Hanya pendidikan dan cerita konyol di kelas. Selebihnya, mereka masih menganggap aku anak kecil padahal sudah kuliah semester tiga. Kadang, setiap kali aku bertanya perihal masalah yang di hadapi keluarga, mereka bilang aku tidak usah ikut campur, tak jarang juga dimarahin karna suka nanya-nanya. Padahal kalo boleh jujur, aku juga ingin merasakan hal yang sama dengan mereka, kan katanya kita keluarga. Aku gatau ini beretika apa ngga, tapi aku sering banget mikir kayak, rumahku ini seperti bukan tempatku pulang. Pasalnya, aku hanya menetap beberapa bulan kemudian lanjut pergi lagi ke perantauan, dan selama menetap itupun gabanyak hal yang aku tau tentang orang orang rumah dan (lagi) aku gagal mengenal mereka lebih dalam.
Dulu sampe sekarang,gak pernah sih..mulai dari hal kecil pun,temen gue aja mungkin mereka gak tau...dpet pertanyaan kaya gini,entah kenapa gue jadi nangis..Gue sadar dri dulu sebenernya,semua nya gue pendem sendiri,cerita tentang sekolah pun seadanya.semua sibuk masing",tentang diri mereka. Tapi sekarang gue sama kakak gue yang sedang mencoba saling bercerita,tahap yg lumayan bagus sih..akhirnya gue berani cerita masalah gue,walaupun cuman dia yang tau mungkin...soalnya gue merasa sebenernya gue tuh beban dikeluarga,jd kadang kaya gak mau bikin mereka sedih ataupun nambahin pikiran mereka.
Membicarakan masa depan, baik pendidikan, dan masalah-masalah yang terjadi saat ini. Kalau untuk membicarakan masalah saya pribadi, maaf saya belum berani. :')
Nonton ini dan baca komen-komennya w jadi makin sadar,ternyata banyak orang yg asing dengan keluarganya,dan banyak yg merasa rumah hanya sekedar bangunan,bukan tempat untuk "pulang" :') Kalian hebat,kita semua hebat sudah bisa bertahan sampai sejauh ini. Semoga kita diberikan kekuatan dan kesabaran yg lebih lagi untuk tetap bertahan☺️
Entahlah, semakin dewasa nyatanya rumah terasa tidak lagi sebagai tempat berlindung, lebih kepada mengukung, dengan tanggung jawab yang kemudian berpindah padaku sebagai anak sulung yang ditinggal ayahnya, rumah hanya tempatku untuk tidur memejam mata, tapi aku tidak bisa istirahat di dalamnya
menjadi terbuka artinya melawan orang tua. menjadi beda artinya melawan orang tua. dengan bentakan, omongan 'anak setan' didepan keluarga besar yang menyakitkan. anak polos yang punya mimpi dengan plan panjang selalu di bantah dgn ego org tua. ketika sudah ego mereka terpenuhi, mereka tidak tanggung jawab dan malah membuat ego baru 'demi kebahagiaan anak' dgn bentakan dan paksaan. lalu mimpiku? ah sudah buyar. kebenaran yang kusampaikan seperti sampah karena merasa 'aing orang tua'. padahal itu petunjuk agama yang mereka pun tahu. mencoba bercerita namun tidak didengar dan dialihkan dengan 'kebahagiaan yang mereka buat'. lingkungan ini tidak sehat. aku hanya hidup di atap kosong dengan topeng dimana-mana. entahlah apa yang mau kukerjakan, ku bingung. usahaku tidak pernah dihargai bahkan diremehkan. hanya ego ego dan ego yang mereka kejar. tapi aku sedang merangkai kembali sisa-sisa semangat ku dengan caraku sendiri. keluarga ku hanya... ah sudah lah. :)
Hanya bisa saling menguatkan, sabar ya kak. Akupun sama. Entah kakak memang butuh kata2 penyemangat seperti itu atau tidak. Dg tulus q ucapkan semangat kak.
Aku ckup bisa merasakan itu sabiq 🙂, ayo biq, sedikit demi sedikit bergerilya membangun mimpi kita sndri, dan nanti selalu mengingatkan diri untuk generasi selanjutnya, jgn ada sabiq2 yg lain😊👍
Mas sabiq, aku tau ini klise sekali tapi aku mau bilang “tetap semangat ya mas” dan terima kasih mas sabiq udah bisa bertahan sampai hari ini. pasti sudah banyak hal yang mas lalui, entah pilu atau haru.
Tak jarang orang tua hanya melihat sesuatu dari sudut pandang mereka sendiri tanpa mencoba melihat dari sudut pandang sang anak. Tak jarang bukan anak yg tak mau terbuka, hanya saja respon dari orang tua terhadap masalah yg sang anak ceritakan tak membuat anak bangkit namun semakin jatuh. Aku sering mencoba terbuka, mencoba menceritakan masalah yg tak mampu aku pecahkan. Tapi yg kudapat hanya kalimat yg membuatku jatuh semakin dalam. Aku tau orang tua mengorbankan segalanya, melakukan segalanya untuk membuat anak bahagia, namun tak jarang orang tualah yg menyakiti anak lebih dari siapapun di dunia.
Aku sedang ada diposisi ini skrg.. Secara terang2an bapak meremehkan dan merendahkan aku dengan kata2nya yang sangat kejam.. Setiap ingin membela diri karena ga sepaham dengan dia, selalu saja aku yg dianggap keras kepala.. Padahal dia jauh lebih keras kepala.. Selalu merasa benar dan tanpa dosa.. Bagaimana aku mau terbuka, jika ingin mengeluarkan kata2 saja aku sudah dibungkam dengan keegoisannya..
@@indahkurnia8140 Maaf karna tak bisa memberikan solusi atas persoalanmu ini. Karna aku juga masih tenggelam dalam persoalan yg sama. Tapi yg bisa aku katakan adalah bahwa kamu bukan satu-satunya orang di bumi yg memiliki persoalan itu. Dan yah, sejujurnya tak ada yg bisa kita lakukan selain menerima. Karna walau bagaimanapun mereka adalah orang tua kita. Kitalah yg harus memotivasi diri dan mencintai diri sendiri lebih dari orang lain di bumi. Susah memang. Aku juga masih belajar untuk berkali-kali bangkit saat mereka jatuhkan. Tapi percayalah, Tuhan akan selalu ada untuk membantu kita. Semangaaat~
Aku juga pernah coba cerita, kalau aku nggak diterima di dalam kelas sama temen-temen(dalam artian dikucilkan). Baru aja mulai cerita udah langsung di potong. "Itu bukan salah mereka. Tapi itu karena kamu minder" (Padahal aku mau cerita kalau aku hampir ditendang gerombolan anak" cowok😔) habis itu aku langsung diem. Dan akhirnya cuma bisa nangis dan kembali nyimpen masalah sendiri.
Selama aku hidup, diantara kami (aku mama papa) tidak ada kata "kamu baik2 saja?" , "selamat ulang tahun" , "terimakasih" , ungkapan cinta/sayang , pujian. Kami terlalu dingin dan semua punya teritori masing2 sulit untuk di jangkau.
Mungkin memendam segalanya sendirian bukanlah cara yang tepat, tapi mungkin dengan begitu setidaknya kita tidak menambah beban pikiran orang tua menjadi semakin berat :')
Terbuka berarti anda harus siap dilukai, rasa takut ini yg buat kita sulit untuk melakukannya. Kalau keluarga tidak menerima, jgn salahkan mreka dan dirimu. ku yakin suatu saat nanti pasti ada yg ikhlas mendengarkanmu
@@MenjadiManusia ketika mencoba untuk terbuka, mencoba untuk menceritakan tapi tak diperdulikan.. Rasanya sakit dn tidak ingin cerita lagi. Sepertinya lebih baik dipendam sendiri dari pada cerita namun tak diperdulikan. Rasanya 2x lebih sakit😊
Goal hidup ku : "Punya rumah sendiri dengan isi keluarga yang saling berbagi, bukan sekedar materi tapi juga rasa dan cerita. Apapun itu, goblok lucu senang bahagia sedih, rumah yang bisa jdi tempat tongkrongan layaknya berteman, rumah yang bisa jadi pondok pesantren dengan segala pelajarannya."
aku lagi ada masalah keluarga :) tembokku udah dibentuk dari kecil,semakin kesini semakin kuat, Pernah sekali cerita tapi respon mereka Buruk sangat buruk, sejak saat itu aku lebih banyak diam,menyelesaikan masalahku sendiri meskipun sebenernya nggak kuat butuh bantuan,butuh dukungan tp kalo aku cerita bukan dukungan yang aku dapat,malah Makian dll,aku jadi sering menyendiri,jarang kumpul keluarga, bukan apa apa tapi ya lebih baik disimpan rapi sendiri dulu :)
Yang sebenernya kita harus lawan bukan orang tuanya tapi pemikiran kunonya. Dan memperbaiki komunikasi adalah senjata paling ampuh untuk saling meruntuhkan ego.
Sejauh ini aku nggak bisa deep talk sama ibu😭 Pengen rasanya bisa cerita dari hati ke hati Tapi entah kenapa serasa ada tembok yang menghalagi untuk bisa terbuka
Semoga Allah kuatkan iman dan hati anak yang punya Ortu toxic. Tiada Ortu yg sempurna. Semoga dikuatkan. Ponakan saya dulu, saat dia masih SMK, punya teman. Dan sering ajak temannya kerumah saya, utk ngobrol dan makan. Temannya cerita, waktu dia kelas 3 SD, tengah malam menyaksikan ibunya bunuh diri dengan membakar diri, krn ayahnya selingkuh. Sangat terpukul anak kecil itu, dan 2 hari kemudian dia diusir ayahnya karena rumah itu mau ditempati bersama selingkuhannya. Anak kecil itu numpang tidur di tukang tambal ban. Tapi untuk makan, sekolah dan lain² harus cari sendiri. Dia jualan koran. Tapi dia tak putus sholat. Dan Allah menguatkan dirinya. Tiada dendam pada sang ayah. Alhamdulillah sekarang dia diterima di pabrik otomotif. Dan dia sudah mandiri, dan tak lupa kepada tukang tambal ban dan ayahnya. Dia kadang kirim uang pada mereka. Ayo bangkit bersama Allah. Kita pasti bisa
Saking ga pernahnya aku cerita ke ortu, sekali cerita langsung nangis ga kuat ngomongg soalnya langsung dibantah sama kalimat2 yang bikin hati teririss:')
Terkadang aku mikir "keadaan" keluarga ku enggak seburuk yang aku kira. Banyak orang lain lebih tersiksa karena keluarganya daripada yang aku sendiri rasakan. Ya, Itu benar tetapi tidak menghapus kenyataan bahwa aku sakit dan ingin keluargaku untuk lebih baik. Aku harap keluarga kalian berubah untuk lebih baik juga. Buat kamu yang sedang berjuang apapun masalahmu, tetap semangat!~
Dulu pernah ada pengalaman bercerita bersama keluarga. Tapi semenjak semakin dewasa, hubungan papa dan mama mulai pudar. Sering bertengkar, apalagi masalah ekonomi. Jadi untuk saya bercerita tentang masalah hidup saya kemereka tidak sempat. Namun, mereka dululah yang bercerita kepada saya hidup mereka sekarang. Jadi setiap saya tidak mau bercerita, itu karena takut menambah beban pikiran mereka pun karena saya sudah terlalu sering memendam segalanya sendiri. Andai disemesta saya diciptakan satu orang yang hanya bisa mendengar tanpa menasihati saya. Satu fikiran dan mengerti setiap apapun yang saya rasakan. Mungkin sampai sekarang saya bahagia tanpa memendam rasa. Bahkan sampai saat ini semua yang dipendam rasanya enak sekali. Dan semua berakhir disaat malam hari. Setiap saya mau tidur, terkadang saya harus menangisi yang saya pun tidak tau apa yang saya tangisi. Saya rasa pendaman rasa itu tadi. Setelah menangis, meluapkan semuanya sambil mendengar lagu mas kun atau mas bas, lalu tenang dan sedikit melamun. Saya pun tertidur. Hari itu berlalu, dan saya berkata lagi "apa kata besok" dan kata kata itu selalu bisa menjadi dongeng pendek dikala saya mau tidur.
