Saya di kampus saat ini ikut organisasi pengabdian di sekolah dasar. Saya di SD mengajar anak kelas 3. Memang benar mereka lebih aktif, sulit diatur, kurang sabaran, dll. Tapi dilain sisi mereka sangat energik, kritis, berani berpendapat. Itu menyebabkan seorang guru bekerja lebih keras untuk mengatur mereka. Tapi menurut saya memang disitulah kelebihan mereka. Karena setiap generasi punya karakteristik yang berbeda-beda. Tinggal kita mengolah mereka secara perlahan. Biarkan mereka berproses secara bertahap. Menurut saya keberhasilan seorang guru adalah ketika muridnya berhasil berproses menjadi lebih baik dari pada sebelumnya, bukan sekedar kurikulum tercapai dengan nilai diatas kkm.
Itu yg kami hadapi sekarang sbg guru di sekolah prof. Guru SMA seperti ngajar anak TK , krn guru hrs mulai lg membentuk karakter, emosional, etika, tanggung jawab. Setelah masa covid tugas guru makin berat lagi. Disini menjalin kerjasama antar orang tua dan guru utk bersama sama mendidik anak.
Sekolah terlalu lama hingga sore tapi utk bisa menguasai bahasa inggris, misalnya, kebanyakan siswa hrs lewat kursus di luar sekolah. Untuk menghadapi tes masuk PTN kebanyakan siswa SMA harus ikut bimbel krn yg diajarkan di sekolah tidak nyambung dengan materi ujian masuk PTN. Kalau begitu, kan lebih baik jam sekolah dipersingkat saja spt dulu misalnya hingga jam 13.OO lebih baik lagi lebih awal🤭. Lebih produktif bagi siswa menggunakan waktunya utk belajar macam2 spt olahraga, seni, kursus, mengembangkan berbagai soft skills, berorganisasi, membantu ortu mengelola pertanian dsbnya.
Bener.. Kayanya pemerintah bodo amat deh sama rakyatnya,, yang pnting cuan. Gak bakalan maju nek gini. Kalo pemimpinnya pekok, pemdanya ikutan, gurunya ikutan. Semua dimulai dari pemimpin tertinggi
Aduuuhhhh.. setuju banget sm komentar ini! Anakku pas tahun ajaran baru jadwal sekolah sampai jam 14.30. Sampai rumah masih dikasih PR segunung atau ulangan. Tiap hari tidur selalu di atas jam 11 malam karena ngerjain tugas. Belum lagi kalau pas hari yg ada lesnya. Makin capek lah. Pulang langsung les. Alhamdulillah sekarang pulang jam 13.40 karena banyak anak2 yang sakit. Lha wong waktu istirahatnya nggak cukup. Anak sekolah sekarang sibuknya ngalah2in orang kerja kantoran 😒
Jangan lupa, prilaku guru sendiri mengalami pergeseran. Selama masa pembelajaran online para guru lebih banyak memberikan tugas Dari buku dengan minim keterangan/ penjelasan materi secara langsung, hal ini berlanjut saat tatap muka, hampir setiap guru memberikan tugas saat mrk berhalangan hadir/ jam kosong atau bahkan datang ke kelas siswa hanya memberikan tugas Dan dilanjut meningalkan kelas dgn alasan Ada keperluan (entah keperluan sekolah/pribadi)... Kembali lg siswa "belajar sendiri" berguru dgn mbah Google
Betul sekali. Anakq sekolah di swasta alhamdulillah gurunya bagus2. Dia cerita temennya yg di sekolah negeri favorit bilang kalo guru2nya cumna ngasih catetan.. Nggak dijelasin. Dipikir semua muridnya pinter2 semuakrn sma favorit.. Padahal sekarang kan ara zonasi.. Yg mana anaknyagak mesti pinter yg masuk situ. Tapi ya punya murid pinter atau nggak juga tetep kudu ngajar sih.. Kan udh sop nya begitu kan.
Sya guru SMA disuatu sekolah swasta.. bahasan ini persis.. Strugling yg saya hadapi hari demi hari setelah covid breakout kmaren. attention span murid2 sudah tidak sama. respect, gesture, perhatian, endurance,.. juga sudah tidak sama lagi. Sekarang guru-guru umumnya strugling utk dapet memenangkan suasana kondusif belajar. sedikit demi sedikit pasti bisa. Bagi teman teman guru se Indonesia, semangat, jangan menyerah, they look up for us.
Semua tergantung bagaimana orang tua mendidik anaknya. Orang tua yang males ya akan menciptakan anak yang malas juga, jangan terlalu pasrah dengan sekolah, peran orang tua SANGAT PENTING dalam perkembangan anak
Saya guru SMA Kelas 10 dan 11 dan saya mendapat tugas tambahan sebagai walikelas. Apa yang Professor sampaikan sesuai dengan realita yang saya lihat saat ini di kelas. Dua hari yang lalu guru Biologi lapor bahwa 4 orang anak tidak ada di dalam kelas. Setelah saya cari 2 orang diantaranya ada di dalam WC mengunci diri. Pada saat saya tanya kenapa dia tidak ikut belajar katanya dia sedang malas. Satu orang anak lainnya saya telephone untuk menanyakan keberadaannya. Dia menyampaikan bahwa dia sedang di BK minta perban karena luka (info dari guru BK tidak ada anak yang datang ke ruang BK). Terakhir, satu orang lagi berada di UKS dengan alasan sakit (info dari salah seorang teman sekelasnya sebelum ke UKS dia duduk-duduk di bawah pohon di taman sekolah) Ruang UKS hampir tiap hari penuh karena banyak anak yang mengaku sakit. Sebagian diantaranya saat di cek temperatur oleh guru suhu tubuhnya normal dan tidak terlihat gejala sakit. Kebanyakan dari anak-anak ini malah tertidur lelap mendengkur dan sulit dibangunkan. Kami para guru bekerja 450 menit per hari untuk mempersiapkan, melaksanakan, menilai dan merefleksi kegiatan pembelajaran. Kalau di estimasi waktu yang kami habiskan untuk melakukan tugas pokok kami realitanya lebih dari 450 menit per hari. Pada kegiatan penilaian rata-rata guru harus menilai 36 orang siswa x 12 kelas atau 432 anak. Apabila penilaiannya bentuknya essay dengan alokasi waktu memeriksa tulisan per anak 3 menit maka butuh waktu 1296 menit atau 3 hari untuk memeriksa dan membuat laporan penilaian. Saya senang dan bahagia menjadi guru. Saya ingin memberikan bimbingan dan pendampingan terbaik bagi anak-anak. Kasus anak-anak yang saya sampaikan tadi belum sepenuhnya kami tangani karena kesibukan melaksanakan tugas administratif lainnya. Mohon maaf komennya terlalu panjang. Hanya sekedar sharing. Sebagai guru dan pendidik saya masih harus banyak belajar. Terima kasih Prof atas unggahan videonya. Sangat bermanfaat untuk saya.
Hampir semua sekolah mengalami seperti disekolah ibu. Disekolah kami pun seperti itu, bahkan merekok di toilet trs selfie sebar di medsos, moral makin menurun.
Menurut saya sekolah tetap terbaik daripada online. begitu pentingnya sosialisasi untuk anak2 itu. dengan di sekolah, sedikit banyak mengurangi ketergantungan dengan gadget.
Betul sekali prof, anak anak jadi lebih agresif, mudah tersinggung, mageran merasa cepat lelah. Semoga dengan kembali nya ke sekolah tatap muka anak anak bisa kembali mempunyai tenggang rasa
Setuju, prof, semuanya sdh totally berubah… tidak hanya anak2, tetapi kita pun (orangtua dan guru) perlu memiliki working memory, the inhibitory control, dan cognitive flexibility 👍👍👍 big thanks pencerahannya, prof
Kemajuan teknologi tidak bisa dicegah. Yg penting ortu tidak overworried n menghakimi anak2. Dengan kasih sayang n perhatian...anak2 akan lebih mudah menerima nasihat dan bimbingan. Anak sy online offline tidak ada masalah. Klo sikap anak2 berubah menjadi nakal ato berontak....qta ortu juga harus instropeksi. Anak skrg lebih pintar ...mereka mampu mengekspresikan argumen mereka dng lebih berani. Orangtua juga sebaiknya membuka hati n pikiran dng ide2 baru anak2. Jangan semua diukur dengan tolok ukur jaman dulu
@@sinarinspiratif asik, sok mempertanyakan definisi. Akhirnya muncul manusia2 yang berdasarkan definisi. Saya tanya balik anda udah hidup berapa lama. Udah punya anak berapa? Tingkat terakhir pendidikan anda sampai mana? Udah s2? Kalau belum kayaknya anda ga level untuk sok bertanya arti definisi, coba artikan saja definisi kehidupan itu apa. Rasa2nya semua juga tau definisi nya apa, cuma ngga bacot macem anda.
@@ntznbgzt Saya tidak ada masalah dengan anda,kenapa anda kasar bicaranya?saya gak perlu menjawab pertanyaan anda karena omongan anda tidak menandakan orang sekolahan... maaf... kalo anda merasa sekolahnya tinggi kenapa bicaranya seperti preman?
@@sinarinspiratif betul mas. Kita kn sdng prihatin dg fenomena nyata di sekitar kita. Anak, ponakan, tetangga, beserta kegundahan para orang tuanya. Ga perlu ijasah utk mengungkapkan keprihatinan.
Guru di sekolah negeri perlu ada evaluasi akan tanggung jawab moral untuk mencerdaskan anak bangsa seperti dulu, sekarang kurang dalam hal mengajar dan menerangkan hanya sering memberi tugas pada murid.
Tentu terlalu banyak faktor yang dapat didiskusikan bahkan diperdebatkan mengenai cara meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak bangsa kita yang kelihatan galau harus mengambil contoh dan arah mana: Finlandia, Singapura, atau lainnya. Satu sajalah yang pasti: Kalau kita bicara belajar di sekolah dari jenjang TK - SMA, guru adalah tokoh sentral: Mereka harus tetap 'stay in the class on a regular basis' mengajar, menulis di whiteboard, menjelaskan, memberikan contoh, menanyakan apakah siswa paham, menjelaskan kembali, memberikan contoh kembali, dst. sampai pelajaran selesai. Yang lain-lain di luar itu adalah ekstra: Guru memberikan tugas lewat gadget; siswa mencari info sendiri daring; siswa mengerjakan tugas berkelompok daring; dll. Sekolah merdeka, kurikulum merdeka, belajar merdeka tidak boleh berarti: 'Merdeka euy, kita tdk perlu ngajar keras lagi spt guru-guru zaman dulu. Anak-anak, silakan belajar semau kalian. Terserah. Saya cuma ngasih tugas dan bisa keluar kelas lagi!' Ini tentu salah kaprah dan parah. Parah sekali.
Terima kasih Prof. Saya memindahkan anak saya dari sekolah negeri ke sekolah blended learning yang memberikan anak kemerdekaan utk memilih waktu livenya dan mengajarkan cara mengatur waktu. Mereka membuat jadwal sesuai dgn kebutuhan mereka. Dan guru2nya semua sangat luar biasa aktif dan sangat seru dalam mengajar. Krn anak saya di tingkat SMA, mereka sudah diajak mempersiapkan diri ke jenjang perkuliahan. Dan mereka juga sudah dikenalkan berbagai macam pekerjaan dgn mengundang profesional2 yang bisa sharing pengalaman dan memberikan masukan yang positif kepada anak2. Di sekolah ini anak2 diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat dan ide2. Saya bersyukur bisa memindahkan anak saya dari konvensional ke sekolah blended learning sehingga waktu mereka sangat maksimal utk kegiatan2 lain termasuk bermain dgn teman2nya. Sekolah Murid Merdeka menurut saya sangat ideal utk saat ini. Membuat esay sesuatu yang diutamakan di sekolah ini, dan tidak diperkenankan copypaste dari wikipedia, kelak mereka tidak gamang di masa perkuliahan. Semangat terus Prof.
@@nyapedahwe Sekolah Murid Merdeka. Awal untuk anak2 yang belum memahami sistem, akan merasa aneh dan sulit. Krn tidak ada soal Pilgan di sekolah ini. Dan di sekolah ini betul2 anak di ajarkan memanaged waktu. Banyak juga ortu yg gamang saat awal anaknya bersekolah di sini. Tetapi inilah sekolah yang ideal utk membentuk anak kita mandiri dan berkreasi. Anak saya mengatakan sekolah ini teman2nya lebih welcome dibandingkan di sekolah negeri yang pernah dia jalani. Semoga sekolah seperti ini bisa banyak.
