Itulah sebabnya untuk mengetahui Sunnah atau bid'ah dalam beribadah, saya menganjurkan untuk kajian menggunakan kitab2 yang membahas ibadah melalui hadid nabi, seperti kitab Bulughul Marom, subulus salam, fikhus Sunnah dll..... Agar tau dasar argumentasi dari setiap ibadah yg kita kerjakan .....trimakasi.
Kullu bid'atin dhalalah wa kullu dhalalatinfial-nar(Setiap bid'ah itu sesat dan setiap yang sesat itu kelak ke Neraka). Bid'ah yang di maksud oleh Nabi adalah yg dalam kontek agama(ibadah) bukan masalah keduniaan ...!! Jd tidak boleh mengarang ibadah sendiri tanpa ada cintoh dari Nsbi, sebab agama dari nabi sudah sempurna, sehingga kita tidak diperbolehkan menanbah hal baru yg tidak dicontohkan oleh Nabi sebab hal itu sama dengan ,,Nenandingi,, Nabi atau sahabatnya.... Ini tegasnya bid''ah dlolalah.... Adapun yg konteknya di luar agama yg atau masalah keduniaan itu bagi merbolehkan, misalkan menggunakan load spaeker dam sholat yg dibaca keras, atau menggunakan lip dalam ibadah thowaf, dsb. Itu adalah hal yg baru atau bid"ah dalam kontek kedunaan, dan karena alat-alat itu mempermudah ibadah maka semua itu diperbolehkab...... Sabda Nabi bersabda :' Antun A'lamu bi umuri i dunyakum... Oleh para ulama semua itu digolongkan bid"ah hasanah ..... !! Jadi tegasnya klo masalah Agama(ibadah) harus ada contohnya dari Nabi atau para shahabat , tidak boleh menambah, dan mengarang sendiri, ini tegas agar tidak menandingi Nabi, tp klo urusan kedunian dibolehkan sepanjang membawa kemaslahatan bagi Ummnat .... Wallahu 'Alam bissawab.....
Dalam hal ibadah jika ada yg beramal tanpa ada contoh dari Nabi itu bukan berarti menandingi Nabi, karena Nabi tidak mungkin mencontohkan SELURUH bentuk amal kebaikan tanpa terkecuali. Sebagai contoh amalan Sayidina Bilal yg selalu berwudhu setiap hadats dilanjutkan dengan sholat sunnah, ini bentuk ibadah, tapi Nabi tidak pernah mencontohkan. Tentu kita tidak anggap Sayidina Bilal menandingi Nabi, bahkan Nabi justru memuji Bilal dengan bersabda: بها نِلْتَ تِلكَ الْمَنزِلَة (dengan amal itu kamu mendapatkan derajat di surga) Masih banyak lagi contoh sahabat yang beramal tanpa ada contoh dari Nabi. Ketika Nabi tahu maka sikap Nabi tidak seketika menolak, juga tidak seketika menerima. Sikap Nabi inilah yang menjadi pegangan para ulama dalam menyikapi hal baru. Yaitu ditimbang terlebih dahulu, jika masih terdapat dalil syari'at yg sesuai maka hal baru itu diterima, sebaliknya jika tidak ada dalil syar'i yg sesuai atau bahkan bertentangan maka amalan itu ditolak والله أعلم
@@arjuanshor5237 Adapun peristiwa Bilal itu sewaktu ada Nabi, Bilal juga pernah menambah lafadz Azan dengan tambahan Assholatu Khairun minan naum, dan Nabi menyetujui, nah secamacam ini namanya hadist taqrir.....JD klo kita mengikuti sah dan Sunnah...... Itu sewaktu ada Nabi, Nah Sekarang Nabi sudah tidak ada siapa yang berwenang melegitimasi ?? Tentu sudah tidak ada ...... Oleh karena itu ibadah ,,yang di ada adakan,, itu dan dikarang-karang mutlak tidak boleh.... Karena sudah tidak ada yg mengesahkan .....