Karena terkadang mereka yg hebat tidak selalu yg banyak bicara, tetapi juga mereka yg banyak mendengar. "Masalah yang mengeruh, Ohh Perasaan yang rapuh Ini belum separuhnya Biasa saja kamu tak apa" Semangat menjalani hidup buat semuanya ❤️
Rasanya, rumah tak selamanya hangat. Ada waktu di mana tempat lain terasa lebih nyaman. Mungkin karena yang di rumah tak selamanya bisa mengerti sesuai dengan yang kita butuhkan...
Saat kecil semenjak mama mengatakan utk tidak boleh pacaran sampai aku bekerja, aku tak lagi benar2 bercerita tentang apa yg terjadi pada diriku (aku hanya bercerita yg sekiranya membuat orang tuaku bahagia saja), soal percintaan menjadi hal yg kupendam sendiri bahkan saat aku jatuh bangun krn cinta & tersakiti. Sampai akhirnya aku tumbuh dewasa usia 27th & sepeninggal ayah utk selamanya, mamaku mulai sadar bahwa belum ada satupun laki2 yg serius kukenalkan apalagi datang ke rumah utk meminang. Hingga pada akhirnya aku berani cerita aku mencintai seorang laki2 yg kuanggap akan menjadi sosok yg bisa bersama denganku hingga menikah sehidup sesurga nyatanya dia malah menjadi orang yg paling kejam dari laki2 yg sebelumnya kukenal tapi tak sempat kukenalkan kpd keluargaku. Mamaku merasa menyesal saat itu krn aku menceritakan hal indah berbalut dgn sakit hati, sepanjang cerita aku tersenyum pilu sambil sesekali menyeka air mata, menahan sesak di dada, sambil mengusap air mata di pipi mamaku yg ikut menangis & memeluknya. Namun biarlah semua yg telah terjadi ini adalah takdir Allah, aku selalu percaya rencana Allah itu lebih indah dari rencana manusia, kalau kita tidak diuji, kalo kita tidak gagal, kita tidak akan pernah belajar & berterima kasih kepada Allah akan takdirNya yg ternyata lebih indah di kemudian hari dan kita tidak benar2 Menjadi Manusia. Terima kasih Menjadi Manusia dari kalian aku banyak belajar utk SURVIVE & Jatuh Cinta pada Takdir Tuhan :))
Sama kayak aku, mama ku dan keluarga ku doktrit aku jangan pacaran dulu. Dan sekarang kuliah ditanya udah punya pacar? Sekarng yg aku fokuskan, cari calon suami lagi bukan cari calon pacar. Mikir usia juga. Haha...
Kadang bingung, lebih baik ceritain aja k mrka apa di pendem aj sndiri. kalo ceritain takut jadiin beban buat mereka tp kalo ga ceritain kita yg beban. Terus pasti pas pertama kali cerita ginian trus mrka sedih dan akhirnya kita memilih untuk ga nyeritain lagi untuk yang kedua kalinya dan kita pendem trs ampe ga tau kapan bs cerita lg:)
mnrtku ya cerita aja seh, "jadi beban" Itu udah resiko mereka jadi ortu dan pengalaman mereka menjalani hidup sudah melewati masa yg lbh berat, beda dengan mu yg masih mencari dan mencari, semangat ya kamu
"Sayangi ibumu sebelum ia tiada" kata-kata yang terdengar biasa aja ketika semua masih terlihat sehat dan baik-baik saja. Tapi kata diatas akan menjadi sangat berarti ketika waktunya tiba. Buatlah moment² indah kebersamaan mu daripada kamu akan dihantui kekecewaan setelah beliau tiada🔥
rumah yg katanya bisa menjadi tempat curhat nyatanya hanya sekedar menjadi atap. Kenyataan yg sebenarnya aku hanya bisa mengatakan keluh kesahku pada sang malam dan kesendirian. Mereka tak perlu tau apa yg sedang aku hadapi karena aku yakin dia akan menyalahkan balik bukan mengatakan "semangat ya aku bangga pada anakkku"
How that feel? A 'Home'? Selama 27 th aku hidup, aku gak ngrti rasanya kehidupan keluarga normal itu spt apa,, brtatap muka dgn mreka saja bisa dihitung dgn jari. Di dalam sini, ada yg kosong, bertahun2, dan tiba2 saja aku tumbuh menjdi orang yg terlalu mandiri, tertutup, dan tidak mau dikasihani. So how it feel? Ketika ada orang yg mnunggumu dirumah, tempat berbagi keluh kesah, memberimu saran dan nasehat secara lngsung, mengusap airmatamu saat kau jatuh... How that feel? Tell me.
*"Gua selalu iri sama mereka yg bisa bercerita keluh kesah dan ttg masa depannya kepada kedua ortunya. Beda dg gua tumbuh dikeluarga yg kurang memperhatikan kasih syg karna broken home. Gua slalu coba membuka topik pembicaraan apapun itu ke mama atau papa tp responnya slalu biasa aja ga sesuai yg gua harap serasa orang asing jadinya, padahal gua cuma minta didengerin doang. Cape dipendem sendiri, butuh pelukan butuh dicium kaya anak-anak lain kalo lagi sedih. Tapi gua bakalan trus berusaha buat jdi yang terbaik jgn sampai ngecewain mereka."*
Sejak kecil, aku setiap hari bercerita kepada orang tuaku tentang apa saja kejadian-kejadian yang aku alami dalam satu hari. Semuanya aku ceritakan, mulai dari hal yang sepele sampai hal yang serius. Tetapi, pada saat aku sudah memasuki Sekolah Menengah Pertama, aku tidak pernah berbagi cerita lagi. Aku pendam semua masalah. Aku selalu takut jika ceritaku menjadi beban bagi mereka. Biar aku yang menanggung bebanku sendiri, biar aku yang merasakan. Jujur, aku rindu menjadi orang yang terbuka. Terima kasih sudah menjadi rumah.
Ceritaku didengar ketika aku dalam kondisi ‘sempurna’. Ketika aku sedang dalam kondisi terpuruk, ceritaku terdengar seperti kotoran yang harus segera dibuang. Bahkan cita-citaku dan harapanku dipatahkan. Saat aku menceritakan pandanganku dalam beberapa tahun kedepan, yang kudapat hanya tawa dan diminta mundur saja, sakit rasanya. Bermimpi pun aku tidak berani lagi, apalagi menceritakan mimpiku. Dari situ aku belajar memendam semuanya, menyelesaikan semuanya. Sendirian. Sekarang, pulang pun aku tidak tau harus kemana, lebih nyaman berkelana. Aku ingin punya ‘rumah’ dimana aku tidak hanya menumpang, tetapi untuk menetap.
Semenjak hari dimana kalimat itu diucapkan "sebenarnya kamu bukan anak kami, dan kami bukan orangtua kandungmu." Seketika dalam sekejap aku menjadi orang asing, anak sekecil itu tiba2 mengetahui fakta bahwa ibunya sudah meninggal setelah melahirkan dia dan sang ayah pergi begitu saja meninggalkan dia tanpa menoleh, aku merasa tidak diinginkan, tapi aku bersikap biasa dan seakan-akan semua baik-baik saja, sejak saat itu aku bertekad menjadi anak baik yang tidak membuat masalah, aku cukup tahu diri , sudah dirawat bukannya membantu malah menyusahkan. Semenjak saat itu, aku berubah menjadi orang yang selalu menyimpan semua masalahku sendiri hingga saat ini, hidup gak juga berpihak padaku , banyak hal buruk bahkan sangat amat buruk terjadi tapi aku selalu berusaha menyunggingkan senyum, senyumku buka lagi ekspresi tunggal, banyak arti dari senyumku, air mata ku gak pernah mau turun di depan orang lain, aku hanya bisa menangis saat sendiri. Bahkan beberapa hari lalu aku ingin pulang, tapi gak tahu pulang kemana , aku seakan gak punya tujuan.
saya bersyukur bisa menjadikan rumah untuk menetap, saya bersyukur mempunyai keluarga yang lengkap, tapi saya masih membatasi keterbukaan di dalam keluarga saya, dan dalam beberapa hal saya cenderung menyembunyikannya dan tidak ingin keluarga saya tau tentang masalah yang dihadapi oleh saya. dan terkadang saya iri kedapa orang lain yang hidupnya bisa survive tanpa bergantung kepada orang tua, jauh dari orang tua, bisa mandiri, tidak manja, terbentuk menjadi lebih kuat karena jauh dari orang tua. tapi satu sisi orang lain menginginkan hidup seperti saya, bisa dirumah berkumpul dengan keluarga. itu yang menjadikan saya lebih bersyukur
Adalah yg paling sulit dan menyakitkan tentang "keluarga" bagi seorang anak broken home:) Pernah mencoba untuk berbagi cerita, tapi makin hancur ketika tidak ada sedikit saja apresiasi untuk seorang anak yg terlanjur berekspetasi indah dengan respon keluarganya dan untuk sekedar ingin di "dengar" saja rasa mungkin hanya angan semata:))
Alhamdulillah aku memiliki rumah yang aku merasa hidup dan menetap tidak hanya sekedar atap, doa terbaik agar teman yg belum dan tidak merasakan agar segera mendapatkan home feeling, kalau tidak bisa mendapatkan setidaknya bisa menciptakan dikehidupan barumu nanti :)
21 tahun hidup, meneggakan tembok yang keras dan tebal. Orang lain melihatku egois anak yang tidak patuh contoh buruk dikeluarga. Pernah memutuskan untuk meruntuhkan tembok ini, namun hasilnya aku makin meninggikan tembok tersebut dan menebalkan jarak diantara sela-selanya. Aku benci jadi momok dikeluarga namun apa daya orang tua yang menyebarkan momok itu sendiri. Mencoba berhenti menyalahkan mereka dan menerima kalau semua ini tanggung jawabku pribadi. Tapi tetap saja :)
Dulu waktu kecil g terbiasa problem yg dihadapi ke orang rumah. Semuany di pendem sendiri dan baru bisa cerita klo ketauan mami lg nangis di kamar, atau muka badmoodnya nongol. Agak gedean mulai bisa cerita ke mami atau kakak walaupun kebanyakan masalah tugas ataupun kerjaan. Sekarang.. Pengen bisa cerita, tapi udh g bisa Mami udh g ada Dan kakak udh punya keluarga sendiri So lucky you yg masih punya keluarga utuh di rumah dan masih bisa diajak berbagi. :)
Ingin rasanya menceritakan kepada mereka apa yang sudah kulalui, apa yang aku pendam selama ini hingga menyebabkan aku trauma akan suatu hal.. tapi nyatanya sangat² tidak mungkin aku bisa di dengar :) Mungkin sikapku dingin ketika dihadapan kalian tapi percayalah kalian selalu ada dalam setiap doaku. Aku sekarang sedang berproses untuk bisa berdamai dengan masalalu tapi itu tidak cukup jika kunci masalahnya belum selesai.. Semoga semua lekas membaik, semangat anak tunggal lainnya diluar sana kalian hebat ♥️
Aku pernah bercerita kepada ibuku tentang rasa lelahku. Aku kuliah diluar kota, tapi setiap seminggu sekali ku sempatkan pulang karena ibuku dirumah sendiri meskipun dulu banyak kegiatan dikampus, tugas menumpuk, dan waktu itu aku lagi ada masalah. Waktu aku bercerita tentang apa yg kurasakan, tpi apa yg ku dapatkan? Katanya "cuma tinggal kuliah aja capek, capek juga yg kerja. Kalo capek sini gantiin kamu yg kerja." Aku ga bisa jawab apa2. Aku tau kedua orang tuaku lelah. Tapi apa aku ga boleh kalo aku berbagi keluh kesahku? Apa aku ga boleh merasa lelah? Apa cuma orang yg bekerja saja yg bisa merasa lelah? Aku juga manusia biasa, bu seandainya ibu tau😔Semenjak itu aku kalo lagi capek aku lebih memilih memendam sendirian dan kadang aku menangis dikamar.
