Jadi, prinsip stoicism favorit lo yang mana nih ? Yuk diskusi di kolom komen! Buat lo yang butuh teman bicara untuk cerita semua masalah lo, bisa cek link di bawah ini ya. • Life Coaching (sebelumnya Mentoring) satu.bio/curhat-yuk • Konseling satu.bio/konseling-yuk Kalau mau ingin tau diri sendiri lebih dalam secara mandiri, lo bisa coba berbagai pilihan psikotes premium ini. • Psikotes Premium satu.bio/psikotes-premium Kita juga rutin ngadain kelas setiap minggunya dengan topik-topik yang relate dengan berbagai problem lo. • Webinar (Online) satu.bio/webinar • Seminar (Offline) satu.bio/seminar
Banyak yg bisa saya pelajari dari Chanel satu persen : - Pelajari Filsafat tanpa harus terjebak sama produknya - Pelajari iLmu lain juga selain filsafat, bisa Psikologi, Agama, dll. Karena otak kita sangat lebih dari cukup buat lakuin itu. - Lebih fokus berlomba-lomba dalam kebaikan daripada berlomba-lomba dalam kebenaran, karena 1 kebaikan terkadang lebih bernilai dari sekedar seribu kata² kebenaran bagi orang lain. 😊🙏🏻
@@abdidaromest19 Menurut saya, mohon koreksi kalau salah. Kebenaran dan kebaikan punya waktu dan tempatnya masing² untuk dipergunakan,, orang yg paham kapan harus mengutamakan kebaikan atau mengutamakan kebenaran maka layak disebut sebagai orang yg bijaksana. 😊🙏
Kalo dari yg saya pelajari ttg stoicism, jadi stoicism itu bukan tentang menghilangkan emosi, tapi tentang mengendalikan emosi. Jujur setelah belajar stoicism sy bisa lebih bisa menahan emosi saya. Tidak mudah kesal, marah dan sedih thd semua yg ada diluar kendali saya.
Benar,,justru dalam stoic itu kita belajar untuk menerima kenyataan hanya saja kita tak perlu berlarut2,justru dalam stoic kita belajar menerima kenyataan dan belajar bersyukur dan memanfaatkan aoa yg kita punya seoptimal mungkin, paham stoic itu sebenarnya penuh dengan vibe positif,,tak perlu kita paham stoic secara detail yg penting kita ngerti konsep nya 👍
Untuk bagian menahan emosi, saya mau coba untuk menambahkan yaa ehehe.. Saya baca buku translasi surat yang ditulis seneca, judul bukunya how to keep your cool(tersedia dalam bahasa Indonesia terbitan kpg) Di situ di bawah judul besarnya ditulis “sebuah panduan klasik mengelola amarah” dan memang intisarinya mengelola amarah, bukan menahan. Walau memang menahan emosi negatif adalah salah satu fase untuk kita mengenali emosi apa nih yang sedang kita rasain lalu kita pakai rasionalitas untuk merespon emosi tersebut. Orang2 yang terlatih akan sangat terlihat bijak karena mereka proses validasi emosinya sudah cepat, beda dengan saya yang harus diem dan mikir dulu jadinya kelihatan bego wkwkwk. Jadi menurut pemahaman saya, stoic lebih mengajarkan how to manage and response an emotion (karena emosi pada diri sendiri adalah hal yang sangat bisa kita kontrol). Yah pokoknya seneca juga pernah bilang segala sesuatu yang berlebihan akan cenderung tidak stabil. Terlalu stoic juga tidak baik, pahamilah konteksnya dan ingat prinsip stoa lahir di zaman yang termasuk jahiliyah ya, jadi jangan telan mentah-mentah beberapa pemikiran yang terlalu ekstrem😉😉
@@alfonsperez1367 ente yg salah nangkep. stoikisme menolak emosi negatif itu berdasarkan pendapat org" umum sekarang yg gk tahu soal menjadi stoik. yg dijelasin di video jg mengendalikan emosi negatif kok
@@disnats67 coba deh bro ente lihat menit ke 11:05 tentang kritik stoicism. Disitu narator mengatakan stoicism mengedepankan rasionalitas padahal menurut narator manusia adalah mahluk irasional. Sehingga boleh merasakan emosi dst. Kalo ditelaah sungguh2 kan artinya menurut narator stoicism tidak mengakui emosi. Itu kritik narator thd stocism. Coba silakan dilihat lagi. CMIIW ya
Stoikisme akan sangat membantu untuk orang2 yang suka overthinking seperti gw. Yg suka memikirkan apa yang orang pikirkan / orang nilai .Gw dalam prakteknya sampai disitu aja udah berat perlu latihan. Menurut gw tentu akan menjadi g wajar jika stoik menjadikan seseorang benar2 cuek atau bodo amat. Ada nilai2 yg harus ttp kita jaga jika faktor eksternal sudah diluar batas norma2 sosial dan agama. Sedangkan Mindfullnes sangat membantu gw untuk fokus dengan apa yg sedang dilakukan , membantu untuk bersyukur dengan apa yg sudah dimiliki dan tidak terlalu khawatir akan masa depan.
merasa cocok sama stoic ya oke, dikatain si paling stoic yaudah, dikatain gak cocok sama stoic ya gak masalah. Yang bahaya tu, ngikut "stoic" biar keren. Padahal sikapnya aja bertentangan sama prinsip filsafat ini. Saya suka sama poin admin yang intinya bilang "label it doesn't matter". Karena sekeras apapun seseorang melabeli dirinya sendiri akan sesuatu, ujung² yang nilai orang lain.
Gue ga claim diri gue stoik, tapi jujur semenjak setelah belajar dan baca buku filosofi teras salah satunya emang banyak banget prinsip yang ngebantu gue buat ga berlebihan sedih atau ovt - dan gue setuju sama hal yang bilang buat lepasin segala sesuatu tentang duniawi - karena gue sadar selama ini gue terlalu “cinta” sama hal hal di duniawi (bukan ke harta uang) tapi lebih ke keluarga, pasangan, dan ketika gue diuji sama hal gtu, gue down se downnya. Dan ya sekarang gue lagi berusaha buat bner lepasin hal hal duniawi - karena ya kita cuma di dunia aja sementara dan kita akan kembali padaNya, jadi buat apa berlarut sedih sama hal yang emang akan kembali padaNya. Tapiii… gue bukan brrti kaya ga ngerasain emosi, gue tetep ngerasain sakit, sedih dan perasaan ga enak lainnya. Gue ga denial, gue terima semuanya dan ya prinsip stoik ini bantu gue buat handle smua itu (jd kaya ga berlarut dan berusaha cepet move up) anyway, thanks buat ulasannya tim satu persen ☺️
@@Rhidayah stoik ga berarti ignorant , bukan mengabaikan external sih lebih ke kontrol diri sendiri, kontrol apa yg bisa lu kontrol ga usah overthinking
Gw malah memodifikasi stoicisme utk kehidupan gw sendiri seperti menyeimbangkan rasional dan emosional dan ternyata lebih nikmat kehidupan gw walaupun kehidupan gw sedang pahit dan berat dan rasa ingin berjuang justru lebih maksimal tanpa ada rasa ambisius untuk mengejar sesuatu dan lebih ikhlas dalam berjuang ternyata senikmat itu kehidupan gw.
Kalau gua liat dari beberapa contoh praktisi Stoicism di jaman dulu sih gua bisa ambil kesimpulan, stoic itu tentang berusaha sekuat mungkin kontrol diri sendiri, tapi orang lain ya diluar kontrol kita. Dan bahas tentang Seneca yang "mengharamkan" rasa sedih, dia ya berbicara soal kontrol diri, karena ya dengan rasa sedih dia merasa beberapa fungsinya sebagai manusia bisa terhambat, tapi ya ga dengan melarang orang lain bersedih. Dan menurut gua sih Seneca bukan bicarain soal menolak rasa sedih, sampai ada di posisi denial, tapi ya lebih memilih untuk kontrol emosi
kadang kita juga harus 'menikmati' rasa sakit yang ada, menurut gue stois lebih ke cara menganalisa apa yang lo rasain, jadi lo bisa lebih aware dengan apa yang bakal terjadi dan mengatur antara pikiran negatif dan positif itu seimbang, stois lebih kaya obat penenang pikiran buat gue
filosofi ini beneran ngebantu gua selama bbrp tahun ini sih, gua yg dlu sering overthinking, takut di omongin di tongkrongan klo gua ga ada, selalu sakit hati ketika orang lain bilang "ga" setelah belajar stoik gua lebih bisa sadar klo hal yg gua takutin dan gua benci itu hal yg wajar dan ga bisa gua kontrol
Percayalah, dulu gw udah "stoic" secara alami dari kecil sampe remaja. Dan yah, memang jdinya gak gampang kepicu, gak banyak drama hidupnya. Tapi pas kuliah, BOOM! Mental breakdown. Kenapa? Karena ternyata banyak emosi yang tertahan yang gw gak sadar. Makannya sekarang gw berusaha stoic dengan "improvisasi" 😁
stoic itu bukan menghilangkan emosi. kalau mau nangis, ya nangis aja. setelah itu apa actionable untuk nge-solve problem tersebut secara pragmatis dan agar tidak terulang lagi. kemudian, tentang improvisasi yang kamu lakukan itu justru bagian dari stoicism. harus adaptif. vulnerability is not a weakness.
@@Rey_R_betul.biarkan emosi itu mengalir.saya selalu nanem prinsip "semua ada batas waktunya".begitu jg dg emosi yang saya alami.pasti tidak selama saya akan emosi.klo mau nangis ya nangis aja.klo mau ngeluh ya gapapa.tapi selanjutnya fokus lagi buat diri kuat lagi dan ceria lagi.karena anggap aja itu bagian dari pelepasan emosi yang terjadi di masalalu.alhamdulillah sekarang luka masalaluku yang aku rasa dihati dan buat aku GK enak sendiri sudah mulai sembuh dan sudah mulai menerima dan ikhlas😊😊.
@@Rey_R_ itu mindfulness, kalo Stoic emosi gak penting disuruh kontrol karena menurut mereka emosi hal yg bisa di-kontrol (artinya bisa di-press secara paksa). Mindfulness ngajarin untuk ber-ekspresi, kalo mau nangis ya nangis aja.
Bener sih bang, kalo aku suka combine aja antara stoic, mindfulness dan loa. 😅 ambil sesuai porsinya, dan sesuaikan dengan pribadi dan porsi masing masing kita. Karena pribadi orang beda beda. Hidup kan buat belajar, jadi kutak katik rumus yang sesuai buat hidup kita ngga masalah sih. Yang masalah itu kalo udah paten sama satu paham, udah ngerasa paling bener dan ngga mau belajar lagi. 😅
Setuju sih, bagi gua, stoik hanya satu dari berbagai macam cara gua melihat hidup. Jadi tidak melulu dalam melihat suatu fenomena hanya dari sudut pandang stoic, dsinilah pentingnya belajar banyak hal, makin banyak hal yang lu pelajari, makin banyak prinsip hidup dan filsafat yang di pelajari dan dipahami, itu yang bisa buat lu tambah bijak dalam melihat hidup.
Setuju sekali bang, sy pribadi orang yg selalu berusaha untuk menjadi penganut stoik setiap setuasi dan keadaan, namun ada satu titik tertentu saya jestru jenuh dengan tawaran tentang konsep "menahan emosi nagatif", ada satu waktu kita sendiri tidak bisa pungkiri bahwa emosi negatif itu ya emang ada, tidak setiap keadaan sy bisa rasional. Ada saatnya sy harus menerima fakta klau emang saya dalam keadaan berduka sekali, sedih ataupun marah dan sebagainya. Ya menurut saya sih stoik itu kayak obat kapsul aja, ada orang yg cocok ada yg tidak, ada keadaan/setuasi tertentu cocok di amalkan dan ada juga keadaan/setuasi belum tentu cocok. Ya obat kapsul kan tergantung orang dan sakitnya apa.
Setuju, banyak yg gak sadar, pdhl outcome stoicism bukan manage emotion, malah jadi kill their emotion Padahal emosi bukan buat di-hantem, tp di-control, hidup bukan persoalan rasional aja seperti 100% logika, tp hidup itu butuh perasaan juga... Emotion is an art, bukan buat di-kill, padahal emosi negatif, insecure may lead us to the next level juga kan
@@alfonsperez1367 gak setuju, jelas" Stoic itu kill our emotion, Seneca bilang nangis aja gak boleh, itu emosi negatif Padahal itu nature things, kita nangis, marah, sekalipun buang energi tapi ada fungsi nature-nya
@@alfonsperez1367 kan doi aja bilang di 9:13, kalau referensi terakhir yg aku baca di buku mana lupa udah agak lama, bukunya bilang Stoicism should suppress their emotions artinya ketika mau sedih gak boleh sedih, ketika overthinking ya jangan overthinking, kayak dipaksa ditahan-tahan pokoknya harus rasional over emotion (rasional > emosi)
Permisi saya bukan lulusan psikologi ataupun filsafat, menurutku stoikisme itu memang ga semua org pantes atau cocok buat menganut paham tsb, biasanya org yg bener bener stoikisme menurutku dia menjalankan paham ini sebelum dia tau nama paham ini sebetulnya stoikisme, dengan riset yg dia cari sendiri akhirnya dia sadar ohh hal yg begini tuh namanya paham stoikisme tohh, nahh org yg seperti ini yg menurutku dari basicnya emg udh ada jiwa jiwa stoanya, bukan dia yg tau dulu adanya paham ini baru dia pelajarin, manurutku semua di dunia ini mengalir dengan sendirinya dan takdir yg menentukan, jdi saya sepakat ga semua org itu bisa stoikisme karena apa? Karena memang org org yg ditakdirin dia bisa ngejalanin itu, dan 1 lagi sayapun kurang sepakat sama penglimpokan gender bahwa si cwe selalu main perasaanya dan si cwo selalu mainin logikanya, pernyataan ini bagiku sangat sempit untuk dunia yg sekompleks ini, banyak ko yg cwo kalo sedih nangis juga, banyak kok cwo yg di begoin cwenya, banyak begtu juga sebaliknya, yg paling saya suka di stoikisme ini yaitu gimna caranya kita tetep berbuat baik walaupun kita menerima emosi yg kadang baik atau buruk sekalipun 🙏🔥
Bener banget org yg basicnya udah ada stoa didalam jiwanya suka melakukan riset-riset dan cenderung relate dgn kehidupannya, soalnya saya sendiri mengalami hal itu ,saya bukan ahli filsafat stoa ataupun psikologi tapi ketika ada org datang dengan membawa masalah beserta keluhannya , Alhamdulillah saya mampu memberikan solusi.bahkan ada yg bilang saya seorang psikolog padahal tidak sama sekali,saya memang ditakdirkan dari kecil berjuang keras dari penyakit, saya juga dipandang sebelah mata ,dan sering kali dibully waktu kecill sehingga saya belajar gimana caranya mengendalikan emosi negatif , belajar menerima kenyataan dan saya tidak menganggap semua itu adalah sebuah ketidaknyamanan melainkan saya berfikir bahwa itu semua adalah suatu alat untuk menempa manusia menjadi pribadi yg lebih baik.
