Sebenarnya bisa saja MRT Jakarta menggunakan lebar sepur 1435mm karena memiliki jalur rel terpisah, namun karena rencana MRT terhubung dengan Stasiun Kampung Bandan dan memiliki dipo di sana membuat MRT Jakarta harus menggunakan lebar sepur 1067mm. Yang disayangkan itu sebenarnya di Aceh dan Sulaweisi. Di Aceh jalan rel jadi terisolasi, menghanbat visi pembangunan jalan rel Trans Sumatera. Sedangkan di Sulaweisi meskipun menggunakan lebar sepur 1435mm namun memiliki loading gauge atau ukuran maksimal kereta yang tidak jauh berbeda dengan lebar seput 1435mm di Jawa. Semoga saja untuk jalan rel di pulau lain yang akan dibangun seperti di Kalimantan dapat menggunakan lebar sepur 1435mm dengan loading gauge lebih besar, sehingga potensi daya angkutnya lebih besar.
Bukannya belum terlambat untuk Aceh dan Sulawesi? Memang benar sudah terbangun, tapi selagi lalu lintas relnya belum ramai, Loading Gauge-nya bisa dibesarkan sehingga punya ukuran yang sama dengan KCIC.
@@asantaraliner betul juga sih, setidaknya kalo lebar kereta tidak bisa lebih lebar masih bisa ditambah panjangnya, mengingat belokan rel 1435mm lebih lebar. Untuk Aceh sendiri, masalahnya bukan hanya loading gauge, tapi terisolasi dengan jalur KA lain di Sumatera. Ini karena rencana jalur KA Trans Sumatera akan menghubungkan jalur KA yang sudah ada, yang lebar gauge nya 1067mm.
Bagi saya, lebar sepur 1067 (mm) lebih cocok untuk area yang berbukit atau bergunung-gunung sebab tidak menghabiskan banyak tempat dan juga berefek pada bobot yang relatif ringan sehingga kereta api mampu melahap dengan mudah, selain itu juga karena tidak lebar, maka biaya juga kecil. Lebar sepur 1435 (mm) cocok untuk kebutuhan kecepatan, kestabilan, dan daya angkut sekali jalan. Karena semakin lebar jarak antar roda maka kereta api akan semakin stabil dan pemerataan beban lebih maksimal. Tapi, efeknya ya tentu di harganya yang tinggi. Bukan opsi bagi negara berkembang seperti Indonesia. Baik 1067 (mm) atau 1435 (mm) yang terpenting adalah bisa terkoneksi satu sama lain guna efektivitas dan efisiensi penggunaan serta loading gauge yang sama agar meminimalisir terjadinya kebingunan dan masalah. Misalnya ya penggunaan bogie yang bisa diatur lebar relnya. Walau ada bogie tersebut, efeknya adalah biaya kereta juga besar, perawatan juga harus lebih teliti, dan juga perancangan kereta yang bisa sesuai untuk digunakan di 2 lebar sepur yang berbeda. Semua kembali pada pertimbangan yang ada.
Jalur NIS Semarang - Jogja dibangun menggunakan 1435 mm, bisa dilihat posisi rel dalam stasiun kereta yang belum direnovasi (Gundih - Salem), khusus Solo Jogja menggunakan dual gauge karena ada NIS dan SS. Lebar 1067 punya keterbatasan di kecepatan dan kenyamanan.
betul dan goyangannya juga bikin pusing sama kalau belok jg miring bgt...dulu sering bolak-balik bandung -jkt, hadeuh malesin bgt, untung skrg udah ada KCIC
@@receptayyperdogan1589 third rail yang pakai narrow gauge itu jarang banget. umumnya pakai standard atau broad gauge. narrow gauge umumnya pakai kabel aliran atas (catenary).
Saya, sebagai pengguna jasa kereta api, kalau boleh berpendapat ya gunakan saja lebar rel standard internasional, meskipun biayanya mahal, namun aman dalam penggunaan. Jika itu dilakukan, maka banyak peron stasiun yang perlu diubah lebarnya,. Ini mungkin yang tidak akan dikerjakan pemerintah karena taruhannya di biaya dan waktu. Saya sangat setuju semua rel kereta api Indonesia menggunakan gauge 1435 mm, aman di kecepatan rendah maupun kecepatan tinggi. Kelak kalau kereta cepat jawa jadi dibuat, pasti menggunakan gauge standar internasional 1435 mm. Majulah kereta api Indonesia.
Dari sini pertanyaan saya terjawab... Kenapa ketika proyek rel ganda Jogja solo, idak membuat gorong gorong atau pondasi jembatan kali opak yang baru.. Ternyata ada 2 jenis lebar rel yang melintas di jalur Jogja solo. Dan ada juga TH-camrs yang berhasil mendapatkan dokumentasi asli pembangunan jembatan tumpang kedua jenis rel di Utara landas pacu bandara Adisucipto Maguwo Jogja. Serta yang ukuran 1435 dibongkar Jepang kirim ke indocina
Ya itu kan hal wajar , yang penting tetap semangat infrastruktur di negara kesatuan republik indonesia tercinta... akhirnya upload lagi, alhamdulillah... Terima kasih kereta nostalgia...
Bisa dibilang perkeretaapian Indonesia merupakan salah 1 warisan kolonial itulah kenapa kereta api di Indonesia jalannya dikanan layaknya mobil dan kereta di Eropa sana 😊
Yup betul. Karena di Belanda kereta jalannya di kanan makanya kereta api kita juga jalannya di kanan. Persinyalan kereta api kita yang pake sistem blok elektro-mekanik juga warisan Belanda. Fun fact: mobil kita jalannya di kiri sebenarnya juga warisan Belanda. Karena sebelum tahun 1906, lalu lintas di Belanda juga jalannya di kiri layaknya Inggris. Tapi ketika Belanda transisi ke jalur kanan pada 1 Januari 1906, koloni²nya (Indonesia dan Suriname) tetap dibiarkan di jalur kiri, hingga sudah merdeka saat ini.
@@bembs0256 kalo ga salah untuk benua Eropa kenapa lajur mobil pindah ke kanan supaya sama lajur trafficnya itulah kenapa hanya Inggris, Cyprus sama Malta yang tetap dikiri dan ketiga negara itu terpisah dari benua Eropa
Kayaknya emang Indonesia kalo buat lintasan rel baru (bukan reaktivasi) lebih milih rel yang lebar nya standar 1435mm, contoh nya kayak lintasan KA Cut Mutia di Aceh, Trans Sulawesi, LRT, dll. kecuali MRTJ yang di mana full kerja sama Jepang
semoga dengan adanya lrt jabodebek, kereta perintis aceh, kereta perintis sulawesi dan kereta cepat jakarta bandung yang menggunakan standar gauge, saya berharap kedepannya lebar rel standar gauge di indonesia semakin banyak dipakai
Pernah denger pembangunan jalur kereta selanjutnya, utamanya di luar pulau Jawa bakal menggunakan lebar 1435mm. Seperti kereta trans Sulawesi. Untuk pulau Sumatera sepertinya akan tetap memakai 1067mm kedepan karena hampir semua jaringan kereta di Sumatera pake 1067mm, hanya Aceh saja yang pake 1435mm
kalau seabad yang lalu mungkin bisa jadi bahan pertimbangan, tapi jaman sekarang sudah tidak ada alasan yang relevan lagi untuk pakai kereta jalur kecil mainan anak-anak. Volume angkut besar (juga safe dan nyaman), jauh lebih dibutuhkan, lebih penting juga urgen, dibandingkan dengan segi biaya pembangunannya.
Cara upgrade lebar sepur itu gmn sekiranya tdk mengganggu perjalanan KA yg masih pakai 1067? Misal diupgrade dari ujung timur Jawa (stasiun ketapang). Biaya memang tak jadi masalah untuk skrg, tapi operasional kereta itu gmn? Bangun 1 petak jalan aja pasti berbulan-bulan,
Yang jadi masalah sudut belokannya itu beda, tau sendiri jalur kereta di jawa banyak bukit, klo lebar ditambah ke 1435mm bakal banyak yang harus dirombak ulang dan perataan tanah disekitar untuk mengurangi ketajaman sudut saat berbelok butuh waktu lamaa dan jelas kereta yang saat ini beroperasi harus hiatus selama bertahun tahun dulu
@@naneko1356 bener sekali. radius beloknya gauge 1435 lebih lebar. kalo gak diubah radiusnya percuma saja gak bakal meningkatkan kecepatan puncaknya. sebenarnya yang susah itu malah ubah terase di kawasan kota yang sudah terlanjur padat penduduknya. pembebasan lahannya malah bisa lebih besar dibanding bikin trek baru di gunung2.