Katanya rumah adalah tempat paling nyaman, dan keluarga adalah orang paling dekat, tapi kenapa aku tidak ? Bahkan tidak begitu akrab dengan mereka. Mereka yang katanya sayang kepadaku, namun tidak pernah mencoba untuk menemani atau mendengarkan Ku. dekat dengan keluarga itu penting
Sejak kecik aku tidak pernah terbuka dengan orang tua. Ayah saat masih kerja selalu berangkat saat kami masih tidur dan pulang kami sudah tidur sehingga aku tak pernah dekat dengan ayah. Ibu mempunyai kecemasan luar biasa sehingga aku tak ingin menambah beban pikiran ibu. Sekarang aku hampir 28 tahun, membuatku menjadi terbiasa dengan memendam masalah sendiri dan perlahan lupa apa arti sebuah rumah sebenarnya. Terkadang aku berpikir apakah orang tua hanya sebatas nama di akta kelahiran. Terlebih mereka masih menganggapku anak kecil yang tidak harus tahu masalah keluarga dan itu membuatku perlahan kehilangan kepercayaanku pada mereka.
Buat kalian yang berhasil keluar dari zona nyaman semangat kalian hebat, karena keluarga adalah zona paling nyaman. Tapi tidak untuk kita yang sedang menonton video ini. 20 tahun bagaimana rasanya punya keluarga lengkap? Dekapan hangat? 20 tahun menyimpan beban sendirian. Terima kasih untuk diri sudah sampai sejauh ini❤️
Pengen bilang ke ibu kalo beban yang aku pikul setiap hari karena ibu sering bilang "kamu adalah harapan ibu satu satuunya" kian berat. Tapi gapernah berani bilang karena takut membuatnya kecewa, ibu sudah sering terluka dan kecewa. Bu, membahagiakanmu adalah usahaku. Usahaku setiap hari 😭😭😭
Meruntuhkan beban dengan bercerita sangat ingin kulakukan. Tapi apa daya, lebih baik menunggu seseorang yang benar benar ingin mendengarkan. Dari pada sakit karena rasa ingin tahu tanpa dipedulikan.
aku kehilangan "aku" sejak mereka berpisah, aku cuma bisa tersenyum mengiyakan sekali ketika melihat judul dari video ini. yaa rumah hanya untuk mencari atap, bukan menetap. hanya tempat untuk tidur sebentar lalu kembali pergi keluar.
Rumah yang katanya sebagai tempat paling Aman, nyaman, tempat yang paling dituju saat lelah seharian dengan riuhnya dunia, tempat berpulang dan berkeluh kesah, maafkan aku, aku hanya membutuhkan atapmu untuk berlindung dari gelapnya malam, bukan kejamnya kehidupan, maafkan aku yang belum bisa menemukan fungsi mu hingga saat ini. Maafkan aku yang masih terpaksa berdiam diri didalammu, maafkan aku, maafkan aku yang hanya membawa ragaku pulang, tapi tidak dengan jiwa ku
mama pernah bilang "jangan ceritakan masalahmu kepada temanmu. walau hubunganmu dengan nya sangat dekat, jangan." Lalu? aku harus cerita tentang masalahku kepada siapa? jika mama bahkan tidak ingin mendengar ceritaku.
Aku menonton ini dalam kondisi aku sedang 'diam' kepada orantuaku yg terus memaksa menjodohkan aku. Sudah lebih dari seminggu aku tidak menyapa mereka, tdk makan dirumah, pulang kerja lngsung masuk kamar, tanpa komunikasi sedikitpun. Menonton ini membuatku menangis.... Aku tidak tau harus berbuat apa. Aku hanya menahan isak tangis dalam kamar gelapku.
Pasca bokap meninggal, kehidupan rasanya tuh beda banget. pernah suatu ketika cerita apa sih yang ada dibenakku dan apa aja hal buruk dan traumatis yang udah aku alamin ke nyokap ampe dada tuh sesek banget rasanya nahan air mata, karna ga terbiasa nangis didepan orang, biasa nangis dalam diam dan kesendirian, hasilnya cuma bikin males buat cerita. Dan itu ngebikin aku makin susah buat ngutarain apa yang pengen aku omongin, bahkan dalam mimpi pun susah mulut ini buat ngomong dan ujungnya cuma nangis. Sambil mikir kok kek gini sih ? Dan rumah bagi aku tuh tempat yang bikin makin sakit, tiap detik bawaannya pengen lari kabur dr sini. Tp mash mikirin nyokap gimana kalo aku pergi walaupun otak sama hati udah sangat2 gabisa stay, terlalu sakit kalo d rumah. Trauma2 yg dlu mash muncul dan emosi, mood, dan yang negatif2 pikiran, sering gak terkendali kalo d rumah 😢
Aku dan ibu memiliki sifat yang sama, keras kepala dan memiliki ego yang tinggi. Kami sama-sama terluka, kami sama-sama punya beban, kami sama-sama ingin dimengerti dan dipahami. Tapi kami sulit bercerita, berbagi keluh kesah tanpa emosi dan ego yang mendominasi, hingga kami terus saling menyakiti dalam setiap pertengkaran yang terjadi 😢
Duduk diam setiap hari, bangun pagi mamahku udah berangkat kerja, malamnya aku yg lelah dan tidur duluan, kadang ga enak harus nambah beban mamahku yg cape pulang kerja, hidupku dari tk terbiasa sendirian sampai sekarang udah kelas 12 smk, kadang pengen marah sama keadaan, pengen juga cerita sayang2an sama orang tua.. Dituntut mandiri bukannya berarti tanpa didampingi kn.. :')
saat gw udh punya anak semoga gw bisa buat anak gw terbuka dan cerita layaknya teman dan orang pertama yang terlintas dipikirannya saat butuh bantuan yaa gw ehehe
Terima kasih sudah mengingatkan saya yg sudah terlalu mengokohkan tembok penghalang lupa bahwa orangtua juga manusia yg tidak sempurna. Mereka sering luput tp selalu berusaha keras membahagiakan.
"keluarga" entah hal itu begitu asing dalam pikiranku bahkan otak pun menolak untuk memaknai kata itu..berat,sulit bahkan rumit untuk kuucap dengan lisanku.
Sampai pada titik dimana bercerita tentang beban diri sendiri adalah hal yang hina. Rasanya lebih mudah menjawab dengan tawa dan ekspresi bodoh, "baik-baik sajalah! Hahaha..."
Runtuhkan tembok? Bagaimana caranya? Aku terlalu nyaman dengan keadaan saat ini. Keluar dari zona nyaman tidak semudah berangan-angan. Zona nyaman? Nyatanya tidak pernah ada kenyamanan disana. Sendiri, menyendiri, dan menikmati. -N- 8/9/20
iya ya kenapa lebih sakit saat orang-orang se rumah ga menghargai kita daripada orang lain, kek lebih terima orang lain marah2in tuh gpp daripada seisi rumah...buat temen semua semangaat ya dengan apa yang lagi kalian kerjakan, jangan lupa istirahat..
Dan ketika aku mendengar ini. Entah kenapa air mata ku menetes. Seakan apa yang aku pendam, tersampaikan. Y Mamah... Hanya mendengar kata Mamah dan membahas tentang seorang Mamah. Aku bisa meneteskan air mata yang deras, sederas hujan diluar sana. Di umur aku yang sekarang 24. Belum bisa membuat Mamah bahagia. Sedangkan tiap malam Mamah mendoakan aku dan adik-adikku. Makasih mah, Mamah sudah mendoakan pekerjaan ku, per kuliahan ku dan jodoh ku. I love You Mamah...
Saat rumah tak selalu meneduhkan dari hujan lebat Saat rumah tak selalu menenangkan dari gusar penat Saat rumah tak menemukan perannya yang sesungguhnya.
Pernah bilang ke mama kalau aku capek. Dalam artian nya ini "capek dengar bullying". Disini aku nya kuliah, mama tau nya aku capek kuliah karna tugas dan lainnya. Tapi ini beda, kalau udah aku bilang "Capek" mama bilang "stop aja kuliah nya". Bukan itu yg aku maksud. Kadang belum selesai ngomong mama udah nyimpulkam sendiri. Hmmm, jadi sekarang intinya diam adalah pilihan terbaik, bercerita dengan keluarga yg lain nanti malah jadi lain cerita nya. Keep strong for me 💪😊
Tembok itu tumbuh karena keadaan yg telah kulalui. Sempat aku berusaha untuk merobohkan tembok itu. Tp sikap mereka mengisyaratkan agar aku membangun lagi tembok itu bahkan lebih tinggi jika bisa
Suatu hari, aku pernah berselisih paham dengan mamaku. Mama nangis, kemudian aku membentak dan ikut nangis "Aku capek." Aku lari ke kamar, ngunci pintu, nangis di balik pintu "Yang sedih bukan cuma kamu, aku jugo." Terus mama bilang "Yo jangan nak nangis, buka pintu." Setelah aku sedikit reda, baru sadar kalo tadi udah buat mama nangis dan juga ngebentak. Aku langsung cium tangan dan minta maaf. Itu awal-awal kepergian papaku, mungkin itu pertama kalinya aku ngomongin apa yang aku rasain.
Rumah bagiku seperti panggung dimana para pemeran memerankan karakter yg dibuat saja,begitu hal nya seperti dirumah kita sama sama memerankan karakter yg seolah olah itu diri kita dimana kita pura pura seperti tak punya luka namun tak pernah juga saling menyapa,maka dari itu keluarlah lontaran kata "aku dirumah berbeda dengan aku bersama kawan kawan" dan "mama di rumah berbeda dengan mama bersama rekan rekan kerjanya". Ingin sekali saling melontarkan cerita namun pasti akhirnya kita saling melontarkan beban beban yang ada,karna akupun sadar keras kepalaku sama seperti keras kepala mama ku nd thats enough:)
"Apa itu rumah?" Saya sedang di tahap ini. Sehingga pertanyaan contoh keterbukaan rasanya sulit sekali dijawab. Mencoba mengingat namun hasilnya jantung berdetak lebih cepat dan air mata mengalir. Pertanyaan yang melelahkan. Memori yang menyakitkan. Rasanya tembok sangat tinggi dan kokoh. Dari pelbagai arah Hehe
Aku tidak menemukan cara untuk terbuka. Duduk bersama saja canggung. Apalagi bercerita. Yang ada jugdement, "kamu kurang bersyukur jadi anak." Tak jarang selalu disalahkan :)
kemarin mencoba terbuka sama ayah kalau sebenarnya aku tertekan dan hampir tak sanggup menjalani perkuliahanku yang memang dipaksa oleh beliau ada sedikit ekspresi terkejut dari beliau tapi beliau tetap tersenyum
aku anak tunggal. selama ini aku ngga pernah cerita banyak hal dgn org tuaku. pernah aku memulai bercerita dengan mereka, tetapi tidak mendapat respon yang baik. seperti aku sudah membuka tembokku, tetapi malah aku yang tersudut. sehingga aku tidak banyak bercerita dengan siapapun, kecuali dengan orang yg benar2 aku percaya dan mau mendengar tanpa menghakimi. terkadang aku juga lelah jika harus bercerita dengan orang2 itu karena aku tau dibalik mereka mau mendengarku mereka juga punya persoalan sendiri yang rumit. aku nggak mau menjadi beban mereka dengan mereka mendengar cerita2ku. aku seringnya memikirkan persoalan ku sendiri, mencari jawaban sendiri, memendam sendiri, tapi lama lama lelah juga. aku cuma bisa bercerita kepada Tuhan. dan memikirkan persoalanku sendiri tanpa orang lain mengetahui, apalagi orang tuaku. cukup tinggi ya egoku?
