1. Indonesia gak ada part time 2. Jam kerja terlalu over 3. Durasi perjalanan kerja terlalu lama 4. Penegakan hukum ketenagakerjaan sangat lemah 5. Tidak adanya asosiasi pekerja yg memperjuangkan 4 poin diatas. 6. Anda baru saja sadar, bahwa 5 poin diatas sama sekali bukan bahas penghasilan. Ada hal yg jauh lebih sistematis dibalik 'nominal gaji' yang dikambing hitamkan
overwork itu bagian dari penghasilan juga kalau menurutku, di indonesia ini bener bener dibawah standar sekali, saya kuliah sambil kerja udh 2 tahunan, gaji dibawah umr kerja sekitar 9 jam. bener bener ngeganggu kehidupan kampus yang dituntut untuk punya poin SKP untuk syarat kelulusan dengan ikut organisasi dan acara acara, ya intinya emang ga sinkron aja, kampus juga kebanyakan nuntut mahasiswanya buat organisasi yang non profit ga jelas jadi ga siap untuk kehidupan kerja nantinya
Nomor 2 gak ada dah. Di cina udh terkenal 9-9 (9 to 9) employee. Di indo mana ada kan? Di indo masih mending, kamu masih disuruh kerja diatas jam kerjamu ya dihitung lembur. Kalo lemburmu ga dibayar itu tandanya km harus pindah kerja ke tempat lain.
saya parttimer dan faktanya banyak lapangan pekerjaan yang membuka bagian tersebut hanya karena ingin memangkas pengeluaran perusahaan untuk gaji karyawan dan yg saya alami adalah jam kerja yang tidak sesuai realita yg dimana jam kerja saya sesuai dengan mereka mereka yg bekerja secara fulltime yakni normalnya sekitar 8 jam ataupun lebih
Jadi jangan heran yah kalau yg pintar2 pada kabur ke Singapore. 😊 Anak2 muda itu banyak yg bilang, "Aku sih sayang Indonesia, tapi Indonesianya yg nggak sayang aku." Pikirkanlah makna kalimat itu. Lebih baik dijadikan bahan introspeksi diri, daripada menghakimi mereka Ngga Nasionalis.
Kampus tempat belajar? Kalo ditelusuri lebih dalam sebenarnya kampus juga merupakan industri yang bertujuan mencari keuntungan dengan mengatas namakan "pendidikan" semua sama saja. Semua itu sekedar bisnis dengan sudut pandang berbeda.
@@luthfifathur8436ya bayangin aja, udah mahal² sekolah elit sampe kuliah, eh pas kerja gaji UMR, ya kebanyakan pada gamau lah, sebentar oke, tapi lama lama juga ga betah
Di Jerman ada Praktikum yg siapa aja bisa nyoba kerja di berbagai perusahaan/instansi. Kalau sesuai mereka bisa masuk Ausbildung (sekolah magang) diperusahaan tsb atau lain yg bersangkutan. Dengan itu bisa tau juga apa pekerjaan itu sesuai passion kita
dijepang lulusan smk memiliki reputasi yang sangat baik dan banyak dihargai oleh industri. Lulusan SMK di Jepang memiliki keterampilan praktis dan teknis yang diperlukan oleh perusahaan dan memiliki peluang yang baik untuk memasuki pasar kerja. Banyak perusahaan di Jepang yang memiliki hubungan erat dengan sekolah-sekolah SMK dan seringkali merekrut lulusan SMK untuk pekerjaan-pekerjaan teknis dan industri. makanya kenapa tki² skrang lebih prefer ke jepang sama korea daripada taiwan
Jadi pengacara sekaligus dosen, setelah jadi dosen jadi tau kenapa banyak sekali lulusan pengangguran. Kampus tidak mencetak apapun, jangankan pemikir, pekerja saja tidak ada. Boro2 link and match. Semoga tahun2 berikutnya dunia pendidikan semakin memperhatikan hal ini.
Banyak kampus abal2 yg kualitas dosennya saja ambil lulusannya sendiri untuk jd dosen (yg mungkin ga dpt kerjaan di tempat lain) alhasil kualitas mendidiknya tidak jauh atau malah dibawah kulitas pengajaran kursus2 skill diluaran sana. Bedanya di kampus demi mendapat gelar (S1). Akhirnya pas lulus ya banyak jd pengangguran.
Belasan tahun sekolah berasa cmn "makan angin" doang njirr, bener2 gak guna sumpah. Ketika lulus dari dunia pendidikan, berasa kyk bayi baru lahir, yg gak ngerti apa2. Alhasil semua ilmu di sekolah selama belasan tahun nyaris gak ada yg kepake.
dan dosen saya bilang ke saya "kalau kamu susah cari kerjaan di jawa mending kamu jadi asisten saya saja di kampus ini (kalimantan barat) padahal saat itu saya baru kelar garap projek web dev untuk 2 kabupaten kalbar.
Kadang bingung sndri sama lamaran kerja negara wakanda, bener2 ketat. Bahkan negara-negara lain aja kalau nyari karyawan cuma naro bidang apa yang dibutuhkan sama kemampuan apa yang dibutuhkan tanpa embel-embel. Kemungkinan tingkat pengangguran nambah karena hal begini dan juga ada beberapa oknum yang masuk lewat jalur khusus😅
Saya gak heran karena saking banyaknya orang yang melamar kerja maka di tetepkan batas batas demikian biar tersaring gak kebayang hrd nya meladeni semua pelamar kerja mau butuh berapa lama , kalo menurut saya solusi nya adalah kendalikan pertumbuhan jumlah penduduk
@@ufo4989 kalau mengendalikan jumlah penduduk udah dari dulu pemerintah menerapkan contohnya lewat KB, tapi pola pikir orang kolot Indonesia " banyak anak banyak rejeki" padahal mereka gk mikir kelak bisa memenuhi kebutuhan si anak atau enggak. Apalagi jaman sekarang kebutuhan sekunder banyak banget variasinya. Jadi gk heran sih banyak penduduk indonesia d bawah garis kemiskinan, pendapatan bulanan cuma bisa buat 3/4 orang kadang digunakan memenuhi kebutuhan sampai 7 orang. sampai2 ada anak minta motor ke orang tua sampai gebrak pintu dulu.
Kalo menurut gw kelebihan penduduk emang sudah tidak tertangani ini pengangguran banyak populasi penduduk dan lowongan pekerjaan sedikit. Solusinya menurut gw adalah pemerintah mengadakan program UMKM bukan cuman pelatihan tetapi dikasih modal misal 5 orang dikasih modal 10jt dan diberi pelatihan kewirausahaan untuk membangun bisnis. 5 orang tersebut bekerjasama untuk membuat bisnis dan di bimbing untuk mengembangkan modal tersebut kalo bisnis maju bisa menambah modal dengan berutang/mencari investor. Program ini menurut gw penting selain melatih tetapi praktek langsung mengenai bisnis selain itu akan meningkatkan jumlah umkm di Indonesia, semakin banyak umkm yang ada di indonesia akan semakin banyak juga lowongan pekerjaan maka dari itu pelatihan dan modal bisnis harus di dorong oleh pemerintah. Daripada prakerja kurang efektif cuman buang-buang uang negara aja soalnya yg gw liat yg daftar prakerja cuman cari uang doang. Lebih efektif program umkm dan pemodalan praktek bisnis tapi tetap harus di monitoring oleh pendamping/pelatih bisnis agar bisnisnya maju dan berkembang serta untuk menghindari penyelewengan dana. Jika bisnis itu maju lanjutkan oleh orang-orang tersebut dan hasilnya kembangkan terus hingga menjadi perusahaan besar dan menyerap tenaga kerja semakin banyak lagi. Kalo menurut gw gitu yang intinya perbanyak umkm dengan cara pelatihan, modal, praktek, monitoring. Gpp modal kecil juga yang penting maju aja dulu. Kalo masalah modal bisa ke bank/mencari investor.
Mohon maaf ya, kalo boleh jujur emg sistem pendidikan nya aja gk jelas, gini aja deh, lu sekolah sampai SMA, SMA jurusan IPA, lu dipaksa belajar mengenai kuantum, teori relativitas, biomolekul dan turusan alkana....SMA jurusan IPS, lu dipaksa belajar mengenai gejala aglomerasi industri sama akuntansi, semua lu harus kuasain demi bisa lulus SMA dan demi bisa lulus ujian ke universitas... padahal belum tentu nanti bakalan kepake pas kuliah atau kerja, gw gk bilang kalo ilmunya gk guna, tp yg namanya manusia ada suatu titik dimana lu udh lupa materi yg udh gk lu pelajarin...coba aja lu tanya anak2 kuliahan atau org kerja, emg mereka masih ingat materi2 yg mereka pelajarin buat UN secara detail ?, Seakan2 lu menghabiskan waktu bertahun2 mempelajari hal gk bakal lu pake kedepannya, pelajaran dasar tingkat SD sebenarnya sudah lebih dr cukup untuk bisa msk ke bidang yg lebih spesifik
"hal gk bakal lu pake kedepannya" wkwkk itu karena lu bodoh. banyak orang yang mengejar mimpi kesitu.. kuliah dan menekuni bidang yg disukainya, ada orang farmasi ga sia2 belajar persamaan kimia, ada orang fisika belajar teori kuantum Seharusnya lu sadar diri, kalau memang ilmu nya ga guna buat kamu, tapi itu berguna bagi sebagian siswa lain yang punya mimpi. Yang lain punya mimpi, lu tidur ngeces, ngiler tapi gak ada gambarnya wkwkk saking suramnya ga punya mimpi Lu mengkritik dunia hanya karena kebodohanmu sendiri dan seakan2 kata2mu itu benar
Ada kenyataan lain, disisi perusahaan mencari pagawai terbaik dengan gaji terbaik, sedangkan lulusan mencari gaji tertinggi dengan minim pengalaman bahakan tidak ada pengalaman. Intinya buat fresh graduate harus sadar diri kalau lulus dengan pengalaman kerja minim, cari perusahaan kecil dengan gaji cukup yang mau sebagai pengalaman pertama, lalu loncat cari perusahaan lain dengan gaji yang diinginkan karena sudah memiliki pengalaman. Tapi kalau bisa gajinya ditabung untuk buka usaha, dengan pengalaman yang banyak, pasti lebih paham untuk membuka usaha sendiri, dan untung² bisa memiliki pengalaman
Pengalaman ada karena ada kesempatan. Kesempatan itu yg minim di Indonesia. Ada macam KKN tapi kurang dilirik. Seharusnya untuk S1 ada alternativ lain seperti magang di perusahaan selama setahun dan membuat laporan daripada buat skripsi yg kadang kurang produktif. Kasusku dulu bikin skripsi isinya ngejar dosen. Dosen2 di indo kebanyakan juga bukan menjadi guru yg membimbing, tetapi lebih jadi orang yg harus dihormati buat dapat nilai.
Sekarang fresh graduate harus puter otak banget sih buat cari kerja ini, mau gamau harus banyakin pelatihan dan nambahin skill skill baru atau boleh jadi harus out of the box dari jurusan yang diambil. Mau link and match digaungkan juga tetep aja ujung ujungnya orang titipan yang masuk.
Sebenarnya dari sisi pendidikan sudah dibedakan jalur setidaknya menjadi 3, yaitu pendidikan akademis, pendidikan vokasi dan pendidikan birokasi/pemerintahan/ikatan dinas. Bahkan dari jenjang sekolah menengahpun begitu, adanya SMA, SMK dan MAN. DI perguruan tinggi ada Universitas, Akademi, Politeknik dan juga Insitut. Masing-masing mempunyai kesamaan tapi juga memiliki perbedaan nilai. Akan tetapi saat ini waktu yg berjalan begitu cepat dengan perkembangan teknologi yg sangat cepat mununtut tranformasi bisnis yg harus cepat juga. Sehingga melakukan adjustment link-match ini akan sulit. Solusi-solusi yg dilakukan oleh Kementrian pendidikan sebenarnya sudah ada beberapa seperti, kampus merdeka, magang industri ditambah, lalu ada penggantian SKS dengan terjun ke lapangan, pelatihan-pelatihan, kerja sama penelitian dengan perusahaan melalui dana hibah penelitian, akan tetapi yg menjadi catatan adalah rendahnya peran monitoring dan evaluasi serta lambannya pengambilan kebijakan dengan sistem birokrasi yg rumit.
Pengangguran terjadi tidak terlepas dari yang namanya politik identitas. Siapa yang punya orang dalam dia di terima dan di panggil untuk bekerja sedangkan yang tidak memiliki orang dalam ijasah sarjana dan pengalaman berpendidikan pun tidak akan di pakai
@@mir47626 wajar lah ga aneh negara kita udah overpupulasi jadi perusahan berani netapin banyak syarat ,pekerja terlalu banyak loker cuma dikit "kan banyak anak banyak rezeki"😂
@@AuauauAuauau-ed7lm sering digaung2kan oleh pemerintah tahun emas 2040 dengan keunggulan overpopulasi belum lagi sekarang gak ada program wajib 2 anak. :v
@@mir47626 tahun emas buat perusahaan .karena mereka punya kontrol contohnya syarat lamar kerja,ibaratnya gini 5 loker yang daftar 500 orang jadi pahamkan kenapa perusahaan berani bikin syarat A sampe Z. Kita udah kebanyakan penduduk di tambah ini tahun2 perkembangan industri robot AI ini baru awal awal efek over populasi puncaknya 2035 nanti habisnya 2060 ,jujur tahun tahun awal bonus demografi aja gini apalagi nanti puncaknya? Ngeri. Ya akibat budaya kita beranak asal asal banyak sdm rendah siap siap ya bro. Inget lulusan pertahun jutaan orang dan itu buanyak jumlahnya, siap siap ya bro..
Menurut saya, adanya bonus demografi juga berpengaruh besar. Sekarang perusahaan-perusahaan menaruh spesifikasi pelamar tinggi, batasan usia, dan pengalaman sebagai hal utama perekrutan. Karena ya angkatan kerjanya banyak.
Ditambah di Indonesia syarat loker seringnya tidak match dengan kualifikasi kerja, misal tinggi badan, berat badan, penampilan menarik yang dipandang dari sisi fisik/wajah, batasan umur, pengalaman yang harus sekian di umur yang sekian.
Menurut saya harusnya ketika memasuki perguruan tinggi harus mempertimbangkan banyak hal, contohnya jika ditempat tinggal kita mempunyai kebun maka masuk saja sebagai sarjana pertanian kemudian olah kebun agar menjadi produk yang baik. jangan kaca mata kuda berpatokan dengan kantor saja, diluar kantor masih banyak kerjaan yang bisa hasilin cuan
Belajar dari Jerman bagaimana mereka bangkit dari PD 1 dimana rakyatnya diwajibkan bekerja, bahkan Napi wajib kerja sebagai hukuman atas putusan pengadilan. Pemerintah harus bisa mengelola SDM sebanyak-banyaknya di seluruh Indonesia agar tidak menjadi beban bagi Negara.
basic logic thinkingnya gini : A : perusahaan akan menggaji gaji sekecil kecilnya B : pekerja akan mencari gaji setinggi2 nya ketemunya dimana? bisa ditengah2... bisa menang perusahaan (dapet orang murah) bisa menang karyawan (perusahaanya yang butuh) jadi semua ini soal negosiasi kenapa bisa nganggur? karena A dan B gak ketemu dealnya... sering kan ada kerjaan yang keliatannya bakal nyiksa terus di tolak2in ama karyawan?
@muhamadherdiansyahpratama9107 kalau mau naik jabatan, manager misalnya, itu butuh sarjana. pekerjaan office seperti akuntan, HR, finance, itu juga biasa dipilih yang sarjana, namun tidak menutup kemungkinan lulusan SMA/SMK yang berpengalaman bisa masuk juga.
