Lulusan PhD jadi Dosen saja? 70% Masuk Industri!

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 30 ก.ย. 2024
  • Banyak mahasiswa berasumsi bahwa lulusan PhD hanya jadi Dosen/Profesor saja (misal seperti karir saya). Tapi apakah benar lulusan PhD hanya bisa berkarir di akademia saja? Mari kita hancurkan asumsi ini, karena nyatanya ~70% lulusan PhD masuk ke industri teknologi besar.
    S-Infinity No. 5
    #sinfinity
    1b-after-phd-career

ความคิดเห็น • 5

  • @prof.har.uchicago
    @prof.har.uchicago  2 วันที่ผ่านมา +1

    [Copy paste dari reply saya]. Terima kasih atas tanggapan nya Pak/Mas Arief. Terima kasih sekali. Saya setuju 1000% bahwa video ini hanya valid utk negara maju. Tujuan saya membuat channel ini juga ingin membuka informasi apa yang terjadi di negara maju, supaya INA juga bisa melihat apa yang harus dilakukan untuk mencapai negara maju. Ketika kita bisa mengukur "gap" nya antara kita dan negara maju, semoga pemerintah dan juga industri INA bisa mengambil langkah2 dan policy2 yg bagus utk kedepannya. Saat ini yang terjadi memang chicken and egg. Industri INA belum berani membiayai lulusan PhD karena mereka belum melihat banyak2 nya lulusan PhD INA dari luar negeri dan dalam negeri yang bisa membantu mereka lebih efisien dari segi pendapatan dan pengeluaran, sedangkan industri di negera maju berani sekali membayar besar karena mereka tahu lulusan PhD itu penting utk ber-inovasi ke depan nya. Sedangkan kalau kita ajak adik2 berpikir PhD, semua jarang yang berpikir bisa masuk industri (karena masalah di INA). Jadi kalau disuruh PhD di luar negeri di negera maju, juga banyak yang tidak yakin. Ini mitos yg saya coba patahkan. Kalau kita lihat negara tiongkok, sekarang sudah maju memang karena negara nya membuat perubahan besar, tapi salah satu dampak perubahaan besar itu adalah ribuan siswa PhD dari Tiongkok yang pergi ke negara maju, dan banyak dari mereka pulang ke negera nya (karena single child policy, jadi mereka ingin jaga orang tua), dan mereka jadi dosen dan juga banyak yg masuk ke perusahaan seperti Huawei, Alibaba, dlsb. Jadi semoga dengan informasi ini kita bisa melihat "gap" yang ada dan semoga pemerintahan dan industri kita bersedia menuang dana riset yg lebih besar dan memberi kepercayaan pada penliti bangsa.

  • @mohammadilhamaziz7855
    @mohammadilhamaziz7855 2 วันที่ผ่านมา +1

    Makasih pak untuk pencerahannya, agak sedikit mantap untuk ambil offering scholarship abroad setelah nonton ini. Bereti bisa di bilang jika di negara maju, luluisan Master ataupun PhD terbuka peluang untuk ke industri dibanding seperti di negara kita ya prof??

    • @prof.har.uchicago
      @prof.har.uchicago  วันที่ผ่านมา

      Betul, mas Ilham, terbuka sekali :) Nanti in the future ada video saya tunjukan jumlah PhD di STEM di Amerika naik terus di 3-4 dekade terakhir. Supply naik karena demand naik menurut saya.

  • @ariefbr7296
    @ariefbr7296 2 วันที่ผ่านมา +2

    Prof,
    Izin memberikan tanggapan.
    Data yang Prof sampaikan valid sekali untuk kondisi di negara yang memberikan perhatian kepada riset (penelitian dan pengembangan).
    Sehingga Dana riset diberikan untuk membuat inovasi baru yang tentunya akan dihasilkan para peneliti dari level Doktor (dengan dukungan level Master dan Sarjana).
    Sedangkan kondisi Indonesia yang kami fahami malah terbalik. Biaya Riset sangat minimalis dan ada anggapan kalau membuat riset harus selalu berhasil kalau gak nanti agak susah dicatatkan sebagai kerugian yang ujung-ujungnyq nanti berpotensi merugikan negara atau pemborosan Anggaran.
    Demikian pandangan kami Prof.
    Kwtika
    Sehibgga

    • @prof.har.uchicago
      @prof.har.uchicago  2 วันที่ผ่านมา

      Terima kasih atas tanggapan nya Pak/Mas Arief. Terima kasih sekali. Saya setuju 1000%. Tujuan saya membuat channel ini juga ingin membuka informasi apa yang terjadi di negara maju, supaya INA juga bisa melihat apa yang harus dilakukan untuk mencapai negara maju. Ketika kita bisa mengukur "gap" nya antara kita dan negara maju, semoga pemerintah dan juga industri INA bisa mengambil langkah2 dan policy2 yg bagus utk kedepannya. Saat ini yang terjadi memang chicken and egg. Industri INA belum berani membiayai lulusan PhD karena mereka belum melihat banyak2 nya lulusan PhD INA dari luar negeri dan dalam negeri yang bisa membantu mereka lebih efisien dari segi pendapatan dan pengeluaran, sedangkan industri di negera maju berani sekali membayar besar karena mereka tahu lulusan PhD itu penting utk ber-inovasi ke depan nya. Sedangkan kalau kita ajak adik2 berpikir PhD, semua jarang yang berpikir bisa masuk industri (karena masalah di INA). Jadi kalau disuruh PhD di luar negeri di negera maju, juga banyak yang tidak yakin. Ini mitos yg saya coba patahkan. Kalau kita lihat negara tiongkok, sekarang sudah maju memang karena negara nya membuat perubahan besar, tapi salah satu dampak perubahaan besar itu adalah ribuan siswa PhD dari Tiongkok yang pergi ke negara maju, dan banyak dari mereka pulang ke negera nya (karena single child policy, jadi mereka ingin jaga orang tua), dan mereka jadi dosen dan juga banyak yg masuk ke perusahaan seperti Huawei, Alibaba, dlsb. Jadi semoga dengan informasi ini kita bisa melihat "gap" yang ada dan semoga pemerintahan dan industri kita bersedia menuang dana riset yg lebih besar dan memberi kepercayaan pada penliti bangsa.