Kembalikan cara belajar nya menggunakan buku agar lebih konsisten untuk konsentrasi dalam belajar ,,dahulu buku adalah jendela dunia ,,tapi zaman sekarang sudah tidak begitu berperan dalam menuntut ilmu ,,
Semoga brain Rot ini bisa menjadi perhatian bagi pemerintah. Tidak ada istilah "gunakan teknologi secara bijak" di zaman sekarang. Dari anak² sampai dewasa tidak akan bisa mengontrol diri dari tontonan konten² yg dianggap menarik dan membuat kecanduan kecuali orang yg benar² pintar dan bisa mengontrol diri karna tau dampaknya. Menurut sy Indonesia harus membuat izin publikasi konten. mana konten yg boleh di publikasikan dan mana yg tdk boleh. dipublikasikan.
Orang tua itu harus bijaksana, anak dibawah umur 17 tahun jangan dibelikan smartphone, kalo ada tugas dari sekolah ya menggunakan smartphone orang tua, jadi orang tua punya dua atau tiga smartphone untuk dipinjamkan ke anak anak nya, dengan begitu orang tua bisa mengontrol penggunaan smartphone anak nya, misalnya kalo hanya untuk bermain main dibatasi 2 jam saja, jadi anak tidak hanya seharian nonton smartphone saja, anak anak juga diajak kegiatan dirumah sehari hari misalnya bersih bersih rumah menata kamar, atau memasak di dapur, biar ada kegiatan positif sehingga mata anak juga sehat tidak cepat rabun dekat karena keseringan menatap layar smartphone!!!!
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor). Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong. Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet. Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek. Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori. Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi. Untuk penggunaan sosial media, teknologi software ini ada yang namanya Algoritma. Jadi itu bergantung pada penggunanya. Kita harus bisa mengontrol aplikasi sosmed yang mau kita lihat. Misal kita mencari/sering melihat video konten² ilmu, ceramah, berita informasi fakta, kiat², tips, dll yang positif. Itu otomatis algoritma akan memberikan video bermanfaat tersebut dihalaman beranda sosial media kita. Sedangkan kalau kita mencari/sering melihat video joget² betina, porn, berita informasi hoaks, konten giveaway, judi, sound horeg, tes Kodam/zodiak ramalan, konten SDM rendah dll yang negatif. Itu otomatis Algoritma akan memberikan video tidak bermanfaat itu dan merusak diri sendiri ke beranda sosial media kita. Dan untuk orang awam yang pertama kali download medsos mungkin muncul video negatif tersebut pertama kali, lalu mereka sering lihat dan cari lalu berkelanjutan lah kesesatan. Dan mereka sadar kemudian mereka menyalahkan aplikasi tersebut, padahal Human Error. Terlihat SDM kita kurang dalam penggunaan benda benda teknologi. Terlebih lagi orang tua memberikan anaknya menggunakan media sosial tanpa memberi tahu cara penggunaannya yang benar, walupun orang tua tidak tahu cara penggunaannya asal lihat menggunakan komen (tidak semua)
Klo buat konten aja harus minta ijin dulu apa bedanya sama diktator yang mau ngontrol opini publik??? Dsini sih yg salah sih orang tua si anak. Knp kasi gadget/hp ke anak yg bahkan kontrol diri pun blum bisa?? Yg saya liat di komen, rata2 orang tua itu sengaja kasi hp/gadget supaya anak lebih diem doang
Setuju.👍 Kadang konten asal posting. Yg penting viral! Gak manfaat dan mendidik bahkan cendrung ke kiri. Hentikan di sekolah mengunakan Sistim Hp. Dalam sistim pengajaran. Gunakan buku kembali. Dengan cara membaca ,menghapal dan pemahaman. Seperti generasi Gen X dan Gen Z Walupun jadoel . Tapi Nangkep di otak. Etika dan sopan santun
Betul sangat setuju... Mending kembalikan sistim belajar spt jaman kita...lewat buku,membaca buku dan menulis dibuku tulis...lebih cepat mengkap pelajaran dan mata tidak cepat rusak.....
Membaca, menulis memahami ibarat menulis di atas batu, ilmu lebih berkah lebih tertanam di dalam otak sedangkan hp bagaikan menulis di atas air, tahu tapi cepat hilang, sia sia
Ya skrg malah sekolah kayak nganjurin anak2 pake hp,anakku aja yg baru masuk kls 7(1 smp),seminggu 3 hari sruh bawa hp,katanya pelajaran projek,dan hbis test(ASAS),sbelum libur ada classmeeting,mcam2 lomba,ada lomba game mobile legend juga ,gimana coba??
Coba biasakan anak dari kecil untuk mengikuti kegiatan positif diluar seperti ikut keorganisasian dibidang olahraga, lingkungan hidup dsb. Peran orantua sangat dibutuhkan dan utama. Alhamdulillah dengan cara ini 3 anak ku hanya sekedarnya buka medsos atau hp
bener kata ko Raymond. antara kesel jengkel tapi ya kasian juga sama mereka ini habis Doom spending terbitlah brain rot bgtu banyak masalah pada gen Z ini dibalik smua kelebihan2 era teknologi dan kreatifitas yang mereka punya
Gampang mengatasinya..... Coba pikirkan setelah manteng Medsos...apa yg kita dampatkan? Gak ada yg nempell, krn kita hanya memunculkan CHEAP DOPAMIN semua hilang, tinggal lelah mata, lelah otak dan perut lapar,
Mari kuasai diri kita. Kitalah yang bisa menguasai diri kita, bukan orang lain. Lihatlah masa depan kita, sebab tidak ada gunanya melihat konten-konten yang tidak bermutu. Mari kita tonton yang bermanfaat, terutama yang berhubungan dengan pendidikan dan yang membuat kita lebih baik.
Alhamdulillah aku tipe orang yg idealis dr dlu, aku millenial, dr selera musik, film gak suka yg rame dipasaran, bahkan di sosmed bisa di hitung artis yg aku follow, dan content creator yg aku follow jga tertentu aja, aku follow orang-orang atau influencer yg se tipe atau itu aku bgt, aku sadar apa yg kita tonton itu nular bgt, jd pilihlah hal2 yg positif
Aku juga kalau nonton film sesuai mood. Mau yang horor atau komedi. Dan lihat Demon Slayer aja, dubbing Indonya kebetulan ada, tonton sekali seumur hidup aja. Yg komedi paling lihatnya Warkop DKI, kartun hanya Spongebob atau Upin Ipin dlu, sesuai mood aja. Main game online, sesuai mood juga atau butuh ide cerita novel online.
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor). Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong. Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet. Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek. Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori. Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi. Untuk penggunaan sosial media, teknologi software ini ada yang namanya Algoritma. Jadi itu bergantung pada penggunanya. Kita harus bisa mengontrol aplikasi sosmed yang mau kita lihat. Misal kita mencari/sering melihat video konten² ilmu, ceramah, berita informasi fakta, kiat², tips, dll yang positif. Itu otomatis algoritma akan memberikan video bermanfaat tersebut dihalaman beranda sosial media kita. Sedangkan kalau kita mencari/sering melihat video joget² betina, porn, berita informasi hoaks, konten giveaway, judi, sound horeg, tes Kodam/zodiak ramalan, konten SDM rendah dll yang negatif. Itu otomatis Algoritma akan memberikan video tidak bermanfaat itu dan merusak diri sendiri ke beranda sosial media kita. Dan untuk orang awam yang pertama kali download medsos mungkin muncul video negatif tersebut pertama kali, lalu mereka sering lihat dan cari lalu berkelanjutan lah kesesatan. Dan mereka sadar kemudian mereka menyalahkan aplikasi tersebut, padahal Human Error. Terlihat SDM kita kurang dalam penggunaan benda benda teknologi. Terlebih lagi orang tua memberikan anaknya menggunakan media sosial tanpa memberi tahu cara penggunaannya yang benar, walupun orang tua tidak tahu cara penggunaannya asal menggunakan, lihat, komentar (tidak semua)
Kalau ada sekolah swasta yang memiliki visi misi "tanpa gadget" dalam kurikulum nya, tapi juga masih sejalan dengan prinsip edukasi... wah HEBAT BANGET kalau ada... saya mau DAFTAAR... 😊❤
Jika anaknya mau masuk SD. Bisa disekolahkan di Kuttab bunda. Sekolah² Kuttab biasanya mengarahkan wali murid agar tdk memberikan fasilitas HP & TV untuk anak. Di sekolah pun anak tdk boleh jajan, harus bawa bekal dr rumah yg disiapkan sendiri oleh orang tua.
@@PipinFajarPujiLestarimaaf ponakan saya di Kuttab tapi di rumahnya ngga bisa lepas dari gadget. Menurut saya harus konsisten apa yg dilakukan di sekolah harus diterapkan juga di rumah.. Intinya anak2 harus dilatih self control. Jangan memberikan gadget terlalu dini, membatasi screen time & jadilah contoh untuk anak, di rumah harus banyak berinteraksi dengan keluarga.
Di negara2 tetangga kita segala berita dan konten2 yang sekiranya membahayakan masa depan anak bangsa,mengandung kebencian,serta provokasi akan di blokir,namun Indonesia masih sangat bebas sekali seperti kurang adanya kontrol,semoga perkara seperti ini akan di perhatikan secara serius
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor). Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong. Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet. Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek. Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori. Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi. Untuk penggunaan sosial media, teknologi software ini ada yang namanya Algoritma. Jadi itu bergantung pada penggunanya. Kita harus bisa mengontrol aplikasi sosmed yang mau kita lihat. Misal kita mencari/sering melihat video konten² ilmu, ceramah, berita informasi fakta, kiat², tips, dll yang positif. Itu otomatis algoritma akan memberikan video bermanfaat tersebut dihalaman beranda sosial media kita. Sedangkan kalau kita mencari/sering melihat video joget² betina, porn, berita informasi hoaks, konten giveaway, judi, sound horeg, tes Kodam/zodiak ramalan, konten SDM rendah dll yang negatif. Itu otomatis Algoritma akan memberikan video tidak bermanfaat itu dan merusak diri sendiri ke beranda sosial media kita. Dan untuk orang awam yang pertama kali download medsos mungkin muncul video negatif tersebut pertama kali, lalu mereka sering lihat dan cari lalu berkelanjutan lah kesesatan. Dan mereka sadar kemudian mereka menyalahkan aplikasi tersebut, padahal Human Error. Terlihat SDM kita kurang dalam penggunaan benda benda teknologi. Terlebih lagi orang tua memberikan anaknya menggunakan media sosial tanpa memberi tahu cara penggunaannya yang benar, walupun orang tua tidak tahu cara penggunaannya asal menggunakan, lihat, komentar (tidak semua)
realeted dg kualitas pendidikan saat ini. nilai bagus gk jamin dpt krj, org pinter skrg kalah karier dr influencer. tp masalahnya 5-10 th kedepan yg bikin prihatin. byk mantan influencer yg gk bisa ngikuti perkembngan teknologi jg bakal stres sendiri.