Dulu prnah berdoa dimakam mama tentang orang yg sllu menghina mama,mama yg tidak berdosa makamnya mau dibongkar apa orang itu pnya nyali untuk ngakui kesalahannya.
Bebanku tak seberat beban orang tuaku.. aku tau itu.. seorang anak sukses juga ada orang tua yang selalu berdoa disetiap nafasnya.. aku hidup dengan keluarga yang cuek, tak pernah sekalipun ada curhatan tentang perasaan.. aku tau apa yang mereka lakukan untuk kebahagiaanku, aku hanya memikirkan diri sendiri, seolah bisa tanpa mereka.. maafkan aku.. maafkan anakmu yang selalu banting pintu kamar, tak mendengar nasehat".. tolong beri aku kepercayaan lebih kalo aku bisa melakukan semua tantangan hidup.. agar aku bisa kuat, bisa tegar menjalani hidup, dan kembali kepelukanmu.. semoga bapak ibuk sehat trus.. AAMIIN
Gapernah ada keterbukaan d kluargaku. Gada cemistri kekgitu. Bahkan sama abangku saja, aku juarang bgt ngomong. Padahal jarak kita cuma 2 thn. Aku dan abangku sama2 duduk d ruang tamu. Di kursi yg beda, kita ga ngomong dan ga berhadap2an. Deeply in my heart, pengen bgt punya abang yg bisa buat aku nyaman. Boro2 jalan sama abang, kemana2 aku slalu sendiri.
Dari dulu, aku ngga pernah tau kenapa mama begitu membenciku. Padahal aku juga anak dr mereka. Sampe sematang skrg pun usiaku. Aku tidak pernah dekat dengan mama meski sejak kecil aku sempat ditinggal ayah untuk meneruskan sekolahnya, dan aku tinggal sama mama. Tapi sampai detik ini pun aku gapernah sama sekali bercerita sm mama, tapi malah ke ayah. Sampe pada akhirnya ayah berpulang. Dan aku merasa di rumah seperti hidup sendiri. Kerja, pulang tidur begitu2 saja.
23 tahun hidup gak pernah curhat tentang masalah hidup dan percintaan sama orang dirumah, orang dirumah juga gak pernah ungkit2 tentang masalah hidupku ataupun masa depanku nanti seperti apa?! 😊 Terkadang aku iri sama orang diluar sana yang akrab banget sama keluarganya, bisa curhat sana-sini,hehe! Aku anak bungsu dari 5 bersaudara tapi masih dianggap anak kecil sering diomelin dan sebagainya, padahal udah dewasa dan tamat kuliah :(
Gue SMA saat punya fikiran rumah bukan lagi tempat untuk tinggal, 2015 Bokap meninggal, dan bahkan gue gabisa liat jasadnya, mulai dr situ gue merasa tersesat dan harus cari jawaban diluar sana, sampai 2017 gue mutusin buat merantau di Jawa Timur. Sampai Tahun ini karena Pandemi, pertama kalinya gue ga pulang selama satu tahun lebih, disini gue sadar akan jawaban yg selalu gue cari, bahwa sejauh apapun kita pergi, kemanapun, tujuan akhirnya adalah Pulang ke Rumah.
Belakangan sering banget ungkapin apa yang sedang aku rasain ke orang tua. Tapi sayangnya, bukannya merangkul tapi malah dimarahin. Dan sekarang emang udah paling bener nympen semuanya sendiri.
aku belakangan benar benar merasakan jika orang tua aku tidak benar benar tulus menyoraki semangat di setiap langkahku, aku tak apa harus berjalan atau bahkan berlari di gelapnya lorong kehidupan nan menyiksa. Tak tau kepada siapa harus berbagi cerita, toh ujung ujungnya lebih baik dipendam. Yang selalu ku ingat hanya mereka selalu mengeluh-eluhkan setiap sen yang mereka telah berikan kepadaku dan suatu saat aku harus mengembalikanya sebagai hutang yang aku tanggung seumur hidup, bagiku "yasudah tak apa" yang penting mereka senantiasa bahagia dan tak perlu tau berapa kali aku terjatuh di lorong ini. -terimakasih menjadi manusia.
Ingin rasanya bercengkrama dengan mama,meluapkan semua apa yang aku rasain. kadang aku takut untuk bicara,karena hanya dianggap melawan,dan juga aku masih terlihat anak kecil dimatanya. rasanya,semua yang aku punya tidak bisa membuatku bahagia,aku hanya ingin bisa bercerita tentang apapun itu sama mama dan papa.
gw pernah ada di fase itu selama puluhan tahun... tak dianggap...tak dihargai...diremehkan...dicemooh oleh orang tua sendiri... rasanya...down bertahun-tahun...mencari keteduhan diluar... hingga merasa ada trauma tersendiri saat kembali pulang.. sampai kini... hingga akhirnya aku menemukan rumah untuk menetap.. orang yang bisa menerimaku seutuhnya... namun kini, tempat menetapku sudah tiada... dan aku merasakannya lagi... trauma berkepanjangan terhadap sikap keluarga.. hanya saja, aku bisa menjalani dan menikmatinya saja.. selalu menjadi yang terbuang dan tersisih.. dan jujur aja... gw jadi sedikit kasar... dan tak peduli..
Video ini ngingetin aku kalo... Dulu pernah ngerasain jd lemah dan tertutup bgt ke orang2 terdekat, ngerasa kalo ceritapun gaada gunanya dan mungkin ceritaku akan jd angin lalu aja buat mereka. Tp semenjak kena suatu problem yg bagiku cukup berat, dan pada saat itu aku memilih buat nyimpen semua sendiri, tapi ketahuan jg sm orang2 terdekatku kl sebenernya aku kenapa napa. Saat itu aku baru sadar, ternyata mereka itu peduli sm aku, sm yang aku rasain selama ini. Aku jadi ngerasa bersalah ke mereka karena udah berpikiran buruk sebelumnya. Semenjak saat itu aku memilih buat jd orang yang terbuka dan menjadi kuat buat ngelaluin masalah dengan pendapat orang2 di sekitar aku:’)
tepatnya akhir tahun 2018 saat itu ibuku sakit dan aku secara tiba" dipecat dari pekerjaan. puncaknya tahun 2019 ekonomi keluarga kami semakin memburuk uang tabungan semua sudah habis pekerjaan gak punya tanaman sawah bapak gak panen sampai akhirnya aku sudah bekerja lagi tapi uang gajian tidak cukup untuk kebutuhan berobat ibuk dan mencukupi kebutuhan keluarga sampai akhirnya ada satu kejadian yang aku benar" merasa berdosa kepada ibukku ketika beliau meminta uang untuk berobat dan pada saat itu aku benar" gak punya sontak aku bentak beliau. semenjak itu aku merasa bersalah aku menjadi anak yang tidak berguna. aku takut , aku takut , untuk berbicara kepada mereka aku takut untuk pulang aku takut tidak bisa memenuhi kewajiban sebagai anak akhirnya beberapa bulan aku pulang larut malam pada saat beliau sudah tidur dan terbangun pada saat beliau sudah beraktifitas aku takut bertatap muka dengan mereka aku merasa bersalah tidak menjadi anak yang bisa diuntungkan orang tua november tahun 2019 ibukku sembuh dan semenjak itu aku mulai memberanikan dan mencoba menebus semua kesalahanku dengan mencoba menuruti apa yang beliau minta
Apa pengalaman kalian terkait keterbukaan dengan keluarga? Topik apa yang biasa kalian bagikan kepada mereka yang kalian cintai?
Hanya pendidikan dan cerita konyol di kelas. Selebihnya, mereka masih menganggap aku anak kecil padahal sudah kuliah semester tiga. Kadang, setiap kali aku bertanya perihal masalah yang di hadapi keluarga, mereka bilang aku tidak usah ikut campur, tak jarang juga dimarahin karna suka nanya-nanya. Padahal kalo boleh jujur, aku juga ingin merasakan hal yang sama dengan mereka, kan katanya kita keluarga. Aku gatau ini beretika apa ngga, tapi aku sering banget mikir kayak, rumahku ini seperti bukan tempatku pulang. Pasalnya, aku hanya menetap beberapa bulan kemudian lanjut pergi lagi ke perantauan, dan selama menetap itupun gabanyak hal yang aku tau tentang orang orang rumah dan (lagi) aku gagal mengenal mereka lebih dalam.
Dulu sampe sekarang,gak pernah sih..mulai dari hal kecil pun,temen gue aja mungkin mereka gak tau...dpet pertanyaan kaya gini,entah kenapa gue jadi nangis..Gue sadar dri dulu sebenernya,semua nya gue pendem sendiri,cerita tentang sekolah pun seadanya.semua sibuk masing",tentang diri mereka.
Tapi sekarang gue sama kakak gue yang sedang mencoba saling bercerita,tahap yg lumayan bagus sih..akhirnya gue berani cerita masalah gue,walaupun cuman dia yang tau mungkin...soalnya gue merasa sebenernya gue tuh beban dikeluarga,jd kadang kaya gak mau bikin mereka sedih ataupun nambahin pikiran mereka.
Sulit untuk bisa bercerita dengan keluarga terutama orangtua, seperti ada benteng besar yang membatasi kami, entah karena apa
Membicarakan masa depan, baik pendidikan, dan masalah-masalah yang terjadi saat ini. Kalau untuk membicarakan masalah saya pribadi, maaf saya belum berani. :')
Ntah kenapa dari dulu nggak bisa buat terbuka. Malah bisa terbuka cuma kesahabat aja atau malah cuma dipendem sendiri :')
Peluk online buat orang orang yang merasa rumah hanya sekedar atap 🥺🤗
nangiss
😭
😭
Kita sama 😔
samaaa 😣😭 pengen kabur aja rasanya hmm
Kadang ngerasa iri sama orang² yg bisa deket bgt & mudah buat berbagi cerita kekeluarga
Sadly :v
Betul. Tp memang takdir berkendak lain.
kamu bisa juga kok, mungkin ga semudah yang diomongin, tapi siapa tau kalo dicoba perlahan lama-lama bisa :)
I grew up without sharing my problems with my parents
I can relate:')
Lets do it
Kamu ngga sendirian :)
Hmm me too :")
Ternyata g sendiri hehe. Virtual hug buat kalian semua :")
Nonton ini dan baca komen-komennya w jadi makin sadar,ternyata banyak orang yg asing dengan keluarganya,dan banyak yg merasa rumah hanya sekedar bangunan,bukan tempat untuk "pulang" :')
Kalian hebat,kita semua hebat sudah bisa bertahan sampai sejauh ini. Semoga kita diberikan kekuatan dan kesabaran yg lebih lagi untuk tetap bertahan☺️
Beruntunglah siapapun mereka yg sedari kecil mempunyai bangunan yg disebut rumah.