Perdebatan lebar rel sama tuanya dengan perkeretaapian di Indonesia itu krn 2 hal. Ke 1, biaya. Krn perekonomian kita yg masih blm sempurna. ke 2, pemikiran orang yg berbeda. Pihak yg satu memikirkan hal yg mereka anggap baik, begitu juga dengan pihak lain . Padahal hal seperti ini bisa diambil mudahnya. Tinggal lihat saja peruntukan & kegunaannya. Klo pingin nikung tajam & muatan ringan ya pake sepur sempit, tpi klo pingin bisa lari cepat & muatan berat ya pake sepur standar. Pada dasarnya ya perdebatan yg kayak begini nggak akan selesai krn nggak ada titik temunya.
Akhirnya terjawab sudah pertanyaan saya selama ini. Ternyata dari awal Belanda memang yang membangun lebar sepur 1.067 mm di Indonesia karena konturnya yang ekstrem dan biayanya lebih hemat. Diperparah oleh Jepang yang “merusak” dengan membongkar sepur 1.435 mm yang tersisa menjadi 1.067 mm. Semoga ke depannya Indonesia akan bertransisi ke sepur standar 1.435 mm. Belanda aja sekarang udah pake 1.435 mm, Jepang juga katanya udah ganti ke 1.435 mm buat kereta cepatnya. Semoga Indonesia juga menyusul.
belanda gak pernah ganti gauge. dari pertama bikin pakai standard gauge. jepang juga sama. gauge 1067 masih dominan. layanan jarak jauh mereka gak ganti gauge tapi bikin jalur baru shinkansen pakai standard gauge. jalur yang lama masih tetap ada untuk komuter dan barang.
keunikan perdebatan lebar rel pada masa kolonial ini akhirnya diselesaikan dengan pemasangan rel ketiga pada tahun 1899 sehingga kereta api dengan lebar sepur 1.067 mm maupun 1.435 mm bisa menggunakan rel lintas semarang-vorstenlanden
Kenapa gak pakai 2 jenis 1067 dan 1435 di satu jalur seperti Bangladesh. Tanpa harus membongkar semua 1067 menjadi 1435. Transisi seperti minyak tanah ke gas. 1067 diupgrade jadi 1435 termasuk stasiun, peron, jembatan, trowongan sedikit demi sedikit. Setelah semua menjadi hybrid. Baru dihilangkan 1067. Didahulukan yang konturnya datar dan lurus, baru menyusul yang belokan tajam.
Saya juga kepikiran ide gini mas awalnya. cuma setelah dipikir lagi kayanya bakal susah karena lebar jembatan di jawa itu ngepres buat 1067. kalau dipakaikan 1435 sepertinya gk muat. Mau gk mau semua jembatan harus direnov dan biayanya gk murah. mungkin ini hal ini juga yang jadi pertimbangan mending lanjutin kereta cepat daripada upgrade ke 1435
@@fentanyl9. Betul juga daripada membuang 1067, mending 1067 diperuntukan penuh untuk angkutan logistik (kontainer, batubara, BBM, dan lainnya) dengan rangkain lebih panjang. Sambil tetap membangun 1435 khusus untuk angkutan penumpang dengan kereta yang lebih cepat.
Make 2 ukuran rel di 1 jalur itu lebih dikenal double gaudge, di dunia udh ada yg make, biaya perawatannya super mahal dan rentan sama anjlok ketika ada wesel..
Sudah tepat kalau memakai ukuran 1435 mm untuk keamanan dan kenyamanan jalur lebar otomatis kereta juga lebar lebih mudah untuk memaksimalkan ruangan supaya lebih nyaman jalur lebar lebih mudah untuk meningkatkan kecepatan oprasional karena lebih setabil dan temtu lebih terjamin keselamaran kereta,,, kereta baru jalur baru lebar sepur baru untuk indonesia maju 🇮🇩💪
Preferensi saya: MRT/metro railway yg pakai gauge 1435 mm, radius minimum 300 m, cant total (superelevasi rel + cant deficiency) max. 150 mm, jalan di sepur kiri, diameter dalam terowongan 6~6,5 m. Utk ukuran kereta: lebar kereta 3,15 m, tinggi kereta dari muka atas rel 3,7 m utk body utama, 4,0 m diukur sampai atas unit AC dan 4,1 m sampai atas pantograph, tinggi peron 1,1 m; panjang 1 kereta 16~18 m (3 pintu) atau 20~22 m (4 pintu); wajib pakai pintu emergency detrainment door di ujung depan & belakang kereta. Utk elektrifikasinya pakai overhead catenary 1500 V DC atau third rail bottom contact 1500 V DC (sebagian jalur metro di China pakai elektrifikasi tsb).
🤔.. terlepas bahwa ke-2 std lebar rel di maksud punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.. 🧐.. Pemilihan lebar rel 1435 untuk LRT terasa "ikonik" ajah... kerna secara teknis lebar 1067 sebenarnya cukup untuk LRT jabodebek yg tidak perlu kecepatan tinggi dan mengangkut beban super berat... 😐
Sepur lebar mahal, tp mampu d lewati beban yg lbh berat, mampu menampung br yg lbh banyak, lbh stabil dan bisa buat ngebut, mungkin kl hitungan akhirnya bs jd lebih murah dr sepur sempit..
@@geshamahendra7114 rekayasa bisa dari berbagai macam aspek, bukit bisa di papas dan di bor, lembah bisa di bikin jembatan, teknologi boring sekarang makin canggih dan cepat, teknologi dan system infrastruktur skrg makin canggih dan mudah dilakukan, dan yakin di masa depan makin murah. Teknologi variable gauge juga sudah ada, drpd bongkar semua rel, mending upgrade di lokasi mana yang dibutuhkan naik speed, adjustable, namanya juga ide, mgkn kedepan akan murah dan possible dipakai diterapkan, ga perlu repot mikir gauge yang mana. karena bisa disesuaikan dengan kebutuhan kontur load dll. Teknik2 rekayasa itu banyak dan sangat possible dilakukan, tinggal hitungan ekonomis dan potensi untungnya, proyeksi skala ekonominya kan bisa dihitung, bisa dimodulasi. Untuk hal fasilitas publik kita ngga bisa ngomongin cuan, karena udah pasti panjang balik modalnya, trickle down ekonominya besar itu yang jauh lebih penting.
@@ntznbgzt gak efektif kalo ganti semua rel di jawa dan sumatera. belum lagi ratusan lokomotif dan ribuan gerbong harus diganti ke standar. bisa habis ratusan triliun. duitnya mending buat bikin jalur baru atau hidupkan jalur2 yang mati.
@@rendrojos8088drpd ubah standar gauge di jawa sumatra sepertinya kita lebih nerima upgrade rell dan sarana prasarana biar kecepatan keselamatan kereta pun bertambah
@@rendrojos8088Lebih setuju begini. Bikin rel baru macam kereta cepat lebih murah dibanding upgrade rel existing. Belum lagi pasti bakal mengganggu jadwal kereta saat ini kalo misalkan upgrade.
Akhirnya setelah sekian lama🤭. Oh iya, menurut saya lebar 1435mm kalaupun diterapkan di Indonesia, ujung2nya juga tetep merepotkan. Disamping kontur tanah yang ekstrim, mungkin perilaku penduduk setempat itulah yang menjadi pertimbangan. Jaman sekarang saja dengan lebar 1067mm banyak terjadi kecelakaan akibat kurang disiplinnya masyarakat kita, apalagi zaman pendidikan belum seperti sekarang😁 Ini pendapat saya lho, sebab seperti yang kita pahami pembangunan infrastruktur Pemerintah Kolonial Belanda selalu memiliki mindset jangka panjang.
Lebih baik indonesia pertahankan 1067 karena biayanya lebih murah, indonesia lebih baik fokus membangun bandara karena indinesia lebih butuh angkutan udara daripada angkutan darat
Udah saatnya berubah, Belanda milih 1067 alasan sebenarnya adalah minim uang bukan alasan landscape indo yang curam, kita butuh ukuran internasional karena kita ingin kecepatan
itu berlaku untuk pulau yang belum ada rel keretanya. kalo pulau yang sudah terlanjur ada pakai 1067mm, sebaiknya tetap pakai itu (jawa+sumatera). karena kalo beda gauge malah gak bisa nyambung sama jalur lama.