Boro-boro ada kebutuhan yg ada juga dipaksa efisiensi. Akhir nya para pencari kerja, para pekerja, ataupun para pemilik usaha pun menjadi tidak ikhlas dalam menjalankan tugas dan perintah nya.
Sebagai generasi muda yang cerdas harusnya kita bukan mikir gimana cara dpt kerja yang udh tau lowongan dikit dan g sesuai sama apa yg di ajarin di sekolah/ kampus. Melainkan mikir gimana caranya bikin kerjaan baru biar bisa nyerap tenaga kerja.. bukanya berharap dpt kerjaan yg udh jelas ghoib.. yok, saya yakin yg nonton chanel ini org berpendidikan dan berprestasi semua 👍 kita sama2 bangkit dan berusaha sambil belajar untuk membangun negeri dengan berfikir kreatif yang di wujudkan dgn kerja nyata untuk membangun bisnis/kerjaan baru biar g ada pengangguran lagi..
Setuju Lae Iky,Kita Ini Sebagai Generasi Muda Kita Berfikir Bagaimana Kita Buat Kerjaan Baru Supaya Kita Bisa Menyerap Tenaga Kerja Dengan Hasil Keringat Sendiri Atas Kerja Keras Kita,Yang Terpenting Kita Ini adalah Belajar Dan Belajar Kuncinya,Ayo Kita Bangkit Bersama Sama,Serta Berjuang Bersama Sama Mewujudkan Mimpi Dengan Kerja Keras Kita,Ayo Kita Raih Kesuksesan Kita,Serta Ayo Kita Belajar Membangun Negeri Dengan Berfikir Kreatif Salam Sukses Dan Salam Bekerja Keras👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊🤜🤛
semoga pendidikan di Indonesia itu lebih sederhana dan langsung benar benar ke posisi pekerjaan. karena saya nilai perkuliahan terlalu lama dan banyak mata kuliah yang jadi wawasan, yang seharusnya bisa dipelajari sebagai ekstensi tambahan ketika sudah bekerja. karena pekerjaan itu tidak terlalu membutuhkan pelajaran yang banyak namun cukup lingkup dunia kerja minat dia. memang pelajaran pelajaran tersebut itu penting, tapi alangkah baiknya kalau mahasiswa itu lebih nyaman belajar untuk pekerjaan yang dimana untuk orang lain bukan hanya kebutuhan pribadi. terlebih lagi kalau mahasiswa sudah bekerja lalu ingin menambah wawasan, jabatan, atau sebagainya tinggal tambah kelas saja setelah dia mendapatkan pekerjaan atau belum. manusia pasti tetap bahagia kok kalau sudah bekerja :), ada pepatah "mending cape bekerja daripada cape cari pekerjaan" poin yang bisa aku dapat adalah manusia bakal toleransi terhadap keadaan kalau sudah tercukup biaya makan dia.
Karena di indonesia mau yang sudah mahir untuk rekrut karyawan, jarang ada perusahaan yang mau training calon pegawainya. Yg baru lulus ya bakal kesusahan cari kerja karena dimna2 mintanya pengalaman. Saya rasa ini fakta dilapangan dan ini sistem yang harus diganti di indonesia dalam perekrutan kerja. Harus ada pelatihan atau pekerjaan untuk fresh graduate.
Salah satu sebabnya adalah mati suri nya industri manufaktur, disamping ekonomi Indonesia yg tidak technology-based. Ekonomi Indonesia sebagian besar di topang konsumsi rumah tangga dan bisnis2 ekstrasi (tambang) dan sedikit pertanian. Tidak ada roadmap utk manufacture-based economy.
Mau tau kenapa? Karena biaya riset aja perusahaan n pemerintah nggak mau keluar banyak padahal rnd itu kunci lompatan ke negara maju, liat aja negara maju, biaya rnd itu dikisaran 3-4% GDP nah Indonesia? 0.2 doang, gimana mau lompat jadi negara maju? Apalagi dibikin brin, eh dengan bangganya bilang bangga bisa menghemat anggaran riset😂
Nggak salah juga konsumsi domestik, kan kembali lagi, kalo dana riset nggak jalan ya kita nggak akan kemana2 juga dalam hal manufaktur, contohnya korsel. Sebenarnya dulu Indonesia n korsel konglomerat nya keluarga tapi yang jadi pembeda korsel lebih mengutamakan manufaktur dan rnd yang gede, maka nggak heran. Yah pemerintah juga sih kalo kita mau maju dari sektor industri juga prioritas jangan komoditas, jangan kasih keberpihakan ke taipan2 sawit n batubara, kasihlah ke manufaktur macam astra, polytron, advan, maspion seperti keberpihakan ke Timor dulu, sebenernya kalo kita mau kita bisa masalahnya kan ada udang dibalik bakwan. Ada lobi politik dibalik kepentingan pengusaha komoditas.
Besok pemilik perusahaan agamanya Kristen, mau bangun gereja untuk ibadah demo lagi. 😅 Otak keterbelakangan Indonesialah yang buat banyak pengangguran. Lihat aja aceh. Miskin sampai kerja di indomaret aja ngantri.
Itulah sebabnya UMKM ada tulang punggung ekonomi negara.... Di Jepang jarang yang jadi PNS.... Pasar domestik Jepang besar menopang ekonomi dalam negeri..... Kalo di mari semua serba impor
Ya coba emang disini budaya luntur semua sedang di jepang mereka bisa "menjual" budaya nya lewat anime dan film film bikin orang tertarik wisata kesana. Kyoto tradisional jepang kuil, kuil tapi Tokyo menawarkan kecanggihan teknologi. Disini budaya udah ngga penting jadi ya malas wisata, kurang greget cuma bali aja karena di bali budaya masih berasa, kalau mau nawarkan yang kaya tokyo mana ada indonesia belum semaju itu banyak korupsi dan lebih memilih impor walaupun sebenernya banyak sdm mumpuni tapi malah impor barang dan sdm (karena perusahaanya juga banyak kerjasama asing).
Sebagai praktisi di industri yang punya kecintaan pada dunia pendidikan, saya sebenarnya bersedia membantu dengan mengajar di kampus untuk menolong link and match antara teori dan praktik. Tapi ketika mahasiswa suka dengan dosen dosen praktisi, yang terjadi bukannya diapresiasi malah dosen dosen praktisi ga dikasih kelas lagi ama dosen dosen tetap yang merasa tersaingi. Jadi bagaimana mau link and match kalau masih ada praktik kotor seperti ini.
Tambahan : Malah ditambah tugas-tugas administrasi, kepanitiaan, dll. Padahal dosen praktisi sudah sibuk dengan urusan kantornya. Yang tujuan awalnya ingin membantu, malah waktunya terkuras habis. Kalau berbicara worth it atau tidaknya tentunya gaji praktisi lebih besar daripada jadi dosen. Sehingga apabila ketemu realita hidup praktisi tentu lebih memilih untuk tetap jadi praktisi daripada dosen. Kecuali dosen yg sudah senior dimana mereka kadang buka perusahaan juga. Hal itu bisa terjadi karena secara feodalisme mereka tidak lagi sibuk kepanitian, kasarnya tinggal menyuruh dosen junior saja. :D saya yakin tulisan ini pasti banyak yg relate.
Saya juga kuli yg menjadi dosen praktisi, banyak mahasiswa yg curhat penjelasan dosen susah dipahami karena hanya teori... Banyak yg curhat hingga minta bimbingan sampai lulus Dimana dosen penguji pun banyak yg kurang paham akan masalah yg diangkat dalam skripsi nya
Yes. Setuju, kebanyakan dosen tetap hanya paham teori ataupun kurang cakap mengajar jadi akhirnya mahasiswa lebih suka diajar dosen praktisi. Tapi bukannya berterima kasih malah merasa sirik. Padahal bayaran dosen tamu sejujurny lebih kecil dari kerja praktisi. Jadi ketika kita mau memberikan bantuan tapi malah disirikin. Ya lama lama kan jadi enggan ya
Yes, itu real om. Dari pengalaman saya sebagai 2 tahun jadi dosen praktisi dan ikut "membantu" pekerjaan2 adminsitratif mereka. Di banyak kampus Indonesia, sistem perdosenannya sangat feodal dimana dosen-dosen yang senior adalah rajanya, sedangkan dosen2 muda itu kasta paling bawah. Hampir semua pekerjaan diserahkan ke dosen muda, sedangkan dosen2 senior bisa fokus ke proyek atau usahanya sendiri. Dosen2 muda tentu akan iri, udah kerjaannya banyak, duitnya kecil, akhirnya mereka setelah jadi dosen senior akan berlaku seperti itu pula ke junior2nya. Lingkaran setan. Nah berhubungan dengan dosen praktisi yg lebih disenangi mahasiswa, ini memang real. Sebabnya karna dosen2 tetap itu sudah terlalu terpaku dgn pekerjaan administratif yg berjibun itu, jadi sedikit waktunya untuk upgrade ilmu terlebih update di dunia industri.
Dosen saya yg Insinyur aja bilang mendingan ikut kursus krna lebih berkesan dan aplikatif😅. Beliau di satu sisi scr pengajaran mmg cukup butuh efforts buat memahaminya dan materi yg beliau ampu pun juga bisa dibilang paling2 greget dibanding yg lain. Tp beliau jg sadar kalau teori2 yg dipelajari di kampus itu kurang relevan😅. Makanya bisa bilang begitu.
@@cashi4225 iya, emng sih ini selera, tapi bagi gw pribadi kyk lebih nyaman lebih fokus aja nyimak informasi nya, gk ada (gk banyak) cing cong lawakan2 congkak yg di selipin di antara penyampaian narasi nya, trus yaa karena emng lebih nyaman aja sih intinya, enak di denger enak di kuping wkw
Ini stats nya dipukul rata semua univ satu Indonesia. Harusnya case by case, by jurusan, university dan industry demand (kalau masih mau jadi buruh). Karena banyak lulusan engineering dari top university waktu tunggu nya tidak terlalu lama. Cmiiw
Di channel China insight jumlah lulusan sarjana tembus 10jt dan yg nyari kerja udah kayak ngantri ransum. Itu di China di Indonesia walaupun jumlah lulusan sarjana masih kurang di bandingkan China tetapi masalahnya tetep sama dengan di China antara bangku kuliah dengan dunia usaha utamanya corporasi itu tidak nyambung, ketika dunia usaha menuntut orang yg siap pakai ternyata realitanya tidak demikian akibatnya munculnya pengangguran. Logikanya kuliah di Indonesia lebih banyak teori teori dibandingkan aplikasi real dilapangan itu kayak apa otomatis ketika diterima orang tersebut harus dilatih ulang contoh simplenya kalo masuk bank BUMN ada istilah ODP yg masa trainingnya 6 bulan bandingkan kalo itu corporasi swasta jelas rugi 6 bulan, makanya ada istilah pengalaman sekian tahun tujuan utamanya adalah perusahaan besar itu ogah keluar uang buat traning orang baru
setuju… tp ODP itu pendidikannya cuman basic, bukan ditujukan untuk terjun langsung ke bisnis… tp bekerja di sisi manajerial 😅. Wajar donk kalau butuh pendidikan khusus. Poin ini valid kalau untuk pendidikan teller atau customer service..l Tapi untuk ODP ya gak lah, ODP itu manajerial, bukan pelaksana. Mau kamu kuliah link and match juga, pendidikan korporasi tetap harus ada karena spesifik dan tidak diajarkan di kampus manapun.
@@kang.julianeka overload antara jumlah manufaktur dan orang yang cari kerja lebih banyak orangnya dibandingkan manufakturnya, sebagai perbandingan Singapura 58,1%, Filipina 54,3%, Indonesia 51,9%
Cari pekerjaan itu mudah dan melimpah, yang sulit adalah cari pekerjaan yang rekan kerjanya cocok. Kerja bukan untuk sekadar memperoleh uang, melainkan bagaimana sesama rekan kerja dapat nyambung dalam obrolan yang filosofis. KOREKSI BRO.... Jangan merendahkan lulusan sekolah susah cari kerja... 👎
Lupa akan filosofi agraria atau malah menyepelekannya. Profesi di ruang lingkup pertanian akan memberi peluang sangat besar apabila di optimalkan segala aspeknya oleh pihak yg bertanggung jawab untuk itu
udh ada mas, namanya Magang merdeka atau MBKM. Tapi ini sifatnya bukan wajib tapi dianjurkan. Aku sendiri udh ikut magang merdeka 2 kali atau 10 bulan. Semester 8 ini aku udh bekerja full time. Thanks to Magang merdeka
Saran saja: 1. Pengendalian pertumbuhan penduduk. 2. Perbanyak Kawasan Industri yg menyerap banyak jumlah tenaga kerja. 3. Pelatihan Wirausaha dan Kredit Lunak. 4. Biaya pendidikan jangan terlau tinggi, sehingga semua bisa sarjana.
@Kuat Ma'ruf sampai sekarang gak efektif karena kurangnya ketegasan kebijakan tersebut, yang paling efektif menurut saya kebijakan satu anak untuk mengurangi jumlah penduduk baru deh setelah jumlah penduduk ideal baru kebijakan itu di hapuskan , kalo ada yang membandingkan gagalnya kebijakan tersebut dichina menurut sya kultur indonesia berbeda dengan di china sehingga bisa diterapkan
Yang jadi masalah bukannya penganguran tapi sistem pendidikan apalagi lulus cuma SMA/SMK kebawah cuma di ajarkan jadi pekerja. Di tambah lulus dari Universitas cuma mau jadi perkerja tidak keberanian wirausaha, mentok mau jadi PNS
Disisi lain karna memang mindset kita *cari kerja...,bukan *buka usaha... menurut mereka jadi pns dan bekerja dikantor adalah sebuah titik finish kepuasan...
Kita belajar dari SD, SMP, SMA bahkan kuliah masih bingung cari kerja sedangkan orang yang ikut seminar 1 bulan -+ aja udah bisa import barang dari China buat dijual lagi ke Indonesia, dan mereka banyak sekali yang berhasil dari sana. Seharusnya kita bisa melihat kesimpulan dari sana, sekolah untuk kebanyakan kasus hanya memberi kita ijazah tapi tidak pernah menyuruh kita untuk berpikir sejauh itu. Banyak cerita kalo lulusan SD banyak juga yang sukses ini tergantung mindset aja sih soalnya.
Ya gimana mau memaksimalkan peran sekolah. Toh banyak juga sepertinya sekolah yg bermutu rendah entah guru entah kebijakan. Misal tidak tegas terhadap kegiatan mencontek. Itulah sebabnya lulusan menjadi kurang kritis
Haduh broo broo. Lu ngomongin "masyarakat" yang mana?. Yakali ada orang yang cuman modal ikut seminar kurleb 1 bulan terus bisa sukses di bisnis import. Lu kira gampang bisnis import dengan segala aturannya? Ngurus ini itu, pajak ini itu, kalo orang awam mana bisa bro? Kalo bukan orang kaya mau dapet modal buat usaha import dari mana bro? Logikaaa broo logikaaa
@@yotobpanceed1653 masnya kayaknya kurang update deh, sekarang banyak platform yang menyediakan jasa import yang murah dan berkualitas. Seperti ocistok, Chinese home, dll. Yang pastinya untuk masalah surat ini dan itu sudah diurus sama mereka. Jaman sekarang semua serba online mas, kita bukan manusia goa yang gaptek. Makanya kalo masnya punya HP itu dibuat cari informasi jangan buat nonton JAV aja. Hadeeeh.🥴
@@yotobpanceed1653 kalo buat usaha import aja gak bisa, terus masnya gak mikir biaya kuliah itu S1 aja berapa sekarang? 100 JT lebih mas. Sekarang kita import barang itu diukur sama berat dan jumlah barang tersebut, kalo pake transportasi laut mungkin lebih murah. Gak sampai 100 JT, malah ada sisa buat biaya iklan di toko online kayak Shopee, Tokopedia, Lazada, dll. Sudah lebih dari cukup.
