Artikel ini terbit th 2013. Sepertinya kondisi pendidikan Indonesia masih sama 11 tahun kemudian, bahkan lebih buruk. Terbukti dengan terpilihnya para pemimpin dan pejabat yang makin 'bodoh' dan tidak kritis.
Betul banget cok, kalo punya pandangan berbeda sama gurunya dikasih nilai jelek, pada akhirnya murid tidak berkembang dan terkungkung dengan keterbatasan wawasan guru dan materi dalam buku/lks. Bahkan dengan tumbnail yg semenarik ini, yg komen cuman 3 biji, bukti kalau pendidikan itu tidak mendapat perhatian yg lebih.
Gurunya sendiri belum merdeka, katakanlah dari segi finansial Kemudian mental feodal masih melekat pd bangsa ini Guru pun tidak berani berbeda pendapat dengan kepala sekolah Kepala sekolah tidak berani berbeda pendapat dengan kepala dinas kabupaten/ kota Begitu seterusnya sampai ke atas, sang menteri
@@m-r-a-f8229 ya, mungkin tujuan nadim dengan kurikulum merdeka ya itu Gen z dan gen alfa di Indonesia kan terkenal sebagai manusia paling kritis di Konoha, cuma kurang di back up wawasan pengetahuan dasar dan analisis yg sip, sehingga klo membantah ini itu malah keliatan bego Generasi yg lebih tua kaga begitu tapi sifat feodal dan ABS nya yg dominan
@@SuperAnangs saya pribadi sebagai guru tdk masalah dgn adanya perbedaan pendapat murid. Cuma masalahnya kebanyakan pendapat mereka itu ngawur, ngasal, dan ga sesuai konteks. Iya bener mungkin niatnya nadiem bagus untuk kurikulum merdeka, cuma tidak didukung dengan persiapan yg memadai dari segala aspek, dan ini butuh waktu yg tdk sebentar. Jadi gagal total akhirnya
Memang didesain seperti itu cuk supaya tercipta tenaga kerja murah, tidak semua inisiatif jadi pengusaha Jika 4 % dari jumlah orang indonesia jadi pengusaha maka akan mematikan konglomerasi yang sudah berjalan Cukuplah jadi pekerja jadi ojol jadi bandar judol Kalo petani nelayan itu kelas pengusaha budidaya dan usaha tangkap ikan Memang harus ditekan habis supaya ketergantungan impor pangan Grand desain dari pendidikan dan ekonomi memang seperti itu Maka jangan berharap pada mereka pejabat yang otaknya kodok dalam tempurung
@@andrtux pengusaha di Indonesia sangat banyak, tapi ya itu tadi pengusaha skala kecil atau UMKM Ya mau bagaimana coba Mau bikin usaha kelas menengah aja perijinan nya ribet banget Kena mel di sana sini Ini yg sering pengamat bilang Kemiskinan di Indonesia itu sdh struktural Maksudnya, kebijakan2 yg dibikin pemerintah gagal mengentaskan orang yg miskin utk naik kelas Pahit, sedih tapi nyata faktanya Rakyat punya yg namanya wakil rakyat tapi fungsinya tidak maksimal
Artikel itu bener,gw generasi awal 90 punya adek generasi 2000 pertengahan,susah dikasi tahu, merasa lebih tahu, jadi gw sering diem aja malas ngasih tau
Ya didesain seperti itu, karena saya guru ditegor Wakasek bagian kurikulum Krn nilai siswa tidak tinggi tinggi saya buat. Padahal saya beri sesuai dgn kemampuan siswa ada yg tinggi ada yg rendah. Tapi alasannya Krn jalur undangan. Jadi siswa sekarang itu serba instan
Setuju sih sama pendapat penulis, kalau menurut aku ya dibanding sibuk nyalahin pemerintah, kita sebagai rakyat introspeksi juga, bukan berarti pemerintah gk punya andil ya. Tapi media seakan2 nge framing ini nih kesalahan adanya cuma ada di kalangan atas, padahal kita juga harus tau ada yg namanya kerah putih dan kerah biru. Yah orang2 yg dibawah pun sering salah juga. Jadi penting sih punya rakyat pada pintar2. Karna asal muasal pejabat kan juga dari rakyat toh sama ordal😂