Dr jaman dulu juga sama aja kritiknya buat anak sekolahan. Mau offline online sama saja. Karena masa kuliah yang terpenting. Sebandel, sepintar, serajin apa dia harus masuk DI JURUSAN YANG TEPAT DENGAN BAKAT SKILLNYA. Buat anak individualistik, malas, ada kok pekerjaan yg cocok. Sekarang banyak cara. Asal jgan salah ambil jurusan, sedini mungkin tau apa yg mau diraih.
Kembalikan kurikulum sekolah seperti dulu jaman Daoed Joesoef. Khususnya anak TK dan SD. Dulu TK khusus bermain dan penerapan disiplin serta persiapan mengikuti pelajaran nanti di SD. Di TK tak ada PR, tak ada harus bisa baca tulis, berhitung, hapalan, dll. Di SD kelas 1 baru belajar baca. Dan efektif saja karena pengalaman saya, dalam 3 bulan di kelas 1 SD sudah bisa baca koran. Sekolah SD dulu terasa menyenangkan, tidak terasa menekan meski PR tetap ada. Mata pelajaran hanya dasar, seperti berhitung (matematika), bahasa Indonesia, IPA, IPS, olahraga, dan kesenian. Hanya PMP yg bermuatan lain, itupun masih terasa ada gunanya. Tidak seperti sekarang, materi pelajaran diputer2 dan dipanjang2kan padahal materi intinya sama saja dengan dulu. Buku teksnya dipanjang2kan, tebal2, dan berat2.
Setuju sekali, Prof. Analisis yang brilian. Barangkali dengan memasukkan kembali pelajaran/pengetahuan Budi Pekerti di level-level dasar, akan membantu anak-anak kita membentuk jatdiri atau karakter yang lebih baik.
Hal ini sdh dpt kami prediksi dr awal shg ketika thn ajaran baru yg lalu dimulai dgn offline mk yg kami lakukan di santa Ursula Bandung adlh memulai kembali dgn pembiasaan2 di semua level, pembentukan karakter ditekankan di dr awal lagi dan hslnya skrg sdh mulai terlihat
Pendidikan efektif jika belajar & bermain bg anak2 hrs berimbang..jgn dominan bljr nanti jd jenuh/stres..jgn dominan main nanti terlambat tahu/tertinggal. Satu lg kata kunci, anak2 diberi ruang bertanya saat proses bljr yg lbh luas utk membangun imajinasi mrk agar jd pribadi2 kreatif saat dewasa.
@@PahlawanMerdeka cepet sih cepet...tp kl tanpa ada pembimbing yg kompeten di bidangnya apa jg bagus hasilnya...? Contoh ntu para orang yg mabok agama...mereka mencari pelajaran agama dr Mbah Google tanpa ada/mendiskusikan dgn orang yg kompeten hasilnya melenceng kan...
Saya berpikir Sangat berbahaya bila pembelajaran dihabiskan di dlm kelas.Untuk itu anak secara keseluruhan penting diberi kesempatan untuk aktualisasi diri.Saya merencanakan kegiatan untuk mngembangkan kepemimpinan,bekerja kolektif dan pngendalian diri dg kegiatan pramuka dg metode latihan tutor sebaya.Saya berharap dg metode ini bisa menyalurkan aktualisasi diri pada anak dan terbangun rasa percaya diri yg kuat.
Tks bnyk prof. Suatu masukan yg luar biasa baik bagi ortu, maupun pengajar. Next prof angkat keluhan/ struggling apa sj yg dihadapi para guru / pembimbing. Adakah bagian2 yg mengalami penurunan / emosi, kemampuan, sikap guru setelah covid breakout skrng ini. Sy dengar tdk sdkt guru2 yg hny memberi tugas smua lewat HP tanpa tau kendala yg dihadapi murid. Sy mewakili teman sy yg guru les. Tks bnyk prof. Salam sehat selalu. 🙏
Concern sudah dipaparkan. Causes sudah diketahui. Corrective actionnya apa, itu langkah berikutnya utk cari solusi. Guru disibukkan dg mengejar target mapel kelar. Siswa di-push, dijejali semua mapel, belajar sampai siang bahkan sore. Pemerintah sibuk gonta-ganti kurikulum tiap ganti menteri, ganti presiden. Akhirnya, mau dibawa ke mana ini masa depan Indonesia kalau semua bergerak masing2 utk mengejar target pribadi... Siklus ini terus terjadi 5 th sekali. Capek sekali... Wajar kita masih gini-gini aja.
Terimakasih Pak Rhenald Kasali, sy guru SMA ...semua yg Bpk paparkan mmg spt itulah yg sya dan pasti rekan2 guru lain jg hadapi. Apa yg Bpk sampaikan jdi referensi kami utk memetakan kembali metode dan model pembelajaran yg tepat bagi anak didik kami🙏🙏
terima kasih, atas cara pandang yang prof kemukakan. ini menjadi bahan renungan atau bahkan bisa menjadi renungan bagi diri sendiri yang ikut mengajar di sekolah non formal keagamaan. memang terlihat anak-anak lebih cepat bsan dengan hal yang bersifat rutinitas saat ini. maka semua pendidik memiliki tugas yang berat dalam memulai kembali membangun kualitas pendidikan di Indonesia. semoga hal ini juga dapat di dukung oleh para pemangku kekuasaan untuk mengkaji regulasi supaya membantu guru dalam memberikan pendidikan yang berkualitas.
Sy ign mnyampaikn kbr bk dr Tuhan Yesus Kristus Bhwa Dia sngt mngasihi kt smua Dia mati di salib untuk menebus dosa2 kita Barang siapa yang percaya kepada Nya dan mengakui Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dan mntaati perintah Nya maka akan beroleh hidup yang kekal dlm kerajaan surga bersama Tuhan Yesus Kristus dan orang2 Nya yang Kudus Smoga yg membaca pesan ini di berkati Tuhan Yesus Kristus
Betul, Pak. Sebagai Guru, Saya juga merasakan hal tersebut. Disamping harus mengikuti rancangan pembelajaran dan materi yg harus disampaikan, Saya juga harus menata dan membina ulang attitude serta pembiasaan yang sebelum pandemi sudah dibudayakan namun mulai terkikis selama 2 tahun.
Saya mengajar di SMK swasta, setuju Prof, para peserta didik semakin minat belajar sangat rendah, mudah menyerah, speak deley, krisis disiplin, kami harus berkerjakeras dan punya PR berat untuk membina karakter dan segudang masalah lainya.
Luar biasa Prof. Rhenald ini saya perhatikan persis yg terjadi pada anak saya. Terima kasih Prof sangat membantu saya mengarahkan anak untuk menjadi manusia yang hebat ke depan. Salam hormat selalu Prof 🙏
Menarik sekali bahasan Prof Kasali ini .. semoga hal2 ini juga menjadi kajian dari Kemendikbud sehingga tidak sekedar fokus pada mengejar ketertinggalan kurikulum (lost education) selama pandemi, tapi juga mengantisipasi sekaligus menyiapkan solusi potensi2 masalah baru pasca pembelajaran daring 2 tahunan... sedikit banyak saya menemui hal2 itu sebagai orang tua dan guru sekaligus ...
Wow mengagumkan Bapak Prof. Terimakasih banyak terutama dibagian penutup executive functioning skills dan uraiannya sampai akhir mata enggak berkedip sedikitpun mendengarkan detail dan impact yg terjadi untuk menghindari executive function disorder minimal memperkaya perbendaharaan pengetahuan dan mampu mengexpresikannya bukan untuk anak namun cucu2 saya. Akan saya simpan diworking memory saya dan aka saya pergunakan di timing yg tepat. Sekali lagi terimakasih Prof. Salam hangat sehat walafiat selalu mantap👍👍❤❤🙏🙏
Anak SMP Tugas via Google Classroom.. Tugas ga ngerjain malah maen Game/medsos, Masuk sekolah Jam 7-15 sore.. Pulang kerumah jam 15:30/16:00 sampe rumah ngerjain PR yg seabrek abrek. . tugas n ulangan-ulangan.. Ga ada waktu istirahat n bermain. Literasi membaca kurang, Kemampuan nalar,logika, komunikasi, Presentasi,berbicara sangat jauh berkurang.. Berjam jam di kelas pakai masker ya pasokan oksigen ke otak berkurang.. hellow Sudah 2 tahun lebih masih maen kopat kopit.. Lost generation
Benar sekali apa yang bpk Rhenaldi katakan , perubahan telah terjadi ... di sekolah kami terasa perubahan itu ,banyak sekali siswa siswi yg Yang tatakramanya sudah amburadul....saya sebagai pendidik sekarang sedang menata kembali tatakrama mereka sebagai siswa siswi menjadi lebih BAIK.....karena ini Tugas kita bersama untuk membangun Bangsa ... Trimakasih Bpk Rhenaldi ....Salam HORMAT.
Guru itu harus rotasi, dan dinamis. Karena setiap anak didik tidak sama. Bahkan cepat sekali karakteristik setiap generasi berubah, jaman berubah, teknologi berubah, tren berubah. Maka pola pendidikan dan metode2 harus "catch up" dengan perubahan2 ini. Jika tidak akan lahir generasi yang "loose control" dan itu sudah mulai terjadi. Karena guru2nya sudah "outdated" tidak mengikuti perkembangan jaman teknologi dan trend. Masih mengadopsi pola2 belajar mengajar jaman dulu pakem2 lama.
Tx Prof ... sekolah tatap muka membuat guru lebih bisa menanamkan pembiasaan pada siswa, pembiasaan pada nilai2 u/ pembentukan karakter yg baik. Smg tdk ada pandemi lg sehingga anak2 bs sekolah tatap muka trs ... Prof Rheinald guru bangsa 💪💪🇮🇩
Sebagai guru, topik ini related banget dengan kondisi siswa sekarang ini. Siswa lebih manja dan cepat mengeluh. Sikap agresif dan belum bisa menyaring kata-kata yg pantas untuk dikeluarkan. Tugas guru saat ini bertambah berat karena bukan hanya mengajarkan materi namun juga membentuk karakter
Sebaiknya hal2 ini tidak hanya dibebankan kpd guru ya. Seharusnya orang tua di rmh jg mau menyadari ini dan turut bertanggungjawab membentuk kembali karakter anak2 kita, demi generasi yg lebih baik di masa mendatang..
Relate banget. Saya sebagai pengajar siswa SD juga merasakan hal yang sama terkait sikap agresif dan karakter siswa yang jadi PR tambahan bagi kami. Semoga cepat pulih dunia pendidikan kita.
@@yudithyudith6551 klo cuma cari nafkah saya tidak akan bekerja sebagai guru. Sebagai info, gaji saya sebagai guru hanya 450rb sebulan. Tolong klo Anda ingin berkomentar lebih hati2. Tidak semua guru bergaji besar. Banyak guru di kota kecil digaji di bawah UMR. Ayuk bergabung menjadi guru sehingga bisa merasakan suka duka guru. 😊
Bapak rhemaldi anda memang analisator yg hebat. Sy dari generasi lahir THN 70an sy bisa katakan generasi sekarang tidaklah setangguh generasi sebelumnya.. Teknologi bukanlah hal buruk tp jika tida didasarkan pada didikan emosionil yg tepat tekno menjadi SPT hal buruk
Orang tua lah yang harus ekstra belajar, untuk mendidik anaknya, Rohaniawan membantu orang tua untuk mendidik moral spiritual, guru fokus pada Intelektual. Jika masalah moral spiritual semua di bebankan sama guru tidak akan mungkin bisa hasilnya baik.
Anak saya masuk SD kls 1 pas masa awal pandemi. Berdarah2 rasanya utk ngajarin anak SD kls 1 untuk bisa menerima kurikulum k13. Akhirnya di kelas 2, saya putuskan untuk home schooling, saya lebih mengajarkan survival skill, math, literasi keuangan untuk anak, koding, olahraga, dan pengetahuan umum yang masih dasar. Secara mental, mental saya jauh lebih sehat, lebih tenang, lebih bahagia gak kerasa capek nya dibanding ngajar anak tapi di kungkung dg kurikulum yang sistemnya belum anak paham udah harus lompat ke topik yang lain.
