Video Profil Desa Jumpai, By KKN PPM Unud Jumpai 2019

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 7 ก.ย. 2024
  • Desa Jumpai merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Klungkung. Desa yang memiliki teritori dipesisir pantai ini dulunya memiliki sejarah yang mempengaruhi kehidupan masyarakatnya hingga sekarang. I Wayan Marpa selaku Bendesa Adat Desa Jumpai menuturkan sejarah tersebut. Sejarah itu dimulai dari asal usul kedatangan leluhur masyarakat Desa Jumpai yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Beliau pertama kali datang ke Bali dan turun di pesisir Desa Langkung yang sekarang dikenal dengan nama Desa Lebih, dari Desa Lebih beliau pergi ke arah utara dan tiba di Samprangan dengan Raja yang pada saat itu bergelar Ida Dalem Ketut Sri Krisna Kepakisan. Singkat cerita, leluhur masyarakat Desa Jumpai lalu meminta kepada raja sebuah tempat untuk tinggal yaitu di Cedokan Boga karena kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Sejak saat itulah leluhur masyarakat Desa Jumpai mendapat gelar dari raja dengan nama Pasek Bendega Dalem Samanjaya. Di daerah inilah para leluhur masyarakat Desa Jumpai pertama kali tinggal. Seiring berjalan dengan waktu leluhur masyarakat Desa Jumpai berpindah ke arah timur dan menemukan sebuah tempat ini bernama Njung Pait. Njung Pait berasal dari kata “Njung” yang berarti tunjung atau teratai dan “Pait” sendiri berarti pahit. Dari sanalah asal mula nama Desa Jumpai.
    Bapak I Wayan Marpa juga memaparkan keadaan Desa Jumpai yang dulunya memiliki lima banjar pada tahun 1800an. Lima banjar tersebut diantaranya Banjar Gunung, Banjar Kangin, Banjar Tengah, Banjar Kawan, dan Banjar Kekeran. Namun dikarenakan berbagai musibah seperti tersebarnya wabah penyakit hingga menyebabkan banyak penduduk desa meninggal dan mengungsi ke daerah lain, seperti Badung, Jembrana, Cemagi, dan Benoa untuk menghindari wabah penyakit tersebut. Hal ini menyebabkan banjar yang terdapat di Desa Jumpai mengalami penyusutan jadikan dua banjar yaitu Banjar Kawan dan Banjar Kangin, karena jumlah penduduknya yang semakin sedikit.
    Sehubungan dengan itu, beliau juga menjelaskan bahwa keberadaan Tari Telek Jumpai tidak dapat dipisahkan oleh kejadian yang pernah menimpa masyarakat Desa Jumpai terdahulu. Maka dengan berdiskusi dengan tokoh-tokoh masyarakat dan akhirnya memutuskan untuk menarikan Tari Telek Jumpai saat Kajeng Kliwon dan saat puja wali dipura-pura yang ada di Desa Jumpai maka wabah penyakit tersebut dapat berangsur menurun hingga saat ini. Hal itulah yang menyebabkan Tari Telek Jumpai disakralkan di Desa Jumpai dan berfungsi sebagai pengiring upacara keagamaan sampai sekarang.
    Pemerintah Desa Jumpai on Instagram : www.instagram....
    Video by : KKN PPM Universitas Udayana XIX Tahun 2019 Desa Jumpai
    Instagram ; ...

ความคิดเห็น •