Entahlah, semakin dewasa nyatanya rumah terasa tidak lagi sebagai tempat berlindung, lebih kepada mengukung, dengan tanggung jawab yang kemudian berpindah padaku sebagai anak sulung yang ditinggal ayahnya, rumah hanya tempatku untuk tidur memejam mata, tapi aku tidak bisa istirahat di dalamnya
Semangatt selalu Fitri
Semangaattttt :)
Terimakasih 😊
Semangat kakk
I feel you kak
menjadi terbuka artinya melawan orang tua. menjadi beda artinya melawan orang tua. dengan bentakan, omongan 'anak setan' didepan keluarga besar yang menyakitkan. anak polos yang punya mimpi dengan plan panjang selalu di bantah dgn ego org tua. ketika sudah ego mereka terpenuhi, mereka tidak tanggung jawab dan malah membuat ego baru 'demi kebahagiaan anak' dgn bentakan dan paksaan. lalu mimpiku? ah sudah buyar. kebenaran yang kusampaikan seperti sampah karena merasa 'aing orang tua'. padahal itu petunjuk agama yang mereka pun tahu. mencoba bercerita namun tidak didengar dan dialihkan dengan 'kebahagiaan yang mereka buat'.
lingkungan ini tidak sehat. aku hanya hidup di atap kosong dengan topeng dimana-mana.
entahlah apa yang mau kukerjakan, ku bingung. usahaku tidak pernah dihargai bahkan diremehkan. hanya ego ego dan ego yang mereka kejar. tapi aku sedang merangkai kembali sisa-sisa semangat ku dengan caraku sendiri. keluarga ku hanya... ah sudah lah.
:)
Hanya bisa saling menguatkan, sabar ya kak. Akupun sama. Entah kakak memang butuh kata2 penyemangat seperti itu atau tidak. Dg tulus q ucapkan semangat kak.
Bro. You can do it.
Aku ckup bisa merasakan itu sabiq 🙂, ayo biq, sedikit demi sedikit bergerilya membangun mimpi kita sndri, dan nanti selalu mengingatkan diri untuk generasi selanjutnya, jgn ada sabiq2 yg lain😊👍
@@---fo8hz we should fight for our better life 😁. Come on, u r not alone #MJ
Mas sabiq, aku tau ini klise sekali tapi aku mau bilang “tetap semangat ya mas” dan terima kasih mas sabiq udah bisa bertahan sampai hari ini. pasti sudah banyak hal yang mas lalui, entah pilu atau haru.
Tak jarang orang tua hanya melihat sesuatu dari sudut pandang mereka sendiri tanpa mencoba melihat dari sudut pandang sang anak. Tak jarang bukan anak yg tak mau terbuka, hanya saja respon dari orang tua terhadap masalah yg sang anak ceritakan tak membuat anak bangkit namun semakin jatuh. Aku sering mencoba terbuka, mencoba menceritakan masalah yg tak mampu aku pecahkan. Tapi yg kudapat hanya kalimat yg membuatku jatuh semakin dalam. Aku tau orang tua mengorbankan segalanya, melakukan segalanya untuk membuat anak bahagia, namun tak jarang orang tualah yg menyakiti anak lebih dari siapapun di dunia.
Semangat kaka
Aku sedang ada diposisi ini skrg.. Secara terang2an bapak meremehkan dan merendahkan aku dengan kata2nya yang sangat kejam.. Setiap ingin membela diri karena ga sepaham dengan dia, selalu saja aku yg dianggap keras kepala.. Padahal dia jauh lebih keras kepala.. Selalu merasa benar dan tanpa dosa.. Bagaimana aku mau terbuka, jika ingin mengeluarkan kata2 saja aku sudah dibungkam dengan keegoisannya..
@@indahkurnia8140 Maaf karna tak bisa memberikan solusi atas persoalanmu ini. Karna aku juga masih tenggelam dalam persoalan yg sama. Tapi yg bisa aku katakan adalah bahwa kamu bukan satu-satunya orang di bumi yg memiliki persoalan itu. Dan yah, sejujurnya tak ada yg bisa kita lakukan selain menerima. Karna walau bagaimanapun mereka adalah orang tua kita. Kitalah yg harus memotivasi diri dan mencintai diri sendiri lebih dari orang lain di bumi. Susah memang. Aku juga masih belajar untuk berkali-kali bangkit saat mereka jatuhkan. Tapi percayalah, Tuhan akan selalu ada untuk membantu kita. Semangaaat~
Nyatanya gak semua rumah itu ramah, gak semua curahan disambut dg hal yg bisa menguatkan.
Dulu pernah nyoba cerita cerita ke mama, tapi hasilnya malah kena marah dan ga di respon dengan baik sama sekali
Tapi mama pasti sayang sekali dengan kamu. Semangat ya Naila
penasaran sm ceritanya
Memang tidak semua mama seperti ibu 🙂🙃 , semoga naila menemukan sosok ibu 😊👍 semangat naila
Aku juga pernah coba cerita, kalau aku nggak diterima di dalam kelas sama temen-temen(dalam artian dikucilkan). Baru aja mulai cerita udah langsung di potong. "Itu bukan salah mereka. Tapi itu karena kamu minder"
(Padahal aku mau cerita kalau aku hampir ditendang gerombolan anak" cowok😔) habis itu aku langsung diem. Dan akhirnya cuma bisa nangis dan kembali nyimpen masalah sendiri.
@@toxidern8100 makasiii kamu pun semangattt
Selama aku hidup, diantara kami (aku mama papa) tidak ada kata "kamu baik2 saja?" , "selamat ulang tahun" , "terimakasih" , ungkapan cinta/sayang , pujian. Kami terlalu dingin dan semua punya teritori masing2 sulit untuk di jangkau.
Semangat kak. Bukan cuma kamu yang merasa seperti itu. Peluk erat dari jauh😊
Ya aku juga😔
same,
Yg kuat kak enggak kakak aja, kadang merasa iri, insecure sama yg apa apa bisa cerita ke orangtuanya
Hai Risma, kamu ga sendiri.. :))
Mungkin memendam segalanya sendirian bukanlah cara yang tepat, tapi mungkin dengan begitu setidaknya kita tidak menambah beban pikiran orang tua menjadi semakin berat :')
Terima kasih sudah berbagi pendapat. Kita memang perlu bisa terbuka perlahan😊
@@MenjadiManusia Terima kasih banyak Menjadi Manusia, dari kalian aku banyak belajar untuk tetap survive menjalani hidup🙏
Terbuka berarti anda harus siap dilukai, rasa takut ini yg buat kita sulit untuk melakukannya. Kalau keluarga tidak menerima, jgn salahkan mreka dan dirimu. ku yakin suatu saat nanti pasti ada yg ikhlas mendengarkanmu
Saya juga berpikiran seperti itu, ya pada akhirnya saya memutuskan untuk memendam sendiri, meskipun tertekan seorang diri. :')
@@MenjadiManusia ketika mencoba untuk terbuka, mencoba untuk menceritakan tapi tak diperdulikan.. Rasanya sakit dn tidak ingin cerita lagi. Sepertinya lebih baik dipendam sendiri dari pada cerita namun tak diperdulikan. Rasanya 2x lebih sakit😊
Goal hidup ku :
"Punya rumah sendiri dengan isi keluarga yang saling berbagi, bukan sekedar materi tapi juga rasa dan cerita. Apapun itu, goblok lucu senang bahagia sedih, rumah yang bisa jdi tempat tongkrongan layaknya berteman, rumah yang bisa jadi pondok pesantren dengan segala pelajarannya."
aku lagi ada masalah keluarga :)
tembokku udah dibentuk dari kecil,semakin kesini semakin kuat,
Pernah sekali cerita tapi respon mereka Buruk sangat buruk, sejak saat itu aku lebih banyak diam,menyelesaikan masalahku sendiri meskipun sebenernya nggak kuat butuh bantuan,butuh dukungan tp kalo aku cerita bukan dukungan yang aku dapat,malah Makian dll,aku jadi sering menyendiri,jarang kumpul keluarga, bukan apa apa tapi ya lebih baik disimpan rapi sendiri dulu :)
Sejak kecil, aku terbiasa hanya diberi materi dan harus menyelesaikan masalahnya sendiri
Yang sebenernya kita harus lawan bukan orang tuanya tapi pemikiran kunonya.
Dan memperbaiki komunikasi adalah senjata paling ampuh untuk saling meruntuhkan ego.
Sejauh ini aku nggak bisa deep talk sama ibu😭
Pengen rasanya bisa cerita dari hati ke hati
Tapi entah kenapa serasa ada tembok yang menghalagi untuk bisa terbuka
Semoga Allah kuatkan iman dan hati anak yang punya Ortu toxic. Tiada Ortu yg sempurna. Semoga dikuatkan.
Ponakan saya dulu, saat dia masih SMK, punya teman. Dan sering ajak temannya kerumah saya, utk ngobrol dan makan.
Temannya cerita, waktu dia kelas 3 SD, tengah malam menyaksikan ibunya bunuh diri dengan membakar diri, krn ayahnya selingkuh. Sangat terpukul anak kecil itu, dan 2 hari kemudian dia diusir ayahnya karena rumah itu mau ditempati bersama selingkuhannya.
Anak kecil itu numpang tidur di tukang tambal ban. Tapi untuk makan, sekolah dan lain² harus cari sendiri. Dia jualan koran. Tapi dia tak putus sholat. Dan Allah menguatkan dirinya. Tiada dendam pada sang ayah. Alhamdulillah sekarang dia diterima di pabrik otomotif. Dan dia sudah mandiri, dan tak lupa kepada tukang tambal ban dan ayahnya. Dia kadang kirim uang pada mereka. Ayo bangkit bersama Allah. Kita pasti bisa
Aku butuh teman untuk bercerita,
Aku siap mendengar🙂
@@toxidern8100 sungguh?
Dipersilahkan. Siap menjadi pendengar yg baik
Yes,memang km tinggal daerah mna ?
Sama aku jg butuh temen cerita tanpa menghakimi dan menggurui seolah olah hidupku lebih rendah dari mereka :") hanya cukup d peluk n d dengarkan
Saking ga pernahnya aku cerita ke ortu, sekali cerita langsung nangis ga kuat ngomongg soalnya langsung dibantah sama kalimat2 yang bikin hati teririss:')
Samaa
Terkadang aku mikir "keadaan" keluarga ku enggak seburuk yang aku kira. Banyak orang lain lebih tersiksa karena keluarganya daripada yang aku sendiri rasakan. Ya, Itu benar tetapi tidak menghapus kenyataan bahwa aku sakit dan ingin keluargaku untuk lebih baik.
Aku harap keluarga kalian berubah untuk lebih baik juga. Buat kamu yang sedang berjuang apapun masalahmu, tetap semangat!~
I feel you! Semangat!!
Semangat!
Aamiin...
Dulu pernah ada pengalaman bercerita bersama keluarga. Tapi semenjak semakin dewasa, hubungan papa dan mama mulai pudar. Sering bertengkar, apalagi masalah ekonomi. Jadi untuk saya bercerita tentang masalah hidup saya kemereka tidak sempat. Namun, mereka dululah yang bercerita kepada saya hidup mereka sekarang. Jadi setiap saya tidak mau bercerita, itu karena takut menambah beban pikiran mereka pun karena saya sudah terlalu sering memendam segalanya sendiri.
Andai disemesta saya diciptakan satu orang yang hanya bisa mendengar tanpa menasihati saya. Satu fikiran dan mengerti setiap apapun yang saya rasakan. Mungkin sampai sekarang saya bahagia tanpa memendam rasa.
Bahkan sampai saat ini semua yang dipendam rasanya enak sekali. Dan semua berakhir disaat malam hari. Setiap saya mau tidur, terkadang saya harus menangisi yang saya pun tidak tau apa yang saya tangisi. Saya rasa pendaman rasa itu tadi. Setelah menangis, meluapkan semuanya sambil mendengar lagu mas kun atau mas bas, lalu tenang dan sedikit melamun. Saya pun tertidur. Hari itu berlalu, dan saya berkata lagi "apa kata besok" dan kata kata itu selalu bisa menjadi dongeng pendek dikala saya mau tidur.
