Hi Muhammad Arif, pertanyaan yang menarik. Begini memang dari awal penemuan minyak bumi, kerosene digunakan untuk berbagai kebutuhan terutama sebagai BBM. Penggunaannya dari bahan bakar lampu (sebelum listrik ditemukan atau PLN blom masuk ke daerah tsb spt waktu saya kecil hehehe), kompor, dll. Akan tetapi krn harganya yg cukup mahal krn dapat digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang (commercial jet avtur dengan kode Jet A1) maka di Indonesia kerosene dihilangkan dari penggunaan sehari-hari dan diganti dengan LPG. Kembali ke pertanyaan kamu, apakah kerosene digunakan untuk membuat polimer? Pada prinsipnya bisa akan tetapi orang/perusahaan tidak melakukannya karena harga kerosene yg disuling dengan baik menjadi bahan bakar jet (Jet A1) yg jauh lebih mahal dari pada Plastik jadi secara logika tidak akan dilakukan orang atau perusahaan. Yang dilakukan orang saat ini adalah kebalikannya yaitu memanfaatkan sampah Plastik menjadi kerosene atau diesel. Plastik biasanya dibuat dari Natural gas (juga crude oil) dengan membentuk Ethane dan Propane yang nantinya diubah menjadi ethylene dan propilen yang menjadi dasar utama bahan Plastik. BTW Plastik bukan fokus utama dari eksploitasi minyak bumi atau gas krn hanya sekitar 4-6% dari minyak bumi atau gas alam yg dibuat menjadi plastik, krn bisnis utamanya adalah Energi (BBM) dengan harga yang lebih baik dan kebutuhan Energi Dunia yang sangat tinggi. Semoga terjawab. Salam.
@@bangdosen9585 masyaallah mantaapp sekali jawabannya bapak, mengenai pemanfaatan sampah plastik dengan metode pyrolysis Dan masih pengolahan spek ke dirgen migas Dan regulasi pemerintah untuk plastik biodegradable secara ekonomi apakah layak bapak ?
@@muhammadarif-qm8ct Begini, pada prinsipnya usaha yang dilakukan untuk mengubah sampah plastik menjadi fuel itu lebih berfokus kepada bagaimana agar sampah plastik dapat dikurangi. Sebagai informasi, Indonesia salah satu negara penyumbang sampah plastik dilautan terbesar setelah China. Karena budaya kita yang menggunakan plastik sekali pakai lalu dibuang ke sungai dan berujung ke laut. Saat ini, usaha mengkonversi sampah plastik menjadi fuel merupakan aktivitas yang tidak efisien dan membutuhan modal investasi yang besar, Karena proses pyrolysis konvensional membutuhan temperatur yang tinggi dengan durasi yang cukup lama (butuh Energi/BBM juga kan?) serta menghasilkan polusi beracun dan carsinogen. Kecuali dalam waktu dekat sudah dapat diaplikasikan metode pyrolysis yang tidak membutuhan temperatur yang tinggi misalkan dengan cara menambahkan katalisator. Mengenai peraturan presiden no 18 Tahun 2016 dalam pembuatan PLTSa di 7 kota memang butuh support Dana yang tidak sedikit dari negara (fyi peraturan presiden tersebut telah dicabut oleh MK) dan skrg digantikan Perpres 35/2018 dengan memasukkan kata berbasis teknologi ramah lingkungan. Kalau membaca paper dari luar, banyak yang lebih support melakukan 3R yang lebih efektif sebelum melakukan pyrolysis konvensional. Lebih kepada mengubah budaya Reduce, Reuse, dan Recycle. Saat ini budaya tersebut masih sangat rendah. Bahkan yang sampah plastik yang di recycle negara maju saja tidak lebih dari 9% 😭, apalagi kita hehehe. Tapi ya semoga teknologi pyrolysis yang modern dengan temperatur rendah dan tidak banyak menghasilkan polusi racun segera dapat diterapkan. Amin
@@muhammadarif-qm8ct Oia satu lagi lupa mengenai plastik biodegradable, pengalaman Saya mengetes plastik biodegradable dari salah satu retailer besar di Indonesia (A** Hard****) ternyata walaupun tertulis biodegradable atau mudah terurai tapi kok hampir 5 tahun tetap saja seperti baru. Kadang hanya capnya saja 😂. Tapi kalau memang ada solusi real plastik kresek yang dapat terurai dalam waktu singkat misalkan 1 tahun maka Saya setuju saja menggunakan nya walaupun agak mahal (perlu disupport regulasi pemerintah) Kalau di US, ada peretail (mis: Jo* trad*r) yang hanya memberikan kita kantong kertas yang mudah terurai (walaupun nanti muncul pertanyaan berapa pohon yang ditebang pertahun 😂). Sepertinya Kita harus kembali lagi ke ide 3R tadi. Salam hormat.
