‪@balirahayu3297‬

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 5 เม.ย. 2022
  • ‪@balirahayu3297‬ Menengok Pengobatan ‘Wariga Meteor’ ala Ida Bagus Made Arjawa di Griya Gede Bona
    Praktisi pengobatan tradisional, Ida Bagus Made Arjawa, 46, saat mengobati pasiennya di Griya Gede Bona.
    Praktik pengobatan tradisional yang membuat publik tercengang. Sebab pasiennya ada yang terlihat kepanasan seperti dibakar, ada yang berteriak-teriak seperti kerauhan, dan ada juga yang kesakitan bak dipukuli.
    Pengobatan Wariga Meteor yang dimaksud, adalah memanfaatkan apa yang ada di alam untuk pengobatan para pasiennya, diantaranya menggunakan daun sirih. Selain itu, meteor sendiri memiliki arti baginya yakni singkatan dari Menuju Tepat Orang (Meteor). “Karena kalau tidak bertemu dengan orang yang tepat, maka kemana pun berobat tidak akan sembuh. Dan pasti akan sembuh, asalkan yang berobat kepada saya jujur dan sabar. Kalau tidak jujur kemana pun dia berobat tidak akan pernah sembuh.
    Ia pun mencontohkan sejumlah keluhan pasien yang pernah ia sembuhkan. Ada yang mengalami kesemutan, hingga stroke. Namun bisa ia sembuhkan dengan tiga kali pertemuan. Selain memberikan pengobatan, dirinya juga bisa membaca garis tangan atau mewacakang dari kelahiran atau pawetonan.
    Pria yang basicnya merupakan seniman pedalangan dan karawitan itu dulunya merupakan eksportir kerajinan bambu. Namun menurutnya karma yang ia miliki tidaklah dibidang bisnis sehingga kini dirinya mengabdikan diri untuk memberikan pengayoman melalui pengobatan kepada masyarakat. Dalam memberikan pengobatan, Arjawa pun tidak pelit ilmu karena dirinya berharap sistem pengobatan yang ia berikan berputar. Sehingga ketika pasiennya pulang ke rumah, ilmunya bisa dipraktekan untuk mengatasi keluarga yang sakit di rumah.
    Arjawa menjelaskan bahwa ia sejatinya sudah lama menjalankan praktik pengobatan tradisional tersebut, bahkan sebelum pandemi Covid-19. Namun sebelum pandemi, ia yang mendatangi pasiennya ke lokasi masing-masing. “Kebetulan saya suka traveling, jadi sambil mengobati pasien sambil melali.
    Setelah pandemi melanda, baru lah ia melayani pengobatan di griyanya sendiri dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat. Dalam 24 jam, ia sendiri bisa melayani hingga 300 pasien yang datang dari berbagai daerah di Bali. Pasien pun datang dengan berbagai keluhan, mulai dari yang ringan hingga parah. Dan memang banyak yang sembuh ditangan ayah tiga orang anak tersebut. “Yang penting itu yakin dengan Ida Betara Guru dan alam semesta karena alam itu sumber kehidupan, oksigen, tanah, matahari, dan air. Itu adalah kunci kesembuhan, hal itu lah yang membuat saya bergerak dengan Wariga Meteor.
    Ia pun mencontohkan sejumlah keluhan pasien yang pernah ia sembuhkan. Ada yang mengalami kesemutan, hingga stroke. Namun bisa ia sembuhkan dengan tiga kali pertemuan. Selain memberikan pengobatan, dirinya juga bisa membaca garis tangan atau mewacakang dari kelahiran atau pawetonan.
    Disamping itu, meskipun banyak orang yang datang untuk berobat, Arjawa tidak mematok biaya dalam praktek pengobatannya. Menurutnya, berapapun sesari yang diberikan oleh pasien ia terima dengan tulus ikhlas. “Saya tidak memungut uang, berapapun sesari pada Pejati yang dihaturkan terserah, itu semampunya. Saya tidak berani harus begini harus begitu, karena sejatinya di lontar penyembuhan uang yang harus digunakan adalah uang kepeng. Tapi saya ikhlas melayani sehingga tidak ada unsur melanggar lontar atau merampok pasien,” tandas pria kelahiran tahun 1976 tersebut.
    Salam Kepelan Empat
    Wariga Meteor
    Rahayu Rahayu Rahayu

ความคิดเห็น •