Benar bu Fina orangtua sangat bertanggungjawab. Tapi tidak kalah penting adalah pemerintah yang harus menjaga generasi ini karena mereka lah yang punya link untuk menghapus konten-konten yang tak bermutu
iya sih, marketing digital konten pake dopamine hit yang sekarang ini, contoh sebangsa videoshort itu memang rasanya sepele, tapi itu jahat secara berkepanjangan gk lain halnya mirip seperti adiktif yang ada dirokok, awalnya mungkin rasanya kita gk merasa candu, tapi pada hal nyatanya kita sudah candu dipemakaian atau sensi pertama kali
cita cita Indonesia emas saya rasa tidk akan pernah tercapai , karna sekarang anak anak samp remaja orangtua ,dlm hal menggunakan hp sdh sangat memperihatinkan .
gen z STOP main2 HP tiktok dll. balik lagi seperti dulu keluar rumah bergaul jalan2 liat dunia, ikut komunitas ikut acara sosial. jadilah penerus bangsa indonesia yg bisa menaikan SDM jangan sama2 aja. buat apa ??
Saya gen z udh berapa bulan lebih uninstall tiktok, alasannya karna tiktok yang sekarang suka menggiring opini, suka ribut antar kreator, bawaannya pengen marah bukannya seneng kalo main tiktok, setuju tiktok di hapus aja.
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor). Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong. Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet. Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek. Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori. Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi. Untuk penggunaan sosial media, teknologi software ini ada yang namanya Algoritma. Jadi itu bergantung pada penggunanya. Kita harus bisa mengontrol aplikasi sosmed yang mau kita lihat. Misal kita mencari/sering melihat video konten² ilmu, ceramah, berita informasi fakta, kiat², tips, dll yang positif. Itu otomatis algoritma akan memberikan video bermanfaat tersebut dihalaman beranda sosial media kita. Sedangkan kalau kita mencari/sering melihat video joget² betina, porn, berita informasi hoaks, konten giveaway, judi, sound horeg, tes Kodam/zodiak ramalan, konten SDM rendah dll yang negatif. Itu otomatis Algoritma akan memberikan video tidak bermanfaat itu dan merusak diri sendiri ke beranda sosial media kita. Dan untuk orang awam yang pertama kali download medsos mungkin muncul video negatif tersebut pertama kali, lalu mereka sering lihat dan cari lalu berkelanjutan lah kesesatan. Dan mereka sadar kemudian mereka menyalahkan aplikasi tersebut, padahal Human Error. Terlihat SDM kita kurang dalam penggunaan benda benda teknologi. Terlebih lagi orang tua memberikan anaknya menggunakan media sosial tanpa memberi tahu cara penggunaannya yang benar, walupun orang tua tidak tahu cara penggunaannya asal menggunakan, lihat, komentar (tidak semua)
Rasanya konten "Brainrot" Ini udah lama seliweran deh, udah kerasa dari jaman awal masuk SMA transisi akhir Covid, gua mulai buka medsos dan nemuin pola berulang, nyadarin hal ini gua cari tau pengaruhnya di internet sedikit banyak riset, sebenernya pengaruhnya terjadi secara ga langsung, dan 3 tahun berlalu sekarang ternyata bener dampak konten seperti ini ngerusak kemampuan kognitif seseorang, bahkan sangat berpengaruh ke kemampuan literasi seseorang, terlihat langsung dari temen-temen sekolah saya yang sedikit merendahkan pendidikan dan tenaga pendidik tanpa memahami esensi pendidikan itu bagaimana
Saya selaku Gen Z sangat menyayangkan hal ini. Memang benar yang telah dikemukan oleh narasumber, bahwa bermain HP dengan durasi yang cukup lama terutama dalam hal menonton vidio secara instan dapat mempengaruhi kinerja otak dan kadang saya mengalami permasalahan tersebut. Tapi, saya sempat membaca komentar para netizen, kalau penggunaan HP di sekolah itu adalah salah. Jujur, menurut saya itu bukan salah satu solusi yang tepat, karena bagaimana cara bilangnya yah... Di sekolah kami menggunakan HP itu... Bukan untuk bermain game... Tapi belajar... masa ada sekolah yang izinkan siswanya bawa HP ke sekolah hanya untuk bermain game atau membuka hal-hal yang tidak berguna lainnya...? Kan, tidak masuk akal. Kami membawa HP ke sekolah untuk belajar, untuk mengerjakan tugas... Entah itu membaca buku elektronik, mencari informasi, dan lain sebagainya. Memang tidak bisa dipungkiri, jika ada juga siswa yang membawa HP di sekolah hanya untuk mabar bersama temannya. Tapi, itu kan tidak selalu... Izin berpendapat, sebenarnya mengapa Gen Z lebih tertarik melakukan sesuatu yang tidak berfaedah itu karena kurangnya batasan dan aturan yang diberikan kepada mereka. Makanya, peran orang tua disini benar-benar sangat penting !!!
1. Makanya narasumber bilang yg menjd penyebab brain rot adl konten2 yg receh / kurang bermutu . 2. Mayoritas org tua memberi hp pd anak disamping utk memudahkan komunikasi dg anak jg krn menyadari bhw hp sangat dibutuhkan utk mendukung anak dlm belajar anak apalg sejak pandemi , tugas2 sekolah banyak diberikan oleh guru via hp dan dicari jawabannya jg via hp . Saya pribadi yakin, kebanyakan orgtua termasuk saya jg sdh berusaha membatasi penggunaan hp baik scr verbal ( nasihat / saran ) maupun perilaku ( memberi contoh , mengajak anak melakukan aktivitas yg (+) ), dari cara gaya parenting sampai gaya barbar. Tp kalian anak 2, apakah kooperatif utk mengikuti saran kami...??! Yg ada , pd akhirnya pertengkaran dan kekecewaan ..😢
@@ikayunita7516 Maaf, itu memang benar kak. Tapi menurut pendapat saya, sebagai orang tua juga harus tahu "Sebenarnya apa yang menyebabkan anak aku seperti ini? Kenapa dia tidak mau mendengarkanku? Apa alasannya? Apa penyebabnya?" Intinya adalah komunikasi. Jangan hanya karena mereka tidak ingin mendengarkan kakak, kakak menyerah begitu saja. Gen Z itu sebagian besar lebih mudah tertekan emosionalnya kak, makanya terkadang banyak orang menganggap bahwa Gen Z "Pemalas", "Tidak mau diatur", dan pandangan negatif lainnya, padahal ada alasannya mereka bertindak seperti itu. Mereka hanya mau didengar... Hargai pendapat mereka walaupun hal itu terlihat biasa (menganggap remeh)... Tapi, mau bagaimanapun juga saya sama sekali tidak menormalisasikan seseorang yang memiliki "attitude yang buruk" apalagi dengan orang tua, saya juga sadar Gen saya miris "Etika"... Menurut saya, "Kualitas suatu generasi bergantung pada seberapa baik pendidikan dan bimbingan dari generasi sebelumnya." Saya tidak berpihak di kubu manapun, entah Gen Z ataupun Gen Milenial. Saya hanya ingin memberikan pendapat saya saja.
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor). Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong. Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet. Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek. Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori. Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi.
Aku milih konten ilmu yg bermanfaat, contoh skrg aku suka nanam dimusim hujan, dan beternak unggas. Utk konsumsi sendiri biar yg sehat. Sekaligus utk hiburan.
Betul. Dari pada hanya mengeluh ttg itu ini ini itu, lebih baik memanfaat waktu utk hal2 kecil tapi bermanfaat. Menanam merupakan latihan kesabaran dan kedisiplinan agar tanaman bisa tumbuh, mengikuti pertbuhan nya juga merupakan healing sederhana tapi memenuhi makna mendalam. ❤❤❤❤❤
Terjajah sudah generasi ini.. 10-20 tahun lagi mungkin tdk ditemukan lagi sosok Dewasa yg santun,toleran,beretika,mampu diajak berpikir n berdiskusi giat bekerja..maunya mudah,cepat n sgt emosional..
aku akui semenjak punya tiktok (sosmed pertamaku) kemampuan berpikir ku melemah, ga cuma di akademis tapi di keseharian pun kek orang ga bisa berpikir, sensian pula tapi sejak nyoba puasa sosmed, berasa jiwa aslinya balik, bisa mikir lah minimal, alhamdulilah akademis pun naik lagi kayak sebelum punya sosmed 😂 rencana mau lepas
Klo konsumsi medsos, ada di semua generasi. Klo gen z & alpha terlahir sebagai native digital. "Tanpa perlu diajari", generasi ini gampang masuk ke digital medsos. Harusnya yg diperkuat adalah karakter positif anak. Anak dibentuk kedisiplinan, ulet, rajin, kerja keras, bersosialisasi, tahu prioritas dsb dlm bermedsos. Dorongan pembentukan karakter positif yg kuat akan mempengaruhi anak bijak dalam segala aspek, bukan hanya bermedsos. Medsos jg banyak positifnya. Tp klo menyalahkan medsos, ga akan selesai. Itulah pentingnya pembentukan karakter. Krn klo soal kepandaian, setiap orang punya kecerdasan masing2.
