penting pantang menyerah.
terkadang yang sedih itu, malah institusi pendidikan yang sulit sekali untuk bertransformasi. dulu berharap masuk dunia pendidikan bisa lebih bebas berfikit berinovasi, ternyata sulit juga
Tdk segampang yg diomongkan atau teori2 bahkan Mark Zuckenberg tdk bisa menyelamatkan kejatuhan perusahaannya walaupun didukung tim2 yg berusaha mengikuti perubahan dan didukung dana luar biasa .....mau berubah bgmn alokasi dana dll tdk segampang yg diomongkan lah .....
@@NotScrimbly kalo menurut saya, mark itu terlalu jauh kedepan mikirnya. Teknologi pendukung untuk metaverse itu belum mumpuni untuk sekarang
Yang susah itu birokrasinya.
@@Cyan_Nightingale nggak kok, mungkin birokrasi salah satu masalahny. Kalo liat tech review, emang apa yg mau dibikin mark itu agak sulit, ngebuat pc ukuran vr headset. Eh btw ini ngomongin meta apa dunia pendidikan?
@@dekisatria1233 Kalo dihalangi birokrasi pemikiran / inovasi ya mati.
sudah sebulan daya beli masyarakat turun 🥲 doa yg terbaik untuk kedepannya. aamiin
Perkenal kan saya Bu Ami ..tinggal di kebon baru asem baris Tebet Jakarta Selatan .persoalan saya ,di belakang tetangga saya bangun tidak punya IMB ,urug tanah mencapai hampir 3 meter ..sehingga tembok rumah kami yg berhadapan dengan urugkan retak ,rembes dll ketakutan kami ambruk ..persoalan kami sudah sampai lurah-pemprov DKI .tapi sampai saat ini belum ada perbaikan ..mohon nasib kami di perhatikan dengan adil .skrg kami tiap hari penuh ketakutan Krn retakan tembok makin hari terus membesar .pak Maulana pemprov DKI .mohon segera persoalan kami di selesaikan ..biar kami hidup aman seperti sebelum kami di urug dengan zhalim .
Di Singapura juga yang isi kotanya cuma Mall juga banyak yang tutup, yang survive mereka re-brand mall tua menjadi kompleks spesifik kursus dan pendidikan informal, mall khusus orang jompo dengan klinik kecil dan spa massage, mall ethnic imigrant tertentu, mall khusus pet/vet shop, mall khusus teknis kantoran, mall keluarga yang fasilitas bermain anak serba gratis dst...
Emang sekarang daya beli menurun abis prof. Sy toko di pinggir jalan. Tahun 2017,2018 sy dagang sambil tidur siang juga orang dateng belanja bisa bangunin sy...sekarang mata melotot siang malam juga pembeli emang Gk ada. Tapi sy tetap bersyukur,masih bertahan sampe saat ini. Teman2 sy satu profesi udah pada gulung tikar.
Yg salah ya presiden Pinokio. Mukidi
Kenapa ada mall sepi ada yg ramai
Hanya mall yg bisa menciptakan relevansi
Intinya harus berinovasi untuk memenuhi keinginan konsumen,
Sangat bermanfaat sekali pak prof
Memang bnr seorg pisahan harus mampu be evolusi. Dgn perubahan.. Namun kita juga jgn lupa.. Siestem ekonomi.. Indonesia. Yg inflasi nya loh di atas 15 % yg mau tdk mau kita trima mnurunkn daya bli..
pendapat, pemerintah selalu mengatakan pertumbuhan ek. diatas 5%, padahal kenyataan seperti yg sy alami sebagai pedagang mikro, daya beli masy turun jauh, mirip seperti pert.ek. 3%. sekarang sangat sulit bikin bisnis kecil, silahkan cek ke AO bank bumn yg menyalurkan KUR pasti banyak kredit macet. jangan tanya ceo yg diatas.
Pak Rhenald, semenjak saya kenal dunia kerja saya punya rules 1,3,5, sampai tahun pertama adalah belajar, sampai tahun ke tiga berinovasi dan mengejar misi, sampai tahun ke lima mendelegasi (biasanya sudah punya team atau jadi supervisi), setelah tahun kelima resign dan beradaptasi dalam mencari kerja yang sedikit/banyak berbeda dari yang sebelumnya, benefit nya memulai dari nol lagi adalah karena target nya selalu baru dan bergerak terus, jadi semangat nya ngga pernah bosan, ternyata 5 tahun itu lama juga ya 😄
mantab, jaman berubah. tidak bisa tidak, kita juga harus berubah :)
Kalo kerjanya drop barang ke toko/retail dalam tiap waktu bulanan ya lumayan keknya 😅
Soalnya baru 2 tahun 6 bulan nggak terasa juga 😂
Sy pelaku UMKM, cemilan eceran, hampir 3 thn. Mau tdk mau sy hrs jeli melihat pesaing.
Nah, skrg byk pemain besar yg biasanya produknya harga 7-8ribu/bgks mulai mengecilkan kemasannya spy bisa diecer harga 1000 - 2000 per bgks.
Bayangkan, UMKM yg menyumbang 62% PDB negara, yg menyerap hampir 97% angkatan kerja, yg nyari kredit plg dpt 5-10jt, dibiarkan bertarung dgn perusahaan2 besar.