Gua ga terlalu paham soal ini, tapi selama ini prinsip hidup gua itu mirip banget sama ajaran stoicism ini. Dan gua sadar dengan konsekuensi nya. Salah satu konsekuensi yang paling gua rasa adalah emosi itu sendiri. Dari dulu gua selalu bingung sih lagi merasakan emosi apa tiap waktu, semua terasa flat. Mau senang, sedih, marah, atau emosi lain nya gabisa gua rasain. Dan gua sempet pergi ke psikolog buat bertanya, sebenarnya apa sih yang gua rasain? Tapi ya justru gua merasa di situlah keuntungan terbesarnya. RASIONAL, gua ga bisa bilang ini baik atau buruk. Tapi yang jelas, jangan sembarangan menganut sebuah prinsip, ga semua cocok dengan kondisi masing masing. Jujur aja gua bahkan sampe di katain orang sekitar "ga punya perasaan lu" Wkwk aneh tapi nyata. Ketika nenek gua meninggal, yang lain sedih tersedu sedu sampe berhari hari lama nya, gua malah ga ngerasain apapun. Kayak yaudah gitu semua yang hidup juga bakal meninggal, jadi buat apa sedih? Jujur aja gua iri sama orang yang masih bisa merasakan emosi, gua mau banget ngerasain emosi kayak dulu waktu gua masih bocah, jadi pikir pikir dulu lah mau ikutin prinsip stoicism ini. Serius. Penyesalan adanya di belakang. Dah sih gitu aja dari gua, cuma mau sharing aja tentang diri sendiri
Sama kayak saya waktu nenek saya meninggal perasaan saya juga kayak kosong, saya nangis tapi hati saya gk merasakan sedih saya jadi aneh merasa munafik atau hati saya sudah beku ya?
Bukan ga punya hati sih, saya lebih condong kepada KESADARAN. Bang aldi punya tingkat kesadarannya tinggi, sadar semua makhluk hidup bakal mati ya udah meninggal itu hal ya biasa aja.
Stoikisme.. mindfulness.. or apapun asal kita mnjadi org yg lbh baik dan mrasa much better.. silahkan sj.. ambil yg baik buang yg gk sesuai.. stiap org punya perspective dan masalahnya sendiri.. bisa jd stoic gk related krna case dan kondisi kehidupan stiap org beda2.. yg w ambil dri stoic itu gk brrti menahan emosi.. tpi lbih ke anger management gmna kita bisa ngatur emosi kita bukan brrti gk boleh emosi.. boleh ko emosi.. nangis dll.. thats a life n dah jd sifat manusia.. tp pngingatny slh stunya prinsip kotomi kendali minimal bisa meredakan emosi negatif.
Pernah baca bukunya mark manson, katanya hati dan pikiran itu kalau bisa seharusnya berjalan beriringan, karena kalau salah satunya lebih dominan bisa jadi kita menjadi manusia yang terlalu tidak peduli atau terlalu tidak enakan.. hmmmm 🙃
Sedikit sharing, ajaran ini sejujurnya ngebantu banget buat saya yang sering anxious sama banyak hal. Bahkan punya kecenderungan procrastinating ketika ada yang mengganjal. Setuju banget sama video ini, stoik bukan cuman sekedar ilmu “bodo amat” sama hal-hal eksternal. Tapi justru menurut saya stoik membantu kita tetap memikirkan hal itu dengan porsi yang lebih sesuai. Stoik juga ngga pernah mengajarkan untuk merepresi emosi sendiri, justru mengarahkan gimana caranya kita bisa memaknai dan mengelola emosi tersebut. Menurut saya, mau apapun bentuk ilmu filsafatnya. Akan jadi percuma kalau kita ngga pinter mengelola emosi dan accepting dengan diri sendiri. Malah cuman jadi bom waktu yang bisa meledak kapan aja 🙋🏼♀️🙋🏼♀️
Untuk menanggapi Kritik Stoik di video ini, sebenarnya Stoikisme bukan meniadakan emosi. Tapi Stoikisme disini digunakan sebagai alat / metode untuk menghadapi emosi tersebut. Misalnya, ketika kita bawa motor, lupa bawa jas hujan, lalu ternyata hujan pas mau ke kantor. Karena hal ini, lu jadi kesel, lu frustrasi, dan itu yah gak apa. Disini Stoikisme menyarankan, karena Hujan ngak bisa kita kendalikan, maka itu hal external. maka, Fokus ke hal yang bisa kita lakukan gitu, misalnya, oh baju basah, jadi solusi nya apa, mungkin kita beli baju sementara buat ke kantor, dsb. Jadi disini kita fokus ke solusi yang bisa kita lakukan. Kebalikan dari Stoikisme yaitu lu berlarut fokus ngambek, menyalahkan hujan, dsb.
Saya menyukai perasaan skeptis terhadap stoic yang dimunculkan di video ini . Dan ketika satu persen mengkritik kesalahan penafsiran (terhadap stoic maupun lainnya ) , saya ingatkan juga, bahwa di hampir setiap video dari channel ini , hal tersebut bisa jadi juga dilakukan tim 1 persen juga , apalagi kalo baca dari buku terjemahan arau sekedar mengutip video dari content creator lain. Dalam dunia content ini ,untuk menarik viewer , terkesan memahami , lebih penting daripada ,kemampuan memahami (dan menyajikan ulang) itu sendiri.
Jujur gw jga belakang ini coba buat nerapin stoic di kehidupan gw, walaupun gw ga terapin 100% ajarannya, tpi gw terapin sisi yg mnrt gw bermanfaat aja si buat hidup gw, kyk misalnya berbuat adil dan baik ke smua org + ga perlu terlalu ambil pusing omongan org lain tpi tetep menerima kritik dan bebenah diri. Walaupun udh gw terapin secuil dr ajarannya, tpi gw sadar ilmu gw ttg stoik msh lemah bgt dn jujur vidio ini jg ngasih insight baru si buat gw yg mungkin hanya tau filsuf stoic dr luarnya aja. Plus jga gw setuju si sma evan.. kalo stoic itu ga cocok buat semua org dan almiahnya manusia adalah "to be and feel the emotion" jdi mustahil si ada org yg 100% rasional. Dan mnrt gw klo lu ada yg merasa ga cocok dgn aliran stoik, lbh baik pelajari aliran filsafat lain yg lbh cocok dgn lu atau mungkin kalo lu orgnya wise dan cukup cerdas bisa aja si kalau lu mau bikin aliran filsafat sendiri wkwk (*tpi ini mah sotoynya gw aja ya hehe)
Gue pribadi ga terlalu gampang stress dan anxiety, bahkan cenderung selalu suka ber-positif thinking, lagi rame2nya stoicism ini, gue ga terlalu ngikutin sih dan ttp di pendirian gue yg suka posthink, nah cuman gue pernah disadarkan juga sama temen kalo bisa aja gue melakukan toxic positivity dgn ga sadar, dari situ gue mencoba lebih sadar sama kontrol diri. Nah, gue sbenernya tertarik sama filsafat tp belom research karena msh belum sempat, boleh juga sih ngeliat hal2 positif yg sekiranya bisa gue terapin. Intinya sih kalo dari gue ya, kalo mmg ga faham akan sesuatu, gak mau jadi judgemental.
yang gue pahami stoik nggak ngelarang kita buat merasakan emosi, tapi lebih mengarahkan buat mengolah output dari tiap emosi, supaya tetap kearah konstruktif bukan destruktif.
@@yofs6471 filosofi teras sama buku Sebuah seni bersikap bodo amat yang menurut gue prinsipnya mirip2 stoik, sama beberapa video yutub termasuk ngaji filsafatnya dr fakhrudin faiz
Emosi itu sebenarnya cuman alarm saja tentang keaadaan yang kita persepsikan dalam otak.. makannya stoik itu lebih rasional fokus pada kejadian yg bisa dikendalikan dan persepsi kepala kita yg menurut gw sudah benar sih. Masak kita hidup cuma mau fokus pada alarm yg timing bunyinya yg kadang jg g masuk akal..
Yes , seperti menikmati kemacetan.. dalam filosofi teras diajarkan oke kita stress marah karena macet berjam" pertanyaanya outputnya apa? Kalau kita ngomel" trus apa macetnya langsung kelar? Atau kita pencet klakson sekeras mungkin agar yg depan maju? Yg ada kita dapat masalah baru, orang stoiik lebih mengarahkan ke menikmati keadaan, misal macet kita bisa mendengarkan musik kesayangan, atau kita macet sama pacar wah ada waktu buat ngobrol sama pacar nih.. dibandingkan kita stress ngomel" ga jelas macetpun ga akan kelar, apalagi disambungkan ke taoisme yg mengalir artinya macet pun kalau dah waktunya ter urai akan terurai sendiri.
• Totally agree kalo pop philosophy nya ini ada negative side nya as bikin orang self labellinh, oversimplify concept nya, etc. Tapi di sisi lain juga ini nge naikin awareness maskarayat tentang dunia academic, sebagai pintu masuk ke philosophy study. Sangat debateable, the rise of pop philosophy. • Adanya stereotype tentang cewe yg lebih emotional alias menggunakan perasaannya dan cowo sebaliknya, mungkin diawali juga dari fenomena industry stoik yang di oversimplified?
Kalo stereotype cewek, sepertinya karena budaya patriarki. Mungkin diperkuat juga oleh stoikisme. Tapi patriarki dan stoikisme menurut Mimin ada plus minus lah pasti 🙏 Yang jelas cowok diusahakan harus lebih bisa lagi manage emosinya dan gak denial. Gapapa nangis, curhat, dsb. karena statistik gak boong sih ✌️
Mau belajar aliran filsafat macam apapun tetap harus saya seimbangkan dengan kemampuan mental dan rasional saya. Tujuan saya belajar adalah untuk mengaktualisasikan diri saya ke arah yang lebih positif.
Sebelum tau stoik ini saya malah belajar sufisme....skrg sya sesuaikan dgn keadaan dan sya pnya prinsip filsafat sendiri...karena filsafat hidup itu ditemukan 'sendiri'
Ngikut aliran satu persen ☝️☝️,,, belajarnya itu gk cuma dari stoic tapi ambil jg sisi positif dari smua pelajaran di dunia ini yg cocok buat diri sendiri dan bisa diterapkan dikehidupan sendiri gk ngelabein diri sendiri gk jadikan ini sebagai pegangan:v
Kritis dan skeptis itu adalah nyawa dari filsafat. Bahkan ada anak tetangga saya yang sempat dapat kuliah filsafat bilang: Jika suatu filsafat atau filosofi bisa kamu pahami dengan mudah artinya kamu belum paham. Kamu baru paham suatu filsafat/filosofi jika kamu mengalami kebingungan dalam memahami nya Artinya jika stoikisme tidak bisa/tidak boleh dikritik atau disikapi dengan sikap skeptis bahkan terlalu mudah untuk dipahami itu bukan filsafat dan atau kamu belum paham arti sebenarnya.
Kita bisa jadi apapun dari gabungan isme2 siapapun untuk mencari dan menjaga kebahagian menuju derajat tertinggi sesuai pengalaman masing-masing di bawah norma2 kebaikan. Semoga kita senantiasa diberi karunia dan nikmat dari sisiNya.
Menurut gua, stoicism yg gua tangkap pelajarannya, yaitu tentang pengendalian diri kita terhadap sesuatu yg terjadi baik dari internal maupun eksternal. Lebih tepatnya bagaimana kita menyiapkan respon kita, bisa secara rasional, agar sebisa mungkin tidak memperburuk diri kita sendiri. Jadi, stoicism tidak menghalangi kita untuk tetap hidup seperti biasanya, kita bisa bersosialisasi, kita bisa berbuat baik, kita bisa menjalani hidup ini sebaik yg kita inginkan. Semua ada dalam kendali kita, tergantung bagaimana kita merespon hal tersebut.
Thanks udah speak soal ini. Jujur gw jg ga bisa jadi stoic, liat orang nangis, gw bisa ikutan nangis. Emang emosi adalah alarm pertama gw. Gw suka baca soal ilmu filsafat, tapi sekarang gw ambil point2 yg memang cocok aja di hidup gw dan bisa diterima oleh kepribadian gw ini. Tapi prinsip gw, Agama/Tuhan tetap menjadi filsafat utama dalam hidup gw. So, once again..thanks udah speak up soal ini.
@@bbudimanalqodri iya hampir semua filsafat inti nya itu soal emosi. Tapi untuk paham stoic, gw secara pribadi cuma bisa ambil dikit aja, lebih cocok dengan teknik mindfulness. Dengan kepribadian dan beberapa trauma gw, ilmu stoic masih terlalu berat buat gw, dan cenderung jdi toxic positivity di gw. Bukan masalah ini jelek atau bagus, tapi ya balik lagi ke pribadi masing2. Intinya yg penting mental health kita terjaga.