@@rendrojos8088 ya kalo memang terlanjur ya sudah gak usah di rubah dan khusus kereta yang macam mrt lrt itu pakai ukuran internasional karena emang punya jalur sendiri
Pake 1067mm aja jga gg pp. Asal pembangunan nya merata dri sabang sampai merauke kalo bisa. Dri pada pake yg 1435mm jdi beda2 menghambat pembangunan, mahal, dan rawan mangkrak. Mending disamain 1067 asal nyambung dri barat ke timur.
ada salah kaprah dengan nyebut 1435mm itu standart "international" karena toh 1067 juga standard "international". btw kenapa susah susah pakai 1435 di LRT yang mana keretanya gak lebih besar dari pada KRL dan MRT yang pakai 1067. dan bahkan yang 1067 bisa lebih cepat dari 1435 di LRT. LRT jepang aja masih pakai 1067. menurut saya sebenarnya LRT di Indonesia pakai 1435 itu bukan karena supaya bisa ngikutin standard international karena 1067 juga banyak dipakai, tapi lebih ke fanatisme pejabat indonesia itu lebih ke eropa. bisa kita lihat dari Inka yang tetap maksa pakai produk eropa walau sering mogok. padahal beberapa tahun sebelumnya udah kerjasama dengan jepang dan hasil keretanya pun gak sebermasalah jika dibanding yg kerjasama dengan eropa
@@arifbudiono3140 mesin listrik/propulsi beli dari CAF (spanyol). bogi+ roda beli dari polandia. china cuma panel bodi doang itu juga dirakit di madiun.
Makanya Jepang itu penjajah sekaligus merusak fasilitas dari Belanda. Udah bagus pakai dari Belanda malah dirusak. Jepang terlalu marukkk...😡 Jepang itu sebenarnya pelit. dibilang alasan efisien😂
Boleh gak ya kalo ada pihak swasta yg mau bikin perusahaan kereta api sendiri. Kayak di Jepang sudah ada 200an perusahaan dan 80% dikelola swasta bukan bumn. Kereta pun bervariasi dan lahan serta lebar rel & jalur di bangun & di operasikan mandiri atau bersama sesuai kesepakatan gitu... seenggak nya kereta lokal dan stasiun2 mati bisa dikelola swasta lah, masih ada banyak kota yg blm terhubung jaringan KAI juga.
@@rendrojos8088 Kayaknya LRT deh bang yg bener swasta. Kalo KCIC joint venture tapi tetep BUMN sedangkan MRT itu dari BUMD Jakarta. Tapi tetep ada campur tangan pemerintah pastinya seperti KA Bandara juga. Tapi tadi tak lihat di UUKA & cipta kerja katanya boleh ada operator KA swasta & gak dibatasi jumlahnya oleh pemerintahan juga, cuma blm ada yg berani masuk kek nya..
Sebagai orang awam "sebegitu hebatnya penghitungan lebar rel sampai satuan mm kenapa ga dipaskan aja ya? misal 1435mm jadi 1500mm atau 1067mm jd 1100mm, kan enak tuh sebutannya dan waktu bikinnya..." 😂
Kalau menurut Anda tidak demikian, silakan dijelaskan di sini, tentu saja dengan data, bukan argumen semata. Bikin respon video juga boleh kok, monggo silakan, kita tunggu rame-rame...
Terima kasih sebelumnya, Anda sudah sudi menanggapi komentar saya. :) Saya sebenarnya tidak memberi opini apa² ttg statement yg saya pertanyakan di video ini. Hanya saja kalau ada argumentasi atau fakta pendukung yg mungkin tidak memungkinkan disajikan di dalam video (krn bisa membuat video jadi terlalu panjang misalnya, atau alasan lain), tautan fakta/argumentasi pendukung bisa dilampirkan di deskripsi, sehingga sratement ybs ada gunanya, apakah jadi inspirasi utk yg sependapat atau jadi titik awal counter-argument utk yg tidak sependapat. Bagaimana kalau Anda saja yg buat video susulan yg berisi argumentasi utk menguatkan statement Anda ? Yang seharusnya tergerak utk mengumpulkan dan menyajikan fakta utk statement² yg Anda buat di video Anda 'kan ya Anda sendiri ? Salam.
gerbongnya doang. mesin listrik dari spanyol (caf). sistem sinyal wireless dari jerman (siemens). bogi dan roda dari polandia. sisanya yang 40% buatan dalam negri (inka, barata, pindad, len, dll).
Maaf bukan maksud bela siapa tapi boleh tahu keuntungan dari masing masing lebar spur dong sekalian kelemahan nya aku g tahu soalnya selain lebar 1067 bagus buat medan yang berkelok
Lebar 1067 mm = biaya konstruksi murah, belokan tikungan lebih tajam, cocok buat daerah pegunungan macam Jawa Barat Lebar 1435 mm = kecepatan kereta bisa di atas 200 km/h, rolling stock berlimpah karena negara2 luar produksi kereta buat rel 1435 mm.
Kelemahannya = 1067 mm = kecepatan max. 160 km/h. Lewat itu kereta selip keluar jalur. Rolling stock kebanyakan cuman Jepang yg bikin 1435 mm = biaya lebih mahal, tikungan gak bisa tajam, lewat pegunungan harus bikin terowongan macam di Swiss. Biaya lagi.
indonesia pola pembangunan transport nya tiru american style yang berbasis jalan tol dan mobil pribadi. makanya moda basis rel jadi terabaikan sejak orde baru. kalo cuma kajian dulu sudah pernah ada rencana elektrifikasi jalur jakarta-surabaya oleh jepang. tapi pemerintahnya tidak tertarik.
@@rendrojos8088 padahal kalau ngirim barang lewat rel bisa menimilasir biaya pengiriman,kerugian karena pencurian atau pemalakan.Semoga kedepannya kereta api di Indonesia bisa di maksimalkan
jaman orba kan Kereta Api dianaktirikan.... karena banyaknya terlibat dengan SBKA yang berafiliasi dengan Sentra Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang berada di bawah pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI). Baru setelah selesai masa orde baru perkeretaapian di indonesia mulai diperhatikan.
@@rendrojos8088hmmmm, kenapa ga ngikutin negara2 eropa barat macem Jerman gitu? Kereta dibangun, tol sma industri otomotif juga punya. Masih sekutu amerika ini kan? Msih heran saya.
kereta cepat jalur sendiri lah ga boleh ada perlintasan kereta, ya kali high speed 300+ kph bisa ada kendaraan nyangkut di perlintasan mengerikan sekali
@@rendrojos8088Inggris kontur nya Dataran Rendah makanya bisa pakai 1435 mm Disini banyak bukit dan jalur gunung, mau taruh dimana dengan lebar 1435 mm
*apakah Polemik cara makan Bubur diaduk & Bubur tanpa diaduk akan berlangsung sama ?* misteri suatu saat dimasa depan ada vidio pake headline Setelah sekian lama akhirnya Cara makan bubur seperti ini...." 😂
Sedang ada kajian untuk meningkatkan kecepatan kereta menjadi 160, soalnya beberapa jalur udah dinyatakan layak untuk kereta semicepat. Sehingga waktu tempuh Jakarta Surabaya via Semarang bisa ditempuh dalam waktu 7 jam
lah elu kemana aja blok ? gak liat lrt palembang ? itu lrt pertama di indonesia. 😁 coba lu liat negara2 tetangga asean. ada gak lrt/mrt nya di kota selain ibukota mereka ? 😁
Lagipula LRT dan MRT di bangun dengan biaya pemodalan asing jika pihak asing mau ngebangunnya di luar Jawa pasti mereka akan memikirkan untung ruginya. Jika menggunakan apbn ya gak cukup. " Kan masyarakat bayar pajak"😂 ya kali uang pajak emangnya gak di bagi bagi buat kepentingan lain? Untuk membangun satu trase jalur dengan jarak 100 km ajah perlu mengeluarkan dana hingga puluhan triliun. Sementara kebutuhan masyarakat masih banyak seperti subsidi BBM, subsidi kesehatan, subsidi pendidikan, subsidi kereta api dan masih banyak. Jadi kalau ngandelin pajak ajah ya gak cukup. Apalagi tabiat orang kaya di Indonesia malas bayar pajak 😂😂😂.