@@suryakesuma4770 mungkin banyak yang masih salah persepsi ttg home schooling pak. Tidak melulu homeschooling itu membayar uang besar utk bayar guru private dan beli kurikulum. Tapi justru dengan home schooling ini kita bisa mengatur biaya pendidikan sesuai budget tapi output nya mungkin bisa jadi lebih efektif dibanding anak sekolah konvensional. Karena yg mengajar adalah orang tua sendiri dan materinya dipilihkan menurut apa yg dirasa penting untuk anak dan sesuai dengan kapasitas anak nya
@@husnithalib1075 saya bahkan ga ada basic guru pak. Karena anak saya masih dibawah kelas 4 bs belajar tanpa guru atau sekolah pendampingan. Nanti di kls 4 baru saya daftarin ke dinas pendidikan mencari sekolah pendampingan tapi sistem nya laporan saja. Tetep aktivitas belajar lebih banyak orang tuanya yg ngajar. Saya udah 3x mencari sekolah yg paling pas buat anak saya, semuanya melelahkan pikiran dan kantong 🤭
@@suryakesuma4770 home schooling ngga harus mahal pak, anak saya home schooling gratis. Saya ajarin sendiri dan di daftrkan di PKBM agar dapat ijazah. Alhamdulillah ketemu PKBM yg gratis pula
Trimakasih banyak sdh bahas ini Prof, sangat sangat relate dg yg terjadi dg anak-anak kami… Dan teknologi ini mmg di satu sisi membantu pekerjaan/penbelajaran, di sisi lain jg mjd faktor distraksi tertinggi dlm proses belajar. Ditambah lagi bbrp sekolah justru menggunakan metode E-book, yg mnrt hemat saya malah spt memindahkan pembelajaran online ke sekolah, jd tetep terpaan screen ga berkurang, plus pengawasan guru&ortu jg blm maksimal, bgmpun sesuatu yg manual ini tetap diperlukan… Jadi penggunaan gadget dlm proses belajar bs dikontrol, percuma kembali ke skul tapi paparan gadget ttp tinggi 😅🥲
Terima kasih prof Sangat bermanfaat unk cucu yg tidak focus Sehingga zaidan sekolah di sekolah kreatif yg sangat bagus karena kasus tidak focus mata kemana mana dan suka berguman dan selalu berimijinasi dng kebiasaan dng dunia gadgetnya jadi suka berbicara sendiri Tetapi IQ nya 114 Dan sekolah terapi krn tdk focus Guru2 nya pun sangat begitu sabar Yg dialami selama pandemi sekolah via zoom dan sekarang tatap muka akibatnya banyak kemalasan unk sekolah tatap muka
Moment covid dari segi bad news bisa dijadikan bahan evaluasi dalam dunia pendidikan. Idealnya pendidikan membentuk anak yang tahan banting menghadapi kesulitan apapun seperti kondisi pandemi sekalipun, perlu kerjasama serta dukungan orang tua dan sekolah yang baik. Yang jarang diperhatikan juga dalam pendidikan kita adalah pendidikan untuk membentuk kecerdasan spiritual siswa, siswa banyak dipersiapkan untuk dunia industri saja tanpa memperhatikan sisi keutuhannya sebagai manusia.
Terimakasih bapak yg terhormat atas pencerahannya...dgnenyimak Vidio ini ..langsung sy merasa tercerahkan...ijin sy share Vidio ini ke para sahabat saya saudara saya dan para guru guru disekolah anak saya...terimakasih sekali lagi pak..salam dr Bali🙏😇smga BPK sehat selalu dan selalu berkarya utk kemajuan generasi penerus Bangsa dan Negara Indonesia,❤️😇
Saya memupuki anak Saya sebab-akibat & functioning mental+skills 🙏 Prof karena dalam sebab-akibat sudah terdapat bekal iman, bekal wicara, behavior, pengolahan/working memory dan semua proses kegiatan/aktivitas 😊 krn pemikiran Saya, hidup tetap intinya hanyalah rangkaian sebab-akibat, apa yg Kalian pupuk/buat positive things/kebaikan pun negative things/keburukan kejahatan => pasti hasilnya (tidak akan berbohong) 😊 kebaikan pasti buahnya indah membanggakan, buruk pasti berisiko negatives. 💪semangat positif kebaikan 🥰😍
ini mungkin terjadi di lingkungan menengah atas ...karena di lingkungan perumahan dimana tetap ada interaksi sosial di lingkungan rumah ..maka tetap terjadi interaksi sosial...fenomena di Dubai
Selama pandemi yg saya rasakan di kampung, hampir tidak ada pembatasan interaksi sosial. Alias berjalan seperti Biasanya. Hanya cara sekolah nya yg berbeda yg sangat sulit ini disebut sebagai sekolah.
Resume Hybrid Menjadi lebih kreatif Menjadi lebih spontan Menguasai informasi Menjaga kesehata Cara membersihkan tubuh Rasa ingin tahu tinggi Belajar bisa di lakukan di mana saja Orang tua harus tau cara anak harus belajar Dampak negatif Kemandirian berkurang Lebih mudah menyerah Kurang mengenal aturan Kurang memiliki time manage Kurang percaya diri untuk bicara Kurang bermain dengan teman Kurang fokus Tidak bisa menyelesaikan problem Guru Sulit mengenal anak Karekteristik nya Tugas guru banyak sekali Harus membentuk siswa Terjadi kemunduran Point' 1. Fokus menjadi rendah 2./kosa kata semakin pendek (Bahasa internet) 3. Mudah cemas 4. Kecerdasan emosional terganggu 5.tidak bisa meregulasi diri 6. Mudah lelah fisik
Cara pemahaman & kekhawatirn pak KasaLi sbg org tua skaligus org lama... disadari atau tidak tetap dgn *"GAYA PiKiR LAMA"* 1. Bnyk Kekawatiran 2. Ada ketidak percayaan 3. Keyakinan Diri sendiri yg merasa paling benar & merasa lbh paham ☝️🤣🤣🤣🤣🙏🙏 .. *"ORG LAMA"*
Saya ingin kasih masukan ya prof, tlg ksh masukan juga utk menteri pendidikan dan polri agar di sekolah2 dari tingkat dasar sampai atas, universitas, akpol dan berbagai institusi pendidikan lainnya ditambahkan pendidikan moral, agar tercipta manusia2 bermoral di tanah air ini. Coba tiru pendidikan di jepang , spy menciptakan budaya malu. Agar tdk ada the next sambo2 dan koruptor2 yg sdh memperoleh hukuman, msh bisa dadah2 di depan kamera dan malah naik banding. Bukannya menyadari kesalahan diri sendiri dan mengucapkan permintaan maaf ke publik, pejabat2 kita malah ga tau malu. Dati sini kita bisa sadar sangat kurangnya pendidikan karakter dan moral di negeri ini.
Disekolah diajari, dirumah dirusak wkwk Daripada ngajarin anak, mending ngajarin orang tuanya. Wajibkanlah pendidikan pra-nikah & kasih insentif kalau ikut layaknya pra-kerja. Nanti lama-lama jadikan itu kewajiban sebelum keluar akta nikah. Yang sudah terlanjur biarlah terlanjur, mulai sekarang dan lihat dampaknya pada 2045, 100 tahun Indonesia merdeka.
Betul Prof. Banyak perubahan. Segi positif memang anak2 lebih paham gadget. Tapi bahaya nya banyak yang menjadi addict dengan gadget. Kedua, dahulu sebelum pandemic , anak2 biasa belajar hingga sore, ketika pandemic terjadi, anak2 menjadi santai dengan jam belajar yang pendek, sekarang begitu keadaan berlangsung seperti biasa ,mereka gampang capek dan lelah. Ketiga, waktu pandemic anak belajar di rumah, ortu cenderung tidak membimbing tapi lebih menunjukkan hasil untuk menghindari konflik saat anak2 malas berpikir. Keempat , kurang sosialisasi selama pandemic.
Perlu lebih dari satu kali untuk menyimak sharingnya, untuk lebih memahami gap competency apa saja yang semakin melebar pasca pembelajaran secara online yg begitu lama. Terimakasih Prof.
Meskipun tidak semua ciri2 yang disampaikan Prof Rhenald nampak pada murid-murid saya (SD) tapi saya setuju bahwa regulasi diri menjadi sesuatu yang sangat urgen sekarang
Selain dari Anak2 yang "kaget" , guru nya pun demikian, karena selama 2 tahun belakangan mereka mengajar secara online yang sebagian besar metodenya hanya menyuruh murid membaca kemudian tinggal memberi tugas, dan sekarang mereka dihadapkan lagi ber interaksi secara langsung dengan para murid yang dipastikan tidak semuanya "berkelakuan baik" ketika di kelas. Butuh kesabaran dan pengertian dari semua pihak dalam menjalani proses new normal ini.
siap prof, untung saja di sekolah saya masih membiasakan murid nya untuk disiplin, walau semakin banyak pelanggaran terjadi karena banyak siswa Zonasi nya tapi tetap saja sekolah' berusaha mencari cara untuk memperbaiki sikap mereka, hehe sekolah saya bekas sekolah militer jadinya sekolah semi militer, keren banget sekolah saya prof😁☝️
Semenjak pandemi kamiorangtuasering tdk berkomunikasi dgn anak.anak2npylang n kotor. Kita hanya bilang mandi.dekatanakbkita jg takut.mungkin saja si anak bawa kuman kermh. Anak saya saja kalau belajar online ditungguin bpknya ygpura2x baca news paper.krn terbiasa yaaa..lama2xbiasa aja.anaknya kugacrajin.sy doa saja mo selesaikapan kuliahnya yaaa sdh kehendak tuhan.eeebiasa aja tuch anak.selesai juga dia thn ini.itu sebabnya kita yakin doa n usaha itu sejalan.jadi apapun itu kehendak yg kuasa lebih hebat pastinya.salam sehat pak tuhan member kati bapak.aameen.
Betul,, 2 bln ini ngajar full tatap muka kelas 7 benar2 butuh kesabaran yg luar biaaasaaaa!!! Hampir semua kelas yg saya ajar (6 kelas/A-F) fokusnya benar2 pecah. Ruaaamenya minta ampun. Semua guru mengeluhkan hal yg sama. Kadang saya berpikir: ini saya yg gak bisa 'handle' mereka, atau memang mereka sudah berubah. Ketika disuruh storytelling di dpn klas mereka gak bisa ngomong, ngomong pun lirihnya hadeuhh..hampir tdk kedengeran, pdhl pas KBM mereka ramenya luar biasa, giliran disuruh bicara: terbata-bata..
Giliran disuruh nulis, mereka gak tau harus nulis apa, benar kata prof: kosakata mereka sgt minimalis bangettttsss!! Kebetulan sklah kmi tdk melarang bawa hp, shgga kita para guru pas KBM sering kucing2an dgn siswa yg mencuri-curi main hp
Saya akui pencarian informasi dan ilmu pengetahuan memang sudah bisa mandiri dan sudah sangat luas.. Saat ini saya sedang berfokus pada penelitian " Pemodelan Ujian " Saya melihat bahwa model ujian kita saat ini sudah kurang relevan. Olehnya itu saya melakukan pemodelan. Bukan lagi sekadar tes esai dan multiple choice. Melainkan, model - model games, kompetesi, dan gotong royong.
pekerjaan modern saat ini, at least di tempat saya bekerja, pekerja dituntut untuk bisa ultra multitask. short & quick attention span sangat diperlukan untuk pekerjaan jenis ini. Kemungkinan ke depan akan semakin banyak pekerjaan yang seperti ini. Sementara pekerjaan yang membutuhkan long focus & long attention & tedious akan diambil alih oleh komputer / AI. sehingga, kalo anak dituntut untuk sama dengan mindset boomer, maka mereka akan tergilas. Paradigma berpikir harus diubah. Harusnya RumahPerubahan lah yang leading dalam hal ini. Bukan sebaliknya
Betul Prof, sedikit menambahkan saja. Berkaitan dengan cognitif flexibility, beberapa orang terlahir pemahaman yang kaku akan suatu hal dan sebagian yang lainnya memiliki flexibilitas yang cukup tinggi. Hal ini yang mempengaruhi tingkat kedewasaan seseorang juga, selain fungsi emotion control yang sudah prof jelaskan sebelumnya dan berkaitan dengan neurotransmitternya. Karakter kedewasaan manusia ditandai dengan menjadi lebih flexibelnya pemikiran/pemahaman untuk orang yang cenderung rigid, sedangkan untuk sebagian yang lainnya menjadi lebih terarah dan sedikit lebih rigid pada pemahamannya.