Lebih greget eksistensialisme, terutama karena filosofi ini mengakar dalam jiwa manusia modern, daripada stoikisme. Kenapa gw bilang lebih greget? Pertama, tidak seperti stoikisme, eksistensialisme mengajarkan kita buat menciptakan nilai dan prinsip hidup sendiri, lebih radikalnya lagi di atas penyadaran atas ketidakbermaknaan hidup dan kematian Tuhan (spirit yang khas di dunia modern dan Barat). Kalau kata Nietzsche, jadi nihilis aktif. Kedua, eksistensialisme bisa pesimistis (Sartre, Cioran), religius (Kierkegaard, Buber, Dostoyevsky), optimis (Nietzsche), bahkan mendekati mistisisme Abrahamik (Heidegger, Buber, Jasper, Tilich). Ketiga, jadi pribadi yang otentik itu lebih asik, bebas tapi bertanggung jawab, mandiri, dan membuat kehidupan jadi lebih bermakna dengan kesadaran penuh terhadap mortalitas kita, daripada berkepribadian stoik karena stres.
Kalo lagi mau menikmati rasa galau, maka bacalah para filsuf eksistensialisme. Sambil ngerokok dan nulis ala-ala Albert Camus terus bilang "Dunia ini absurd"
10:00 kalo ditelaah dan dibaca ulang buku-buku stoic, stoic sebenernya juga mengakui keberadaan emosi yg saat itu muncul. Aware terhadap emosi yg timbul, lalu setelah diakui dan disadari baru kita ngeresponnya kayak gimana.cmiiw
12:34.gua GK tau gua stoik atau gak gua buka video ini pun karena gua penasaran karena pernah ada yg bilang stoik tapi gw gak tau itu artinya apa bang.dan setelah nonton video ini gw jadi tau. Nah di menit yang gua tandai tadi.ini gw udah lakuin sebelum gw tau yg namanya stoik.gw menerima reaksi emosi dlm diri gw.gw biarkan sisi emosi itu mengalir.karena gw manusia gw jg berhak nangis,marah,kecewa bla bla bla.gw selalu Sadar bahwa gw lagi marah misalnya atau gw lagi sedih,kecewa.dan gw memahami itu ke diri gw sendiri.ada rasa takut tapi bisa gw kontrol dg berfikir jalan hidup sudah seperti ini.😅😅😅
Gw tulis "a stoic" di bio ig cuma utk menarik atensi orang2 yg menganut stokisme karena di lingkungan gw masih jarang yg punya pemikiran sama, jd gw mau cari temen utk diskusi atau sekedar sharing. Untuk toxic positifity gw jg udh sadar dan mempelajari sebelum belajar ttg stoikisme, jd udh aware sama hal2 seperti itu termasuk dlm pemahaman stoikisme. Over all thx udh up video ini, gw baru belajar stoikisme baru jalan hampir setahun ini dan lagi cari sisi negatif dr stoik ini akhirnya ketemu juga. Gw sadar supaya gak gampang percaya atau menelan mentah2 informasi produk setelah nntn videonya Guru Gembul dan baca suatu postingan di fb.
Halooo..cuman sekedar sharing, siapa tahu ada yg sama. Begini, sejak usia remaja sy itu penggemar fanatik buku2 self help, sampai sekarang pun masih suka. Apalagi dengan hadirnya chanel satu persen ini, makin dipuaskan lah candu self help ini 😄. Tapi, makin kesini makin ngerasa kok sy ga pernah puas ya dlm mencari kebijaksanaan dari ujung ke ujung, rasanya kyk kuraang terus, kyk rasa haus dan lapar yg ga pernah bisa dipuaskan. Sampai di satu titik, baru nyadar ada satu buku kehidupan yg terlupakan ga pernah dibaca, yaitu Kitab Suci. Dari kitab suci ini sy belajar membangun relasi dengan Tuhan, nah dgn dasar relasi inilah buku2 selfhelp segambreng yg pernah sy baca baru terasa make sense. Sebelumnya enggak, ya dibaca dimengerti tp kyk ga masuk aja diprakteknya 😄. Jadi menurut sy, membangun relasi dengan Tuhan itu harus yg pertama sbg dasarnya, apapun agama dan kepercayaannya. Setelah itu baru ilmu2 dan aliran2 lainnya bisa masuk dan make sense. Itu aja sih dr pengalaman pribadi sy, bukannya mau sok sok an relijius ya manteman..cuman sharing. Dan satu persen ini menurut sy chanel malaikat, yg aku percaya sudah membantu ribuan orang utk merasa nyaman dengan dirinya sendiri meskipun belum ikut mentoring atau merasakan produk lain dari satu persen. Tp mereka termasuk sy sudah terbantu bgt. Pluuss nya lagii mendengarkan suara mas Evan sambil bekerja itu kyk ditemani sm sahabat yg paling mengerti 😊
mimin satu persen, request dong untuk bahas orang yang menggampangkan uang dengan kata "uang bisa di cari lagi" dan orang itu tidak memiliki kemampuan memanage uangnya dengan baik.
Sependek sepengetahuan saya, jangan terlalu fanatik dengan pemikiran, teori, pendapat atau semisal dgn itu. Manusia itu makhluk yang penuh dgn kekurangan, maka apa pun yg dihasilkan oleh manusia pun pasti ada kekurangannya. Thanks Satu Persen atas videonya 👍
Seorang terpidana mati, berprinsip hidup stoik didatangi seseorang pendeta ketika hari kematiannya tinggal hitungan hari. Si pendeta coba untuk menceramahi dan mengajak si napi untuk bertobat. Tapi si napi itu dengan halus menolaknya. "Aku tidak butuh cermahmu. Bila aku mati besok, lelaki dan perempuan di dunia ini akan tetap ada," kata si Napi.
17:13 gw banget. Frustasi karena nggak bisa stoik haha. Well, thank you van. Mari merayakan kebahagiaan dan penderitaan, karena keduanya lah yang menjadikan kita manusia. Cheers🍻
Makasih udah bikin video antitesis kaya gini, sering seringin agar supaya kita lebih banyak referensi lagi jadi ga menilai sesuatu dari satu sisi aja 🥰🥰🥰🥰🥰
betul sih kalo kita matiin emosi juga salah.. kecerdasan emosional diperlukan dlm hidup kita.. cuma saja kalo kita paham konsep stoik guna menghadapi berbegai masalah hidup itu juga sebuah kelebihan sebagai materi wawasan kita..
Kalau menurut saya bang yang pasti itu adalah perubahan dan perubahan itu yang kekal dalam diri manusia bukan berarti kita dalam filsafat harus mengamini secara fanatik sebuah pikiran filsafat tertentu tapi filsafat itu hadir sebagai penggambaran dari semua situasi yang kita hadapi dan kita bisa menyimpulkan tindakan kita lewat kesimpulan dari berbagai cabang pemikiran filsafat... Makasih bang konten yang sangat cerdas buat membangun kontruksi berfikir yang sesuai dengan kondisi sosial sekarang.... 😊😊😊
Laah baru tau q ternyata ini nama pemahamannya :') selama ini q cuma liat dr ytb trs q cocokin sm kehidupan q dr jaman q msh kecil smp dewasa kyk sekarang, kirain itu semua emg uda takdir atau emg uda tertanam dalam alam bawah sadar doang. Ternyata ini nama filosofinya. Thank you bngt pengetahuan barunya. Knp baru nemu channel ini skrg? --"
Sentiment agama atau mungkin kurang nya edukasi pengetahuan secara Luas Dalam kurun masyarakat Indonesia membuat pengetahuan filsafat tak terlalu Di terima Di masyarakat biasa
Selama gua belajar ni stoicisme gua nangkepnya jadi org tuh yg proactive bukan yg cuma Nerima aja, selama udah kita jalanin apa yg udh dikontrol kita tapi terjadi sesuatu yg ngga baik maka kita cari solusi yg ada dikontrol kita. Karena kebanyakan nangkepnya cuma bagian semua "perasaan adanya di pikiran" maka yg ke spotlight cuma itu.
Konten ini yg saya pahami bukan kritik terhadap stoicsm, tapi intinya membahas emosi secara umum. Saya rasa Stoik masih bisa dibahas secara konprehensive.
Ya memang benar, yg namanya hidup semua harus seimbang, jangan terlalu mengikat, jangan juga terlalu melepas bahkan kata seimbang pun tidak harus seimbang. Bingung? Gini... Seimbang itu definisi nya seperti apa sih? Ini menurut gua ya, seimbang itu gak harus 50:50, bumi di ciptakan "setidaknya" 70 daratan 30 air, tapi itu seimbang kan? seimbang itu gak harus simetris, alam memiliki bentuk yg justru asimetris, tapi itu indah kan? Itu seimbang kan? Begitu juga untuk belajar sesuatu, jangan terlalu menganut sesuatu seakan-akan itu adalah ajaran paling konkrit, paling valid, paling benar. Semua hal ada sis baik dan sisi buruk nya, kita sendiri sebagai manusia harus bisa memilih dan memilah, Tuhan memberikan kita akal, silahkan di gunakan sebaik-baiknya. Bahkan tulisan saya ini pun bukanlah tulisan paling benar, silahkan di pahami. :)
@@morpheuszzz5587 ya perbandingan bisa pake apa aja sih, tergantung seseorang bagaimana memahami nya, belajar filsafat biasanya akan lebih mengkaji setiap bahasa dan kata
Di vidio ini aku belajar untuk menyampaikan/mengajarkan ilmu dan pengetahuan yg sudah di pahami dengan baik,benar dan tepat.banyak banget isu"filosofi stoicism yg disalah artikan.dan vidio ini menjelaskan kembali + dan - dari filosofi stoicism.dan masih banyak lagi filosofi"yg lainnya.
Stoikisme sepanjang yang kutahu di aliran Aurelius, bisa diartikan bahwa lelaki boleh nangis sih. Hanya validasi emosi yang diutamakan hanya diri sendiri yang harus mampu memvalidasi karena orang lain hanya mengenal hal yang bisa kita tampakkan saja, seintim apapun hubungan diri dengan orang lain itu.
Konten Satu Persen selalu ditunggu-tunggu. Sukses dan sehat selalu buat bang Evan dan tim. Sering-sering upload yah bang, setiap materinya berbobot dan pembawaan yg menarik dan tidak membosankan. Menyimak dulu
Semua isme itu adalah seperti kita, punya banyak sisi, termasuk stoikisme. Perlu diingat saja tentang skill warisan nenek moyang kita, ambil manfaat sesuatu seperlunya.
stoic menjadi trend industri, sama kaya channel ini yg baru2 ini banyak bahas stoic ( channel2 lain juga ) untuk viewers youtube and Ads. kita hidup dalam trend dan kita ambil manfaat dari trend dengan mngkritik trend sambil ambil keuntungan buat kita juga. simple logic : ada keramaian = potensi keuntungan, apapun jalannya
Setiap Filosofi itu ada alasan dan sejarahnya kenapa muncul Filosofi demikian. Terus ada sisi terang juga ada sisi gelapnya. Filosofi itu bisa bermanfaat saat tepat digunakan tapi bisa bermasalah saat disalahgunakan. Maka kita musti memahami "konteksnya dengan benar" dan jangan asal sembarangan ngikut-ngikut aja.
ga tau kenapa w malah ngakak ntn ini, sekaligus sebagai wadah refleksi apakah perlu gua menjadi stoik ataupun hanya mengamalkan beberapa nilai yg menurut gua "suit on me", well sekali lagi satu persen membuat gua makin terbuka lagi soal filsuf dan juga menambah pemikiran dalam belajar dalam hal ini, thankyou guys ❤🔥
Gue coba belajar sedikit sedikit mengenai stoic itu dari 2020, pernah ngerasain juga moment dimana gue ngerasa hampa. hampanya itu lebih ke arah kaya ga bisa menikmati rasa dari emosi gua sendiri, jadi apa apa itu yaudah dari rasionalitas aja. Menurut gue pasti ada sisi positif dan negatifnya, tergantung dari keadaan aja, cuman yang jadi problemnya sih menurut gue kalo sampe kita tuh apa apa rasionalitas tanpa menggunakan rasa apalagi kita jadi sampe gapunya empati, serem aja sih tapi di beberapa kondisi ini juga perlu dilakukan menurut gue, jadi ya tergantung situasi kondisi aja cuman jangan di generalisir. Hidup itu warna warni sih kalo menurut gue, warna dari setiap kehidupan itu bisa dibilang rasa / emosi yang sedang kita rasakan, kalau ada warna / emosi yang sedang tidak kita inginkan, jangan buru buru ingin kita hilangkan, tapi coba dipahami dulu diterima dulu dengan hati dan ditenangkan oleh logika / rasional kita bahwa penting atau engga sebenarnya kita meraskan / keberadaan warna itu di kehidupan kita, itu menurut gue aja sih wkwk. Anyway thanks banget satu persen
coping stres ada 2 - fokus ke apa yg bisa dikendalikan - terima apa yg terjadi (bodoamat) keduanya bisa dikombinasikan, kek berusaha mengendalikan tapi kalo udah mentok yaudah gapapa, bodoamat. sadari dulu apa yg terjadi, terima baru bertindak. mau bersyukur ato move on. setiap hal, intinya menerima sih dan didalam menerima, ada proses denial, ngeyel, selfish. itu gapapa, namanya juga proses ☺️ menurutku sisi sebelah dari stoik, kalo diterima mentah mentah akhirnya gampang meremehkan, gaboleh sedih, gaboleh marah. padahal setiap proses harusnya diterima, se-apa adanya. intinya setiap hal, entah quotes, prinsip, dls ngga bisa ditelan mentah mentah. butuh kebijaksanaan untuk dipilah sesuai kebutuhan & kenyamanan masing masingnya :)
pandangan saya secara singkat setelah menonton vidio ini. saya sadari ternyata ada beberapa unsur² stoic yang sudah saya gunakan dari dulu dalam menjalankan kehidupan, yang malah saya dapatkan dari beberapa prinsip cara menjalankan hidup di dalam agama. tetapi karena kekurangan saya akan membaca dan mencari ilmu, saya ga tau ternyata prinsip yang saya gunakan dalam menjalani kehidupan tersebut memilik cabang keilmuaannya di dalam filsafat. hal ini membuat keingin saya akan belajar dan membaca jadi meningkat. terima kasih satu persen 👍
Emang bener-bener harus dipakai pada tempatnya, dan jangan berlebihan.. Saya yang ekspresif lebih ke mindfulness daripada stoik, betul.. ujungnya bakal ke toxic masculinity. Contohnya aja misalnya road rage di jalan, sifatnya kan itu impuls, adakalanya udah marah-marah eh nyesel di akhir. So dengan mindfulness jadi sadar ketika marah lebih ter-kontrol aja daripada eksplosif.