:((( damn, i feel that too. *sending virtual hug🙌
Tetap sabar ya untuk kamu, ♥️
Yup, mendengar tanpa menasehati...
You are not alone :)
Karena terkadang mereka yg hebat tidak selalu yg banyak bicara, tetapi juga mereka yg banyak mendengar.
"Masalah yang mengeruh, Ohh
Perasaan yang rapuh
Ini belum separuhnya
Biasa saja kamu tak apa"
Semangat menjalani hidup buat semuanya ❤️
Rasanya, rumah tak selamanya hangat. Ada waktu di mana tempat lain terasa lebih nyaman. Mungkin karena yang di rumah tak selamanya bisa mengerti sesuai dengan yang kita butuhkan...
"akupun tidak menemukan cara untuk berbagi keresahan dengan mereka" :)
Anak bungsu serasa anak pertama.
Saat kecil semenjak mama mengatakan utk tidak boleh pacaran sampai aku bekerja, aku tak lagi benar2 bercerita tentang apa yg terjadi pada diriku (aku hanya bercerita yg sekiranya membuat orang tuaku bahagia saja), soal percintaan menjadi hal yg kupendam sendiri bahkan saat aku jatuh bangun krn cinta & tersakiti. Sampai akhirnya aku tumbuh dewasa usia 27th & sepeninggal ayah utk selamanya, mamaku mulai sadar bahwa belum ada satupun laki2 yg serius kukenalkan apalagi datang ke rumah utk meminang. Hingga pada akhirnya aku berani cerita aku mencintai seorang laki2 yg kuanggap akan menjadi sosok yg bisa bersama denganku hingga menikah sehidup sesurga nyatanya dia malah menjadi orang yg paling kejam dari laki2 yg sebelumnya kukenal tapi tak sempat kukenalkan kpd keluargaku. Mamaku merasa menyesal saat itu krn aku menceritakan hal indah berbalut dgn sakit hati, sepanjang cerita aku tersenyum pilu sambil sesekali menyeka air mata, menahan sesak di dada, sambil mengusap air mata di pipi mamaku yg ikut menangis & memeluknya. Namun biarlah semua yg telah terjadi ini adalah takdir Allah, aku selalu percaya rencana Allah itu lebih indah dari rencana manusia, kalau kita tidak diuji, kalo kita tidak gagal, kita tidak akan pernah belajar & berterima kasih kepada Allah akan takdirNya yg ternyata lebih indah di kemudian hari dan kita tidak benar2 Menjadi Manusia. Terima kasih Menjadi Manusia dari kalian aku banyak belajar utk SURVIVE & Jatuh Cinta pada Takdir Tuhan :))
Sama kayak aku, mama ku dan keluarga ku doktrit aku jangan pacaran dulu. Dan sekarang kuliah ditanya udah punya pacar? Sekarng yg aku fokuskan, cari calon suami lagi bukan cari calon pacar. Mikir usia juga. Haha...
Kadang bingung, lebih baik ceritain aja k mrka apa di pendem aj sndiri. kalo ceritain takut jadiin beban buat mereka tp kalo ga ceritain kita yg beban. Terus pasti pas pertama kali cerita ginian trus mrka sedih dan akhirnya kita memilih untuk ga nyeritain lagi untuk yang kedua kalinya dan kita pendem trs ampe ga tau kapan bs cerita lg:)
Tidak ada salahnya untuk mencoba lagi :D
mnrtku ya cerita aja seh, "jadi beban" Itu udah resiko mereka jadi ortu dan pengalaman mereka menjalani hidup sudah melewati masa yg lbh berat, beda dengan mu yg masih mencari dan mencari, semangat ya kamu
Kalau saya terbuka, saya salah. Begitulah rasanya.
"Sayangi ibumu sebelum ia tiada" kata-kata yang terdengar biasa aja ketika semua masih terlihat sehat dan baik-baik saja. Tapi kata diatas akan menjadi sangat berarti ketika waktunya tiba. Buatlah moment² indah kebersamaan mu daripada kamu akan dihantui kekecewaan setelah beliau tiada🔥
rumah yg katanya bisa menjadi tempat curhat nyatanya hanya sekedar menjadi atap. Kenyataan yg sebenarnya aku hanya bisa mengatakan keluh kesahku pada sang malam dan kesendirian. Mereka tak perlu tau apa yg sedang aku hadapi karena aku yakin dia akan menyalahkan balik bukan mengatakan "semangat ya aku bangga pada anakkku"
How that feel? A 'Home'?
Selama 27 th aku hidup, aku gak ngrti rasanya kehidupan keluarga normal itu spt apa,, brtatap muka dgn mreka saja bisa dihitung dgn jari. Di dalam sini, ada yg kosong, bertahun2, dan tiba2 saja aku tumbuh menjdi orang yg terlalu mandiri, tertutup, dan tidak mau dikasihani.
So how it feel? Ketika ada orang yg mnunggumu dirumah, tempat berbagi keluh kesah, memberimu saran dan nasehat secara lngsung, mengusap airmatamu saat kau jatuh...
How that feel? Tell me.
:')
[peluk]
Aku pun merasa hal yang sama
Semangaattttt kakkkk :))))))
Hey, it's okay. You'r not alone we'r same. Kita akan tumbuh menjadi kuat krna metamorfosis kehidupan.
Ingin berbicara banyak tapi tak mampu
Kamu pasti bisa Mimi semangat!!
*"Gua selalu iri sama mereka yg bisa bercerita keluh kesah dan ttg masa depannya kepada kedua ortunya. Beda dg gua tumbuh dikeluarga yg kurang memperhatikan kasih syg karna broken home. Gua slalu coba membuka topik pembicaraan apapun itu ke mama atau papa tp responnya slalu biasa aja ga sesuai yg gua harap serasa orang asing jadinya, padahal gua cuma minta didengerin doang. Cape dipendem sendiri, butuh pelukan butuh dicium kaya anak-anak lain kalo lagi sedih. Tapi gua bakalan trus berusaha buat jdi yang terbaik jgn sampai ngecewain mereka."*
Semangat. Kamu kuat dan kamu tidak sendirian
Sejak kecil, aku setiap hari bercerita kepada orang tuaku tentang apa saja kejadian-kejadian yang aku alami dalam satu hari. Semuanya aku ceritakan, mulai dari hal yang sepele sampai hal yang serius. Tetapi, pada saat aku sudah memasuki Sekolah Menengah Pertama, aku tidak pernah berbagi cerita lagi. Aku pendam semua masalah. Aku selalu takut jika ceritaku menjadi beban bagi mereka. Biar aku yang menanggung bebanku sendiri, biar aku yang merasakan. Jujur, aku rindu menjadi orang yang terbuka. Terima kasih sudah menjadi rumah.
Ceritaku didengar ketika aku dalam kondisi ‘sempurna’. Ketika aku sedang dalam kondisi terpuruk, ceritaku terdengar seperti kotoran yang harus segera dibuang. Bahkan cita-citaku dan harapanku dipatahkan. Saat aku menceritakan pandanganku dalam beberapa tahun kedepan, yang kudapat hanya tawa dan diminta mundur saja, sakit rasanya. Bermimpi pun aku tidak berani lagi, apalagi menceritakan mimpiku. Dari situ aku belajar memendam semuanya, menyelesaikan semuanya. Sendirian. Sekarang, pulang pun aku tidak tau harus kemana, lebih nyaman berkelana. Aku ingin punya ‘rumah’ dimana aku tidak hanya menumpang, tetapi untuk menetap.
Ingat,Menjadi terbuka bukan berarti kamu adalah manusia yang lemah, justru kebalikannya
Semenjak hari dimana kalimat itu diucapkan "sebenarnya kamu bukan anak kami, dan kami bukan orangtua kandungmu." Seketika dalam sekejap aku menjadi orang asing, anak sekecil itu tiba2 mengetahui fakta bahwa ibunya sudah meninggal setelah melahirkan dia dan sang ayah pergi begitu saja meninggalkan dia tanpa menoleh, aku merasa tidak diinginkan, tapi aku bersikap biasa dan seakan-akan semua baik-baik saja, sejak saat itu aku bertekad menjadi anak baik yang tidak membuat masalah, aku cukup tahu diri , sudah dirawat bukannya membantu malah menyusahkan. Semenjak saat itu, aku berubah menjadi orang yang selalu menyimpan semua masalahku sendiri hingga saat ini, hidup gak juga berpihak padaku , banyak hal buruk bahkan sangat amat buruk terjadi tapi aku selalu berusaha menyunggingkan senyum, senyumku buka lagi ekspresi tunggal, banyak arti dari senyumku, air mata ku gak pernah mau turun di depan orang lain, aku hanya bisa menangis saat sendiri. Bahkan beberapa hari lalu aku ingin pulang, tapi gak tahu pulang kemana , aku seakan gak punya tujuan.
Lu gasendiri bro gw jg gitu ya teteplah hidup ttep semngat gw dan ly diciptain pasti ada maksd
Ingin rasanya mengirim ini kepada ibu :). Tapi bahkan sekarang memikirkannya sudah membuat sesak tak karuan. Sejauh itu-- hubunganku dengan mu.
😭😭😭
Ibu sekrng bukan tempat untuk keluh kesah ...kta ibu menjadi menyeramkan
saya bersyukur bisa menjadikan rumah untuk menetap,
saya bersyukur mempunyai keluarga yang lengkap, tapi saya masih membatasi keterbukaan di dalam keluarga saya, dan dalam beberapa hal saya cenderung menyembunyikannya dan tidak ingin keluarga saya tau tentang masalah yang dihadapi oleh saya.
dan terkadang saya iri kedapa orang lain yang hidupnya bisa survive tanpa bergantung kepada orang tua, jauh dari orang tua, bisa mandiri, tidak manja, terbentuk menjadi lebih kuat karena jauh dari orang tua.
tapi satu sisi orang lain menginginkan hidup seperti saya, bisa dirumah berkumpul dengan keluarga. itu yang menjadikan saya lebih bersyukur
Adalah yg paling sulit dan menyakitkan tentang "keluarga" bagi seorang anak broken home:)
Pernah mencoba untuk berbagi cerita, tapi makin hancur ketika tidak ada sedikit saja apresiasi untuk seorang anak yg terlanjur berekspetasi indah dengan respon keluarganya dan untuk sekedar ingin di "dengar" saja rasa mungkin hanya angan semata:))
You are not alone, hanya jalanan yg kujadikan rumah :)
Alhamdulillah aku memiliki rumah yang aku merasa hidup dan menetap tidak hanya sekedar atap, doa terbaik agar teman yg belum dan tidak merasakan agar segera mendapatkan home feeling, kalau tidak bisa mendapatkan setidaknya bisa menciptakan dikehidupan barumu nanti :)
AMINNNNNN.....
Aamiin
21 tahun hidup, meneggakan tembok yang keras dan tebal. Orang lain melihatku egois anak yang tidak patuh contoh buruk dikeluarga. Pernah memutuskan untuk meruntuhkan tembok ini, namun hasilnya aku makin meninggikan tembok tersebut dan menebalkan jarak diantara sela-selanya. Aku benci jadi momok dikeluarga namun apa daya orang tua yang menyebarkan momok itu sendiri. Mencoba berhenti menyalahkan mereka dan menerima kalau semua ini tanggung jawabku pribadi. Tapi tetap saja :)
Dulu waktu kecil g terbiasa problem yg dihadapi ke orang rumah.
Semuany di pendem sendiri dan baru bisa cerita klo ketauan mami lg nangis di kamar, atau muka badmoodnya nongol.