Heemmm.....indonesia sedang mengalami virus medsos ke semua lini,,, ayok lindungi keluarga kita ,,, kita sebagai orang tua harus peduli dan aktif memberikan edukasi kepada anak2 . #jagaterusgenerasikita
Tekhnologi bukan malah memberikan dampak positif malah merusak generasi penerus. Maka di sini penting adanya sosialisasi dan edukasi agar bijak menggunakan teknologi
Video2 yg dihindari menurut mbak Utari: 1. Video pendek-pendek 2. Video yg informasinya tidak valid 3. Judul dan isi kontras Nah seemuaaa ituuu kebanyakan ada di tiktok, udah paling bener ban tiktok aja, karena masyarakat kita khususnya yg "sdm rendah" itu asal bikin video sesuka hati tanpa ilmu atau info yg valid, karena ya mereka cuma cari view aja, Sorry kalo ada yg tersinggung, kalo tersinggung itu tandanya anda harus intropeksi diri 😅 maaf saya kesal sekali dengan adanya tiktok adik dan keponakan saya jadi terpengaruh jeleknya meskipun sudah diingatkan dan dibatasi
Intinya konten-konten instant dopamin dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan adiksi atau kecanduan, apapun kontennya apalagi yang hanya bersifat hiburan receh.. gampang sekali ditemukan di sosmed.
SEBENARNYA TOTOK PERLU DI HAPUS NEGARA,BIAR ANAK MUDA LEBIH KONSENTRASI UNTUK BERAKTIFITAS DENGAN SEHAT GAK PERLU SCROL SAMPAI BER JAM JAM,DAN JOGED JOGED YG BGTULAH🎉
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor). Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong. Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet. Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek. Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori. Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi. Untuk penggunaan sosial media, teknologi software ini ada yang namanya Algoritma. Jadi itu bergantung pada penggunanya. Kita harus bisa mengontrol aplikasi sosmed yang mau kita lihat. Misal kita mencari/sering melihat video konten² ilmu, ceramah, berita informasi fakta, kiat², tips, dll yang positif. Itu otomatis algoritma akan memberikan video bermanfaat tersebut dihalaman beranda sosial media kita. Sedangkan kalau kita mencari/sering melihat video joget² betina, porn, berita informasi hoaks, konten giveaway, judi, sound horeg, tes Kodam/zodiak ramalan, konten SDM rendah dll yang negatif. Itu otomatis Algoritma akan memberikan video tidak bermanfaat itu dan merusak diri sendiri ke beranda sosial media kita. Dan untuk orang awam yang pertama kali download medsos mungkin muncul video negatif tersebut pertama kali, lalu mereka sering lihat dan cari lalu berkelanjutan lah kesesatan. Dan mereka sadar kemudian mereka menyalahkan aplikasi tersebut, padahal Human Error. Terlihat SDM kita kurang dalam penggunaan benda benda teknologi. Terlebih lagi orang tua memberikan anaknya menggunakan media sosial tanpa memberi tahu cara penggunaannya yang benar, walupun orang tua tidak tahu cara penggunaannya asal lihat menggunakan komen (tidak semua)
Betul.... Tontonan receh bnyk ditoktok....yg disukai anak muda. Apalagi tontonan yg viral.. semakin disukai keviralannya pdhl ga ada isi..contoh kasus kesedihan paling receh yg disukai😅
Tontonan yg tidak baik akan menurunkan daya kognitif, kognitif yg melemah akan menguatkan sisi emosional yg buruk sebalik nya tontonan yg baik akan menaikan daya kognitif, kognitif yg menguat akan memunculkan daya kritis dan saya analisa yg kuat. Sederhananya adalah substansi menguatkan daya akal sedangkan sensasi melemahkan akal. Lagi lagi kita bicara tentang pendidikan dan manejemen teknologi dan informasi. Dua hal ini menjadi tugas Mentri pendidikan bgmn iya menciptakan sistem atau formula pendidikan. Dan Kominfo bgmn memanejemen media dan teknologi.
Yuk kita framing kembali, memberikan awards dan apresiasi kepada yang benar2 memberi inspirasi dari prestasi, walaupun pengikutnya sedikit, supaya sesuatu yang selayaknya dengan berbagai pertimnangan ditempatkan di posisinya, bukan hanya yang kena persepsi satu pihak dan judgement netizen. Supaya anak cucu kita notice,
Alhamdulillah anaku di pondok tidak diperbolehkan pegang hp.dan sbg ortu aku membatasi anaku hanya 1jam atau lebih sehabis belajar.bekal agama sangat penting utk menyeleksi apa yg ditonton
Judul video ini : "Brain Rot Mengintai Gen Z" Brain Rot timbul karena durasi mengakses konten yang berlebihan. Hal ini sebenarnya bukan mengintai Gen Z saja, tapi brain rot sudah berpola user get user dan hampir mendekati pola fractal. Sebaiknya orangtua, guru dan generasi sebelumnya harus segera menyadari bahwa tidak sedikit juga yang sudah dalam kondisi brain rot. Jika tidak, maka masalah Brain Rot ini menjadi biasa biasa saja, dan pada akhirnya dampak2 negatif yang muncul seperti adanya perundungan, peyimpangan pola pikir dan perilaku, munculnya tabiat2 yang tidak sesuai norma bahkan adab. Peran frequensi yang diterima dari android atau sejenisnya juga sangat mendukung timbulnya Brain Rot. Seperti penyedap masakan yang akan menambah nafsu makan.
Byk hal-hal salah dianggap benar, banyak permainan logika yg tidak penting, justru di anggap penting. Secara jangka panjang akan menurunkan kualitas generasi kita secara drastis
Cara belajar jaman 70 an, membuktikan hasil yang mmumpuni, dilihat dari aspek manapun, aspek afektif, psikomotor, maupun kognitifnya. Tapi terkadang selalu dicemo'oh dengan alasan tidak menarik. Buktinya kita bisa lihat hasilnya ada soekarno, ada habibi, ada gisdur, ada budi oetomo dan lain-lain.
Cara bljr tahun 70an emg efektif, tp sumber ilmunya trbatas… contoh : pada tahun 2004 saja sy sgt kesulitan untuk mencari materi artikel/teori tugas penelitian sosial, sy harus k jakarta utk mendapatkan referensi yg reliabelnya.
Akhirnya ada istilah yang bisa di pake dari keresahan yang saya alami selama ini. Kebijakan pemerintah sangat krusial disini untuk membrantas konten konten sensasi receh yang bisa membuat otak tumpul.
@@Azhani89 klo di sekolahku sudah masuk ke materi dan setiap pembiasaan pagi selalu dibicarakan.. Hanya keluhan dari orangtua itu samaa,, anak dirumah susah untuk dinasehati.. Kenapa susah karena orang tua sendiri pun tidak pernah lepas dari HP
@@Cikgu_dancer alhamdulillah, bagus kalau sudah.. untuk orang tua juga harus diberi penyuluhan hal2 seperti ini, bisa lewat ibu2 PKK atau ketika rapat wali murid, atau jalur lain..
Penguasa yang harus bertanggungjawab untuk menghandle konten-konten yang tak bermutu ini,karena mereka lah yang punya kekuasaan penuh untuk menyelamatkan generasi ini. Kepada penguasa,tolong lebih serius untuk memperbaiki generasi kita.
Kembalikan sistem UN biar memotivasi anak buat belajar, sistem 10tahun ini, buat anak malas belajar kebanyakan studi banding hasilnya gagal total Ganti kurikulum yg seperti dulu Gen z bisa jadi beban orang tua dimasa depan
Bijaksana dlm bermedia sosial sangat sulit bagi anak anak dan ini perlu kehadiran orang tua mbimbingnya. Ortu juga terutama sbg ibu ibu muda dari seorang anak misal tdk sedikit yg terjebak media sosial lalai pd keluarganya.
Bagusnya jika pemerintah menerapkan dengan tegas aturan tentang pembatasan medsos, memberikan batasan konten2 yang dikonsumsi. Kalau bicara tentang solusi, sebenarnya sederhana saja, ini hanya tentang kesadaran diri dan apakah orang-orang akan melakukan dan bukan hanya memikirkannya saja.
Setiap masa mempunyai kemajuan sendiri2, dulu sebelum ada buku mungkin org yg membawa buku mengalami hal yg sama. Jadi menurut saya bagaimana kita bisa menyikapi secara benar karna jika kita antipati thd kemajuan maka kita akan bodoh. Kajian brain rot memang menarik tp bukan berarti tiba2 kita hrs berubah total. Yg jelas Lompatan teknologi tdk bisa kita bendung tp sebaiknya kita manfaatkan secara maksimal. Jika misal sosmed itu mempengaruhi jiwa jawabnya sih iya tp setidaknya ada pengetahuan, edukasi, hiburan, dan tidak turun Demo bersilit2. Sebaliknya pengaruh negatif dan hoax akan dengan sendirinya manusia juga akan semakin paham, jadi semua akan bisa berkembang scr alami, hanya saja jika pemerintah dan masyarakat memahami lalu mengeluarkan konsep yg baik maka itu akan lebih cepat membantu.
8:23 ini dampak nya relate bgtt sih, udah ngerasain sekarang, dan lagi berusaha untuk sembuh. Intinya kita harus selalu aware dengan konten yg kita konsumsi agar tidak berbahaya di mental kita.
Paling parah sih ditiktok ,soalnya kontenya tidak mengedukasi malah membuat penasaran, dan juga isi komentarnya sungguh bikin emosi, karen akebnayakan candaan tanpa ada informasi yang bermutu
Menurut sy Brain Rot itu adalah penundaan waktu utk melatih otak berfikir, lebih mengutamakan sensasi dri pd subtansi, sehingga kebiasaan medsos dpt menghilangkan realita fakta di lingkungan masyarakat. Contohnya generasi Bocil yg hidupnya menghabiskan waktu di layar gedget ketimbang berintraksi dgn teman sekitarnya 👌
Ya wong gimana , dikasih presiden yang benar benar memperhatikan pendidikan dan pola pikir masyarakat malah pilih calon yang modal gimik dan bansos jangka pendek
ya ayo kita kembali ke buku. hp bikin anak anak sakit mata. kalau kita sering membaca maka kita cepat hafal. saya ibu rumah tangga berumur 63 th. karena senang menulis, aku gunakan untuk menulis doa doa di kertas yg lebih lebar, diperbesar, dan di tempel di tembok. agar kalau membaca doa tidak mencari cari lagi ke buku. tinggal lihat di tembok, ada doa apa saja. jadi cepat hafal, sebab sering dibaca. Gresik, Ahad, 29-21-2024.
Udah mah anak seneng pake hp, ditambah pembelajaran wajib bawa hp. Mending kalau anak yang punya keinginan baik, hp dipake hal- hal positif, sebagai guru prihatin lihat kelakuan anak- anak/ remaja sekarang. Salah satunya menyelamatkan walaupun tidak menjamin 100% adalah anak mondok di pesantren. Orang tua jadi teladan bagi anak-anak anaknya, perhatikan juga lingkungan temannya.
