1. Kita ga bsa mengubah org lain, termasuk suami. Jd dari awal pacaran, sudah bsa selektif, apakah msh masuk dalam batas toleransi penerimaan atas hal² yg kurang nyaman. Karna kita ga bsa mengubah org lain, jd kita ubah respon kita (prinsi stoikisme) dan menoleransi sifat perilaku org tsb. Termasuk suami. 2. Kalau marah, tenangkan diri (tubuh dan otak) agar menjadi mode relax and digest dgan lambatkan nafas hidung dan posisi duduk tegak, lalu bsa dngan ngunyah atau minum, atau menghindar dlu dri pemicu, kemudian baru mengungkap perasaan marah, tidak nyaman dll dngan i statement, misal sorry saya kurang nyaman klo km spt itu, bsa ga kedepannya bla bla bla. Jd setelahnya beri masukan dgn perkataan yg halus, cara yg tepat, tempat yg tepat, dan wktu yg tepat. 3. Komunikasi sngat penting. Jgn asumsi atau prasangka dahulu sebelum dibicarakan secara baik²
First
1. Kita ga bsa mengubah org lain, termasuk suami. Jd dari awal pacaran, sudah bsa selektif, apakah msh masuk dalam batas toleransi penerimaan atas hal² yg kurang nyaman.
Karna kita ga bsa mengubah org lain, jd kita ubah respon kita (prinsi stoikisme) dan menoleransi sifat perilaku org tsb. Termasuk suami.
2. Kalau marah, tenangkan diri (tubuh dan otak) agar menjadi mode relax and digest dgan lambatkan nafas hidung dan posisi duduk tegak, lalu bsa dngan ngunyah atau minum, atau menghindar dlu dri pemicu, kemudian baru mengungkap perasaan marah, tidak nyaman dll dngan i statement, misal sorry saya kurang nyaman klo km spt itu, bsa ga kedepannya bla bla bla.
Jd setelahnya beri masukan dgn perkataan yg halus, cara yg tepat, tempat yg tepat, dan wktu yg tepat.
3. Komunikasi sngat penting. Jgn asumsi atau prasangka dahulu sebelum dibicarakan secara baik²
Kena mental tinggal bersama mertua, karena sering di adu domba