Sebetul nya kurikulum merdeka udh di design supaya murid nya yang aktif dan kritis berpikir dengan riset sendiri, tapi sayang nya ortu di indo kebanyakan tau nya "pokok nya belajar ya di sekolah, ngapain ortu bantu belajar lagi di rumah" ya jadi lah lulusan kurikulum merdeka skill nya tiarap
gak salah tapi sering kita lupa peran orang tua lebih penting. serba salah kl sistem pendidikan ke praktek sering bgt orang tua males bantuin atau bahakan sekedar support anaknya baik moril (sekedar semangatin) atau materil. kebanyakan itu komplen "sibuk kerja", "tugasnya guru kan mendidik", "duit lagi", dsb. ditambah konten2 atau netizen yg bikin kampanye sekolah gak penting. pola pikir yg begini yg harus dirubah. padahal orang tua jaman dulu banting tulang cari duit buat anaknya bisa belajar, minimal bisa baca tulis krn pengen liat anaknya lebih pinter dari mereka. kl bicara soal duit, ya mau gimana. emang ada bantuan tapi sering gak jelas. kl pun jelas sekolah emang butuh perawatan/renovasi/infrastuktur tambahan (positif thinking aja dulu). kita yg tau kondisi sekolah sekitar. kl udah begini lebih sering kita tutup mata dan mikir itu urusan pemerintah. ya itu gak salah krn memang tugasnya tapi kl ngandelin itu terus kapan yg lain bisa berbenah. gak semua kebagian rata kl ngendelin pemerintah terus. namun disisi lain kl pun mau ikutin sistem mereka negara maju, ekonomi kita gak bagus. inget kita ini negara yg luas dg geografi yg beragam. solusi yg sama belum tentu bisa dipakai di wilayah lain. emang serba salah kl mikir pendidikan. solusi paling mudah. kalian adalah alumni sekolah itu. luapain baik buruk yg kalian alami disana, kl memang tidak ada larangan atau melanggar aturan bantulah semampu kalian. jika punya ilmu, sumbangkan ilmunya. jika punya harta, bisa sumbangkan alat2 atau sesuatu yg berguna.
Solusinya yang harus kita tanamkan adalah di sektor pendidikan. Ajari generasi muda logika agar bernalar kritis, ajari ketika sudah matang umurnya. Setidaknya dasarnya dari SMP.
@@ligas_pratama_yoga gurunya sendiri belum tentu bisa berfikir kritis, kok suruh mengajari? Sederhana kok berfikir kritis itu Kalau ada tokoh yg melanggar aturan apa pun itu dan tidak ada efek negatifnya, apakah kamu akan ikut ikutan atau mengingkari? Klo berfikir kritis maka dia tetap berfikir logis bahwa yg namanya salah tetap salah meskipun tidak ada ekses negatif yg terjadi
Iya sih tambah parah aja sekarang keadaan pendidikan disini tapi di banyak negara berkembang juga hampir sama masalahnya ini bukan cuma masalah sistem pendidikannya tapi lebih luas lagi. Ya yg paling mencolok adalah peran guru dan orang tua, dimana guru di batasi untuk mendidik dan keilmuan yg kurang mumpuni (bisa kesalahan metode pengajarannya yg kurang tepat, bisa juga hanya sekedar tugas tanpa meresapi apa itu mengajar), orang tua yg memasrahkan sepenuhnya anak2 mereka ke sekolah tanpa mengecek perkembangan pendidikan anaknya dirumah, ini nih yg paling berpengaruh besar terhadap anak yaitu penggunaan gawai yg ga di kontrol dan di batasi... Gawai ini parah banget efeknya, anak2 banyak yg mengalami keterlambatan bicara, kurang kemampuan bersosialisasi, di rumah aja main gawai kesehatannya juga jadi ga baik (mata rusaka, obesitas, ringkih dan gampang sakit, rendahnya kemampuan mengelola emosi, otak yg ga berkemang), sayangnya orang tua kurang memahami ini.