Thank you udah sharing ya bang.. buka wawasan, dan setuju sih. prinsip hidup setiap orang tidak harus sama, dan filsafat yang ada tidak pasti cocok untuk semua orang disegala situasi dan kondisinya.
Sudah nunggu sejak kapan tahun, akhirnya ada yang bahas tentang sisi negatif stoicism. Jadi ingat lirik lagu dangdut jadul yang sangat bijak : yang sedang-sedang saja.
Dulu gua pernah debat sama temen, simpel. Dia bilang dia bodo amat mau makan mcd setiap hari krn dia menganut "stoik". Gua argue dengan kata2 dari buku Meditations Marcus Aurelius, kalo lo terlalu lepas terhadap konskuensi hal yang bisa lo kontrol itu namanya lo Ignorant. Tapi kalo lo terlalu nitpicking terhadap hal yang gabisa lo kontrol (disini ditranslate "Tamak") maka lo adalah hedonis. Makan junkfood setiap hari bukan stoik, tp ngerusak diri lo. Sedangkan lo bisa memilih untuk tidak merusak diri lo. Ini menurut gua logic yang sering salah begitu org denger stoik : bodo amat yang terjadi biarlah terjadi. Padahal itu namanya ignorants, bukan stoik.
Gue Masih belajar dari berbagai aliran filsafat apapun,, aplikasiin Stoicism, mindfulness Buddhism kerarifan lokal juga... Tergantung kebutuhan sih.. Gak ada yg salah gak ada yg paling bener.. Ini Soal cocok gak cocok aja.. Mereka hanya tools
Orang yg menelan mentah-mentah dan mempraktekan Stoik tanpa literasi yg cukup,, perlahan-lahan bisa jadi Apatis dan Mati Empati. Individualis, Antisosial, serta semakin Egois demi kenyamanan dirinya sendiri. . Hidup ini Dinamis,, ada kalanya kita berprinsip stoik, ada kalanya kita berprinsip eksistensial, absurdisme, yin & yang, nihilisme, dsb. ada kalanya kita berprinsip aliran2 filsafat yg lain yg memang cocok sesuai dgn keadaan kita saat itu. Situasional lah.. , Gak harus si paling A,B,C,D.
saya coba nerapin stoic sejak 2020 tapi malah yang saya tangkep tu bukan harus bodo amat,tapi lebih ke boleh ko kita emosional ke suatu peristiwa tapi jangan berkepanjangan,putus sama pacar dan nangis itu wajar karena emang sakit (apalagi kalo diselingkuhin xixi) tapi jangan sampe berminggu"/berbulan" sampe ngeganggu aktivitas mu yang lain karena itu buang buang waktu mu doangg. dan kalo ga salah ketika saya baca buku filosofi teras nya om henry manampiring juga di dalem nya ada kata kata kaya "buku/ajaran ini bukan yang paling bener,pelajari juga buku/ajaran lain" (ini diubah pake bahasa saya sendirii karena saya lupa detail nya seperti apa) jadi kaya ironi aja dimana buku/ajaran nya aja bilang kalo itu bukan yang paling bener tapi orang" seolah mendewakan kaya stoicism itu udah paling bener pol buat prinsip hidup (tapi stoicism yang dia tau juga malah melenceng dari prinsip aslinya). jadi menurut saya bagus mempelajari hal hal seperti ini tapi jangan terlalu dijadikan patokan,tapi poin" nya boleh ko diterapin karena yaa menurut saya lumayan useful cuma adjust lagi aja sama kondisi kita,sekian.
Terimakasih ilmunya.. yang dapat saya tangkap dari apa yang disampaikan kakak ini adalah stoik merupakan prinsip yang benar tetapi tiap aspeknya tdk selalu cocok bagi semua orang dalam pengaplikasiannya terutama dalam emosi negatif, menurut sy beberapa org membutuhkan emosi negatif penting untuk diekspresikam dalam keadaan tertentu..
Udah setahun lebih ini berusaha jadi stoik , hal hal yang gw lakuin untuk stoik adalah salah satunya tentang kerja Misalnya ketika gw diomongin dibelakang sama orang² kantor udah gw ga pikirin lagi , kalaupun omongan mereka tentang kekurangan gw ia gw cukup lakukan yang terbaik memperbaiki kekurangan gw . Kalo pun mereka tetap ngomongin ia udah ga apa apa aja itu mulut mereka 😅 gw cukup lakukan yang terbaik tetep di jalan bener kalo pun sediih ia ga bakalan sedih terus dan seneng pun ga bakalan seneng terus 🙂
menurut gw, stoikisme itu bukannya larangan merasakan emosi, tapi lebih ke gimana caranya mengubah perspektif suatu kejadian sehingga emosi lo bisa berubah secara alami. emang sih merasakan emosi tuh penting, tapi kalo kebanyakan emosi negatif kan capek juga... (bahkan kebanyakan emosi positif juga gak baik, karena hidup lo bisa aja berubah 180 derajat barang sedetik kemudian.) jujur gw terbantu bgt sih sama stoikisme, yang dulunya gampang marah2 sama keadaan, sekarang jadi lebih santai dan terima aja hal-hal di luar kontrol gw. dan ini bukan berarti repress emosi, karena apa yang mau direpress ketika kita udah ikhlas dan bersyukur dengan keadaan? ini bukan berarti kita gak melakukan apa pun yaaa ketika masalah datang (masa lo bakal diem aja pas dikejar anjing wkwk)
Gw sepertinya sudah stoikisme sejak sma, dan gw kuliah semester 2 bru paham oh ternyata prinsip gw waktu hingga sekarang itu gak jauh berbeda dng yang namanya stoikisme.. nah gw nyaranin kalo mau baca buku filosofi teras,. Sebuah seni untuk bersikap bodo amat,, jujur dng buku itu, sya banyak paham bagaimana mengendalikan diri terutama yang di luar kontrol saya, nah banyak sekali tipss dan sya pikir tergolong mudah untuk dilakukan.. anda jangan membuang energi anda kepada hal yang receh but gunakan energi mu kepada sesuatu yang lu anggap penting buat diri lu agar bisa lebih maksimal.
Aku lebih memahami stoik sebagai sebuah kedewasaan. Karna tidak ada satupun teori maupun aliran yg pasti 100% benar di dunia. So,,aku berfikir maka aku ada..
Makasih konten nya bang Setelah beberapa waktu ini berkecimpung di dunia pendidikan agama, terutama sejarah dan fikih, ternyata memang selama ini, saya secara pribadi merasa banyak hal yang belum diketahui dan ternyata Bisa jadi itulah sebenarnya sulosi yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. So, kalau misalnya bingung sama ajaran filsafat, bisa jadi solusi nya sebenarnya ada di agama kita sendiri, yang selama ini kita belum paham betul dengan nya. Itu sih pendapat dari saya, Wallahu alam.
Jadi kepikiran gara2 video ini bang.... Bikin video tentang masculinity dan feminimity dong... Sebenarnya apa itu? Haruskah cowok itu maskulin dan cewek harus feminim? Sejauh apa kita harus jadi seperti itu? Sekarang kan rame banget trend maskulin vs feminim sampe ke arah toxic...
Sblm mempelajari filosofi2 sperti stoiksm, hrs punya pondasi keyakinan dl. Tujuannya jg sbg penyaring mana yg cocok n bs diaplikasikan d kehidupan kt. Kl gw pondasinya adalah buddhism.
Menurut gua sih sebelum belajar stoik harus paham dulu tentang hakikat manusia agar tdk salah kaprah...karena stoik moderen yg gua liat itu selalu mengedepankan ego, sehingga jadinya berstoik untuk memperjuangkan ego
Well terlepas dari kita ngga bisa lepas dari yg namanya perasaan emosi yg harus kita garis bawahi adalah bagai mana stoikisme itu ngajarin gmna kita menghendle emosi kita dengan ngajarin untuk fokush sama hal yg memang kiita bisa kontrol .. That is good point yg mana sering kali kita lupa bahkan ngga sadar knapa kita bisa stress berlebihan.. Karna memang penyakit orang2 jaman skrng ya karna memang mereka over obses sama apa yg mereka gx bisa kendalikan.. Why harus di kritik 😅
Kalo buat ane pribadi, emang Cocok cocokan sih konsep stoikisme ini. Ane pribadi menemukan konsep stoikisme ini berasa dapet jawaban dari semua pertanyaan. Uda coba baca aliran positivisme, apa-apa kudu mikir positif, uda praktekin dikehidupan tapi rasanya tep ada yang kurang. Baca NLP, lumayan ngebuka mindset, tapi tetep kayak masih ada kurang. Baca konsep psikologinya Adler di buku Berani tidak disukai, malah pusing wkw. Baca stoikisme berasa langsung ketemu obat yang selama ini ane cari-cari. Ngobatin anxiety yang udah dari lama w idap. Pergi keluar rumah aja kena serang cemas. Stoikisme dan mindfullnes ngebantu banget buat nurunin kecemasan yang ane alami. Pada akhirnya memang cocok cocokan
Intinya apapun prinsip-prinsip yang ada pada stoic ataupun aliran filsafat lain tuh ngg sepenuhnya benar dan ngg juga sepenuhnya salah. Yang benar adalah ketika kita bisa memetik hikmah yang baik dari suatu pemahaman dimana pemahaman itu sesuai dengan konteks persoalan hidup yang kita hadapi. Dan yang salah itu ketika kita secara extreme atau bahkan sampai radikal mempraktikan suatu pemahaman yang bahkan konteksnya tidak sesuai dengan persoalan hidup yang kita jalani. (Kalau salah mohon dimaafkan, karena kebebaran hanya milik Tuhan)
Dalam hidupku tidak mengikuti aliran filsafat yg terpenting merasakan nyaman melakukan dan menjalani sesuatu di dlm hidupku selagi tidak merugikan orang lain dan bertentangan dengan norma agama yg aku yakini
Jadi, prinsip stoicism favorit lo yang mana nih ? Yuk diskusi di kolom komen!
Buat lo yang butuh teman bicara untuk cerita semua masalah lo, bisa cek link di bawah ini ya.
• Life Coaching (sebelumnya Mentoring) satu.bio/curhat-yuk
• Konseling satu.bio/konseling-yuk
Kalau mau ingin tau diri sendiri lebih dalam secara mandiri, lo bisa coba berbagai pilihan psikotes premium ini.
• Psikotes Premium satu.bio/psikotes-premium
Kita juga rutin ngadain kelas setiap minggunya dengan topik-topik yang relate dengan berbagai problem lo.
• Webinar (Online) satu.bio/webinar
• Seminar (Offline) satu.bio/seminar
Gue sih memento mori, sengebet2nya lu ngejar sesuatu (duniawi) ya ujungnya ngga ada artinya didepan ajal.
Stoc stoc Stoicism preet..
@@ekacoca6582 ini baru temen gue hahahah
Bahas juga filosofi taoisme
Klw lg on bottom pake stoic , klw lg on top pake absurd. 🤣
Banyak yg bisa saya pelajari dari Chanel satu persen :
- Pelajari Filsafat tanpa harus terjebak sama produknya
- Pelajari iLmu lain juga selain filsafat, bisa Psikologi, Agama, dll. Karena otak kita sangat lebih dari cukup buat lakuin itu.
- Lebih fokus berlomba-lomba dalam kebaikan daripada berlomba-lomba dalam kebenaran, karena 1 kebaikan terkadang lebih bernilai dari sekedar seribu kata² kebenaran bagi orang lain.
😊🙏🏻
sebenernya ada pernemuan manusia yang lebih visioner bang dari dulu, namanya "buku"
@@sdfdsfsddsfsdfew iya niih saya ga tau kalo ada yang namanya Buku 😊
Gw pernah denger orang bijak bilang gini "semua yang baik itu belum tentu benar, tapi yang benar itu sudah pasti baik"
Gimana menurut kalian guys?
@@abdidaromest19 Menurut saya, mohon koreksi kalau salah.
Kebenaran dan kebaikan punya waktu dan tempatnya masing² untuk dipergunakan,, orang yg paham kapan harus mengutamakan kebaikan atau mengutamakan kebenaran maka layak disebut sebagai orang yg bijaksana.
😊🙏
@@meilianahestiiswandi2685 ini 100% setuju gw kak 😁
Kalo dari yg saya pelajari ttg stoicism, jadi stoicism itu bukan tentang menghilangkan emosi, tapi tentang mengendalikan emosi. Jujur setelah belajar stoicism sy bisa lebih bisa menahan emosi saya. Tidak mudah kesal, marah dan sedih thd semua yg ada diluar kendali saya.
Betul.
Benar,,justru dalam stoic itu kita belajar untuk menerima kenyataan hanya saja kita tak perlu berlarut2,justru dalam stoic kita belajar menerima kenyataan dan belajar bersyukur dan memanfaatkan aoa yg kita punya seoptimal mungkin, paham stoic itu sebenarnya penuh dengan vibe positif,,tak perlu kita paham stoic secara detail yg penting kita ngerti konsep nya 👍
"Jangan menangis karena sesuatu telah pergi, tapi bahagia lah karena itu pernah terjadi"
Stoic lebih cocok untuk individu” yg overthinking dan wajib tahu kapan waktunya seseorang mengaplikasikan stoicism
Untuk bagian menahan emosi, saya mau coba untuk menambahkan yaa ehehe..