Dulu sepupu aku suka baca komik sampe larut malem, komiknya dibakar bokapnya. Ada yg demen main radio cb sampe lupa waktu dimarahin ortu Ada yg demen nonton video silat bersambung, dimaki ortunya. Skr hidup mrk ga jelek, ada yg punya chain retail shop, ada yg menikah sama org kaya dan bahagia Tp ada yg nerd, hobi belajar dan cerdas, berakhir di toko nerusin ortunya 😂 Jd kyknya tiap generasi ortu mengalami culture shock dan hidup itu penuh misteri
Alhamdulillah saya generasi pemuda akhir 1980 an awal 1990 an , , zaman dengerin radio , putar kaset , dan baca buku adalah hiburan utama .... Terimakasih taman bacaan , terimakasih Gramedia....
Sejak 5 thn yg lalu tiap ketemu mentri atau anggota DPR sy slalu minta tolong batasi dan atur konten2 medsos tp sampai saat ini blm terlaksana hya janji dan janji sj
Terutama tentang tersebarnya berita2 yg berbahaya bagi kehidupan akhirat. Itu akan membuat si penonton melakukan hal yang sama seperti berita atau konten.
Terimakasihh DAAI TV atas penjelasannya, mungkin gen z harus mengubah kebiasaan tontonan vdeo youtube atau podcast2 brmnfaat dri pada tik tok, sedikit² bisa d tangani krn kalo lsg mengubah kebiasaan yg mungkin berat spt baca buku trus diskusi pasti akan susah jdi bertahap" aja dluu
Sy sangat2 setuju, Jika konten2 sekarang Harus di filter, sy khawatir utk anak2 sekarang dimasa depan, Jgn Hanya utk meraup uang yg di fikirkan, Harus memikirkan Secara dampak dr konten2 itu sendiri.
Akan tercifta generasi2 gagal dimasa mendatang sudah terindikasi dari sekarang. Malas, manja, tdk pernah belajar, main HP seharian, buat konten, upload status hal yg wajib,miskin kreativitas, dll
Harus ada aturan tegas pemerintah..dinas pendidikan utk melarang membawa gadget pd siswa.. mengembalikan komunikasi by verbal..misal pengumuman dan grup pembelajaran lwt gadget dihindari utk mengurangi ketergantungan pd gadget
Anak usia dini, remaja, bahkan lansia mayoritas kurang mampu merespon era digital. Justru tenggelam dan perlahan rusak dalam kemajuan teknologi. Pemerintah juga tidak melakukan antisipasi terhadap kemajuan digital. Padahal cita citanya Indonesia emas
Iya sih, ditambah sedang nganggur, tiap hari overthinking sambil konsumsi medsos dll. Kemampuan otakku berkurang, gampang lupa, tidak bisa konsisten dll.
Kadang aneh, ketika anak sekarang disodorkan pengetahuan yang bermanfaat, mereka abai. Tapi ketika melihat sesuatu yang kurang bermanfaat ( horor, trik kamera malah dipercaya magic) mereka suka.
Makanya sebaik nya kalau org Islam sekolahkan anak di sekolah sekolah yang mengajar kan anak ttg agama mulai dari TK,sampai SMA. Sehingga dia memiliki bimbingan yg sesuai.petunjuk agama
@@LastingLight-bb1wb sebenarnya dunia teknologi gak bisa di cegah . Memang sudah jaman nya. Namun kebayalakan Masyarakat sulit menyikapinya. Larut ikut di dalam dunia Technology sehingga banyak meninggalkan yg semestinya harus seiring jaman dan tdk boleh di tinggalkan. Terutama Etika,tatat krama dan budaya sopan santun sejalan. Juga cara belajar tdk bisa di abaykan sesuai yg semestinya berlaku. Cara belajar masa lalu tetap berjalan jaman belajar tecnology perlu di sertakan. Namun tdk seluruhnya. Seperti saat ini. Sistem belajar lama ternyata lebih baik. Dari pada tecnology. Ini harus segera di tindak dan di ubah.
Tanggung jawab pemerintah adl.mmberi contoh tauladan , kesederhanaan, kejujuran, bekerja keras dan peka thd penderitaan rakyat dan mslh yg muncul...niscaya gen z akan segera mencontoh❤
Pemerintah harus melarang anak2 dibawah 17 tahun memiliki dan menggunakan HP untuk menghindari kerusakan otak dan mental anak,demi masa depan generasi penerus.
Kembalikan cara belajar nya menggunakan buku agar lebih konsisten untuk konsentrasi dalam belajar ,,dahulu buku adalah jendela dunia ,,tapi zaman sekarang sudah tidak begitu berperan dalam menuntut ilmu ,,
Betul bang
Setuju
Betul sekarang kalau gak tau pelajaran lansung buka geogelo kita rajin belajar baca buku baru kita tau pelajaran
betul bgt, belajar tanpa buku ga terasa efektif meskipun di yt juga ada yg bahas, mana buku kurmer ga lengkap
Menteri pendidikan kurikulum merdeka yg SGT bertanggung jawab
Bukan hanya remaja tapi orang tua juga, indonesia sedang tidak baik2 saja, ayo kita peduli untuk meluruskan pemahaman masyarkat di sosial media
@@koto1237 setuju👍
Jgn memunculkan CHEAP DOPAMIN. Rugiiii...
Tua dan muda udah sama2 oleng 😂😂
Betul👍🏻👍🏻
Coba kita di buat seminggu STOP pengunaan HP bisa gak otak diistirahatkan....
Semoga brain Rot ini bisa menjadi perhatian bagi pemerintah. Tidak ada istilah "gunakan teknologi secara bijak" di zaman sekarang. Dari anak² sampai dewasa tidak akan bisa mengontrol diri dari tontonan konten² yg dianggap menarik dan membuat kecanduan kecuali orang yg benar² pintar dan bisa mengontrol diri karna tau dampaknya.
Menurut sy Indonesia harus membuat izin publikasi konten. mana konten yg boleh di publikasikan dan mana yg tdk boleh. dipublikasikan.
Orang tua itu harus bijaksana, anak dibawah umur 17 tahun jangan dibelikan smartphone, kalo ada tugas dari sekolah ya menggunakan smartphone orang tua, jadi orang tua punya dua atau tiga smartphone untuk dipinjamkan ke anak anak nya, dengan begitu orang tua bisa mengontrol penggunaan smartphone anak nya, misalnya kalo hanya untuk bermain main dibatasi 2 jam saja, jadi anak tidak hanya seharian nonton smartphone saja, anak anak juga diajak kegiatan dirumah sehari hari misalnya bersih bersih rumah menata kamar, atau memasak di dapur, biar ada kegiatan positif sehingga mata anak juga sehat tidak cepat rabun dekat karena keseringan menatap layar smartphone!!!!
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor).
Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong.
Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet.
Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek.
Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori.
Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi.
Untuk penggunaan sosial media, teknologi software ini ada yang namanya Algoritma. Jadi itu bergantung pada penggunanya. Kita harus bisa mengontrol aplikasi sosmed yang mau kita lihat.
Misal kita mencari/sering melihat video konten² ilmu, ceramah, berita informasi fakta, kiat², tips, dll yang positif. Itu otomatis algoritma akan memberikan video bermanfaat tersebut dihalaman beranda sosial media kita.
Sedangkan kalau kita mencari/sering melihat video joget² betina, porn, berita informasi hoaks, konten giveaway, judi, sound horeg, tes Kodam/zodiak ramalan, konten SDM rendah dll yang negatif. Itu otomatis Algoritma akan memberikan video tidak bermanfaat itu dan merusak diri sendiri ke beranda sosial media kita.
Dan untuk orang awam yang pertama kali download medsos mungkin muncul video negatif tersebut pertama kali, lalu mereka sering lihat dan cari lalu berkelanjutan lah kesesatan. Dan mereka sadar kemudian mereka menyalahkan aplikasi tersebut, padahal Human Error.
Terlihat SDM kita kurang dalam penggunaan benda benda teknologi.
Terlebih lagi orang tua memberikan anaknya menggunakan media sosial tanpa memberi tahu cara penggunaannya yang benar, walupun orang tua tidak tahu cara penggunaannya asal lihat menggunakan komen (tidak semua)
Klo buat konten aja harus minta ijin dulu apa bedanya sama diktator yang mau ngontrol opini publik???
Dsini sih yg salah sih orang tua si anak. Knp kasi gadget/hp ke anak yg bahkan kontrol diri pun blum bisa??
Yg saya liat di komen, rata2 orang tua itu sengaja kasi hp/gadget supaya anak lebih diem doang
Sudah terlambat, sudah hancur masa depan negara.🗿
betul anak2 gk bs diberi doktrin "gunakan sosmed dg bijak". hrs dipaksa d atur
Untuk yang muslim sholat 5 waktu rajin membaca Alquran udah minta lindungan allah
Setuju.👍
Kadang konten asal posting. Yg penting viral! Gak manfaat dan mendidik bahkan cendrung ke kiri.
Hentikan di sekolah mengunakan
Sistim Hp. Dalam sistim pengajaran.
Gunakan buku kembali.
Dengan cara membaca ,menghapal dan pemahaman.
Seperti generasi Gen X dan Gen Z
Walupun jadoel . Tapi Nangkep di otak. Etika dan sopan santun
Betul sangat setuju...
Mending kembalikan sistim belajar spt jaman kita...lewat buku,membaca buku dan menulis dibuku tulis...lebih cepat mengkap pelajaran dan mata tidak cepat rusak.....
Mending kembalikan kejaman berburu, suruh berburu lagi
Membaca, menulis memahami ibarat menulis di atas batu, ilmu lebih berkah lebih tertanam di dalam otak sedangkan hp bagaikan menulis di atas air, tahu tapi cepat hilang, sia sia
@zurianiaralika2424 : setujuh 1000%
Ya skrg malah sekolah kayak nganjurin anak2 pake hp,anakku aja yg baru masuk kls 7(1 smp),seminggu 3 hari sruh bawa hp,katanya pelajaran projek,dan hbis test(ASAS),sbelum libur ada classmeeting,mcam2 lomba,ada lomba game mobile legend juga ,gimana coba??