Pemimpin daerah kita mindsetnya masih terlalu car-centric, jadi mereka belum menganggap transportasi umum itu penting. Kota² di daerah juga populasinya gak sepadat Jakarta, jadi mungkin belum butuh adanya MRT/LRT. Walaupun beberapa kota seperti Bandung, Surabaya, atau Medan sebenarnya udah butuh yang namanya transportasi umum massal.
sama kok, di Sumatera yg beda Aceh doank, klo di Indo ada Sulawesi yg beda. sulawesi gpp beda krn blom ada jaringan rel existing. tp klo di sumatera lampung - palembang, sumatera barat dan utara sudah punya rel 1067.
Masih untung belanda memilih lebar rel normal atau narrow, coba kalau lebar yang lain mungkin udah pusing 7 keliling kalau mau memperluas jaringan atau sarana kereta api di Indonesia
Jika gitu maka infrastruktur perkeretaapian Indonesia kalau menggunakan standar gauge maka banyak yang perlu diupgrade seperti 1. Peron stasiun yang kudu diperlebar agar mampu menampung penumpang dengan kapasitas banyak 2. Terowongan, jembatan, dan kanopi disesuaikan dengan lebar rel 3. Dimensi keretanya kudu besar karena menyesuaikan dengan lebar rel-nya 4. Pergantian bantalan rel beserta aksesorisnya yang support untuk trek standar
HARUSNYA SEMUA RELL DIGANTI YG PALING LEBAR SEPERTI INDIA YAITU 1676. BISA BIKIN DOUBLE DEKKER SEPERTI JEPANG ,INDIA. KALO PERLU GUNAKAN SPUR LEBAR SEPERTI PERNAH DI GUNAKAN DI INGGRIS DENGAN LEBAR 2140mm.
@@komeratparewa400 lho, bener kan ? kamu kasih contoh kereta dobel deker jepang. itu kereta sunrise izumo kereta sleepers dobel dek yang pakai gauge 1067mm. beberapa kereta komuter jepang yang juga pakai gauge 1067mm juga punya gerbong dobel dek di trainsetnya.😁
Konstruksi: Adhi Karya, Persinyalan: PT LEN, Rolling stock: PT INKA, Cinanya sebelah mana ya? Coba diterangkan lebih detail, bikin respon video juga boleh...
gerbong lrt nya doang yang buatan china (tedrai). mesin listrik dari spanyol (caf). sistem sinyal wireless dari jerman (siemens). bogi dan roda dari polandia. sisanya yang 40% buatan dalam negri (inka, barata, pindad, len, dll).
Sebenarnya bisa saja MRT Jakarta menggunakan lebar sepur 1435mm karena memiliki jalur rel terpisah, namun karena rencana MRT terhubung dengan Stasiun Kampung Bandan dan memiliki dipo di sana membuat MRT Jakarta harus menggunakan lebar sepur 1067mm.
Yang disayangkan itu sebenarnya di Aceh dan Sulaweisi. Di Aceh jalan rel jadi terisolasi, menghanbat visi pembangunan jalan rel Trans Sumatera. Sedangkan di Sulaweisi meskipun menggunakan lebar sepur 1435mm namun memiliki loading gauge atau ukuran maksimal kereta yang tidak jauh berbeda dengan lebar seput 1435mm di Jawa.
Semoga saja untuk jalan rel di pulau lain yang akan dibangun seperti di Kalimantan dapat menggunakan lebar sepur 1435mm dengan loading gauge lebih besar, sehingga potensi daya angkutnya lebih besar.
Bukannya belum terlambat untuk Aceh dan Sulawesi? Memang benar sudah terbangun, tapi selagi lalu lintas relnya belum ramai, Loading Gauge-nya bisa dibesarkan sehingga punya ukuran yang sama dengan KCIC.
aceh nanti jalur trans sumatera pakai 1067mm. jalur yang 1435mm hanya jadi jalur lokal bireun-lhokseumawe.
@@asantaraliner betul juga sih, setidaknya kalo lebar kereta tidak bisa lebih lebar masih bisa ditambah panjangnya, mengingat belokan rel 1435mm lebih lebar.
Untuk Aceh sendiri, masalahnya bukan hanya loading gauge, tapi terisolasi dengan jalur KA lain di Sumatera. Ini karena rencana jalur KA Trans Sumatera akan menghubungkan jalur KA yang sudah ada, yang lebar gauge nya 1067mm.
@@rendrojos8088 Saya dengar yang di Aceh dibangun oleh perusahaan dari Prancis. Apa tidak bisa di re-gauge saja selagi panjangnya hanya 3 stasiun?
@@rendrojos8088 Begitu ya. Berarti masih ada harapan buat Aceh terhubung dengan daerah lain di Sumatera dengan jalur KA.
Setelah berbulan-bulan tidak update... Akhirnya Kereta Nostalgia kembali juga 👍
Lagi mempersiapkan ide konten baru😮atau rehat sejedak
Bagi saya, lebar sepur 1067 (mm) lebih cocok untuk area yang berbukit atau bergunung-gunung sebab tidak menghabiskan banyak tempat dan juga berefek pada bobot yang relatif ringan sehingga kereta api mampu melahap dengan mudah, selain itu juga karena tidak lebar, maka biaya juga kecil.
Lebar sepur 1435 (mm) cocok untuk kebutuhan kecepatan, kestabilan, dan daya angkut sekali jalan. Karena semakin lebar jarak antar roda maka kereta api akan semakin stabil dan pemerataan beban lebih maksimal. Tapi, efeknya ya tentu di harganya yang tinggi. Bukan opsi bagi negara berkembang seperti Indonesia.
Baik 1067 (mm) atau 1435 (mm) yang terpenting adalah bisa terkoneksi satu sama lain guna efektivitas dan efisiensi penggunaan serta loading gauge yang sama agar meminimalisir terjadinya kebingunan dan masalah.
Misalnya ya penggunaan bogie yang bisa diatur lebar relnya. Walau ada bogie tersebut, efeknya adalah biaya kereta juga besar, perawatan juga harus lebih teliti, dan juga perancangan kereta yang bisa sesuai untuk digunakan di 2 lebar sepur yang berbeda.
Semua kembali pada pertimbangan yang ada.
Jalur NIS Semarang - Jogja dibangun menggunakan 1435 mm, bisa dilihat posisi rel dalam stasiun kereta yang belum direnovasi (Gundih - Salem), khusus Solo Jogja menggunakan dual gauge karena ada NIS dan SS. Lebar 1067 punya keterbatasan di kecepatan dan kenyamanan.
betul dan goyangannya juga bikin pusing sama kalau belok jg miring bgt...dulu sering bolak-balik bandung -jkt, hadeuh malesin bgt, untung skrg udah ada KCIC
@@buupyboopy9306 kalo soal kemiringian di tikungan itu hal yang wajar, rel dibuat miring untuk mengimbangi gaya sentrifugal kereta
lrt palembang satu2nya kereta metro yang pakai gauge 1067mm dan listrik third rail.
LRT Jabodebek dan Jakarta juga sama, pake third rail listriknya
@@receptayyperdogan1589 third rail yang pakai narrow gauge itu jarang banget. umumnya pakai standard atau broad gauge. narrow gauge umumnya pakai kabel aliran atas (catenary).
Saya, sebagai pengguna jasa kereta api, kalau boleh berpendapat ya gunakan saja lebar rel standard internasional, meskipun biayanya mahal, namun aman dalam penggunaan. Jika itu dilakukan, maka banyak peron stasiun yang perlu diubah lebarnya,. Ini mungkin yang tidak akan dikerjakan pemerintah karena taruhannya di biaya dan waktu. Saya sangat setuju semua rel kereta api Indonesia menggunakan gauge 1435 mm, aman di kecepatan rendah maupun kecepatan tinggi. Kelak kalau kereta cepat jawa jadi dibuat, pasti menggunakan gauge standar internasional 1435 mm. Majulah kereta api Indonesia.
Sebenernya untuk peron ga perlu diganti, karena yang diubah cuma lebar rel dan boogie nya saja, rangkaian nya tetap sama
@@AmalIkhlasul tetep aja, lebar rel standar pasti kapasitasnya besar, jadi perlu upgrade sana sini
Dari sini pertanyaan saya terjawab...
Kenapa ketika proyek rel ganda Jogja solo, idak membuat gorong gorong atau pondasi jembatan kali opak yang baru..