Ya mindsetnya orang2 "MAKSAIN" kuliah juga nyari gelar. Gak ada yang maksa harus kuliah. Malah lebih bagus kalo sedikit yanh kuliah, biar yang lulus bener2 yang kualitas. Sekarang mah asal bayar bisa lulus.
@@nandamuchri6053 ditambah banyak lulusan fresh graduate kesulitan bersaing utama nya di swasta sama lulusan SMA/SMK yg udah tinggi pengalaman dan skill nya terus ter upgrade sementara lulusan sarjana banyak yg gak mau upgrade ilmunya atau mau beradaptasi dengan lingkungan kerja yg ada dikira dia udah bisa a tapi perusahaan butuh nya b, c, d
Teori gw karena over populasi SDA kita melimpah tapi di bagi ke 270jt-+ ya pada kebagian secuil di tambah SDM kita jujur aja rendah wkwk mungkin ada yg engak ke bagian,seumpama negara kita 100jt penduduk mungkin lebih makmur karena Sdm lebih mudah didik sama SDA bisa lebih kebagi ke penududuk
Plusnya DI TAMBAH SAINGAN DIKIT + SDA MELIMPAH bayangin aja kl ga over populasi mirisnya overpopulasi ini masih akan bertahan Lama yg katanya"banyak anak banyak rezeki" (Di tambah fenomena nikah muda)
Enggak lah yg penting gak terjadi namanya reseksi sex. Buat apa sukses2 eh penududknnya menyusut, ksempatan terbuka bekerja di negara reseksi sex, harga belajar bahasa softskill apa mau waega nya kerja di negara tetangga, apa cuma bisa teriak2 demo gk jelas.
Dan mohon maaf aja yah nih, kebanyakan lulusan Sarjana juga nggak sedikit ngerendahin lulusan yg di bawah mereka, contoh kayak kasus kemarin ada lulusan teknik UI ngambek gegara perusahaan tempat di ngelamar kerja lebih milih lulusan STM yg pernah kerja di Eropa 😂
kebanyakan kampus "seakan" tidak peduli lulusannya terserap ke dalam dunia kerja atau tidak...mereka banyak membuka kelas-kelas, sampai ada istilah mandiri, tanpa memikirkan apakah lulusannya terserap atau tidak...
Klo mau bener2 terserap ya sedari awal kampus tsb. harus mengurangi kuota penerimaan mahasiswa utk bisa menghasilkan siswa terbaik Dan ujung2nya akan jd masalah baru lagi yakni meningkatnya lulusan SLTA yg tidak bisa berkuliah
Bener banget, kampus gw dlu sempet nerima mahasiswa ditambah tiap tahun, pdhl gedung aja kurang ruangan. Dah gitu masih ada fakultas lain numpang gedung fakultas gw. Untung jumlah mahasiswanya akhirnya ga ditambahin lg krn sadar diri kekurangan ruangan 😂
Alhamdulillah, saya sudah punya pengalaman kerja dan magang dari semester satu sampai waktunya nyusun skripsi. Gak peduli pekerjaan tersebut gak nyambung/linier dengan jurusan kuliah yang diambil. Soalnya susah cari kerjaan yang nyambung/linier sama jurusan kuliah yang diambil. Klo saya tunggu lulus/wisuda dan kemudian baru cari kerja, ya bakal susah karena harus bersaing dengan sesama Fresh Graduate maupun yang sudah berpengalaman. Beberapa pekerjaan tersebut saya lakukan selama masih kuliah untuk bayar UKT dan uang wisuda, seperti Admin, Call Center Operator, Operator Logistik, Office Boy, sama terakhir jadi Sales. Klo sekarang, saya kerja freelance + serabutan. Soalnya susah banget cari kerja yang sesuai setelah lulus yang ada jenjang karirnya.
Jaman gw masih kuliah, gw nyari part-timer ato magangan PKL susah minta ampun. Coba sana coba sini mental semua. Ampe gw dpt Magangan karna temen gw ada yg udh keterima duluan di situ. Trus gw bilang "saya ini, dia temen 1 kelas saya, saya dpt rekomendasi" baru bisa keterima itupun hanya 2 bulan. Bayangkan orang dalam itu emang nyata.
Fakta nya HRD sering ngeluh susah cari pelamar yg tepat, dan pelamar ngeluh susah dapet kerjaan.. lowongan mah sebenarnya banyak. Siapa yg salah tuh coba?
Setuju. "Mengabdi untuk masyarakat" ndassmu, yg ada dijadiin kuli🤣 harus nya magang yg diwajibkan soalnya magang lebih bermanfaat buat masyarakat jadi keseluruhan
Mungkin dalam beberapa tahun kedepan pendidikan tinggi masih diperlukan untuk pekerjaan tertentu . sebenarnya pendidikan tinggi diperlukan buat yg ingin jadi guru entah SD, SMP hingga SMA dan SMK . dan juga mungkin akan dirasa percuma juga jika jumlah lembaga pendidikan tinggi baik negeri maupun swasta banyak tapi lulusan pendidikan tinggi ini ujung2nya kerja dg upah yg sama seperti kerja pada pada industri yaitu dapet gaji UMP dan UMK
Jika pengangguran menjadi suatu permasalahan yang wajib ikut ditanggulangi oleh pihak swasta maka akan ada kerja sama yang baik antara pemerintah dan swasta dalam penanggulangannya. Jika pengangguran hanya menjadi permasalahan dan urusan pemerintah maka selamanya pengangguran tidak akan bisa ditanggulangi.
@@ranggayogiswara5148 patut dipertanyakan ke pihak swasta, apakah itu moral dari mereka atau dipaksa pemerintah (aturan)? Setahu aku, moral swasta adalah mencari keuntungan.
@@mboeng Ya swasta emang dimana mana cari keuntungan kali. Pemerintah juga sama toh. Apa sangkut pautnya ke moral? Banyak yg menganggur itu bukan urusan swasta dong. Swasta sudah menyerap tenaga kerja sesuai yg mereka butuhkan. Buat apa sengaja over kapasitas? loe mau bayarin gajinya tong? yang ada entar pada dateng masuk kerja banyakan cuma duduk ongkang2 kaki,main hp, browsing2 main internet doang. Enak amat. Sekarang aja sudah banyak karyawan yg model magabut gitu di tempat gawe.
Funfact : Banyak mahasiswa yg abis lulus fokus nya antara cari kerja, padahal mereka ga inget siapa yg bantuin mereka sampe lulus kuliah Pandangan saya : Tidak semua orang abis lulus harus cari kerja, pengetahuan kuliah juga bisa diterapkan di usaha orang tua yang sudah bisa membesarkan dan membuat anda sampai lulus kuliah. Banyak anak abis lulus kuliah fokusnya kerja sama orang, padahal kadang bantu meneruskan usaha ortu walopun kecil itu juga bermanfaat dan secara ga langsung dapet ilmu kehidupan nya. Gw ngomong gini soalnya banyak klien2 dan teman saya terutama di daerah yang GA ADA yang mau meneruskan usaha ortu yang beberapa sudah turun temurun (entah di pasar maupun jualan di ruko/toko sendiri) Padahal back again, usaha itu secara ga langsung uda berhasil membuat anda2 ini sekolah tinggi hey anak muda. Daripada harus berjibaku ga jelas di kota metropolitan sebaiknya anda2 ini pulang buat meneruskan sejarah keluarga anda, entah mau jualan di pasar, mau buka depot kecil pinggir jalan, mau buka toko kecil yang sudah lama dan sederhana INGATLAH, TIDAK ADA SALAHNYA DAN TIDAK PERLU MALU JIKA KALIAN PULANG DAN MEMBANGUN DAERAH ASAL KALIAN Terima kasih
@@muhammadahda2040 Eh bang, ga usah ngegas. Kan sy bilang kalo emang berasal dari daerah, kalo emang situ lahir di kota metropolitan dan keluarga buruh bisa dimulai dgn nabung dikit lalu coba tanya2 saudara yg di daerah ada peluang usaha apa disana dan mungkin bisa coba buat usaha disana. Inget bang, Indonesia bukan kota metropolitan doank, kalo situ mindset nya cuman kerja kantoran tapi skill sama pengalaman zero sih sama aja. Intinya peluang usaha di daerah juga banyak, asal jangan takut sama jangan males aja
@@fndorigin9021 kalau skillnya banyak gimana bintang 7 bahkan ?tapi gak punya pekerjaan mungkin dia hanya punya sedikit relasi dan relasi yang dia kenal gak mampu bantu dia! Banyak loh orang yang seperti ini!
Betul, besar kecil nya usaha ortu kalo bisa tetap di jalanin, yg kuliah coba terapin di usaha ortu apalagi maaf kalo ortu nya gaptek bagian anak muda yg ngelola nya, JADILAH GENERASI PENGUBAH, BUKAN JADI GENERASI PENERUS
Jangan artikan pengangguran jaman sekarang sama dengan *"Malas - Bodoh atau Kurang Keras Usahanya"* Tapi emang antara jumlah lapangan pekerjaan yang *Limited* dan *Seleksi Alam* yang gk pandang Buluh masih jadi Problems!
Manusia yg hidup diindonesia harus Pinter2... Kalo gak gitu gak bakalan dpt kerjaan... Contoh aja pengemis adalah salah satu pekerjaan yang menjanjikan di ibukota 🤣
Susah juga sih yaa. Kalo industri pasti maunya dapat pekerja semurah mungkin. Untuk dapat tenaga kerja yg murah yaa yg pasti gak ngambil dari perguruan tinggi. Kalo pun ngambil dari perguruan tinggi ngambil paling pinter n bisa dikendalikan plus jumlahnya gak bakalan banyak. Lagipula biaya kuliah juga semakin mahal maka bakal muncul hukum ekonomi harus balik modal. Ini 11-12 dengan para pejabat legislatif n eksekutif yg harus balik modal n harus bantu partai semakin besar dengan bantuan dana dari setiap legislatornya. Solusi yg harus dikembangkan saat ini adalah perluasan bidang UMKM atau membuat food estate. Perubahan iklim saat ini bakal menimbulkan kerawanan akan bahan pokok makanan yg bisa semakin langka di masa depan. Jd perlu banyak ahli pertanian yg dapat mengolah lahan pertanian yg sustainable dengan faktor kerugian eksternal seminimal mungkin dari perubahan iklim. Walaupun sudah digaungkan oleh pak presiden, food estate bukan jadi prioritas pemerintah. Para lulusan pertanian masih banyak yg ogah jadi petani.
Ya gimana ya, sekarang persyaratan kerja kadang sudah match masih aja ngga dipanggil, CV udah dibuat simple tetep aja ngga dipanggil walau kualifikasi masuk semua. Jalin koneksi ngomong udah baik baik tetep saja ngga ditanggapi di LinkedIn banyak HRD seperti jual mahal. Kalau dipanggil pun pasti ngga dilanjutkan karena Domisilinya jauh padahal mah kandidat tidak mempermasalahkan. Kan aneh inilah gambaran lowongan pekerjaan di Indonesia.
masalahnya berapa persen calon pekerja yang bisa jadi sales? Jadi sales itu nggak semudah yang dipikirkan orang-orang. Harus supel, bisa bangun koneksi sana sini. Yakali misal lulusan komputer yang introvert parah disuruh ngadepin orang... yakin sebulan duabulan keluar kerjaan tu orang. Sebenernya ini salah pemerintah, pemerintah kurang mapping kebutuhan tenaga kerja di Indo itu apa, kalo mappingnya bener kan pemerintah bisa ngatur kuota jurusan terkait, belum lagi masalah jumlah penduduk
Point komentar sy bukan ngomongin kesulitan org2 yg susah atau mau jadi sales, tp perusahaan2 yg kalo buka lowongan, no 1 yg dicari yaa sales, jobfair salah satu buktinya. Toh peminatnya jg banyak banget, dari berbagai macam jurusan masuk2 ajah, yg bertahan yaa yg mau kerja.
sudah seharusnya iklim akademik mampu mengedukasi bahwa jalan yang telah mahasiswa ambil sudah tepat pada semester² awal perkuliahan itu, para akademisi harus mampu menjamin masa depan mereka pada semester ataulangkah selanjutnya sesuai dengan prospek yg ada dikepala nya. Istilah salah jurusan dan kampus nantinya juga akan hilang seiring berjalannya waktu sehingga gap informasi dan kualitas lulusan dapatberjalan linear dengan kebutuhan industri. OHIO GOZAIMATZU!
Sebenarnya fresh graduate bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan karena sudah ada pengalaman dari internship kalau internship nya 1 tahun maka jika ada lowongan dengan pengalaman minimal 1 tahun bisa diajukan. Masalahnya perusahaan biasanya menentukan kriteria yang ketat selain minimal 1 tahun pengalaman seperti skill ini itu dan biasanya gak diajarkan di kampus. Jadi masalahnya 4: 1. Kurikulum 2. Ketika Magang atau internship harus selektif memilih perusahaan 3. Pilih perusahaan sesuai atau mirip dengan perusahaan ketika magang 4. Kampus harus menyediakan lowongan kerja dari perusahaan yang sesuai dengan kampus agar lulusan bisa langsung kerja
Untuk hal pekerjaan tertentu ijazah mutlak diperlukan contoh tenaga kesehatan perlu ijasah dokter. Tapi kalau berbisnis atau dagang lulusan SD juga bisa yang penting ulet.
Kedepannya dunia akan tau artinya. Sekolah tidak lebih penting dari pelatihan... Sepertinya sertifikasi kursus keahlian lebih penting daripada ijazah. Perusahaan akan memilih orang yg bisa kerja dan menguntungkan
semoga nanti jenjang kuliah itu dipecah lagi S1 nya biar lulus cepat dan dapat mencari kerjaan. seperti semester awal itu buat kerjaan, semester tengah untuk pendalaman, dan semester akhir untuk akademisi. biaya nya tinggi diawal dan rendah diakhir. agar kampus ga rugi, kan kampus cari d. tapi mahasiswa dapat lulus di semester awal.
syarat administrasinya sulit bang buat yang ekonomi kebawah. Mau kerja keluar negeri itu mesti ada modal tabungan di bank kalo nggak gitu visamu sulit buat diacc pihak kedutaan terkait
"Sekolah kita mendidik kita untuk menjadi buruh". "Ndak mau sekolah yang sistemnya seperti itu". Setelah lulus sekolah menganggur. "Sulit amat sekarang cari pekerjaan".
Ada loker yg jobdesk nya banyak bgt untuk di kerjakan 1 orang atau multitasking. Entah knp tidak memperkerjakan dgn model tim daripada individu.. toh bs ngurangin pengangguran
Di pabriku juga gitu 1 orang dengan 3sampai 5 keahlian.di kerjakan dengan kelompok katana hasilnya nipis saat lagi ramai karna harus tetap gaji karyawan saat pabrik ramai sedang ataupun sepi Kata bosku kalau lelet dan gak bisa kerja sama maka wajib out
Untuk mengurangi pengangguran yaa pemerintah harus menciptakan pengusaha pengusaha baru, sehingga bisa menyerap tenaga kerja semakin banyak, kalaupun kurang match, kan ada training...ciptakan peluang kerja sebanyak banyaknya...