Dari tk sampai sd, yang bikin pr gurunya, yang disuruh anaknya yang mengerjakan ortunya. Di bidang2 kerajinan dan hal2 yang anak kecil gak bakal bisa ngerjain sendiri sih
Ya gimana, kalo gurunya maju dan beda dari guru lainnya ditandain sama kepala sekolahnya, ditandain sama kadisidiknya. Sistemnya harus dirubah seluruhnya ga melulu dari atas tapi dari akarnya juga
emang disengaja dari sananya. - rakyat bodoh jd gampang dibodohi. - rakyat miskin gampang dijadiin masa solusi yg efeknya paling mempan y paksa pemerintah bikin sistem pendidikan yg baik dan transparan. kalo nggak rakyat harus sadar kalo sedang dibodohi dan berpengetahuan luas itu berguna buat survival mreka
Bagaimana mau maju jika kualitas pendidikan dituntut tinggi tapi penghasilan guru dan dosen dikebiri? Kalau yang dikasih pisang, maka yang makan ya monyet.
Pintar itu relatif, ada yang pintar di seni, ada yang pintar di olah raga, ada yang pintar di sains, ada yang pintar di matematika, ada yang pintar di kemampuan berkomunikasi, ada yang pintar di logika, ada yang pintar di agama, IQ itu tidak menggambarkan kesuksesan seseorang, yang jelas orang pintar kalah orang bejo/beruntung
Sampai kapan kita harus bersembunyi dibalik kata2 "orang pintar kalah dengan orang beruntung"? Semua orang merasa dirinya beruntung padahal kenyataannya hanya sedikit orang yang benar-benar beruntung. Akademik yang baik tidak menjamin kesuksesan, TAPI menjamin arah perubahan hidup menjadi lebih baik. Dengan akademik yang baik, anak2 bisa meningkatkan derajat dirinya, orang tuanya, bahkan masyarakat disekitarnya. Kalau menunggu sampai beruntung... Mau sampai kapan?
"orang pintar kalah orang bejo/beruntung" , sepertinya tidak akan selalu berlaku, orang pintar akan terus pintar, tapi orang beruntung apa akan selalu beruntung ?, dan yang lebih penting, bagaimana kita melatih anak agar bisa beruntung ?, bukan kah membuat anak mengetahui dan melatih potensi diri nya lebih mudah dibanding berharap dia beruntung ? ya saya setuju ada momen orang pintar bisa kalah oleh orang beruntung, tapi saya jamin tidak akan terus terjadi, jika itu terus terjadi maka orang tersebut tidak cukup pintar.
Betul, ada IQ, EQ dan SQ. orang asing ini cuma nilai orang indonesia dari IQ doang. Dia gak lihat orang indonesia sangat ramah mudah bersosialiasi dan ini diakui orang luar (SQ) dan juga paling gampang empati dgn kesulitan orang lain (EQ) lihat sj kita bertahun-tahun negara paling dermawan sedunia. Lihat orang luar sana, negara makin maju tapi makin hancur moral (penembakan massal, LaGiBaTuk, pelecehan agama) dan banyak bunuh diri (lihat jepang dan korea deh!). Orang berlomba" pengen pindah ke indonesia karena nyaman. Kita cuma belum menemukan rumusan pendidikan yang cocok bagi kita. Bisa sudah nemu cuma karena faktor politik kekuasaan malah lupa !
bisa ga buat ga nyentuh sentimen agama?! hapus itu kutipan video yg multitafsir. masalah kita cuma di metode pembelajaran, ga harus ninggalin agama buat maju!
aneh sekali utk negara demokrasi sekuler mewajibkan siswa mengambil kelas agama. itu fakta. kalo mau mendalami agama ada banyak kesempatan di luar sekolah. jelas masalahnya tidak "cuma" di metode pembelajaran tetapi juga di materi yg dipelajari. kenapa siswa SMA Indonesia biasanya mengambil 12-13 subjek dalam satu semester? gila itu. tidak ada bukti dari satu negara pun bahwa lebih banyak subjek = lebih bagus kualitas pendidikan. kebalik.