Utk kemasan yg menarik dan lbh awet isinya dibutuhkan investasi yg gak kecil krn hrs nyetak ribuan. Belum kecepatan produksi, manual lawan mesin. Ojo dibanding2 ke...ya, pasti kalaaah...
Sebagai pelaku UMKM & mengamati dilapangan mah sgt paham gk usah pakai sekolah Doktor LN 😀,. Tahun 2013 merantau ke pinggiran Ibu Kota , jumlah toko kelontong , warung nasi ,pedagang kaki lima dikawasan tempat tinggal paling ada 1 atau 2 model bisnis yg sama sekarang dg model bisnis yg sama sdh lbh dr 5 pedagang disekitar rumah sedangkan jumlah penduduknya segitu² saja gk ada penambahan yg kentara,. Jelas itu bukan daya beli rendah tapi daya beli dibagi² 😀
1. Push your people to stay current
2. Evaluating n refresh▶️training
3. Education. Bljr hal2 baru. Amati pesaing
4. Engagement
Stay social. Dengarkan apa yg ada di dlm industri.
5. Listen to customers
6. Re-invention
7. Berani menggabungkan org lama dan org baru
Daya beli turun prof. ... Rakyat kecil banyak kena phk, orang kaya bisnisnya tambah berat, harga bahan baku melonjak, tapi mereka ga berani naikan harga jual terlalu tinggi krn takut tambah ga laku. Akhirnya semua mengurangi beban belanja, utamakan belanja primer sj dulu. 😊
alternatifnya ,me phk kariawan
Ini fakta
Ass wr wb mnrt sy daya beli rakyat turun krn negara kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat yg jd tujuan utama adanya negara maaf wass wr wb
Bnyk yg nabung. Karena gk mau dtng lg wabah di bohong2in rumah sakit dr awal dah tipu. Bikin rakyat sengsara.
@@thetwinsgaming2358yg salah ya orang yg di penjara
Duit ga muter, dulu orang ga beli online, emang harga nya mahal dikit karna mereka juga mau untung buat hidup dan ngidupin orang lain( karyawan nya), karyawannya pulang kerja kepasar beli sayur buat masak, tukang sayur dapet duit, anak tukang sayur bisa jajan. udah brp orang yang mati gara2 online. Bukan sistem nya yang salah. Tapi orang indo belum siap. Mana katanya program pemerintah mau bantu umkm? Akhirnya kita cuma bisa jadi pembeli, karna ga bisa buat dan jual( kalah saing) . akhir nya yang kaya makin kaya, yang kaya bisa impor besar dari 'Sono' trs di jual di onlen dengan harga murah ( cuan) , pns gaji masuk terus, yg selain di sebutin di atas ya nikmati la jadi pembeli onlen yang kegirangan karna katanya untung beli onlen lebih murah ( apa lagi bisa ngutang dulu) , tanpa mikir dampak duit ga muter.
Pa renal, sebelum nya bapak pernah membahas predator prising di market place...menurut saya itu yang jadi cikal bakal daya beli menurun ...uang semakin susah....seperti bola salju imbas nya.
Negara maju, jual beli dimarket place pajak nya min 10%....kenapa di kita tidak diterapkan?
Kondisi sekarang apapun yang usaha sangat sulit. Harus ada regulasi dari pemerintah...bukan pengaturan penuh tapi menjaga kestabilan ekonomi, tanpa itu , rakyat kena imbas nya
Just opini pak 😊
Inilah yg saya suka dari pak Rhenald , realitas pada lingkungan yg nyata bukan terkungkung pada gelarnya 👍👍👍 selalu belajar terus pada perubahan . . . Bravo 🙏
Benar sekali pak Rhenald. Relevansi merupakan kunci dari perubahan dan inovasi👍🏼👍🏼.
betul Prof.... daya beli akan bergerak secara menurun kebawah....secara bertahap cepat atau lambat
Secara cepat
Setuju pandangan Prof tentang penggabungan bisnis hanya perlu 1 ijin, pengalaman saat ini membuat ijin bangunan ruko untuk retail modern ( Alfa/indo mart ) malah ditanya ijin prinsip usaha, padahal yg terpenting adalah ijin membangunnya soal nanti akan difungsikan sebagai tempat bisnis apapun tentu ada ijinnya lagi……perubahan2 regulasi di Indonesia bukannya memberikan kemudahan malah menyulitkan, entah sampai kapan
Harus di akui, memang ekonomi 2023 terasa begitu berat. Hampir sama kayak tahun 2009. Saya sebagai orang biasa bukan pengusaha merasakannya. Penyebabnya karena semua orang mengirit, daya beli jadi turun. Saya juga sudah meninimalisir pengeluaran, gak bisa kayak dulu lagi. Harga barang mahal, gaji gak naik
Bener mas
10 tahun saya dagang
Februari 2023 ini lumayan sepi😭
Saya sebagai ojol pun sangat mersakan dampak kali ini, orderan sulit, mau muter2 cari orderan mikir dua kalli sayang bbm, akhirnya bnyak rekan2 ojol berkerumun di warung2 kopi, dan trotoar jalan, muda2an hal ini segera berlalu, mendung tak akan selamnya, ada harapan matahari bersinar kembali.
Biaya kebutuhan naik 200% .
setuju bang, terkadang manisnya kata2 prof ini tak seperti kenyataan, mgkn prof renaldi buzzer nya pemerintah ya??