Agak gedean mulai bisa cerita ke mami atau kakak walaupun kebanyakan masalah tugas ataupun kerjaan.
Sekarang..
Pengen bisa cerita, tapi udh g bisa
Mami udh g ada
Dan kakak udh punya keluarga sendiri
So lucky you yg masih punya keluarga utuh di rumah dan masih bisa diajak berbagi.
:)
Tapi terkadang orang tua yang ga bisa support dan ga bisa bantu apa apa terus siapa yang pantas di jadikan rumah
Ingin rasanya menceritakan kepada mereka apa yang sudah kulalui, apa yang aku pendam selama ini hingga menyebabkan aku trauma akan suatu hal.. tapi nyatanya sangat² tidak mungkin aku bisa di dengar :) Mungkin sikapku dingin ketika dihadapan kalian tapi percayalah kalian selalu ada dalam setiap doaku. Aku sekarang sedang berproses untuk bisa berdamai dengan masalalu tapi itu tidak cukup jika kunci masalahnya belum selesai..
Semoga semua lekas membaik, semangat anak tunggal lainnya diluar sana kalian hebat ♥️
Aku pernah bercerita kepada ibuku tentang rasa lelahku. Aku kuliah diluar kota, tapi setiap seminggu sekali ku sempatkan pulang karena ibuku dirumah sendiri meskipun dulu banyak kegiatan dikampus, tugas menumpuk, dan waktu itu aku lagi ada masalah. Waktu aku bercerita tentang apa yg kurasakan, tpi apa yg ku dapatkan? Katanya "cuma tinggal kuliah aja capek, capek juga yg kerja. Kalo capek sini gantiin kamu yg kerja." Aku ga bisa jawab apa2. Aku tau kedua orang tuaku lelah. Tapi apa aku ga boleh kalo aku berbagi keluh kesahku? Apa aku ga boleh merasa lelah? Apa cuma orang yg bekerja saja yg bisa merasa lelah? Aku juga manusia biasa, bu seandainya ibu tau😔Semenjak itu aku kalo lagi capek aku lebih memilih memendam sendirian dan kadang aku menangis dikamar.
Katanya rumah adalah tempat paling nyaman, dan keluarga adalah orang paling dekat, tapi kenapa aku tidak ? Bahkan tidak begitu akrab dengan mereka. Mereka yang katanya sayang kepadaku, namun tidak pernah mencoba untuk menemani atau mendengarkan Ku. dekat dengan keluarga itu penting
"Rumah terasa seperti wisma " :)
Sejak kecik aku tidak pernah terbuka dengan orang tua. Ayah saat masih kerja selalu berangkat saat kami masih tidur dan pulang kami sudah tidur sehingga aku tak pernah dekat dengan ayah. Ibu mempunyai kecemasan luar biasa sehingga aku tak ingin menambah beban pikiran ibu. Sekarang aku hampir 28 tahun, membuatku menjadi terbiasa dengan memendam masalah sendiri dan perlahan lupa apa arti sebuah rumah sebenarnya. Terkadang aku berpikir apakah orang tua hanya sebatas nama di akta kelahiran. Terlebih mereka masih menganggapku anak kecil yang tidak harus tahu masalah keluarga dan itu membuatku perlahan kehilangan kepercayaanku pada mereka.
Buat kalian yang berhasil keluar dari zona nyaman semangat kalian hebat, karena keluarga adalah zona paling nyaman. Tapi tidak untuk kita yang sedang menonton video ini. 20 tahun bagaimana rasanya punya keluarga lengkap? Dekapan hangat? 20 tahun menyimpan beban sendirian. Terima kasih untuk diri sudah sampai sejauh ini❤️
Gw selalu ngerasa semakin gw cerita ke ortu, semakin nambah beban baru buat ortu. Sebisa gw selalu mendem semua sendiri.
Pengen bilang ke ibu kalo beban yang aku pikul setiap hari karena ibu sering bilang "kamu adalah harapan ibu satu satuunya" kian berat. Tapi gapernah berani bilang karena takut membuatnya kecewa, ibu sudah sering terluka dan kecewa. Bu, membahagiakanmu adalah usahaku. Usahaku setiap hari 😭😭😭
Meruntuhkan beban dengan bercerita sangat ingin kulakukan. Tapi apa daya, lebih baik menunggu seseorang yang benar benar ingin mendengarkan. Dari pada sakit karena rasa ingin tahu tanpa dipedulikan.
Tumbuh dengan masalah,dewasa dengan masalah. Bahagia hanya sebuah kata klise yang terngiang-ngiang di otak
aku kehilangan "aku" sejak mereka berpisah, aku cuma bisa tersenyum mengiyakan sekali ketika melihat judul dari video ini. yaa rumah hanya untuk mencari atap, bukan menetap. hanya tempat untuk tidur sebentar lalu kembali pergi keluar.
saya adalah manusia yang tidak pernah bercerita tentang masalah saya kepada siapapun.
Rumah yang katanya sebagai tempat paling Aman, nyaman, tempat yang paling dituju saat lelah seharian dengan riuhnya dunia, tempat berpulang dan berkeluh kesah, maafkan aku, aku hanya membutuhkan atapmu untuk berlindung dari gelapnya malam, bukan kejamnya kehidupan, maafkan aku yang belum bisa menemukan fungsi mu hingga saat ini. Maafkan aku yang masih terpaksa berdiam diri didalammu, maafkan aku, maafkan aku yang hanya membawa ragaku pulang, tapi tidak dengan jiwa ku
Dari kecil orang tuaku sibuk sehingga aku gak pernah cerita apapun, sejak kecil aku sudah memendam apa apa sendiri.
mama pernah bilang "jangan ceritakan masalahmu kepada temanmu. walau hubunganmu dengan nya sangat dekat, jangan." Lalu? aku harus cerita tentang masalahku kepada siapa? jika mama bahkan tidak ingin mendengar ceritaku.
Aku menonton ini dalam kondisi aku sedang 'diam' kepada orantuaku yg terus memaksa menjodohkan aku. Sudah lebih dari seminggu aku tidak menyapa mereka, tdk makan dirumah, pulang kerja lngsung masuk kamar, tanpa komunikasi sedikitpun. Menonton ini membuatku menangis.... Aku tidak tau harus berbuat apa. Aku hanya menahan isak tangis dalam kamar gelapku.
Semangat kak
Kita sama :"(
Bareng bareng saling menguatkan. 🥰
Kita sama juga
@@RizkiMaulana-mg7wk keep strong, cuma bisa kasih semangat 🥰
Pasca bokap meninggal, kehidupan rasanya tuh beda banget.
pernah suatu ketika cerita apa sih yang ada dibenakku dan apa aja hal buruk dan traumatis yang udah aku alamin ke nyokap ampe dada tuh sesek banget rasanya nahan air mata, karna ga terbiasa nangis didepan orang, biasa nangis dalam diam dan kesendirian, hasilnya cuma bikin males buat cerita. Dan itu ngebikin aku makin susah buat ngutarain apa yang pengen aku omongin, bahkan dalam mimpi pun susah mulut ini buat ngomong dan ujungnya cuma nangis. Sambil mikir kok kek gini sih ? Dan rumah bagi aku tuh tempat yang bikin makin sakit, tiap detik bawaannya pengen lari kabur dr sini. Tp mash mikirin nyokap gimana kalo aku pergi walaupun otak sama hati udah sangat2 gabisa stay, terlalu sakit kalo d rumah. Trauma2 yg dlu mash muncul dan emosi, mood, dan yang negatif2 pikiran, sering gak terkendali kalo d rumah 😢
Fionita semangat, kamu udah jadi orang yang kuat dan hebat untuk cerita kamu sendiri. ❤️
Aku dan ibu memiliki sifat yang sama, keras kepala dan memiliki ego yang tinggi. Kami sama-sama terluka, kami sama-sama punya beban, kami sama-sama ingin dimengerti dan dipahami. Tapi kami sulit bercerita, berbagi keluh kesah tanpa emosi dan ego yang mendominasi, hingga kami terus saling menyakiti dalam setiap pertengkaran yang terjadi 😢
Deep banget, perlahan diam dengar didalam kamar trs netes deh:(((
Perasaan sedihmu itu wajar kok
Duduk diam setiap hari, bangun pagi mamahku udah berangkat kerja, malamnya aku yg lelah dan tidur duluan, kadang ga enak harus nambah beban mamahku yg cape pulang kerja, hidupku dari tk terbiasa sendirian sampai sekarang udah kelas 12 smk, kadang pengen marah sama keadaan, pengen juga cerita sayang2an sama orang tua.. Dituntut mandiri bukannya berarti tanpa didampingi kn.. :')
saat gw udh punya anak semoga gw bisa buat anak gw terbuka dan cerita layaknya teman dan orang pertama yang terlintas dipikirannya saat butuh bantuan yaa gw ehehe
Terima kasih sudah mengingatkan saya yg sudah terlalu mengokohkan tembok penghalang lupa bahwa orangtua juga manusia yg tidak sempurna. Mereka sering luput tp selalu berusaha keras membahagiakan.
Kadang pengen banget cerita sama ibu tapi suka mikir ntar malah nambahin beban ibu. Akhirnya aku pendem sendiri, bingung mau cerita sama siapa.
Terbuka? Hmm sudah kucoba berulangkali, tapi malah dicaci, dimaki, dijauhi, di nyinyiri, semakin cerita semakin membuat kita tersakiti:)
"keluarga" entah hal itu begitu asing dalam pikiranku bahkan otak pun menolak untuk memaknai kata itu..berat,sulit bahkan rumit untuk kuucap dengan lisanku.
Sampai pada titik dimana bercerita tentang beban diri sendiri adalah hal yang hina. Rasanya lebih mudah menjawab dengan tawa dan ekspresi bodoh, "baik-baik sajalah! Hahaha..."
sabar, same like you bro.
Runtuhkan tembok? Bagaimana caranya?
Aku terlalu nyaman dengan keadaan saat ini. Keluar dari zona nyaman tidak semudah berangan-angan.
Zona nyaman? Nyatanya tidak pernah ada kenyamanan disana.
Sendiri, menyendiri, dan menikmati.
-N-
8/9/20
iya ya kenapa lebih sakit saat orang-orang se rumah ga menghargai kita daripada orang lain, kek lebih terima orang lain marah2in tuh gpp daripada seisi rumah...buat temen semua semangaat ya dengan apa yang lagi kalian kerjakan, jangan lupa istirahat..
Dan ketika aku mendengar ini. Entah kenapa air mata ku menetes. Seakan apa yang aku pendam, tersampaikan. Y Mamah... Hanya mendengar kata Mamah dan membahas tentang seorang Mamah. Aku bisa meneteskan air mata yang deras, sederas hujan diluar sana. Di umur aku yang sekarang 24. Belum bisa membuat Mamah bahagia. Sedangkan tiap malam Mamah mendoakan aku dan adik-adikku. Makasih mah, Mamah sudah mendoakan pekerjaan ku, per kuliahan ku dan jodoh ku. I love You Mamah...
Saat rumah tak selalu meneduhkan dari hujan lebat
Saat rumah tak selalu menenangkan dari gusar penat
Saat rumah tak menemukan perannya yang sesungguhnya.
Nitip jejak dulu, nanti nonton lagi hehe
Pernah bilang ke mama kalau aku capek. Dalam artian nya ini "capek dengar bullying". Disini aku nya kuliah, mama tau nya aku capek kuliah karna tugas dan lainnya. Tapi ini beda, kalau udah aku bilang "Capek" mama bilang "stop aja kuliah nya". Bukan itu yg aku maksud. Kadang belum selesai ngomong mama udah nyimpulkam sendiri. Hmmm, jadi sekarang intinya diam adalah pilihan terbaik, bercerita dengan keluarga yg lain nanti malah jadi lain cerita nya. Keep strong for me 💪😊
You can sis!