@@arjuanshor5237 klo misalkan ada dalil Syar'i dalam suatu ibadah, misalkan Zakat, sewaktu zaman Nabi yang di Zakat kan Gandum, kita boleh menggunakan Baras, karena prinsipnya sama yaitu barang yg mengenyangkan.....inilah yg kenal dengan qias.....JD qiyas adalah salah satu instrumen agama yg di bahas dalam ilmu fiqih......
@@MuhammadSaidiSAg Yang menjadi poin utama adalah bukannya suatu amal itu dikerjakan ketika masih ada Nabi atau tidak, sekali lagi bukan itu poinnya. Tapi sesuatu itu masih tercakup dalam dalil syar'i atau tidak. Untuk amalan yg dikerjakan setelah Nabi wafat juga banyak, diantaranya Sayidina Umar yg buat sholat tarawih dengan berjamaah dan 20 rakaat. Sayidina Abu Bakar juga membukukan Alquran. Sayidina Utsman membuat adzan jum'at jdi dua kali, dan banyak lagi Kalo pertanyaannya "setelah Nabi tidak ada, lalu siapa yg berwenang melegitimasi sebuah hal yg baru? " Maka jawabannya "tetap dikembalikan kepada dalil syar'i yaitu dari Alquran, Hadits, Ijma', dan qiyas". Untuk memudahkan dalam memahami bid'ah sperti ini : Bid'ah artinya : segala sesuatu yang baru (baik urusan ibadah ataupun urusan dunia) Bagaimana hukumnya? Apakah semuanya sesat dan haram? Tentu tidak, justru hukumnya terbagi sebagaimana dalam fiqih, bisa wajib, sunnah, makruh, haram dan mubah sesuai dengan maslahat dan mudharat yang dihasilkan. Diantara bid'ah yang wajib adalah pembukuan dan penyusunan ilmu agama seperti ilmu mustholah hadits, juga ushul fiqh, belajar iqro untuk bisa membaca Alquran. Itu semua tidak ada di zaman Nabi, tapi syari'at tidak bisa difahami dengan baik tanpa ilmu2 tersebut. Contoh bid'ah yang sunnah adalah pesantren dan madrasah. Ini juga tidak ada di zaman Nabi tapi tergolong sunnah karena mengamalkan anjuran Nabi untuk belajar ilmu agama. Diantara contoh bid'ah yang makruh adalah menghias masjid dengan berlebihan. Contoh bid'ah yang haram adalah faham mujassimah dan jabariyyah. Dan contoh bid'ah yang mubah adalah memakai baju dan busana dengan berbagai model yang tidak ada di zaman Nabi. Pada intinya dalam menyikapi hal yang baru setelah Nabi adalah dengan dilihat dalilnya, maslahat dan mudharatnya. Sehingga menjadi jelas standarnya.
@@arjuanshor5237 Sepanjang ada dalil tentu boleh-boleh saja, beragama itu adalah dalil (qur'an, Hadist, Ijma, qiyas dll yang menjadi instrumen fiqih ) dan itu bukan bid'ah karena ada dalil ...!!! Yang disebut bid'ah itu tidak ada contoh dari hadis atau Qur'an.... Alias sak karepe Dewe .... Misalkan Nabi bersabda Tholabul Ilmi wajibun dst. Dalam penerapannya mau berbentuk Sekolah, pesantren, kampus, kelompok belajar, itu terserah (itu hanya masalah tehnis )....!!! Diatas sudah sy jelaskan : Antum 'Alamu bi Umuuri dun yakum : silahkan di atur, Sepenjang jalannya baik, ..,.terus kita berfikir Kampus, pesantren tidak ada pada zaman nabi, .....masalah kampus tidak ada pada zaman Nabi emangnya apa, karena itu hanya masalah tehnis. ...! Silahkan diatur sepanjang masih dalam Rel nya, yaitu Tholabul Ilmi Wajibun tadi .... Penerapan tehnis itu kan masalah duniya.... Dalam hal ini tentu Antum A'lamu biumuri dun yakum ...... Trims...
