Beda pengertian naturalis yg dijabarkan mas yadi dgn konsep buddhism dimana letak bedanya?? Hukum alam, sebab akibat itu dasar dri Buddhism... Mari mas yadi Ehipassikho...
Sebenarnya non-resistant non-believer ini banyak bisa dieksplorasi. Kita buka kemungkinan2nya. - Apakah kalau Sang Ilahi menampakkan diri dan ternyata ga sesuai harapan, akan jadi resistant non-believer? - Apakah kalau terima, hubungannya jadi terpaksa/ pasrah? - Bagaimana kalau diberi jawaban yang ngambang? - Bagaimana keberatan pribadi yang menentang sanggahan saat ini? Dll.
Saudaraku terkasih, naturalisme itu sudah dipukul telak oleh Alvin Platinga. Berikut penjelasan William Lane Craig atas argumennya Platinga melawan Naturalisme: th-cam.com/video/d3BmkFsQunU/w-d-xo.htmlsi=yp55fqJlCd8Y2Xt1
Argumen di video tersebut premisnya "jika naturalis benar maka perangkat pengambil keputusan dalam dunia naturalis haruslah mengarah pada survivalibility", sebenarnya ini argumen bisa dibantah, dalam pemikiran yang berevolusi, wajar jika pikiran kita bisa mengambil keputusan-keputusan logis lain diluar kepentingan bertahan hidup. Science sudah memberikan penjelasan sejauh ini kerumitan kerja otak dan cara berpikir kita, mengatakan otak naturalis dirancang hanya untuk bertahan hidup, adalah argumen yang lemah bahkan untuk mereka yang bukan naturalis.
@@tanpatembok You don't get it. Dunia sekarang ini berbeda dgn ribuan bahkan jutaan tahun dahulu. Perbedaan ini harus... susah bahasa Indonesianya... tapi maksudnya, kalau pakai english, we must account for that difference/change. Bagaimana menjelaskannya? Nah, evolution adalah penjelasan paling naturalist (theist pun mayoritas mengamini evolusi tapi mereka mengikutkan campur tangan Allah). Tapi embedded dalam evolution adalah survivability. Tidak ada mekanisme lain dari evolution yang diobservasi oleh science kecuali survivability (haha kalau ada, para theists sudah menang telak). Nah, masalahnya kalau evolusi memang terjadi dan mekanismenya adalah survivability, maka ya kritikan Platinga itu kena kepada para naturalist. Gitu.
@@aguspare1992 itulah persis mengapa sains mengakui dengan rendah hati keterbatasannya dan selalu terbuka untuk mengoreksi kesalahan. sains bukanlah pengetahuan atas kebenaran mutlak, sains terus berkembang dan masih berkembang, masih banyak misteri yang belum terungkap dan naturalisme juga tidak pernah mengklaim kebenaran mutlak, tidak seperti teis. kesediaan untuk kritis dan skeptis dalam setiap penyelidikan sengan menguji setiap asumsi-asumsi membuat sains justru memperoleh kekuatannya. justru anehnya ketika para teis membangun sebuah argumen, premis-premisnya diperoleh dari temuan sains, tapi mereka memperlakukan itu seakan-seakan sebagai pengetahuan yg terjamin pasti kebenarannya tanpa mempertimbangkan sifat 'falibilis' dari penjelasan sains.