SIAPA YANG MASIH BERPIKIR JAMAN PAK HARTO KEJAM ?? SEDIH RASANYA PENERAPAM LINK AND MATCH DAH GA DITERAPKAN LAGI, POLITEKNIK AJA TIDAK LINK AND MATCH LAGI 😅
Harusnya kampus membentuk Wira usahawan, bukan pencari kerja, Dan harusnya peran Disnaker sebagai penghubung antara pencari pekerja dan perusahaan. Dan perusahaan juga wajib setor job ke Disnaker. Dan program kb harus di jalankan,
Kebanyakan fresh graduate gak mengenal istilah "batu loncatan", mereka maunya kerja bagus gaji gede, gengsi kalau cuma dikasih gaji umk. Gue lebih salut lulusan sarjana yang mau buka usaha sendiri walau skala kecil seperti warung angkringan atau bakso, daripada bertahun2 menganggur
Masalahnya bukan asal batu loncatan doang, kalau pengeluaran ongkos-makan-transport melebihi dari pendapatan untuk biaya hidup mendingan gak usah ambil? Kenapa? Sama aja jadi budak gak dibayar. Kita kerja juga harus nutupin biaya hidup. Wajar dong fresh graduate minta UMR lah, realistis aja, ortu udah mulai masuk pensiun, harus biayain mereka yang gak produktif lagi. Emang anda mau keluar biaya sekolah 22 tahun, bayar udah lebih dari ratusan juta hanya digaji untuk sesuatu yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup? Orang dengan gampang bilang buka usaha. Yah realistis aja. Usaha itu butuh modal. Kalau gak punya, mau kemana?hutang ke bank? Bank itu kejam loh, gak dibayar bisa2 aset disita. Usaha itu juga harus tau marketnya. Masalahnya, sebelum utang benar2 ada di poin sebelum disita, udah balik modal? Lagipula, itu jualan penghasilan gak menutupi biaya hidup ditambah dihimpit hutang kan?
Sbnarnya yg dibutuhkan di Indonesia adalah Sarjana Teknik (terkhusus Sipil dan Industri), Sarjana Pertambangan, serta, Managemen HI Dgn target pengembangan Infrastruktur yg diusahakan modalnya datang dari investor luar, harusnya itu yg dicanangkan, tp realitanya dominan lulusan dibidang ekonomi yg justru jd mslah knp byk yg gk terserap
Sebetulnya kita butuh semua jurusan di berbagai bidang. Misal ketika banyak kasus terorisme dan ekstrimisme tentu kita meminta saran lulusan sosiologi, kriminologi atau semacamnya. Cuma memang secara jumlah kalau kita ngebet jadi negara industri sih ya jurusan teknik dan manajemen tidak boleh dibawah lulusan jurusan humaniora.
Setau saya ya, itu disebabkan oleh pihak perusahaan merasa lebih hemat dalam pengeluarannya utk memberi upah kpd 1 orang utk bbrp kerjaan daripada 1 orang utk 1 kerjaan, jika perusahaan menerapkan sistem yg kedua jelas itu akan membuat pengeluaran perusahaan jauh lebih banyak.
Yang gak di ajarin kampus tuh perihal membangun relasi bagi mereka yang mau bekerja, dan tata kelola keuangan (pajak,bikin CV dkk ) bagi mereka yang mau bisnis. Yang bisnis cuman di ajarin jualan barang doang yang anak SD, SMP, SMA pun bisa. Yang mau kerja cuman di jejelin ilmu tapi base ilmu nya terlalu bertele tele. Saya dulu punya dosen yang sampai sekarang saya salut karena materi yang dia sampaikan tidak bertele tele sehingga sisa waktu pembelajaran dia akan menerangkan mengenai sebuah jurnal penelitian terkini yang berguna dalam aplikasi dunia kerja maupun bisnis, yang menerangkan dosen tersebut bukan ngasih tugas ke mahasiswa buat bahas jurnal ya.
Aku melihat masalah ini pada personnya sih, dimana para lulusan sarjana dan diploma merasa harus selalu linier dengan gelarnya, tidak mau mengambil pekerjaan yang berbeda atau menganggap pekerjaan yang lain tidak bergengsi. kampus juga banyak meluluskan lulusan yang kurang kompeten, banyak lulusan sarjana ataupun diploma yang sama sekali tidak memahami apapun dari hasil belajarnya, pokoknya asal lulus saja.
Yg bener2 match pun sulit Contoh sekolah kesehatan banyak yg nganggur sprti perawat bidan dll Skng di tuntut inofatif Jngn berharap sekolah membuat mu dpt pekrjaan baik Ttp tajam melihat sjak dini apa yg suatu saat akan km lakukan Sekolah di bidang yg berkaitan dngn tujuan mu Persaingan ketat Orng2 yg presisi dari awal yg akan berhasil Orng2 malas yg jalanin aja dl Akan susah bersaing
Pemerintah hrs banyak belajar soal bencana demografi ini. Banyak contohnya di negara amerika latin kayak brazil, argentina, venezuela dll. Mereka sempet kayak indonesia bgini tp gagal handle.
Lucunya, di dunia pekerjaan berjenjang karir, orang yg udh berkompetensi, berpengalaman, berskill tinggi tidak bisa naik jabatan karena tdk ber ijazah! Negara ini masih diperbudak sistem.
sebenarnya itu masalah di Indonesia saja, di negara eropa masalah itu dak ada. Karena semua produk kampus sangat di butuhkan sama industri. Karena penelitian kampus2 di eropa memang berkualitas tinggi dan bisa di aplikasikan di industri. dan membuat industri semakin baik
sebetulnya kecocokan jumlah calon pekerja dengan jumlah yang dibutuhkan industri intinya ya... lagipula di eropa meski cuma jadi pelayan resto tetep bisa hidup nyaman. Supir truk aja gajinya masih ok kalo dibandingkan di indo. Di Indo? Misal pelayan resto gaji 2jt an tinggal dikota besar bayar kos makan dll belum lagi transport hampir setengah lebih dari penghasilan bulanan habis, tiap bulan bisa nabung 1juta rasanya udah syukuran.
Jujur saja, pengalaman gue sebagai orang indo yang sekolahnya juga di indo, gue merasa emang sistem pendidikan di indo itu ampas.. bayangkan saja, mau kerja aja harus ada pengalaman dulu.. padahal sebelum ada pengalaman itu harus ada kesempatan.. nah, kesempatan itulah yg gak bisa gue dapatkan di perusahaan indo.. caranya gue nyari kesempatan dan pengalaman yaitu jadi TKI di Jepang.. caranya izin ortu dulu buat menggadaikan sertifikat rumah dan tanah buat dijadikan duit.. setelah jadi duit, duitnya dipakai untuk modal pendidikan Bahasa Jepang agar bisa kerja di Jepang.. nah, selama kerja di Jepang, percaya deh sama gue kalo di sana itu gajinya terbilang gede banget.. bayangkan saja.. gue yg cuman lulusan SMA dan cuman jadi buruh kasar di sana itu udah bisa ngantongin gaji kotor 15 jt & gaji bersihnya sebesar 10 jt.. kepotong biaya makan doang 2,5 jt.. akhirnya gue bisa kirim duit ke ortu gue di kampung sebesar 7,5 jt.. Alhamdulillah dalam tempo 1 tahun aja sertifikat tanah ortu gue udah balik dan sekarang gue udah bisa nabung gaji gue secara teratur..
sebenernya karena jepang butuh orang2 asia tenggara yang siap digaji rendah, iya 15jt kotor (135rb yen)... tapi kalo mau diliat fair, logikanya gaji mepet umr jepang sikitar 200-220rb yen lebih baik.
@@kuyasaiko Bayangkan saja bung.. saya digaji rendahpun masih bisa kirim duit ke ortu saya cukup banyak dan bisa buat nutupin utang dan modal usaha.. apalagi kalo saya digaji sesuai UMR di Jepang.. tambah bahagia saya
Ada 5 jenis hal yang bisa dilakukan di masa kuliah 1. kuliah nya itu sendiri (dan segala jenis kegiatan akademis yang menyertainya) 2. kegiatan non-akademik dalam kampus 3. Kegiatan produktif di luar kampus,, ntah itu internship / part time / volunteering / nambah skill di luar bidang perkuliahan 4. Coba buat bisnis / start up 5. Berkeluarga / menikah Semasa kuliah saya menjalani 4 dari 5 di atas (no.4 yg tidak saya jalani waktu itu) Karena energi terbagi, sebenarnya semua hasilnya jadi medioker waktu semasa kuliah itu IPK biasa saja, di organisasi mahasiswa juga tidak aktif2 amat, part time juga sekenanya rata2 hanya 1 hari setiap minggu, internship hanya 1/2 tahun, berkeluarga juga hanya di masa 1,5 tahun terakhir kuliah tapi setelah lulus kuliah,, ternyata jadi "tergembleng" untuk menghadapi "dunia nyata" 1-2 tahun setelah lulus, hanya dititipkan rezeki 8-10 juta per bulan tapi sekarang setelah 6 tahun lulus, menjadi 50-60 juta per bulan
Kadang bingung juga sih sama lulusan sarjana, sekalipun dia sarjana pertanian belom tentu mau mengembangkan bisnis pertanian dari keluarga nya kalau keluarga ny petani
Justru itu. Banyak yang gak tau kalo bonus demografi itu bonus buat perusahaan. Hukum ekonomi sederhana, makin banyak makin murah. Makin dikit makin mahal Kita kebanyakan pengangguran. pilihan nya 2, mau dibayar murah atau gak kerja sama sekali
Kan banyak anak banyak rezeki 😂 di tambah nikah muda + plus jarang nemu anak muda Yang mau fokus karir kebanyakan pada pilih nikah muda padal financial masih kurang jadilah sdm di bawah rata2 terus sirklus ini akan berlanjut ampe kiamat keknya
1. Indonesia gak ada part time
2. Jam kerja terlalu over
3. Durasi perjalanan kerja terlalu lama
4. Penegakan hukum ketenagakerjaan sangat lemah
5. Tidak adanya asosiasi pekerja yg memperjuangkan 4 poin diatas.
6. Anda baru saja sadar, bahwa 5 poin diatas sama sekali bukan bahas penghasilan. Ada hal yg jauh lebih sistematis dibalik 'nominal gaji' yang dikambing hitamkan
overwork itu bagian dari penghasilan juga kalau menurutku, di indonesia ini bener bener dibawah standar sekali, saya kuliah sambil kerja udh 2 tahunan, gaji dibawah umr kerja sekitar 9 jam. bener bener ngeganggu kehidupan kampus yang dituntut untuk punya poin SKP untuk syarat kelulusan dengan ikut organisasi dan acara acara, ya intinya emang ga sinkron aja, kampus juga kebanyakan nuntut mahasiswanya buat organisasi yang non profit ga jelas jadi ga siap untuk kehidupan kerja nantinya
Partime itu krn kekurangan karyawan gan,, sedangkan calon pelamar ada jutaan yg butuh kerja..
Nomor 2 gak ada dah. Di cina udh terkenal 9-9 (9 to 9) employee. Di indo mana ada kan? Di indo masih mending, kamu masih disuruh kerja diatas jam kerjamu ya dihitung lembur. Kalo lemburmu ga dibayar itu tandanya km harus pindah kerja ke tempat lain.
saya parttimer dan faktanya banyak lapangan pekerjaan yang membuka bagian tersebut hanya karena ingin memangkas pengeluaran perusahaan untuk gaji karyawan dan yg saya alami adalah jam kerja yang tidak sesuai realita yg dimana jam kerja saya sesuai dengan mereka mereka yg bekerja secara fulltime yakni normalnya sekitar 8 jam ataupun lebih
Jadi jangan heran yah kalau yg pintar2 pada kabur ke Singapore. 😊 Anak2 muda itu banyak yg bilang, "Aku sih sayang Indonesia, tapi Indonesianya yg nggak sayang aku." Pikirkanlah makna kalimat itu. Lebih baik dijadikan bahan introspeksi diri, daripada menghakimi mereka Ngga Nasionalis.
Kampus tempat belajar? Kalo ditelusuri lebih dalam sebenarnya kampus juga merupakan industri yang bertujuan mencari keuntungan dengan mengatas namakan "pendidikan" semua sama saja. Semua itu sekedar bisnis dengan sudut pandang berbeda.
wkwkw akhirnya ada yg nyadar.
Yg sudah bekerja harus banyak2 bersyukur.
Ingat posisimu sangat diinginkan oleh mereka yg belum bekerja
Bener bgt posisi nya mudah di geser apalagi yg kerja nya ngeluh karna gaji
@@luthfifathur8436ya bayangin aja, udah mahal² sekolah elit sampe kuliah, eh pas kerja gaji UMR, ya kebanyakan pada gamau lah, sebentar oke, tapi lama lama juga ga betah
Di Jerman ada Praktikum yg siapa aja bisa nyoba kerja di berbagai perusahaan/instansi. Kalau sesuai mereka bisa masuk Ausbildung (sekolah magang) diperusahaan tsb atau lain yg bersangkutan. Dengan itu bisa tau juga apa pekerjaan itu sesuai passion kita
Udah tau
@@achmadiid8644 Kibul ah
masalahnya bukan passion mahasiswa, tp ketersediaan lap kerja yg ga memadai
nagapain kerja di jerman, jadi refugee aja hidup gratis bebas buat onar dibayar kagi wkwk
dijepang lulusan smk memiliki
reputasi yang sangat baik dan banyak dihargai oleh industri. Lulusan SMK di Jepang memiliki keterampilan praktis dan teknis yang diperlukan oleh perusahaan dan memiliki peluang yang baik untuk memasuki pasar kerja. Banyak perusahaan di Jepang yang memiliki hubungan erat dengan sekolah-sekolah SMK dan seringkali merekrut lulusan SMK untuk pekerjaan-pekerjaan teknis dan industri.
makanya kenapa tki² skrang lebih prefer ke jepang sama korea daripada taiwan
Jadi pengacara sekaligus dosen, setelah jadi dosen jadi tau kenapa banyak sekali lulusan pengangguran. Kampus tidak mencetak apapun, jangankan pemikir, pekerja saja tidak ada. Boro2 link and match.
Semoga tahun2 berikutnya dunia pendidikan semakin memperhatikan hal ini.
Bener
Pencetak generasi gamers
Banyak kampus abal2 yg kualitas dosennya saja ambil lulusannya sendiri untuk jd dosen (yg mungkin ga dpt kerjaan di tempat lain) alhasil kualitas mendidiknya tidak jauh atau malah dibawah kulitas pengajaran kursus2 skill diluaran sana. Bedanya di kampus demi mendapat gelar (S1). Akhirnya pas lulus ya banyak jd pengangguran.
Belasan tahun sekolah berasa cmn "makan angin" doang njirr, bener2 gak guna sumpah.
Ketika lulus dari dunia pendidikan, berasa kyk bayi baru lahir, yg gak ngerti apa2. Alhasil semua ilmu di sekolah selama belasan tahun nyaris gak ada yg kepake.
dan dosen saya bilang ke saya "kalau kamu susah cari kerjaan di jawa mending kamu jadi asisten saya saja di kampus ini (kalimantan barat) padahal saat itu saya baru kelar garap projek web dev untuk 2 kabupaten kalbar.
Jadi cleaning service aja harus ada pengalaman😂
Konyolnya indo
Heran sama saya di tolak juga
Tapi kalo tidak punya pengalam sebelumnya jadi cleaning servis kerjanya malu malu gengsi dan lain lain wkwk... Itu yg dikhawatirkan penerima kerja kak
@@erlandtriatmojo7350 fresh graduate jaman now kebanyakan ego dan gengsinya tinggi
jelas dong semua perusahaan gitu, kalo ada yg pengalaman kenapa harus yg non pengalaman?