Artikel ini terbit th 2013. Sepertinya kondisi pendidikan Indonesia masih sama 11 tahun kemudian, bahkan lebih buruk. Terbukti dengan terpilihnya para pemimpin dan pejabat yang makin 'bodoh' dan tidak kritis.
Gara2 si kebo
Betul banget cok, kalo punya pandangan berbeda sama gurunya dikasih nilai jelek, pada akhirnya murid tidak berkembang dan terkungkung dengan keterbatasan wawasan guru dan materi dalam buku/lks. Bahkan dengan tumbnail yg semenarik ini, yg komen cuman 3 biji, bukti kalau pendidikan itu tidak mendapat perhatian yg lebih.
Gurunya sendiri belum merdeka, katakanlah dari segi finansial
Kemudian mental feodal masih melekat pd bangsa ini
Guru pun tidak berani berbeda pendapat dengan kepala sekolah
Kepala sekolah tidak berani berbeda pendapat dengan kepala dinas kabupaten/ kota
Begitu seterusnya sampai ke atas, sang menteri
kebanyakan njawabnya ngasal.. asal jeplak, ya d salahin
Asalkan gak keluar dari konteks sih harusnya nggak jadi masalah
@@m-r-a-f8229 ya, mungkin tujuan nadim dengan kurikulum merdeka ya itu
Gen z dan gen alfa di Indonesia kan terkenal sebagai manusia paling kritis di Konoha, cuma kurang di back up wawasan pengetahuan dasar dan analisis yg sip, sehingga klo membantah ini itu malah keliatan bego
Generasi yg lebih tua kaga begitu tapi sifat feodal dan ABS nya yg dominan
@@SuperAnangs saya pribadi sebagai guru tdk masalah dgn adanya perbedaan pendapat murid. Cuma masalahnya kebanyakan pendapat mereka itu ngawur, ngasal, dan ga sesuai konteks. Iya bener mungkin niatnya nadiem bagus untuk kurikulum merdeka, cuma tidak didukung dengan persiapan yg memadai dari segala aspek, dan ini butuh waktu yg tdk sebentar. Jadi gagal total akhirnya
Memang didesain seperti itu cuk supaya tercipta tenaga kerja murah, tidak semua inisiatif jadi pengusaha
Jika 4 % dari jumlah orang indonesia jadi pengusaha maka akan mematikan konglomerasi yang sudah berjalan
Cukuplah jadi pekerja jadi ojol jadi bandar judol
Kalo petani nelayan itu kelas pengusaha budidaya dan usaha tangkap ikan
Memang harus ditekan habis supaya ketergantungan impor pangan
Grand desain dari pendidikan dan ekonomi memang seperti itu
Maka jangan berharap pada mereka pejabat yang otaknya kodok dalam tempurung
@@andrtux pengusaha di Indonesia sangat banyak, tapi ya itu tadi pengusaha skala kecil atau UMKM
Ya mau bagaimana coba
Mau bikin usaha kelas menengah aja perijinan nya ribet banget
Kena mel di sana sini
Ini yg sering pengamat bilang
Kemiskinan di Indonesia itu sdh struktural
Maksudnya, kebijakan2 yg dibikin pemerintah gagal mengentaskan orang yg miskin utk naik kelas
Pahit, sedih tapi nyata faktanya
Rakyat punya yg namanya wakil rakyat tapi fungsinya tidak maksimal
@@SuperAnangsbukannya kurang maksimal tapi malah tidak berfungsi kok 🤭
@@m-r-a-f8229 ga tega bilangnya kak
@@SuperAnangsbukan gagal tapi di sengaja, memang di buat gagal.
