DRAMA KOLOSAL PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945
ฝัง
- เผยแพร่เมื่อ 26 ธ.ค. 2024
- Banyak cara dilakukan untuk memeringati hari Pahlawan. SD Maarif Jogosari Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan, merayakannya dengan menggelar drama kolosal dengan judul “Juang 10 November”. Sebanyak 860 siswa mulai dari kelas 1 hingga kelas 6 dilibatkan dalam pementasan ini. Acara berlangsung seru sepanjang 90 menit di Jumat pagi, tepat pada tanggal 10 November 2023.
Panggungnya bukan panggung biasa. Seluruh halaman sekolah digunakan sebagai arena pertunjukan, mirip teater rakyat terbuka. Adegan demi adegan mengalir yang menggambarkan fragmen perjalanan negeri Nusantara yang kaya sumber alam tetapi senantiasa diincar oleh penjajah seperti Belanda dan Jepang. Ketika sudah merdekapun masih diusik, hingga pecah pertempuran berdarah 10 November 1945 di Surabaya.
“Kami memang tidak ingin ada siswa yang jadi pemain dan ada yang cuma menjadi penonton. Semua siswa harus terlibat. Ini bukan sekedar pementasan drama. Kami menyebutnya sebagai perayaan bersama menyambut hari Pahlawan,” kata Hj. Nurul Khusnaini, S.Pd, Kepala SD Maarif Jogosari Pandaan seusai acara.
Kiranya benar yang diucapkannya itu. Suasana sekolah seolah berubah menjadi zaman perjuangan karena semua siswa mengenakan konstum sesuai peran masing-masing. Ada yang berkebaya, mengenakan seragam Belanda, Jepang, tentu saja ada pejuang yang mengangkat bambu runcing. Tampil sosok Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung karno. Tidak ketinggalan muncul KH Hasyim Ashari yang menyerukan Komando Jihad pada 22 Oktober 1945, yang kelak dijadikan sebagai hari Santri.
Yang menarik adalah propertinya. Sekolah menyiapkan tiga pesawat karton yang diibaratkan sebagai pesawat Dakota milik Sekutu yang sedang berperan menebar pamflet ultimatum. Dalam suara gemuruh pesawat, selebaran berhamburan di langit, lalu puluhan rakyat memunguti pamflet itu. Ternyata isinya, perintah agar TNI dan rakyat Indonesia menyerahkan senjata tanpa syarat.
Adegan menarik juga terjadi saat momen perobekan bendera merah putih biru yang berkibar di salah satu tiang Hotel Yamato. Dengan heroik beberapa siswa yang memerankan sebagai pemuda pribumi memanjat tangga, lalu menurunkan bendera Belanda, membuang warna birunya dan mengibarkan kembali. Sebuah perlawanan simbolis yang gagah berani dengan pertaruhan nyawa dari arek-arek Suroboyo waktu itu.
Pembacaan teks proklamasi oleh Presiden Soekarno, pidato Bung Tomo yang berapi-api, penderitaan rakyat saat kerja rodi, peran santri dan ulama dalam membela negara, hingga taktik perang gerilya kiranya menjadi sederet materi mata pelajaran berharga bagi siswa. Pendidikan sejarah tersaji dalam kemasan drama kolosal yang menarik. Dan mereka terlibat di dalamnya.
“Saya lihat anak-anak antusias sekali. Cukup totalitas saat memainkan peran. Pembelajaran seperti ini pasti akan berkesan bagi anak-anak sampai dia besar nanti. Mereka bisa membayangkan kesengsaraan bangsa yang terjajah, juga merasakan keberanian para pahlawan,” kata Nur Islamiyah, S.Pd.SD guru kelas 6.
Salut kepada Sekolah Inovatif SD Maarif Jogosari Pandaan. Tentu tidak gampang menyiapkan drama dengan pemain massal ratusan siswa itu. Selamat hari Pahlawan!
@cerdasberkarakterkemdikbudri @DitpsdTv @BBPMPJATIM