Sesuatu yang tidak aku dapatkan dari seorang "ibu"
Tembok itu tumbuh karena keadaan yg telah kulalui. Sempat aku berusaha untuk merobohkan tembok itu. Tp sikap mereka mengisyaratkan agar aku membangun lagi tembok itu bahkan lebih tinggi jika bisa
Suatu hari, aku pernah berselisih paham dengan mamaku.
Mama nangis, kemudian aku membentak dan ikut nangis "Aku capek."
Aku lari ke kamar, ngunci pintu, nangis di balik pintu "Yang sedih bukan cuma kamu, aku jugo."
Terus mama bilang "Yo jangan nak nangis, buka pintu."
Setelah aku sedikit reda, baru sadar kalo tadi udah buat mama nangis dan juga ngebentak. Aku langsung cium tangan dan minta maaf.
Itu awal-awal kepergian papaku, mungkin itu pertama kalinya aku ngomongin apa yang aku rasain.
Rumah bagiku seperti panggung dimana para pemeran memerankan karakter yg dibuat saja,begitu hal nya seperti dirumah kita sama sama memerankan karakter yg seolah olah itu diri kita dimana kita pura pura seperti tak punya luka namun tak pernah juga saling menyapa,maka dari itu keluarlah lontaran kata "aku dirumah berbeda dengan aku bersama kawan kawan" dan "mama di rumah berbeda dengan mama bersama rekan rekan kerjanya". Ingin sekali saling melontarkan cerita namun pasti akhirnya kita saling melontarkan beban beban yang ada,karna akupun sadar keras kepalaku sama seperti keras kepala mama ku nd thats enough:)
"Apa itu rumah?"
Saya sedang di tahap ini. Sehingga pertanyaan contoh keterbukaan rasanya sulit sekali dijawab. Mencoba mengingat namun hasilnya jantung berdetak lebih cepat dan air mata mengalir. Pertanyaan yang melelahkan. Memori yang menyakitkan. Rasanya tembok sangat tinggi dan kokoh. Dari pelbagai arah
Hehe
Ketika aku mencoba berbagi dengan mereka, Mereka malah menyalahkan. Berbagi dengan diri sendiri terasa lebih baik.
Aku tidak menemukan cara untuk terbuka. Duduk bersama saja canggung. Apalagi bercerita.
Yang ada jugdement, "kamu kurang bersyukur jadi anak." Tak jarang selalu disalahkan :)
kemarin mencoba terbuka sama ayah kalau sebenarnya aku tertekan dan hampir tak sanggup menjalani perkuliahanku yang memang dipaksa oleh beliau
ada sedikit ekspresi terkejut dari beliau tapi beliau tetap tersenyum
Bukan tembokku yang terlalu besar,
tapi tembok dan ego IBUKU YANG TERLAMPAU BESAR
Kami 4 bersaudara semua menjauhi ibu, bahkan ayah kami pula.
aku anak tunggal. selama ini aku ngga pernah cerita banyak hal dgn org tuaku. pernah aku memulai bercerita dengan mereka, tetapi tidak mendapat respon yang baik. seperti aku sudah membuka tembokku, tetapi malah aku yang tersudut. sehingga aku tidak banyak bercerita dengan siapapun, kecuali dengan orang yg benar2 aku percaya dan mau mendengar tanpa menghakimi. terkadang aku juga lelah jika harus bercerita dengan orang2 itu karena aku tau dibalik mereka mau mendengarku mereka juga punya persoalan sendiri yang rumit. aku nggak mau menjadi beban mereka dengan mereka mendengar cerita2ku. aku seringnya memikirkan persoalan ku sendiri, mencari jawaban sendiri, memendam sendiri, tapi lama lama lelah juga. aku cuma bisa bercerita kepada Tuhan. dan memikirkan persoalanku sendiri tanpa orang lain mengetahui, apalagi orang tuaku. cukup tinggi ya egoku?
Dulu prnah berdoa dimakam mama tentang orang yg sllu menghina mama,mama yg tidak berdosa makamnya mau dibongkar apa orang itu pnya nyali untuk ngakui kesalahannya.
Bebanku tak seberat beban orang tuaku.. aku tau itu.. seorang anak sukses juga ada orang tua yang selalu berdoa disetiap nafasnya.. aku hidup dengan keluarga yang cuek, tak pernah sekalipun ada curhatan tentang perasaan.. aku tau apa yang mereka lakukan untuk kebahagiaanku, aku hanya memikirkan diri sendiri, seolah bisa tanpa mereka.. maafkan aku.. maafkan anakmu yang selalu banting pintu kamar, tak mendengar nasehat".. tolong beri aku kepercayaan lebih kalo aku bisa melakukan semua tantangan hidup.. agar aku bisa kuat, bisa tegar menjalani hidup, dan kembali kepelukanmu.. semoga bapak ibuk sehat trus.. AAMIIN
Gapernah ada keterbukaan d kluargaku. Gada cemistri kekgitu. Bahkan sama abangku saja, aku juarang bgt ngomong. Padahal jarak kita cuma 2 thn. Aku dan abangku sama2 duduk d ruang tamu. Di kursi yg beda, kita ga ngomong dan ga berhadap2an.
Deeply in my heart, pengen bgt punya abang yg bisa buat aku nyaman. Boro2 jalan sama abang, kemana2 aku slalu sendiri.
Terima kasih sudah berbagi ceritamu ya. Semoga hubungan kalian membaik ke depannya. Sehat-sehat kalian🌻
Makasih🙏🥰. This comment means a lot for me.
Dari dulu, aku ngga pernah tau kenapa mama begitu membenciku. Padahal aku juga anak dr mereka. Sampe sematang skrg pun usiaku. Aku tidak pernah dekat dengan mama meski sejak kecil aku sempat ditinggal ayah untuk meneruskan sekolahnya, dan aku tinggal sama mama. Tapi sampai detik ini pun aku gapernah sama sekali bercerita sm mama, tapi malah ke ayah. Sampe pada akhirnya ayah berpulang. Dan aku merasa di rumah seperti hidup sendiri. Kerja, pulang tidur begitu2 saja.
23 tahun hidup gak pernah curhat tentang masalah hidup dan percintaan sama orang dirumah, orang dirumah juga gak pernah ungkit2 tentang masalah hidupku ataupun masa depanku nanti seperti apa?! 😊 Terkadang aku iri sama orang diluar sana yang akrab banget sama keluarganya, bisa curhat sana-sini,hehe!
Aku anak bungsu dari 5 bersaudara tapi masih dianggap anak kecil sering diomelin dan sebagainya, padahal udah dewasa dan tamat kuliah :(
Gue SMA saat punya fikiran rumah bukan lagi tempat untuk tinggal, 2015 Bokap meninggal, dan bahkan gue gabisa liat jasadnya, mulai dr situ gue merasa tersesat dan harus cari jawaban diluar sana, sampai 2017 gue mutusin buat merantau di Jawa Timur. Sampai Tahun ini karena Pandemi, pertama kalinya gue ga pulang selama satu tahun lebih, disini gue sadar akan jawaban yg selalu gue cari, bahwa sejauh apapun kita pergi, kemanapun, tujuan akhirnya adalah Pulang ke Rumah.
Belakangan sering banget ungkapin apa yang sedang aku rasain ke orang tua. Tapi sayangnya, bukannya merangkul tapi malah dimarahin. Dan sekarang emang udah paling bener nympen semuanya sendiri.
aku belakangan benar benar merasakan jika orang tua aku tidak benar benar tulus menyoraki semangat di setiap langkahku, aku tak apa harus berjalan atau bahkan berlari di gelapnya lorong kehidupan nan menyiksa. Tak tau kepada siapa harus berbagi cerita, toh ujung ujungnya lebih baik dipendam. Yang selalu ku ingat hanya mereka selalu mengeluh-eluhkan setiap sen yang mereka telah berikan kepadaku dan suatu saat aku harus mengembalikanya sebagai hutang yang aku tanggung seumur hidup, bagiku "yasudah tak apa" yang penting mereka senantiasa bahagia dan tak perlu tau berapa kali aku terjatuh di lorong ini.
-terimakasih menjadi manusia.
Ingin rasanya bercengkrama dengan mama,meluapkan semua apa yang aku rasain. kadang aku takut untuk bicara,karena hanya dianggap melawan,dan juga aku masih terlihat anak kecil dimatanya. rasanya,semua yang aku punya tidak bisa membuatku bahagia,aku hanya ingin bisa bercerita tentang apapun itu sama mama dan papa.
Makin gede makin ngerasain kurangnya q time bareng keluarga
Semoga setelah ini ada kesempatan untuk qtime bersama yaaa keluarga pasti rindu safira juga :D
gw pernah ada di fase itu selama puluhan tahun...
tak dianggap...tak dihargai...diremehkan...dicemooh oleh orang tua sendiri...
rasanya...down bertahun-tahun...mencari keteduhan diluar...
hingga merasa ada trauma tersendiri saat kembali pulang..
sampai kini...
hingga akhirnya aku menemukan rumah untuk menetap..
orang yang bisa menerimaku seutuhnya...
namun kini, tempat menetapku sudah tiada...
dan aku merasakannya lagi...
trauma berkepanjangan terhadap sikap keluarga..
hanya saja, aku bisa menjalani dan menikmatinya saja..
selalu menjadi yang terbuang dan tersisih..
dan jujur aja... gw jadi sedikit kasar... dan tak peduli..
Video ini ngingetin aku kalo... Dulu pernah ngerasain jd lemah dan tertutup bgt ke orang2 terdekat, ngerasa kalo ceritapun gaada gunanya dan mungkin ceritaku akan jd angin lalu aja buat mereka. Tp semenjak kena suatu problem yg bagiku cukup berat, dan pada saat itu aku memilih buat nyimpen semua sendiri, tapi ketahuan jg sm orang2 terdekatku kl sebenernya aku kenapa napa. Saat itu aku baru sadar, ternyata mereka itu peduli sm aku, sm yang aku rasain selama ini. Aku jadi ngerasa bersalah ke mereka karena udah berpikiran buruk sebelumnya. Semenjak saat itu aku memilih buat jd orang yang terbuka dan menjadi kuat buat ngelaluin masalah dengan pendapat orang2 di sekitar aku:’)
tepatnya akhir tahun 2018
saat itu ibuku sakit
dan aku secara tiba" dipecat dari pekerjaan.
puncaknya tahun 2019
ekonomi keluarga kami semakin memburuk
uang tabungan semua sudah habis
pekerjaan gak punya
tanaman sawah bapak gak panen
sampai akhirnya aku sudah bekerja lagi
tapi uang gajian tidak cukup untuk kebutuhan berobat ibuk dan mencukupi kebutuhan keluarga
sampai akhirnya ada satu kejadian yang aku benar" merasa berdosa
kepada ibukku
ketika beliau meminta uang untuk berobat dan pada saat itu aku benar" gak punya sontak aku bentak beliau.
semenjak itu aku merasa bersalah
aku menjadi anak yang tidak berguna.
aku takut , aku takut , untuk berbicara kepada mereka
aku takut untuk pulang
aku takut tidak bisa memenuhi kewajiban sebagai anak
akhirnya beberapa bulan aku pulang larut malam
pada saat beliau sudah tidur
dan terbangun pada saat beliau sudah beraktifitas
aku takut bertatap muka dengan mereka
aku merasa bersalah
tidak menjadi anak yang bisa diuntungkan orang tua
november tahun 2019
ibukku sembuh dan semenjak itu aku mulai memberanikan dan mencoba menebus semua kesalahanku dengan mencoba menuruti apa yang beliau minta