@EL_otan pinginnya husnuzon sih
Tapi kok susah y
Artikel itu bener,gw generasi awal 90 punya adek generasi 2000 pertengahan,susah dikasi tahu, merasa lebih tahu, jadi gw sering diem aja malas ngasih tau
Ya didesain seperti itu, karena saya guru ditegor Wakasek bagian kurikulum Krn nilai siswa tidak tinggi tinggi saya buat. Padahal saya beri sesuai dgn kemampuan siswa ada yg tinggi ada yg rendah. Tapi alasannya Krn jalur undangan. Jadi siswa sekarang itu serba instan
Setuju sih sama pendapat penulis, kalau menurut aku ya dibanding sibuk nyalahin pemerintah, kita sebagai rakyat introspeksi juga, bukan berarti pemerintah gk punya andil ya. Tapi media seakan2 nge framing ini nih kesalahan adanya cuma ada di kalangan atas, padahal kita juga harus tau ada yg namanya kerah putih dan kerah biru. Yah orang2 yg dibawah pun sering salah juga. Jadi penting sih punya rakyat pada pintar2. Karna asal muasal pejabat kan juga dari rakyat toh sama ordal😂
Yang merasa lebih mulia kalau dikritik atau pendapatnya disanggah pada tantrum. Itu yang saya rasakan di negeri ini
Sebetul nya kurikulum merdeka udh di design supaya murid nya yang aktif dan kritis berpikir dengan riset sendiri, tapi sayang nya ortu di indo kebanyakan tau nya "pokok nya belajar ya di sekolah, ngapain ortu bantu belajar lagi di rumah" ya jadi lah lulusan kurikulum merdeka skill nya tiarap
Tapi kok para gurunya juga gak punya kompetensi yang standar ya.
Guru2nya juga spt bingung dgn penerapan kurikulum merdekanya
Nah iya itu . Kadang perlu ada sinkronisasi antara yg diajarkan dgn yg dihasilkan di rumah . Tricki juga sih , biar ortu ga rekayasa .
Salah satu artikel yang sering dipakai pak guru gembul dalam menjelaskan betapa bobroknya sistem pendidikan kita
mirip dunning kruger effect bukan?
gak salah tapi sering kita lupa peran orang tua lebih penting. serba salah kl sistem pendidikan ke praktek sering bgt orang tua males bantuin atau bahakan sekedar support anaknya baik moril (sekedar semangatin) atau materil. kebanyakan itu komplen "sibuk kerja", "tugasnya guru kan mendidik", "duit lagi", dsb. ditambah konten2 atau netizen yg bikin kampanye sekolah gak penting. pola pikir yg begini yg harus dirubah.
padahal orang tua jaman dulu banting tulang cari duit buat anaknya bisa belajar, minimal bisa baca tulis krn pengen liat anaknya lebih pinter dari mereka. kl bicara soal duit, ya mau gimana. emang ada bantuan tapi sering gak jelas. kl pun jelas sekolah emang butuh perawatan/renovasi/infrastuktur tambahan (positif thinking aja dulu). kita yg tau kondisi sekolah sekitar. kl udah begini lebih sering kita tutup mata dan mikir itu urusan pemerintah. ya itu gak salah krn memang tugasnya tapi kl ngandelin itu terus kapan yg lain bisa berbenah. gak semua kebagian rata kl ngendelin pemerintah terus. namun disisi lain kl pun mau ikutin sistem mereka negara maju, ekonomi kita gak bagus. inget kita ini negara yg luas dg geografi yg beragam. solusi yg sama belum tentu bisa dipakai di wilayah lain. emang serba salah kl mikir pendidikan.
solusi paling mudah. kalian adalah alumni sekolah itu. luapain baik buruk yg kalian alami disana, kl memang tidak ada larangan atau melanggar aturan bantulah semampu kalian. jika punya ilmu, sumbangkan ilmunya. jika punya harta, bisa sumbangkan alat2 atau sesuatu yg berguna.
