Kisah Datu Taniran Berguru Selama 10 Tahun di Mekkah - Jejak Guru #3 -RAMADAN SEHAT

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 5 ก.ย. 2024
  • BANJARMASINPOST.CO.ID, KANDANGAN - Setelah berkunjung ke Makam Muhammad Abdussalam atau lebih dikenal dengan Datu Sanggul, episode Jejak Guru kali ini mengunjungi Makam H Sa'duddin alias Datu Taniran
    Bagi warga Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Hulu Sungai Selatan tak asing dengan Datu Taniran.
    Datu Taniran adalah Tuan Guru H Muhammad Thaib alias H Sa’duddin bin H Mufti Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
    Makam Datu Taniran di Desa Taniran Kecamatan Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan sering diziarahi masyarakat Kalimantan Selatan.
    Masyarakat setempat dikenal religius. Hal tersebut tak lepas dari sejarah penyebaran agama Islam di Hulu Sungai Selatan. Kabupaten yang menjadi cikal bakal lahirnya kabupaten lainnya di Banua Anam.
    Menurut Juriat Datu Taniran yang juga buyut dari Datu Taniran, H M Arsyad membeberkan, Datu Taniran menyiarkan Islam di seluruh wilayah Banua Lima yang sekarang menjadi Banua Enam.
    Dijelaskannya, pada masanya ulama di Banua Enam berguru ke Taniran.
    Guru Taniran merupakan buyut dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau yang lebih dikenal dengan Datu Kelampayan.
    Datu Taniran lahir di Dalam Pagar, Martapura, 1.194 hijriah atau 1.774 masehi.
    Saat Datu Kelampayan meninggal dunia Datu Taniran berusia 33 tahun dan masih mengemban ilmu di tanah suci Makkah.
    Pasalnya, Datu Taniran belajar Islam bersama ulama dan guru besar di Mekkah selama 10 tahun sejak usia 25 tahun.
    Selain menimba ilmu di Makkah, Datu Taniran juga banyak berguru kepada ayah dan kakeknya.
    Lagu bagaimana sejarahnya Datu Tanirah sampai ke Taniran?
    Berdasarkan catatan sejarah yang dimilikinya, Muhammad Arsyad menceritakan jika Datu Taniran diminta mengajarkan ilmu agama Islam di Taniran oleh tokoh masyarakat Taniran.
    Namun, keinginan tersebut melalui sang ayah Datu Taniran yakni H Mufti Muhammad As'ad.
    Datu Taniran kala itu tinggal di Dalam Pagar setelah menimba ilmu di Makkah.
    Kemudian ia menyetujui untuk mengajarkan Islam di Taniran. Tokoh adat kemudian memberikan lahan untuk tempat Datu Taniran menyiarkan Islam.
    "Lahan tersebut kini menjadi lahan kubah Datu Taniran dan balai tempatnya mengajar yang kini jadi sekretariat dan tempat beristirahat Juriat Datu Taniran. Selain itu, lahan tersebut juga menjadi tempat tinggal dan makam para juriat serta masjid," ceritanya.
    Datu Taniran dijemput menggunakan kapal melintasi sungai Nagara.
    Kapal tersebut dinahkodai oleh Sofalum. Datu Taniran pun menetap di Taniran dan menikahi warga Amawang Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan warga Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara.
    Sebelum wafat, Datu Taniran berhasil melahirkan ulama-ulama penerus yang tersebar di sekitar Hulu Sungai. Pada 5 Shafar 1278 Hijriah atau sekitar 1858 Masehi. Datu Taniran berpulang ke Rahmatullah dalam usia lebih dari 1000 bulan atau pada usia 84 tahun. (Banjarmasinpost.co.id/Eka Pertiwi)
    Saksikan Jejak Sang Guru lainnya:
    EPISODE 1: DATU KALAMPAYAN • Asal Usul Kalampayan ...
    EPISODE 2: DATU SANGGUL • Perjalanan Datu Sanggu...
    EPISODE 4: KHATIB DAYAN DAN SULTAN SURIANSYAH • Menguak Kisah Sultan S...
    EPISODE 5: DATU KANDANG HAJI • Peninggalan Datu Kanda...
    EPISODE 6: DATU ABULUNG • Menelusuri Kubah Makam...
    EPISODE 7: DATU AMUT • Kisah Keistimewaan Dat...
    EPISODE 8: GURU SYURGI MUFTI • Jejak Keluarga Datu Ka...
    EPISODE 9: DATU LANDAK • Datu Landak Pendiri Ma...
    EPISODE 10: WALI KATUM • Video
    EPISODE 11: DATU KH M ARIF • Menelisik Kisah Unik D...
    EPISODE 12: HABIB HAMID • Al Habib Hamid Salah S...
    EPISODE 13: DATU BAJUT DAN DATU BAJURI • Berziarah Ke Dua Makam...
    #DatuTaniran #HSS #JejakSangGuru

ความคิดเห็น • 5