Saya baca buku translasi surat yang ditulis seneca, judul bukunya how to keep your cool(tersedia dalam bahasa Indonesia terbitan kpg) Di situ di bawah judul besarnya ditulis “sebuah panduan klasik mengelola amarah” dan memang intisarinya mengelola amarah, bukan menahan. Walau memang menahan emosi negatif adalah salah satu fase untuk kita mengenali emosi apa nih yang sedang kita rasain lalu kita pakai rasionalitas untuk merespon emosi tersebut. Orang2 yang terlatih akan sangat terlihat bijak karena mereka proses validasi emosinya sudah cepat, beda dengan saya yang harus diem dan mikir dulu jadinya kelihatan bego wkwkwk. Jadi menurut pemahaman saya, stoic lebih mengajarkan how to manage and response an emotion (karena emosi pada diri sendiri adalah hal yang sangat bisa kita kontrol). Yah pokoknya seneca juga pernah bilang segala sesuatu yang berlebihan akan cenderung tidak stabil. Terlalu stoic juga tidak baik, pahamilah konteksnya dan ingat prinsip stoa lahir di zaman yang termasuk jahiliyah ya, jadi jangan telan mentah-mentah beberapa pemikiran yang terlalu ekstrem😉😉
Nah ini saya setuju. Dari video diatas terkesan memvonis stoicism menolak emosi negatif. Padahal intinya yaitu mengendalikan emosi kita
Tuhan dalam secangkir kopt,,Buku karyanya deny Siregar juga keren sihh
@@alfonsperez1367 ente yg salah nangkep. stoikisme menolak emosi negatif itu berdasarkan pendapat org" umum sekarang yg gk tahu soal menjadi stoik. yg dijelasin di video jg mengendalikan emosi negatif kok
@@disnats67 coba deh bro ente lihat menit ke 11:05 tentang kritik stoicism. Disitu narator mengatakan stoicism mengedepankan rasionalitas padahal menurut narator manusia adalah mahluk irasional. Sehingga boleh merasakan emosi dst. Kalo ditelaah sungguh2 kan artinya menurut narator stoicism tidak mengakui emosi. Itu kritik narator thd stocism. Coba silakan dilihat lagi. CMIIW ya
lah sama, gw kalo marah selalu telat masalahnya udah kejadian, tapi marahnya berlakangan
Stoikisme akan sangat membantu untuk orang2 yang suka overthinking seperti gw. Yg suka memikirkan apa yang orang pikirkan / orang nilai .Gw dalam prakteknya sampai disitu aja udah berat perlu latihan. Menurut gw tentu akan menjadi g wajar jika stoik menjadikan seseorang benar2 cuek atau bodo amat. Ada nilai2 yg harus ttp kita jaga jika faktor eksternal sudah diluar batas norma2 sosial dan agama.
Sedangkan Mindfullnes sangat membantu gw untuk fokus dengan apa yg sedang dilakukan , membantu untuk bersyukur dengan apa yg sudah dimiliki dan tidak terlalu khawatir akan masa depan.
merasa cocok sama stoic ya oke, dikatain si paling stoic yaudah, dikatain gak cocok sama stoic ya gak masalah. Yang bahaya tu, ngikut "stoic" biar keren. Padahal sikapnya aja bertentangan sama prinsip filsafat ini.
Saya suka sama poin admin yang intinya bilang "label it doesn't matter". Karena sekeras apapun seseorang melabeli dirinya sendiri akan sesuatu, ujung² yang nilai orang lain.
Gue ga claim diri gue stoik, tapi jujur semenjak setelah belajar dan baca buku filosofi teras salah satunya emang banyak banget prinsip yang ngebantu gue buat ga berlebihan sedih atau ovt - dan gue setuju sama hal yang bilang buat lepasin segala sesuatu tentang duniawi - karena gue sadar selama ini gue terlalu “cinta” sama hal hal di duniawi (bukan ke harta uang) tapi lebih ke keluarga, pasangan, dan ketika gue diuji sama hal gtu, gue down se downnya. Dan ya sekarang gue lagi berusaha buat bner lepasin hal hal duniawi - karena ya kita cuma di dunia aja sementara dan kita akan kembali padaNya, jadi buat apa berlarut sedih sama hal yang emang akan kembali padaNya. Tapiii… gue bukan brrti kaya ga ngerasain emosi, gue tetep ngerasain sakit, sedih dan perasaan ga enak lainnya. Gue ga denial, gue terima semuanya dan ya prinsip stoik ini bantu gue buat handle smua itu (jd kaya ga berlarut dan berusaha cepet move up) anyway, thanks buat ulasannya tim satu persen ☺️
Tp kebanyakan yg nganut stoic itu mlh jd ignorant 🗿 mentang2 d bilang “abaikan pengaruh external yg tidak bisa kita kontrol” mlh jd ignorant.
@@Rhidayah stoik ga berarti ignorant , bukan mengabaikan external sih lebih ke kontrol diri sendiri, kontrol apa yg bisa lu kontrol ga usah overthinking
Sama kakk
Thanks for the sharing
@@Rhidayah mungkin itu orgnya salah memaknai stoicsme bang
Gw malah memodifikasi stoicisme utk kehidupan gw sendiri seperti menyeimbangkan rasional dan emosional dan ternyata lebih nikmat kehidupan gw walaupun kehidupan gw sedang pahit dan berat dan rasa ingin berjuang justru lebih maksimal tanpa ada rasa ambisius untuk mengejar sesuatu dan lebih ikhlas dalam berjuang ternyata senikmat itu kehidupan gw.
Kalau gua liat dari beberapa contoh praktisi Stoicism di jaman dulu sih gua bisa ambil kesimpulan, stoic itu tentang berusaha sekuat mungkin kontrol diri sendiri, tapi orang lain ya diluar kontrol kita. Dan bahas tentang Seneca yang "mengharamkan" rasa sedih, dia ya berbicara soal kontrol diri, karena ya dengan rasa sedih dia merasa beberapa fungsinya sebagai manusia bisa terhambat, tapi ya ga dengan melarang orang lain bersedih. Dan menurut gua sih Seneca bukan bicarain soal menolak rasa sedih, sampai ada di posisi denial, tapi ya lebih memilih untuk kontrol emosi
satu kata yg saya terapkan setelah mempelajari stoic ini yaitu, "santai aja". sebagai mantan pasien depresi, ini ngaruh bgt
kadang kita juga harus 'menikmati' rasa sakit yang ada, menurut gue stois lebih ke cara menganalisa apa yang lo rasain, jadi lo bisa lebih aware dengan apa yang bakal terjadi dan mengatur antara pikiran negatif dan positif itu seimbang, stois lebih kaya obat penenang pikiran buat gue
Menarik sih ngomongin soal ini, meromantisasi 'rasa sakit'
filosofi ini beneran ngebantu gua selama bbrp tahun ini sih, gua yg dlu sering overthinking, takut di omongin di tongkrongan klo gua ga ada, selalu sakit hati ketika orang lain bilang "ga"
setelah belajar stoik gua lebih bisa sadar klo hal yg gua takutin dan gua benci itu hal yg wajar dan ga bisa gua kontrol
Percayalah, dulu gw udah "stoic" secara alami dari kecil sampe remaja. Dan yah, memang jdinya gak gampang kepicu, gak banyak drama hidupnya. Tapi pas kuliah, BOOM! Mental breakdown. Kenapa? Karena ternyata banyak emosi yang tertahan yang gw gak sadar.
Makannya sekarang gw berusaha stoic dengan "improvisasi" 😁
stoic itu bukan menghilangkan emosi. kalau mau nangis, ya nangis aja. setelah itu apa actionable untuk nge-solve problem tersebut secara pragmatis dan agar tidak terulang lagi.
kemudian, tentang improvisasi yang kamu lakukan itu justru bagian dari stoicism. harus adaptif. vulnerability is not a weakness.
Baca-baca robert greene
@@Rey_R_betul.biarkan emosi itu mengalir.saya selalu nanem prinsip "semua ada batas waktunya".begitu jg dg emosi yang saya alami.pasti tidak selama saya akan emosi.klo mau nangis ya nangis aja.klo mau ngeluh ya gapapa.tapi selanjutnya fokus lagi buat diri kuat lagi dan ceria lagi.karena anggap aja itu bagian dari pelepasan emosi yang terjadi di masalalu.alhamdulillah sekarang luka masalaluku yang aku rasa dihati dan buat aku GK enak sendiri sudah mulai sembuh dan sudah mulai menerima dan ikhlas😊😊.
@@Rey_R_ itu mindfulness, kalo Stoic emosi gak penting disuruh kontrol karena menurut mereka emosi hal yg bisa di-kontrol (artinya bisa di-press secara paksa).
Mindfulness ngajarin untuk ber-ekspresi, kalo mau nangis ya nangis aja.
Bener sih bang, kalo aku suka combine aja antara stoic, mindfulness dan loa. 😅 ambil sesuai porsinya, dan sesuaikan dengan pribadi dan porsi masing masing kita. Karena pribadi orang beda beda. Hidup kan buat belajar, jadi kutak katik rumus yang sesuai buat hidup kita ngga masalah sih. Yang masalah itu kalo udah paten sama satu paham, udah ngerasa paling bener dan ngga mau belajar lagi. 😅
Setuju sih, bagi gua, stoik hanya satu dari berbagai macam cara gua melihat hidup.
Jadi tidak melulu dalam melihat suatu fenomena hanya dari sudut pandang stoic, dsinilah pentingnya belajar banyak hal, makin banyak hal yang lu pelajari, makin banyak prinsip hidup dan filsafat yang di pelajari dan dipahami, itu yang bisa buat lu tambah bijak dalam melihat hidup.
Setuju sekali bang, sy pribadi orang yg selalu berusaha untuk menjadi penganut stoik setiap setuasi dan keadaan, namun ada satu titik tertentu saya jestru jenuh dengan tawaran tentang konsep "menahan emosi nagatif", ada satu waktu kita sendiri tidak bisa pungkiri bahwa emosi negatif itu ya emang ada, tidak setiap keadaan sy bisa rasional. Ada saatnya sy harus menerima fakta klau emang saya dalam keadaan berduka sekali, sedih ataupun marah dan sebagainya.
Ya menurut saya sih stoik itu kayak obat kapsul aja, ada orang yg cocok ada yg tidak, ada keadaan/setuasi tertentu cocok di amalkan dan ada juga keadaan/setuasi belum tentu cocok. Ya obat kapsul kan tergantung orang dan sakitnya apa.
Stoicism bukan tentang menolak emosi negatif bro. Tapi tentang mengendalikan emosi negatif.
Setuju, banyak yg gak sadar, pdhl outcome stoicism bukan manage emotion, malah jadi kill their emotion
Padahal emosi bukan buat di-hantem, tp di-control, hidup bukan persoalan rasional aja seperti 100% logika, tp hidup itu butuh perasaan juga...
Emotion is an art, bukan buat di-kill, padahal emosi negatif, insecure may lead us to the next level juga kan
@@alfonsperez1367 gak setuju, jelas" Stoic itu kill our emotion, Seneca bilang nangis aja gak boleh, itu emosi negatif
Padahal itu nature things, kita nangis, marah, sekalipun buang energi tapi ada fungsi nature-nya
@@juliansihite1289 boleh minta referensinya yg menyatakan menangis ga boleh bro ??
@@alfonsperez1367 kan doi aja bilang di 9:13,
kalau referensi terakhir yg aku baca di buku mana lupa udah agak lama, bukunya bilang Stoicism should suppress their emotions
artinya ketika mau sedih gak boleh sedih, ketika overthinking ya jangan overthinking, kayak dipaksa ditahan-tahan pokoknya harus rasional over emotion (rasional > emosi)
Permisi saya bukan lulusan psikologi ataupun filsafat, menurutku stoikisme itu memang ga semua org pantes atau cocok buat menganut paham tsb, biasanya org yg bener bener stoikisme menurutku dia menjalankan paham ini sebelum dia tau nama paham ini sebetulnya stoikisme, dengan riset yg dia cari sendiri akhirnya dia sadar ohh hal yg begini tuh namanya paham stoikisme tohh, nahh org yg seperti ini yg menurutku dari basicnya emg udh ada jiwa jiwa stoanya, bukan dia yg tau dulu adanya paham ini baru dia pelajarin, manurutku semua di dunia ini mengalir dengan sendirinya dan takdir yg menentukan, jdi saya sepakat ga semua org itu bisa stoikisme karena apa? Karena memang org org yg ditakdirin dia bisa ngejalanin itu, dan 1 lagi sayapun kurang sepakat sama penglimpokan gender bahwa si cwe selalu main perasaanya dan si cwo selalu mainin logikanya, pernyataan ini bagiku sangat sempit untuk dunia yg sekompleks ini, banyak ko yg cwo kalo sedih nangis juga, banyak kok cwo yg di begoin cwenya, banyak begtu juga sebaliknya, yg paling saya suka di stoikisme ini yaitu gimna caranya kita tetep berbuat baik walaupun kita menerima emosi yg kadang baik atau buruk sekalipun 🙏🔥
Coba tanay pak putin.. stoc stocisme preet
Setuju bro ini yg bikin gw jatuh cinta sama stoik kita harus tetap berbuat baik meskipun orang lain menyakiti kita
Gua sih baru tahu kata ini, dan jujur gua sudah seperti ini dr SMP 😂
Bener banget org yg basicnya udah ada stoa didalam jiwanya suka melakukan riset-riset dan cenderung relate dgn kehidupannya, soalnya saya sendiri mengalami hal itu ,saya bukan ahli filsafat stoa ataupun psikologi tapi ketika ada org datang dengan membawa masalah beserta keluhannya , Alhamdulillah saya mampu memberikan solusi.bahkan ada yg bilang saya seorang psikolog padahal tidak sama sekali,saya memang ditakdirkan dari kecil berjuang keras dari penyakit, saya juga dipandang sebelah mata ,dan sering kali dibully waktu kecill sehingga saya belajar gimana caranya mengendalikan emosi negatif , belajar menerima kenyataan dan saya tidak menganggap semua itu adalah sebuah ketidaknyamanan melainkan saya berfikir bahwa itu semua adalah suatu alat untuk menempa manusia menjadi pribadi yg lebih baik.
