Hadir ah😂😂😂 Ijinkan aku bertanya kepada Tuhan kenapa cinta ini harus hadir dan tertaut pada mu ? inikah ujian hati? ataukah sekedar jalinan benang tujuh warna sebagai ajimat ? airmata ini menjadi kenangan terakhir tentangmu satu - satunya hal yang akan tetap menemaniku saat sendiri, saat kau tak lagi disisi, saat kau tak bisa aku miliki, terendap laraku, laksana luka yang tergores dari pisau berkarat kian lama kan kian bernanah aku takut dengan rinduku tapi selalu menikmati rindu ini aku cemas dengan kecemasanku tapi aku teramat menghayati Aku tau takan ada kebersamaan abadi untuk kami tapi ijinkan satu detik saja untuk menatapmu untuk sekedar menyakinkanku bahwa engkau bukanlah untukku
@@Winlinggayoni Ijinkan aku menjawab dalam diam, karena tak semua tanya butuh suara, dan tak semua cinta butuh alasan. Mungkin, cinta ini hadir hanya sebagai titipan, bukan untuk dimiliki, melainkan untuk mengajarkan arti melepaskan. Air matamu, biarkan ia jatuh, karena rindu kadang butuh alirannya sendiri. Saat kau merasa sendiri, ingatlah, sepi juga bagian dari cerita, dan tak semua kehilangan berarti akhir segalanya. Laramu mungkin pedih, seperti luka yang tak lekas sembuh, tapi waktu, selalu punya cara menyembuhkan tanpa kau sadari. Nikmati rindumu, hayati cemasmu, karena itulah tanda kau hidup, merasakan setiap denyutnya. Satu detik untuk menatap? Jika itu cukup bagimu, biarkan tatapan itu menjadi penutup, bukan untuk menyakiti, melainkan untuk menyadari: cinta tak harus memiliki, tapi selalu bisa menjadi pelajaran abadi.
@caramellatteyours Langit siang ini seakan meredup Sang mega tersenyum tipis menilik dari sana Dari balik tirai antariksa gumpalan cahaya perak Antahkah ini hanya ilusi atau lukisan cinta langit yg begitu indah pada kanvas bergelar cakrawala Sayup kudengar kidung puisis dari jagat maya Iramanya mengakun lembut namun sesekali menghentak Seakan berpacu mencari setiap jabaran dari tiap-tiap jafaznya Akupun diam... Mengais lebih dalam dari pecahan-pecahan hati yg tampak berserakan Netraku terpaku pada seraut wajah di ujung asa Ia tampak membuka lembaran demi lembaran kitab kenangan Wajahnya layu, lunglai,tapi mencoba tersenyum Hai.. Apa yg kau temukan dari selaksa kisah..? Atau kau hanya sedang mencari cerita ketika cinta memeluk rindu yg teramat sangat dan berlomba untuk siapa yg khilaf lebih dahulu? Atau kau hanya membolak-balikan lembaran kisah karena ingin mengenang takdir... Ahhh... Entahlah.... Mungkin sebaiknya aku tak mengusikmu.. Membiarkanmu mengeja kembali butiran-butiran rindu yg ambigu Atau sekedar menatap dari kejauhan sembari memastikan kau baik-baik saja Hingga kau akhirnya harus kesal atau pasrah pada bait yg berlafaz "biarlah" Dari sini aku menatapmu... Yang tengah memaknai cinta dan terus memaksakan ada kata "AKU" diantara bahagianya Atau sedang mengeja rindu yg kau nisbatkan istilah "KITA" Sudahlah.... Aku cuma bercanda.. Begitupun coretan sederhana ini adanya 🤣🤣🤣🤣