Coba biasakan anak dari kecil untuk mengikuti kegiatan positif diluar seperti ikut keorganisasian dibidang olahraga, lingkungan hidup dsb. Peran orantua sangat dibutuhkan dan utama. Alhamdulillah dengan cara ini 3 anak ku hanya sekedarnya buka medsos atau hp
Terima kasih DAAI TV sudah menyuguhkan konten² yg bermanfaat
Kembali lagi ke pelajaran PPKn disekolah, tatakrama, dan agama, disiplin membiasakan yg baik baik.kurangin main HP, banyakin olahraga, baca buku,
bener kata ko Raymond. antara kesel jengkel tapi ya kasian juga sama mereka ini
habis Doom spending terbitlah brain rot
bgtu banyak masalah pada gen Z ini dibalik smua kelebihan2 era teknologi dan kreatifitas yang mereka punya
Sperti Video singkat, short, ig, bikin lupa waktu asyik scroll aja sampai lupa klo udh tengah malam, dan buat kecanduan, sampai aku kesulitan tidur😌
Gampang mengatasinya..... Coba pikirkan setelah manteng Medsos...apa yg kita dampatkan? Gak ada yg nempell, krn kita hanya memunculkan CHEAP DOPAMIN semua hilang, tinggal lelah mata, lelah otak dan perut lapar,
Kita samaan kak😢
Lu aja yg PEAK 😂😂😂😂😂
@@sagatadelaga gak sopan banget sih komentnya, lainnya juga mengalami tuh,
Mari kuasai diri kita. Kitalah yang bisa menguasai diri kita, bukan orang lain. Lihatlah masa depan kita, sebab tidak ada gunanya melihat konten-konten yang tidak bermutu. Mari kita tonton yang bermanfaat, terutama yang berhubungan dengan pendidikan dan yang membuat kita lebih baik.
Alhamdulillah aku tipe orang yg idealis dr dlu, aku millenial, dr selera musik, film gak suka yg rame dipasaran, bahkan di sosmed bisa di hitung artis yg aku follow, dan content creator yg aku follow jga tertentu aja, aku follow orang-orang atau influencer yg se tipe atau itu aku bgt, aku sadar apa yg kita tonton itu nular bgt, jd pilihlah hal2 yg positif
bener perlu bgt buat memilah konten, krn apa yg dilihat itu apa yang kita "makan", lah kalo yang "dimakan" negatif.. :(
sama bro ...semakin populer musik, semaking kurang eksklusif 😂
Aku juga kalau nonton film sesuai mood. Mau yang horor atau komedi. Dan lihat Demon Slayer aja, dubbing Indonya kebetulan ada, tonton sekali seumur hidup aja.
Yg komedi paling lihatnya Warkop DKI, kartun hanya Spongebob atau Upin Ipin dlu, sesuai mood aja.
Main game online, sesuai mood juga atau butuh ide cerita novel online.
Kadang juga ceramah.
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor).
Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong.
Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet.
Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek.
Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori.
Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi.
Untuk penggunaan sosial media, teknologi software ini ada yang namanya Algoritma. Jadi itu bergantung pada penggunanya. Kita harus bisa mengontrol aplikasi sosmed yang mau kita lihat.
Misal kita mencari/sering melihat video konten² ilmu, ceramah, berita informasi fakta, kiat², tips, dll yang positif. Itu otomatis algoritma akan memberikan video bermanfaat tersebut dihalaman beranda sosial media kita.
Sedangkan kalau kita mencari/sering melihat video joget² betina, porn, berita informasi hoaks, konten giveaway, judi, sound horeg, tes Kodam/zodiak ramalan, konten SDM rendah dll yang negatif. Itu otomatis Algoritma akan memberikan video tidak bermanfaat itu dan merusak diri sendiri ke beranda sosial media kita.
Dan untuk orang awam yang pertama kali download medsos mungkin muncul video negatif tersebut pertama kali, lalu mereka sering lihat dan cari lalu berkelanjutan lah kesesatan. Dan mereka sadar kemudian mereka menyalahkan aplikasi tersebut, padahal Human Error.
Terlihat SDM kita kurang dalam penggunaan benda benda teknologi.
Terlebih lagi orang tua memberikan anaknya menggunakan media sosial tanpa memberi tahu cara penggunaannya yang benar, walupun orang tua tidak tahu cara penggunaannya asal menggunakan, lihat, komentar (tidak semua)
Kalau ada sekolah swasta yang memiliki visi misi "tanpa gadget" dalam kurikulum nya, tapi juga masih sejalan dengan prinsip edukasi... wah HEBAT BANGET kalau ada... saya mau DAFTAAR... 😊❤
Banyak sekolah swasta top yg no gadget selama pelajaran sekolah, yg sd dan SMP tdk boleh bawa hp, yg SMA boleh bawa hp tp di simpan di guru wali
Emang boleh ya bawa hp? Kirain boleh bawa hp itu cuma pas korona aja 3 tahun
Jika anaknya mau masuk SD. Bisa disekolahkan di Kuttab bunda. Sekolah² Kuttab biasanya mengarahkan wali murid agar tdk memberikan fasilitas HP & TV untuk anak. Di sekolah pun anak tdk boleh jajan, harus bawa bekal dr rumah yg disiapkan sendiri oleh orang tua.
@@PipinFajarPujiLestarimaaf ponakan saya di Kuttab tapi di rumahnya ngga bisa lepas dari gadget. Menurut saya harus konsisten apa yg dilakukan di sekolah harus diterapkan juga di rumah.. Intinya anak2 harus dilatih self control. Jangan memberikan gadget terlalu dini, membatasi screen time & jadilah contoh untuk anak, di rumah harus banyak berinteraksi dengan keluarga.
@vinads1309 setuju bunda. Memang tidak bisa jika hanya sepihak (sekolah). Orang tua d rumah juga harus jadi guru, teladan dan sahabat.
Di negara2 tetangga kita segala berita dan konten2 yang sekiranya membahayakan masa depan anak bangsa,mengandung kebencian,serta provokasi akan di blokir,namun Indonesia masih sangat bebas sekali seperti kurang adanya kontrol,semoga perkara seperti ini akan di perhatikan secara serius
Gak boleh klo disini,nanti dianggap firaun 😂😂
iya juga bro, TV aja banyak sensornya.... sedangkan sosmed????? hahaha
@sasongko8544 betul2 👍
@@sasongko8544tobrut2 nyaa wadidaaawwww,
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor).
Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong.
Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet.
Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek.
Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori.
Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi.
Untuk penggunaan sosial media, teknologi software ini ada yang namanya Algoritma. Jadi itu bergantung pada penggunanya. Kita harus bisa mengontrol aplikasi sosmed yang mau kita lihat.
Misal kita mencari/sering melihat video konten² ilmu, ceramah, berita informasi fakta, kiat², tips, dll yang positif. Itu otomatis algoritma akan memberikan video bermanfaat tersebut dihalaman beranda sosial media kita.
Sedangkan kalau kita mencari/sering melihat video joget² betina, porn, berita informasi hoaks, konten giveaway, judi, sound horeg, tes Kodam/zodiak ramalan, konten SDM rendah dll yang negatif. Itu otomatis Algoritma akan memberikan video tidak bermanfaat itu dan merusak diri sendiri ke beranda sosial media kita.
Dan untuk orang awam yang pertama kali download medsos mungkin muncul video negatif tersebut pertama kali, lalu mereka sering lihat dan cari lalu berkelanjutan lah kesesatan. Dan mereka sadar kemudian mereka menyalahkan aplikasi tersebut, padahal Human Error.
Terlihat SDM kita kurang dalam penggunaan benda benda teknologi.
Terlebih lagi orang tua memberikan anaknya menggunakan media sosial tanpa memberi tahu cara penggunaannya yang benar, walupun orang tua tidak tahu cara penggunaannya asal menggunakan, lihat, komentar (tidak semua)
realeted dg kualitas pendidikan saat ini. nilai bagus gk jamin dpt krj, org pinter skrg kalah karier dr influencer. tp masalahnya 5-10 th kedepan yg bikin prihatin. byk mantan influencer yg gk bisa ngikuti perkembngan teknologi jg bakal stres sendiri.
Benar bu Fina orangtua sangat bertanggungjawab. Tapi tidak kalah penting adalah pemerintah yang harus menjaga generasi ini karena mereka lah yang punya link untuk menghapus konten-konten yang tak bermutu
iya sih, marketing digital konten pake dopamine hit yang sekarang ini, contoh sebangsa videoshort itu memang rasanya sepele, tapi itu jahat secara berkepanjangan gk lain halnya mirip seperti adiktif yang ada dirokok, awalnya mungkin rasanya kita gk merasa candu, tapi pada hal nyatanya kita sudah candu dipemakaian atau sensi pertama kali
cita cita Indonesia emas saya rasa tidk akan pernah tercapai , karna sekarang anak anak samp remaja orangtua ,dlm hal menggunakan hp sdh sangat memperihatinkan .
gen z STOP main2 HP tiktok dll. balik lagi seperti dulu keluar rumah bergaul jalan2 liat dunia, ikut komunitas ikut acara sosial. jadilah penerus bangsa indonesia yg bisa menaikan SDM jangan sama2 aja. buat apa ??
mereka keluarpun cuma buat konten di tiktok atau story IG om , ntahlah
Saya gen z udh berapa bulan lebih uninstall tiktok, alasannya karna tiktok yang sekarang suka menggiring opini, suka ribut antar kreator, bawaannya pengen marah bukannya seneng kalo main tiktok, setuju tiktok di hapus aja.
ngapain kau cuma nyalahin gen z
Sy cb nonton tiktok gak sanggup deh gak ada isinya
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor).
Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong.
Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet.
Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek.
Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori.
Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi.
Untuk penggunaan sosial media, teknologi software ini ada yang namanya Algoritma. Jadi itu bergantung pada penggunanya. Kita harus bisa mengontrol aplikasi sosmed yang mau kita lihat.
Misal kita mencari/sering melihat video konten² ilmu, ceramah, berita informasi fakta, kiat², tips, dll yang positif. Itu otomatis algoritma akan memberikan video bermanfaat tersebut dihalaman beranda sosial media kita.