Setuju, gua udah tau prasaan ini sblmnya, semenjak usia 20 , akhirnya baru tau istilahnya setelah 3 taun kemudian
Gua ga terlalu paham soal ini, tapi selama ini prinsip hidup gua itu mirip banget sama ajaran stoicism ini. Dan gua sadar dengan konsekuensi nya. Salah satu konsekuensi yang paling gua rasa adalah emosi itu sendiri. Dari dulu gua selalu bingung sih lagi merasakan emosi apa tiap waktu, semua terasa flat. Mau senang, sedih, marah, atau emosi lain nya gabisa gua rasain. Dan gua sempet pergi ke psikolog buat bertanya, sebenarnya apa sih yang gua rasain? Tapi ya justru gua merasa di situlah keuntungan terbesarnya. RASIONAL, gua ga bisa bilang ini baik atau buruk. Tapi yang jelas, jangan sembarangan menganut sebuah prinsip, ga semua cocok dengan kondisi masing masing. Jujur aja gua bahkan sampe di katain orang sekitar "ga punya perasaan lu" Wkwk aneh tapi nyata. Ketika nenek gua meninggal, yang lain sedih tersedu sedu sampe berhari hari lama nya, gua malah ga ngerasain apapun. Kayak yaudah gitu semua yang hidup juga bakal meninggal, jadi buat apa sedih? Jujur aja gua iri sama orang yang masih bisa merasakan emosi, gua mau banget ngerasain emosi kayak dulu waktu gua masih bocah, jadi pikir pikir dulu lah mau ikutin prinsip stoicism ini. Serius. Penyesalan adanya di belakang. Dah sih gitu aja dari gua, cuma mau sharing aja tentang diri sendiri
Sama kayak saya waktu nenek saya meninggal perasaan saya juga kayak kosong, saya nangis tapi hati saya gk merasakan sedih saya jadi aneh merasa munafik atau hati saya sudah beku ya?
penyesalan lu skrg berarti termasuk emosi juga tuh, emosi sedih kecewa
Bukan ga punya hati sih, saya lebih condong kepada KESADARAN. Bang aldi punya tingkat kesadarannya tinggi, sadar semua makhluk hidup bakal mati ya udah meninggal itu hal ya biasa aja.
Stoikisme.. mindfulness.. or apapun asal kita mnjadi org yg lbh baik dan mrasa much better.. silahkan sj.. ambil yg baik buang yg gk sesuai.. stiap org punya perspective dan masalahnya sendiri.. bisa jd stoic gk related krna case dan kondisi kehidupan stiap org beda2.. yg w ambil dri stoic itu gk brrti menahan emosi.. tpi lbih ke anger management gmna kita bisa ngatur emosi kita bukan brrti gk boleh emosi.. boleh ko emosi.. nangis dll.. thats a life n dah jd sifat manusia.. tp pngingatny slh stunya prinsip kotomi kendali minimal bisa meredakan emosi negatif.
Pernah baca bukunya mark manson, katanya hati dan pikiran itu kalau bisa seharusnya berjalan beriringan, karena kalau salah satunya lebih dominan bisa jadi kita menjadi manusia yang terlalu tidak peduli atau terlalu tidak enakan.. hmmmm 🙃
Sedikit sharing, ajaran ini sejujurnya ngebantu banget buat saya yang sering anxious sama banyak hal. Bahkan punya kecenderungan procrastinating ketika ada yang mengganjal. Setuju banget sama video ini, stoik bukan cuman sekedar ilmu “bodo amat” sama hal-hal eksternal. Tapi justru menurut saya stoik membantu kita tetap memikirkan hal itu dengan porsi yang lebih sesuai. Stoik juga ngga pernah mengajarkan untuk merepresi emosi sendiri, justru mengarahkan gimana caranya kita bisa memaknai dan mengelola emosi tersebut.
Menurut saya, mau apapun bentuk ilmu filsafatnya. Akan jadi percuma kalau kita ngga pinter mengelola emosi dan accepting dengan diri sendiri. Malah cuman jadi bom waktu yang bisa meledak kapan aja 🙋🏼♀️🙋🏼♀️
Untuk menanggapi Kritik Stoik di video ini, sebenarnya Stoikisme bukan meniadakan emosi. Tapi Stoikisme disini digunakan sebagai alat / metode untuk menghadapi emosi tersebut.
Misalnya, ketika kita bawa motor, lupa bawa jas hujan, lalu ternyata hujan pas mau ke kantor. Karena hal ini, lu jadi kesel, lu frustrasi, dan itu yah gak apa. Disini Stoikisme menyarankan, karena Hujan ngak bisa kita kendalikan, maka itu hal external. maka, Fokus ke hal yang bisa kita lakukan gitu, misalnya, oh baju basah, jadi solusi nya apa, mungkin kita beli baju sementara buat ke kantor, dsb.
Jadi disini kita fokus ke solusi yang bisa kita lakukan. Kebalikan dari Stoikisme yaitu lu berlarut fokus ngambek, menyalahkan hujan, dsb.
sederhananya, Stoikisme mengajarkan lu jangan baperan jadi orang, kerjaannya mencari cari kesalahan. Fokus pada mencari solusi ajah.
Saya menyukai perasaan skeptis terhadap stoic yang dimunculkan di video ini .
Dan ketika satu persen mengkritik kesalahan penafsiran (terhadap stoic maupun lainnya ) , saya ingatkan juga, bahwa di hampir setiap video dari channel ini , hal tersebut bisa jadi juga dilakukan tim 1 persen juga , apalagi kalo baca dari buku terjemahan arau sekedar mengutip video dari content creator lain.
Dalam dunia content ini ,untuk menarik viewer , terkesan memahami , lebih penting daripada ,kemampuan memahami (dan menyajikan ulang) itu sendiri.
Jujur gw jga belakang ini coba buat nerapin stoic di kehidupan gw, walaupun gw ga terapin 100% ajarannya, tpi gw terapin sisi yg mnrt gw bermanfaat aja si buat hidup gw, kyk misalnya berbuat adil dan baik ke smua org + ga perlu terlalu ambil pusing omongan org lain tpi tetep menerima kritik dan bebenah diri. Walaupun udh gw terapin secuil dr ajarannya, tpi gw sadar ilmu gw ttg stoik msh lemah bgt dn jujur vidio ini jg ngasih insight baru si buat gw yg mungkin hanya tau filsuf stoic dr luarnya aja. Plus jga gw setuju si sma evan.. kalo stoic itu ga cocok buat semua org dan almiahnya manusia adalah "to be and feel the emotion" jdi mustahil si ada org yg 100% rasional. Dan mnrt gw klo lu ada yg merasa ga cocok dgn aliran stoik, lbh baik pelajari aliran filsafat lain yg lbh cocok dgn lu atau mungkin kalo lu orgnya wise dan cukup cerdas bisa aja si kalau lu mau bikin aliran filsafat sendiri wkwk (*tpi ini mah sotoynya gw aja ya hehe)
Gue pribadi ga terlalu gampang stress dan anxiety, bahkan cenderung selalu suka ber-positif thinking, lagi rame2nya stoicism ini, gue ga terlalu ngikutin sih dan ttp di pendirian gue yg suka posthink, nah cuman gue pernah disadarkan juga sama temen kalo bisa aja gue melakukan toxic positivity dgn ga sadar, dari situ gue mencoba lebih sadar sama kontrol diri.
Nah, gue sbenernya tertarik sama filsafat tp belom research karena msh belum sempat, boleh juga sih ngeliat hal2 positif yg sekiranya bisa gue terapin. Intinya sih kalo dari gue ya, kalo mmg ga faham akan sesuatu, gak mau jadi judgemental.
Seneng bngt gw ama chanel ini. Berani nulis ini sebagai bahan perbandingan dan buat mereka yg suka anget2 tai ayam mikir lbh dalam dan konferhensif
yang gue pahami stoik nggak ngelarang kita buat merasakan emosi, tapi lebih mengarahkan buat mengolah output dari tiap emosi, supaya tetap kearah konstruktif bukan destruktif.
Referensinya dr buku mana nih kalo boleh tau?
@@yofs6471 filosofi teras sama buku Sebuah seni bersikap bodo amat yang menurut gue prinsipnya mirip2 stoik, sama beberapa video yutub termasuk ngaji filsafatnya dr fakhrudin faiz
yng aku pahami dari stoic sih juga gini
Emosi itu sebenarnya cuman alarm saja tentang keaadaan yang kita persepsikan dalam otak.. makannya stoik itu lebih rasional fokus pada kejadian yg bisa dikendalikan dan persepsi kepala kita yg menurut gw sudah benar sih. Masak kita hidup cuma mau fokus pada alarm yg timing bunyinya yg kadang jg g masuk akal..
Yes , seperti menikmati kemacetan.. dalam filosofi teras diajarkan oke kita stress marah karena macet berjam" pertanyaanya outputnya apa? Kalau kita ngomel" trus apa macetnya langsung kelar? Atau kita pencet klakson sekeras mungkin agar yg depan maju? Yg ada kita dapat masalah baru, orang stoiik lebih mengarahkan ke menikmati keadaan, misal macet kita bisa mendengarkan musik kesayangan, atau kita macet sama pacar wah ada waktu buat ngobrol sama pacar nih.. dibandingkan kita stress ngomel" ga jelas macetpun ga akan kelar, apalagi disambungkan ke taoisme yg mengalir artinya macet pun kalau dah waktunya ter urai akan terurai sendiri.
Saya sudah hampir setahun berhenti ngerokok setelah ngamalin ajaran stoik, karena fikiran udah tenang.
Intinya take it with a grain of salt ya. Nggak telen mentah2 apapun pengetahuannya. Great content as always! Thank you tim Satu Persen!
campur campur ya bahasa nya,aneh
• Totally agree kalo pop philosophy nya ini ada negative side nya as bikin orang self labellinh, oversimplify concept nya, etc. Tapi di sisi lain juga ini nge naikin awareness maskarayat tentang dunia academic, sebagai pintu masuk ke philosophy study. Sangat debateable, the rise of pop philosophy.
• Adanya stereotype tentang cewe yg lebih emotional alias menggunakan perasaannya dan cowo sebaliknya, mungkin diawali juga dari fenomena industry stoik yang di oversimplified?
Kalo stereotype cewek, sepertinya karena budaya patriarki. Mungkin diperkuat juga oleh stoikisme. Tapi patriarki dan stoikisme menurut Mimin ada plus minus lah pasti 🙏
Yang jelas cowok diusahakan harus lebih bisa lagi manage emosinya dan gak denial. Gapapa nangis, curhat, dsb. karena statistik gak boong sih ✌️
@@SatuPersenIndonesianLifeschool mungkin barang Kali patriarchy lah Yang membuat statiska cowo bundir naik bukan stereotype nya
Bekerja adalah bentuk pasrahku dalam menghadapi kemiskinan🌻
Mantab bang, bahas topik bukan sekedar opini dan pembenaran diri, melainkan berdasarkan studi dan science yg sudah terbukti, thanks.
Mau belajar aliran filsafat macam apapun tetap harus saya seimbangkan dengan kemampuan mental dan rasional saya. Tujuan saya belajar adalah untuk mengaktualisasikan diri saya ke arah yang lebih positif.
Sebelum tau stoik ini saya malah belajar sufisme....skrg sya sesuaikan dgn keadaan dan sya pnya prinsip filsafat sendiri...karena filsafat hidup itu ditemukan 'sendiri'
20:50 sebenernya receh sih, tapi mayan buat penyegar setelah diskusi yg cukup berat ttg filosofi. ketidaksengajaan yg berguna ckkc
Ngikut aliran satu persen ☝️☝️,,, belajarnya itu gk cuma dari stoic tapi ambil jg sisi positif dari smua pelajaran di dunia ini yg cocok buat diri sendiri dan bisa diterapkan dikehidupan sendiri
gk ngelabein diri sendiri
gk jadikan ini sebagai pegangan:v
Kritis dan skeptis itu adalah nyawa dari filsafat.
Bahkan ada anak tetangga saya yang sempat dapat kuliah filsafat bilang:
Jika suatu filsafat atau filosofi bisa kamu pahami dengan mudah artinya kamu belum paham. Kamu baru paham suatu filsafat/filosofi jika kamu mengalami kebingungan dalam memahami nya
Artinya jika stoikisme tidak bisa/tidak boleh dikritik atau disikapi dengan sikap skeptis bahkan terlalu mudah untuk dipahami itu bukan filsafat dan atau kamu belum paham arti sebenarnya.
concern akhir-akhir ini, untung banget dibedah di sini, rasanya lebih teruraikan👍🏼
Kita bisa jadi apapun dari gabungan isme2 siapapun untuk mencari dan menjaga kebahagian menuju derajat tertinggi sesuai pengalaman masing-masing di bawah norma2 kebaikan. Semoga kita senantiasa diberi karunia dan nikmat dari sisiNya.
Menurut gua, stoicism yg gua tangkap pelajarannya, yaitu tentang pengendalian diri kita terhadap sesuatu yg terjadi baik dari internal maupun eksternal. Lebih tepatnya bagaimana kita menyiapkan respon kita, bisa secara rasional, agar sebisa mungkin tidak memperburuk diri kita sendiri. Jadi, stoicism tidak menghalangi kita untuk tetap hidup seperti biasanya, kita bisa bersosialisasi, kita bisa berbuat baik, kita bisa menjalani hidup ini sebaik yg kita inginkan.
Semua ada dalam kendali kita, tergantung bagaimana kita merespon hal tersebut.
Thanks udah speak soal ini. Jujur gw jg ga bisa jadi stoic, liat orang nangis, gw bisa ikutan nangis. Emang emosi adalah alarm pertama gw. Gw suka baca soal ilmu filsafat, tapi sekarang gw ambil point2 yg memang cocok aja di hidup gw dan bisa diterima oleh kepribadian gw ini. Tapi prinsip gw, Agama/Tuhan tetap menjadi filsafat utama dalam hidup gw. So, once again..thanks udah speak up soal ini.
Stoic enggak melarang orang emosional... Yang penting adalah kontrol diri. Emosi yang terkontrol yang enggak apa-apa.