Hei bung apa kamu sudah terpapar Taliban? Ekonomi kita meroket di bawah pimpinan pakde, JANGAN KUFUR NIKMAT
Not many lecturer are as good as you Prof. I always watch and listen to you here. You give a very relevant information in context of world change. I am retired from work a long time ago, but I always learn new things from you to refresh my mind. Thank you very much.
Licker
You're welcome
Wow... luar biasa pencerahannya pak Rhenald, terima kasih sudah mengingatkan untuk selalu relevan dengan situasi saat ini.
Motivator just motivator
Kembalilah untk memanusiakan manusia, smua akan beranjak membaik
Pedagang juga harus creative cara jualnya, jgn cmn nunggu passive utk pembeli dtg sendiri. Selamat berjuang. ❤
Mantap Prof....lanjut support sekali ide ide brilliant praktis dan update terhadap situasi ekonomi Indonesia...
Selamat malam Prof. Saya ini umkm pemasok makanan roti ke Traditional market (pasar) di area jabodetabek, sekarang kenyataan sepi pembeli untuk hampir semua dagangan dipasar dan jauh menurun dibandingan tahun lalu katakanlah oct 22 sd Dec 22.
Pada saat pandemi kami tertolong di marketplace jadi omset masih ok., skarang online juga menurun.
Jika lihat kendaraan dan kemacetan tambah luar biasa.
Jadi trafic atau kegiatan manusia tidak berbanding lurus dengan ramainya pasar
Juga toko emas skarng banyak yg jual bukan beli.
Barangkali Prof bisa turun ke Traditional market pasar²
Kalo Shifting yah barangkali ke Modern Trade tapi Modern trade juga hampir sama kondisinya, supermarket banyak yg tutup lalu ke Online barangkali tapi saya juga di online mulai turun.
Saya yakin Prof bisa tahu root cause dan bahkan solisi.
Terima kasih Prof kiranya Prof selalu di berikan kesehatan selalu.
Betul sekali...masuk tahun 2023 terasa berat, benar prediksi bank dunia bahwa ekonomi gelap tahun 2023. Pada saat covid masih bisa bertahan, usai ppkm mulai membaik tp kenapa tiba2 2023 terasa menurun. Tidak menyerah sy cari inovasi menyesuaikan daya beli yg menurun tp tak mampu mendongkrak penjualan, setiap hari putar otak agar semua tercukupi jgn smpi merumahkan pekerja 😭. Sepertinya yg diuntungkan pd masa sulit ini sektor tambang, pabrik senjata, dan pariwisata.
Jangan jangan pandemi mengajarkan pada banyak orang....bahwa dana darurat itu penting. Kondisi sekarang mungkin rumah tangga lebih banyak menabung. Non essential goods banyak yg ditunda atau tidak dibeli. Coba lihat bunga deposito bank...rendah sekali bukan...karena uang lagi banyak ditabung di bank.
Banyak sekarang menahan belanja. Harusnya tetap belanja asal sesuai kebutuhan. Utamakan produk lokal agar putaran ekonomi terjaga dan stabil.
Belanja di toko kelontong, lebih mahal sedikit tapi itu membantu masyarakat kecil
@@bonarsimanjuntak nahh kmrn2 sempat sy berpikir...resesi 2023 ini kyknya sedunia kyk cm ditakut2i biar org siap2 dana darurat pegang duit cash...imbasnya usaha sepii...sy jg bingung...spt kata prof rhenald kt hrs inovasi liat situasi...lha gmna emang sepi kog
Selama pemerintah turut campur tangan terlalu banyak ke bisnis, maka ekonomi akan slow down. Birokrasi (bureau crazy) akan menghambat bisnis. Sudah banyak contoh nya. Hal lain, pemerintah menetapkan bunga bank 365 hari 24jam,tapi pengusaha di ikat dengan aturan jam kerja, hari libur, dan menggunakan kekuasaan menentukan hari libur utk mencari popularitas dan masa pendukung. Bank harus buka 365 hari, dan siap mencairkan kredit setiap hari. Karena setiap hari kita makan. Tidak mungkin kita jawab ke istri dan anak, oi makan nya hari kerja dan jam kerja saja ya, ikutin aturan pemerintah depnaker, yg tidak mengerti bisnis dan mengerti pun pas pasan, seperti halnya pemimpin karbitan. Ekonomi hancur bukan 1 atau 2 hari, tetapi saat kebijakan seperti sinergi BUMN. Ternyata BUMN Ukraine FL Technics yg beroperasi di Bandara Soeta jaman periode Jokowi pertama. Alasan nya sinergi BUMN, asal BUMN aja, gak peduli pengusaha lokal yg banyak di usir demi BUMN Ukraine. BUMN Indonesia harusnya seperti BUMN China, keluarin kepinteran nya, Telkom beli Facebook, Google, WA, eh, malah buat PT Sigma dan bersaing dengan unlimited kredit line nabrak semua pengusaha IT swasta, bahkan menjadi operator di Bandara Soeta dan gagal total karena serikat pekerja Telkom menolak, saat itu. Pikiran dan otak nya gak nyampe😂😂tapi yo pas jadi pemimpin karena popularitas saja. Sama seperti analogi tukang sayur yg sangat popular karena semua kenal dia, maka kalo tukang sayur maju pilkada, dia akan menang lawan calon yg lebih kompeten. Ini fakta, contoh si Doel anak betawi, jadi Gubernur. 😂😂😂
Video ini membahas pentingnya untuk tetap relevan di masa sekarang, karena ada banyak bisnis yang kehilangan relevansinya. Pembicara memberikan contoh sebuah mal yang telah menjadi sepi dan menjelaskan bagaimana bisnis harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan untuk mempertahankan relevansinya. Ia menekankan pentingnya menjaga produk agar tetap segar dan relevan dengan perkembangan zaman. Pembicara menyebutkan bahwa tetap relevan tidak hanya terbatas pada mal tetapi juga relevan dengan surat kabar, restoran, dan bisnis lainnya. Kunci untuk tetap relevan adalah dengan terus mendorong batasan dan mengingatkan diri sendiri untuk tetap menjadi yang terdepan dalam industri.