Sedangkan kalau kita mencari/sering melihat video joget² betina, porn, berita informasi hoaks, konten giveaway, judi, sound horeg, tes Kodam/zodiak ramalan, konten SDM rendah dll yang negatif. Itu otomatis Algoritma akan memberikan video tidak bermanfaat itu dan merusak diri sendiri ke beranda sosial media kita.
Dan untuk orang awam yang pertama kali download medsos mungkin muncul video negatif tersebut pertama kali, lalu mereka sering lihat dan cari lalu berkelanjutan lah kesesatan. Dan mereka sadar kemudian mereka menyalahkan aplikasi tersebut, padahal Human Error.
Terlihat SDM kita kurang dalam penggunaan benda benda teknologi.
Terlebih lagi orang tua memberikan anaknya menggunakan media sosial tanpa memberi tahu cara penggunaannya yang benar, walupun orang tua tidak tahu cara penggunaannya asal menggunakan, lihat, komentar (tidak semua)
Rasanya konten "Brainrot" Ini udah lama seliweran deh, udah kerasa dari jaman awal masuk SMA transisi akhir Covid, gua mulai buka medsos dan nemuin pola berulang, nyadarin hal ini gua cari tau pengaruhnya di internet sedikit banyak riset, sebenernya pengaruhnya terjadi secara ga langsung, dan 3 tahun berlalu sekarang ternyata bener dampak konten seperti ini ngerusak kemampuan kognitif seseorang, bahkan sangat berpengaruh ke kemampuan literasi seseorang, terlihat langsung dari temen-temen sekolah saya yang sedikit merendahkan pendidikan dan tenaga pendidik tanpa memahami esensi pendidikan itu bagaimana
Saya selaku Gen Z sangat menyayangkan hal ini. Memang benar yang telah dikemukan oleh narasumber, bahwa bermain HP dengan durasi yang cukup lama terutama dalam hal menonton vidio secara instan dapat mempengaruhi kinerja otak dan kadang saya mengalami permasalahan tersebut. Tapi, saya sempat membaca komentar para netizen, kalau penggunaan HP di sekolah itu adalah salah. Jujur, menurut saya itu bukan salah satu solusi yang tepat, karena bagaimana cara bilangnya yah... Di sekolah kami menggunakan HP itu... Bukan untuk bermain game... Tapi belajar... masa ada sekolah yang izinkan siswanya bawa HP ke sekolah hanya untuk bermain game atau membuka hal-hal yang tidak berguna lainnya...? Kan, tidak masuk akal. Kami membawa HP ke sekolah untuk belajar, untuk mengerjakan tugas... Entah itu membaca buku elektronik, mencari informasi, dan lain sebagainya. Memang tidak bisa dipungkiri, jika ada juga siswa yang membawa HP di sekolah hanya untuk mabar bersama temannya. Tapi, itu kan tidak selalu...
Izin berpendapat, sebenarnya mengapa Gen Z lebih tertarik melakukan sesuatu yang tidak berfaedah itu karena kurangnya batasan dan aturan yang diberikan kepada mereka. Makanya, peran orang tua disini benar-benar sangat penting !!!
PARENTLESS DETECTED 🎉
1. Makanya narasumber bilang yg menjd penyebab brain rot adl konten2 yg receh / kurang bermutu .
2. Mayoritas org tua memberi hp pd anak disamping utk memudahkan komunikasi dg anak jg krn menyadari bhw hp sangat dibutuhkan utk mendukung anak dlm belajar anak apalg sejak pandemi , tugas2 sekolah banyak diberikan oleh guru via hp dan dicari jawabannya jg via hp .
Saya pribadi yakin, kebanyakan orgtua termasuk saya jg sdh berusaha membatasi penggunaan hp baik scr verbal ( nasihat / saran ) maupun perilaku ( memberi contoh , mengajak anak melakukan aktivitas yg (+) ), dari cara gaya parenting sampai gaya barbar.
Tp kalian anak 2, apakah kooperatif utk mengikuti saran kami...??!
Yg ada , pd akhirnya pertengkaran dan kekecewaan ..😢
@@ikayunita7516 Maaf, itu memang benar kak. Tapi menurut pendapat saya, sebagai orang tua juga harus tahu "Sebenarnya apa yang menyebabkan anak aku seperti ini? Kenapa dia tidak mau mendengarkanku? Apa alasannya? Apa penyebabnya?" Intinya adalah komunikasi. Jangan hanya karena mereka tidak ingin mendengarkan kakak, kakak menyerah begitu saja. Gen Z itu sebagian besar lebih mudah tertekan emosionalnya kak, makanya terkadang banyak orang menganggap bahwa Gen Z "Pemalas", "Tidak mau diatur", dan pandangan negatif lainnya, padahal ada alasannya mereka bertindak seperti itu. Mereka hanya mau didengar... Hargai pendapat mereka walaupun hal itu terlihat biasa (menganggap remeh)... Tapi, mau bagaimanapun juga saya sama sekali tidak menormalisasikan seseorang yang memiliki "attitude yang buruk" apalagi dengan orang tua, saya juga sadar Gen saya miris "Etika"...
Menurut saya, "Kualitas suatu generasi bergantung pada seberapa baik pendidikan dan bimbingan dari generasi sebelumnya."
Saya tidak berpihak di kubu manapun, entah Gen Z ataupun Gen Milenial. Saya hanya ingin memberikan pendapat saya saja.
terpilihnya gibran jadi orang no2 adalah puncak pembodohan bangsa ini
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor).
Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong.
Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet.
Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek.
Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori.
Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi.
Aku milih konten ilmu yg bermanfaat, contoh skrg aku suka nanam dimusim hujan, dan beternak unggas. Utk konsumsi sendiri biar yg sehat. Sekaligus utk hiburan.
Betul. Dari pada hanya mengeluh ttg itu ini ini itu, lebih baik memanfaat waktu utk hal2 kecil tapi bermanfaat. Menanam merupakan latihan kesabaran dan kedisiplinan agar tanaman bisa tumbuh, mengikuti pertbuhan nya juga merupakan healing sederhana tapi memenuhi makna mendalam. ❤❤❤❤❤
Terjajah sudah generasi ini.. 10-20 tahun lagi mungkin tdk ditemukan lagi sosok Dewasa yg santun,toleran,beretika,mampu diajak berpikir n berdiskusi giat bekerja..maunya mudah,cepat n sgt emosional..
Bukan hanya anak-anak dan remaja tp orang tua dewasa juga. Selalu yg disalahkan pengguna coba diarahkan dan edukasi kreator digitalnya
aku akui semenjak punya tiktok (sosmed pertamaku) kemampuan berpikir ku melemah, ga cuma di akademis tapi di keseharian pun kek orang ga bisa berpikir, sensian pula
tapi sejak nyoba puasa sosmed, berasa jiwa aslinya balik, bisa mikir lah minimal, alhamdulilah akademis pun naik lagi kayak sebelum punya sosmed 😂 rencana mau lepas
Bagus.
HEBAT
Setuju...ini akan menjadi penyakit dan berbahaya bagi anak-anak kita.. pemerintah harus ambil sikap tegas
Klo konsumsi medsos, ada di semua generasi. Klo gen z & alpha terlahir sebagai native digital. "Tanpa perlu diajari", generasi ini gampang masuk ke digital medsos.
Harusnya yg diperkuat adalah karakter positif anak. Anak dibentuk kedisiplinan, ulet, rajin, kerja keras, bersosialisasi, tahu prioritas dsb dlm bermedsos. Dorongan pembentukan karakter positif yg kuat akan mempengaruhi anak bijak dalam segala aspek, bukan hanya bermedsos.
Medsos jg banyak positifnya. Tp klo menyalahkan medsos, ga akan selesai.
Itulah pentingnya pembentukan karakter. Krn klo soal kepandaian, setiap orang punya kecerdasan masing2.
sosmed itu tergantung dari grup/channel apa yg difollow.
Heemmm.....indonesia sedang mengalami virus medsos ke semua lini,,, ayok lindungi keluarga kita ,,, kita sebagai orang tua harus peduli dan aktif memberikan edukasi kepada anak2 . #jagaterusgenerasikita
Tekhnologi bukan malah memberikan dampak positif malah merusak generasi penerus. Maka di sini penting adanya sosialisasi dan edukasi agar bijak menggunakan teknologi
Video2 yg dihindari menurut mbak Utari:
1. Video pendek-pendek
2. Video yg informasinya tidak valid
3. Judul dan isi kontras
Nah seemuaaa ituuu kebanyakan ada di tiktok, udah paling bener ban tiktok aja, karena masyarakat kita khususnya yg "sdm rendah" itu asal bikin video sesuka hati tanpa ilmu atau info yg valid, karena ya mereka cuma cari view aja,
Sorry kalo ada yg tersinggung, kalo tersinggung itu tandanya anda harus intropeksi diri 😅 maaf saya kesal sekali dengan adanya tiktok adik dan keponakan saya jadi terpengaruh jeleknya meskipun sudah diingatkan dan dibatasi
Memang betul. Seluruh lapisan masyarakat kena
Saya terasa banget kalau suka liat kolom short di TH-cam otak sy jadi males mikir 😅 hati - hati lhoooo
Intinya konten-konten instant dopamin dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan adiksi atau kecanduan, apapun kontennya apalagi yang hanya bersifat hiburan receh.. gampang sekali ditemukan di sosmed.
Hiburan receh itu gmna
P3merintah harus ambil peran dlm hal seperti ini.. hrus ada kebijakan yg jelas. Untuk melindungi generasi yg akan datang..
Jaman dlu lah yg aman sblum ada android kita kumpul bisa ngobrol .ngopi sma teman.sklo skrng smua di pinggir jalan raya nunduk aja main hp.
Saya harap setiap instansi pendidikan melakukan sosialisasi bahaya Brainrot...
SEBENARNYA TOTOK PERLU DI HAPUS NEGARA,BIAR ANAK MUDA LEBIH KONSENTRASI UNTUK BERAKTIFITAS DENGAN SEHAT GAK PERLU SCROL SAMPAI BER JAM JAM,DAN JOGED JOGED YG BGTULAH🎉
Maksudnya tiktok?
Tik tok kituh cing bener nulisteh meh kaharti
tt isisnya bukan cuma hal yang ga berguna spti joged dll, itu tergantung algoritma atau gmn dn apa yg kamu sukai d akun tt mu
😂setuju
Harusnya balance antara belajar menggunakan buku dan menggunakan teknologi (smartphone, tablet, laptop, komputer dan proyektor).