Makannya aja nasi digoreng,tepung digoreng..Kerupuk,keripik,,Seblak,bakso,boba,ayam goreng tepung,Mie Instant.Olah Raga no mau.Minum dikit,Buah ogah,sayur entah dimana..😂😂Ya begitu deh.. 😂😂
Solusinya yang harus kita tanamkan adalah di sektor pendidikan. Ajari generasi muda logika agar bernalar kritis, ajari ketika sudah matang umurnya. Setidaknya dasarnya dari SMP.
@@ligas_pratama_yoga gurunya sendiri belum tentu bisa berfikir kritis, kok suruh mengajari?
Sederhana kok berfikir kritis itu
Kalau ada tokoh yg melanggar aturan apa pun itu dan tidak ada efek negatifnya, apakah kamu akan ikut ikutan atau mengingkari?
Klo berfikir kritis maka dia tetap berfikir logis bahwa yg namanya salah tetap salah meskipun tidak ada ekses negatif yg terjadi
Di akhirat nanti yang ditanyakan sholat kita bukan rumus Matematika
Iya sih tambah parah aja sekarang keadaan pendidikan disini tapi di banyak negara berkembang juga hampir sama masalahnya ini bukan cuma masalah sistem pendidikannya tapi lebih luas lagi. Ya yg paling mencolok adalah peran guru dan orang tua, dimana guru di batasi untuk mendidik dan keilmuan yg kurang mumpuni (bisa kesalahan metode pengajarannya yg kurang tepat, bisa juga hanya sekedar tugas tanpa meresapi apa itu mengajar), orang tua yg memasrahkan sepenuhnya anak2 mereka ke sekolah tanpa mengecek perkembangan pendidikan anaknya dirumah, ini nih yg paling berpengaruh besar terhadap anak yaitu penggunaan gawai yg ga di kontrol dan di batasi...
Gawai ini parah banget efeknya, anak2 banyak yg mengalami keterlambatan bicara, kurang kemampuan bersosialisasi, di rumah aja main gawai kesehatannya juga jadi ga baik (mata rusaka, obesitas, ringkih dan gampang sakit, rendahnya kemampuan mengelola emosi, otak yg ga berkemang), sayangnya orang tua kurang memahami ini.
Wow diperingkat bawah soal literasi dan matematika, padahal anak2 kita sejak PAUD sudah diajari calistung. Ironi
Kontennya menarik bangg gass terus!
Dari tk sampai sd, yang bikin pr gurunya, yang disuruh anaknya yang mengerjakan ortunya. Di bidang2 kerajinan dan hal2 yang anak kecil gak bakal bisa ngerjain sendiri sih
Ya gimana, kalo gurunya maju dan beda dari guru lainnya ditandain sama kepala sekolahnya, ditandain sama kadisidiknya. Sistemnya harus dirubah seluruhnya ga melulu dari atas tapi dari akarnya juga
Supaya tetap puas dg program makan 'gratis' dll 'gratis'.😅
emang disengaja dari sananya.
- rakyat bodoh jd gampang dibodohi.
- rakyat miskin gampang dijadiin masa
solusi yg efeknya paling mempan y paksa pemerintah bikin sistem pendidikan yg baik dan transparan. kalo nggak rakyat harus sadar kalo sedang dibodohi dan berpengetahuan luas itu berguna buat survival mreka
Bener lagi....😢
Umur 15 tahun gak bisa jawab yg seperti itu?
Sekolah sample/anak yg di jadikan sample itu yang kebetulan dapat bodoh-bodoh.
Kurikulum mandiri memperparah ini semua
Kurikulum merdeka barangkali ...
betul itu, tapi siswanya sendiri sebetulnya bukan gak tau bodoh enggaknya, tapi lebih tidak peduli bodoh atau nggaknya
betul
KAGET SAYA!