Mungkin bukan daya beli yang turun, tapi sekarang ada trend baru frugal living di generasi Milenial. Lebih mindful untuk mengatur keuangan agar tercapai kemandirian finansial dan memutus rantai sandwich generation. Generasi sebelumnya banyak ga punya kesadaran finansial. Setelah tua ga punya dana pensiun, jadi beban finansial untuk anak2nya. Skrg anak2 mereka yang terjepit jadi sandwich generation, harus biayain anak sekolah mahal, harus biayain orang tuanya berobat juga. Tentu jadi berusaha memutus rantai ini agar generasi selanjutnya jangan terhimpit lagi. Tapi bukan berarti sama sekali tidak ada daya beli, hanya saja lebih memilih barang2 yang kualitasnya tinggi dengan harga yang terbaik supaya dipakainya bisa lebih lama. Jajan makanan pun pilih yang terjamin kualitasnya, dan lebih sehat. Karena kalo jajan jadi sakit, malah keluar biaya lagi berobat. Malah skrg banyak yg jadi masak sendiri, atau pilih catering diet khusus (vegan, gluten free, low calorie dsb itu yang trendy skrg) untuk menjaga kesehatan. Intinya udah pada sadar kualitas lah masyarakat kita. Ga cuma cari yang murah kayak dulu. Karena kualitas ditingkatkan, memang kuantitas beli jadi menurun. Gapapa kan, sampah pun berkurang, lingkungan jadi lebih sehat. Jadi, buat para pengusaha, kalo mau laku, ciptakan produk berkualitas dengan reasonable price yang menjawab demand milenial. Milenial ingin kualitas. Jangan lupa sisi environmental friendly-nya. Pasti laku kok. So yeah, keep it relevant.
Udah proven blm teori nya?
Mari kita ikuti langkah Negara Jepang, Punah dengan sendirinya adalah Seppuku terbaik untuk menghukum para elite global yang mengatur ekonomi dunia yang makin mencekik generasi selanjutnya...
ok tp itu di kota besar jkt...kita ngomong indonesia...msh jauh dr itu
setuju n sependapat,frugal living
hahaha, yep, minimalism, slow living, FIRE, frugal, essentialism, mindfulness, dsb yang jadi "musuhnya" consumerism.
nyaman juga sih itu, belanja yang diperluin, rusak dikit direpair dulu, pilih yang awet, kalau ada lebihan ya ditabung
Kelas menengah RI, terus naik seiring pendapatan per kapita naik, tetapi kelas menengah ini kelompok yang rentan untuk down grade jika terjadi gangguan misal krisis moneter, covid, kerusuhan dll.
Jika pertumbuhan ekonomi naik, pendapatan juga naik, tetapi disparitas juga terjadi karena perbedaan pencapaian, dan perputaran uang di setiap tempat
Artinya, untuk pasar di dosmetik RI sebenarnya cukup prospektif dan dinamis, bahkan kita seringkali diserang oleh importir dan sukses, sehingga produk lokal menjadi lesu, melambat dan kalah dan mengatakan daya belinya yang lemah
Yang lain, soal inflasi di setiap tempat yg beda beda, menjadikan daya beli setiap komsumen beda beda tetapi produsen tidak bisa membuat produk yg custom, yang mana yang inflasi tinggi beda dengan inflasi rendah, sehingga ada ketimpangan dalam konsumsinya
Jadi, ada 2 hal pokok mengenai daya beli,
1. Inovasi produsen harus mendasar sampai ke dasar permintaan, apa yang dibutuhkan bukan yang diinginkan, bukan meniru lalu menjual dengan harga murah,
2. Produk harus memikirkan terjadinya inflasi, jadi bisa tahan saat inflasi datang dan tidak mengurangi konsumsi, tetapi tetap memperhatikan apa yang dibutuhkan, biasanya dibuat produk-produk yang minimize tetapi tetap berkualitas dan istilahnya shrinkflation
Bener Prof. Dilapangan banyak sekali regulor-regulor berbagai bidang ini sok berkuasa, namun sempit wawasannya. Kalau mereka diinformasikan / dikasih tahu langsung merasa tersinggung dan terancam.