Kadang bingung sndri sama lamaran kerja negara wakanda, bener2 ketat. Bahkan negara-negara lain aja kalau nyari karyawan cuma naro bidang apa yang dibutuhkan sama kemampuan apa yang dibutuhkan tanpa embel-embel. Kemungkinan tingkat pengangguran nambah karena hal begini dan juga ada beberapa oknum yang masuk lewat jalur khusus😅
Saya gak heran karena saking banyaknya orang yang melamar kerja maka di tetepkan batas batas demikian biar tersaring gak kebayang hrd nya meladeni semua pelamar kerja mau butuh berapa lama , kalo menurut saya solusi nya adalah kendalikan pertumbuhan jumlah penduduk
@@ufo4989 kalau mengendalikan jumlah penduduk udah dari dulu pemerintah menerapkan contohnya lewat KB, tapi pola pikir orang kolot Indonesia " banyak anak banyak rejeki" padahal mereka gk mikir kelak bisa memenuhi kebutuhan si anak atau enggak. Apalagi jaman sekarang kebutuhan sekunder banyak banget variasinya. Jadi gk heran sih banyak penduduk indonesia d bawah garis kemiskinan, pendapatan bulanan cuma bisa buat 3/4 orang kadang digunakan memenuhi kebutuhan sampai 7 orang. sampai2 ada anak minta motor ke orang tua sampai gebrak pintu dulu.
Kalo menurut gw kelebihan penduduk emang sudah tidak tertangani ini pengangguran banyak populasi penduduk dan lowongan pekerjaan sedikit. Solusinya menurut gw adalah pemerintah mengadakan program UMKM bukan cuman pelatihan tetapi dikasih modal misal 5 orang dikasih modal 10jt dan diberi pelatihan kewirausahaan untuk membangun bisnis. 5 orang tersebut bekerjasama untuk membuat bisnis dan di bimbing untuk mengembangkan modal tersebut kalo bisnis maju bisa menambah modal dengan berutang/mencari investor. Program ini menurut gw penting selain melatih tetapi praktek langsung mengenai bisnis selain itu akan meningkatkan jumlah umkm di Indonesia, semakin banyak umkm yang ada di indonesia akan semakin banyak juga lowongan pekerjaan maka dari itu pelatihan dan modal bisnis harus di dorong oleh pemerintah. Daripada prakerja kurang efektif cuman buang-buang uang negara aja soalnya yg gw liat yg daftar prakerja cuman cari uang doang. Lebih efektif program umkm dan pemodalan praktek bisnis tapi tetap harus di monitoring oleh pendamping/pelatih bisnis agar bisnisnya maju dan berkembang serta untuk menghindari penyelewengan dana. Jika bisnis itu maju lanjutkan oleh orang-orang tersebut dan hasilnya kembangkan terus hingga menjadi perusahaan besar dan menyerap tenaga kerja semakin banyak lagi. Kalo menurut gw gitu yang intinya perbanyak umkm dengan cara pelatihan, modal, praktek, monitoring. Gpp modal kecil juga yang penting maju aja dulu. Kalo masalah modal bisa ke bank/mencari investor.
Mohon maaf ya, kalo boleh jujur emg sistem pendidikan nya aja gk jelas, gini aja deh, lu sekolah sampai SMA, SMA jurusan IPA, lu dipaksa belajar mengenai kuantum, teori relativitas, biomolekul dan turusan alkana....SMA jurusan IPS, lu dipaksa belajar mengenai gejala aglomerasi industri sama akuntansi, semua lu harus kuasain demi bisa lulus SMA dan demi bisa lulus ujian ke universitas... padahal belum tentu nanti bakalan kepake pas kuliah atau kerja, gw gk bilang kalo ilmunya gk guna, tp yg namanya manusia ada suatu titik dimana lu udh lupa materi yg udh gk lu pelajarin...coba aja lu tanya anak2 kuliahan atau org kerja, emg mereka masih ingat materi2 yg mereka pelajarin buat UN secara detail ?, Seakan2 lu menghabiskan waktu bertahun2 mempelajari hal gk bakal lu pake kedepannya, pelajaran dasar tingkat SD sebenarnya sudah lebih dr cukup untuk bisa msk ke bidang yg lebih spesifik
"hal gk bakal lu pake kedepannya" wkwkk itu karena lu bodoh. banyak orang yang mengejar mimpi kesitu..
kuliah dan menekuni bidang yg disukainya, ada orang farmasi ga sia2 belajar persamaan kimia, ada orang fisika belajar teori kuantum
Seharusnya lu sadar diri, kalau memang ilmu nya ga guna buat kamu, tapi itu berguna bagi sebagian siswa lain yang punya mimpi.
Yang lain punya mimpi, lu tidur ngeces, ngiler tapi gak ada gambarnya wkwkk saking suramnya ga punya mimpi
Lu mengkritik dunia hanya karena kebodohanmu sendiri dan seakan2 kata2mu itu benar
Nyari kerja aja Di batasi usia (20-25) th.😂
masih banyak yg muda ngapain nyari yg tua ? 😂
Good looking, terus harus punya pengalaman. Kocak😄
@@AAFP_07 elu pada yg kocak, suka2 mereka lah 😢😅
Di US, ada lowongan yg dikriminatif kaya gitu, minimal kena sanksi US departement of labor.
@@ridhobaihaqi144 harusnya pemerintah punya aturan gitu
Ada kenyataan lain, disisi perusahaan mencari pagawai terbaik dengan gaji terbaik, sedangkan lulusan mencari gaji tertinggi dengan minim pengalaman bahakan tidak ada pengalaman.
Intinya buat fresh graduate harus sadar diri kalau lulus dengan pengalaman kerja minim, cari perusahaan kecil dengan gaji cukup yang mau sebagai pengalaman pertama, lalu loncat cari perusahaan lain dengan gaji yang diinginkan karena sudah memiliki pengalaman.
Tapi kalau bisa gajinya ditabung untuk buka usaha, dengan pengalaman yang banyak, pasti lebih paham untuk membuka usaha sendiri, dan untung² bisa memiliki pengalaman
Apalagi yg dari kampus2 elit, baru lulus aj minta gaji pokoknya bisa ngalahin PNS Eselon III + tunjangannya
"loncat"
Kata ini yang membuat perusahaan males rekrut orang, karena takut sumberdaya nya cuma buat jadi bahan loncatan.
bantai guru yg makan gaji buta dan perusahaan yg memiliki sistem rekrut orang dalam
@@bocil12342 anda menantang the power of ORDAL (Orang Dalam) ???? 🤪😄😄🤣🙊😉😉
Pengalaman ada karena ada kesempatan. Kesempatan itu yg minim di Indonesia. Ada macam KKN tapi kurang dilirik. Seharusnya untuk S1 ada alternativ lain seperti magang di perusahaan selama setahun dan membuat laporan daripada buat skripsi yg kadang kurang produktif. Kasusku dulu bikin skripsi isinya ngejar dosen. Dosen2 di indo kebanyakan juga bukan menjadi guru yg membimbing, tetapi lebih jadi orang yg harus dihormati buat dapat nilai.
Sekarang fresh graduate harus puter otak banget sih buat cari kerja ini, mau gamau harus banyakin pelatihan dan nambahin skill skill baru atau boleh jadi harus out of the box dari jurusan yang diambil. Mau link and match digaungkan juga tetep aja ujung ujungnya orang titipan yang masuk.
Sebenarnya dari sisi pendidikan sudah dibedakan jalur setidaknya menjadi 3, yaitu pendidikan akademis, pendidikan vokasi dan pendidikan birokasi/pemerintahan/ikatan dinas. Bahkan dari jenjang sekolah menengahpun begitu, adanya SMA, SMK dan MAN. DI perguruan tinggi ada Universitas, Akademi, Politeknik dan juga Insitut. Masing-masing mempunyai kesamaan tapi juga memiliki perbedaan nilai. Akan tetapi saat ini waktu yg berjalan begitu cepat dengan perkembangan teknologi yg sangat cepat mununtut tranformasi bisnis yg harus cepat juga. Sehingga melakukan adjustment link-match ini akan sulit. Solusi-solusi yg dilakukan oleh Kementrian pendidikan sebenarnya sudah ada beberapa seperti, kampus merdeka, magang industri ditambah, lalu ada penggantian SKS dengan terjun ke lapangan, pelatihan-pelatihan, kerja sama penelitian dengan perusahaan melalui dana hibah penelitian, akan tetapi yg menjadi catatan adalah rendahnya peran monitoring dan evaluasi serta lambannya pengambilan kebijakan dengan sistem birokrasi yg rumit.
Singkat kata, Kinerja pemerintah bagian pendidikan adalah KEDODORAN.
@@mariasurtinah5235 Saya rasa kasus-kasus seperti ini tidak hanya salah pemerintah tapi ada jg dari beberapa stakeholder terkait.
Pengangguran terjadi tidak terlepas dari yang namanya politik identitas. Siapa yang punya orang dalam dia di terima dan di panggil untuk bekerja sedangkan yang tidak memiliki orang dalam ijasah sarjana dan pengalaman berpendidikan pun tidak akan di pakai
Tapi nggak semuanya gitu
@@bambyniwijaya3678 kata siapa?
Persyaratan kerjanya juga ngeri-ngeri harus pengalamanlah, good lookinglah, tinggilah, berumur mudalah, dll.
Ini untuk jenis pekerjaan apa mas?
@@axandraalex5869 hampir semua jenis pekerjaan nyantum kyk begitu tapi paling sering dicantumkan umur, tinggi badan, & pengalaman.
@@mir47626 wajar lah ga aneh negara kita udah overpupulasi jadi perusahan berani netapin banyak syarat ,pekerja terlalu banyak loker cuma dikit "kan banyak anak banyak rezeki"😂
@@AuauauAuauau-ed7lm sering digaung2kan oleh pemerintah tahun emas 2040 dengan keunggulan overpopulasi belum lagi sekarang gak ada program wajib 2 anak. :v
@@mir47626 tahun emas buat perusahaan .karena mereka punya kontrol contohnya syarat lamar kerja,ibaratnya gini 5 loker yang daftar 500 orang jadi pahamkan kenapa perusahaan berani bikin syarat A sampe Z. Kita udah kebanyakan penduduk di tambah ini tahun2 perkembangan industri robot AI ini baru awal awal efek over populasi puncaknya 2035 nanti habisnya 2060 ,jujur tahun tahun awal bonus demografi aja gini apalagi nanti puncaknya? Ngeri. Ya akibat budaya kita beranak asal asal banyak sdm rendah siap siap ya bro. Inget lulusan pertahun jutaan orang dan itu buanyak jumlahnya, siap siap ya bro..
Menurut saya, adanya bonus demografi juga berpengaruh besar. Sekarang perusahaan-perusahaan menaruh spesifikasi pelamar tinggi, batasan usia, dan pengalaman sebagai hal utama perekrutan. Karena ya angkatan kerjanya banyak.
Ditambah di Indonesia syarat loker seringnya tidak match dengan kualifikasi kerja, misal tinggi badan, berat badan, penampilan menarik yang dipandang dari sisi fisik/wajah, batasan umur, pengalaman yang harus sekian di umur yang sekian.
Kualifikasi kerja masih diskriminatif, selalu aja kualifikasi harus sesuai gender dan umur
Belum lagi tinggi badan, fisik, pengalaman, kesehatan, dll.
Konon katanya di negara maju banyak perusahaan udh ga mandang hal tersebut
@@reisykess malahan di Amerika diterapin kuota pekerjaan diversity
@@reisykess yups
Soalnya negara maju surplus lowker minus trnaga kerja
Kebalikan indo surplus tenaga tapi minus loker
@@gugughoki1291 kembali ke hukum supply deman ☝🏽
Menurut saya harusnya ketika memasuki perguruan tinggi harus mempertimbangkan banyak hal, contohnya jika ditempat tinggal kita mempunyai kebun maka masuk saja sebagai sarjana pertanian kemudian olah kebun agar menjadi produk yang baik. jangan kaca mata kuda berpatokan dengan kantor saja, diluar kantor masih banyak kerjaan yang bisa hasilin cuan
namanya universitas ya bisnis juga, kedoknya non profit, kalo semua diseleksi sedemikian rupa nanti malah jadi perusahaan rugi donk
@@ryana9876 pendapatnya bagus cuma tidak sesuai dengan apa yang saya paparkan
ya karena doktrin (setelah lulus ya kerja). padahal kan ada opsi lain
Ini saya setuju
nahh benerrr
itu kan doktrin era tradisional sekarang harus berubah total
Kerjaan byk jadi jualan gorengan ,jagain kedai,jagain kandang .keliling nganter2 galon emang kadang klo cara cocok2an gtu mah sulit
Belajar dari Jerman bagaimana mereka bangkit dari PD 1 dimana rakyatnya diwajibkan bekerja, bahkan Napi wajib kerja sebagai hukuman atas putusan pengadilan.
Pemerintah harus bisa mengelola SDM sebanyak-banyaknya di seluruh Indonesia agar tidak menjadi beban bagi Negara.
basic logic thinkingnya gini :
A : perusahaan akan menggaji gaji sekecil kecilnya
B : pekerja akan mencari gaji setinggi2 nya
ketemunya dimana? bisa ditengah2... bisa menang perusahaan (dapet orang murah) bisa menang karyawan (perusahaanya yang butuh) jadi semua ini soal negosiasi
kenapa bisa nganggur? karena A dan B gak ketemu dealnya... sering kan ada kerjaan yang keliatannya bakal nyiksa terus di tolak2in ama karyawan?
Kalau perusahaan, sekecil-kecilnya gaji ya ttp UMK, kecuali UMKM. Mahasiswa kalau belum berpengalaman baiknya tidak meminta gaji lebih tinggi dr UMK.
@muhamadherdiansyahpratama9107 kalau mau naik jabatan, manager misalnya, itu butuh sarjana.
pekerjaan office seperti akuntan, HR, finance, itu juga biasa dipilih yang sarjana, namun tidak menutup kemungkinan lulusan SMA/SMK yang berpengalaman bisa masuk juga.
Boro-boro ada kebutuhan yg ada juga dipaksa efisiensi.
Akhir nya para pencari kerja, para pekerja, ataupun para pemilik usaha pun menjadi tidak ikhlas dalam menjalankan tugas dan perintah nya.
Sebagai generasi muda yang cerdas harusnya kita bukan mikir gimana cara dpt kerja yang udh tau lowongan dikit dan g sesuai sama apa yg di ajarin di sekolah/ kampus. Melainkan mikir gimana caranya bikin kerjaan baru biar bisa nyerap tenaga kerja.. bukanya berharap dpt kerjaan yg udh jelas ghoib.. yok, saya yakin yg nonton chanel ini org berpendidikan dan berprestasi semua 👍 kita sama2 bangkit dan berusaha sambil belajar untuk membangun negeri dengan berfikir kreatif yang di wujudkan dgn kerja nyata untuk membangun bisnis/kerjaan baru biar g ada pengangguran lagi..
Setuju Lae Iky,Kita Ini Sebagai Generasi Muda Kita Berfikir Bagaimana Kita Buat Kerjaan Baru Supaya Kita Bisa Menyerap Tenaga Kerja Dengan Hasil Keringat Sendiri Atas Kerja Keras Kita,Yang Terpenting Kita Ini adalah Belajar Dan Belajar Kuncinya,Ayo Kita Bangkit Bersama Sama,Serta Berjuang Bersama Sama Mewujudkan Mimpi Dengan Kerja Keras Kita,Ayo Kita Raih Kesuksesan Kita,Serta Ayo Kita Belajar Membangun Negeri Dengan Berfikir Kreatif Salam Sukses Dan Salam Bekerja Keras👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊🤜🤛
semoga pendidikan di Indonesia itu lebih sederhana dan langsung benar benar ke posisi pekerjaan. karena saya nilai perkuliahan terlalu lama dan banyak mata kuliah yang jadi wawasan, yang seharusnya bisa dipelajari sebagai ekstensi tambahan ketika sudah bekerja. karena pekerjaan itu tidak terlalu membutuhkan pelajaran yang banyak namun cukup lingkup dunia kerja minat dia. memang pelajaran pelajaran tersebut itu penting, tapi alangkah baiknya kalau mahasiswa itu lebih nyaman belajar untuk pekerjaan yang dimana untuk orang lain bukan hanya kebutuhan pribadi. terlebih lagi kalau mahasiswa sudah bekerja lalu ingin menambah wawasan, jabatan, atau sebagainya tinggal tambah kelas saja setelah dia mendapatkan pekerjaan atau belum. manusia pasti tetap bahagia kok kalau sudah bekerja :), ada pepatah "mending cape bekerja daripada cape cari pekerjaan" poin yang bisa aku dapat adalah manusia bakal toleransi terhadap keadaan kalau sudah tercukup biaya makan dia.
