Pandangan Ibu Retno Marsudi Mengenai Isu Kesetaraan Gender (2/5)

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 15 เม.ย. 2018
  • Program talkshow yang dipandu oleh host wanita (Sarah Sechan) yang akan berbincang-bincang dengan bintang tamu dan akan membahas sesuatu yang belum diketahui banyak orang. Program ini akan ditambahkan item-item yang menarik dan akan melibatkan pemirsa di studio dan di rumah. Dikemas dalam suasana santai, menarik dan humoris namun tetap memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat.
    ---
    Official Website - www.netmedia.co.id
    ---
    Like us on Facebook: / netmediatama. .
    Follow us on Twitter: / netmediatama
    Follow Sarah Sechan on Twitter: / sarahsechan_net
    ---
    Terms & Conditions bit.ly/1jAbOYj
  • บันเทิง

ความคิดเห็น • 12

  • @liliyau9547
    @liliyau9547 4 ปีที่แล้ว +2

    love bu retno

  • @mexstrimmx6278
    @mexstrimmx6278 4 ปีที่แล้ว +1

    Tatap nya mantap

  • @ekakurniati1688
    @ekakurniati1688 15 วันที่ผ่านมา

    Beberapa tahun lalu kita dihebobkan dengan aksi "Indonesia Tanpa Feminis" yang mendemonstrasikan bahwa feminisme itu menyimpang secara kodrat perempuan. Saya tidak tau mereka itu paham tentang kesetaraan gender apa engga, yang penting ngegas dulu aja.
    Padahal yang diperjuangkan oleh kaum feminis, justru harkat perempuan itu sendiri untuk bisa bersaing secara adil dengan laki-laki. Ya emang sih feminisme di pentas sosial adalah hal baru dalam bentuk karikatural apalagi di Indonesia yang masih kental budaya Patriarkis.
    Ini ditambah parah dengan antipati dan egoisme kaum laki-laki kalo feminisme itu akan menghancurkan mereka sehingga banyak laki-laki beranggapan bahwa:
    💧Tidak menghargai laki-laki
    💧Berlaku kasar pada pasangan
    💧Tidak mau mempunyai anak
    💧Tidak mau lagi menyusui anak mereka
    💧 Ingin membuktikan pada kaum laki-laki bahwa mereka tidak hanya hidup bebas dari ketergantungan, juga sekaligus sudah tidak membutuhkan laki-laki lagi baik secara finansial, keamanan bahkan dari sisi seksualitas.
    Singkatnya, pandangan negatif itulah yang menyebabkan feminisme menjadi sulit mendapat apresiasi yang proporsional dari masyarakat, apalagi untuk diterima sebagai sebuah model relasi kongkrit antara laki-laki dengan perempuan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan itulah yang saya sebut dengan euforia feminisme. Yang ditangkap, baru ekses, baru malpraktek dari Filsafat Feminisme. *Padahal roh dari feminisme adalah kesataraan gender yang artinya adalah persamaan hak antara perempuan dengan laki-laki.* Bukan kesamaan gender. Rumusnya sangat sederhana, gender adalah kelamin maka untuk kelamin tidak ada pilihan. Itu sudah merupakan naturalnya seseorang sejak dilahirkan. Sebagai seorang laki-laki, saya tidak mungkin bisa menyusui seorang anak bukan? Sebagai seorang perempuan, kamu tidak akan pada tempatnya mengelak untuk menyusukan seorang bayi yang kamu lahirkan karena sistem tubuh kamu akan bekerja secara alami untuk terjadinya proses saling ketergantungan antara anda dengan bayi kamu sendiri. Ada jembatan kontak biologis yang tak bisa dibantah. Lebih kurang itu sebagai contoh bahwa gender adalah kodrat. Kodrat alamiah.
    Pada bagian itulah terjadi pembedaan antara laki-laki dengan perempuan. Sedangkan pada unsur-unsur biologis alamiah, tidak ada kategori gender. Tentang siapa yang akan mengasuh anak, mencuci piring, belanja bahan masakan dapur, mencari nafkah, bahkan pemimpin di suatu rumah tangga, bahkan negara, sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah gender. Semua itu tidak mengenal jenis kelamin. Tapi hanya peduli pada kompetensi, kemauan dan kesempatan. Singkatnya, itu hanya soal budaya, kebiasaan dan soal norma sosial yang berkembang dalam suatu masyarakat yang kolektif. Bagi kalian yang mempunyai pasangan yang sedang membaca, *ini tidaklah mutlak!* Karena itulah dalam bahasa gender, beberapa frasa dibawah ini menjadi *haram jadam:*
    _"Kamu harus patuh pada saya, karena kamu perempuan”_
    _"Kamu tidak boleh kuliah, karena sebagai perempuan, tugasmu hanya mengasuh anak-anak.”_
    _"Hei ... bangsat! Jangan asal bicara kamu. Aku ini laki-laki. Pemimpin bagi kamu”_
    Secara gamblang, itulah beberapa contoh sikap dan prilaku bias gender dalam kehidupan sehari-hari dalam relasi antara laki-laki dengan perempuan, antara suami dengan istri dan adat istiadat yang cenderung seksis dan patriarkis. Padahal, perkara siapa yang harus dipatuhi, itu bukan soal jenis kelamin, tapi justru soal kharisma dan jiwa kepemimpinan seseorang. Tidak peduli kompetensi itu bersarang pada seorang laki-laki atau perempuan. Begitu juga soal berprestasi dalam kehidupan rumah tangga. Tentang siapa yang boleh, tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin tapi soal siapa yang mampu dan punya minat. Lalu kesempatan sangat kondisif untuk itu. Karena itu kosa katanya akan menjadi: _“Jika memang kamu ingin kuliah kembali, itu bagus. Lagi pula kondisi finansial kita sudah mendukung. Soal anak-anak, saya bisa usahakan. Paling tidak, nanti kita cari pembantu. Yang penting, kamu terus maju!”_
    Atau jika ingin menolaknya, maka dalam perspektif feminisme, bahasanya akan menjadi lebih kurang seperti ini: _"Saya pikir kamu tidak mungkin kuliah. Karena anak ini masih membutuhkan kasih sayangmu lebih dekat. Lagi pula dia belum berhenti menyusu. Dan dari segi ekonomi pun, kita belum sanggup. Tapi jika semua ini sudah mendukung, kenapa tidak”_
    Jadi bukan dengan kalimat seperti ini: _“Kamu tidak boleh kuliah, karena kamu seorang istri (Perempuan). Tugasmu adalah untuk melayani suami dan anak-anak.”_ Penekanannya berbeda. Yang pertama murni karena alasan kompetensi, kemauan dan kesempatan (peluang). Sedang yang kedua, hanya berkutat soal jenis kelamin. Jika kamu antipati dengan feminis, maka Inilah yang diperjuangkan kaum feminis.
    Nah, memberi penyadaran akan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan itulah visi kaum Feminis. *Bukan untuk menguasai kaum laki-laki. Bukan untuk melakukan dendam kelamin, Feminazi!*