@@Winlinggayoni 😭😭😂, last deh Langit siang ini memang redup, Namun mungkin bukan redup yang sama seperti yang kau lihat. Mega itu mungkin tersenyum tipis, Tapi aku tahu, ia menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang sempat kuselami. Kidung yang kau dengar, Adalah kidung yang kutitipkan pada semesta. Bukan sekadar untaian kata, Melainkan potongan rasa yang pernah berserakan. Apa yang kau baca dari sana? Serpihan kisah yang kuungkap perlahan, Atau sekadar ejaan rindu yang terlalu takut untuk berbicara? Entahlah… aku pun kadang tak tahu apa yang ingin kusampaikan. Namun kau… Menatapku dari kejauhan, Berusaha memahami lembaran demi lembaran yang kubuka, Seakan kau tahu bagaimana rasanya mencari makna di antara luka. Aku memang memeluk rindu yang teramat sangat, Tapi bukan berarti aku ingin berlomba mencari siapa yang salah lebih dulu. Kadang, aku hanya ingin berhenti sejenak, Mengenang takdir yang kutulis dengan tinta air mata. Jadi biarlah aku begini… Membolak-balikkan kenangan, bukan untuk terjebak, Melainkan untuk mengingat bahwa aku pernah ada, Di tengah cinta, di tengah rindu, meski akhirnya aku harus memilih “biarlah.” Jika kau di sana hanya ingin memastikan aku baik-baik saja, Aku berterima kasih untuk itu. Namun ketahuilah, Terkadang, aku hanya ingin sendirian mengeja semua ini, Sampai akhirnya aku bisa mengatakan pada diriku sendiri, “Aku sudah selesai.” Sudahlah… Biarkan kidung puisi ini menjadi jawabanku untukmu. Karena meski sederhana, Ia adalah caraku memastikan bahwa aku masih hidup, Dan mungkin, suatu hari nanti, Aku akan menulis tentang akhir yang bahagia.
@caramellatteyours tentang kisah yg akan kau tulis berujung bahagia.. Bagaimana kalau takdir berkata "belum waktunya " Dan.. Tentang kisah yg katanya kau ingin susuri sendiri Lalu bagaimana kalau suratan ternyata sudah menulis "berdua" Pernahkah kau tanya hati Kemanakah separuhnya telah pergi Lalu rindu,, apakah tetap akan menjadi sebatas ingin yg terpasung pada ruang dan waktu Hanya untuk segurat kata "temu" Hei... Kau salah lagi... Aku menatapmu dari sini bukan berarti bermadah helah biarkan kau sendiri Tapi,, aku disini menatapmu sembari menarik waktu dari arah yg berbeda Bukankah semesta berpesan bahwa perbedaan adalah keindahan Bukankah tuhan berkata yg sempurna adalah ketika menyatunya yg berbeda... Lalu apa hak ku walau sekedar menatap dari sudut matamu Biarlah... Kita maknai cerita dari jalur yg berbeda Meski kita harus tau bahwa alurnya akan pada kisah yg sama Ya... Sama-sama menjalani peran maksudku... Ini bukan pusis... Ini bukanbjuga cuapan lirik hati.. Aku hanya terbiasa melafaz cerita dari sudut pandang dan arah yg berbeda.. Perihal rindu.. Aku juga tak tau kenapa tuhan menitipkan rasa sejatuh ini padamu.. Apalagi cinta... Aku bahkan sudah lupa aneka warna indah yg dulu kau sematkan diantara senyum dan canda.. Tapi ya begitulah... Bahkan bagiku aku tak perlu memaknai keduanya.. Karena tuhan telah mencukupkan aku dengan hadirmu sebagai jabaran cinta dan rindu... Hahahahha..... Jangam bilang aku menggodamu... Tidak.. Tidak...!! Aku hanya sedang berterus terang saja padamu... Tapi ya sudahlah.. Bukankah tadi kita sudah sepakat bahwa akan menatap dari sudut dan arah yg berbeda.. Ya... Memang begitulah seharusnya dua raga Takan bisa searah silu jika hendak menatap temu.. Pasti berbeda kan.... 🤣🤣🤣😄 Karena Umtuk menatap mata takan mungkin dari mata yg sama... Salam santunku