@@bbudimanalqodri iya hampir semua filsafat inti nya itu soal emosi. Tapi untuk paham stoic, gw secara pribadi cuma bisa ambil dikit aja, lebih cocok dengan teknik mindfulness. Dengan kepribadian dan beberapa trauma gw, ilmu stoic masih terlalu berat buat gw, dan cenderung jdi toxic positivity di gw. Bukan masalah ini jelek atau bagus, tapi ya balik lagi ke pribadi masing2. Intinya yg penting mental health kita terjaga.
Stoikisme pasangannya Eksistensialisme. Keduanya kontradiktif, tapi saling melengkapi. Ada kepasrahan ada juga semangat.
Wah sepemikiran kita bang,, gua abis baca buku soal stoik setelah itu lanjut baca eksistensialisme kierkegard, seolah rasional dan love harus seimbang
Lebih greget eksistensialisme, terutama karena filosofi ini mengakar dalam jiwa manusia modern, daripada stoikisme. Kenapa gw bilang lebih greget? Pertama, tidak seperti stoikisme, eksistensialisme mengajarkan kita buat menciptakan nilai dan prinsip hidup sendiri, lebih radikalnya lagi di atas penyadaran atas ketidakbermaknaan hidup dan kematian Tuhan (spirit yang khas di dunia modern dan Barat). Kalau kata Nietzsche, jadi nihilis aktif. Kedua, eksistensialisme bisa pesimistis (Sartre, Cioran), religius (Kierkegaard, Buber, Dostoyevsky), optimis (Nietzsche), bahkan mendekati mistisisme Abrahamik (Heidegger, Buber, Jasper, Tilich). Ketiga, jadi pribadi yang otentik itu lebih asik, bebas tapi bertanggung jawab, mandiri, dan membuat kehidupan jadi lebih bermakna dengan kesadaran penuh terhadap mortalitas kita, daripada berkepribadian stoik karena stres.
Kalo lagi mau menikmati rasa galau, maka bacalah para filsuf eksistensialisme. Sambil ngerokok dan nulis ala-ala Albert Camus terus bilang
"Dunia ini absurd"
10:00 kalo ditelaah dan dibaca ulang buku-buku stoic, stoic sebenernya juga mengakui keberadaan emosi yg saat itu muncul. Aware terhadap emosi yg timbul, lalu setelah diakui dan disadari baru kita ngeresponnya kayak gimana.cmiiw
12:34.gua GK tau gua stoik atau gak gua buka video ini pun karena gua penasaran karena pernah ada yg bilang stoik tapi gw gak tau itu artinya apa bang.dan setelah nonton video ini gw jadi tau.
Nah di menit yang gua tandai tadi.ini gw udah lakuin sebelum gw tau yg namanya stoik.gw menerima reaksi emosi dlm diri gw.gw biarkan sisi emosi itu mengalir.karena gw manusia gw jg berhak nangis,marah,kecewa bla bla bla.gw selalu Sadar bahwa gw lagi marah misalnya atau gw lagi sedih,kecewa.dan gw memahami itu ke diri gw sendiri.ada rasa takut tapi bisa gw kontrol dg berfikir jalan hidup sudah seperti ini.😅😅😅
Setuju sih, nga mau melabeli diri sendiri pada suatu aliran tertentu.. Belajar banyak hal dan ambil yang baiknya dan digunakan saat yang tepat
Being stoic is really hard, but its also might we needed most.
aku setuju sih kak, ga pakai label .. karena ilmu pengetahuan kan berkembang dan saling melengkapi.
Gw tulis "a stoic" di bio ig cuma utk menarik atensi orang2 yg menganut stokisme karena di lingkungan gw masih jarang yg punya pemikiran sama, jd gw mau cari temen utk diskusi atau sekedar sharing. Untuk toxic positifity gw jg udh sadar dan mempelajari sebelum belajar ttg stoikisme, jd udh aware sama hal2 seperti itu termasuk dlm pemahaman stoikisme. Over all thx udh up video ini, gw baru belajar stoikisme baru jalan hampir setahun ini dan lagi cari sisi negatif dr stoik ini akhirnya ketemu juga. Gw sadar supaya gak gampang percaya atau menelan mentah2 informasi produk setelah nntn videonya Guru Gembul dan baca suatu postingan di fb.
Semua hal kalau dicari negatifnya ya pasti ada. Itulah gunanya akal. Kita ambil positifnya, hindari negatifnya.
Setuju banget, "Gak perlu melabeli diri lo dengan apapun."
Halooo..cuman sekedar sharing, siapa tahu ada yg sama. Begini, sejak usia remaja sy itu penggemar fanatik buku2 self help, sampai sekarang pun masih suka. Apalagi dengan hadirnya chanel satu persen ini, makin dipuaskan lah candu self help ini 😄. Tapi, makin kesini makin ngerasa kok sy ga pernah puas ya dlm mencari kebijaksanaan dari ujung ke ujung, rasanya kyk kuraang terus, kyk rasa haus dan lapar yg ga pernah bisa dipuaskan. Sampai di satu titik, baru nyadar ada satu buku kehidupan yg terlupakan ga pernah dibaca, yaitu Kitab Suci. Dari kitab suci ini sy belajar membangun relasi dengan Tuhan, nah dgn dasar relasi inilah buku2 selfhelp segambreng yg pernah sy baca baru terasa make sense. Sebelumnya enggak, ya dibaca dimengerti tp kyk ga masuk aja diprakteknya 😄. Jadi menurut sy, membangun relasi dengan Tuhan itu harus yg pertama sbg dasarnya, apapun agama dan kepercayaannya. Setelah itu baru ilmu2 dan aliran2 lainnya bisa masuk dan make sense. Itu aja sih dr pengalaman pribadi sy, bukannya mau sok sok an relijius ya manteman..cuman sharing. Dan satu persen ini menurut sy chanel malaikat, yg aku percaya sudah membantu ribuan orang utk merasa nyaman dengan dirinya sendiri meskipun belum ikut mentoring atau merasakan produk lain dari satu persen. Tp mereka termasuk sy sudah terbantu bgt. Pluuss nya lagii mendengarkan suara mas Evan sambil bekerja itu kyk ditemani sm sahabat yg paling mengerti 😊
wah keren mba, thanks for sharing
mimin satu persen, request dong untuk bahas orang yang menggampangkan uang dengan kata "uang bisa di cari lagi" dan orang itu tidak memiliki kemampuan memanage uangnya dengan baik.
Sependek sepengetahuan saya, jangan terlalu fanatik dengan pemikiran, teori, pendapat atau semisal dgn itu. Manusia itu makhluk yang penuh dgn kekurangan, maka apa pun yg dihasilkan oleh manusia pun pasti ada kekurangannya. Thanks Satu Persen atas videonya 👍
Ya ambil sisi positif nya saja😊.
Seorang terpidana mati, berprinsip hidup stoik didatangi seseorang pendeta ketika hari kematiannya tinggal hitungan hari.
Si pendeta coba untuk menceramahi dan mengajak si napi untuk bertobat. Tapi si napi itu dengan halus menolaknya.
"Aku tidak butuh cermahmu. Bila aku mati besok, lelaki dan perempuan di dunia ini akan tetap ada," kata si Napi.
“Jadi stoic itu ga salah, ga jadi stoic jg ga salah.”
@@salinesolutions3033 numb
Intinya jgn terlalu berlebihan dalam berbagai hal. Contohnya jadi suporter bola gpp tapi jgn berlebihan nanti goblok.
"Tapi menjadi pendampingmu merupakan impianmu"
"Kalo kenyang itu gak salah, gk kenyang jg gak salah"
salah ga salah stoic itu jadi
17:13 gw banget. Frustasi karena nggak bisa stoik haha. Well, thank you van. Mari merayakan kebahagiaan dan penderitaan, karena keduanya lah yang menjadikan kita manusia. Cheers🍻
Kita tos, Kak
Makasih udah bikin video antitesis kaya gini, sering seringin agar supaya kita lebih banyak referensi lagi jadi ga menilai sesuatu dari satu sisi aja 🥰🥰🥰🥰🥰
Kami juga banyak belajar, semoga video ini dan komennya (baik positif/negatif) juga bisa jadi pembelajaran buat Satu Persen... Thanks btw ya
betul sih kalo kita matiin emosi juga salah.. kecerdasan emosional diperlukan dlm hidup kita.. cuma saja kalo kita paham konsep stoik guna menghadapi berbegai masalah hidup itu juga sebuah kelebihan sebagai materi wawasan kita..
Kalau menurut saya bang yang pasti itu adalah perubahan dan perubahan itu yang kekal dalam diri manusia bukan berarti kita dalam filsafat harus mengamini secara fanatik sebuah pikiran filsafat tertentu tapi filsafat itu hadir sebagai penggambaran dari semua situasi yang kita hadapi dan kita bisa menyimpulkan tindakan kita lewat kesimpulan dari berbagai cabang pemikiran filsafat...
Makasih bang konten yang sangat cerdas buat membangun kontruksi berfikir yang sesuai dengan kondisi sosial sekarang....
😊😊😊
Laah baru tau q ternyata ini nama pemahamannya :') selama ini q cuma liat dr ytb trs q cocokin sm kehidupan q dr jaman q msh kecil smp dewasa kyk sekarang, kirain itu semua emg uda takdir atau emg uda tertanam dalam alam bawah sadar doang. Ternyata ini nama filosofinya. Thank you bngt pengetahuan barunya.
Knp baru nemu channel ini skrg? --"
Sentiment agama atau mungkin kurang nya edukasi pengetahuan secara Luas Dalam kurun masyarakat Indonesia membuat pengetahuan filsafat tak terlalu Di terima Di masyarakat biasa
Thank you Bang! Respect your attitude towards the issue, memberikan pandangan dari berbagai sisi. Cant agree more! Makasih juga buat woorksheetnya.
Selama gua belajar ni stoicisme gua nangkepnya jadi org tuh yg proactive bukan yg cuma Nerima aja, selama udah kita jalanin apa yg udh dikontrol kita tapi terjadi sesuatu yg ngga baik maka kita cari solusi yg ada dikontrol kita.
Karena kebanyakan nangkepnya cuma bagian semua "perasaan adanya di pikiran" maka yg ke spotlight cuma itu.
NAH INI DIA KONTEN BERKUALITAS...... SEMANGAT BANG. GW SUMPAHIN LU SUKSES DAN SEHAT SEHAT SEKELUARGA 🔥🔥🔥🔥🙏☕
Aamiin makasih ya 😊
Konten ini yg saya pahami bukan kritik terhadap stoicsm, tapi intinya membahas emosi secara umum. Saya rasa Stoik masih bisa dibahas secara konprehensive.
Prinsip terbaik menurut gua. jadi bijaksana. Melakukan yang terbaik disetiap keadaan. Walaupun mustahil tapi tetap baik untuk diterapkan
Ya memang benar, yg namanya hidup semua harus seimbang, jangan terlalu mengikat, jangan juga terlalu melepas bahkan kata seimbang pun tidak harus seimbang. Bingung?
Gini... Seimbang itu definisi nya seperti apa sih?
Ini menurut gua ya, seimbang itu gak harus 50:50, bumi di ciptakan "setidaknya" 70 daratan 30 air, tapi itu seimbang kan?
seimbang itu gak harus simetris, alam memiliki bentuk yg justru asimetris, tapi itu indah kan? Itu seimbang kan?
Begitu juga untuk belajar sesuatu, jangan terlalu menganut sesuatu seakan-akan itu adalah ajaran paling konkrit, paling valid, paling benar.
Semua hal ada sis baik dan sisi buruk nya, kita sendiri sebagai manusia harus bisa memilih dan memilah,
Tuhan memberikan kita akal, silahkan di gunakan sebaik-baiknya.
Bahkan tulisan saya ini pun bukanlah tulisan paling benar, silahkan di pahami. :)
perbandingan daratan dan air :)
@@morpheuszzz5587 ya perbandingan bisa pake apa aja sih, tergantung seseorang bagaimana memahami nya, belajar filsafat biasanya akan lebih mengkaji setiap bahasa dan kata
Preet stocisme
@@561-m3s saya gak ngecap sebagai seorang stoik hehe
Di vidio ini aku belajar untuk menyampaikan/mengajarkan ilmu dan pengetahuan yg sudah di pahami dengan baik,benar dan tepat.banyak banget isu"filosofi stoicism yg disalah artikan.dan vidio ini menjelaskan kembali + dan - dari filosofi stoicism.dan masih banyak lagi filosofi"yg lainnya.
Stoikisme sepanjang yang kutahu di aliran Aurelius, bisa diartikan bahwa lelaki boleh nangis sih.
Hanya validasi emosi yang diutamakan hanya diri sendiri yang harus mampu memvalidasi karena orang lain hanya mengenal hal yang bisa kita tampakkan saja, seintim apapun hubungan diri dengan orang lain itu.
Konten Satu Persen selalu ditunggu-tunggu. Sukses dan sehat selalu buat bang Evan dan tim. Sering-sering upload yah bang, setiap materinya berbobot dan pembawaan yg menarik dan tidak membosankan. Menyimak dulu
Semua isme itu adalah seperti kita, punya banyak sisi, termasuk stoikisme. Perlu diingat saja tentang skill warisan nenek moyang kita, ambil manfaat sesuatu seperlunya.
stoic menjadi trend industri, sama kaya channel ini yg baru2 ini banyak bahas stoic ( channel2 lain juga ) untuk viewers youtube and Ads. kita hidup dalam trend dan kita ambil manfaat dari trend dengan mngkritik trend sambil ambil keuntungan buat kita juga.
simple logic : ada keramaian = potensi keuntungan, apapun jalannya
Setiap Filosofi itu ada alasan dan sejarahnya kenapa muncul Filosofi demikian. Terus ada sisi terang juga ada sisi gelapnya.
Filosofi itu bisa bermanfaat saat tepat digunakan tapi bisa bermasalah saat disalahgunakan.