Terima kasih atas masukannya. Untuk video kedepan akan Saya atur agar tidak tertimpa materi dan tulisannya. Terima kasih Sis Dewi sudah mampir. Salam edukasi 🙏🙏
Oh iya Sis Dewi, bila memang dibutuhkan Saya dapat mengirimkan pdf lengkapnya. Silahkan kontak email Saya yang terdapat di info channel Bang Dosen ini. Terima kasih 🙏
Halo bang dosen, saya mau bertanya Contoh ban itu kan termasuk polimer Nah, kalo di pabrik vulkanisir ban termasuk gak? Soalnya jurusan teknik industri yang praktek biasanya, sedangkan saya jurusan teknik mesin masuk ke bidang material, apakah sangat nyambung kalo dipresentasikan?
Hi @fathurrazi5138 semoga kamu dalam kondisi sehat. Betul sekali karet ban termasuk dalam keluarga polimer. Walaupun ban mobil/motor sendiri bisa juga disebut komposit karena adanya kawat baja sebagai penguat (reinforce) juga benang ban. Pabrik vulkanisir itu juga mengolah karet yang sama dengan ban (polimer) yang kamu maksud diatas. Bisa kok kerja praktek atau magang di pabrik vulkanisir bagi mahasiswa teknik mesin dan Teknik Industri (FYI kebetulan saya pernah kedua jurusan tersebut). Hanya kita bedakan saja kajian apa yang kita angkat dalam kerja praktek. Misalkan untuk mahasiswa teknik mesin, coba fokus pada materialnya.. campuran karet dengan sulfur misalkan.. komposisi atau seberapa banyak kawat bajanya.. dan hubungkan dengan kekuatan ban. Kalau anak Teknik Industri biasanya akan fokus pada kinerja proses produksi ban, menghitung kapasitas mesin produksi, mengurangi jumlah cacat ban, menganalisis beban kerja fisik pekerja (REBA RULA) dan lain-lain. Semoga menjawab pertanyaan kamu ya.. salam edukasi
@Hadiman Kurniawan. Saya menerka maksud pertanyaannya adalah kalau kita punya resin acrylic lalu dicampur apa ketika proses pembuatan benda atau produk maka kita bisa pakai katalisator atau yang biasa disebut hardener. Fungsi hardener ini mengubah resin acrylic yang masih berbentuk cairan monomer dari acrylic yaitu MMA (Methyl Methacrylate) menjadi polimer PMMA (Poly Methyl Methacrylate). Bahan yang bisa digunakan adalah MEKP (Methyl Ethyl Ketone Peroxide) tapi kalau mau beli di toko kimia tinggal kita bilang saja hardener untuk acrylic nanti mereknya bisa berbeda beda walaupun intinya sama. Tapi kalau pertanyaannya bagaimana membuat resin acrylic maka jawabanya sebagai berikut yaitu dimulai dari acetone yang berasal dari minyak bumi yaitu benzene dan prolylene lalu dicampur dengan HCN yan gberasal dari Methane dan amonium. Lalu ke 2 bahan tersebut dicampur dan menghasilkan Acetone cyanohydrin yang kemudian menjadi Methacrylamide sulphate yang menjadi bahan pembuatan MMA (Methyl Metachrylate) atau yang kita sebut juga resin Acrylic. Lalu kita campur dengan catalis atau hardener menjadi PMMA (Poly Methyl Metchrylate). Semoga menjawab. Salam
Pak maaf Mau tanyaa
kalo untuk kerosene biasanya dipake buat apa ya selain bbm?
Apa juga biasa dipakai buat bahan baku polymer?