Knp bkan pemimpin yg pnya pola pkir sprti in
Karena di indonesia mau yang sudah mahir untuk rekrut karyawan, jarang ada perusahaan yang mau training calon pegawainya. Yg baru lulus ya bakal kesusahan cari kerja karena dimna2 mintanya pengalaman. Saya rasa ini fakta dilapangan dan ini sistem yang harus diganti di indonesia dalam perekrutan kerja. Harus ada pelatihan atau pekerjaan untuk fresh graduate.
Salah satu sebabnya adalah mati suri nya industri manufaktur, disamping ekonomi Indonesia yg tidak technology-based. Ekonomi Indonesia sebagian besar di topang konsumsi rumah tangga dan bisnis2 ekstrasi (tambang) dan sedikit pertanian. Tidak ada roadmap utk manufacture-based economy.
Mau tau kenapa? Karena biaya riset aja perusahaan n pemerintah nggak mau keluar banyak padahal rnd itu kunci lompatan ke negara maju, liat aja negara maju, biaya rnd itu dikisaran 3-4% GDP nah Indonesia? 0.2 doang, gimana mau lompat jadi negara maju?
Apalagi dibikin brin, eh dengan bangganya bilang bangga bisa menghemat anggaran riset😂
Nggak salah juga konsumsi domestik, kan kembali lagi, kalo dana riset nggak jalan ya kita nggak akan kemana2 juga dalam hal manufaktur, contohnya korsel. Sebenarnya dulu Indonesia n korsel konglomerat nya keluarga tapi yang jadi pembeda korsel lebih mengutamakan manufaktur dan rnd yang gede, maka nggak heran. Yah pemerintah juga sih kalo kita mau maju dari sektor industri juga prioritas jangan komoditas, jangan kasih keberpihakan ke taipan2 sawit n batubara, kasihlah ke manufaktur macam astra, polytron, advan, maspion seperti keberpihakan ke Timor dulu, sebenernya kalo kita mau kita bisa masalahnya kan ada udang dibalik bakwan. Ada lobi politik dibalik kepentingan pengusaha komoditas.
Mau buat perusahaan manufaktur aja susah. Entar produknya dari Israel demo, ada itu demo, ada ini demo, mau lapor polisi bayar. Mimpilah
Besok pemilik perusahaan agamanya Kristen, mau bangun gereja untuk ibadah demo lagi. 😅
Otak keterbelakangan Indonesialah yang buat banyak pengangguran. Lihat aja aceh. Miskin sampai kerja di indomaret aja ngantri.
@@neneklampir6664
Perancis and murica demo : demokrasi
Indonesia demo : keterbelakangan
-penyefong western 😊
Itulah sebabnya UMKM ada tulang punggung ekonomi negara....
Di Jepang jarang yang jadi PNS....
Pasar domestik Jepang besar menopang ekonomi dalam negeri.....
Kalo di mari semua serba impor
Dan itu yg bikin SDM indonesia dominan rada mageran dan stuck disitu2 aja
Pdhl jumlah penduduknya setengah dr indoensia ya tapi mereka bisa nopang ekonomi domestik mereka sendiri.
Ya coba emang disini budaya luntur semua sedang di jepang mereka bisa "menjual" budaya nya lewat anime dan film film bikin orang tertarik wisata kesana. Kyoto tradisional jepang kuil, kuil tapi Tokyo menawarkan kecanggihan teknologi. Disini budaya udah ngga penting jadi ya malas wisata, kurang greget cuma bali aja karena di bali budaya masih berasa, kalau mau nawarkan yang kaya tokyo mana ada indonesia belum semaju itu banyak korupsi dan lebih memilih impor walaupun sebenernya banyak sdm mumpuni tapi malah impor barang dan sdm (karena perusahaanya juga banyak kerjasama asing).
Aku TKI dimalaysia sudah 10. Aku rasa nyari kerja di malaysia lebih mudah daripada nyari kerja di Indonesia.😢
Sebagai praktisi di industri yang punya kecintaan pada dunia pendidikan, saya sebenarnya bersedia membantu dengan mengajar di kampus untuk menolong link and match antara teori dan praktik. Tapi ketika mahasiswa suka dengan dosen dosen praktisi, yang terjadi bukannya diapresiasi malah dosen dosen praktisi ga dikasih kelas lagi ama dosen dosen tetap yang merasa tersaingi. Jadi bagaimana mau link and match kalau masih ada praktik kotor seperti ini.
Tambahan : Malah ditambah tugas-tugas administrasi, kepanitiaan, dll. Padahal dosen praktisi sudah sibuk dengan urusan kantornya. Yang tujuan awalnya ingin membantu, malah waktunya terkuras habis. Kalau berbicara worth it atau tidaknya tentunya gaji praktisi lebih besar daripada jadi dosen. Sehingga apabila ketemu realita hidup praktisi tentu lebih memilih untuk tetap jadi praktisi daripada dosen. Kecuali dosen yg sudah senior dimana mereka kadang buka perusahaan juga. Hal itu bisa terjadi karena secara feodalisme mereka tidak lagi sibuk kepanitian, kasarnya tinggal menyuruh dosen junior saja. :D saya yakin tulisan ini pasti banyak yg relate.
Saya juga kuli yg menjadi dosen praktisi, banyak mahasiswa yg curhat penjelasan dosen susah dipahami karena hanya teori...
Banyak yg curhat hingga minta bimbingan sampai lulus
Dimana dosen penguji pun banyak yg kurang paham akan masalah yg diangkat dalam skripsi nya
Yes. Setuju, kebanyakan dosen tetap hanya paham teori ataupun kurang cakap mengajar jadi akhirnya mahasiswa lebih suka diajar dosen praktisi. Tapi bukannya berterima kasih malah merasa sirik. Padahal bayaran dosen tamu sejujurny lebih kecil dari kerja praktisi.
Jadi ketika kita mau memberikan bantuan tapi malah disirikin. Ya lama lama kan jadi enggan ya
Yes, itu real om. Dari pengalaman saya sebagai 2 tahun jadi dosen praktisi dan ikut "membantu" pekerjaan2 adminsitratif mereka. Di banyak kampus Indonesia, sistem perdosenannya sangat feodal dimana dosen-dosen yang senior adalah rajanya, sedangkan dosen2 muda itu kasta paling bawah. Hampir semua pekerjaan diserahkan ke dosen muda, sedangkan dosen2 senior bisa fokus ke proyek atau usahanya sendiri. Dosen2 muda tentu akan iri, udah kerjaannya banyak, duitnya kecil, akhirnya mereka setelah jadi dosen senior akan berlaku seperti itu pula ke junior2nya. Lingkaran setan.
Nah berhubungan dengan dosen praktisi yg lebih disenangi mahasiswa, ini memang real. Sebabnya karna dosen2 tetap itu sudah terlalu terpaku dgn pekerjaan administratif yg berjibun itu, jadi sedikit waktunya untuk upgrade ilmu terlebih update di dunia industri.
Dosen saya yg Insinyur aja bilang mendingan ikut kursus krna lebih berkesan dan aplikatif😅. Beliau di satu sisi scr pengajaran mmg cukup butuh efforts buat memahaminya dan materi yg beliau ampu pun juga bisa dibilang paling2 greget dibanding yg lain. Tp beliau jg sadar kalau teori2 yg dipelajari di kampus itu kurang relevan😅. Makanya bisa bilang begitu.
Kualifikasi kerja di indo DISKRIMINATIF masih aja di batasi dari usia dan gender.. bikin lowongan jadi terbatas saja . Tolong ini di ubah
Memang begitu bro , bukan diskriminatif bayangkan yang dibutuhkan cuma 5 tetapi pelamar nya 100 orang ya harus disaring
Gw suka banget penyampaian pake bahasa Indonesia baku, bukan bahasa non-formal/bahasa "gaul" , dan di video ini pakai bahasa baku, suka bngt 🙏
Akhirnya subscribe karena bahasa baku.
@@cashi4225 iya, emng sih ini selera, tapi bagi gw pribadi kyk lebih nyaman lebih fokus aja nyimak informasi nya, gk ada (gk banyak) cing cong lawakan2 congkak yg di selipin di antara penyampaian narasi nya, trus yaa karena emng lebih nyaman aja sih intinya, enak di denger enak di kuping wkw
Ini stats nya dipukul rata semua univ satu Indonesia. Harusnya case by case, by jurusan, university dan industry demand (kalau masih mau jadi buruh). Karena banyak lulusan engineering dari top university waktu tunggu nya tidak terlalu lama. Cmiiw
Setinggi apapun jenjang pendidikan yg ditempuh, tetap pada akhirnya kita harus kreatif memenuhi apa yg dibutuhkan.
Di channel China insight jumlah lulusan sarjana tembus 10jt dan yg nyari kerja udah kayak ngantri ransum. Itu di China di Indonesia walaupun jumlah lulusan sarjana masih kurang di bandingkan China tetapi masalahnya tetep sama dengan di China antara bangku kuliah dengan dunia usaha utamanya corporasi itu tidak nyambung, ketika dunia usaha menuntut orang yg siap pakai ternyata realitanya tidak demikian akibatnya munculnya pengangguran. Logikanya kuliah di Indonesia lebih banyak teori teori dibandingkan aplikasi real dilapangan itu kayak apa otomatis ketika diterima orang tersebut harus dilatih ulang contoh simplenya kalo masuk bank BUMN ada istilah ODP yg masa trainingnya 6 bulan bandingkan kalo itu corporasi swasta jelas rugi 6 bulan, makanya ada istilah pengalaman sekian tahun tujuan utamanya adalah perusahaan besar itu ogah keluar uang buat traning orang baru
Padahal dewanya manufaktur sekarang (china) saja bisa seperti itu . Apalagi negara yang hanya mengandalkan impor barang jadi
setuju… tp ODP itu pendidikannya cuman basic, bukan ditujukan untuk terjun langsung ke bisnis… tp bekerja di sisi manajerial 😅.
Wajar donk kalau butuh pendidikan khusus. Poin ini valid kalau untuk pendidikan teller atau customer service..l Tapi untuk ODP ya gak lah, ODP itu manajerial, bukan pelaksana. Mau kamu kuliah link and match juga, pendidikan korporasi tetap harus ada karena spesifik dan tidak diajarkan di kampus manapun.
Berarti secara tidak langsung jumlah penduduk kita sudah overload.
@@rofiqhur951 overload kalau diJawa saja bang, dipapua, kalimantan & sulawesi masih butuh banyak penduduk.
@@kang.julianeka overload antara jumlah manufaktur dan orang yang cari kerja lebih banyak orangnya dibandingkan manufakturnya, sebagai perbandingan Singapura 58,1%, Filipina 54,3%, Indonesia 51,9%
Cari pekerjaan itu mudah dan melimpah, yang sulit adalah cari pekerjaan yang rekan kerjanya cocok. Kerja bukan untuk sekadar memperoleh uang, melainkan bagaimana sesama rekan kerja dapat nyambung dalam obrolan yang filosofis. KOREKSI BRO.... Jangan merendahkan lulusan sekolah susah cari kerja... 👎
Lupa akan filosofi agraria atau malah menyepelekannya. Profesi di ruang lingkup pertanian akan memberi peluang sangat besar apabila di optimalkan segala aspeknya oleh pihak yg bertanggung jawab untuk itu
Tenaga tamatan termasuk tamatan PT, mudah mencari pekerjaan . Persoalannya: Tamatan Pendidikan sulit mendapatkan pekerjaan
Pemikiran yg bagus. Dgn adnya program magang (resmi n d gaji) maka mahasiswa jdi punya pengalaman kerja. Semoga segera ad aturannya.
Bukannya memang sebelum skripsi itu sdh diwajibkan magang ya mas.
@@axandraalex5869 beda. Magangnya sprti asiten doang bukan kerja full n tdk d akui sebagai penalaman kerja. Ndak dpt gaji juga. Sepengalaman si...
udh ada mas, namanya Magang merdeka atau MBKM. Tapi ini sifatnya bukan wajib tapi dianjurkan. Aku sendiri udh ikut magang merdeka 2 kali atau 10 bulan. Semester 8 ini aku udh bekerja full time. Thanks to Magang merdeka
Saran saja:
1. Pengendalian pertumbuhan penduduk.
2. Perbanyak Kawasan Industri yg menyerap banyak jumlah tenaga kerja.
3. Pelatihan Wirausaha dan Kredit Lunak.
4. Biaya pendidikan jangan terlau tinggi, sehingga semua bisa sarjana.
Untuk no 1 justru pemerintah sering menggaungkan priode emas dengan memperbanyak penduduk/orang.
Yang paling berpengaruh adalah no 1 kalo mau ekstrem terapakan kebijakan one child policy
@Kuat Ma'ruf sampai sekarang gak efektif karena kurangnya ketegasan kebijakan tersebut, yang paling efektif menurut saya kebijakan satu anak untuk mengurangi jumlah penduduk baru deh setelah jumlah penduduk ideal baru kebijakan itu di hapuskan , kalo ada yang membandingkan gagalnya kebijakan tersebut dichina menurut sya kultur indonesia berbeda dengan di china sehingga bisa diterapkan
Indonesian sudah mulai akan turun penduduknya.
@Kuat Ma'ruf udh gak diwajibkan lagi untuk 2 anak aja.
Jadi sekarang bebas mau berapa aja
Sistem pendidikannya harus segera di revolusi.
btul
1. Jangan kebanyakan mata pelajaran (yang kagak penting...)
2. Perbanyak praktek atau magang
@@ikilhoreview254 smk?
Yang jadi masalah bukannya penganguran tapi sistem pendidikan apalagi lulus cuma SMA/SMK kebawah cuma di ajarkan jadi pekerja.
Di tambah lulus dari Universitas cuma mau jadi perkerja tidak keberanian wirausaha, mentok mau jadi PNS
Nggak juga sih, yg paling banyak angka pengangguran yaitu, anak smk yg sudah lulus sekolah
Disisi lain karna memang mindset kita *cari kerja...,bukan *buka usaha... menurut mereka jadi pns dan bekerja dikantor adalah sebuah titik finish kepuasan...
bener bgt dikeluarga gua klo blum pns blum dianggap kerja . dianggapnya kerjaan sementara doang😅
Pns = kata lain cri aman utk hidup di jaman skrg & nanti
Kita belajar dari SD, SMP, SMA bahkan kuliah masih bingung cari kerja sedangkan orang yang ikut seminar 1 bulan -+ aja udah bisa import barang dari China buat dijual lagi ke Indonesia, dan mereka banyak sekali yang berhasil dari sana. Seharusnya kita bisa melihat kesimpulan dari sana, sekolah untuk kebanyakan kasus hanya memberi kita ijazah tapi tidak pernah menyuruh kita untuk berpikir sejauh itu. Banyak cerita kalo lulusan SD banyak juga yang sukses ini tergantung mindset aja sih soalnya.