Maka kita musti memahami "konteksnya dengan benar" dan jangan asal sembarangan ngikut-ngikut aja.
ga tau kenapa w malah ngakak ntn ini, sekaligus sebagai wadah refleksi apakah perlu gua menjadi stoik ataupun hanya mengamalkan beberapa nilai yg menurut gua "suit on me", well sekali lagi satu persen membuat gua makin terbuka lagi soal filsuf dan juga menambah pemikiran dalam belajar dalam hal ini, thankyou guys ❤🔥
Gue coba belajar sedikit sedikit mengenai stoic itu dari 2020, pernah ngerasain juga moment dimana gue ngerasa hampa. hampanya itu lebih ke arah kaya ga bisa menikmati rasa dari emosi gua sendiri, jadi apa apa itu yaudah dari rasionalitas aja. Menurut gue pasti ada sisi positif dan negatifnya, tergantung dari keadaan aja, cuman yang jadi problemnya sih menurut gue kalo sampe kita tuh apa apa rasionalitas tanpa menggunakan rasa apalagi kita jadi sampe gapunya empati, serem aja sih tapi di beberapa kondisi ini juga perlu dilakukan menurut gue, jadi ya tergantung situasi kondisi aja cuman jangan di generalisir. Hidup itu warna warni sih kalo menurut gue, warna dari setiap kehidupan itu bisa dibilang rasa / emosi yang sedang kita rasakan, kalau ada warna / emosi yang sedang tidak kita inginkan, jangan buru buru ingin kita hilangkan, tapi coba dipahami dulu diterima dulu dengan hati dan ditenangkan oleh logika / rasional kita bahwa penting atau engga sebenarnya kita meraskan / keberadaan warna itu di kehidupan kita, itu menurut gue aja sih wkwk. Anyway thanks banget satu persen
coping stres ada 2
- fokus ke apa yg bisa dikendalikan
- terima apa yg terjadi (bodoamat)
keduanya bisa dikombinasikan, kek berusaha mengendalikan tapi kalo udah mentok yaudah gapapa, bodoamat.
sadari dulu apa yg terjadi, terima baru bertindak. mau bersyukur ato move on. setiap hal, intinya menerima sih dan didalam menerima, ada proses denial, ngeyel, selfish. itu gapapa, namanya juga proses ☺️
menurutku sisi sebelah dari stoik, kalo diterima mentah mentah akhirnya gampang meremehkan, gaboleh sedih, gaboleh marah. padahal setiap proses harusnya diterima, se-apa adanya.
intinya setiap hal, entah quotes, prinsip, dls ngga bisa ditelan mentah mentah. butuh kebijaksanaan untuk dipilah sesuai kebutuhan & kenyamanan masing masingnya :)
pandangan saya secara singkat setelah menonton vidio ini. saya sadari ternyata ada beberapa unsur² stoic yang sudah saya gunakan dari dulu dalam menjalankan kehidupan, yang malah saya dapatkan dari beberapa prinsip cara menjalankan hidup di dalam agama. tetapi karena kekurangan saya akan membaca dan mencari ilmu, saya ga tau ternyata prinsip yang saya gunakan dalam menjalani kehidupan tersebut memilik cabang keilmuaannya di dalam filsafat. hal ini membuat keingin saya akan belajar dan membaca jadi meningkat. terima kasih satu persen 👍
Emang bener-bener harus dipakai pada tempatnya, dan jangan berlebihan..
Saya yang ekspresif lebih ke mindfulness daripada stoik, betul.. ujungnya bakal ke toxic masculinity. Contohnya aja misalnya road rage di jalan, sifatnya kan itu impuls, adakalanya udah marah-marah eh nyesel di akhir. So dengan mindfulness jadi sadar ketika marah lebih ter-kontrol aja daripada eksplosif.
Thank you udah sharing ya bang..
buka wawasan, dan setuju sih.
prinsip hidup setiap orang tidak harus sama, dan filsafat yang ada tidak pasti cocok untuk semua orang disegala situasi dan kondisinya.
Sudah nunggu sejak kapan tahun, akhirnya ada yang bahas tentang sisi negatif stoicism.
Jadi ingat lirik lagu dangdut jadul yang sangat bijak : yang sedang-sedang saja.
Intinya semua relatif, gada yg absolute. Ada kekurangan ada kelebihan
Dulu gua pernah debat sama temen, simpel. Dia bilang dia bodo amat mau makan mcd setiap hari krn dia menganut "stoik". Gua argue dengan kata2 dari buku Meditations Marcus Aurelius, kalo lo terlalu lepas terhadap konskuensi hal yang bisa lo kontrol itu namanya lo Ignorant. Tapi kalo lo terlalu nitpicking terhadap hal yang gabisa lo kontrol (disini ditranslate "Tamak") maka lo adalah hedonis.
Makan junkfood setiap hari bukan stoik, tp ngerusak diri lo. Sedangkan lo bisa memilih untuk tidak merusak diri lo.
Ini menurut gua logic yang sering salah begitu org denger stoik : bodo amat yang terjadi biarlah terjadi. Padahal itu namanya ignorants, bukan stoik.
Gue Masih belajar dari berbagai aliran filsafat apapun,, aplikasiin Stoicism, mindfulness Buddhism kerarifan lokal juga... Tergantung kebutuhan sih.. Gak ada yg salah gak ada yg paling bener.. Ini Soal cocok gak cocok aja.. Mereka hanya tools
Orang yg menelan mentah-mentah dan mempraktekan Stoik tanpa literasi yg cukup,, perlahan-lahan bisa jadi Apatis dan Mati Empati.
Individualis, Antisosial, serta semakin Egois demi kenyamanan dirinya sendiri.
.
Hidup ini Dinamis,, ada kalanya kita berprinsip stoik, ada kalanya kita berprinsip eksistensial, absurdisme, yin & yang, nihilisme, dsb.
ada kalanya kita berprinsip aliran2 filsafat yg lain yg memang cocok sesuai dgn keadaan kita saat itu.
Situasional lah.. , Gak harus si paling A,B,C,D.
saya coba nerapin stoic sejak 2020 tapi malah yang saya tangkep tu bukan harus bodo amat,tapi lebih ke boleh ko kita emosional ke suatu peristiwa tapi jangan berkepanjangan,putus sama pacar dan nangis itu wajar karena emang sakit (apalagi kalo diselingkuhin xixi) tapi jangan sampe berminggu"/berbulan" sampe ngeganggu aktivitas mu yang lain karena itu buang buang waktu mu doangg.
dan kalo ga salah ketika saya baca buku filosofi teras nya om henry manampiring juga di dalem nya ada kata kata kaya "buku/ajaran ini bukan yang paling bener,pelajari juga buku/ajaran lain" (ini diubah pake bahasa saya sendirii karena saya lupa detail nya seperti apa) jadi kaya ironi aja dimana buku/ajaran nya aja bilang kalo itu bukan yang paling bener tapi orang" seolah mendewakan kaya stoicism itu udah paling bener pol buat prinsip hidup (tapi stoicism yang dia tau juga malah melenceng dari prinsip aslinya).
jadi menurut saya bagus mempelajari hal hal seperti ini tapi jangan terlalu dijadikan patokan,tapi poin" nya boleh ko diterapin karena yaa menurut saya lumayan useful cuma adjust lagi aja sama kondisi kita,sekian.
Utk saya, apapun aliran nya, ambil yg baik utk dirimu dan yg tdk merugikan orang lain.
Terimakasih ilmunya.. yang dapat saya tangkap dari apa yang disampaikan kakak ini adalah stoik merupakan prinsip yang benar tetapi tiap aspeknya tdk selalu cocok bagi semua orang dalam pengaplikasiannya terutama dalam emosi negatif, menurut sy beberapa org membutuhkan emosi negatif penting untuk diekspresikam dalam keadaan tertentu..
Udah setahun lebih ini berusaha jadi stoik , hal hal yang gw lakuin untuk stoik adalah salah satunya tentang kerja
Misalnya ketika gw diomongin dibelakang sama orang² kantor udah gw ga pikirin lagi , kalaupun omongan mereka tentang kekurangan gw ia gw cukup lakukan yang terbaik memperbaiki kekurangan gw . Kalo pun mereka tetap ngomongin ia udah ga apa apa aja itu mulut mereka 😅 gw cukup lakukan yang terbaik tetep di jalan bener kalo pun sediih ia ga bakalan sedih terus dan seneng pun ga bakalan seneng terus 🙂
menurut gw, stoikisme itu bukannya larangan merasakan emosi, tapi lebih ke gimana caranya mengubah perspektif suatu kejadian sehingga emosi lo bisa berubah secara alami. emang sih merasakan emosi tuh penting, tapi kalo kebanyakan emosi negatif kan capek juga... (bahkan kebanyakan emosi positif juga gak baik, karena hidup lo bisa aja berubah 180 derajat barang sedetik kemudian.) jujur gw terbantu bgt sih sama stoikisme, yang dulunya gampang marah2 sama keadaan, sekarang jadi lebih santai dan terima aja hal-hal di luar kontrol gw. dan ini bukan berarti repress emosi, karena apa yang mau direpress ketika kita udah ikhlas dan bersyukur dengan keadaan? ini bukan berarti kita gak melakukan apa pun yaaa ketika masalah datang (masa lo bakal diem aja pas dikejar anjing wkwk)
Gw sepertinya sudah stoikisme sejak sma, dan gw kuliah semester 2 bru paham oh ternyata prinsip gw waktu hingga sekarang itu gak jauh berbeda dng yang namanya stoikisme.. nah gw nyaranin kalo mau baca buku filosofi teras,. Sebuah seni untuk bersikap bodo amat,, jujur dng buku itu, sya banyak paham bagaimana mengendalikan diri terutama yang di luar kontrol saya, nah banyak sekali tipss dan sya pikir tergolong mudah untuk dilakukan.. anda jangan membuang energi anda kepada hal yang receh but gunakan energi mu kepada sesuatu yang lu anggap penting buat diri lu agar bisa lebih maksimal.
Aku lebih memahami stoik sebagai sebuah kedewasaan.
Karna tidak ada satupun teori maupun aliran yg pasti 100% benar di dunia.
So,,aku berfikir maka aku ada..
terimakasih buat kontentnya bung...
yang bisa kulakukan saat ini untuk mendukung channel ini....
setiap iklan yang ada, gk akan gua skip
Makasih konten nya bang
Setelah beberapa waktu ini berkecimpung di dunia pendidikan agama, terutama sejarah dan fikih, ternyata memang selama ini, saya secara pribadi merasa banyak hal yang belum diketahui dan ternyata Bisa jadi itulah sebenarnya sulosi yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan.
So, kalau misalnya bingung sama ajaran filsafat, bisa jadi solusi nya sebenarnya ada di agama kita sendiri, yang selama ini kita belum paham betul dengan nya.
Itu sih pendapat dari saya, Wallahu alam.
padahal kaidah2 fiqh amat sangat aplikatif buat di kehidupan sehari2 dalam mengambil kesimpulan dan keputusan.
Jadi kepikiran gara2 video ini bang.... Bikin video tentang masculinity dan feminimity dong... Sebenarnya apa itu? Haruskah cowok itu maskulin dan cewek harus feminim? Sejauh apa kita harus jadi seperti itu?
Sekarang kan rame banget trend maskulin vs feminim sampe ke arah toxic...
Dari awal gue nonton 1% penasaran dgn komunikator nya hehe. Sekarang baru lihat. Thank you Bang sudah sharing-sharing dan jangan lelah berbagi 🙏🔥
Sblm mempelajari filosofi2 sperti stoiksm, hrs punya pondasi keyakinan dl. Tujuannya jg sbg penyaring mana yg cocok n bs diaplikasikan d kehidupan kt. Kl gw pondasinya adalah buddhism.
Menurut gua sih sebelum belajar stoik harus paham dulu tentang hakikat manusia agar tdk salah kaprah...karena stoik moderen yg gua liat itu selalu mengedepankan ego, sehingga jadinya berstoik untuk memperjuangkan ego
Well terlepas dari kita ngga bisa lepas dari yg namanya perasaan emosi yg harus kita garis bawahi adalah bagai mana stoikisme itu ngajarin gmna kita menghendle emosi kita dengan ngajarin untuk fokush sama hal yg memang kiita bisa kontrol .. That is good point yg mana sering kali kita lupa bahkan ngga sadar knapa kita bisa stress berlebihan.. Karna memang penyakit orang2 jaman skrng ya karna memang mereka over obses sama apa yg mereka gx bisa kendalikan.. Why harus di kritik 😅
Kalo buat ane pribadi, emang Cocok cocokan sih konsep stoikisme ini. Ane pribadi menemukan konsep stoikisme ini berasa dapet jawaban dari semua pertanyaan. Uda coba baca aliran positivisme, apa-apa kudu mikir positif, uda praktekin dikehidupan tapi rasanya tep ada yang kurang. Baca NLP, lumayan ngebuka mindset, tapi tetep kayak masih ada kurang. Baca konsep psikologinya Adler di buku Berani tidak disukai, malah pusing wkw. Baca stoikisme berasa langsung ketemu obat yang selama ini ane cari-cari. Ngobatin anxiety yang udah dari lama w idap. Pergi keluar rumah aja kena serang cemas. Stoikisme dan mindfullnes ngebantu banget buat nurunin kecemasan yang ane alami. Pada akhirnya memang cocok cocokan
Intinya apapun prinsip-prinsip yang ada pada stoic ataupun aliran filsafat lain tuh ngg sepenuhnya benar dan ngg juga sepenuhnya salah.
Yang benar adalah ketika kita bisa memetik hikmah yang baik dari suatu pemahaman dimana pemahaman itu sesuai dengan konteks persoalan hidup yang kita hadapi.
Dan yang salah itu ketika kita secara extreme atau bahkan sampai radikal mempraktikan suatu pemahaman yang bahkan konteksnya tidak sesuai dengan persoalan hidup yang kita jalani.
(Kalau salah mohon dimaafkan, karena kebebaran hanya milik Tuhan)
Dalam hidupku tidak mengikuti aliran filsafat yg terpenting merasakan nyaman melakukan dan menjalani sesuatu di dlm hidupku selagi tidak merugikan orang lain dan bertentangan dengan norma agama yg aku yakini