Terimakasih
Hi Muhammad Arif, pertanyaan yang menarik. Begini memang dari awal penemuan minyak bumi, kerosene digunakan untuk berbagai kebutuhan terutama sebagai BBM. Penggunaannya dari bahan bakar lampu (sebelum listrik ditemukan atau PLN blom masuk ke daerah tsb spt waktu saya kecil hehehe), kompor, dll. Akan tetapi krn harganya yg cukup mahal krn dapat digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang (commercial jet avtur dengan kode Jet A1) maka di Indonesia kerosene dihilangkan dari penggunaan sehari-hari dan diganti dengan LPG.
Kembali ke pertanyaan kamu, apakah kerosene digunakan untuk membuat polimer? Pada prinsipnya bisa akan tetapi orang/perusahaan tidak melakukannya karena harga kerosene yg disuling dengan baik menjadi bahan bakar jet (Jet A1) yg jauh lebih mahal dari pada Plastik jadi secara logika tidak akan dilakukan orang atau perusahaan. Yang dilakukan orang saat ini adalah kebalikannya yaitu memanfaatkan sampah Plastik menjadi kerosene atau diesel. Plastik biasanya dibuat dari Natural gas (juga crude oil) dengan membentuk Ethane dan Propane yang nantinya diubah menjadi ethylene dan propilen yang menjadi dasar utama bahan Plastik. BTW Plastik bukan fokus utama dari eksploitasi minyak bumi atau gas krn hanya sekitar 4-6% dari minyak bumi atau gas alam yg dibuat menjadi plastik, krn bisnis utamanya adalah Energi (BBM) dengan harga yang lebih baik dan kebutuhan Energi Dunia yang sangat tinggi. Semoga terjawab. Salam.
@@bangdosen9585 masyaallah mantaapp sekali jawabannya bapak, mengenai pemanfaatan sampah plastik dengan metode pyrolysis Dan masih pengolahan spek ke dirgen migas Dan regulasi pemerintah untuk plastik biodegradable secara ekonomi apakah layak bapak ?
@@muhammadarif-qm8ct Begini, pada prinsipnya usaha yang dilakukan untuk mengubah sampah plastik menjadi fuel itu lebih berfokus kepada bagaimana agar sampah plastik dapat dikurangi. Sebagai informasi, Indonesia salah satu negara penyumbang sampah plastik dilautan terbesar setelah China. Karena budaya kita yang menggunakan plastik sekali pakai lalu dibuang ke sungai dan berujung ke laut. Saat ini, usaha mengkonversi sampah plastik menjadi fuel merupakan aktivitas yang tidak efisien dan membutuhan modal investasi yang besar, Karena proses pyrolysis konvensional membutuhan temperatur yang tinggi dengan durasi yang cukup lama (butuh Energi/BBM juga kan?) serta menghasilkan polusi beracun dan carsinogen. Kecuali dalam waktu dekat sudah dapat diaplikasikan metode pyrolysis yang tidak membutuhan temperatur yang tinggi misalkan dengan cara menambahkan katalisator. Mengenai peraturan presiden no 18 Tahun 2016 dalam pembuatan PLTSa di 7 kota memang butuh support Dana yang tidak sedikit dari negara (fyi peraturan presiden tersebut telah dicabut oleh MK) dan skrg digantikan Perpres 35/2018 dengan memasukkan kata berbasis teknologi ramah lingkungan. Kalau membaca paper dari luar, banyak yang lebih support melakukan 3R yang lebih efektif sebelum melakukan pyrolysis konvensional. Lebih kepada mengubah budaya Reduce, Reuse, dan Recycle. Saat ini budaya tersebut masih sangat rendah. Bahkan yang sampah plastik yang di recycle negara maju saja tidak lebih dari 9% 😭, apalagi kita hehehe. Tapi ya semoga teknologi pyrolysis yang modern dengan temperatur rendah dan tidak banyak menghasilkan polusi racun segera dapat diterapkan. Amin
@@bangdosen9585 aammiinnn...
Terimakasih ilmunya bapak
Sehat selalu🙏 salam
@@muhammadarif-qm8ct Oia satu lagi lupa mengenai plastik biodegradable, pengalaman Saya mengetes plastik biodegradable dari salah satu retailer besar di Indonesia (A** Hard****) ternyata walaupun tertulis biodegradable atau mudah terurai tapi kok hampir 5 tahun tetap saja seperti baru. Kadang hanya capnya saja 😂. Tapi kalau memang ada solusi real plastik kresek yang dapat terurai dalam waktu singkat misalkan 1 tahun maka Saya setuju saja menggunakan nya walaupun agak mahal (perlu disupport regulasi pemerintah) Kalau di US, ada peretail (mis: Jo* trad*r) yang hanya memberikan kita kantong kertas yang mudah terurai (walaupun nanti muncul pertanyaan berapa pohon yang ditebang pertahun 😂). Sepertinya Kita harus kembali lagi ke ide 3R tadi.