Selalu ada kurang n lebih nya dalam setiap proses perubahan apapun + dimanapun. Baik itu akademik n non akademik. Justru saat inilah momen yang tepat bagi ortu2 + guru2 + anak2nya fokus pada solusi yang realistis & tepat terukur disertai semangat juang menyesuaikan kemajuan era global.
Gu-ru = digugu dan ditiru .... Marilah para guru dan para orang tua sungguh-sungguh bisa menjadi figur yang didengar, diperhatikan dan diteladani oleh anak-anak kita, baik di rumah maupun di sekolah.... Janganlah para guru dan para orang tua juga sangat asyik sendiri dengan gadget, sama seperti anak-anak, apalagi untuk hal-hal yang sebenarnya bukan hal-hal yang utama .... Saya yakin, anak-anak itu tergantung bagaimana para guru dan para orang tuanya.... Anak-anak akan tau, cepat atau lambat, apakah para guru dan orang tuanya itu sungguh-sungguh mencurahkan perhatian, tenaga dan waktunya untuk mengajarkan mereka atau tidak..... Anak-anak adalah cermin bagi orang tua dan guru-gurunya... Seperti bunyi peribahasa kuno ini, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari".... Jawaban atas hal ini sesungguhnya ada pada diri kita sendiri.... Dan, guru pertama dan terutama adalah orang tuanya sendiri, bukan guru-guru di sekolah...... Janganlah percaya begitu saja dengan orang-orang lain untuk mendidik anak-anak kita..... CMIIW
Yang tidak sya temukan dlm porsi cukup di dlm video prof adl hal2 baiknya terkait perubahan itu sehingga bisa mengimbangi paranoid perubahan krn teknologi itu..
Tergantung sekolahnya, alhamdulillah sekolah anak saya, online maupun offline, sistem belajarnya tersusun dengan rapih, mata pelajaran dikit, ada yang sistem blocking, gak ada PR, ekskul n life skill nya bervariasi dan berjalan dengan baik. Bedanya cuma kalau pas offline di sekolah HP di simpan sekolah. Anak gak pegang HP selama sekolah tatap muka.
Bener sekali prof, banyak sekali anak2 yg mengalami "kerusakan" mental setelah covid ini. Malas belajar, malas berangkat kesekolah, lebih fokus main hp. Bahkan banyak yg memilih drop out dari sekolah.
Kurangnya regulasi diri, attention span yang (sangat) pendek dan penurunan daya kognitif (memahami kalimat kompleks) semuanya jadi kombinasi yang menyulitkan anak-anak untuk membangun sesuatu untuk masa depannya. Padahal untuk benar2 menguasai satu skill, sangat perlu fokus dan kerja keras dalam waktu yang panjang. Semoga ada jalan keluar untuk membalikkan situasi. Terima kasih insight nya Prof.
Baru2 ini aku ngelewatin smp-ku dulu, liat siswa2 pulang sekolah duduk nunggu jemputan rata2 sambil pegang hp-nya.... Langsung keingat dulu aturannya HP gk boleh dibawa ke sekolah, nanti kena razia hp..... Emang zaman udah berubah....
Setuju sekali bapak, semoga semua menyadari dan akhirnya mau bergerak melakukan sesuatu untuk membangun sikap mental generasi penerus yang menurut saya juga berada pada titik krisis. Yuk lakukan sesuatu dari lingkup terkecil, minimal untuk anak kandung kita sendiri.
Benar Benar dan Benar. saya alami itu untuk anak saya yang duduk di kelas 4SD. sudah seharusnya dibuat sistem pendidikan peralihan "post covid", bukan dipaksakan normal seperti "pra-covid". ini justru di launching kurikulum baru...kurikulum merdeka. covid aja blm kelar..mau merdeka dr sopo?!?
Terima kasih Prof telah mengangkat isu/topik ini... Hal ini pernah kami amati dan awalnya disangka bukan masalah... tp dampaknya terasa sekali... Semoga kita bisa mendapatkan solusinya...
Executive Functioning ini pun harus juga diaplikasikan oleh orangtua dan pengajar...karena yang mengalami perubahan juga orangtua yg sibuk dengan medsos serta gadgetnya dan juga pengajar yang masih berfikir bahwa pola mengajar masih efektif hanya dengan memberikan pemahaman materi saja tanpa coba berinovatif agar anak anak atensinya bisa kembali pada pelajaran
Maa syaa Allah... informasi yg sangat bermanfaat sekali, thank you prof...semoga prof RK senantiasa sehat dan terus menjadi manfaat, aamiin yaa Rabbal'alaamiin 🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Sepertinya ini memang konsekuensi dari sosialisasi ala internet Cuman memang pandemi Mengakselerasi dampak nya Beberapa waktu lalu Saya ada pelatihan di kantor Bersama beberapa senior Uniknya instruktur di sana Bisa mengenali siapa di antara kami yang senior Dan siapa yang junior Dari kelincahan berbicara Krn menurut sang instruktur Generasi lawas cenderung jago bersilat lidah Sedangkan generasi junior cenderung jago mengetik Saya rasa kondisi ini juga yang terjadi pada anak anak Dan itu semua disebabkan pergeseran pola komunikasi Dr offline, bertemu muka, membaca ekspresi, sentuhan Menjadi komunikasi online, tidak melihat muka, sehingga tidak peka emosi dan tidak perduli orang lain
memang dunia pendidikan harus mulai berubah. tapi ada baiknya juga mengamati perkembangan dan menyesuaikan.. kalau pengalaman saya pernah mengajar anak2 yang notabene kurang disiplin dsb, cara alternatif saya adalah membiarkan gesture mereka seperti apa,.. memang akhirnya ada yang tidur2an dsb. tapi tetap saya ingatkan untuk mendengarkan dan asal materinya 'masuk'. Alhasil mereka merasa nyaman dan materi malah masuk dengan baik. Klo saat ini perusahaan2 besar spt Google dsb membiarkan karyawannya dengan gesture masing2, bahkan dibiarkan untuk bersantai, main permainan yg sengaja disediakan dsb. Hasilnya tetap produktif. Saya kira ada perubahan jaman dan hal2 yang kolot ada baiknya ditinjau kembali. Maaf hanya pandangan yang sedikit berbeda
Zaman boleh berubah, tapi TATA KRAMA, KESOPANAN, KEBENARAN, MORAL dan hal2 baik yang diajarkan secara turun temurun, TAK AKAN PERNAH BERUBAH. Sekolah bukan hanya soal transfer ilmu atau kesombongan akan kemajuan pengetahuan dan teknologi, tapi juga soal mempelajari hal hal lain yang menjadi penopang hidup yang non teknologi. Karena kita ini MANUSIA, bukan ROBOT. Kesadaran akan diri sebagai manusia akan membuat kita menjadikan anak2 kita sebagai MANUSIA yang SESUNGGUHNYA, baik secara IQ, sosial, etika, keterampilan utk survive di alam dan di tengah manusia lain.
Pendidikan paska kopit dan pengaruh pendidikan offline dan online dalam membentuk pribadi yg bisa kontrol diri.....pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah pengantar dasar seseorang untuk belajar, selebihnya pendidikan balik kepada diri sendiri .....pendidikan paska kopit adalah pendidikan yg terpengaruh oleh kopit dan tehnologi internet, produk pendidikan akan terlihat beberapa tahun ke depan
Setuju 100%. Prof. Anak terbiasa mengandalkan hp Malas membaca, sulit berpisah dg hp kecanduan main hp. Bahasa kosa kata juga tidak sopan. Semua pembahasan Professor benar adanya 👍👍👍
Anak saya keluar dari Petra sekolah konvensional ke sekolah online Graha pena. Seperti prediksi kami di sekolah lama bolak balik online ke offline kalau ada yg positif covid 5 hari kasihan. Di online akselerasi materi lbh cepat. materi semester ini kls 3 sudah habis dalam 2 bln, jadi bisa latihan soal lbh banyak dan lbh dalam.
Salam sehat,sukses dan berkelimpahan Prof dan semua saudaraku di Chanel Prof 🙏 Dampak yang tidak disadari banyak orang, diamati o/ Prof...terimakasih Prof u kebermanfaatan ilmu nya, secara pribadi saya jd tahu bersikap terhadap sikap anak saya skrg dan terhadap guru nya.
Wah untung anak saya sekolah di @sekolahmuridmerdeka jadi kebanyakan issue tersebut tidak terjadi, tapi memang betul, kita sebagai orang tua juga butuh lebih adaptif, dan tidak seharusnya pendidikan dibebankan atau dititikberatkan kepada sekolah atau guru saja, kita sebagai orang tua juga harus paham dan aware, serta terlibat lebih jauh dalam mendidik anak ❤️❤️❤️
Anak saya juga di @sekolahmuridmerdeka, metode blended learning tp dengan pelibatan orangtua dalam proses belajar membuat anak menjadi lebih siap untuk menerima hal baru yang disiapkan dengan baik dalan setiap pertemuan. Fokus dan semangat belajar anak saya semakin terlihat membaik. Terima kasih @sekolahmuridmerdeka
Siap .. saya mengalami seperti dengan anak yg terbiasa dari kecil dengan gadget walaupun masih bersekolah offline saat di masa Corona karena sekolah di kota kecil Menyimak menyimak
Saya di kampus saat ini ikut organisasi pengabdian di sekolah dasar. Saya di SD mengajar anak kelas 3.
Memang benar mereka lebih aktif, sulit diatur, kurang sabaran, dll. Tapi dilain sisi mereka sangat energik, kritis, berani berpendapat. Itu menyebabkan seorang guru bekerja lebih keras untuk mengatur mereka. Tapi menurut saya memang disitulah kelebihan mereka. Karena setiap generasi punya karakteristik yang berbeda-beda. Tinggal kita mengolah mereka secara perlahan. Biarkan mereka berproses secara bertahap.
Menurut saya keberhasilan seorang guru adalah ketika muridnya berhasil berproses menjadi lebih baik dari pada sebelumnya, bukan sekedar kurikulum tercapai dengan nilai diatas kkm.
kak Dimas apa nama organisasi pengabdian mengajar di SD. saya mau ikut mengajar SD Kak
Itu yg kami hadapi sekarang sbg guru di sekolah prof. Guru SMA seperti ngajar anak TK , krn guru hrs mulai lg membentuk karakter, emosional, etika, tanggung jawab. Setelah masa covid tugas guru makin berat lagi. Disini menjalin kerjasama antar orang tua dan guru utk bersama sama mendidik anak.
Sekolah terlalu lama hingga sore tapi utk bisa menguasai bahasa inggris, misalnya, kebanyakan siswa hrs lewat kursus di luar sekolah. Untuk menghadapi tes masuk PTN kebanyakan siswa SMA harus ikut bimbel krn yg diajarkan di sekolah tidak nyambung dengan materi ujian masuk PTN. Kalau begitu, kan lebih baik jam sekolah dipersingkat saja spt dulu misalnya hingga jam 13.OO lebih baik lagi lebih awal🤭. Lebih produktif bagi siswa menggunakan waktunya utk belajar macam2 spt olahraga, seni, kursus, mengembangkan berbagai soft skills, berorganisasi, membantu ortu mengelola pertanian dsbnya.
Bener..
Kayanya pemerintah bodo amat deh sama rakyatnya,, yang pnting cuan. Gak bakalan maju nek gini. Kalo pemimpinnya pekok, pemdanya ikutan, gurunya ikutan. Semua dimulai dari pemimpin tertinggi
Stuju, konyol bgt sekolah ampe sore 🙄
Yg bener aja?
Berasa kyk tempat penitipan anak aja sekolah itu
Terlalu dipaksakn, kasian
Aduuuhhhh.. setuju banget sm komentar ini! Anakku pas tahun ajaran baru jadwal sekolah sampai jam 14.30. Sampai rumah masih dikasih PR segunung atau ulangan. Tiap hari tidur selalu di atas jam 11 malam karena ngerjain tugas. Belum lagi kalau pas hari yg ada lesnya. Makin capek lah. Pulang langsung les. Alhamdulillah sekarang pulang jam 13.40 karena banyak anak2 yang sakit. Lha wong waktu istirahatnya nggak cukup. Anak sekolah sekarang sibuknya ngalah2in orang kerja kantoran 😒
kalo kayak gitu namanya smk
Jangan lupa, prilaku guru sendiri mengalami pergeseran. Selama masa pembelajaran online para guru lebih banyak memberikan tugas Dari buku dengan minim keterangan/ penjelasan materi secara langsung, hal ini berlanjut saat tatap muka, hampir setiap guru memberikan tugas saat mrk berhalangan hadir/ jam kosong atau bahkan datang ke kelas siswa hanya memberikan tugas Dan dilanjut meningalkan kelas dgn alasan Ada keperluan (entah keperluan sekolah/pribadi)... Kembali lg siswa "belajar sendiri" berguru dgn mbah Google
Ingat ada real teacher dan fake teacher. Jadi ga heran haha
Betul sekali.