Ya gimana mau memaksimalkan peran sekolah. Toh banyak juga sepertinya sekolah yg bermutu rendah entah guru entah kebijakan. Misal tidak tegas terhadap kegiatan mencontek. Itulah sebabnya lulusan menjadi kurang kritis
Haduh broo broo. Lu ngomongin "masyarakat" yang mana?. Yakali ada orang yang cuman modal ikut seminar kurleb 1 bulan terus bisa sukses di bisnis import. Lu kira gampang bisnis import dengan segala aturannya? Ngurus ini itu, pajak ini itu, kalo orang awam mana bisa bro? Kalo bukan orang kaya mau dapet modal buat usaha import dari mana bro? Logikaaa broo logikaaa
@@yotobpanceed1653 masnya kayaknya kurang update deh, sekarang banyak platform yang menyediakan jasa import yang murah dan berkualitas. Seperti ocistok, Chinese home, dll. Yang pastinya untuk masalah surat ini dan itu sudah diurus sama mereka. Jaman sekarang semua serba online mas, kita bukan manusia goa yang gaptek. Makanya kalo masnya punya HP itu dibuat cari informasi jangan buat nonton JAV aja. Hadeeeh.🥴
@@yotobpanceed1653 kalo buat usaha import aja gak bisa, terus masnya gak mikir biaya kuliah itu S1 aja berapa sekarang? 100 JT lebih mas. Sekarang kita import barang itu diukur sama berat dan jumlah barang tersebut, kalo pake transportasi laut mungkin lebih murah. Gak sampai 100 JT, malah ada sisa buat biaya iklan di toko online kayak Shopee, Tokopedia, Lazada, dll. Sudah lebih dari cukup.
Ya mindsetnya orang2 "MAKSAIN" kuliah juga nyari gelar.
Gak ada yang maksa harus kuliah.
Malah lebih bagus kalo sedikit yanh kuliah, biar yang lulus bener2 yang kualitas.
Sekarang mah asal bayar bisa lulus.
Tenang aja perusahaan saya siap menerima pekerja sebanyak-banyaknya untuk anak bangsa
Bagaimana dengan negara yang memiliki sedikit pengangguran ?
Apakah terjadi kesesuaian antara pendidikan dan bisnis ?
iya, tapi itu bukan alasan utama.
lebih ke lapangan pekerjaan melimpah berbanding dengan tenaga kerja yang minim. sehingga semua bisa terserap.
Mslhnya fresh graduate negara ini kegedean gengsi, mentang2 fresh graduate dr kampus femes lgsg minta gaji nyaris dua digit
@@nandamuchri6053 ditambah banyak lulusan fresh graduate kesulitan bersaing utama nya di swasta sama lulusan SMA/SMK yg udah tinggi pengalaman dan skill nya terus ter upgrade sementara lulusan sarjana banyak yg gak mau upgrade ilmunya atau mau beradaptasi dengan lingkungan kerja yg ada dikira dia udah bisa a tapi perusahaan butuh nya b, c, d
Teori gw karena over populasi SDA kita melimpah tapi di bagi ke 270jt-+ ya pada kebagian secuil di tambah SDM kita jujur aja rendah wkwk mungkin ada yg engak ke bagian,seumpama negara kita 100jt penduduk mungkin lebih makmur karena Sdm lebih mudah didik sama SDA bisa lebih kebagi ke penududuk
Plusnya DI TAMBAH SAINGAN DIKIT + SDA MELIMPAH bayangin aja kl ga over populasi mirisnya overpopulasi ini masih akan bertahan Lama yg katanya"banyak anak banyak rezeki" (Di tambah fenomena nikah muda)
kalau tidak terselesaikan masalah ini, bisa jadi Indonesia tidak akan mendapat bonus demografi, melainkan bencana demografi
Enggak lah yg penting gak terjadi namanya reseksi sex. Buat apa sukses2 eh penududknnya menyusut, ksempatan terbuka bekerja di negara reseksi sex, harga belajar bahasa softskill apa mau waega nya kerja di negara tetangga, apa cuma bisa teriak2 demo gk jelas.
@@kanrobertus5047 mendingan resesi seks tapi maju daripada ledakan penduduk tpi miskin dan mati kan lucuu
@@kanrobertus5047 apa yg mau dibanggaain dgn ledakan penduduk tapi diiisi SDM tolol semua
Dan mohon maaf aja yah nih, kebanyakan lulusan Sarjana juga nggak sedikit ngerendahin lulusan yg di bawah mereka, contoh kayak kasus kemarin ada lulusan teknik UI ngambek gegara perusahaan tempat di ngelamar kerja lebih milih lulusan STM yg pernah kerja di Eropa 😂
kebanyakan kampus "seakan" tidak peduli lulusannya terserap ke dalam dunia kerja atau tidak...mereka banyak membuka kelas-kelas, sampai ada istilah mandiri, tanpa memikirkan apakah lulusannya terserap atau tidak...
Klo mau bener2 terserap ya sedari awal kampus tsb. harus mengurangi kuota penerimaan mahasiswa utk bisa menghasilkan siswa terbaik
Dan ujung2nya akan jd masalah baru lagi yakni meningkatnya lulusan SLTA yg tidak bisa berkuliah
Bener banget, kampus gw dlu sempet nerima mahasiswa ditambah tiap tahun, pdhl gedung aja kurang ruangan. Dah gitu masih ada fakultas lain numpang gedung fakultas gw. Untung jumlah mahasiswanya akhirnya ga ditambahin lg krn sadar diri kekurangan ruangan 😂
Yang penting cuan, kerja cari sendiri 😂😂😂
Kampus : yang penting duit ngalir
Mungkin
Alhamdulillah, saya sudah punya pengalaman kerja dan magang dari semester satu sampai waktunya nyusun skripsi. Gak peduli pekerjaan tersebut gak nyambung/linier dengan jurusan kuliah yang diambil. Soalnya susah cari kerjaan yang nyambung/linier sama jurusan kuliah yang diambil. Klo saya tunggu lulus/wisuda dan kemudian baru cari kerja, ya bakal susah karena harus bersaing dengan sesama Fresh Graduate maupun yang sudah berpengalaman. Beberapa pekerjaan tersebut saya lakukan selama masih kuliah untuk bayar UKT dan uang wisuda, seperti Admin, Call Center Operator, Operator Logistik, Office Boy, sama terakhir jadi Sales.
Klo sekarang, saya kerja freelance + serabutan. Soalnya susah banget cari kerja yang sesuai setelah lulus yang ada jenjang karirnya.
Jaman gw masih kuliah, gw nyari part-timer ato magangan PKL susah minta ampun. Coba sana coba sini mental semua. Ampe gw dpt Magangan karna temen gw ada yg udh keterima duluan di situ. Trus gw bilang "saya ini, dia temen 1 kelas saya, saya dpt rekomendasi" baru bisa keterima itupun hanya 2 bulan. Bayangkan orang dalam itu emang nyata.
Fakta nya HRD sering ngeluh susah cari pelamar yg tepat, dan pelamar ngeluh susah dapet kerjaan.. lowongan mah sebenarnya banyak.
Siapa yg salah tuh coba?
HRD gk salah, yg salah itu si pelamar👍
Mari kembali ke sawah dan kebun
hapus kkn, wajibkan magang/.usaha mandiri setiap libur semester
Setuju. "Mengabdi untuk masyarakat" ndassmu, yg ada dijadiin kuli🤣 harus nya magang yg diwajibkan soalnya magang lebih bermanfaat buat masyarakat jadi keseluruhan
w belajar wirausaha bapak saya bukan dari dosen sewaktu kuliah 😂😂😂 ga guna itu ilmu dosen 😂😂😂
Cara berpikir "cari kerja" harus dirubah menjadi "ciptakan lapangan kerja" sejak pendidikan dini.
Berarti gk perlu kuliah
Mungkin dalam beberapa tahun kedepan pendidikan tinggi masih diperlukan untuk pekerjaan tertentu
.
sebenarnya pendidikan tinggi diperlukan buat yg ingin jadi guru entah SD, SMP hingga SMA dan SMK
.
dan juga mungkin akan dirasa percuma juga jika jumlah lembaga pendidikan tinggi baik negeri maupun swasta banyak tapi lulusan pendidikan tinggi ini ujung2nya kerja dg upah yg sama seperti kerja pada pada industri yaitu dapet gaji UMP dan UMK
Akses permodalan untuk lulusan sarjana juga sulit harus mengunakan agunan, padahal berusaha untuk memiliki aset agunan
Kemnaker mesti menyesuaikan BLK dengan kebutuhan industri yg punya added value dgn margin tinggi.
Wkwkwkwk biasanya yang berkaitan dg it yang mana akan terjadi pengeluaran besar2an dan jadi ladang korupsi😂
Diawali dengan kebijakan kebijakan yg kacau, maka berakhir pulak dngan kekacauan.
Awali hidup dengan kebaikan.
Jika pengangguran menjadi suatu permasalahan yang wajib ikut ditanggulangi oleh pihak swasta maka akan ada kerja sama yang baik antara pemerintah dan swasta dalam penanggulangannya. Jika pengangguran hanya menjadi permasalahan dan urusan pemerintah maka selamanya pengangguran tidak akan bisa ditanggulangi.
Itulah mengapa ada pelatihan, kerjasama dari pihak swasta dan pemerintah. Walau tidak semua pihak swasta dan tidak semua sektor industri
@@ranggayogiswara5148 patut dipertanyakan ke pihak swasta, apakah itu moral dari mereka atau dipaksa pemerintah (aturan)? Setahu aku, moral swasta adalah mencari keuntungan.
@@mboeng Ya swasta emang dimana mana cari keuntungan kali. Pemerintah juga sama toh. Apa sangkut pautnya ke moral? Banyak yg menganggur itu bukan urusan swasta dong. Swasta sudah menyerap tenaga kerja sesuai yg mereka butuhkan. Buat apa sengaja over kapasitas? loe mau bayarin gajinya tong? yang ada entar pada dateng masuk kerja banyakan cuma duduk ongkang2 kaki,main hp, browsing2 main internet doang. Enak amat. Sekarang aja sudah banyak karyawan yg model magabut gitu di tempat gawe.
Niatkan kalo kuliah tujuan utamanya adalah hanya untuk mencari ilmu bukan mencari kerja karena rejeki seseorang berbeda beda
Funfact : Banyak mahasiswa yg abis lulus fokus nya antara cari kerja, padahal mereka ga inget siapa yg bantuin mereka sampe lulus kuliah
Pandangan saya : Tidak semua orang abis lulus harus cari kerja, pengetahuan kuliah juga bisa diterapkan di usaha orang tua yang sudah bisa membesarkan dan membuat anda sampai lulus kuliah. Banyak anak abis lulus kuliah fokusnya kerja sama orang, padahal kadang bantu meneruskan usaha ortu walopun kecil itu juga bermanfaat dan secara ga langsung dapet ilmu kehidupan nya. Gw ngomong gini soalnya banyak klien2 dan teman saya terutama di daerah yang GA ADA yang mau meneruskan usaha ortu yang beberapa sudah turun temurun (entah di pasar maupun jualan di ruko/toko sendiri)
Padahal back again, usaha itu secara ga langsung uda berhasil membuat anda2 ini sekolah tinggi hey anak muda.
Daripada harus berjibaku ga jelas di kota metropolitan sebaiknya anda2 ini pulang buat meneruskan sejarah keluarga anda, entah mau jualan di pasar, mau buka depot kecil pinggir jalan, mau buka toko kecil yang sudah lama dan sederhana
INGATLAH, TIDAK ADA SALAHNYA DAN TIDAK PERLU MALU JIKA KALIAN PULANG DAN MEMBANGUN DAERAH ASAL KALIAN
Terima kasih
Betul👍
KALAU ORANGTUANYA BURUH YANG TINGGAL DI KOTA TIDAK PUNYA USAHA BAGAIMANA?
@@muhammadahda2040 Eh bang, ga usah ngegas. Kan sy bilang kalo emang berasal dari daerah, kalo emang situ lahir di kota metropolitan dan keluarga buruh bisa dimulai dgn nabung dikit lalu coba tanya2 saudara yg di daerah ada peluang usaha apa disana dan mungkin bisa coba buat usaha disana. Inget bang, Indonesia bukan kota metropolitan doank, kalo situ mindset nya cuman kerja kantoran tapi skill sama pengalaman zero sih sama aja. Intinya peluang usaha di daerah juga banyak, asal jangan takut sama jangan males aja
@@fndorigin9021 kalau skillnya banyak gimana bintang 7 bahkan ?tapi gak punya pekerjaan mungkin dia hanya punya sedikit relasi dan relasi yang dia kenal gak mampu bantu dia! Banyak loh orang yang seperti ini!
Betul, besar kecil nya usaha ortu kalo bisa tetap di jalanin, yg kuliah coba terapin di usaha ortu apalagi maaf kalo ortu nya gaptek bagian anak muda yg ngelola nya, JADILAH GENERASI PENGUBAH, BUKAN JADI GENERASI PENERUS
Jangan artikan pengangguran jaman sekarang sama dengan *"Malas - Bodoh atau Kurang Keras Usahanya"* Tapi emang antara jumlah lapangan pekerjaan yang *Limited* dan *Seleksi Alam* yang gk pandang Buluh masih jadi Problems!
statement "Malas - Bodoh atau Kurang Keras Usahanya" seakan jadi alibi menutupi keborbrokan sistem dunia kerja di Indonesia
@@agussatria7138 Sistem dunia kerjanya sebenarnya tidak bobrok, biasa aja tuh. Yang bobrok kamunya yah. Mungkin kecewa susah dapet kerjaan
Manusia yg hidup diindonesia harus Pinter2...
Kalo gak gitu gak bakalan dpt kerjaan...
Contoh aja pengemis adalah salah satu pekerjaan yang menjanjikan di ibukota 🤣
ngemis diibukota itu pertaruhan lho, dapet banyak tetiba disamping lu muncul pasukan preman dan para ormas terhormat ludes tu duit ngemis lu wkwkwkw
*GAK* *BISA* *BAHASA* *ENGGRES* . Coba rata-rata bisa ! Kirimkan saja jadi TKI di Amerika seperti *kebanyakan* *orang* *India* .
Susah juga sih yaa. Kalo industri pasti maunya dapat pekerja semurah mungkin. Untuk dapat tenaga kerja yg murah yaa yg pasti gak ngambil dari perguruan tinggi. Kalo pun ngambil dari perguruan tinggi ngambil paling pinter n bisa dikendalikan plus jumlahnya gak bakalan banyak. Lagipula biaya kuliah juga semakin mahal maka bakal muncul hukum ekonomi harus balik modal. Ini 11-12 dengan para pejabat legislatif n eksekutif yg harus balik modal n harus bantu partai semakin besar dengan bantuan dana dari setiap legislatornya.
Solusi yg harus dikembangkan saat ini adalah perluasan bidang UMKM atau membuat food estate.
Perubahan iklim saat ini bakal menimbulkan kerawanan akan bahan pokok makanan yg bisa semakin langka di masa depan. Jd perlu banyak ahli pertanian yg dapat mengolah lahan pertanian yg sustainable dengan faktor kerugian eksternal seminimal mungkin dari perubahan iklim. Walaupun sudah digaungkan oleh pak presiden, food estate bukan jadi prioritas pemerintah. Para lulusan pertanian masih banyak yg ogah jadi petani.
Ya gimana ya, sekarang persyaratan kerja kadang sudah match masih aja ngga dipanggil, CV udah dibuat simple tetep aja ngga dipanggil walau kualifikasi masuk semua. Jalin koneksi ngomong udah baik baik tetep saja ngga ditanggapi di LinkedIn banyak HRD seperti jual mahal. Kalau dipanggil pun pasti ngga dilanjutkan karena Domisilinya jauh padahal mah kandidat tidak mempermasalahkan. Kan aneh inilah gambaran lowongan pekerjaan di Indonesia.
Kerjaan freshgraduate yg paling relate yaa Sales..
Perusahaan2 yg buka lowongan kebanyakan butuh tenaga2 baru untuk meningkatkan penjualannya..
masalahnya berapa persen calon pekerja yang bisa jadi sales? Jadi sales itu nggak semudah yang dipikirkan orang-orang. Harus supel, bisa bangun koneksi sana sini. Yakali misal lulusan komputer yang introvert parah disuruh ngadepin orang... yakin sebulan duabulan keluar kerjaan tu orang.