@@Winlinggayoni lagi deh, hihi😆 Tentang kisah yang kau sebutkan itu, Aku tahu, mungkin takdir berkata "belum waktunya." Dan jika akhirnya aku diminta berbagi langkah, Dengan suratan yang kau bilang sudah menulis "berdua," Apa aku harus bertanya pada hati yang sudah tak yakin ada separuhnya? Rindu, bagiku, memang tak pernah mudah. Ia selalu terjebak di ruang dan waktu, Hanya untuk berharap pada satu kata, "temu." Namun, bukankah selama ini, Aku tak pernah meminta lebih dari itu? Hei, kau bilang aku salah lagi, Tapi, jika kau menatapku dari sana, Apakah aku benar-benar sendirian dalam perjalanan ini? Atau kau hanya mencoba memberi arti pada waktu, Yang kau tarik dari arah berbeda? Perbedaan, katamu, adalah keindahan. Tapi tidakkah kau tahu? Aku bukan ingin menjadi berbeda, Aku hanya mencoba menjadi aku- Yang selama ini tak mampu memahami, Bagaimana semesta merancang segala ini. Lalu, perihal rindu yang kau bicarakan, Aku pun tak tahu kenapa Tuhan menitipkan rasa seperti ini padamu. Sejujurnya, aku bahkan takut untuk memaknai lagi, Takut jatuh terlalu dalam hingga aku lupa jalan keluar. Kau bilang ini bukan puisi, Bukan lirik hati yang tertata indah, Namun bagiku, setiap lafaz yang kau tuliskan Selalu terasa lebih dari sekadar kata. Tuhan mencukupkan hadirmu sebagai jawaban, Namun aku belum tahu apakah aku cukup berani, Untuk menafsirkan kehadiran itu sebagai jawaban cinta, Atau sekadar takdir yang ingin kita maknai sendiri-sendiri. Ah, sudahlah… Mungkin kita memang sepakat, Bahwa menatap dari sudut yang berbeda adalah yang terbaik. Karena meski raga tak bisa searah, Semoga hati masih bisa saling mendoakan dari kejauhan. Salamku, Bagi kisah yang mungkin tak pernah selesai kita eja.
Masuk😅
@@rijalmaulana4080 hi kak, terimakasih sudah singgah🤗
Hadir ah😂😂😂
Ijinkan aku bertanya kepada Tuhan
kenapa cinta ini harus hadir
dan tertaut pada mu ?
inikah ujian hati? ataukah sekedar jalinan benang tujuh warna sebagai ajimat ?
airmata ini menjadi kenangan terakhir tentangmu
satu - satunya hal yang akan tetap menemaniku
saat sendiri, saat kau tak lagi disisi,
saat kau tak bisa aku miliki,
terendap laraku,
laksana luka yang tergores dari pisau berkarat
kian lama kan kian bernanah
aku takut dengan rinduku
tapi selalu menikmati rindu ini
aku cemas dengan kecemasanku
tapi aku teramat menghayati
Aku tau takan ada kebersamaan abadi untuk kami
tapi ijinkan satu detik saja
untuk menatapmu
untuk sekedar menyakinkanku
bahwa engkau bukanlah untukku
@@Winlinggayoni Ijinkan aku menjawab dalam diam,
karena tak semua tanya butuh suara,
dan tak semua cinta butuh alasan.
Mungkin, cinta ini hadir hanya sebagai titipan,
bukan untuk dimiliki,
melainkan untuk mengajarkan arti melepaskan.
Air matamu, biarkan ia jatuh,
karena rindu kadang butuh alirannya sendiri.
Saat kau merasa sendiri,
ingatlah, sepi juga bagian dari cerita,
dan tak semua kehilangan berarti akhir segalanya.
Laramu mungkin pedih,
seperti luka yang tak lekas sembuh,
tapi waktu,
selalu punya cara menyembuhkan tanpa kau sadari.
Nikmati rindumu,
hayati cemasmu,
karena itulah tanda kau hidup,
merasakan setiap denyutnya.
Satu detik untuk menatap?
Jika itu cukup bagimu,
biarkan tatapan itu menjadi penutup,
bukan untuk menyakiti,
melainkan untuk menyadari:
cinta tak harus memiliki,
tapi selalu bisa menjadi pelajaran abadi.