Anakq sekolah di swasta alhamdulillah gurunya bagus2.
Dia cerita temennya yg di sekolah negeri favorit bilang kalo guru2nya cumna ngasih catetan.. Nggak dijelasin. Dipikir semua muridnya pinter2 semuakrn sma favorit.. Padahal sekarang kan ara zonasi.. Yg mana anaknyagak mesti pinter yg masuk situ.
Tapi ya punya murid pinter atau nggak juga tetep kudu ngajar sih.. Kan udh sop nya begitu kan.
best comment ini, saya juga punya adik relate dengan apa yang anda katakan
Yang bgitu itu biasanya yg udh tuwir 🙄
Betul bangett
Sya guru SMA disuatu sekolah swasta..
bahasan ini persis.. Strugling yg saya hadapi hari demi hari setelah covid breakout kmaren.
attention span murid2 sudah tidak sama.
respect, gesture, perhatian, endurance,.. juga sudah tidak sama lagi.
Sekarang guru-guru umumnya strugling utk dapet memenangkan suasana kondusif belajar.
sedikit demi sedikit pasti bisa.
Bagi teman teman guru se Indonesia, semangat, jangan menyerah, they look up for us.
Terima kasih prof....siap
Oh Tuhan ini masalah yang paling aku bahas dengan suami di rumah. Terima kasih banyak prof 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Amin
Semua tergantung bagaimana orang tua mendidik anaknya. Orang tua yang males ya akan menciptakan anak yang malas juga, jangan terlalu pasrah dengan sekolah, peran orang tua SANGAT PENTING dalam perkembangan anak
Saya guru SMA Kelas 10 dan 11 dan saya mendapat tugas tambahan sebagai walikelas. Apa yang Professor sampaikan sesuai dengan realita yang saya lihat saat ini di kelas. Dua hari yang lalu guru Biologi lapor bahwa 4 orang anak tidak ada di dalam kelas. Setelah saya cari 2 orang diantaranya ada di dalam WC mengunci diri. Pada saat saya tanya kenapa dia tidak ikut belajar katanya dia sedang malas. Satu orang anak lainnya saya telephone untuk menanyakan keberadaannya. Dia menyampaikan bahwa dia sedang di BK minta perban karena luka (info dari guru BK tidak ada anak yang datang ke ruang BK). Terakhir, satu orang lagi berada di UKS dengan alasan sakit (info dari salah seorang teman sekelasnya sebelum ke UKS dia duduk-duduk di bawah pohon di taman sekolah)
Ruang UKS hampir tiap hari penuh karena banyak anak yang mengaku sakit. Sebagian diantaranya saat di cek temperatur oleh guru suhu tubuhnya normal dan tidak terlihat gejala sakit. Kebanyakan dari anak-anak ini malah tertidur lelap mendengkur dan sulit dibangunkan.
Kami para guru bekerja 450 menit per hari untuk mempersiapkan, melaksanakan, menilai dan merefleksi kegiatan pembelajaran. Kalau di estimasi waktu yang kami habiskan untuk melakukan tugas pokok kami realitanya lebih dari 450 menit per hari. Pada kegiatan penilaian rata-rata guru harus menilai 36 orang siswa x 12 kelas atau 432 anak. Apabila penilaiannya bentuknya essay dengan alokasi waktu memeriksa tulisan per anak 3 menit maka butuh waktu 1296 menit atau 3 hari untuk memeriksa dan membuat laporan penilaian.
Saya senang dan bahagia menjadi guru. Saya ingin memberikan bimbingan dan pendampingan terbaik bagi anak-anak. Kasus anak-anak yang saya sampaikan tadi belum sepenuhnya kami tangani karena kesibukan melaksanakan tugas administratif lainnya.
Mohon maaf komennya terlalu panjang. Hanya sekedar sharing. Sebagai guru dan pendidik saya masih harus banyak belajar. Terima kasih Prof atas unggahan videonya. Sangat bermanfaat untuk saya.
😢😢😢
Hampir semua sekolah mengalami seperti disekolah ibu. Disekolah kami pun seperti itu, bahkan merekok di toilet trs selfie sebar di medsos, moral makin menurun.
Semangat rekan-rekan guru
Komen terbaik😍
Menurut saya sekolah tetap terbaik daripada online. begitu pentingnya sosialisasi untuk anak2 itu. dengan di sekolah, sedikit banyak mengurangi ketergantungan dengan gadget.
Betul sekali prof, anak anak jadi lebih agresif, mudah tersinggung, mageran merasa cepat lelah. Semoga dengan kembali nya ke sekolah tatap muka anak anak bisa kembali mempunyai tenggang rasa
Setuju, prof, semuanya sdh totally berubah… tidak hanya anak2, tetapi kita pun (orangtua dan guru) perlu memiliki working memory, the inhibitory control, dan cognitive flexibility 👍👍👍 big thanks pencerahannya, prof
Kemajuan teknologi tidak bisa dicegah.
Yg penting ortu tidak overworried n menghakimi anak2.
Dengan kasih sayang n perhatian...anak2 akan lebih mudah menerima nasihat dan bimbingan.
Anak sy online offline tidak ada masalah.
Klo sikap anak2 berubah menjadi nakal ato berontak....qta ortu juga harus instropeksi.
Anak skrg lebih pintar ...mereka mampu mengekspresikan argumen mereka dng lebih berani.
Orangtua juga sebaiknya membuka hati n pikiran dng ide2 baru anak2.
Jangan semua diukur dengan tolok ukur jaman dulu
Ya anak juga harus tau realita dunia, ga semua terlahir rafatar juga
definisi pintar menurut anda itu seperti apa?
@@sinarinspiratif asik, sok mempertanyakan definisi. Akhirnya muncul manusia2 yang berdasarkan definisi.
Saya tanya balik anda udah hidup berapa lama. Udah punya anak berapa? Tingkat terakhir pendidikan anda sampai mana? Udah s2?
Kalau belum kayaknya anda ga level untuk sok bertanya arti definisi, coba artikan saja definisi kehidupan itu apa.
Rasa2nya semua juga tau definisi nya apa, cuma ngga bacot macem anda.
@@ntznbgzt Saya tidak ada masalah dengan anda,kenapa anda kasar bicaranya?saya gak perlu menjawab pertanyaan anda karena omongan anda tidak menandakan orang sekolahan... maaf... kalo anda merasa sekolahnya tinggi kenapa bicaranya seperti preman?
@@sinarinspiratif betul mas. Kita kn sdng prihatin dg fenomena nyata di sekitar kita. Anak, ponakan, tetangga, beserta kegundahan para orang tuanya. Ga perlu ijasah utk mengungkapkan keprihatinan.
Guru di sekolah negeri perlu ada evaluasi akan tanggung jawab moral untuk mencerdaskan anak bangsa seperti dulu, sekarang kurang dalam hal mengajar dan menerangkan hanya sering memberi tugas pada murid.
Tentu terlalu banyak faktor yang dapat didiskusikan bahkan diperdebatkan mengenai cara meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak bangsa kita yang kelihatan galau harus mengambil contoh dan arah mana: Finlandia, Singapura, atau lainnya. Satu sajalah yang pasti: Kalau kita bicara belajar di sekolah dari jenjang TK - SMA, guru adalah tokoh sentral: Mereka harus tetap 'stay in the class on a regular basis' mengajar, menulis di whiteboard, menjelaskan, memberikan contoh, menanyakan apakah siswa paham, menjelaskan kembali, memberikan contoh kembali, dst. sampai pelajaran selesai.
Yang lain-lain di luar itu adalah ekstra: Guru memberikan tugas lewat gadget; siswa mencari info sendiri daring; siswa mengerjakan tugas berkelompok daring; dll. Sekolah merdeka, kurikulum merdeka, belajar merdeka tidak boleh berarti: 'Merdeka euy, kita tdk perlu ngajar keras lagi spt guru-guru zaman dulu. Anak-anak, silakan belajar semau kalian. Terserah. Saya cuma ngasih tugas dan bisa keluar kelas lagi!' Ini tentu salah kaprah dan parah. Parah sekali.
Terima kasih Prof. Saya memindahkan anak saya dari sekolah negeri ke sekolah blended learning yang memberikan anak kemerdekaan utk memilih waktu livenya dan mengajarkan cara mengatur waktu. Mereka membuat jadwal sesuai dgn kebutuhan mereka. Dan guru2nya semua sangat luar biasa aktif dan sangat seru dalam mengajar. Krn anak saya di tingkat SMA, mereka sudah diajak mempersiapkan diri ke jenjang perkuliahan. Dan mereka juga sudah dikenalkan berbagai macam pekerjaan dgn mengundang profesional2 yang bisa sharing pengalaman dan memberikan masukan yang positif kepada anak2. Di sekolah ini anak2 diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat dan ide2. Saya bersyukur bisa memindahkan anak saya dari konvensional ke sekolah blended learning sehingga waktu mereka sangat maksimal utk kegiatan2 lain termasuk bermain dgn teman2nya. Sekolah Murid Merdeka menurut saya sangat ideal utk saat ini. Membuat esay sesuatu yang diutamakan di sekolah ini, dan tidak diperkenankan copypaste dari wikipedia, kelak mereka tidak gamang di masa perkuliahan. Semangat terus Prof.
Sekolah manakah?
@@nyapedahwe Sekolah Murid Merdeka. Awal untuk anak2 yang belum memahami sistem, akan merasa aneh dan sulit. Krn tidak ada soal Pilgan di sekolah ini. Dan di sekolah ini betul2 anak di ajarkan memanaged waktu. Banyak juga ortu yg gamang saat awal anaknya bersekolah di sini. Tetapi inilah sekolah yang ideal utk membentuk anak kita mandiri dan berkreasi. Anak saya mengatakan sekolah ini teman2nya lebih welcome dibandingkan di sekolah negeri yang pernah dia jalani. Semoga sekolah seperti ini bisa banyak.
Utk kuliah ada juga kampus merdeka
berapa uang sekolahnya bun?
Dr jaman dulu juga sama aja kritiknya buat anak sekolahan. Mau offline online sama saja. Karena masa kuliah yang terpenting. Sebandel, sepintar, serajin apa dia harus masuk DI JURUSAN YANG TEPAT DENGAN BAKAT SKILLNYA. Buat anak individualistik, malas, ada kok pekerjaan yg cocok. Sekarang banyak cara. Asal jgan salah ambil jurusan, sedini mungkin tau apa yg mau diraih.
Alhamdulillah .... jadi terharu Bapak Renald pirsa keluh kesah kami...
Kembalikan kurikulum sekolah seperti dulu jaman Daoed Joesoef. Khususnya anak TK dan SD.
Dulu TK khusus bermain dan penerapan disiplin serta persiapan mengikuti pelajaran nanti di SD. Di TK tak ada PR, tak ada harus bisa baca tulis, berhitung, hapalan, dll.
Di SD kelas 1 baru belajar baca. Dan efektif saja karena pengalaman saya, dalam 3 bulan di kelas 1 SD sudah bisa baca koran. Sekolah SD dulu terasa menyenangkan, tidak terasa menekan meski PR tetap ada. Mata pelajaran hanya dasar, seperti berhitung (matematika), bahasa Indonesia, IPA, IPS, olahraga, dan kesenian. Hanya PMP yg bermuatan lain, itupun masih terasa ada gunanya.
Tidak seperti sekarang, materi pelajaran diputer2 dan dipanjang2kan padahal materi intinya sama saja dengan dulu. Buku teksnya dipanjang2kan, tebal2, dan berat2.
Setuju banget. Bukunyatrbal2 ga to the point. Berat sekali sampai pundak anak sakit dan hrs bawa tas 2
Setuju sekali, Prof. Analisis yang brilian.
Barangkali dengan memasukkan kembali pelajaran/pengetahuan Budi Pekerti di level-level dasar, akan membantu anak-anak kita membentuk jatdiri atau karakter yang lebih baik.
