"Mapegat Semaya"
Mapegat berasal dari akar kata ‘pegat’ yang berarti putus, mendapatkan
awalan ma-menjadi ‘mapegat’ berarti memutus. Kata Semaya berarti janji.
Mapegat Semaya memiliki makna memutus ikatan janji. Janji disini
mencangkup kasih sayang atau Rna antara yang meninggal dengan keluarga
yang ditinggalkan. Pada dasarnya hidup kedunia merupakan usaha dalam
memenuhi janji, janji lahir, janji hidup dan janji mati.
Canang pemegatan yang dianalogikan sebagai simbol dari Panca Maha
Bhuta, diletakan dipunggung tangan kiri dengan posisi tertelungkup. Setelah
dilakukan pengastawa canang pemegat kemudian dilempar ke atas diwarnai
dengan riuh sorak kegembiraan yang bermakna keikhlasan keluarga melepas
kepergian dari ia yang diupacarai. Tangan tertelungkup yang berisikan canang
pamegatan mempunyai arti kembalinya Panca Maha Bhuta ke asalnya.
Suasana kegembiraan seketika mengaburkan kesedihan atas kepergian orang
yang dicintai, spirit inilah yang ditransformasikan kedalam ide garapan
Balaganjur ngarap.
Penataan gending pada Balaganjur ngarap tersebut digarap secara
fleksibel dan dinamis sesuai dengan bagian yang sudah ditetapkan. Pengolahan
masing-masing instrumen Balaganjur dengan penataan unsur musik seperti
penataan tempo, jalinan melodi, penyelarasan ritme, menyatukan rasa
dinamika serta daya dukung olah suara vocal mengisrayatkan bahwa
Balaganjur ngarap dengan energy atau gaungnya memberikan suasana
semangat dan gembira terjalin kepada sanak saudara dan kerabat dengan rasa
kebersamaan, spirit kegembiraan dan rasa iklhas menghantarkannya menuju
tempat peristirahatan terakhir, Sunia Loka.
Konseptor : I Made Gede Wira Bhuana Putra
Penata Tabuh : Putu Dicky Ariyana
Penyaji Karya : Gita Widya Kencana