Saya udah nonton 3-4x. Dan makin lama saya ulang2.. maka saya makin menemukan pengertian yg lebih mendalam. Seiring dengan banyak nya informasi yg masuk ke otak saya.
Poin poin obrolan ini seharusnya di sampaikan oleh federasi ketika bikin acara workshop kek dst dg SSB. Atau bikin aplikasi untuk edukasi pada SSB nya. Mantep.
Porsi dan aturan latihan pribadi di rumah. Itu kyk nya perlu jelas bimbingan nya. Bayangkan jika semua SSB punya fasilitas digital, untuk mewadahi bimbingan latihan individu ke para siswa. Dalam bentuk video dll. Sekarang semua anak pegang gadget soal nya. Di soccer school di Jepang kayak gitu saya perhatikan. Karena saya ikuti belasan channel soccer school di sana. Ada kegiatan latihan di rumah dg SSB nya dg virtual video. Ada tambahan kayak gitu. Selain olah bola dll. Juga sering latihan virtual untuk pemanasan dll. Edukasi kyk gitu.
Untuk hal hal yg mengemas mengelola anak anak supaya ga jenuh. Itu bisa lihat aja di TH-cam. Cari dalam bahasa Inggris. Banyak referensi. Intinya pelatih adalah pembelajar seumur hidup. Tiap hari harus banyak nonton video, baca artikel dll dari berbagai situs pembelajaran Sepakbola.
Andaikan ada regulasi standardisasi porsi dll dari pelatihan di ssb. Baik latihan tim, maupun untuk porsi latihan di rumah masing masing. Udah ada jadwal nya yg standar nya sama di seluruh SSB. Video jenis latihan nya bisa di suplai oleh federasi yg terhubung dg gadget para coach atau pemilik ssb. Bisa dikirim dg WhatsApp dst. Atau bikin aplikasi utk ssb dalam konteks tadi.
Yang konteks 10 ribu jam dst. Itu saya setuju dg tulisan nya ganesha putra yg di kikcoff Indonesia. Yg dimaksud 10 ribu jam.. bukan hanya saat latihan dan main bola. Tapi kegiatan apapun yang berhubungan dg Sepakbola. Misalnya baca artikel, nonton youtube untuk belajar bola dll. Atau ngobrol, diskusi tentang sepak bola dst. Itu juga termasuk belajar.
Ada cara yg lebih mudah Ter kontrol untuk membuat pembinaan yg standarisasi nya jelas dan terjaga kualitasnya. Tapi bukan di SSB konteksnya. Yaitu di akademi klub liga1 dan liga 2. Minimal itu dulu. Jumlahnya cuma puluhan. Jadi bisa di kontrol, di awasi dan di lakukan standarisasi semua. Hanya perlu peran total dari negara. Dalam semalam akan terjadi perbaikan signifikan di pembinaan tingkat elit ya di akademi klub. Yang pertama dilakukan adalah dg bikin semua akademi tsb menjalankan standar yg sama,, seperti yg di terapkan di Persija development. Semua akademi wajib punya development center. Kalau perlu semua SDM nya di gaji negara saja. Kan cuma puluhan akademi. Jadi murah biaya nya untuk ukuran keuangan negara. Pokoknya semua sama. Metodologi nya, penanganan nya dll. Bahkan bisa aja.. negara itu bikin fasilitas kayak Persija camp yg sedang di bangun. Itu berikan ke tiap akademi. Minimal per tahun bisa bikin fasilitas tsb untuk 3 akademi. Dalam 6 tahun saja ada 18 klub yg akademi nya jauh lebih berkualitas. Semua akademi tsb di suruh untuk meniru plek, apa yg di lakukan Persija development atau PSIS development. Bikin liga internal, bikin program sekolah pelatih dll juga. Persis seperti yg di Persija development. Kalau perlu, dirikan asosiasi untuk para Dirut