bapak lebih mirip motivator daripada ahli ekonomi...bahas pertumbuhan perekonomian selama beberapa tahun ini pak? bahas kenapa pertumbuhan rata-rata 5% itu tidak baik untuk jangka panjang? dan apa yang harus pemerintah selaku regulator utama ekonomi untuk mendorongnya...salam hormat
Up
Betul prof... Saya sering sekali kecewa dengan surat kabar yang main di sosmed, rasanya seperti dikelola sebagai anak tiri/tidak serius... Padahal main di sosmed itu penting, mungkin ini masa depan mereka. Orang-orang sudah banyak berpindah dari koran fisik ke koran digital, tapi cara pengelolaan dan pemberitaannya di sosmed itu tidak mendalam, beda sekali cara nulisnya dengan wartawan koran fisik. Saya faham kalau media digital butuh kecepatan. Tapi channel berita itu juga butuh kepercayaan/kredibilitas, ini kadang 5W1H nya saja gak ada... Padahal itu berasal dari channel berita terkenal...🤦
Bukan karena tidak relevan pak.... memang udah banyak yang ga punya duit. Buat makan sudah mahal baju sepatu juga ikutan mahal. Yang pasti orang milih buat makan
Setuju pak Renald..umur boleh nambah terus tapi belajar tidak boleh berhenti.
saya setuju
Memang sy sebagai pengusaha merasakan betapa susahnya sekarang berusaha , ijin online yg susah dll, apalagi ceruk yg diperebutkan banyak orang
Setiap masa ada orangnya
Setiap orang ada masanya 🙏
Bisnis di Medan jg mengerikan pak skrg.. mmg gak semua sektor.. tapi kalo di sektor saya, yaitu pecah belah, omzet per bulannya udah dibawah 50% dari omzet tahun" kemarin.. kebetulan saya sbg distributor jadi target pasar saya toko" retail.. toko" luar kota medan sepinya bukan main..
sehat selalu Prof Panjang umur, selalu adem dan menenangkan penjelasan dari Prof.
Banyak pedagang kecil mengeluh penjualan sepi, disisi lain ada pedagang ritel semakin ramai laris. Setelah saya perhatikan banyak pedagang besar/grosir turun kebawah langsung dan jual satuan di online/marketplace sehingga mereka bisa jual satuan dengan harga murah dan mereka masih bisa jual grosir juga, jadi 2 segmen mereka kuasai. Ini berbeda polanya dengan beberapa tahun lalu dimana para pedagang grosir seperti punya kode etik untuk tidak masuk ke pasar dibawahnya.
nah iniii sm dgn pikiranku...gara2 pandemi mrk gt trs keenakan bablass smpe skrg .. sy jg ngerasain susah gerak...males msk marketplace krn suasana udh gk sehat
@@itsumosaikou betul, bingung jadinya di marketplace susah, saya buka toko offline juga harganya ngepres banget dan gak laku. Bukan daya belinya yg turun tapi perilaku pembeli berubah, mereka mencari harga termurah dan itu ada di marketplace, dan di marketplace harga termurah kebanyakan dari pedagang partai besar yg turun gunung jual ritel. Bahkan di oasar malam/pasar jongkok sebagai contoh di CFD Thamrin itu banyak pedagang grosir dari tn abang/tamcit yg buka lapak disitu.
@@cardadmin7555 iyaaa betull bangettt....konsumen bs klik hrga termurah....mati deh kita mana bs free ongkir, dpt cashback..🙈 lbh gede dpt cashback dr official store..
ahaha, iya juga, dealer besar pada turun gunung buka "Official Shop" di market place.
pengecernya babak belur lah, sudah kalah branding, dihajar harga, sama kadang disikat pakai HAKI (padahal barangnya ori dan ambil dari dealer itu juga ) :D
@@SamWede iya bro, dulu saya 15 tahun kerja di perusahaan operator seluler terbesar, saya pikir karena kerja disitu bisa jual pulsa dengan harga murah, ternyata malah gak boleh dengan alasan kode etik dan bisa merusak pasar. Lha sekarang industri ritel dirusak oleh distributor yang tidak punya etika bisnis. Tunggu aja sistemnya gak lama akan rusak. Marketplace cepat lambat akan melayani pemesana langsung dari cina (walaupun beberapa sudah ada) dan pembeli juga akan mem-bypass para official store langsung order ke china.
Was pas banget abis nonton sejarah dan inovasi online shopping dari Dr. Indrawan lanjut nonton semakin kurangnya minat belanja offline dari Prof. Rhenald, saling melengkapi 👍
Salah satu contoh di kota saya ada sebuah Mall dengan segudang sejarah bahkan bisa dibilang sebagai salah satu jujugan terkenal meskipun bukan tipe mall modern. Namun di saat banyak konsumen jauh lebih berminat membeli produk jadi meskipun dengan harga tinggi daripada membeli bahan baku untuk dijahit (kecuali hanya untuk event tertentu), mall tersebut yang sejatinya sangat tergantung pada keberagaman penjualan bahan baku kain, bukan hanya karena pandemi namun kenyataannya memang pembeli makin menipis dan stok sering tersisa banyak sedangkan industri fashion berjalan dengan makin cepat dan berganti. Terakhir yang saya tahu, mall tsb hampir ditutup total karena sudah banyak tenant cuci gudang bersiap untuk mengakhiri kontrak.
Masalahnya pak, mall bertambah banyak dan besar2, sementara daya beli masyarakat juga turun.
Setuju Pak Rhenald.....kita tidak boleh hanya melihat dari 1 sisi saja....di kondisi terburuk ...baik secara ekonomi Internasional,nasional...atau usaha kita,tempat kerja kita....
Karena menurut saya,selalu ada faktor internal dan eksternal yang akan membuat sebuah usaha naik atau turun...yang ke 2 nya harus saling bersinergi,berkolaborasi....