@@randyaritonangmusic7474 "Sains selalu mengakui kerendahan hatinya" itu seperti mantra ya. Seakan akan "wow sains begitu kerennya." Padahal ada yg namanya scientisme yang dianut banyak scientist. Yaitu suatu dogma bahwa hanya sesuatu yang bisa dibuktikan secara scientifik, yaitu melalui metode ilmiah, yang dianggap benar. Tidak hanya klaim ini salah, sebab ada kebenaran yang tidak bisa dibuktikan secara scientifik, tapi klaim ini juga self defeating karena klaim ini tidak bisa dibuktikan secara scientifik. Mereka yg mengagung-agungkan science juga sering sombong dan menghina ketika orang lain tidak setuju dengan hasil kesimpulan scientifik mereka. Misalnya pemaksaan memakai masker di luar ruangan saat pandemi corona. Banyak yang atas nama science mengharuskan dan menghukum orang yang tidak memakai masker outdoor. Dan kalau science memang selalu berkembang dan relatif, maka tidak seharusnya science memvonis kesimpulan agama, seperti bumi diciptakan dalam 6 hari. Toh siapa tahu science akan berkembang dan mengamininya. Tapi apakah itu yg terjadi? Agama tidak mendasarkan klaimnya atas science, sebagaimana matematika tidak mendasarkan klaimnya atas science, sebagaimana sejarah tidak mendasarkan klaim ya atas science. Setiap ilmu punya cara untuk tiba pada kebenaran sendiri-sendiri. Kalaupun agama dll merujuk kepada science itu hanya sebagai pembuktian tambahan akan kebenaran klaim agama dll, bukan bukti utama.
betul sekali, perbedaan yakin dengan tau. yakin itu adanya informasi dalam benak tetapi belum bisa dibuktikan secara empiris. sedangkan tau itu adalah adanya informasi dalam benak dan sudah bisa dibuktikan secara empiris.
@@randyaritonangmusic7474 yakin, bukti,orang yang gak yakin justru lebih berego.jika kamu bisa buktikan baru kamu yakin itu urusan kamu. Jika kamu mengatakan itu ego. Kamu yang ego.karena segalanya butuh bukti.jika kamu mau bukti silahkan kamu sembah setan.kamu dapat bukti langsung. Jika menyembah tuhan kamu gak akan pernah bertemu.di situlah yang namanya yakin.jika kamu tidak percaya setan.ya sudah. Jadi ego itu yang mana.yang yakin atau yang butuh pembuktian. Jika tuhan nampak nyata,dunia sudah pasti hambar ya.kan lucu.gak perlu repot2 bikin alam semesta kalo hanya untuk di olok olok. Jika kamu mepertanyakan penderitaan,kekejaman,tuhan adalah lucu ingin di sebah,jika tuhan berkehedak kamu mau apa? Bahkan lebih mengerikan dari yang kamu bayangkan,di situlah orang yakin sampai menangis,kerena takut. Jika kamu atheis sangat2 di persilahkan.
@@randyaritonangmusic7474 jika kamu ilmuan,apakah ada ilmuan yang mampu mencipta sesuatu diluar bahan yang sudah di sediakan alam...baik terlihat maupun tak terlihat. Ingat manusia hanya menggunakan bahan.bukan pencipta.jika semua lenyap.di situ.baru tau terbatasnya fungsi akal. Ujung ujungnya balik ke sepiritual.dan itu bagian dari keyakinan.
@@Silica249 fungsi akal memang terbatas, sains memang terbatas, kemampuan otak manusia memang terbatas. namun tidak ada alasan bagi saya untuk dapat meyakini sesosok tuhan yang mengurusi moral manusia, yg peduli dengan orientasi seksual manusia, yg memerintahkan berperang, dan yang mengawasi saya selagi saya masturbasi. asumsikan alam semesta ini kontingen, artinya perlu sesuatu yang eksternal dari dirinya untuk ada. sesuatu yang eksternal itu tidak harus sesosok entitas berkepribadian yang digambarkan oleh agama-agama. tuhan yang paling masuk akal keberadaannya adalah tuhannya para deis, tuhannya Einstein dan Spinoza. tuhan yg mewujudkan dirinya dalam keteraturan dan hukum alam ataupun sebagai sumber segala sesuatu yg ada tanpa kepribadian. Beban pembuktian ada pada pihak yang membuat klaim. orang beragama mengklaim tuhan itu sperti ini dan itu, mereka harus membuktikan. bukan ego namanya kalau saya tidak akan yakin dengan klaim anda apabila belum ada buktinya. sebab anda yang membuat klaim, bukan saya.