Bukan hanya sistem pembelajaran full teori dan beberapa Guru jarang menerangkan dan hanya beri tugas dan suruh mencatat dari buku paket sampai buku tulis habis lalu di paraf doang. Era digital sekarang malah guru beri tugas dan catatan pakai link pdf melalui WA tapi guru tidak hadir/halangan mengajar/jam kosong.
Dan beberapa tugas di buku ataupun yg diberikan guru ada yang berbeda dari isi materi pembelajaran yang diajarkan guru maupun di buku sebelumnya di beberapa mapel. Alhasil lihat di internet.
Seharusnya materi kurikulum di buku di perbaiki lebih baik dan materi ilmu yang sebelumnya tidak masuk di buku segera dimasukan, agar guru bisa mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan murid. Sediakan fasilitas disekolah untuk pembelajaran praktek.
Seperti di negara maju, fasilitas disediakan negara untuk praktek pembelajaran di sekolah, bukan hanya teori.
Teknologi dipakai untuk belajar menggunakan video visual dari sosial media jadi siswa lebih paham dan mengerti. Jadi bukan hanya beri link soal/catatan. Beri link video praktek pembelajaran (bukan video amatir), contoh pembelajaran matematika, fisika, kimia yang lebih menarik dilakukan dari pada full teori yang dimana teorinya belajar tentang rumus x y sin cos tan π unsur senyawa☠️. Tapi ketika praktek lebih menarik dilakukan. Dan semoga negara memberikan peralatan fasilitas sesuai standar untuk sekolah² Indonesia untuk pembelajaran praktek, dan tidak di korupsi.
Untuk penggunaan sosial media, teknologi software ini ada yang namanya Algoritma. Jadi itu bergantung pada penggunanya. Kita harus bisa mengontrol aplikasi sosmed yang mau kita lihat.
Misal kita mencari/sering melihat video konten² ilmu, ceramah, berita informasi fakta, kiat², tips, dll yang positif. Itu otomatis algoritma akan memberikan video bermanfaat tersebut dihalaman beranda sosial media kita.
Sedangkan kalau kita mencari/sering melihat video joget² betina, porn, berita informasi hoaks, konten giveaway, judi, sound horeg, tes Kodam/zodiak ramalan, konten SDM rendah dll yang negatif. Itu otomatis Algoritma akan memberikan video tidak bermanfaat itu dan merusak diri sendiri ke beranda sosial media kita.
Dan untuk orang awam yang pertama kali download medsos mungkin muncul video negatif tersebut pertama kali, lalu mereka sering lihat dan cari lalu berkelanjutan lah kesesatan. Dan mereka sadar kemudian mereka menyalahkan aplikasi tersebut, padahal Human Error.
Terlihat SDM kita kurang dalam penggunaan benda benda teknologi.
Terlebih lagi orang tua memberikan anaknya menggunakan media sosial tanpa memberi tahu cara penggunaannya yang benar, walupun orang tua tidak tahu cara penggunaannya asal lihat menggunakan komen (tidak semua)
Betul.... Tontonan receh bnyk ditoktok....yg disukai anak muda. Apalagi tontonan yg viral.. semakin disukai keviralannya pdhl ga ada isi..contoh kasus kesedihan paling receh yg disukai😅
Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak bagus, sekali pun hal baik. Oleh karenanya, penting ilmu self menagement.
Tontonan yg tidak baik akan menurunkan daya kognitif, kognitif yg melemah akan menguatkan sisi emosional yg buruk sebalik nya tontonan yg baik akan menaikan daya kognitif, kognitif yg menguat akan memunculkan daya kritis dan saya analisa yg kuat.
Sederhananya adalah substansi menguatkan daya akal sedangkan sensasi melemahkan akal.
Lagi lagi kita bicara tentang pendidikan dan manejemen teknologi dan informasi. Dua hal ini menjadi tugas Mentri pendidikan bgmn iya menciptakan sistem atau formula pendidikan. Dan Kominfo bgmn memanejemen media dan teknologi.
Yuk kita framing kembali, memberikan awards dan apresiasi kepada yang benar2 memberi inspirasi dari prestasi, walaupun pengikutnya sedikit, supaya sesuatu yang selayaknya dengan berbagai pertimnangan ditempatkan di posisinya, bukan hanya yang kena persepsi satu pihak dan judgement netizen. Supaya anak cucu kita notice,
Alhamdulillah anaku di pondok tidak diperbolehkan pegang hp.dan sbg ortu aku membatasi anaku hanya 1jam atau lebih sehabis belajar.bekal agama sangat penting utk menyeleksi apa yg ditonton
Judul video ini : "Brain Rot Mengintai Gen Z"
Brain Rot timbul karena durasi mengakses konten yang berlebihan.
Hal ini sebenarnya bukan mengintai Gen Z saja, tapi brain rot sudah berpola user get user dan hampir mendekati pola fractal.
Sebaiknya orangtua, guru dan generasi sebelumnya harus segera menyadari bahwa tidak sedikit juga yang sudah dalam kondisi brain rot.
Jika tidak, maka masalah Brain Rot ini menjadi biasa biasa saja, dan pada akhirnya dampak2 negatif yang muncul seperti adanya perundungan, peyimpangan pola pikir dan perilaku, munculnya tabiat2 yang tidak sesuai norma bahkan adab.
Peran frequensi yang diterima dari android atau sejenisnya juga sangat mendukung timbulnya Brain Rot. Seperti penyedap masakan yang akan menambah nafsu makan.
Byk hal-hal salah dianggap benar, banyak permainan logika yg tidak penting, justru di anggap penting. Secara jangka panjang akan menurunkan kualitas generasi kita secara drastis
Cara belajar jaman 70 an, membuktikan hasil yang mmumpuni, dilihat dari aspek manapun, aspek afektif, psikomotor, maupun kognitifnya. Tapi terkadang selalu dicemo'oh dengan alasan tidak menarik.
Buktinya kita bisa lihat hasilnya ada soekarno, ada habibi, ada gisdur, ada budi oetomo dan lain-lain.
Tapi buku juga sekarang banyak yang pake e-reader. Maksudnya buku, tapi di scan dan dibaca pakai gadget. Itu ada di perpustakaan di daerahku.
Cara bljr tahun 70an emg efektif, tp sumber ilmunya trbatas… contoh : pada tahun 2004 saja sy sgt kesulitan untuk mencari materi artikel/teori tugas penelitian sosial, sy harus k jakarta utk mendapatkan referensi yg reliabelnya.
Yang paling merusak itu konten yang terlalu aneh dan melanggar norma tapi malah dinormalisasikan
Keren penjelasan dan saya juga merasakan apa yg disampaikan Mba Wina keren masukan
Akhirnya ada istilah yang bisa di pake dari keresahan yang saya alami selama ini. Kebijakan pemerintah sangat krusial disini untuk membrantas konten konten sensasi receh yang bisa membuat otak tumpul.
Pengetahuan seperti ini sebaiknya dimasukkan di jam pelajaran BK
Sudah dong.. Tinggal pola asuh support system dari orang tua dan lingkungan nya gimanaa?
@@Cikgu_dancer yg dimaksud mungkin perlu lebih diseriusin lagi di sekolah.
@@Azhani89 klo di sekolahku sudah masuk ke materi dan setiap pembiasaan pagi selalu dibicarakan.. Hanya keluhan dari orangtua itu samaa,, anak dirumah susah untuk dinasehati.. Kenapa susah karena orang tua sendiri pun tidak pernah lepas dari HP
@@Cikgu_dancer alhamdulillah, bagus kalau sudah.. untuk orang tua juga harus diberi penyuluhan hal2 seperti ini, bisa lewat ibu2 PKK atau ketika rapat wali murid, atau jalur lain..
@@Azhani89 yup.. mungkin masuk di materi2 formal jam pelajaran BK
Penguasa yang harus bertanggungjawab untuk menghandle konten-konten yang tak bermutu ini,karena mereka lah yang punya kekuasaan penuh untuk menyelamatkan generasi ini.
Kepada penguasa,tolong lebih serius untuk memperbaiki generasi kita.
Kembalikan sistem UN biar memotivasi anak buat belajar, sistem 10tahun ini, buat anak malas belajar kebanyakan studi banding hasilnya gagal total
Ganti kurikulum yg seperti dulu
Gen z bisa jadi beban orang tua dimasa depan
Bukan "mengintai" tapi udah dari dulu menyerang 🗿☕
Bijaksana dlm bermedia sosial sangat sulit bagi anak anak dan ini perlu kehadiran orang tua mbimbingnya.
Ortu juga terutama sbg ibu ibu muda dari seorang anak misal tdk sedikit yg terjebak media sosial lalai pd keluarganya.
@@aross5183 anak malah di kasih hp. Biar anteng gak rewal . Seakan mengganggu Ortu yg lagi assik . Liat kknten juga😂
Bagusnya jika pemerintah menerapkan dengan tegas aturan tentang pembatasan medsos, memberikan batasan konten2 yang dikonsumsi. Kalau bicara tentang solusi, sebenarnya sederhana saja, ini hanya tentang kesadaran diri dan apakah orang-orang akan melakukan dan bukan hanya memikirkannya saja.
Bukan hanya sosmed sih. Game juga. Ya apapun dari gadget yang membuat adiksi. Perlu diwaspadai.
betul , saya amati sendiri jgnkan anak anak , orang dewasa saja hbs menggunakan hp gampang kehilangan vokus
Setiap masa mempunyai kemajuan sendiri2, dulu sebelum ada buku mungkin org yg membawa buku mengalami hal yg sama. Jadi menurut saya bagaimana kita bisa menyikapi secara benar karna jika kita antipati thd kemajuan maka kita akan bodoh. Kajian brain rot memang menarik tp bukan berarti tiba2 kita hrs berubah total. Yg jelas Lompatan teknologi tdk bisa kita bendung tp sebaiknya kita manfaatkan secara maksimal. Jika misal sosmed itu mempengaruhi jiwa jawabnya sih iya tp setidaknya ada pengetahuan, edukasi, hiburan, dan tidak turun Demo bersilit2.
Sebaliknya pengaruh negatif dan hoax akan dengan sendirinya manusia juga akan semakin paham, jadi semua akan bisa berkembang scr alami, hanya saja jika pemerintah dan masyarakat memahami lalu mengeluarkan konsep yg baik maka itu akan lebih cepat membantu.