  • @lordanthem6381
    @lordanthem6381 2 ปีที่แล้ว +6

    Udah masalah gay and homoseksual para kaum playing victim belom kelar, skrg isunya kesetaraan gender.. Sadar diri aja, kalo logika sama hati aja masih blm bisa nyambung. Gausah pengen yg aneh aneh

    • @yanu3778
      @yanu3778 ปีที่แล้ว

      true... keep switching issue...

    • @yrrlm5646
      @yrrlm5646 6 หลายเดือนก่อน +1

      gausah pengen yang aneh aneh? kesetaraan gender bukan hanya akan menguntungkan cewe woe. makanya sblum komen mendiskriminasi, belajar dulu. skrng di perkuliahan ada mata kuliah gender untuk cowo dan cewe ko... bukan cewe aja.. knp mainly bahas cewe? ya mikir aja, karna yg sering didiskriminasi itu cewe.
      and ungkit gay and homoseksual, disini aja persentase yg banyak itu gay cowo ama cowo bukan cewe ma cewe ko... km gmn si, mo belain cowo + bersikap partiarki tp dasarnya salah. gay sm homoseksual ma ga nyambung ama kesetaraan gender. masalah di dunia mg banyak, bukan gay duluan atau kesetaraan gender duluan yg muncul. isu isu gini tu gabisa di tunda atau dicegah buat dipelajari. karna kan yg bahas tu manusia, sementara manusia tu prioritas nya beda
      makanya skrng gencar pendidikannya, mau dr seminar, webinar or kuliah tu, biar pikirannya ga stuck sama ilmu instan yang ga detail

  • @keraskaengalam8192
    @keraskaengalam8192 4 หลายเดือนก่อน

    Untung aku sudah terlepas dari lingkungan feminisme yang aneh sekali kelakuannya. Bule bule dari russia di bali gencar sekali dengan pergerakan feminisme.... Ini sangat membahayakan

  • @iamstela4012
    @iamstela4012 3 ปีที่แล้ว +4

    Well Ngk semua perempuan dan laki2 gajinya sama.
    Ada perempuan gajinya lebih sedikit dari lelaki di Indonesia.

    • @bosozoku9183
      @bosozoku9183 3 ปีที่แล้ว +5

      well disesuaikan dengan tanggung jawab dan beban kerjanya. Indonesia udah punya caranya sendiri jangan bawa feminisme gelombang ketiga kesini, apa yang disampaikan Bu Retno sudah sangat bijak dan berimbang.

    • @mnu3063
      @mnu3063 2 ปีที่แล้ว +1

      @@bosozoku9183 nggak usah terlalu defensive juga kali, sans aja, jujur gerakan2 anti-feminis sama feminis gelombang tiga sama2 meresahkannya

    • @budigunawan4812
      @budigunawan4812 ปีที่แล้ว +3

      @@mnu3063 Aku juga miris dan sedih Katanya Keseteraan Gender. Masa jumlah mahasiswa perempuan lebih banyak dari pada laki - laki. Harusnya kan jumlahnya adil.
      Dan aku juga miris dan sedih Katanya Keseteraan Gender. Perempuan selalu diutamakan yaa. Terutama di transportasi umum. Sering banget laki - laki yang cape dan lelah abis kerja. Karena ada perempuan walaupun yang bukan prioritas jadi terpaksa memberikan tempat duduknya kepada perempuan yang bukan prioritas tersebut.
      😭😭😭

    • @jefry47307
      @jefry47307 10 หลายเดือนก่อน

      ya kl gt jadi kuli aja coba... kan banyak kuli pria gaji pas2an... bisa tidak?? pria berani kerja kasar krn punya rasa tanggung jawab demi anak istri... wanita kerja AC nan gaji bagus buat apa... buat dirinya sendiri...