Ternyata ada 2 jenis lebar rel yang melintas di jalur Jogja solo.
Dan ada juga TH-camrs yang berhasil mendapatkan dokumentasi asli pembangunan jembatan tumpang kedua jenis rel di Utara landas pacu bandara Adisucipto Maguwo Jogja.
Serta yang ukuran 1435 dibongkar Jepang kirim ke indocina
Akhirnya puluhan tahun rel 1,435 mm hilang dari tanah jawa kembali lagi dengan adanya LRT dan kereta cepat.
Mantap
@khairunnisa1577 1067
@khairunnisa1577 1067 mm
@khairunnisa1577 narrow gouge 1,067 mm sama seperti kereta reguler KRL/kereta jarak jauh di indonesia.
@khairunnisa1577mrt pake 1067
Ya itu kan hal wajar , yang penting tetap semangat infrastruktur di negara kesatuan republik indonesia tercinta... akhirnya upload lagi, alhamdulillah... Terima kasih kereta nostalgia...
Bisa dibilang perkeretaapian Indonesia merupakan salah 1 warisan kolonial itulah kenapa kereta api di Indonesia jalannya dikanan layaknya mobil dan kereta di Eropa sana 😊
Yup betul. Karena di Belanda kereta jalannya di kanan makanya kereta api kita juga jalannya di kanan. Persinyalan kereta api kita yang pake sistem blok elektro-mekanik juga warisan Belanda.
Fun fact: mobil kita jalannya di kiri sebenarnya juga warisan Belanda. Karena sebelum tahun 1906, lalu lintas di Belanda juga jalannya di kiri layaknya Inggris. Tapi ketika Belanda transisi ke jalur kanan pada 1 Januari 1906, koloni²nya (Indonesia dan Suriname) tetap dibiarkan di jalur kiri, hingga sudah merdeka saat ini.
@@bembs0256 kalo ga salah untuk benua Eropa kenapa lajur mobil pindah ke kanan supaya sama lajur trafficnya itulah kenapa hanya Inggris, Cyprus sama Malta yang tetap dikiri dan ketiga negara itu terpisah dari benua Eropa
Bukan Belanda tp VOC. Indonesia br ada di 1945. Sebelum tahun itu blm ada.
@@m5a1stuart83bukan VOC tapi Hindia Belanda, VOC sudah dibubarkandan diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda untuk menguasai tanah Nusantara
Kayaknya emang Indonesia kalo buat lintasan rel baru (bukan reaktivasi) lebih milih rel yang lebar nya standar 1435mm, contoh nya kayak lintasan KA Cut Mutia di Aceh, Trans Sulawesi, LRT, dll. kecuali MRTJ yang di mana full kerja sama Jepang
akhirnya update lagi kereta nostalgia setelah hiatus cukup lama
mantap setelah lama tidak bikin liputan sekali bikin langsung 2 topik lebar rel 1067 mm dan sejarah kereta mewah yang di ganti bogi baru sip👍👍🙏🙏
Senang banget upload lagi Coba Bahas Sejarah loko cc 203
semoga dengan adanya lrt jabodebek, kereta perintis aceh, kereta perintis sulawesi dan kereta cepat jakarta bandung yang menggunakan standar gauge, saya berharap kedepannya lebar rel standar gauge di indonesia semakin banyak dipakai
Pernah denger pembangunan jalur kereta selanjutnya, utamanya di luar pulau Jawa bakal menggunakan lebar 1435mm. Seperti kereta trans Sulawesi. Untuk pulau Sumatera sepertinya akan tetap memakai 1067mm kedepan karena hampir semua jaringan kereta di Sumatera pake 1067mm, hanya Aceh saja yang pake 1435mm
pikir gua sih, kalo di Jawa aja cocoknya 1067, apalagi whole sumateran region, lebih galak sumatera kan pegunungannya
klo di pegunungan standard gauge kurang pas
@@receptayyperdogan1589iya luar Jawa pake 1435mm, karna rumornya juga KCMP INKA mau di prioritaskan buat luar Jawa
Terima kasih banyak sudah menyajikan pengetahuan ini.
Alhamdulillah semoga terus meningkat dan semakin baik👍👍👍👍
Alhamdulillah.. Kereta Nostalgia kembali update, semoga mas admin nya sehat selalu
kalau seabad yang lalu mungkin bisa jadi bahan pertimbangan, tapi jaman sekarang sudah tidak ada alasan yang relevan lagi untuk pakai kereta jalur kecil mainan anak-anak. Volume angkut besar (juga safe dan nyaman), jauh lebih dibutuhkan, lebih penting juga urgen, dibandingkan dengan segi biaya pembangunannya.
Cara upgrade lebar sepur itu gmn sekiranya tdk mengganggu perjalanan KA yg masih pakai 1067? Misal diupgrade dari ujung timur Jawa (stasiun ketapang). Biaya memang tak jadi masalah untuk skrg, tapi operasional kereta itu gmn? Bangun 1 petak jalan aja pasti berbulan-bulan,
negara2 lain yang pakai narrow gauge itu juga banyak. contoh di asean mayoritas narrow gauge.
Yang jadi masalah sudut belokannya itu beda, tau sendiri jalur kereta di jawa banyak bukit, klo lebar ditambah ke 1435mm bakal banyak yang harus dirombak ulang dan perataan tanah disekitar untuk mengurangi ketajaman sudut saat berbelok butuh waktu lamaa dan jelas kereta yang saat ini beroperasi harus hiatus selama bertahun tahun dulu
@@naneko1356 bener sekali. radius beloknya gauge 1435 lebih lebar. kalo gak diubah radiusnya percuma saja gak bakal meningkatkan kecepatan puncaknya.
sebenarnya yang susah itu malah ubah terase di kawasan kota yang sudah terlanjur padat penduduknya. pembebasan lahannya malah bisa lebih besar dibanding bikin trek baru di gunung2.
channel ini keren, lebih edukatif soalnya daripada channel railfans lainnnya
Perdebatan lebar rel sama tuanya dengan perkeretaapian di Indonesia itu krn 2 hal. Ke 1, biaya. Krn perekonomian kita yg masih blm sempurna. ke 2, pemikiran orang yg berbeda. Pihak yg satu memikirkan hal yg mereka anggap baik, begitu juga dengan pihak lain . Padahal hal seperti ini bisa diambil mudahnya. Tinggal lihat saja peruntukan & kegunaannya. Klo pingin nikung tajam & muatan ringan ya pake sepur sempit, tpi klo pingin bisa lari cepat & muatan berat ya pake sepur standar. Pada dasarnya ya perdebatan yg kayak begini nggak akan selesai krn nggak ada titik temunya.
Akhirnya terjawab sudah pertanyaan saya selama ini. Ternyata dari awal Belanda memang yang membangun lebar sepur 1.067 mm di Indonesia karena konturnya yang ekstrem dan biayanya lebih hemat. Diperparah oleh Jepang yang “merusak” dengan membongkar sepur 1.435 mm yang tersisa menjadi 1.067 mm.
Semoga ke depannya Indonesia akan bertransisi ke sepur standar 1.435 mm. Belanda aja sekarang udah pake 1.435 mm, Jepang juga katanya udah ganti ke 1.435 mm buat kereta cepatnya. Semoga Indonesia juga menyusul.
sejarah panjang mengenai lebar gauge ini, dulu aspek politik negara ketika perang dunia lebih kental selain aspek kemudahan manuver.
belanda gak pernah ganti gauge. dari pertama bikin pakai standard gauge. jepang juga sama. gauge 1067 masih dominan. layanan jarak jauh mereka gak ganti gauge tapi bikin jalur baru shinkansen pakai standard gauge. jalur yang lama masih tetap ada untuk komuter dan barang.
@@rendrojos8088 i see, thankyou koreksinya 👍
keunikan perdebatan lebar rel pada masa kolonial ini akhirnya diselesaikan dengan pemasangan rel ketiga pada tahun 1899 sehingga kereta api dengan lebar sepur 1.067 mm maupun 1.435 mm bisa menggunakan rel lintas semarang-vorstenlanden
Kenapa gak pakai 2 jenis 1067 dan 1435 di satu jalur seperti Bangladesh. Tanpa harus membongkar semua 1067 menjadi 1435. Transisi seperti minyak tanah ke gas. 1067 diupgrade jadi 1435 termasuk stasiun, peron, jembatan, trowongan sedikit demi sedikit. Setelah semua menjadi hybrid. Baru dihilangkan 1067. Didahulukan yang konturnya datar dan lurus, baru menyusul yang belokan tajam.
