SELAMAT JALAN PENCIPTA LAGU TANAH PAPUA | Alm. YANCE RUMBINO

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 23 ก.ย. 2024
  • Telah berpulang ke Allah Bapa. Guru YANCE RUMBINO (Pencipta Lagu Tanah Papua) pada hari ini Kamis, 30 Mei 2024 jam. 01.24. WIT di RSUD Biak.
    Alm. Yance Rumbino biasa disapa Yero, lahir di Sorong, 22 Juni 1953, dari pasangan Robert Rumbino dan Aleksanderina Morin. Putra asli Biak ini mengawali pendidikannya pada Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Betlehem Biak. Sekolah tersebut menekankan pendidikan seni. Seluruh mata pelajaran diakhiri dengan menyanyi. Tak heran jika YPK identik dengan sekolah menyanyi.
    Di bangku kelas tiga SD, Yero sudah mengenal notasi not balok. Yero merasa seni itu penting, karena mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia untuk melakukan sesuatu yang indah. Tidak hanya untuk orang lain, tetapi untuk Sang Pencipta, dan akhirnya menjadi kebahagiaan diri sendiri. Lulus Sekolah Pendidikan Guru (SPG) YPK Biak tahun 1975, Yero yang saat itu berusia 22 tahun, ditempatkan di SDN Inpres Sinak Puncak (dulu Paniai).
    Letak geografis Kabupaten Puncak ini berada di kawasan pegunungan tengah Provinsi Papua pada ketinggian antara 500 s.d.4.500 meter di atas permukaan laut. Sebuah tantangan tersendiri bagi Yero. Tidak hanya itu, selama tiga tahun mengabdi di Sinak, ia harus bertahan tanpa mengenal nasi, kendaraan, dan juga uang. Di sekolah itu pula, Yero harus berhadapan dengan situasi mengajar yang tidak mudah.
    Hampir seluruh siswanya tidak dapat berbahasa Indonesia. Kemampuan seni yang diperolehnya sejak SD kemudian ia gunakan untuk mengajak siswa tertarik belajar. Lewat menyanyi, tantangan mengajar siswa di sekolah tersebut akhirnya dapat dilalui. Pada 1978, Yero dipindahtugaskan menjadi Kepala SDN Inpres Siriwini di Kabupaten Nabire. Pengalamannya saat bertugas di daerah Paniai (Puncak Jaya), berjalan kaki sejauh 21 km, melewati gunung yang tinggi, lembah yang membisu, sungai mengalir tenang, juga kondisi wilayah adat Meepago, menginspirasinya untuk menciptakan lagu.
    Selamat Jalan Sang MAESTRO
    Lagu Tanah Papua Bukti Kecintaan Guru Terhadap Tanah Papua
    YANCE RUMBINO “Saya ciptakan lagu ini bulan November 1985 di bukit Gamei, distrik Topo, Nabire. Sesaat saya berumur 22 tahun 1 bulan saya ditempatkan sebagai seorang guru SD di Sinak, Puncak Jaya (dulu Paniai). Selama tiga tahun saya tinggal di sana saya tidak mengenal nasi, uangpun tidak. Saya hanya makan minum bersama masyarakat Sinak dengan air yang mengalir dari gunung sehingga inspirasi sayapun berkembang bahwa Tuhan memberikan tanah ini kaya tapi tidak mungkin Tuhan memberikan orangnya berkekurangan,” tutur Lelaki kelahiran Sorong, 22 Juni 1953 itu.
    Menurutnya, syair lagu yang dulunya dianggap tak mungkin, kini sudah terbukti. Tapi, karya ciptanya pernah tak dihargai, bahkan diklaim diciptakan orang lain. Ia terus berjuang untuk mempertahankan hak ciptanya’. Dijelaskan, dalam lirikan lagunya itu salah dinyanyikan oleh Trio Ambisi sehingga terpengaruh kepada publik di Papua ini.
    Menurutnya; “Bukan syo ya Tuhan tapi oh ya Tahun, karena ini adalah suatu ucapan syukur kepada sang pencipta. Dan bukan kau ku puja tapi yang ku puja, karena ini mensyukuri apa yang Tuhan berikan kepada kita yang ada di atas tanah Papua ini,” jelas Yance. Guru lulusan SGB YPPGI Enarotali ini menjelaskan, lagu itu diciptakan guna mengajak orang Papua harus bekerja keras di atas tanahnya sendiri agar menjadi tuan di atas negerinya sendiri. “Bukan menjadi penonton di atas negerinya. Karena Tuhan tidak keliru memberikan semuanya ini kepada orang Papua,” imbuhnya.“Perjalanan di tengah belantara pegunungan, pesisir, lembah dan ngarai adalah bagian dari seni kehidupan. Bagi saya, alam adalah sumber inspirasi dalam setiap karyanya,” bebernya. Ia mengakui, hutan yang adalah paru-paru dunia kini terancam habis. Gunung yang mengandung emas dikeruk hingga tak bersisa. Jika demikian bagaimana kelak nasib gunung, hutan, dan air sungai yang jernih itu. Hanya nyanyian kosong.
    Meski belum ada pengakuan terhadap karya ciptanya, Yance Rumbino merasa puas karena lagu yang dirilis berdasarkan renungan panjang atas realita Tanah Papua itu kini dijadikan sebagai lagu persatuan Papua. Bahkan dalam menyanyikannya pun, seperti misalnya saat acara-acara penting, lagu tersebut dinyanyikan penuh khidmat dengan posisi berdiri dan tangan diletakan di dada.Mari Kita berjuang buat tanah yang kaya ini….

ความคิดเห็น • 2