Hal ini sdh dpt kami prediksi dr awal shg ketika thn ajaran baru yg lalu dimulai dgn offline mk yg kami lakukan di santa Ursula Bandung adlh memulai kembali dgn pembiasaan2 di semua level, pembentukan karakter ditekankan di dr awal lagi dan hslnya skrg sdh mulai terlihat
Pendidikan efektif jika belajar & bermain bg anak2 hrs berimbang..jgn dominan bljr nanti jd jenuh/stres..jgn dominan main nanti terlambat tahu/tertinggal.
Satu lg kata kunci, anak2 diberi ruang bertanya saat proses bljr yg lbh luas utk membangun imajinasi mrk agar jd pribadi2 kreatif saat dewasa.
Kenapa terlambat tahu itu bermasalah kalau mencari tahu hanya butuh 10 detik di google?
@@PahlawanMerdeka cepet sih cepet...tp kl tanpa ada pembimbing yg kompeten di bidangnya apa jg bagus hasilnya...? Contoh ntu para orang yg mabok agama...mereka mencari pelajaran agama dr Mbah Google tanpa ada/mendiskusikan dgn orang yg kompeten hasilnya melenceng kan...
menit ke 19 bagus banget utk kita semua simak termasuk orang dewasa. Saat kita (merasa)benar, belum tentu orang lain salah.
Saya berpikir Sangat berbahaya bila pembelajaran dihabiskan di dlm kelas.Untuk itu anak secara keseluruhan penting diberi kesempatan untuk aktualisasi diri.Saya merencanakan kegiatan untuk mngembangkan kepemimpinan,bekerja kolektif dan pngendalian diri dg kegiatan pramuka dg metode latihan tutor sebaya.Saya berharap dg metode ini bisa menyalurkan aktualisasi diri pada anak dan terbangun rasa percaya diri yg kuat.
Tks bnyk prof. Suatu masukan yg luar biasa baik bagi ortu, maupun pengajar. Next prof angkat keluhan/ struggling apa sj yg dihadapi para guru / pembimbing. Adakah bagian2 yg mengalami penurunan / emosi, kemampuan, sikap guru setelah covid breakout skrng ini. Sy dengar tdk sdkt guru2 yg hny memberi tugas smua lewat HP tanpa tau kendala yg dihadapi murid. Sy mewakili teman sy yg guru les. Tks bnyk prof. Salam sehat selalu. 🙏
Concern sudah dipaparkan.
Causes sudah diketahui.
Corrective actionnya apa, itu langkah berikutnya utk cari solusi.
Guru disibukkan dg mengejar target mapel kelar.
Siswa di-push, dijejali semua mapel, belajar sampai siang bahkan sore.
Pemerintah sibuk gonta-ganti kurikulum tiap ganti menteri, ganti presiden.
Akhirnya, mau dibawa ke mana ini masa depan Indonesia kalau semua bergerak masing2 utk mengejar target pribadi...
Siklus ini terus terjadi 5 th sekali.
Capek sekali...
Wajar kita masih gini-gini aja.
Nanti 10 tahun lagi ada politisi yang punya narasi sama kek nadiem...tapi paling ya sama aja wkwk..
yah Indonesia ini sama umur simbah2 di masjid sebelah juga masih kalah Bro haha
wkwkwkw nikmati aja yuk wkwkwkw
@@fransjudeasamosir SETUJUUU...NIKMATI AJA TINGGAL 2 TAHUN...NANTI SISTEM PASTI GANTI LAGI KOK...DENGAN ALASAN BLA BLA....HALAH KONTOL WKWK
Terimakasih Pak Rhenald Kasali, sy guru SMA ...semua yg Bpk paparkan mmg spt itulah yg sya dan pasti rekan2 guru lain jg hadapi. Apa yg Bpk sampaikan jdi referensi kami utk memetakan kembali metode dan model pembelajaran yg tepat bagi anak didik kami🙏🙏
terima kasih, atas cara pandang yang prof kemukakan. ini menjadi bahan renungan atau bahkan bisa menjadi renungan bagi diri sendiri yang ikut mengajar di sekolah non formal keagamaan. memang terlihat anak-anak lebih cepat bsan dengan hal yang bersifat rutinitas saat ini. maka semua pendidik memiliki tugas yang berat dalam memulai kembali membangun kualitas pendidikan di Indonesia. semoga hal ini juga dapat di dukung oleh para pemangku kekuasaan untuk mengkaji regulasi supaya membantu guru dalam memberikan pendidikan yang berkualitas.
Sy ign mnyampaikn kbr bk dr Tuhan Yesus Kristus
Bhwa Dia sngt mngasihi kt smua
Dia mati di salib untuk menebus dosa2 kita
Barang siapa yang percaya kepada Nya dan mengakui Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dan mntaati perintah Nya maka akan beroleh hidup yang kekal dlm kerajaan surga bersama Tuhan Yesus Kristus dan orang2 Nya yang Kudus
Smoga yg membaca pesan ini di berkati Tuhan Yesus Kristus
Kesimpulan: seorg pemimpin bkn hanya hrs cerdas tp jg hrs bs menjg emosi dan fleksibel dlm memandang 👌😊
Betul, Pak. Sebagai Guru, Saya juga merasakan hal tersebut. Disamping harus mengikuti rancangan pembelajaran dan materi yg harus disampaikan, Saya juga harus menata dan membina ulang attitude serta pembiasaan yang sebelum pandemi sudah dibudayakan namun mulai terkikis selama 2 tahun.
betul prof, nyata adanya. bukan hanya anak2 dibawah usia
Saya mengajar di SMK swasta, setuju Prof, para peserta didik semakin minat belajar sangat rendah, mudah menyerah, speak deley, krisis disiplin, kami harus berkerjakeras dan punya PR berat untuk membina karakter dan segudang masalah lainya.
Luar biasa Prof. Rhenald ini saya perhatikan persis yg terjadi pada anak saya. Terima kasih Prof sangat membantu saya mengarahkan anak untuk menjadi manusia yang hebat ke depan. Salam hormat selalu Prof 🙏
Menarik sekali bahasan Prof Kasali ini .. semoga hal2 ini juga menjadi kajian dari Kemendikbud sehingga tidak sekedar fokus pada mengejar ketertinggalan kurikulum (lost education) selama pandemi, tapi juga mengantisipasi sekaligus menyiapkan solusi potensi2 masalah baru pasca pembelajaran daring 2 tahunan... sedikit banyak saya menemui hal2 itu sebagai orang tua dan guru sekaligus ...
Setuju pak.. Perlu memperhatikan kesehatan mental peserta didik
Wow mengagumkan Bapak Prof. Terimakasih banyak terutama dibagian penutup executive functioning skills dan uraiannya sampai akhir mata enggak berkedip sedikitpun mendengarkan detail dan impact yg terjadi untuk menghindari executive function disorder minimal memperkaya perbendaharaan pengetahuan dan mampu mengexpresikannya bukan untuk anak namun cucu2 saya. Akan saya simpan diworking memory saya dan aka saya pergunakan di timing yg tepat. Sekali lagi terimakasih Prof. Salam hangat sehat walafiat selalu mantap👍👍❤❤🙏🙏
Anak SMP Tugas via Google Classroom.. Tugas ga ngerjain malah maen Game/medsos, Masuk sekolah Jam 7-15 sore.. Pulang kerumah jam 15:30/16:00 sampe rumah ngerjain PR yg seabrek abrek. . tugas n ulangan-ulangan.. Ga ada waktu istirahat n bermain. Literasi membaca kurang, Kemampuan nalar,logika, komunikasi, Presentasi,berbicara sangat jauh berkurang.. Berjam jam di kelas pakai masker ya pasokan oksigen ke otak berkurang.. hellow Sudah 2 tahun lebih masih maen kopat kopit.. Lost generation
Selama 2 tahun belajar dirumah, merubah kebiasaan dan sikap sehari hari, ini pekerjaan berat utk guru dan orang tua.
Benar sekali apa yang bpk Rhenaldi katakan , perubahan telah terjadi ... di sekolah kami terasa perubahan itu ,banyak sekali siswa siswi yg
Yang tatakramanya sudah amburadul....saya sebagai pendidik sekarang sedang menata kembali tatakrama mereka sebagai siswa siswi menjadi lebih BAIK.....karena ini Tugas kita bersama untuk membangun Bangsa ... Trimakasih Bpk Rhenaldi ....Salam HORMAT.
Guru itu harus rotasi, dan dinamis. Karena setiap anak didik tidak sama. Bahkan cepat sekali karakteristik setiap generasi berubah, jaman berubah, teknologi berubah, tren berubah. Maka pola pendidikan dan metode2 harus "catch up" dengan perubahan2 ini. Jika tidak akan lahir generasi yang "loose control" dan itu sudah mulai terjadi.
Karena guru2nya sudah "outdated" tidak mengikuti perkembangan jaman teknologi dan trend. Masih mengadopsi pola2 belajar mengajar jaman dulu pakem2 lama.
Tx Prof ... sekolah tatap muka membuat guru lebih bisa menanamkan pembiasaan pada siswa, pembiasaan pada nilai2 u/ pembentukan karakter yg baik. Smg tdk ada pandemi lg sehingga anak2 bs sekolah tatap muka trs ... Prof Rheinald guru bangsa 💪💪🇮🇩
Alhamdulillah ada yg peduli sama pendidikan...
Kami para pendidik perlu mendengar dan saran dari berbagai pihak...
Salam santun ....
Sebagai guru, topik ini related banget dengan kondisi siswa sekarang ini. Siswa lebih manja dan cepat mengeluh. Sikap agresif dan belum bisa menyaring kata-kata yg pantas untuk dikeluarkan. Tugas guru saat ini bertambah berat karena bukan hanya mengajarkan materi namun juga membentuk karakter
Sebaiknya hal2 ini tidak hanya dibebankan kpd guru ya. Seharusnya orang tua di rmh jg mau menyadari ini dan turut bertanggungjawab membentuk kembali karakter anak2 kita, demi generasi yg lebih baik di masa mendatang..
Relate banget. Saya sebagai pengajar siswa SD juga merasakan hal yang sama terkait sikap agresif dan karakter siswa yang jadi PR tambahan bagi kami.
Semoga cepat pulih dunia pendidikan kita.
Malasx guru saja yg blg tugasx berat.. makax kerja sesuai panggilan jiwa hati nurani.. bukan sekedar cari nafkah doank.
@@yudithyudith6551 klo cuma cari nafkah saya tidak akan bekerja sebagai guru. Sebagai info, gaji saya sebagai guru hanya 450rb sebulan. Tolong klo Anda ingin berkomentar lebih hati2. Tidak semua guru bergaji besar. Banyak guru di kota kecil digaji di bawah UMR. Ayuk bergabung menjadi guru sehingga bisa merasakan suka duka guru. 😊
@@yudithyudith6551 yah, kurang observasi ya?
Bapak rhemaldi anda memang analisator yg hebat. Sy dari generasi lahir THN 70an sy bisa katakan generasi sekarang tidaklah setangguh generasi sebelumnya.. Teknologi bukanlah hal buruk tp jika tida didasarkan pada didikan emosionil yg tepat tekno menjadi SPT hal buruk
Orang tua lah yang harus ekstra belajar, untuk mendidik anaknya, Rohaniawan membantu orang tua untuk mendidik moral spiritual, guru fokus pada Intelektual.
Jika masalah moral spiritual semua di bebankan sama guru tidak akan mungkin bisa hasilnya baik.
Anak saya masuk SD kls 1 pas masa awal pandemi. Berdarah2 rasanya utk ngajarin anak SD kls 1 untuk bisa menerima kurikulum k13. Akhirnya di kelas 2, saya putuskan untuk home schooling, saya lebih mengajarkan survival skill, math, literasi keuangan untuk anak, koding, olahraga, dan pengetahuan umum yang masih dasar. Secara mental, mental saya jauh lebih sehat, lebih tenang, lebih bahagia gak kerasa capek nya dibanding ngajar anak tapi di kungkung dg kurikulum yang sistemnya belum anak paham udah harus lompat ke topik yang lain.
Beruntungnya anda yg diberkahi finansial berkecukupan sehingga bisa membayar home schooling
@@suryakesuma4770 mungkin banyak yang masih salah persepsi ttg home schooling pak. Tidak melulu homeschooling itu membayar uang besar utk bayar guru private dan beli kurikulum. Tapi justru dengan home schooling ini kita bisa mengatur biaya pendidikan sesuai budget tapi output nya mungkin bisa jadi lebih efektif dibanding anak sekolah konvensional. Karena yg mengajar adalah orang tua sendiri dan materinya dipilihkan menurut apa yg dirasa penting untuk anak dan sesuai dengan kapasitas anak nya
Apa homeschool harus ada guru dari luar . Apa bisa kalo diajarin sendiri jika ortu nya punya basic guru ?