Saya juga kepikiran ide gini mas awalnya. cuma setelah dipikir lagi kayanya bakal susah karena lebar jembatan di jawa itu ngepres buat 1067. kalau dipakaikan 1435 sepertinya gk muat.
Mau gk mau semua jembatan harus direnov dan biayanya gk murah. mungkin ini hal ini juga yang jadi pertimbangan mending lanjutin kereta cepat daripada upgrade ke 1435
bisa kalo pemerintahnya niat dan duitnya ada.
@@rendrojos8088duit pasti ada, rasio utang masih 40%, tinggal tambah utang
@@fentanyl9. Betul juga daripada membuang 1067, mending 1067 diperuntukan penuh untuk angkutan logistik (kontainer, batubara, BBM, dan lainnya) dengan rangkain lebih panjang. Sambil tetap membangun 1435 khusus untuk angkutan penumpang dengan kereta yang lebih cepat.
Make 2 ukuran rel di 1 jalur itu lebih dikenal double gaudge, di dunia udh ada yg make, biaya perawatannya super mahal dan rentan sama anjlok ketika ada wesel..
Sudah tepat kalau memakai ukuran 1435 mm untuk keamanan dan kenyamanan jalur lebar otomatis kereta juga lebar lebih mudah untuk memaksimalkan ruangan supaya lebih nyaman jalur lebar lebih mudah untuk meningkatkan kecepatan oprasional karena lebih setabil dan temtu lebih terjamin keselamaran kereta,,, kereta baru jalur baru lebar sepur baru untuk indonesia maju 🇮🇩💪
Preferensi saya: MRT/metro railway yg pakai gauge 1435 mm, radius minimum 300 m, cant total (superelevasi rel + cant deficiency) max. 150 mm, jalan di sepur kiri, diameter dalam terowongan 6~6,5 m. Utk ukuran kereta: lebar kereta 3,15 m, tinggi kereta dari muka atas rel 3,7 m utk body utama, 4,0 m diukur sampai atas unit AC dan 4,1 m sampai atas pantograph, tinggi peron 1,1 m; panjang 1 kereta 16~18 m (3 pintu) atau 20~22 m (4 pintu); wajib pakai pintu emergency detrainment door di ujung depan & belakang kereta. Utk elektrifikasinya pakai overhead catenary 1500 V DC atau third rail bottom contact 1500 V DC (sebagian jalur metro di China pakai elektrifikasi tsb).
jalan sebelah kiri melanggar undang undang kereta api indonesia. jadi harus sebelah kanan.
@@jokogundul1720 UU perkeretaapian tidak ada pengecualian utk metro line/LRT yg terpisah dari jalur KAI, jadi pingin lobby biar bisa dikecualikan...
@@jokogundul1720 Tapi kalau buat jalur tram, mesti ikut jalan raya (jalan di kiri/left hand traffic) kalau ga salah ya
Akhirnya upload lagi
🤔.. terlepas bahwa ke-2 std lebar rel di maksud punya kelebihan dan kekurangan masing-masing..
🧐.. Pemilihan lebar rel 1435 untuk LRT terasa "ikonik" ajah... kerna secara teknis lebar 1067 sebenarnya cukup untuk LRT jabodebek yg tidak perlu kecepatan tinggi dan mengangkut beban super berat...
😐
Antara ikonik atau biar dapat kemudahan akses sarana.
Tapi dengan syarat TKDN, harusnya memang udah cukup 1067 aja sih 😅
Saluran yg mengedukasi perkeretaapian ...salam sepur
LRT pake 1435 bikin dia pas nikung banyak gesekan, kurang luwes sudut beloknya kalau pakai 1435
Akhirnya upload lagi 🥳
akhirnyaaaaaaaaaàaa .... setelah sekian purnama
Sedap nih selain LRT ada kereta cepat
Akhirnya upload video, dah lama nunggu bang
Akhirnya upload lagi bang lama banget gak upload
Yang ditunggu....
terlepas dari biaya, klo sampe skrng KAI make 1435mm, bisa jadi top speed kereta skrng tembus 160km/jam
kalo hanya 160kpj, negara tetangga yg pake 1000mm juga bisa, lebih ke struktur rel kereta api dan lingkungan sekitarnya yg harus dibenahi
trus knp taspat KAI hanya 120km/jam? @@Hardi129R
Saat ini udh ada planning upgrade jalur rel yg nantinya bisa dipacu 160 KM/H
Tinggal tunggu proses aja nanti
@@FalaDika-xh8tw harus diperkuat struktur relnya dan lingkungan rel harus benar benar steril. tunggu aja, KAI udah ada planing kesana kok
@@FalaDika-xh8tw bongkar jembatan lagi. ganti baru yang bisa mendukung kecepatan 160.
Sepur lebar mahal, tp mampu d lewati beban yg lbh berat, mampu menampung br yg lbh banyak, lbh stabil dan bisa buat ngebut, mungkin kl hitungan akhirnya bs jd lebih murah dr sepur sempit..
tapi masalahnya di indonesia itu konturnya perbukitan dan cenderung meliuk2, lebih lebar berarti butuh radius lengkung yang lebih besar juga
@@geshamahendra7114 rekayasa bisa dari berbagai macam aspek, bukit bisa di papas dan di bor, lembah bisa di bikin jembatan, teknologi boring sekarang makin canggih dan cepat, teknologi dan system infrastruktur skrg makin canggih dan mudah dilakukan, dan yakin di masa depan makin murah.
Teknologi variable gauge juga sudah ada, drpd bongkar semua rel, mending upgrade di lokasi mana yang dibutuhkan naik speed, adjustable, namanya juga ide, mgkn kedepan akan murah dan possible dipakai diterapkan, ga perlu repot mikir gauge yang mana. karena bisa disesuaikan dengan kebutuhan kontur load dll.
Teknik2 rekayasa itu banyak dan sangat possible dilakukan, tinggal hitungan ekonomis dan potensi untungnya, proyeksi skala ekonominya kan bisa dihitung, bisa dimodulasi. Untuk hal fasilitas publik kita ngga bisa ngomongin cuan, karena udah pasti panjang balik modalnya, trickle down ekonominya besar itu yang jauh lebih penting.
@@ntznbgzt gak efektif kalo ganti semua rel di jawa dan sumatera. belum lagi ratusan lokomotif dan ribuan gerbong harus diganti ke standar. bisa habis ratusan triliun. duitnya mending buat bikin jalur baru atau hidupkan jalur2 yang mati.
@@rendrojos8088drpd ubah standar gauge di jawa sumatra sepertinya kita lebih nerima upgrade rell dan sarana prasarana biar kecepatan keselamatan kereta pun bertambah
@@rendrojos8088Lebih setuju begini. Bikin rel baru macam kereta cepat lebih murah dibanding upgrade rel existing. Belum lagi pasti bakal mengganggu jadwal kereta saat ini kalo misalkan upgrade.
Akhirnya setelah sekian lama🤭. Oh iya, menurut saya lebar 1435mm kalaupun diterapkan di Indonesia, ujung2nya juga tetep merepotkan. Disamping kontur tanah yang ekstrim, mungkin perilaku penduduk setempat itulah yang menjadi pertimbangan. Jaman sekarang saja dengan lebar 1067mm banyak terjadi kecelakaan akibat kurang disiplinnya masyarakat kita, apalagi zaman pendidikan belum seperti sekarang😁
Ini pendapat saya lho, sebab seperti yang kita pahami pembangunan infrastruktur Pemerintah Kolonial Belanda selalu memiliki mindset jangka panjang.
Wes mantul
Selamat pagi bg dari Medan👍
Sukses selalu
Bang coba video kereta uap big boy di Amerika serikat
Lebih baik indonesia pertahankan 1067 karena biayanya lebih murah, indonesia lebih baik fokus membangun bandara karena indinesia lebih butuh angkutan udara daripada angkutan darat
Baru tadi saya naikin hehehehe
Sekarang malah ada wacana untuk mengubah lebar rel ke 1437mm lagi
pasti keluar uang yang tidak sedikit. mendang mending duitnya buat reaktivasi jalur lain.