pengembangan akademi. Seperti di Persija punya mas ganesha putra. Bayangkan kalau ada perkumpulan para pemikir Sepakbola. Mereka rutin diskusi, saling bawa Materi ide ide untuk di bahas dll. Saling adopsi ide dan saling menginspirasi. Nanti semua akademi klub.. akan tumbuh berjamaah. Tumbuh bareng bareng dg kecepatan yg sama. Untuk fisik juga sama. Bikin program aja di biaya negara yang lagi lagi ongkosnya murah Krn cuma puluhan akademi. Libatkan peneliti nasional untuk meracik jenis gizi dll yg bagus utk pesepakbola usia muda. Agar fisik nya sehat, massa otot nya ideal, dan posturnya dapat optimal. Bila perlu, bisa aja.. pakai suplemen khusus untuk merangsang pertumbuhan postur tsb. Suplai ke semua siswa di akademi atau development center tsb. Sediakan teknologi atau alat jg. Misal Jaco therapy bed atau sejenisnya. Peningkatan kualitas pembinaan secara ter konsentrasi di akademi klub. Akan cukup cepat terjadi perubahan baik. Dan berbagai perlengkapan lain nya. Ini simpel kalau dilakukan oleh negara. Sayang sekali yg di bahas DPR cuma urusan naturalisasi dll. Bayangkan kalau ada 50 akademi aja, yg di kelola seperti persija development. Itu akan besar dampaknya. Karena kualitas akademi Persija itu setara dg kualitas timnas junior. Jadi kalau semua akademi kualitas setara timnas junior, tentu berbobot banget kompetisi usia muda. Semua pemain akan di dorong mencapai performa terbaiknya di lingkungan yg kompetitif. Minimal semua akademi setara dg persija development. Kalau bisa ya ya jauh lebih dari itu.
Keren tempat nya. Adem🍒🍒🍊🔊🌱🌲🌲. Rumah dikelilingi hutan buatan itu sehat bagi mental. Bikin tmpt nongkrong👍👍👍
Saya udah nonton 3-4x. Dan makin lama saya ulang2.. maka saya makin menemukan pengertian yg lebih mendalam. Seiring dengan banyak nya informasi yg masuk ke otak saya.
Poin poin obrolan ini seharusnya di sampaikan oleh federasi ketika bikin acara workshop kek dst dg SSB. Atau bikin aplikasi untuk edukasi pada SSB nya. Mantep.
Porsi dan aturan latihan pribadi di rumah. Itu kyk nya perlu jelas bimbingan nya. Bayangkan jika semua SSB punya fasilitas digital, untuk mewadahi bimbingan latihan individu ke para siswa. Dalam bentuk video dll. Sekarang semua anak pegang gadget soal nya.
Di soccer school di Jepang kayak gitu saya perhatikan. Karena saya ikuti belasan channel soccer school di sana. Ada kegiatan latihan di rumah dg SSB nya dg virtual video. Ada tambahan kayak gitu. Selain olah bola dll. Juga sering latihan virtual untuk pemanasan dll. Edukasi kyk gitu.
Untuk hal hal yg mengemas mengelola anak anak supaya ga jenuh. Itu bisa lihat aja di TH-cam. Cari dalam bahasa Inggris.
Banyak referensi. Intinya pelatih adalah pembelajar seumur hidup.
Tiap hari harus banyak nonton video, baca artikel dll dari berbagai situs pembelajaran Sepakbola.
Andaikan ada regulasi standardisasi porsi dll dari pelatihan di ssb. Baik latihan tim, maupun untuk porsi latihan di rumah masing masing. Udah ada jadwal nya yg standar nya sama di seluruh SSB. Video jenis latihan nya bisa di suplai oleh federasi yg terhubung dg gadget para coach atau pemilik ssb.
Bisa dikirim dg WhatsApp dst. Atau bikin aplikasi utk ssb dalam konteks tadi.