Pertanyaanmu salah. Seharusnya pertanyaanmu bukan mempertanyakan bagaimana membuat Atheis percaya TUHAN yang BENAR. Pertanyaan yang seharusnya ditanyakan adalah bagaimana TUHAN yang BENAR dapat berkenan menyentuh hati para atheis. Kitab Suci mencatat, TUHAN yang BENAR itu hanya melihat kepada iman dari setiap individu manusia. Siapapun yang memiliki iman kepada TUHAN yang BENAR akan diperhitungkan serius lalu mendapatkan perhatian-Nya. Artinya tanpa iman, siapapun itu tidak mendapat perkenanan dari TUHAN yang BENAR itu. Jika Saudara pembuat konten memberi kesempatan kepada TUHAN yang BENAR itu untuk membantumu mengatasi kesulitan hidupmu, contohnya, maka TUHAN yang BENAR itu tanpa menunda-nunda membantumu mengatasi kesulitan hidupmu, dalam konteks contoh di atas. Sekarang masalahnya adalah tidak ada seorangpun memberitahumu SIAPA NAMA TUHAN yang BENAR itu. Izinkan saya memberitahumu SIAPA NAMA TUHAN yang BENAR itu. NAMA-NYA adalah YHVH. Ada yang mengucapkan NAMA YHVH sebagai I-A-U-E (YAHWEH). Ada yang mengucapkan NAMA YHVH sebagai I-E-U-A (Yehuwa). Tetapi yang pasti adalah: NAMA YHVH adalah NAMA TUHAN ELOAH YISRA'EL. NAMA YHVH tidak pernah secara simsalabim berubah menjadi nama yunani Iesous kristos. Tidak pernah berubah menjadi nama aramaik Yeshua. Tidak pernah berubah menjadi nama Ibrani YeHoshua. NAMA YHVH tercatat di Kitab Shemoth (Keluaran) 3:15 sebagai NAMA KEKAL yang berlaku selamanya. Nah, dari NAMA TUHAN yang BENAR di atas muncullah kesempatanmu mendapatkan perhatian-Nya. Cobalah kamu belajar untuk percaya hanya kepada NAMA TUHAN yang BENAR itu. Seiring waktu, bukan lagi saya yang berbicara tentang NAMA itu. Kamu sendiri bahkan akan membuktikan sendiri TUHAN yang BENAR itu SUNGGUH HIDUP dan BERKUASA atas seluruh ciptaan-Nya. Selamat mencoba. Tuhan-ku YHVH memberkati.
Minimal kalo mau sampaikan argumen, ada premisnya, kamu menyimpulkan YHVH nama Tuhan yang benar premisnya apa? jadi bisa ditelaah premismu yang melahirkan kesimpulanmu itu logis dan bisa dipertanggungjawabkan tidak. Next time coba pertimbangan kerangka argumen begini dalam menyampaikan pemikiran. Pasti orang akan lebih respek dengan pendapatmu.
Beda pengertian naturalis yg dijabarkan mas yadi dgn konsep buddhism dimana letak bedanya?? Hukum alam, sebab akibat itu dasar dri Buddhism... Mari mas yadi Ehipassikho...
40:25
background Kang Yadi emang muslim mas
mind blow dan menginspirasi banget
wah, thanks ya bro budi
Sebenarnya non-resistant non-believer ini banyak bisa dieksplorasi.
Kita buka kemungkinan2nya.
- Apakah kalau Sang Ilahi menampakkan diri dan ternyata ga sesuai harapan, akan jadi resistant non-believer?
- Apakah kalau terima, hubungannya jadi terpaksa/ pasrah?
- Bagaimana kalau diberi jawaban yang ngambang?
- Bagaimana keberatan pribadi yang menentang sanggahan saat ini?
Dll.