Seperti contoh kasus saat COVID kemarin,sama sama Perusahaan FMCG.....jika SDM perusahaan bagus,pondasi perusahaan bagus,di dukung produk bagus....perusahaan ternyata ada yang masih bisa bertumbuh....bahkan double digit....namun di saat yang sama,ada banyak perusahaan yang merugi....bahkan tutup
Terimakasih
Betullll...
Aduh Bapak tambah bingung dengan bahasa Bapak, aku pengen ketawain diri sendiri, Bapak pintar sama dgn Pak Ade Armando saya juga suka nonton Pak Ade
Kuliah yang sangat berharga,
Terima kasih Prof
Sesuai teori darwin. bukan yg terkuat dan terpandai yg mampu bertahan hidup tp yang bs beradaptasi dengan lingkungan nya
Terima kasih
Saya sangat setuju bukan adanya perubahan daya beli melainkan perubahan gaya beli konsumen sehingga kita sbg owner harus menyesuaikan diri
saya suka seorang akademisi seperti bapak, suatu saat saya akan menjadi seorang akademisi yang baik dan berbakti pada negara.
Memang hrs saya akui bisnis era ini semakin berat karena brbagai aspek. Sekarang ini rata2 yg beli anak muda yg psikologinya mudah berubah, berbeda dg orang jaman dulu ketika membeli y pasti barang itu2 sj yg dipilih.
Dunia berubah ,,kebiasaan berubah ,peradaban berubah , ,sgla sesuatu dikolong langiit berubaah , tpi ingaat Tuhan itu tdk brubah ttp pngsijjh dan penyayang jdi sesulit apapun situasi yg tfjdi akibag perubahan jaman ,yakinlah distiap situasi sulit yg kita hadapi ,,ad tangan Tuhan yg siap mnuntun lngkahkita untuk ttp siap kuat dan tgar melewatunya ,,,yakinlaaah ,,,
Setuju banget
Bisnis berbasis karakter dan kesadaran disertai dengan produk yg relevan
Thank you so much atas info motivasinya.....baru tersadar, sehat selalu pak Rhenald
Saya sebagai pekerja/buruh agak sedikit kuatir dengan poin nomor 2 yg sifatnya mendorong ageisme dengan segala alasan2 yg dikemukakan, saya pribadi dengan umur 30an sudah ketir2 untuk tidak dipakai lagi tenaga saya padahal dengan kondisi saya/buruh2 sekarang lain mgkn blm siap untuk membuka usaha baru bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Lebih bijak apabila buruh senior sudah terlihat jenuh atau perusahaan membutuhkan peningkatan skill pegawai, seharusnya cukup untuk pengadaan pelatihan yg lebih terkini, refreshment silakan apabila pekerja senior sudah masuk masa pensiun, tp kami yg masih diusia 30-40an masih diusia produktif dan masih semangat untuk mencari nafkah
Justru terlihat feedback satu arah saja, apabila perusahaan memutuskan untuk refreshment dengan alasan buruh sudah masuk usia 30-40 sedangkan mereka sudah berkontribusi besar tapi diputus kontraknya dan ini tentunya menambah jumlah pengangguran karena ketidaksiapan buruh yg di PHK/putus kontrak, sedangkan lapangan pekerjaan pun sudah membatasi usia dalam penerimaan pegawai
Saya hanya terterik dengan suarau "GAMELAN" sangat RELEVAN ...👍
Walopun hidup semakin sulit, saya harap orang2 kita lebih peka terhadap lingkungan disekitarnya, makin banyak orang yang peduli terhadap sesama, makin banyak orang yang berbagi terhadap sesama
Terimakasih banyak untuk sharing ilmu dan pencerahannya Prof. Rhenald Kasali...
Perubahan cara berbisnis itu perlu demi kelangsungan bisnis tsb. Coffee shops contohnya atau warung waralaba (franchise) ada yg buka 24 jam; paling tidak yg buka mulai jam 6 pagi itu harus apalagi untuk warung kopi dan semua menyajikan menu sarapan pagi dari jam 6 pagi sampai jam 11 pagi. Semua itu berdasarkan kebutuhan masyarakat. Pekerjanya juga setuju tentang jam kerja dan buka setiap hari. Tidak ada mengeluh. Semua diatur jam kerja sesuai jadwal yg dibuat oleh manajer-nya. System tsb harus di mulai di Indonesia, saya yakin tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi terbiasa. Dan di LN umur itu tidak menjadi penghambat utk bekerja, selagi sehat dan masih kuat bekerja, orang ttp bekerja spt pada umumnya. Semoga Indonesia bisa menerapkan hal tsb.
Prof Renaldi selalu memberikan artikel yang sangat bagus.
Yg sekarang ada juga perubahan prilaku konsumen...terutama semua yg berbau online
wahh pas liat masukan contoh konten gambar seven eleven, jd nostalgiaan pula prnah anak muda jajan kesana dan biasa sebutannya sih sevel sih. Nmun salut utk ilmunya prof 👍
menurut saya pak.. daya beli tidak turun sedrastis yg kita bayangkan.. cuma mengapa bnyk pedagang mengeluh itu semua sejak adanya marketplace menjamur.. market placenya sebenarnya tidak ada masalah.. yg menjadi masalah karena harga barang saat tiba di customer itu sangat tidak masuk diakal..tidak masuk akal bukan karena untungnya tipis.. tp karena prinsip bakar uang.. dahulu jaringan penjualan jelas.. dari produsen ato importir menjuak ke pedangan besar. pedagang besar jual barang ke daerah2.. trus yg di daerah lempar barang lagi ke bawahnya.. sehingga semua orang bisa makan.. tp sekalian liat saja yg diatas yg makan semua uang bahkan pembeli paling bawah.. kl pemerintah tidak mengatur penjualan online.. lihat saja ekonomi tambah lama tambah hancur.. coba survey saja semua pengusaha kecil sampe pengusaha besar.. berapa bnyk yg merasakan omsetnya menurun.. tp biaya bertambah tinggi.. saya yakin diatas 50 persen yg mengalami hal tersebut pak.. semoga pemerintah bisa cpt sadar untuk mencari solusinya...
