MEMBEDAKAN SAKIT MEDIS DAN NON MEDIS

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 16 ส.ค. 2022
  • • MEMBEDAKAN SAKIT MEDIS...
    MEMBEDAKAN SAKIT MEDIS DAN NON MEDIS
    #Sakit NonMedis
    #SiapaItuPenyehat?
    #KonsepSakitDalamHindu
    “Membedakan Sakit Medis dengan Non-Medis” tematik yang dibahas pada video seri ke 124 kali ini. Dalam masyarakat setempat atau lokal Bali acapkali masih eksis keyakinan akan adanya sakit karena non-medis selain sakit medis. Sakit medis disembuhkan oleh para dokter, sementara sakit karena faktor non medis dilakukan oleh seseorang yang memiliki kompetensi dan atau memperoleh anugrah untuk itu. Peran yang disebutkan belakangan disebut dengan Penyehat, seseorang yang memiliki kemampuan untuk memotivasi Roga untuk sembuh dan meningkatkan imunitas tubuhnya. Dalam masyarakat Hindu, kepercayaan terhadap dua cara itu disebut dengan naduanin. Kedudukan para Penyehat atau Dukun, Balean di Bali belakangan ini diakomodasi dan diberi kedudukan sesuai dengan dengan Keputusan Gubernur Bali Nomor 55 Tahun 2009 tentang Pengobatan Tradisional Bali. Dalam Perda itu jelas Penyebuh diberi tempat untuk turut serta dalam menjaga kesehatan masyarakat. Untuk mengetahui apakah seorang pasien (Roga) itu mengidap penyakit medis atau non-medis, maka dapat diditeksi melalui beberapa aspek. Pertama, dalam “aji pakedutan” berdasarkan kedutan tubuh. Mengapa penting memahami kedutan tubuh karena tubuh itu sendiri adalah dewa layam, tempat para Dewa dan Dewa Siwa adalah Atman. Tubuh yang merupakan stana Dewa, maka tubuh memiliki radar yang dapat memberi sinyal, tanda, dan reaksi terhadap berbagai hal yang menimpanya. Jika “maderes ikang kiwa”, maka dapat dipastikan sakit yang diderita Roga berhubungan dan atau disebabkan oleh hal-hal yang kiwa. Kedua, berdasarkan netra pariksa, dilihat kedipan matanya. Jika kedipan matanya tidak beraturan, apalagi yang nganter juga mengalami hal yang sama, maka patut diduga itu tanda-tanda Rogo mengalami gangguan sakit non medis. Seorang Penyehat harus tahu itu, dan jikapun tahu, seorang penyehat tidak dibenarnya tunjuk hidung. Sebab yang membuat sakit itu juga memohonnya ke Prajapati. Yang perlu dilakukan oleh seorang Penyehat, tatkala berhadapan dengan kasus seperti itu, maka “Ketelingan Ambek Sang Dukun”, seorang Penyembuh tidak bisa menyembuhkan sekali, karena balian juga hanyalah perantara yang memohon kepada Yang Kuasa. Oleh karena itu, jika seorang balian dapat menyembuhkan 70 persen sakit pasien itu sudah sangat bagus. Ketiga, separsana berarti sentuhan. Seorang Penyehat, setelah melakukan pengamatan melalui tehnik netra pariksa, maka dilanjutkan dengan melakukan sentuhan (separsana). Jika ingin membuang sakit yang ada dalam tubuh, maka sebaiknya yang disentuh jari manis kaki dan membuang sakit itu ke pertiwi. Seorang Penyehat tidak dibenarkan menyentuh sembarangan, sehrusnya seluruh penyakit diakumulasikan ke arah jari manis kaki kiri, baru kemudian dibuang ke pertiwi. Dilandasi dengan mantera-mantera Pertiwi, Prajapati, dan Ganapati sudah menjadi diri seorang Penyehat atau Balian. Pada saat itulah dapat diketahui siapa yang menyebabkan sakit itu, dimana mendapatkannya, dan sebagainya, terutama sakit non medis bebai. Babai ini sesungguhnya menganut sistem klonong, ‘mengambil’ bagian-bagian tubuh target yang kemudian didoakan negative selama kurun waktu tertentu. Seorang Penyehat atau Balian seharusnya memahami itu, ketika hendak membantu seseorang agar dapat memagari dirinya dan menjadi sehat. Dalam lontar “Pengerehan”, misalnya orang yang kena sakit non medis, titik poinnya ada di natah, memohon ke dapur (brahma), penunggun karang, Merajan dan Pemesuan. Jika ingin melakukan proteksi terhadap jenis sakit non medis seperti ini, maka Penyembuh atau Balian dapat juga memohon dengan membawa unsur dapur, bawang (brambang), uyah (garam) dan aon (abu dapur), sampah penunggun karang, dan sampah banten di pemesuan. Semua itu dapat digunakan untuk menetralisir sakit yang juga berasal dari dapur, penunggun karang dan pamesuan. Semua sarana ini dipakai sebagai bahan memohon kesembuhan pasien (Roga). Penanganan sakit non medis harus melalui pengetahuan tentang sakit itu sendiri. Penangan sakit non medis karena wongsamar, disebabkan oleh perbuatan orang yang melaksanakan aji wegig, atau gangguan leluhur tentu penangannya berbeda satu dengan yang lain. Sarana yang digunakan untuk mengobati sakit non medis, “empirikologis”, pakailah bahan obat-obatan yang masuk akal dan logis, serta yang bersifat magis religious, seperti membuat segehan, aturan, lelabaan, dan sejenisnya. Tujuannya adalah mengembalikan adiatmika dukkha menjadi sehat dan memiliki imunitas tubuh berdaranya penguatan keyakinan (sugesti).
    Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada TH-cam, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
    Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscriberikolo
    th-cam.com/channels/B5R.html
    Facebook:
    yudhatriguna
    Instagram:
    / yudhatrigunachannel
    Website:
    www.yudhatriguna.com

ความคิดเห็น • 158