Gas bikin videonya pel ❤
@@tanpatembok haha... Nantilah. Rehat dulu. Otak dimaksimalin kalau bahas non-theis 😅
Saya balik dulu bahas argumen dari anu yg lebih mudah dibantah.
non resistant, non believer
wkwkwk
cuma mitos
@@tanpatembok rehat dulu bro 🤭 bahas filosofi dengan non theis butuh otak kerja keras 😅
Saya refreshing buat video bantahan yg mudah dulu 🤭
Save dulu
semoga jadi atheis min😆
@@Kenniro71 oh ya? Kenapa?
Atheists itu subconsciously resistant ama Toohan
klo Agnostics masih bisa di nego lah
Saudaraku terkasih, naturalisme itu sudah dipukul telak oleh Alvin Platinga.
Berikut penjelasan William Lane Craig atas argumennya Platinga melawan Naturalisme:
th-cam.com/video/d3BmkFsQunU/w-d-xo.htmlsi=yp55fqJlCd8Y2Xt1
Argumen di video tersebut premisnya "jika naturalis benar maka perangkat pengambil keputusan dalam dunia naturalis haruslah mengarah pada survivalibility", sebenarnya ini argumen bisa dibantah, dalam pemikiran yang berevolusi, wajar jika pikiran kita bisa mengambil keputusan-keputusan logis lain diluar kepentingan bertahan hidup. Science sudah memberikan penjelasan sejauh ini kerumitan kerja otak dan cara berpikir kita, mengatakan otak naturalis dirancang hanya untuk bertahan hidup, adalah argumen yang lemah bahkan untuk mereka yang bukan naturalis.
@@tanpatembok
You don't get it.
Dunia sekarang ini berbeda dgn ribuan bahkan jutaan tahun dahulu. Perbedaan ini harus... susah bahasa Indonesianya... tapi maksudnya, kalau pakai english, we must account for that difference/change. Bagaimana menjelaskannya? Nah, evolution adalah penjelasan paling naturalist (theist pun mayoritas mengamini evolusi tapi mereka mengikutkan campur tangan Allah).
Tapi embedded dalam evolution adalah survivability. Tidak ada mekanisme lain dari evolution yang diobservasi oleh science kecuali survivability (haha kalau ada, para theists sudah menang telak).
Nah, masalahnya kalau evolusi memang terjadi dan mekanismenya adalah survivability, maka ya kritikan Platinga itu kena kepada para naturalist. Gitu.
😂😂😂
@@aguspare1992 itulah persis mengapa sains mengakui dengan rendah hati keterbatasannya dan selalu terbuka untuk mengoreksi kesalahan. sains bukanlah pengetahuan atas kebenaran mutlak, sains terus berkembang dan masih berkembang, masih banyak misteri yang belum terungkap dan naturalisme juga tidak pernah mengklaim kebenaran mutlak, tidak seperti teis.
kesediaan untuk kritis dan skeptis dalam setiap penyelidikan sengan menguji setiap asumsi-asumsi membuat sains justru memperoleh kekuatannya.
justru anehnya ketika para teis membangun sebuah argumen, premis-premisnya diperoleh dari temuan sains, tapi mereka memperlakukan itu seakan-seakan sebagai pengetahuan yg terjamin pasti kebenarannya tanpa mempertimbangkan sifat 'falibilis' dari penjelasan sains.
@@randyaritonangmusic7474
"Sains selalu mengakui kerendahan hatinya" itu seperti mantra ya. Seakan akan "wow sains begitu kerennya."
Padahal ada yg namanya scientisme yang dianut banyak scientist. Yaitu suatu dogma bahwa hanya sesuatu yang bisa dibuktikan secara scientifik, yaitu melalui metode ilmiah, yang dianggap benar. Tidak hanya klaim ini salah, sebab ada kebenaran yang tidak bisa dibuktikan secara scientifik, tapi klaim ini juga self defeating karena klaim ini tidak bisa dibuktikan secara scientifik.