Itulah sebabnya untuk mengetahui Sunnah atau bid'ah dalam beribadah, saya menganjurkan untuk kajian menggunakan kitab2 yang membahas ibadah melalui hadid nabi, seperti kitab Bulughul Marom, subulus salam, fikhus Sunnah dll..... Agar tau dasar argumentasi dari setiap ibadah yg kita kerjakan .....trimakasi.
Kullu bid'atin dhalalah wa kullu dhalalatinfial-nar(Setiap bid'ah itu sesat dan setiap yang sesat itu kelak ke Neraka).
Bid'ah yang di maksud oleh Nabi adalah yg dalam kontek agama(ibadah) bukan masalah keduniaan ...!! Jd tidak boleh mengarang ibadah sendiri tanpa ada cintoh dari Nsbi, sebab agama dari nabi sudah sempurna, sehingga kita tidak diperbolehkan menanbah hal baru yg tidak dicontohkan oleh Nabi sebab hal itu sama dengan ,,Nenandingi,, Nabi atau sahabatnya.... Ini tegasnya bid''ah dlolalah....
Adapun yg konteknya di luar agama yg atau masalah keduniaan itu bagi merbolehkan, misalkan menggunakan load spaeker dam sholat yg dibaca keras, atau menggunakan lip dalam ibadah thowaf, dsb. Itu adalah hal yg baru atau bid"ah dalam kontek kedunaan, dan karena alat-alat itu mempermudah ibadah maka semua itu diperbolehkab...... Sabda Nabi bersabda :' Antun A'lamu bi umuri i dunyakum... Oleh para ulama semua itu digolongkan bid"ah hasanah ..... !! Jadi tegasnya klo masalah Agama(ibadah) harus ada contohnya dari Nabi atau para shahabat , tidak boleh menambah, dan mengarang sendiri, ini tegas agar tidak menandingi Nabi, tp klo urusan kedunian dibolehkan sepanjang membawa kemaslahatan bagi Ummnat .... Wallahu 'Alam bissawab.....
Dalam hal ibadah jika ada yg beramal tanpa ada contoh dari Nabi itu bukan berarti menandingi Nabi, karena Nabi tidak mungkin mencontohkan SELURUH bentuk amal kebaikan tanpa terkecuali.
Sebagai contoh amalan Sayidina Bilal yg selalu berwudhu setiap hadats dilanjutkan dengan sholat sunnah, ini bentuk ibadah, tapi Nabi tidak pernah mencontohkan. Tentu kita tidak anggap Sayidina Bilal menandingi Nabi, bahkan Nabi justru memuji Bilal dengan bersabda: بها نِلْتَ تِلكَ الْمَنزِلَة (dengan amal itu kamu mendapatkan derajat di surga)
Masih banyak lagi contoh sahabat yang beramal tanpa ada contoh dari Nabi. Ketika Nabi tahu maka sikap Nabi tidak seketika menolak, juga tidak seketika menerima. Sikap Nabi inilah yang menjadi pegangan para ulama dalam menyikapi hal baru. Yaitu ditimbang terlebih dahulu, jika masih terdapat dalil syari'at yg sesuai maka hal baru itu diterima, sebaliknya jika tidak ada dalil syar'i yg sesuai atau bahkan bertentangan maka amalan itu ditolak
والله أعلم
@@arjuanshor5237 Adapun peristiwa Bilal itu sewaktu ada Nabi, Bilal juga pernah menambah lafadz Azan dengan tambahan Assholatu Khairun minan naum, dan Nabi menyetujui, nah secamacam ini namanya hadist taqrir.....JD klo kita mengikuti sah dan Sunnah...... Itu sewaktu ada Nabi, Nah Sekarang Nabi sudah tidak ada siapa yang berwenang melegitimasi ?? Tentu sudah tidak ada ...... Oleh karena itu ibadah ,,yang di ada adakan,, itu dan dikarang-karang mutlak tidak boleh.... Karena sudah tidak ada yg mengesahkan .....