Salam hormat.
Materinya sangat membantu pak, tp minta maaf, foto bapak membuat sebagian materinya tidak terlihat
Terima kasih atas masukannya. Untuk video kedepan akan Saya atur agar tidak tertimpa materi dan tulisannya. Terima kasih Sis Dewi sudah mampir. Salam edukasi 🙏🙏
Oh iya Sis Dewi, bila memang dibutuhkan Saya dapat mengirimkan pdf lengkapnya. Silahkan kontak email Saya yang terdapat di info channel Bang Dosen ini. Terima kasih 🙏
@@bangdosen9585 maaf pak, saya sudah lihat di google lengkapnya. Terimakasih 🙏🙏
@@gnd266 Siplah kalau gitu. Terima kasih kembali 🙏
Silahkan bertanya bila ada yang kurang jelas. Salam edukasi 🙏
Halo bang dosen, saya mau bertanya
Contoh ban itu kan termasuk polimer
Nah, kalo di pabrik vulkanisir ban termasuk gak? Soalnya jurusan teknik industri yang praktek biasanya, sedangkan saya jurusan teknik mesin masuk ke bidang material, apakah sangat nyambung kalo dipresentasikan?
Hi @fathurrazi5138 semoga kamu dalam kondisi sehat. Betul sekali karet ban termasuk dalam keluarga polimer. Walaupun ban mobil/motor sendiri bisa juga disebut komposit karena adanya kawat baja sebagai penguat (reinforce) juga benang ban. Pabrik vulkanisir itu juga mengolah karet yang sama dengan ban (polimer) yang kamu maksud diatas. Bisa kok kerja praktek atau magang di pabrik vulkanisir bagi mahasiswa teknik mesin dan Teknik Industri (FYI kebetulan saya pernah kedua jurusan tersebut). Hanya kita bedakan saja kajian apa yang kita angkat dalam kerja praktek. Misalkan untuk mahasiswa teknik mesin, coba fokus pada materialnya.. campuran karet dengan sulfur misalkan.. komposisi atau seberapa banyak kawat bajanya.. dan hubungkan dengan kekuatan ban. Kalau anak Teknik Industri biasanya akan fokus pada kinerja proses produksi ban, menghitung kapasitas mesin produksi, mengurangi jumlah cacat ban, menganalisis beban kerja fisik pekerja (REBA RULA) dan lain-lain.
Semoga menjawab pertanyaan kamu ya..
salam edukasi
Pak saya mau nanya klo mau bikin acrylic polymer nya di campur apa? Blom paham rumus kimia 🙏
@Hadiman Kurniawan. Saya menerka maksud pertanyaannya adalah kalau kita punya resin acrylic lalu dicampur apa ketika proses pembuatan benda atau produk maka kita bisa pakai katalisator atau yang biasa disebut hardener. Fungsi hardener ini mengubah resin acrylic yang masih berbentuk cairan monomer dari acrylic yaitu MMA (Methyl Methacrylate) menjadi polimer PMMA (Poly Methyl Methacrylate). Bahan yang bisa digunakan adalah MEKP (Methyl Ethyl Ketone Peroxide) tapi kalau mau beli di toko kimia tinggal kita bilang saja hardener untuk acrylic nanti mereknya bisa berbeda beda walaupun intinya sama.
Tapi kalau pertanyaannya bagaimana membuat resin acrylic maka jawabanya sebagai berikut yaitu dimulai dari acetone yang berasal dari minyak bumi yaitu benzene dan prolylene lalu dicampur dengan HCN yan gberasal dari Methane dan amonium. Lalu ke 2 bahan tersebut dicampur dan menghasilkan Acetone cyanohydrin yang kemudian menjadi Methacrylamide sulphate yang menjadi bahan pembuatan MMA (Methyl Metachrylate) atau yang kita sebut juga resin Acrylic. Lalu kita campur dengan catalis atau hardener menjadi PMMA (Poly Methyl Metchrylate).
Semoga menjawab.
Salam