@@husnithalib1075 saya bahkan ga ada basic guru pak. Karena anak saya masih dibawah kelas 4 bs belajar tanpa guru atau sekolah pendampingan. Nanti di kls 4 baru saya daftarin ke dinas pendidikan mencari sekolah pendampingan tapi sistem nya laporan saja. Tetep aktivitas belajar lebih banyak orang tuanya yg ngajar. Saya udah 3x mencari sekolah yg paling pas buat anak saya, semuanya melelahkan pikiran dan kantong 🤭
@@suryakesuma4770 home schooling ngga harus mahal pak, anak saya home schooling gratis. Saya ajarin sendiri dan di daftrkan di PKBM agar dapat ijazah. Alhamdulillah ketemu PKBM yg gratis pula
Trimakasih banyak sdh bahas ini Prof, sangat sangat relate dg yg terjadi dg anak-anak kami… Dan teknologi ini mmg di satu sisi membantu pekerjaan/penbelajaran, di sisi lain jg mjd faktor distraksi tertinggi dlm proses belajar. Ditambah lagi bbrp sekolah justru menggunakan metode E-book, yg mnrt hemat saya malah spt memindahkan pembelajaran online ke sekolah, jd tetep terpaan screen ga berkurang, plus pengawasan guru&ortu jg blm maksimal, bgmpun sesuatu yg manual ini tetap diperlukan… Jadi penggunaan gadget dlm proses belajar bs dikontrol, percuma kembali ke skul tapi paparan gadget ttp tinggi 😅🥲
Saya tegang mendengarnya sungguh kebenaran yg pahit krn sy guru yg notabene bagian dr sengkarut pendidikan ini.
Untuk pendidikan memang perlu penelitian... Apa2 yg terjadi.. masalah, benahi, cari solusi yg pas, agar masyarakat kita nantinya cerdas dan bermoral
Terima kasih prof
Sangat bermanfaat unk cucu yg tidak focus
Sehingga zaidan sekolah di sekolah kreatif yg sangat bagus karena kasus tidak focus mata kemana mana dan suka berguman dan selalu berimijinasi dng kebiasaan dng dunia gadgetnya jadi suka berbicara sendiri
Tetapi IQ nya 114
Dan sekolah terapi krn tdk focus
Guru2 nya pun sangat begitu sabar
Yg dialami selama pandemi sekolah via zoom dan sekarang tatap muka akibatnya banyak kemalasan unk sekolah tatap muka
Moment covid dari segi bad news bisa dijadikan bahan evaluasi dalam dunia pendidikan.
Idealnya pendidikan membentuk anak yang tahan banting menghadapi kesulitan apapun seperti kondisi pandemi sekalipun, perlu kerjasama serta dukungan orang tua dan sekolah yang baik. Yang jarang diperhatikan juga dalam pendidikan kita adalah pendidikan untuk membentuk kecerdasan spiritual siswa, siswa banyak dipersiapkan untuk dunia industri saja tanpa memperhatikan sisi keutuhannya sebagai manusia.
Terimakasih bapak yg terhormat atas pencerahannya...dgnenyimak Vidio ini ..langsung sy merasa tercerahkan...ijin sy share Vidio ini ke para sahabat saya saudara saya dan para guru guru disekolah anak saya...terimakasih sekali lagi pak..salam dr Bali🙏😇smga BPK sehat selalu dan selalu berkarya utk kemajuan generasi penerus Bangsa dan Negara Indonesia,❤️😇
Saya memupuki anak Saya sebab-akibat & functioning mental+skills 🙏 Prof
karena dalam sebab-akibat sudah terdapat bekal iman, bekal wicara, behavior, pengolahan/working memory dan semua proses kegiatan/aktivitas 😊
krn pemikiran Saya, hidup tetap intinya hanyalah rangkaian sebab-akibat, apa yg Kalian pupuk/buat positive things/kebaikan pun negative things/keburukan kejahatan => pasti hasilnya (tidak akan berbohong) 😊 kebaikan pasti buahnya indah membanggakan, buruk pasti berisiko negatives.
💪semangat positif kebaikan 🥰😍
ini mungkin terjadi di lingkungan menengah atas ...karena di lingkungan perumahan dimana tetap ada interaksi sosial di lingkungan rumah ..maka tetap terjadi interaksi sosial...fenomena di Dubai
Selama pandemi yg saya rasakan di kampung, hampir tidak ada pembatasan interaksi sosial. Alias berjalan seperti Biasanya. Hanya cara sekolah nya yg berbeda yg sangat sulit ini disebut sebagai sekolah.
Resume
Hybrid
Menjadi lebih kreatif
Menjadi lebih spontan
Menguasai informasi
Menjaga kesehata
Cara membersihkan tubuh
Rasa ingin tahu tinggi
Belajar bisa di lakukan di mana saja
Orang tua harus tau cara anak harus belajar
Dampak negatif
Kemandirian berkurang
Lebih mudah menyerah
Kurang mengenal aturan
Kurang memiliki time manage
Kurang percaya diri untuk bicara
Kurang bermain dengan teman
Kurang fokus
Tidak bisa menyelesaikan problem
Guru
Sulit mengenal anak
Karekteristik nya
Tugas guru banyak sekali
Harus membentuk siswa
Terjadi kemunduran
Point'
1. Fokus menjadi rendah
2./kosa kata semakin pendek
(Bahasa internet)
3. Mudah cemas
4. Kecerdasan emosional terganggu
5.tidak bisa meregulasi diri
6. Mudah lelah fisik
Thanks resumex
Aktual sekali Prof. Terima kasih pencerahannya. Very helpful. Semoga kita bisa menemukan solusi yang terbaik bagi anak-anak kita. Stay healthy.
Cara pemahaman & kekhawatirn
pak KasaLi sbg org tua
skaligus org lama...
disadari atau tidak
tetap dgn
*"GAYA PiKiR LAMA"*
1. Bnyk Kekawatiran
2. Ada ketidak percayaan
3. Keyakinan Diri sendiri
yg merasa paling benar
& merasa lbh paham
☝️🤣🤣🤣🤣🙏🙏
.. *"ORG LAMA"*
Saya ingin kasih masukan ya prof, tlg ksh masukan juga utk menteri pendidikan dan polri agar di sekolah2 dari tingkat dasar sampai atas, universitas, akpol dan berbagai institusi pendidikan lainnya ditambahkan pendidikan moral, agar tercipta manusia2 bermoral di tanah air ini. Coba tiru pendidikan di jepang , spy menciptakan budaya malu. Agar tdk ada the next sambo2 dan koruptor2 yg sdh memperoleh hukuman, msh bisa dadah2 di depan kamera dan malah naik banding. Bukannya menyadari kesalahan diri sendiri dan mengucapkan permintaan maaf ke publik, pejabat2 kita malah ga tau malu. Dati sini kita bisa sadar sangat kurangnya pendidikan karakter dan moral di negeri ini.
Setuju sekali
Padahal sambo bukan anak anak...
Hukum tajam ke bawah tumpul ke atas benar adanya
Betullll banget
Disekolah diajari, dirumah dirusak wkwk
Daripada ngajarin anak, mending ngajarin orang tuanya.
Wajibkanlah pendidikan pra-nikah & kasih insentif kalau ikut layaknya pra-kerja. Nanti lama-lama jadikan itu kewajiban sebelum keluar akta nikah.
Yang sudah terlanjur biarlah terlanjur, mulai sekarang dan lihat dampaknya pada 2045, 100 tahun Indonesia merdeka.
berati pelajaran agama memang ndak efektif ya bu, buat ngajar etika dan moral
Betul Prof. Banyak perubahan. Segi positif memang anak2 lebih paham gadget. Tapi bahaya nya banyak yang menjadi addict dengan gadget. Kedua, dahulu sebelum pandemic , anak2 biasa belajar hingga sore, ketika pandemic terjadi, anak2 menjadi santai dengan jam belajar yang pendek, sekarang begitu keadaan berlangsung seperti biasa ,mereka gampang capek dan lelah. Ketiga, waktu pandemic anak belajar di rumah, ortu cenderung tidak membimbing tapi lebih menunjukkan hasil untuk menghindari konflik saat anak2 malas berpikir. Keempat , kurang sosialisasi selama pandemic.
Betul banget pa Prof. Anak sy baru umur 7 tahun kelas 2 SD, sangat kritis dan mengetahui banyak informasi.
Perlu lebih dari satu kali untuk menyimak sharingnya, untuk lebih memahami gap competency apa saja yang semakin melebar pasca pembelajaran secara online yg begitu lama. Terimakasih Prof.
Terima kasih untuk pencerahannya Prof. Menjadi bahan evaluasi yang sangat penting untuk kami para guru. 🙏🙏🙏
Meskipun tidak semua ciri2 yang disampaikan Prof Rhenald nampak pada murid-murid saya (SD) tapi saya setuju bahwa regulasi diri menjadi sesuatu yang sangat urgen sekarang
Selain dari Anak2 yang "kaget" , guru nya pun demikian, karena selama 2 tahun belakangan mereka mengajar secara online yang sebagian besar metodenya hanya menyuruh murid membaca kemudian tinggal memberi tugas, dan sekarang mereka dihadapkan lagi ber interaksi secara langsung dengan para murid yang dipastikan tidak semuanya "berkelakuan baik" ketika di kelas. Butuh kesabaran dan pengertian dari semua pihak dalam menjalani proses new normal ini.
siap prof, untung saja di sekolah saya masih membiasakan murid nya untuk disiplin, walau semakin banyak pelanggaran terjadi karena banyak siswa Zonasi nya tapi tetap saja sekolah' berusaha mencari cara untuk memperbaiki sikap mereka, hehe sekolah saya bekas sekolah militer jadinya sekolah semi militer, keren banget sekolah saya prof😁☝️
Semenjak pandemi kamiorangtuasering tdk berkomunikasi dgn anak.anak2npylang n kotor. Kita hanya bilang mandi.dekatanakbkita jg takut.mungkin saja si anak bawa kuman kermh. Anak saya saja kalau belajar online ditungguin bpknya ygpura2x baca news paper.krn terbiasa yaaa..lama2xbiasa aja.anaknya kugacrajin.sy doa saja mo selesaikapan kuliahnya yaaa sdh kehendak tuhan.eeebiasa aja tuch anak.selesai juga dia thn ini.itu sebabnya kita yakin doa n usaha itu sejalan.jadi apapun itu kehendak yg kuasa lebih hebat pastinya.salam sehat pak tuhan member kati bapak.aameen.
Betul,, 2 bln ini ngajar full tatap muka kelas 7 benar2 butuh kesabaran yg luar biaaasaaaa!!! Hampir semua kelas yg saya ajar (6 kelas/A-F) fokusnya benar2 pecah. Ruaaamenya minta ampun. Semua guru mengeluhkan hal yg sama. Kadang saya berpikir: ini saya yg gak bisa 'handle' mereka, atau memang mereka sudah berubah.
Ketika disuruh storytelling di dpn klas mereka gak bisa ngomong, ngomong pun lirihnya hadeuhh..hampir tdk kedengeran, pdhl pas KBM mereka ramenya luar biasa, giliran disuruh bicara: terbata-bata..
Giliran disuruh nulis, mereka gak tau harus nulis apa, benar kata prof: kosakata mereka sgt minimalis bangettttsss!! Kebetulan sklah kmi tdk melarang bawa hp, shgga kita para guru pas KBM sering kucing2an dgn siswa yg mencuri-curi main hp
Dan mereka sudah malas berpikir, mereka mencari jawaban dr Mbah Google, apapun pertanyaan itu.
Sedih..
Sehat2 Pak Prof, kontennya bagus sekali, sangat menyadarkan para pendidik dan orang tua
Saya akui pencarian informasi dan ilmu pengetahuan memang sudah bisa mandiri dan sudah sangat luas..
Saat ini saya sedang berfokus pada penelitian " Pemodelan Ujian "
Saya melihat bahwa model ujian kita saat ini sudah kurang relevan. Olehnya itu saya melakukan pemodelan. Bukan lagi sekadar tes esai dan multiple choice. Melainkan, model - model games, kompetesi, dan gotong royong.