Mereka yg mengagung-agungkan science juga sering sombong dan menghina ketika orang lain tidak setuju dengan hasil kesimpulan scientifik mereka. Misalnya pemaksaan memakai masker di luar ruangan saat pandemi corona. Banyak yang atas nama science mengharuskan dan menghukum orang yang tidak memakai masker outdoor.
Dan kalau science memang selalu berkembang dan relatif, maka tidak seharusnya science memvonis kesimpulan agama, seperti bumi diciptakan dalam 6 hari. Toh siapa tahu science akan berkembang dan mengamininya. Tapi apakah itu yg terjadi?
Agama tidak mendasarkan klaimnya atas science, sebagaimana matematika tidak mendasarkan klaimnya atas science, sebagaimana sejarah tidak mendasarkan klaim ya atas science. Setiap ilmu punya cara untuk tiba pada kebenaran sendiri-sendiri. Kalaupun agama dll merujuk kepada science itu hanya sebagai pembuktian tambahan akan kebenaran klaim agama dll, bukan bukti utama.
Atheis agnostik keren??? Masa iya kekafiran keren
😂😂😂 asumsi anda dengan mengatakan orang kafir masih ditangguhkan pembuktiannya sampai akhirat.
@@randyaritonangmusic7474 karena memang itulah kenyataannya
@@icantea5284 yes, artinya, hanya tuhan yang punya hak penuh memutuskan, dan kenyataan tidak bergantung pada pernyataan anda.
Yakin, itu...di luar nalar.kalo semua serba pembuktian.itu bukan yakin.ngawur benar..yg mengganjal itu akalnya gak mampu menalar.🤣
betul sekali, perbedaan yakin dengan tau. yakin itu adanya informasi dalam benak tetapi belum bisa dibuktikan secara empiris. sedangkan tau itu adalah adanya informasi dalam benak dan sudah bisa dibuktikan secara empiris.
implikasinya sebatas ego aja sih. kalau anda cuman yakin, tanpa bukti, jangan mengusik orang lain juga untuk yakin.
@@randyaritonangmusic7474 yakin, bukti,orang yang gak yakin justru lebih berego.jika kamu bisa buktikan baru kamu yakin itu urusan kamu.
Jika kamu mengatakan itu ego.
Kamu yang ego.karena segalanya butuh bukti.jika kamu mau bukti silahkan kamu sembah setan.kamu dapat bukti langsung.
Jika menyembah tuhan kamu gak akan pernah bertemu.di situlah yang namanya yakin.jika kamu tidak percaya setan.ya sudah.
Jadi ego itu yang mana.yang yakin atau yang butuh pembuktian.
Jika tuhan nampak nyata,dunia sudah pasti hambar ya.kan lucu.gak perlu repot2 bikin alam semesta kalo hanya untuk di olok olok.
Jika kamu mepertanyakan penderitaan,kekejaman,tuhan adalah lucu ingin di sebah,jika tuhan berkehedak kamu mau apa?
Bahkan lebih mengerikan dari yang kamu bayangkan,di situlah orang yakin sampai menangis,kerena takut.
Jika kamu atheis sangat2 di persilahkan.
@@randyaritonangmusic7474 jika kamu ilmuan,apakah ada ilmuan yang mampu mencipta sesuatu diluar bahan yang sudah di sediakan alam...baik terlihat maupun tak terlihat.
Ingat manusia hanya menggunakan bahan.bukan pencipta.jika semua lenyap.di situ.baru tau terbatasnya fungsi akal.
Ujung ujungnya balik ke sepiritual.dan itu bagian dari keyakinan.