@caramellatteyours
Langit siang ini seakan meredup
Sang mega tersenyum tipis menilik dari sana
Dari balik tirai antariksa gumpalan cahaya perak
Antahkah ini hanya ilusi atau lukisan cinta langit yg begitu indah pada kanvas bergelar cakrawala
Sayup kudengar kidung puisis dari jagat maya
Iramanya mengakun lembut namun sesekali menghentak
Seakan berpacu mencari setiap jabaran dari tiap-tiap jafaznya
Akupun diam... Mengais lebih dalam dari pecahan-pecahan hati yg tampak berserakan
Netraku terpaku pada seraut wajah di ujung asa
Ia tampak membuka lembaran demi lembaran kitab kenangan
Wajahnya layu, lunglai,tapi mencoba tersenyum
Hai.. Apa yg kau temukan dari selaksa kisah..?
Atau kau hanya sedang mencari cerita ketika cinta memeluk rindu yg teramat sangat dan berlomba untuk siapa yg khilaf lebih dahulu?
Atau kau hanya membolak-balikan lembaran kisah karena ingin mengenang takdir...
Ahhh... Entahlah....
Mungkin sebaiknya aku tak mengusikmu..
Membiarkanmu mengeja kembali butiran-butiran rindu yg ambigu
Atau sekedar menatap dari kejauhan sembari memastikan kau baik-baik saja
Hingga kau akhirnya harus kesal atau pasrah pada bait yg berlafaz "biarlah"
Dari sini aku menatapmu...
Yang tengah memaknai cinta dan terus memaksakan ada kata "AKU" diantara bahagianya
Atau sedang mengeja rindu yg kau nisbatkan istilah "KITA"
Sudahlah....
Aku cuma bercanda.. Begitupun coretan sederhana ini adanya
🤣🤣🤣🤣
@@Winlinggayoni 😭😭😂, last deh
Langit siang ini memang redup,
Namun mungkin bukan redup yang sama seperti yang kau lihat.
Mega itu mungkin tersenyum tipis,
Tapi aku tahu, ia menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang sempat kuselami.
Kidung yang kau dengar,
Adalah kidung yang kutitipkan pada semesta.
Bukan sekadar untaian kata,
Melainkan potongan rasa yang pernah berserakan.
Apa yang kau baca dari sana?
Serpihan kisah yang kuungkap perlahan,
Atau sekadar ejaan rindu yang terlalu takut untuk berbicara?
Entahlah… aku pun kadang tak tahu apa yang ingin kusampaikan.
Namun kau…
Menatapku dari kejauhan,
Berusaha memahami lembaran demi lembaran yang kubuka,
Seakan kau tahu bagaimana rasanya mencari makna di antara luka.
Aku memang memeluk rindu yang teramat sangat,
Tapi bukan berarti aku ingin berlomba mencari siapa yang salah lebih dulu.
Kadang, aku hanya ingin berhenti sejenak,
Mengenang takdir yang kutulis dengan tinta air mata.
Jadi biarlah aku begini…
Membolak-balikkan kenangan, bukan untuk terjebak,
Melainkan untuk mengingat bahwa aku pernah ada,
Di tengah cinta, di tengah rindu, meski akhirnya aku harus memilih “biarlah.”
Jika kau di sana hanya ingin memastikan aku baik-baik saja,
Aku berterima kasih untuk itu.
Namun ketahuilah,
Terkadang, aku hanya ingin sendirian mengeja semua ini,
Sampai akhirnya aku bisa mengatakan pada diriku sendiri,
“Aku sudah selesai.”
Sudahlah…
Biarkan kidung puisi ini menjadi jawabanku untukmu.
Karena meski sederhana,
Ia adalah caraku memastikan bahwa aku masih hidup,
Dan mungkin, suatu hari nanti,
Aku akan menulis tentang akhir yang bahagia.
@caramellatteyours tentang kisah yg akan kau tulis berujung bahagia..
Bagaimana kalau takdir berkata "belum waktunya "
Dan.. Tentang kisah yg katanya kau ingin susuri sendiri
Lalu bagaimana kalau suratan ternyata sudah menulis "berdua"
Pernahkah kau tanya hati
Kemanakah separuhnya telah pergi
Lalu rindu,, apakah tetap akan menjadi sebatas ingin yg terpasung pada ruang dan waktu
Hanya untuk segurat kata "temu"
Hei... Kau salah lagi...