@@rendrojos8088mending bikin jalur baru dengan sepur lebar aja. Gak usah diaktifkan lagi 😂
Udah saatnya berubah, Belanda milih 1067 alasan sebenarnya adalah minim uang bukan alasan landscape indo yang curam, kita butuh ukuran internasional karena kita ingin kecepatan
Dan keselamatan
itu berlaku untuk pulau yang belum ada rel keretanya. kalo pulau yang sudah terlanjur ada pakai 1067mm, sebaiknya tetap pakai itu (jawa+sumatera). karena kalo beda gauge malah gak bisa nyambung sama jalur lama.
@@rendrojos8088 ya kalo memang terlanjur ya sudah gak usah di rubah dan khusus kereta yang macam mrt lrt itu pakai ukuran internasional karena emang punya jalur sendiri
@@agungsatchild8352MRT gak isolated, grand plan nya akan terkoneksi dengan jalur existing
Untuk lanskap pegunungan lebih pas pake 1067, diameter belokan rel bisa lebih kecil.
Seumpama rel di jawa di ubah ke 1435 bagus itu,
Kalau untuk Lintas Koningsplein sampai Batavia NIS sudah di operasikan sejak tahun 1871.
Min bahas CC203 donks😁
1435 mm
LRT
KCIC
KA Mks - Pare2
Infonya tentang jalur sulawesi
Semua Ganti rel Lori bae...
Pakai kereta kelinci... Crutttt ucrut
Sipp
Gasss
Pake 1067mm aja jga gg pp. Asal pembangunan nya merata dri sabang sampai merauke kalo bisa. Dri pada pake yg 1435mm jdi beda2 menghambat pembangunan, mahal, dan rawan mangkrak. Mending disamain 1067 asal nyambung dri barat ke timur.
Sulawesi yang standar gauge belek melihat komen ini: 😐😐😐😐 sungguh gelap
@@user-ml4zy5nr1bspertinya kereta sulawesi bakal stuck disitu2 aja selama masih pake 1435, berhububg kontur sulawesi berbukit2
ada salah kaprah dengan nyebut 1435mm itu standart "international" karena toh 1067 juga standard "international". btw kenapa susah susah pakai 1435 di LRT yang mana keretanya gak lebih besar dari pada KRL dan MRT yang pakai 1067. dan bahkan yang 1067 bisa lebih cepat dari 1435 di LRT. LRT jepang aja masih pakai 1067. menurut saya sebenarnya LRT di Indonesia pakai 1435 itu bukan karena supaya bisa ngikutin standard international karena 1067 juga banyak dipakai, tapi lebih ke fanatisme pejabat indonesia itu lebih ke eropa. bisa kita lihat dari Inka yang tetap maksa pakai produk eropa walau sering mogok. padahal beberapa tahun sebelumnya udah kerjasama dengan jepang dan hasil keretanya pun gak sebermasalah jika dibanding yg kerjasama dengan eropa
Tapi faktanya part2 mekanis produk inka itu kebanyakan dari china, yg eropa bukan parts kereta tapi ke persinyalan dan elektric
@@arifbudiono3140 mesin listrik/propulsi beli dari CAF (spanyol). bogi+ roda beli dari polandia. china cuma panel bodi doang itu juga dirakit di madiun.
Ternyata bordes bagian kereta di ambil dari kepala pembangunan jalur kereta pertama di Indonesia
Om bahas krl dong...
Sedap
di Malaysia basih projek lrt line 3, lrt laluan Shah Alam Malaysia
Kmrn nyobain tp kretanya agak kasar ya jalanya, trus berhentinya jg ga halus
Om dapat fotonya darimana?
1435 punah gara-gara Jepang. Karena semua di ubah jadi 1067
Makanya Jepang itu penjajah sekaligus merusak fasilitas dari Belanda. Udah bagus pakai dari Belanda malah dirusak. Jepang terlalu marukkk...😡
Jepang itu sebenarnya pelit. dibilang alasan efisien😂
Mas tumben uplod lagi 😊
Next bahas stasiun lama yang kini menjadi rumah warga atau kini menghilang
Up
Samarang
Boleh gak ya kalo ada pihak swasta yg mau bikin perusahaan kereta api sendiri. Kayak di Jepang sudah ada 200an perusahaan dan 80% dikelola swasta bukan bumn. Kereta pun bervariasi dan lahan serta lebar rel & jalur di bangun & di operasikan mandiri atau bersama sesuai kesepakatan gitu... seenggak nya kereta lokal dan stasiun2 mati bisa dikelola swasta lah, masih ada banyak kota yg blm terhubung jaringan KAI juga.
KCIC itu termasuk perusahaan swasta karena bentuknya joint venture.
@@rendrojos8088 Kayaknya LRT deh bang yg bener swasta. Kalo KCIC joint venture tapi tetep BUMN sedangkan MRT itu dari BUMD Jakarta. Tapi tetep ada campur tangan pemerintah pastinya seperti KA Bandara juga. Tapi tadi tak lihat di UUKA & cipta kerja katanya boleh ada operator KA swasta & gak dibatasi jumlahnya oleh pemerintahan juga, cuma blm ada yg berani masuk kek nya..
A standard gauge railway has a distance of 56.5 inches (4'-8½”) between the parallel rails
the 1067mm rail standard in Indonesia was the heritage of Dutch Colonization. We Dont use US standard, we pick the EU standard.
@@jonitan76 european standard 1435mm. 😁
@@jonitan76 you mean indische standard gauge ? as explained in the video :D
Sebagai orang awam "sebegitu hebatnya penghitungan lebar rel sampai satuan mm kenapa ga dipaskan aja ya? misal 1435mm jadi 1500mm atau 1067mm jd 1100mm, kan enak tuh sebutannya dan waktu bikinnya..." 😂
Standar UIC-nya begitu
Seminggu upload 3 video dong
0:18 "..dibangun oleh putra-putri terbaik bangsa"
betulkah statement ini ?
atau masih perlu dibubuhi tanda asteriks ?
Kalau menurut Anda tidak demikian, silakan dijelaskan di sini, tentu saja dengan data, bukan argumen semata. Bikin respon video juga boleh kok, monggo silakan, kita tunggu rame-rame...
Terima kasih sebelumnya, Anda sudah sudi menanggapi komentar saya. :)
Saya sebenarnya tidak memberi opini apa² ttg statement yg saya pertanyakan di video ini.
Hanya saja kalau ada argumentasi atau fakta pendukung yg mungkin tidak memungkinkan disajikan di dalam video (krn bisa membuat video jadi terlalu panjang misalnya, atau alasan lain), tautan fakta/argumentasi pendukung bisa dilampirkan di deskripsi, sehingga sratement ybs ada gunanya, apakah jadi inspirasi utk yg sependapat atau jadi titik awal counter-argument utk yg tidak sependapat.
Bagaimana kalau Anda saja yg buat video susulan yg berisi argumentasi utk menguatkan statement Anda ?
Yang seharusnya tergerak utk mengumpulkan dan menyajikan fakta utk statement² yg Anda buat di video Anda 'kan ya Anda sendiri ?
Salam.
Oh saya kira Anda tahu sesuatu, ternyata tidak beropini apa2 walaupun comment Anda jelas beropini. Ya sudah kita cukupkan sekian saja.
Wuuh
LRT jabodebek itu di rancang sama perusahaan kereta api asal china yaitu Tedrail ltd
gerbongnya doang. mesin listrik dari spanyol (caf). sistem sinyal wireless dari jerman (siemens). bogi dan roda dari polandia. sisanya yang 40% buatan dalam negri (inka, barata, pindad, len, dll).
Maaf bukan maksud bela siapa tapi boleh tahu keuntungan dari masing masing lebar spur dong sekalian kelemahan nya aku g tahu soalnya selain lebar 1067 bagus buat medan yang berkelok
Lebar 1067 mm = biaya konstruksi murah, belokan tikungan lebih tajam, cocok buat daerah pegunungan macam Jawa Barat
Lebar 1435 mm = kecepatan kereta bisa di atas 200 km/h, rolling stock berlimpah karena negara2 luar produksi kereta buat rel 1435 mm.
Kelemahannya =
1067 mm = kecepatan max. 160 km/h. Lewat itu kereta selip keluar jalur. Rolling stock kebanyakan cuman Jepang yg bikin
1435 mm = biaya lebih mahal, tikungan gak bisa tajam, lewat pegunungan harus bikin terowongan macam di Swiss. Biaya lagi.
Kenapa ya elektrifikasi jalur kereta di indonesia lambat? Malaysia, india udah punya kereta listrik jarak jauh dari dulu.