Bagaimana mau maju jika kualitas pendidikan dituntut tinggi tapi penghasilan guru dan dosen dikebiri? Kalau yang dikasih pisang, maka yang makan ya monyet.
Duitnya buat makan siang...gratisss
Tuntut menteri pendidikan kemarin
Pintar itu relatif, ada yang pintar di seni, ada yang pintar di olah raga, ada yang pintar di sains, ada yang pintar di matematika, ada yang pintar di kemampuan berkomunikasi, ada yang pintar di logika, ada yang pintar di agama, IQ itu tidak menggambarkan kesuksesan seseorang, yang jelas orang pintar kalah orang bejo/beruntung
Betul sekali, dan sayang nya sistem pendidikan di indonesia belum memfasilitasi berbagai dimensi kecerdasan ini.
Sampai kapan kita harus bersembunyi dibalik kata2 "orang pintar kalah dengan orang beruntung"? Semua orang merasa dirinya beruntung padahal kenyataannya hanya sedikit orang yang benar-benar beruntung.
Akademik yang baik tidak menjamin kesuksesan, TAPI menjamin arah perubahan hidup menjadi lebih baik. Dengan akademik yang baik, anak2 bisa meningkatkan derajat dirinya, orang tuanya, bahkan masyarakat disekitarnya.
Kalau menunggu sampai beruntung... Mau sampai kapan?
Yang jelas orang pintar minum tolak angin.
"orang pintar kalah orang bejo/beruntung" , sepertinya tidak akan selalu berlaku, orang pintar akan terus pintar, tapi orang beruntung apa akan selalu beruntung ?, dan yang lebih penting, bagaimana kita melatih anak agar bisa beruntung ?, bukan kah membuat anak mengetahui dan melatih potensi diri nya lebih mudah dibanding berharap dia beruntung ? ya saya setuju ada momen orang pintar bisa kalah oleh orang beruntung, tapi saya jamin tidak akan terus terjadi, jika itu terus terjadi maka orang tersebut tidak cukup pintar.
Betul, ada IQ, EQ dan SQ. orang asing ini cuma nilai orang indonesia dari IQ doang. Dia gak lihat orang indonesia sangat ramah mudah bersosialiasi dan ini diakui orang luar (SQ) dan juga paling gampang empati dgn kesulitan orang lain (EQ) lihat sj kita bertahun-tahun negara paling dermawan sedunia. Lihat orang luar sana, negara makin maju tapi makin hancur moral (penembakan massal, LaGiBaTuk, pelecehan agama) dan banyak bunuh diri (lihat jepang dan korea deh!). Orang berlomba" pengen pindah ke indonesia karena nyaman. Kita cuma belum menemukan rumusan pendidikan yang cocok bagi kita. Bisa sudah nemu cuma karena faktor politik kekuasaan malah lupa !
Akibatnya..
#2045HanyaAkanMenujuTahik *!!*
Aaaaaaaahahaha
😝🤣🤣🤣🤣😝
bisa ga buat ga nyentuh sentimen agama?! hapus itu kutipan video yg multitafsir. masalah kita cuma di metode pembelajaran, ga harus ninggalin agama buat maju!
Cieeeee baper nih 😂😂😂😂
@@rotr8196 emang kenapa kalo baper? Emang bener yg dia bilang
aneh sekali utk negara demokrasi sekuler mewajibkan siswa mengambil kelas agama. itu fakta. kalo mau mendalami agama ada banyak kesempatan di luar sekolah. jelas masalahnya tidak "cuma" di metode pembelajaran tetapi juga di materi yg dipelajari. kenapa siswa SMA Indonesia biasanya mengambil 12-13 subjek dalam satu semester? gila itu. tidak ada bukti dari satu negara pun bahwa lebih banyak subjek = lebih bagus kualitas pendidikan. kebalik.
aduh
Menteri era rezim jokowi gak becus
Negeri Tik Tok