Blnja di toko fisik mahal. Makanya blnja di shopee
Betul
Ingin kaya dan sejahtera, jangan jadi ASN, jadilah wirausaha, ASN yang jujur berintegrasi dan bekerja untuk NKRI msh banyak. Biasanya ASN bisa kaya raya karena korupsi. Hidup ini singkat, untuk apa mengejar kesempurnaan jika yang sederhana saja bisa membuat kita dan keluarga bahagia.
Saya pensiunan yg merintis usaha warkop. Th 2016-2019 lumayan dagangan habis krn banyak sales2 yg mampir. Sejak nop 2022 warung sepi krn sales2 ga ada lagi, apalagi bhn2 makan mahal shg harga per porsi nasi naik tp pembeli ga ada krn sepiring nasi sayur semula 5 rb, jd 6 rb. Akhirnya warung sepi, sales ga ada, lengganan hilang. Ternyata skrg usaha sangat sulit.
Ini betul sekali, Pak. Di kampus tempat saya beraktifitas nampak selalu relevant, tapi prakteknya kurang sekali. Saya ajak untuk disiplin, detail, improve ...saya dimusuhin. 😆😆😆
Sama seperti jaman saya dulu kerja di distributor laptop Toshiba sekitar 95 - 99, saya juga dimusuhi.
Terimakasih kasih atas edukasi dan dedikasi,ny.. dalam rangka untuk mencerdaskan bangsa , Profesor 🙏👍👍GBU🇮🇩🇮🇩🇮🇩
#Betul sekali Om.. memang saat ini dy beli menurun, itu akibat Penguasa yg PELIT ngasih aturan perupahan NASIONAL. sudah tidak layak tuk saat ini. Bayangkan dulu uang 100k masih bisa melengkapi kebutuhan sehari2, sekarang uang 100k boro2.. dipake beli makananpun paling nyangkut diGiGi yang BOLONG😮
Saya selalu yakin kalau korupsi diberantas sebesar mungkin maka situasi ekonomi akan membaik dan daya beli masyarakat meningkat tinggi. Kita tahu korupsi di Indonesia marak2 di mana2, di pemerintah pusat, di pemerintah daerah, BUMN dan BUMD, sektor swasta dll. Mohon Prof Rhenald membahas dampak korupsi thd perekonomian di suatu negara
Hasil KORUPSI asal tdk keluar negeri uang disimpan atau di belanjakan tdk masalah dgn ekonomi negara. Karena sifat orang sering korup itu suka berfoya-foya, hedon. Dan itu uangnya pasti di hamburkan. Istilahnya uang panas itu biasanya tdk bisa diam.
Perubahan harus pas timing nya...ga bisa terlalu cepat apalagi terlalu lambat... untuk daerah2 yg macet, masyarakat dsana lebih memilih layanan delivery walaupun ada ekstra biaya...produk yg di dapat jg lgsg dr produsen yg kebanyakan skrg ini tokonya terpercaya... harus ada inovasilah dr retailer2...kan banyak pakar marketing yg dipekerjakan...suruh mereka mikir 😂
Terima kasih paparannya, Prof. Sehat selalu
Learning is a lifetime process, must keep ourselves abreast. Stay relevant. Thank you Prof for this priceless advice.
Harga kebutuhan pokok dari akhir tahun 2022 sampai sekarang masih tinggi, mungkin sampai lebaran akan tetap tinggi.
Ini mungkin salah satu sebab daya beli turun, tidak tega juga melihat rekan-rekan pedagang yg sepi, jam 11malam ayam gorengnya masih numpuk dietalase, penjual nasi goreng nasinya masih utuh hanya berkurang 1-5porsi, ojek online & penjual gofood rumahan yg ngeluh sepi 2bulan ini, bahkan outlet makanan/minuman kekinian belakangan ini juga outletnya terlihat sepi, belum lagi yg jualan online dimarket place juga merasakan hal yg sama.
semoga lekas membaik.
Pernah baca, bln depan baru mulai kerasa efek PHK massal mba. Lanjut sampai stlh lebaran kyknya.
Aamiin....
Semoga membaik mas
Saya 10 tahun dagang
Baru 2023 ini nurun
Apa lg februari ini
Mau nangis rasanya
@@eggyaditama3115 sama 😭😭sdh berbagai inovasi dan strategi agar relevan dg keadaan skrg tp masih tdk mendongkrak penjualan. Tahun ini sungguh aneh, covid kemarin masih bisa didongkrak
@@eggyaditama3115 Sabar mas, ini hampir merata, dapat info dari rekan didaerah lain juga sama, omsetnya pada nurun drastis bahkan ada yg bangkrut, bahkan sekelas Mie Gacoan dikota saya sepi banget dibanding pandemi kemarin lebih sepi ini.