Wow.. terima kasih banyak Prof🙏🏻 terlalu banyak ilmu yg didapatkan sore ini, penting buat pegangan terlebih buat para pengajar👍🏻
do'a terbaik buat bangsa kita.
semua yang pak prof sebutkan adalah standar kita. relevan di jaman kita. tapi belum tentu relevan di jaman anak anak kita.
pekerjaan modern saat ini, at least di tempat saya bekerja, pekerja dituntut untuk bisa ultra multitask. short & quick attention span sangat diperlukan untuk pekerjaan jenis ini. Kemungkinan ke depan akan semakin banyak pekerjaan yang seperti ini. Sementara pekerjaan yang membutuhkan long focus & long attention & tedious akan diambil alih oleh komputer / AI. sehingga, kalo anak dituntut untuk sama dengan mindset boomer, maka mereka akan tergilas.
Paradigma berpikir harus diubah. Harusnya RumahPerubahan lah yang leading dalam hal ini. Bukan sebaliknya
Betul Prof, sedikit menambahkan saja. Berkaitan dengan cognitif flexibility, beberapa orang terlahir pemahaman yang kaku akan suatu hal dan sebagian yang lainnya memiliki flexibilitas yang cukup tinggi. Hal ini yang mempengaruhi tingkat kedewasaan seseorang juga, selain fungsi emotion control yang sudah prof jelaskan sebelumnya dan berkaitan dengan neurotransmitternya. Karakter kedewasaan manusia ditandai dengan menjadi lebih flexibelnya pemikiran/pemahaman untuk orang yang cenderung rigid, sedangkan untuk sebagian yang lainnya menjadi lebih terarah dan sedikit lebih rigid pada pemahamannya.
Selalu ada kurang n lebih nya dalam setiap proses perubahan apapun + dimanapun.
Baik itu akademik n non akademik.
Justru saat inilah momen yang tepat bagi ortu2 + guru2 + anak2nya fokus pada solusi yang realistis & tepat terukur disertai semangat juang menyesuaikan kemajuan era global.
Gu-ru = digugu dan ditiru .... Marilah para guru dan para orang tua sungguh-sungguh bisa menjadi figur yang didengar, diperhatikan dan diteladani oleh anak-anak kita, baik di rumah maupun di sekolah.... Janganlah para guru dan para orang tua juga sangat asyik sendiri dengan gadget, sama seperti anak-anak, apalagi untuk hal-hal yang sebenarnya bukan hal-hal yang utama .... Saya yakin, anak-anak itu tergantung bagaimana para guru dan para orang tuanya.... Anak-anak akan tau, cepat atau lambat, apakah para guru dan orang tuanya itu sungguh-sungguh mencurahkan perhatian, tenaga dan waktunya untuk mengajarkan mereka atau tidak..... Anak-anak adalah cermin bagi orang tua dan guru-gurunya... Seperti bunyi peribahasa kuno ini, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari".... Jawaban atas hal ini sesungguhnya ada pada diri kita sendiri.... Dan, guru pertama dan terutama adalah orang tuanya sendiri, bukan guru-guru di sekolah...... Janganlah percaya begitu saja dengan orang-orang lain untuk mendidik anak-anak kita..... CMIIW
Yang tidak sya temukan dlm porsi cukup di dlm video prof adl hal2 baiknya terkait perubahan itu sehingga bisa mengimbangi paranoid perubahan krn teknologi itu..
True! Saya guru TK dan mengalami sendiri di dalam kelas 🙏
Tergantung sekolahnya, alhamdulillah sekolah anak saya, online maupun offline, sistem belajarnya tersusun dengan rapih, mata pelajaran dikit, ada yang sistem blocking, gak ada PR, ekskul n life skill nya bervariasi dan berjalan dengan baik. Bedanya cuma kalau pas offline di sekolah HP di simpan sekolah. Anak gak pegang HP selama sekolah tatap muka.
kalau boleh tahu sekolah dimana bunda
@@emjevchanel6003 bekasi
Bener sekali prof, banyak sekali anak2 yg mengalami "kerusakan" mental setelah covid ini. Malas belajar, malas berangkat kesekolah, lebih fokus main hp. Bahkan banyak yg memilih drop out dari sekolah.
Kurangnya regulasi diri, attention span yang (sangat) pendek dan penurunan daya kognitif (memahami kalimat kompleks) semuanya jadi kombinasi yang menyulitkan anak-anak untuk membangun sesuatu untuk masa depannya. Padahal untuk benar2 menguasai satu skill, sangat perlu fokus dan kerja keras dalam waktu yang panjang. Semoga ada jalan keluar untuk membalikkan situasi. Terima kasih insight nya Prof.
Baru2 ini aku ngelewatin smp-ku dulu, liat siswa2 pulang sekolah duduk nunggu jemputan rata2 sambil pegang hp-nya....
Langsung keingat dulu aturannya HP gk boleh dibawa ke sekolah, nanti kena razia hp.....
Emang zaman udah berubah....
Gak usah lah anak SD. Saya arisan sama teman-teman di restoran pada sibuk pegang ponsel foto2 bikin feed di sosmed sampai lupa buat ngerumpi..
Setuju sekali bapak, semoga semua menyadari dan akhirnya mau bergerak melakukan sesuatu untuk membangun sikap mental generasi penerus yang menurut saya juga berada pada titik krisis.
Yuk lakukan sesuatu dari lingkup terkecil, minimal untuk anak kandung kita sendiri.
Benar Benar dan Benar. saya alami itu untuk anak saya yang duduk di kelas 4SD. sudah seharusnya dibuat sistem pendidikan peralihan "post covid", bukan dipaksakan normal seperti "pra-covid". ini justru di launching kurikulum baru...kurikulum merdeka. covid aja blm kelar..mau merdeka dr sopo?!?
Terima kasih Prof telah mengangkat isu/topik ini...
Hal ini pernah kami amati dan awalnya disangka bukan masalah... tp dampaknya terasa sekali...
Semoga kita bisa mendapatkan solusinya...
Apa yg disampaikan prof.Rhenald Kasali benar adanya.trim prof.
Everything is change ....semua berubah , semua tidak sama lagi ...orang tua & guru harus bisa mengerti itu ...
Executive Functioning ini pun harus juga diaplikasikan oleh orangtua dan pengajar...karena yang mengalami perubahan juga orangtua yg sibuk dengan medsos serta gadgetnya dan juga pengajar yang masih berfikir bahwa pola mengajar masih efektif hanya dengan memberikan pemahaman materi saja tanpa coba berinovatif agar anak anak atensinya bisa kembali pada pelajaran
Terimakasih pak ..temuan temuannya yg.luar biasa ,bisa jadi referensi bagi kita semua..ttg.fakta pelajar di indonesia..pasca covid 19
Maa syaa Allah... informasi yg sangat bermanfaat sekali, thank you prof...semoga prof RK senantiasa sehat dan terus menjadi manfaat, aamiin yaa Rabbal'alaamiin 🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Sepertinya ini memang konsekuensi dari sosialisasi ala internet
Cuman memang pandemi
Mengakselerasi dampak nya
Beberapa waktu lalu
Saya ada pelatihan di kantor
Bersama beberapa senior
Uniknya instruktur di sana
Bisa mengenali siapa di antara kami yang senior
Dan siapa yang junior
Dari kelincahan berbicara
Krn menurut sang instruktur
Generasi lawas cenderung jago bersilat lidah
Sedangkan generasi junior cenderung jago mengetik
Saya rasa kondisi ini juga yang terjadi pada anak anak
Dan itu semua disebabkan pergeseran pola komunikasi
Dr offline, bertemu muka, membaca ekspresi, sentuhan
Menjadi komunikasi online, tidak melihat muka, sehingga tidak peka emosi dan tidak perduli orang lain
memang dunia pendidikan harus mulai berubah. tapi ada baiknya juga mengamati perkembangan dan menyesuaikan.. kalau pengalaman saya pernah mengajar anak2 yang notabene kurang disiplin dsb, cara alternatif saya adalah membiarkan gesture mereka seperti apa,.. memang akhirnya ada yang tidur2an dsb. tapi tetap saya ingatkan untuk mendengarkan dan asal materinya 'masuk'. Alhasil mereka merasa nyaman dan materi malah masuk dengan baik.
Klo saat ini perusahaan2 besar spt Google dsb membiarkan karyawannya dengan gesture masing2, bahkan dibiarkan untuk bersantai, main permainan yg sengaja disediakan dsb. Hasilnya tetap produktif.
Saya kira ada perubahan jaman dan hal2 yang kolot ada baiknya ditinjau kembali. Maaf hanya pandangan yang sedikit berbeda
Zaman boleh berubah, tapi TATA KRAMA, KESOPANAN, KEBENARAN, MORAL dan hal2 baik yang diajarkan secara turun temurun, TAK AKAN PERNAH BERUBAH. Sekolah bukan hanya soal transfer ilmu atau kesombongan akan kemajuan pengetahuan dan teknologi, tapi juga soal mempelajari hal hal lain yang menjadi penopang hidup yang non teknologi. Karena kita ini MANUSIA, bukan ROBOT. Kesadaran akan diri sebagai manusia akan membuat kita menjadikan anak2 kita sebagai MANUSIA yang SESUNGGUHNYA, baik secara IQ, sosial, etika, keterampilan utk survive di alam dan di tengah manusia lain.
Pendidikan paska kopit dan pengaruh pendidikan offline dan online dalam membentuk pribadi yg bisa kontrol diri.....pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah pengantar dasar seseorang untuk belajar, selebihnya pendidikan balik kepada diri sendiri .....pendidikan paska kopit adalah pendidikan yg terpengaruh oleh kopit dan tehnologi internet, produk pendidikan akan terlihat beberapa tahun ke depan
Wow prof terima kasih untuk pembahasannya luar biasa mewakili keresahan saya dalam dunia pendidikan dan menambah wawasan saya 🙏😊 sehat-sehat prof
Setuju 100%. Prof.
Anak terbiasa mengandalkan hp
Malas membaca, sulit berpisah dg hp kecanduan main hp. Bahasa kosa kata juga tidak sopan. Semua pembahasan Professor benar adanya 👍👍👍
Terima kasih prof pencerahannya, sebagai orang tua dan istri sebagai guru, hal tersebut menjadi ilmu yg sangat bermanfaat bagi kami
Sampaikan ke Beliau, kembalikan sistem ujian masuk perguruan tinggi negeri ke satu pintu seperti di era 90 an, UMPTN.
Anak saya keluar dari Petra sekolah konvensional ke sekolah online Graha pena. Seperti prediksi kami di sekolah lama bolak balik online ke offline kalau ada yg positif covid 5 hari kasihan.
Di online akselerasi materi lbh cepat. materi semester ini kls 3 sudah habis dalam 2 bln, jadi bisa latihan soal lbh banyak dan lbh dalam.
Salam sehat,sukses dan berkelimpahan Prof dan semua saudaraku di Chanel Prof 🙏
Dampak yang tidak disadari banyak orang, diamati o/ Prof...terimakasih Prof u kebermanfaatan ilmu nya, secara pribadi saya jd tahu bersikap terhadap sikap anak saya skrg dan terhadap guru nya.
Prof.benar. saya khawatir guru yang sertifikasi kalah cepat dari murid. Guru sekarang harus pintar bikin aplikasi. Salam guru BK seluruh Indonesia.
Wah untung anak saya sekolah di @sekolahmuridmerdeka jadi kebanyakan issue tersebut tidak terjadi, tapi memang betul, kita sebagai orang tua juga butuh lebih adaptif, dan tidak seharusnya pendidikan dibebankan atau dititikberatkan kepada sekolah atau guru saja, kita sebagai orang tua juga harus paham dan aware, serta terlibat lebih jauh dalam mendidik anak ❤️❤️❤️
Wah ada yg sama sekolahnya sama anak saya 👍
Anak saya juga di @sekolahmuridmerdeka, metode blended learning tp dengan pelibatan orangtua dalam proses belajar membuat anak menjadi lebih siap untuk menerima hal baru yang disiapkan dengan baik dalan setiap pertemuan.
Fokus dan semangat belajar anak saya semakin terlihat membaik. Terima kasih @sekolahmuridmerdeka
Siap .. saya mengalami seperti dengan anak yg terbiasa dari kecil dengan gadget walaupun masih bersekolah offline saat di masa Corona karena sekolah di kota kecil
Menyimak menyimak
Terima kasih pencerahan Prof. Semoga bisa membuka wawasan semua orang.