Yang konteks 10 ribu jam dst. Itu saya setuju dg tulisan nya ganesha putra yg di kikcoff Indonesia.
Yg dimaksud 10 ribu jam.. bukan hanya saat latihan dan main bola. Tapi kegiatan apapun yang berhubungan dg Sepakbola. Misalnya baca artikel, nonton youtube untuk belajar bola dll. Atau ngobrol, diskusi tentang sepak bola dst. Itu juga termasuk belajar.
Ada cara yg lebih mudah Ter kontrol untuk membuat pembinaan yg standarisasi nya jelas dan terjaga kualitasnya. Tapi bukan di SSB konteksnya.
Yaitu di akademi klub liga1 dan liga 2. Minimal itu dulu.
Jumlahnya cuma puluhan. Jadi bisa di kontrol, di awasi dan di lakukan standarisasi semua.
Hanya perlu peran total dari negara.
Dalam semalam akan terjadi perbaikan signifikan di pembinaan tingkat elit ya di akademi klub.
Yang pertama dilakukan adalah dg bikin semua akademi tsb menjalankan standar yg sama,, seperti yg di terapkan di Persija development.
Semua akademi wajib punya development center.
Kalau perlu semua SDM nya di gaji negara saja. Kan cuma puluhan akademi. Jadi murah biaya nya untuk ukuran keuangan negara.
Pokoknya semua sama.
Metodologi nya, penanganan nya dll.
Bahkan bisa aja.. negara itu bikin fasilitas kayak Persija camp yg sedang di bangun. Itu berikan ke tiap akademi. Minimal per tahun bisa bikin fasilitas tsb untuk 3 akademi.
Dalam 6 tahun saja ada 18 klub yg akademi nya jauh lebih berkualitas.
Semua akademi tsb di suruh untuk meniru plek, apa yg di lakukan Persija development atau PSIS development.
Bikin liga internal, bikin program sekolah pelatih dll juga. Persis seperti yg di Persija development.
Kalau perlu, dirikan asosiasi untuk para Dirut pengembangan akademi. Seperti di Persija punya mas ganesha putra.
Bayangkan kalau ada perkumpulan para pemikir Sepakbola. Mereka rutin diskusi, saling bawa Materi ide ide untuk di bahas dll. Saling adopsi ide dan saling menginspirasi. Nanti semua akademi klub.. akan tumbuh berjamaah. Tumbuh bareng bareng dg kecepatan yg sama.
Untuk fisik juga sama.
Bikin program aja di biaya negara yang lagi lagi ongkosnya murah Krn cuma puluhan akademi.
Libatkan peneliti nasional untuk meracik jenis gizi dll yg bagus utk pesepakbola usia muda. Agar fisik nya sehat, massa otot nya ideal, dan posturnya dapat optimal.
Bila perlu, bisa aja.. pakai suplemen khusus untuk merangsang pertumbuhan postur tsb. Suplai ke semua siswa di akademi atau development center tsb.
Sediakan teknologi atau alat jg. Misal Jaco therapy bed atau sejenisnya.
Peningkatan kualitas pembinaan secara ter konsentrasi di akademi klub. Akan cukup cepat terjadi perubahan baik.
Dan berbagai perlengkapan lain nya.
Ini simpel kalau dilakukan oleh negara.
Sayang sekali yg di bahas DPR cuma urusan naturalisasi dll.
Bayangkan kalau ada 50 akademi aja, yg di kelola seperti persija development. Itu akan besar dampaknya. Karena kualitas akademi Persija itu setara dg kualitas timnas junior. Jadi kalau semua akademi kualitas setara timnas junior, tentu berbobot banget kompetisi usia muda. Semua pemain akan di dorong mencapai performa terbaiknya di lingkungan yg kompetitif.
Minimal semua akademi setara dg persija development. Kalau bisa ya ya jauh lebih dari itu.
Konten menarik kok sepi yg komen