Bisnis pet hotel say ... Sampe skrg belum nemu Pet Hotel yang cucok.... akibatnya kalo mau keluar kota, kudu gantian,,.... mau dibawa, Garuda hanya mengizinkan bawa kucing untuk penerbangan kurang dari 2 jam.... sediiihhh....😭
Relevan,inovasi,strategi kalo gak punya duit mau beli pake apa,kalo yg beli sepi gimana mau mencukupi biaya operasional,kalo gak mencukupi gimana mau bertahan,satu kata yg pantas "BANGKRUT",prof sih enak tinggal omong doang gak ada resiko
Terimakasih informasinya Prof. Sehat dan semakin bermanfaat untuk orang banyak.
Ini sih memang ke dua nya, fakta nya memang daya beli masyarakat turun dan pengusaha diminta lebih inovatif agar masyarakat mau membelanjakan uangnya supaya tidak banyak menabung
menurut sy jelas daya beli yg turun prof. mmg ada unsur relevansi jg, namun skg ini daya beli yg plg masalah. tp ya itu kekurangan sistem kapitalisme, wealth distribution nya bermasalah.
Saat ini bisnis yg menjajikan hanya kuliner
Saya petani sawit, pak.
Tahun 2005 sd. 2010 harga sawit Rp.1.500,-/kg, harga pupuk non subsidi rata2 Ro.200.000,-/50 kg. Sekarang harga sawit Rp.2,250,-/kg (naik 50%). tapi harga pupuk rata2 Rp.700.000,- (naik 250%), harga kebutuhan hidup naik rata2 100%.
Hidup petani terasa semakin terjepit.
Salam pak..sya juga petani sawit wlpn lahannya ga besar..kmi jarang beli pupuk karna ga mmpu dg hrga pupuk yg mencekik..Krn kbutuhan sehari hari kmi dari sawit..
Ini walk the talk, semua poscast Prof berusahan stay relwvant
belajar mencari hal yg baru.
itu jawaban .
salah satu cara untuk menjadi relevan ialah tidak takut mencoba dan tidak mudah menyerah apabila tidak berhasil...lakukan 100 cara dan apabila tetap gagal lakukan 101 cara...terus mencoba itu adalah kunci
Makasih atas pencerahannya Prof 👏👏👏
Pemerintah ga pernah salah, mnrt pndukungnya.
Tetap sehat dan semangat, Prof! ... Majulah terus dan pantang mundur untuk mencerdaskan bangsa agar CERDAS BERBISNIS, demi masa depan NKRI yang aman damai dan berkah dibawah naungan ridho dari Allah SWT.
Aamiin ya rabbal Alamiin
Perijinan berbelit. Pemalakan. Buat cost jd tinggi. Hrg barang jd mahal. Gmn bisa laku
Keren banget kuliah nya pak Prof…… aku selalu Happy n dpt energi baru setelah dpt ulasan dr Bpk. Diberkati selalu… aminnnn🙏🙏💖
Membangkitkan optimisme dan pikiran positif itu memang kadang harus menyangkal atau menyembunyikan fakta yg pahit. Dan kadang menyampaikan kenyataan yg pahit itu dianggap pesimis dan negative thinking. 😃
Menurut saya ini yang di lakukan beliau. Walaupun kadang keterbukaan keadaan pahit bisa untuk mengantisipasi supaya tidak salah langkah kedepan. Sekarang kita mencari pendapat pembanding supaya kita tau yang bener yang mana. Bukan untuk berdebat, tp untuk menentukan langkah supaya ga salah ambil keputusan.
saya setuju
Tanda tanganya keren pakk...👍👍👍
Kita selalu berbicara relevan untuk swasta….dan swasta hampi 80 persen akan ikut relevansi dan daya resilensi…tapi perlu diingat semua itu akan terganjal apabila aparat pemerintah mentalnya masih korup sehingga hanya 1 sisi yg berubah dan akan terus terganjal negara ini untuk maju….merdekaaaa
penurunan daya beli itu real pak. mungkin bukan buat orang2 kaya harta seperti bapak atau orang2 kaya di jakarta/kota besar. tapi di daerah bener2 terasa. coba survey ke daerah2.
perputaran uang di jakarta mungkin masih tinggi, tapi kalau uang tidak kembali ke daerah2 maka perputaran ekonomi di daerah akan turun. yg berdampak ke pusat jg.
Mantap analisa nya 👍
Kalo mau daya beli naik gampang, naikan gaji ASN, terbukti di zaman gusdur & sby, ekonomi naik drastis karna tiap tahun naikan gaji PNS, daya beli masyarakat naik.
Thanks Prof Rhenald Kasali ,Benar sekali inovasi tiada henti semua Aspek
setuju
selain kebutuhan pokok jualan barang hobby itu lumayan masih stabil ketimbang barang fashion
millenial juga skrang rata" udah masuk 30an lebih rata" udah minimalis gk terlalu hedon lagi kyk pas kepala 2
Supermarket dalam mall di kota saya juga berkurang luasnya. Dari 2 lantai skrg tinggal 1 lantai. Untung lapak kaki lima macam bakso sama es doger masih ramai lah.
Always presenting cuttimg edge knowledge Pak Rhenald. Sy setuju untuk itu, tapi bahkan sesama UI saya melihat UI pun susah untuk mengikuti stay current and relevant tersebut, cuz it means competition and innovate for latest knowledge development.