8:23 ini dampak nya relate bgtt sih, udah ngerasain sekarang, dan lagi berusaha untuk sembuh. Intinya kita harus selalu aware dengan konten yg kita konsumsi agar tidak berbahaya di mental kita.
Pemerintah mestinya meningkatkan kontrol thd sosialmedia yg cenderung kontennya receh2. Tik tok contohnya
Paling parah sih ditiktok ,soalnya kontenya tidak mengedukasi malah membuat penasaran, dan juga isi komentarnya sungguh bikin emosi, karen akebnayakan candaan tanpa ada informasi yang bermutu
Tutup saja platform media sosial, atau buat filter untuk mendapatkan informasi yang bagus
Ya itu emang ada filternya, cuman yang di filter itu tergantung kesukaan penggunanya. Jadi yang salah ya penggunanya.
@ActuallyNotARobot bener banget
Menurut sy Brain Rot itu adalah penundaan waktu utk melatih otak berfikir, lebih mengutamakan sensasi dri pd subtansi, sehingga kebiasaan medsos dpt menghilangkan realita fakta di lingkungan masyarakat. Contohnya generasi Bocil yg hidupnya menghabiskan waktu di layar gedget ketimbang berintraksi dgn teman sekitarnya 👌
Ya wong gimana , dikasih presiden yang benar benar memperhatikan pendidikan dan pola pikir masyarakat malah pilih calon yang modal gimik dan bansos jangka pendek
ya ayo kita kembali ke buku. hp bikin anak anak sakit mata.
kalau kita sering membaca maka kita cepat hafal.
saya ibu rumah tangga berumur 63 th. karena senang menulis, aku gunakan untuk menulis doa doa di kertas yg lebih lebar, diperbesar, dan di tempel di tembok. agar kalau membaca doa tidak mencari cari lagi ke buku. tinggal lihat di tembok, ada doa apa saja. jadi cepat hafal, sebab sering dibaca.
Gresik, Ahad, 29-21-2024.
Next pilih pemimpin yg smart, santun, wibawa dan taat ibadah, itu kunci menuju indonesia emas, bkn indonesia cemas sep.skrg
Tuh, kalau kita lihat gang, bocah bocah sekarang ini mabar dari jam 8 pagi sampai jam 15 sore
Udah mah anak seneng pake hp, ditambah pembelajaran wajib bawa hp.
Mending kalau anak yang punya keinginan baik, hp dipake hal- hal positif, sebagai guru prihatin lihat kelakuan anak- anak/ remaja sekarang.
Salah satunya menyelamatkan walaupun tidak menjamin 100% adalah anak mondok di pesantren.
Orang tua jadi teladan bagi anak-anak anaknya, perhatikan juga lingkungan temannya.
Dulu sepupu aku suka baca komik sampe larut malem, komiknya dibakar bokapnya.
Ada yg demen main radio cb sampe lupa waktu dimarahin ortu
Ada yg demen nonton video silat bersambung, dimaki ortunya.
Skr hidup mrk ga jelek, ada yg punya chain retail shop, ada yg menikah sama org kaya dan bahagia
Tp ada yg nerd, hobi belajar dan cerdas, berakhir di toko nerusin ortunya 😂
Jd kyknya tiap generasi ortu mengalami culture shock dan hidup itu penuh misteri
Betul. Ada nasib. Tapi efek terlalu byk main atau nonton yg tdk berguan. Otak nya jd bodoh. Apalg klo masih anak anak.
Alhamdulillah saya generasi pemuda akhir 1980 an awal 1990 an , , zaman dengerin radio , putar kaset , dan baca buku adalah hiburan utama ....
Terimakasih taman bacaan , terimakasih Gramedia....
Intinya jk yg ditonton yg receh2 terus menerus aplg sampe addiks, mk mindsetnya jg receh yg akhirnya output nya ( yg brp ucapan dn perbuatan/tindakan ) jd receh jg tdk berkwalitas .
Ya saya juga lama2 pusing, apa lagi pengen scroll2 terus. Ahir nya kadang pekerjaan juga terbengkalai.
Sama kak😢, aslinya juga nyadar kalo itu ga penting, bosenin, ga faedah, tp ntah knapa mau lepas susah..
Tp kita ttp harus berusahaa💪💪
Kalau ini di anggap masalah besar harusnya pemerintah ikut berikan solusi cerdasnya
Ambil langkah cerdas
jangan cuma tergantung pemerintah. misalnya apa coba kamu katakan yg bs dilakukan pemerintah. coba ikut beropini jgn cuma mengeluh.
blur semuanya
Yang paling mudah itu introspelsi diri sih... aku juga sedang berusaha terkait hal ini.
Dulu pemerintah sudah pernah blokir TikTok, media sosial, salah satu sumber brain rot.
@@imm8rtalbukan bergantung, tapi yang punya kuasa buat memfilter emang pemerintah.
Nice information
Peringatan seperti ini perlu diulang dan trs harus berkembang demi mengingat kan untuk anak bangsa
Sejak 5 thn yg lalu tiap ketemu mentri atau anggota DPR sy slalu minta tolong batasi dan atur konten2 medsos tp sampai saat ini blm terlaksana hya janji dan janji sj
Terimakasih daai tv...beritanya bermutu...ini penting
Terutama tentang tersebarnya berita2 yg berbahaya bagi kehidupan akhirat. Itu akan membuat si penonton melakukan hal yang sama seperti berita atau konten.
Terimakasihh DAAI TV atas penjelasannya, mungkin gen z harus mengubah kebiasaan tontonan vdeo youtube atau podcast2 brmnfaat dri pada tik tok, sedikit² bisa d tangani krn kalo lsg mengubah kebiasaan yg mungkin berat spt baca buku trus diskusi pasti akan susah jdi bertahap" aja dluu
selain peran orang tua di sekolah juga harus ada edukasi
Sy sangat2 setuju, Jika konten2 sekarang Harus di filter, sy khawatir utk anak2 sekarang dimasa depan,
Jgn Hanya utk meraup uang yg di fikirkan, Harus memikirkan Secara dampak dr konten2 itu sendiri.
Akan tercifta generasi2 gagal dimasa mendatang sudah terindikasi dari sekarang. Malas, manja, tdk pernah belajar, main HP seharian, buat konten, upload status hal yg wajib,miskin kreativitas, dll
Harus ada aturan tegas pemerintah..dinas pendidikan utk melarang membawa gadget pd siswa.. mengembalikan komunikasi by verbal..misal pengumuman dan grup pembelajaran lwt gadget dihindari utk mengurangi ketergantungan pd gadget
Ya benar kt lebih baik konten2 yang baik2 saja👍👍❤Indonesia🇮🇩
Istilah yang tepat bukan "Konten Receh", sekecil-kecilnya receh masih ada nilai/harga.Istilah yang tepat adalah "Konten Toksik"
Pembawa beritanya keren.! Pertanyaanya sangat padat &berisi.! 👍👍
Analisa ibu ini...mantap.
Terimakasih
Anak usia dini, remaja, bahkan lansia mayoritas kurang mampu merespon era digital. Justru tenggelam dan perlahan rusak dalam kemajuan teknologi. Pemerintah juga tidak melakukan antisipasi terhadap kemajuan digital. Padahal cita citanya Indonesia emas
Iya sih, ditambah sedang nganggur, tiap hari overthinking sambil konsumsi medsos dll. Kemampuan otakku berkurang, gampang lupa, tidak bisa konsisten dll.
yuk Pemerintah batasi penggunaan sosial media, saya sebagai orang tua khawatir dengan generasi masa depan Indonesia
Kadang aneh, ketika anak sekarang disodorkan pengetahuan yang bermanfaat, mereka abai. Tapi ketika melihat sesuatu yang kurang bermanfaat ( horor, trik kamera malah dipercaya magic) mereka suka.
Makanya sebaik nya kalau org Islam sekolahkan anak di sekolah sekolah yang mengajar kan anak ttg agama mulai dari TK,sampai SMA. Sehingga dia memiliki bimbingan yg sesuai.petunjuk agama
Dunia sudah berubah dan akhir zaman semakin dekat persiapkan dengan beramal karena ada kewajiban kepada Allah untuk kebaikan di akhirat nanti..
@@LastingLight-bb1wb sebenarnya dunia teknologi gak bisa di cegah . Memang sudah jaman nya. Namun kebayalakan Masyarakat sulit menyikapinya. Larut ikut di dalam dunia Technology sehingga banyak meninggalkan yg semestinya harus seiring jaman dan tdk boleh di tinggalkan. Terutama
Etika,tatat krama dan budaya sopan santun sejalan. Juga cara belajar tdk bisa di abaykan sesuai yg semestinya berlaku. Cara belajar masa lalu tetap berjalan jaman belajar tecnology perlu di sertakan. Namun tdk seluruhnya.
Seperti saat ini. Sistem belajar lama ternyata lebih baik. Dari pada tecnology.
Ini harus segera di tindak dan di ubah.
Bukan di Indonesia doang brain rot tapi di seluruh dunia, biasanya paling banyak di yt short,Reels ig, tiktok
Skibidi Toilet itu tuh jadi villans utama di semua brain rot
Tanggung jawab pemerintah adl.mmberi contoh tauladan , kesederhanaan, kejujuran, bekerja keras dan peka thd penderitaan rakyat dan mslh yg muncul...niscaya gen z akan segera mencontoh❤
Semoga ALLAH SWT melindungi anak saya dari pengaruh"buruk sosmed😢
Pemerintah harus melarang anak2 dibawah 17 tahun memiliki dan menggunakan HP untuk menghindari kerusakan otak dan mental anak,demi masa depan generasi penerus.
Trmksh, berita yg bagus👍
Harusnya negara hadir untuk melindungi warganya
Pemerintah serba salah..klo dibatasi maka dianggap tidak demokratis
Banyak pengamat bayaran...?
@@igoratamika1208nggak juga lho, bukti kecilnya., situs judol di piara bertahun tahun, sedangkan situs yang bagus malah di blokir sama pemerintah.
terpilihnya gibran jadi orang no2 adalah puncak pembodohan bangsa ini
Bagus materinya.❤❤❤
Memberi batasan pada anak gampang tinggal buat aturan, yang susah itu membuat mereka sadar sendiri akan batasan..