Ya jaman orba aja banyak jalur rel yang mati,gimana mau elektrifasi.Kalau dari dulu dilakukan paling sekarang udah ada kereta jarak jauh listrik
indonesia pola pembangunan transport nya tiru american style yang berbasis jalan tol dan mobil pribadi. makanya moda basis rel jadi terabaikan sejak orde baru. kalo cuma kajian dulu sudah pernah ada rencana elektrifikasi jalur jakarta-surabaya oleh jepang. tapi pemerintahnya tidak tertarik.
@@rendrojos8088 padahal kalau ngirim barang lewat rel bisa menimilasir biaya pengiriman,kerugian karena pencurian atau pemalakan.Semoga kedepannya kereta api di Indonesia bisa di maksimalkan
jaman orba kan Kereta Api dianaktirikan.... karena banyaknya terlibat dengan SBKA yang berafiliasi dengan Sentra Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang berada di bawah pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI). Baru setelah selesai masa orde baru perkeretaapian di indonesia mulai diperhatikan.
@@rendrojos8088hmmmm, kenapa ga ngikutin negara2 eropa barat macem Jerman gitu? Kereta dibangun, tol sma industri otomotif juga punya. Masih sekutu amerika ini kan? Msih heran saya.
Pertama... 😊
Lebih baik 1435 karena tidak terlalu sempit. Di dlm kereta
silahkan naik lrt jabodebek. 😁
LRT JABODEBEK gauge 1434 gerbongnya lebih sempit daripada kereta jarak jauh gauge 1067
Di channel Cerita Kereta udah dibahas, di sini dibahas
Rail gauge..kedepannya yg memdukung kereta cepat....bertahap diganti
Apanya yg diganti?
kereta cepat bikin jalur sendiri terpisah. kalau jalur lama sepertinya tidak diganti.
kereta cepat jalur sendiri lah ga boleh ada perlintasan kereta, ya kali high speed 300+ kph bisa ada kendaraan nyangkut di perlintasan mengerikan sekali
1435 cocok untuk willayah continent...1067 utk kepulauan...
inggris negara kepulauan. 😁
@@rendrojos8088ingriss bukan negara kepulauan yg kecil²
Gak juga
@@rendrojos8088Inggris kontur nya Dataran Rendah makanya bisa pakai 1435 mm
Disini banyak bukit dan jalur gunung, mau taruh dimana dengan lebar 1435 mm
Kenapa baru upload bang
*apakah Polemik cara makan Bubur diaduk & Bubur tanpa diaduk akan berlangsung sama ?* misteri
suatu saat dimasa depan ada vidio pake headline
Setelah sekian lama akhirnya Cara makan bubur seperti ini...." 😂
narrow gauge, tiket mahal, ga bisa ngebut, test run 120km/h pada overproud 🫡
Sedang ada kajian untuk meningkatkan kecepatan kereta menjadi 160, soalnya beberapa jalur udah dinyatakan layak untuk kereta semicepat. Sehingga waktu tempuh Jakarta Surabaya via Semarang bisa ditempuh dalam waktu 7 jam
Gua heran mrt sama lrt cuman ada di ibukota di kota lain lainnya gk diterapkan emang negara ini negara Republik jakartanesia
lah elu kemana aja blok ? gak liat lrt palembang ? itu lrt pertama di indonesia. 😁
coba lu liat negara2 tetangga asean. ada gak lrt/mrt nya di kota selain ibukota mereka ? 😁
LRT udh Ada di Palembang
Untuk diluar jawa masih kehambat dengan mobilitas penduduk, mengingat kota" luar jawa belum sepadat kota di Jawa
Lagipula LRT dan MRT di bangun dengan biaya pemodalan asing jika pihak asing mau ngebangunnya di luar Jawa pasti mereka akan memikirkan untung ruginya.
Jika menggunakan apbn ya gak cukup. " Kan masyarakat bayar pajak"😂 ya kali uang pajak emangnya gak di bagi bagi buat kepentingan lain? Untuk membangun satu trase jalur dengan jarak 100 km ajah perlu mengeluarkan dana hingga puluhan triliun. Sementara kebutuhan masyarakat masih banyak seperti subsidi BBM, subsidi kesehatan, subsidi pendidikan, subsidi kereta api dan masih banyak.
Jadi kalau ngandelin pajak ajah ya gak cukup. Apalagi tabiat orang kaya di Indonesia malas bayar pajak 😂😂😂.
udah tau begitu jawa sentris lu masih saja merindukan era suharto sekarang dilanjutkan oleh menantunya prabowo
Pemimpin daerah kita mindsetnya masih terlalu car-centric, jadi mereka belum menganggap transportasi umum itu penting. Kota² di daerah juga populasinya gak sepadat Jakarta, jadi mungkin belum butuh adanya MRT/LRT. Walaupun beberapa kota seperti Bandung, Surabaya, atau Medan sebenarnya udah butuh yang namanya transportasi umum massal.
bang kemana aja lama gk upload
Bertapa, banyak literatur yg harus dibaca 😄
lrt baru tau lebar 1435 knp g 1065 seperti Batavia + buiten zorg
1,435 memang gak bisa nikung terlalu tajam
KAUI KAI KRLI LRTI MRTI KERETAH MONOREL INDONESIA 🇮🇩 KCIC 2023
gauge lebar tapi lebar sarana/kereta sama dengan gauge 1067. Kok rasanya eman eman.
Tapi kenapa lebar rel di Jawa dan di Sumatera itu berbeda?
sekolah lagi yang rajin.
sama kok, di Sumatera yg beda Aceh doank, klo di Indo ada Sulawesi yg beda. sulawesi gpp beda krn blom ada jaringan rel existing. tp klo di sumatera lampung - palembang, sumatera barat dan utara sudah punya rel 1067.
Masih untung belanda memilih lebar rel normal atau narrow, coba kalau lebar yang lain mungkin udah pusing 7 keliling kalau mau memperluas jaringan atau sarana kereta api di Indonesia
Mestinya orang waras akan ikut ukuran internasional
Jika gitu maka infrastruktur perkeretaapian Indonesia kalau menggunakan standar gauge maka banyak yang perlu diupgrade seperti
1. Peron stasiun yang kudu diperlebar agar mampu menampung penumpang dengan kapasitas banyak
2. Terowongan, jembatan, dan kanopi disesuaikan dengan lebar rel
3. Dimensi keretanya kudu besar karena menyesuaikan dengan lebar rel-nya
4. Pergantian bantalan rel beserta aksesorisnya yang support untuk trek standar
5. Relnya pake R60 karena load gaugenya spek Eropa yaitu 25 ton max load-nya
HARUSNYA SEMUA RELL DIGANTI YG PALING LEBAR SEPERTI INDIA YAITU 1676.
BISA BIKIN DOUBLE DEKKER SEPERTI JEPANG ,INDIA.
KALO PERLU GUNAKAN SPUR LEBAR SEPERTI PERNAH DI GUNAKAN DI INGGRIS DENGAN LEBAR 2140mm.
itu jepang narrow gauge 1067mm bisa bikin kereta tumpuk / dobel deker.
Jepang 1676? Lu ngawur
@@jokogundul1720
Dul , fahami kalimat demi kalimat ya 😆
@@komeratparewa400 lho, bener kan ? kamu kasih contoh kereta dobel deker jepang. itu kereta sunrise izumo kereta sleepers dobel dek yang pakai gauge 1067mm. beberapa kereta komuter jepang yang juga pakai gauge 1067mm juga punya gerbong dobel dek di trainsetnya.😁
jepang 1067 double decker juga ada, double decker ga harus lebar
Di bangun putra putri bangsa?
Di bangun cina bos! Dia yg untung.
Konstruksi: Adhi Karya, Persinyalan: PT LEN, Rolling stock: PT INKA, Cinanya sebelah mana ya? Coba diterangkan lebih detail, bikin respon video juga boleh...
gerbong lrt nya doang yang buatan china (tedrai). mesin listrik dari spanyol (caf). sistem sinyal wireless dari jerman (siemens). bogi dan roda dari polandia. sisanya yang 40% buatan dalam negri (inka, barata, pindad, len, dll).
Jangan lupakan integrasi sistem dan hardware dari berbagai vendor, ini adalah hal yg sulit dan menantang untuk direalisasikan.
hahaha teriak doang ,gak punya data, tipikal
...
Akhirnya upload lagi