@@arjuanshor5237 klo misalkan ada dalil Syar'i dalam suatu ibadah, misalkan Zakat, sewaktu zaman Nabi yang di Zakat kan Gandum, kita boleh menggunakan Baras, karena prinsipnya sama yaitu barang yg mengenyangkan.....inilah yg kenal dengan qias.....JD qiyas adalah salah satu instrumen agama yg di bahas dalam ilmu fiqih......
@@MuhammadSaidiSAg Yang menjadi poin utama adalah bukannya suatu amal itu dikerjakan ketika masih ada Nabi atau tidak, sekali lagi bukan itu poinnya.
Tapi sesuatu itu masih tercakup dalam dalil syar'i atau tidak.
Untuk amalan yg dikerjakan setelah Nabi wafat juga banyak, diantaranya Sayidina Umar yg buat sholat tarawih dengan berjamaah dan 20 rakaat. Sayidina Abu Bakar juga membukukan Alquran. Sayidina Utsman membuat adzan jum'at jdi dua kali, dan banyak lagi
Kalo pertanyaannya "setelah Nabi tidak ada, lalu siapa yg berwenang melegitimasi sebuah hal yg baru? " Maka jawabannya "tetap dikembalikan kepada dalil syar'i yaitu dari Alquran, Hadits, Ijma', dan qiyas".
Untuk memudahkan dalam memahami bid'ah sperti ini :
Bid'ah artinya : segala sesuatu yang baru (baik urusan ibadah ataupun urusan dunia)
Bagaimana hukumnya? Apakah semuanya sesat dan haram?
Tentu tidak, justru hukumnya terbagi sebagaimana dalam fiqih, bisa wajib, sunnah, makruh, haram dan mubah sesuai dengan maslahat dan mudharat yang dihasilkan.
Diantara bid'ah yang wajib adalah pembukuan dan penyusunan ilmu agama seperti ilmu mustholah hadits, juga ushul fiqh, belajar iqro untuk bisa membaca Alquran. Itu semua tidak ada di zaman Nabi, tapi syari'at tidak bisa difahami dengan baik tanpa ilmu2 tersebut.
Contoh bid'ah yang sunnah adalah pesantren dan madrasah. Ini juga tidak ada di zaman Nabi tapi tergolong sunnah karena mengamalkan anjuran Nabi untuk belajar ilmu agama.
Diantara contoh bid'ah yang makruh adalah menghias masjid dengan berlebihan.
Contoh bid'ah yang haram adalah faham mujassimah dan jabariyyah.
Dan contoh bid'ah yang mubah adalah memakai baju dan busana dengan berbagai model yang tidak ada di zaman Nabi.
Pada intinya dalam menyikapi hal yang baru setelah Nabi adalah dengan dilihat dalilnya, maslahat dan mudharatnya. Sehingga menjadi jelas standarnya.
@@arjuanshor5237 Sepanjang ada dalil tentu boleh-boleh saja, beragama itu adalah dalil (qur'an, Hadist, Ijma, qiyas dll yang menjadi instrumen fiqih ) dan itu bukan bid'ah karena ada dalil ...!!! Yang disebut bid'ah itu tidak ada contoh dari hadis atau Qur'an.... Alias sak karepe Dewe .... Misalkan Nabi bersabda Tholabul Ilmi wajibun dst. Dalam penerapannya mau berbentuk Sekolah, pesantren, kampus, kelompok belajar, itu terserah (itu hanya masalah tehnis )....!!! Diatas sudah sy jelaskan : Antum 'Alamu bi Umuuri dun yakum : silahkan di atur, Sepenjang jalannya baik, ..,.terus kita berfikir Kampus, pesantren tidak ada pada zaman nabi, .....masalah kampus tidak ada pada zaman Nabi emangnya apa, karena itu hanya masalah tehnis. ...! Silahkan diatur sepanjang masih dalam Rel nya, yaitu Tholabul Ilmi Wajibun tadi .... Penerapan tehnis itu kan masalah duniya.... Dalam hal ini tentu Antum A'lamu biumuri dun yakum ...... Trims...