Aku menatapmu dari sini bukan berarti bermadah helah biarkan kau sendiri
Tapi,, aku disini menatapmu sembari menarik waktu dari arah yg berbeda
Bukankah semesta berpesan bahwa perbedaan adalah keindahan
Bukankah tuhan berkata yg sempurna adalah ketika menyatunya yg berbeda...
Lalu apa hak ku walau sekedar menatap dari sudut matamu
Biarlah... Kita maknai cerita dari jalur yg berbeda
Meski kita harus tau bahwa alurnya akan pada kisah yg sama
Ya... Sama-sama menjalani peran maksudku...
Ini bukan pusis...
Ini bukanbjuga cuapan lirik hati..
Aku hanya terbiasa melafaz cerita dari sudut pandang dan arah yg berbeda..
Perihal rindu..
Aku juga tak tau kenapa tuhan menitipkan rasa sejatuh ini padamu..
Apalagi cinta...
Aku bahkan sudah lupa aneka warna indah yg dulu kau sematkan diantara senyum dan canda..
Tapi ya begitulah...
Bahkan bagiku aku tak perlu memaknai keduanya..
Karena tuhan telah mencukupkan aku dengan hadirmu sebagai jabaran cinta dan rindu...
Hahahahha..... Jangam bilang aku menggodamu...
Tidak.. Tidak...!!
Aku hanya sedang berterus terang saja padamu...
Tapi ya sudahlah.. Bukankah tadi kita sudah sepakat bahwa akan menatap dari sudut dan arah yg berbeda..
Ya... Memang begitulah seharusnya dua raga
Takan bisa searah silu jika hendak menatap temu..
Pasti berbeda kan.... 🤣🤣🤣😄
Karena Umtuk menatap mata takan mungkin dari mata yg sama...
Salam santunku
@@Winlinggayoni lagi deh, hihi😆
Tentang kisah yang kau sebutkan itu,
Aku tahu, mungkin takdir berkata "belum waktunya."
Dan jika akhirnya aku diminta berbagi langkah,
Dengan suratan yang kau bilang sudah menulis "berdua,"
Apa aku harus bertanya pada hati yang sudah tak yakin ada separuhnya?
Rindu, bagiku, memang tak pernah mudah.
Ia selalu terjebak di ruang dan waktu,
Hanya untuk berharap pada satu kata, "temu."
Namun, bukankah selama ini,
Aku tak pernah meminta lebih dari itu?
Hei, kau bilang aku salah lagi,
Tapi, jika kau menatapku dari sana,
Apakah aku benar-benar sendirian dalam perjalanan ini?
Atau kau hanya mencoba memberi arti pada waktu,
Yang kau tarik dari arah berbeda?
Perbedaan, katamu, adalah keindahan.
Tapi tidakkah kau tahu?
Aku bukan ingin menjadi berbeda,
Aku hanya mencoba menjadi aku-
Yang selama ini tak mampu memahami,
Bagaimana semesta merancang segala ini.
Lalu, perihal rindu yang kau bicarakan,
Aku pun tak tahu kenapa Tuhan menitipkan rasa seperti ini padamu.
Sejujurnya, aku bahkan takut untuk memaknai lagi,
Takut jatuh terlalu dalam hingga aku lupa jalan keluar.
Kau bilang ini bukan puisi,
Bukan lirik hati yang tertata indah,
Namun bagiku, setiap lafaz yang kau tuliskan
Selalu terasa lebih dari sekadar kata.
Tuhan mencukupkan hadirmu sebagai jawaban,
Namun aku belum tahu apakah aku cukup berani,
Untuk menafsirkan kehadiran itu sebagai jawaban cinta,
Atau sekadar takdir yang ingin kita maknai sendiri-sendiri.
Ah, sudahlah…
Mungkin kita memang sepakat,
Bahwa menatap dari sudut yang berbeda adalah yang terbaik.
Karena meski raga tak bisa searah,
Semoga hati masih bisa saling mendoakan dari kejauhan.
Salamku,
Bagi kisah yang mungkin tak pernah selesai kita eja.