Saksi G30S/PKI Beber Alasan Soeharto Tak Ikut Diculik Cakrabirawa Padahal Pangkatnya Juga Jenderal

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 31 ธ.ค. 2024
  • TRIBUN-VIDEO.COM - Peristiwa pilu G30S/PKI hingga kini masih menyisakan misteri.
    Pasalnya, hingga kini masih muncul hal-hal yang jadi pertanyaan banyak orang dari tragedi G30S itu sendiri.
    Seperti diketahui Peristiwa G30S juga menjadi sejarah kelam bangsa Indonesia.
    Selama bertahun-tahun, negara menekankan peristiwa itu adalah kudeta atau pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
    Dalam peristiwa itu, enam jenderal dan satu perwira pertama TNI AD menjadi korban meninggal.
    Bahkan Ade Irma Suryani, putri Jenderal TNI AH Nasution juga menjadi korban.
    Namun beberapa orang bertanya-tanya, kenapa Soeharto bisa lolos dari pembantaian PKI?
    Setelah peristiwa berdarah itu, tak lama memang Soeharto akhirnya menjadi Presiden Indonesia.
    Seperti yang diketahui, saat peristiwa berdarah itu Soeharto merupakan satu di antara jenderal yang lolos dari penculikan dan pembunuhan dalam peristiwa G30S/PKI
    Soeharto lolos dari penculikan dan pembunuhan yang dilakukan pasukan Tjakrabirawa dalam tragedi G30SPKI.
    Lolosnya Soeharto menimbulkan berbagai teori tentang dalang peristiwa G30SPKI.
    Hingga timbul prasangka yang menduga bahwa Soeharto ikut bagian dalam peristiwa G30S/PKI dan pembantaian ratusan ribu orang yang menyusulnya.
    Mengapa Soeharto tidak ikut diculik dan dibunuh oleh PKI seperti jenderal-jenderal lainnya?
    Salah satu saksi sejarah peristiwa G30S/PKI yakni Blasius Bapa mengatakan, penyebab Soeharto tak masuk dalam daftar penculikan Dewan Jenderal sebenarnya karena Soeharto tak dianggap sebagai ancaman bagi PKI.
    Blasius mengatakan meski saat itu berpangkat jenderal, namun kala itu Soeharti hanya menduduki jabatan sebagai Pangkostrad.
    Soeharto juga dinilai PKI berbeda dengan Dewan Jendral yang identik dengan anggapan sebagai jenderal elit.
    Perbedaan mencolok Soeharto dengan Jenderal lainnya termasuk perihal latar belakang pendidikan.
    Para jenderal korban G30S/PKI hampir semuanya merupakan lulusann pendidikan luar negeri di Amerika Serikat. Sementara Soeharto hanyalah pelajar biasa.
    Background pendidikan di Amerika Serikat juga menjadi faktor lain Dewan Jenderal mendapat sentimen negatif oleh PKI.
    "Karena dia (Soeharto) bukan bagian jenderal-jenderal elit, pendidikan di Amerika. Soeharto tidak," terang Blasius Bapa kepada Tribunnews.com Selasa (19/09/2023).
    Faktor lain, seluruh Dewan Jenderal juga merupakan orang-orang terdekat dan kepercayaan Soekarno. Sementara kala itu Soeharto hanyalah seorang panglima pasukan militer.
    Dari sisi PKI, Blasius juga menilai kedekatan Letkol Untung sebagai pentolan Cakrabirawa dengan Soeharto tak bisa diabaikan begitu saja.
    Soeharto dan Letkol Untung memiliki kedetakan Soeharto menggantikan Gatot Subroto menjadi Panglima Divisi Diponegoro. Untung kala itu juga ditugaskan ke Divisi Diponegoro, Semarang.
    Setelahnya, hubungan Soeharto dengan Untung terjalin lagi saat Soeharto menjabat Panglima Kostrad dan mengepalai operasi pembebasan Irian Barat, 14 Agustus 1962.
    Untung kala itu terlibat dalam operasi yang diberi nama Operasi Mandala. Untung adalah anggota Batalion 454 Kodam Diponegoro, yang lebih dikenal dengan Banteng Raiders.
    Kemudian sebelum peristiwa G30S/PKI meletus, Untung masuk menjadi anggota Cakrabirawa pada pertengahan 1964.
    Dua kompi Banteng Raiders saat itu dipilih menjadi anggota Cakrabirawa. Jabatannya sudah letnan kolonel saat itu.
    Anggota Cakrabirawa dipilih melalui seleksi ketat. Pangkostrad, yang kala itu dijabat Soeharto, yang merekomendasikan batalion mana saja yang diambil menjadi Tjakrabirawa.
    Sementara versi lain menyebutkan bahwa bahwa lolosnya Soeharto dari target penculikan karena ia dinilai sebagai Loyalis Soekarno.
    Kala itu, Presiden Soekarno dan PKI condong ke Uni Soviet dan antibarat.
    Sedangkan Dewan Jenderal diyakini sejalan dengan Amerika Serikat yang ingin menyingkirkan Sukarno.
    Dari keyakinan ini, para perwira militer yang loyal kepada Sukarno bergerak secara diam-diam untuk mencegah kudeta.
    Diantaranya Kolonel Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya), Letkol Untung (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa), dan Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim).
    Mereka mendapat dukungan Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Chusus (BC) PKI yang merupakan badan intelijen PKI.
    Menurut cerita yang beredar, daftar jenderal yang jadi sasaran disusun oleh Sjam bersama para perwira militer.
    Tak adanya nama Soeharto di daftar penculikan karena mereka menilai Soeharto adalah loyalis Soekarno dan merasa berada di pihak yang sama.
    "Kami anggap Jenderal Soeharto loyalis Bung Karno, maka tidak kami jadikan sasaran," kata Latief seperti dikutip dari buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang.
    Latief juga melapor ke Mayjen Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat.
    Langkah mengejutkan ini dilakukan Latief setelah laporannya tak ditanggapi oleh Pangdam Jaya Mayjen Umar Wirahadikusumah dan Pangdam Brawijaya Mayjen Jenderal Basoeki Rachmat.

ความคิดเห็น • 6K