Sebenernya ini salah pemerintah, pemerintah kurang mapping kebutuhan tenaga kerja di Indo itu apa, kalo mappingnya bener kan pemerintah bisa ngatur kuota jurusan terkait, belum lagi masalah jumlah penduduk
Point komentar sy bukan ngomongin kesulitan org2 yg susah atau mau jadi sales, tp perusahaan2 yg kalo buka lowongan, no 1 yg dicari yaa sales, jobfair salah satu buktinya.
Toh peminatnya jg banyak banget, dari berbagai macam jurusan masuk2 ajah, yg bertahan yaa yg mau kerja.
sudah seharusnya iklim akademik mampu mengedukasi bahwa jalan yang telah mahasiswa ambil sudah tepat pada semester² awal perkuliahan itu, para akademisi harus mampu menjamin masa depan mereka pada semester ataulangkah selanjutnya sesuai dengan prospek yg ada dikepala nya. Istilah salah jurusan dan kampus nantinya juga akan hilang seiring berjalannya waktu sehingga gap informasi dan kualitas lulusan dapatberjalan linear dengan kebutuhan industri. OHIO GOZAIMATZU!
masalahnya aturan dan hukum apapun diIndonesia jarang yg berjalan dgn baik...
Sebenarnya fresh graduate bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan karena sudah ada pengalaman dari internship
kalau internship nya 1 tahun maka jika ada lowongan dengan pengalaman minimal 1 tahun bisa diajukan.
Masalahnya perusahaan biasanya menentukan kriteria yang ketat selain minimal 1 tahun pengalaman seperti skill ini itu dan biasanya gak diajarkan di kampus. Jadi masalahnya 4:
1. Kurikulum
2. Ketika Magang atau internship harus selektif memilih perusahaan
3. Pilih perusahaan sesuai atau mirip dengan perusahaan ketika magang
4. Kampus harus menyediakan lowongan kerja dari perusahaan yang sesuai dengan kampus agar lulusan bisa langsung kerja
Kebanyakan impor.
Coba jadi negara produsen.
Untuk hal pekerjaan tertentu ijazah mutlak diperlukan contoh tenaga kesehatan perlu ijasah dokter. Tapi kalau berbisnis atau dagang lulusan SD juga bisa yang penting ulet.
Kedepannya dunia akan tau artinya. Sekolah tidak lebih penting dari pelatihan...
Sepertinya sertifikasi kursus keahlian lebih penting daripada ijazah.
Perusahaan akan memilih orang yg bisa kerja dan menguntungkan
tunggu sertifikasi skill google yang digadang2 bakalan bikin bangkrut bisnis dunia pendidikan indonesia....lol
semoga nanti jenjang kuliah itu dipecah lagi S1 nya biar lulus cepat dan dapat mencari kerjaan. seperti semester awal itu buat kerjaan, semester tengah untuk pendalaman, dan semester akhir untuk akademisi. biaya nya tinggi diawal dan rendah diakhir. agar kampus ga rugi, kan kampus cari d. tapi mahasiswa dapat lulus di semester awal.
JUJUR, LU PADA NGELAMAR KERJA DI LUAR NEGERI DAH. SEPERTI SINGAPORE, JEPANG, TAIWAN, US, EROPA. DISANA LOKER BERLIMPAH BANGET. ASLI SERIUSAN.
syarat administrasinya sulit bang buat yang ekonomi kebawah. Mau kerja keluar negeri itu mesti ada modal tabungan di bank kalo nggak gitu visamu sulit buat diacc pihak kedutaan terkait
"Sekolah kita mendidik kita untuk menjadi buruh". "Ndak mau sekolah yang sistemnya seperti itu". Setelah lulus sekolah menganggur. "Sulit amat sekarang cari pekerjaan".
Ada loker yg jobdesk nya banyak bgt untuk di kerjakan 1 orang atau multitasking. Entah knp tidak memperkerjakan dgn model tim daripada individu.. toh bs ngurangin pengangguran
Di pabriku juga gitu 1 orang dengan 3sampai 5 keahlian.di kerjakan dengan kelompok katana hasilnya nipis saat lagi ramai karna harus tetap gaji karyawan saat pabrik ramai sedang ataupun sepi
Kata bosku kalau lelet dan gak bisa kerja sama maka wajib out
Masalah gaji/ upahnya?
Untuk mengurangi pengangguran yaa pemerintah harus menciptakan pengusaha pengusaha baru, sehingga bisa menyerap tenaga kerja semakin banyak, kalaupun kurang match, kan ada training...ciptakan peluang kerja sebanyak banyaknya...
SIAPA YANG MASIH BERPIKIR JAMAN PAK HARTO KEJAM ?? SEDIH RASANYA PENERAPAM LINK AND MATCH DAH GA DITERAPKAN LAGI, POLITEKNIK AJA TIDAK LINK AND MATCH LAGI 😅
Harusnya kampus membentuk Wira usahawan, bukan pencari kerja,
Dan harusnya peran Disnaker sebagai penghubung antara pencari pekerja dan perusahaan. Dan perusahaan juga wajib setor job ke Disnaker.
Dan program kb harus di jalankan,
Kebanyakan fresh graduate gak mengenal istilah "batu loncatan", mereka maunya kerja bagus gaji gede, gengsi kalau cuma dikasih gaji umk. Gue lebih salut lulusan sarjana yang mau buka usaha sendiri walau skala kecil seperti warung angkringan atau bakso, daripada bertahun2 menganggur
Iya bener, mereka gak mau mulai dari batu loncatan yang kecil dulu
Dikira mulai usaha gampang anjink. Klo blom pernah lgi jualan trus dipalak mana taek.
Masalahnya bukan asal batu loncatan doang, kalau pengeluaran ongkos-makan-transport melebihi dari pendapatan untuk biaya hidup mendingan gak usah ambil? Kenapa? Sama aja jadi budak gak dibayar. Kita kerja juga harus nutupin biaya hidup. Wajar dong fresh graduate minta UMR lah, realistis aja, ortu udah mulai masuk pensiun, harus biayain mereka yang gak produktif lagi. Emang anda mau keluar biaya sekolah 22 tahun, bayar udah lebih dari ratusan juta hanya digaji untuk sesuatu yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup?
Orang dengan gampang bilang buka usaha. Yah realistis aja. Usaha itu butuh modal. Kalau gak punya, mau kemana?hutang ke bank? Bank itu kejam loh, gak dibayar bisa2 aset disita. Usaha itu juga harus tau marketnya. Masalahnya, sebelum utang benar2 ada di poin sebelum disita, udah balik modal? Lagipula, itu jualan penghasilan gak menutupi biaya hidup ditambah dihimpit hutang kan?
Sbnarnya yg dibutuhkan di Indonesia adalah Sarjana Teknik (terkhusus Sipil dan Industri), Sarjana Pertambangan, serta, Managemen HI
Dgn target pengembangan Infrastruktur yg diusahakan modalnya datang dari investor luar, harusnya itu yg dicanangkan, tp realitanya dominan lulusan dibidang ekonomi yg justru jd mslah knp byk yg gk terserap
Sebetulnya kita butuh semua jurusan di berbagai bidang. Misal ketika banyak kasus terorisme dan ekstrimisme tentu kita meminta saran lulusan sosiologi, kriminologi atau semacamnya. Cuma memang secara jumlah kalau kita ngebet jadi negara industri sih ya jurusan teknik dan manajemen tidak boleh dibawah lulusan jurusan humaniora.
Ada loker yg jobdesc nya banyak, tp hanya satu org yg ngehandle. Entah knp tdk memperkerjakan dengan model tim drpd individu
Setau saya ya, itu disebabkan oleh pihak perusahaan merasa lebih hemat dalam pengeluarannya utk memberi upah kpd 1 orang utk bbrp kerjaan daripada 1 orang utk 1 kerjaan, jika perusahaan menerapkan sistem yg kedua jelas itu akan membuat pengeluaran perusahaan jauh lebih banyak.
Yang gak di ajarin kampus tuh perihal membangun relasi bagi mereka yang mau bekerja, dan tata kelola keuangan (pajak,bikin CV dkk ) bagi mereka yang mau bisnis. Yang bisnis cuman di ajarin jualan barang doang yang anak SD, SMP, SMA pun bisa. Yang mau kerja cuman di jejelin ilmu tapi base ilmu nya terlalu bertele tele. Saya dulu punya dosen yang sampai sekarang saya salut karena materi yang dia sampaikan tidak bertele tele sehingga sisa waktu pembelajaran dia akan menerangkan mengenai sebuah jurnal penelitian terkini yang berguna dalam aplikasi dunia kerja maupun bisnis, yang menerangkan dosen tersebut bukan ngasih tugas ke mahasiswa buat bahas jurnal ya.
Mana suara lulusan kampus (kuliah) online ☝🏻
Mereka bukan nganggur,tp usaha di rumah dan memilih usaha sendiri
Tingkatkan jumlah pengangguran tahun ini dan tahun depan
Aku melihat masalah ini pada personnya sih, dimana para lulusan sarjana dan diploma merasa harus selalu linier dengan gelarnya, tidak mau mengambil pekerjaan yang berbeda atau menganggap pekerjaan yang lain tidak bergengsi. kampus juga banyak meluluskan lulusan yang kurang kompeten, banyak lulusan sarjana ataupun diploma yang sama sekali tidak memahami apapun dari hasil belajarnya, pokoknya asal lulus saja.
Presiden tidak punya kuasa melakukan itu
Hanya Ketum Partai yang bisa ! *kalo mereka mau*
kita ini cuma korea2 saja 😁
Yg bener2 match pun sulit
Contoh sekolah kesehatan banyak yg nganggur sprti perawat bidan dll
Skng di tuntut inofatif
Jngn berharap sekolah membuat mu dpt pekrjaan baik
Ttp tajam melihat sjak dini apa yg suatu saat akan km lakukan
Sekolah di bidang yg berkaitan dngn tujuan mu
Persaingan ketat
Orng2 yg presisi dari awal yg akan berhasil
Orng2 malas yg jalanin aja dl
Akan susah bersaing
Gmana mau jadi bonus demografi, yang ada sih ini jadi bencana demografi kalo masalah pengangguran ini ngga teratasi juga
Pemerintah hrs banyak belajar soal bencana demografi ini. Banyak contohnya di negara amerika latin kayak brazil, argentina, venezuela dll. Mereka sempet kayak indonesia bgini tp gagal handle.
Lucunya, di dunia pekerjaan berjenjang karir, orang yg udh berkompetensi, berpengalaman, berskill tinggi tidak bisa naik jabatan karena tdk ber ijazah! Negara ini masih diperbudak sistem.
sebenarnya itu masalah di Indonesia saja, di negara eropa masalah itu dak ada. Karena semua produk kampus sangat di butuhkan sama industri. Karena penelitian kampus2 di eropa memang berkualitas tinggi dan bisa di aplikasikan di industri. dan membuat industri semakin baik
jadi penasaran rahasia eropa itu
sebetulnya kecocokan jumlah calon pekerja dengan jumlah yang dibutuhkan industri intinya ya...
lagipula di eropa meski cuma jadi pelayan resto tetep bisa hidup nyaman. Supir truk aja gajinya masih ok kalo dibandingkan di indo. Di Indo? Misal pelayan resto gaji 2jt an tinggal dikota besar bayar kos makan dll belum lagi transport hampir setengah lebih dari penghasilan bulanan habis, tiap bulan bisa nabung 1juta rasanya udah syukuran.
SOLUSINYA = KONTROL JUMLAH POPULASI !
Seperti program keluarga beremcana harus digalakkan kembali. Satu, atau dua anak cukup, tidak lebih
Jujur saja, pengalaman gue sebagai orang indo yang sekolahnya juga di indo, gue merasa emang sistem pendidikan di indo itu ampas.. bayangkan saja, mau kerja aja harus ada pengalaman dulu.. padahal sebelum ada pengalaman itu harus ada kesempatan.. nah, kesempatan itulah yg gak bisa gue dapatkan di perusahaan indo.. caranya gue nyari kesempatan dan pengalaman yaitu jadi TKI di Jepang.. caranya izin ortu dulu buat menggadaikan sertifikat rumah dan tanah buat dijadikan duit.. setelah jadi duit, duitnya dipakai untuk modal pendidikan Bahasa Jepang agar bisa kerja di Jepang.. nah, selama kerja di Jepang, percaya deh sama gue kalo di sana itu gajinya terbilang gede banget.. bayangkan saja.. gue yg cuman lulusan SMA dan cuman jadi buruh kasar di sana itu udah bisa ngantongin gaji kotor 15 jt & gaji bersihnya sebesar 10 jt.. kepotong biaya makan doang 2,5 jt.. akhirnya gue bisa kirim duit ke ortu gue di kampung sebesar 7,5 jt.. Alhamdulillah dalam tempo 1 tahun aja sertifikat tanah ortu gue udah balik dan sekarang gue udah bisa nabung gaji gue secara teratur..
sebenernya karena jepang butuh orang2 asia tenggara yang siap digaji rendah, iya 15jt kotor (135rb yen)... tapi kalo mau diliat fair, logikanya gaji mepet umr jepang sikitar 200-220rb yen lebih baik.
@@kuyasaiko Bayangkan saja bung.. saya digaji rendahpun masih bisa kirim duit ke ortu saya cukup banyak dan bisa buat nutupin utang dan modal usaha.. apalagi kalo saya digaji sesuai UMR di Jepang.. tambah bahagia saya
@@rajakadrun1230 yes semoga tercapai cita citanya, meski sesuai umr aja butuh perjuangan
Ada 5 jenis hal yang bisa dilakukan di masa kuliah
1. kuliah nya itu sendiri (dan segala jenis kegiatan akademis yang menyertainya)
2. kegiatan non-akademik dalam kampus
3. Kegiatan produktif di luar kampus,, ntah itu internship / part time / volunteering / nambah skill di luar bidang perkuliahan
4. Coba buat bisnis / start up
5. Berkeluarga / menikah
Semasa kuliah saya menjalani 4 dari 5 di atas (no.4 yg tidak saya jalani waktu itu)
Karena energi terbagi, sebenarnya semua hasilnya jadi medioker waktu semasa kuliah itu
IPK biasa saja, di organisasi mahasiswa juga tidak aktif2 amat, part time juga sekenanya rata2 hanya 1 hari setiap minggu, internship hanya 1/2 tahun, berkeluarga juga hanya di masa 1,5 tahun terakhir kuliah
tapi setelah lulus kuliah,, ternyata jadi "tergembleng" untuk menghadapi "dunia nyata"
1-2 tahun setelah lulus, hanya dititipkan rezeki 8-10 juta per bulan
tapi sekarang setelah 6 tahun lulus, menjadi 50-60 juta per bulan
krja dmna kalo boleh tau bang?
Perasaan kasus kaya gini mah bukan di Indonesia aja. Di seluruh dunia juga sama.
Kadang bingung juga sih sama lulusan sarjana, sekalipun dia sarjana pertanian belom tentu mau mengembangkan bisnis pertanian dari keluarga nya kalau keluarga ny petani
Katanya Indonesia dapat bonus demografi dengan banyaknya tenaga kerja usia muda. Faktanya angkatan kerja muda tidak banyak terserap.
Justru itu. Banyak yang gak tau kalo bonus demografi itu bonus buat perusahaan.
Hukum ekonomi sederhana, makin banyak makin murah. Makin dikit makin mahal
Kita kebanyakan pengangguran. pilihan nya 2, mau dibayar murah atau gak kerja sama sekali
Kan banyak anak banyak rezeki 😂 di tambah nikah muda + plus jarang nemu anak muda Yang mau fokus karir kebanyakan pada pilih nikah muda padal financial masih kurang jadilah sdm di bawah rata2 terus sirklus ini akan berlanjut ampe kiamat keknya
@@AuauauAuauau-ed7lm byk anak byk rezeki,tp rezeki buat orang bukan yg punya anak.Karena mkin byk pengeluaran keluarga.