@@Silica249 fungsi akal memang terbatas, sains memang terbatas, kemampuan otak manusia memang terbatas. namun tidak ada alasan bagi saya untuk dapat meyakini sesosok tuhan yang mengurusi moral manusia, yg peduli dengan orientasi seksual manusia, yg memerintahkan berperang, dan yang mengawasi saya selagi saya masturbasi.
asumsikan alam semesta ini kontingen, artinya perlu sesuatu yang eksternal dari dirinya untuk ada. sesuatu yang eksternal itu tidak harus sesosok entitas berkepribadian yang digambarkan oleh agama-agama. tuhan yang paling masuk akal keberadaannya adalah tuhannya para deis, tuhannya Einstein dan Spinoza. tuhan yg mewujudkan dirinya dalam keteraturan dan hukum alam ataupun sebagai sumber segala sesuatu yg ada tanpa kepribadian.
Beban pembuktian ada pada pihak yang membuat klaim. orang beragama mengklaim tuhan itu sperti ini dan itu, mereka harus membuktikan. bukan ego namanya kalau saya tidak akan yakin dengan klaim anda apabila belum ada buktinya. sebab anda yang membuat klaim, bukan saya.
Pertanyaanmu salah.
Seharusnya pertanyaanmu bukan mempertanyakan bagaimana membuat Atheis percaya TUHAN yang BENAR.
Pertanyaan yang seharusnya ditanyakan adalah bagaimana TUHAN yang BENAR dapat berkenan menyentuh hati para atheis.
Kitab Suci mencatat, TUHAN yang BENAR itu hanya melihat kepada iman dari setiap individu manusia.
Siapapun yang memiliki iman kepada TUHAN yang BENAR akan diperhitungkan serius lalu mendapatkan perhatian-Nya.
Artinya tanpa iman, siapapun itu tidak mendapat perkenanan dari TUHAN yang BENAR itu.
Jika Saudara pembuat konten memberi kesempatan kepada TUHAN yang BENAR itu untuk membantumu mengatasi kesulitan hidupmu, contohnya, maka TUHAN yang BENAR itu tanpa menunda-nunda membantumu mengatasi kesulitan hidupmu, dalam konteks contoh di atas.
Sekarang masalahnya adalah tidak ada seorangpun memberitahumu SIAPA NAMA TUHAN yang BENAR itu.
Izinkan saya memberitahumu SIAPA NAMA TUHAN yang BENAR itu.
NAMA-NYA adalah YHVH.
Ada yang mengucapkan NAMA YHVH sebagai I-A-U-E (YAHWEH).
Ada yang mengucapkan NAMA YHVH sebagai I-E-U-A (Yehuwa).
Tetapi yang pasti adalah: NAMA YHVH adalah NAMA TUHAN ELOAH YISRA'EL.
NAMA YHVH tidak pernah secara simsalabim berubah menjadi nama yunani Iesous kristos.
Tidak pernah berubah menjadi nama aramaik Yeshua. Tidak pernah berubah menjadi nama Ibrani YeHoshua.
NAMA YHVH tercatat di Kitab Shemoth (Keluaran) 3:15 sebagai NAMA KEKAL yang berlaku selamanya.
Nah, dari NAMA TUHAN yang BENAR di atas muncullah kesempatanmu mendapatkan perhatian-Nya.
Cobalah kamu belajar untuk percaya hanya kepada NAMA TUHAN yang BENAR itu.
Seiring waktu, bukan lagi saya yang berbicara tentang NAMA itu.
Kamu sendiri bahkan akan membuktikan sendiri TUHAN yang BENAR itu SUNGGUH HIDUP dan BERKUASA atas seluruh ciptaan-Nya.
Selamat mencoba.
Tuhan-ku YHVH memberkati.
Minimal kalo mau sampaikan argumen, ada premisnya, kamu menyimpulkan YHVH nama Tuhan yang benar premisnya apa? jadi bisa ditelaah premismu yang melahirkan kesimpulanmu itu logis dan bisa dipertanggungjawabkan tidak. Next time coba pertimbangan kerangka argumen begini dalam menyampaikan pemikiran. Pasti orang akan lebih respek dengan pendapatmu.