EXPLORE JAKARTA BUNDARAN HI - KARET VIA MRT JAKARTA

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 3 พ.ย. 2024

ความคิดเห็น • 21

  • @anasplus4241
    @anasplus4241 ปีที่แล้ว +2

    Kerennya MRT itu terasa lebih aman, karena ada sekuritinya. Saya pernah nyaris kecopetan handphone pas turun di koridor keluar halte Transjakarta GBK dekat situ. MRT memang lebih nyaman dan aman menurut saya. Sekarang ada LRT Jabodebek juga.

  • @hazaryaxlroze3214
    @hazaryaxlroze3214 ปีที่แล้ว +1

    Dari vidionya terlihat bagus bersih dan rapi semoga maju terus mrt Jakarta kita sebagai pengguna juga harus menjaga transportasi awam.

  • @muhammadprabukenzie
    @muhammadprabukenzie ปีที่แล้ว +2

    Liput dong aspal yg rusak akibat sumur resapan yg tdk tepat sasaran utk mengurangi banjir ..
    Ada berapa titik jalan yg rusak di jakarta akibat sumur resapan tsb...
    Dan liput dong sodetan kali ciliwung yg baru di resmikan pak presiden yg pembebasan lahan nya tertunda selama 6 tahun,, dan di tuntaskan oleh pj gubernur skrg...

  • @user-uv5ie3xs2b
    @user-uv5ie3xs2b 10 หลายเดือนก่อน +1

    Kenapa tidak ada eskalator / lift untuk turunnya ya ?

    • @bejosport1178
      @bejosport1178 8 หลายเดือนก่อน

      Pintu masuknya bukan cuman 1 aja bro. Ada yg khusus liftnya

  • @Channel_Pendidikan
    @Channel_Pendidikan ปีที่แล้ว +2

    Kalau saya liat nih ya, ada beberapa hal yg membuat kota di Malaysia terlihat lebih rapi.
    Berikut beberapa alasannya:
    Terpusat. Maksud terpusat disini adalah tempat2nya itu terpusat, contohnya tempat makan. Disana tempat makan itu ga ada tempat makan kecil pinggir jalan kaya nasi goreng pinggir jalan, apalagi nasi goreng keliling. Jadi kalau kalian mau makan, biasanya kalian perlu effort jalan/naik kendaraan untuk ke tempat pusat makan/kedai, karena bener2 gak ada makanan dipinggir jalan yg tinggal jalan beberapa langkah ada abang nasi goreng kaya di Indonesia. Tapi ini bisa jadi plus nya Indonesia juga sihh 🤣 nyari apa2 gampang di Indonesia. Kalau di Malaysia ini perlu effort naik kendaraan kalau mau beli makan, naik transportasi umum, dll.
    Traffic jalanannya lebih rapi. Kalau saya amati, jalan2 di Malaysia itu kebanyakan 1 arah dan banyak jalan toll. Ntah kenapa saya rasa gak kaya jalan di Indonesia yg banyak jalan tikus atau asal jadi penghubung. Saya perhatiin di Malaysia hampir ga ada jalan tikus.
    Stasiun transportasi juga rapi. Ga kaya di Indonesia yg mana angkutan umum boleh berhenti dijalan. Di Malaysia ini kalau naik bus itu ya berhentinya di stasiun/pemberhentian bus. Nanti lanjut bisa pakai grabcar ke lokasi tujuan. Ini juga salah satu alasan yg menurut saya menjadikan Malaysia lebih rapi daripada di Indonesia.
    Pembagian wilayah/seksyen (?) agak lupa namanya. Jadi contohnya gini, kalau dri Bandung kota ke Jatinangor itu kan sepanjang perjalanan kita pasti liat abang nasi goreng/pecel lele/ruko/rumah/dll. Jadi ga ada itu space kosong di sepanjang perjalanan. Tapi kalau di Malaysia ini, dri Bandung kota ke Jatinangor itu nanti diperjalanan kanan dan kirinya itu ga ada apa2nya alias kosong. Jadi pusat keramaian manusia dan jalanan bener2 terpisah. Biasanya cuman ada pohon2, swalayan besar atau pom bensin sepanjang perjalanan. Ga ada abang nasi goreng atau pecel lele 😭
    Lahan perumahaan. Saya liat lahan untuk perumahan di Malaysia juga terpusat. Jadi, saya hampir ga pernah liat ada rumah di Malaysia yg dibikin disembarang tempat. Pasti ada wilayahnya sendiri yg untuk pemukiman, bisnis, transportasi, dll.
    Rumah susun. Kalau saya perhatiin, di Malaysia ini setidaknya walau ga ada rumah yg dibangun di sembarang tempat namun ada solusi rumah susun bagi yang kurang mampu.

    • @Channel_Pendidikan
      @Channel_Pendidikan ปีที่แล้ว

      Kalau Anda jalan-jalan ke negeri seberang, sebutlah Singapore dan Malaysia, Anda akan menemukan cukup banyak tempat-tempat wisata yang sebenarnya terdapat juga di Indonesia. Tempat belanja, museum, peninggalan bersejarah, wisata alam, hingga pusat-pusat kuliner semua ada di Indonesia. Bahkan kekayaan wisata negeri kita lebih beragam dibanding dengan kedua negara serumpun itu. Namun, jumlah wisatawan yang berkunjung ke dua negara tersebut lebih banyak setiap tahunnya. Kalau Anda berjalan-jalan di kawasan Bukit Bintang di Malaysia dan Orchard Road di Singapore, Anda akan banyak menemukan wisatawan mancanegara bersileweran di seputar jalanan tersebut. Wisatawan Indonesia juga banyak berkeliaran di kawasan wisata belanja itu. Mereka rela membuang-buang ribuan dollarnya untuk belanja di kawasan tersebut. Padahal barang-barang yang mereka beli di kedua tempat belanja itu juga ada di Indonesia. Tapi mereka lebih senang dan suka belanja di Bukit Bintang maupun Orchard Road. Tadinya saya bingung sendiri kenapa itu bisa terjadi. Saya pikir, dahulu Jakarta adalah tempat belanja yang hebat bila dibanding dengan kota Medan, kota kelahiran saya. Ternyata, Jakarta belum ada apa-apanya dibanding Singapore dan Kuala Lumpur-Malaysia. Padahal, sekali lagi, Jakarta memiliki banyak potensi untuk menjadi pusat belanja kelas dunia. Kenapa? Cuma kata tanya itu yang mengawang di pikiran saya. Akhirnya, pas berkunjung ke Bukit Bintang dan Orchard Road, saya temukan juga jawaban atas pertanyaan saya tadi. Orchard Road, jalan satu arah (one way street) yang tak lebih panjang dari Jalan Thamrin dan Sudirman Jakarta ini menjadi kawasan belanja terkenal di seluruh dunia. Di sepanjang jalan itu, banyak terdapat mal-mal, pusat belanja, pertokoan, hingga kios-kios kecil yang menawarkan banyak barang. Orang yang gila belanja atau shophoholic, Orchard Road akan menjadi surga baginya. Kalau dibanding dengan mal di Jakarta, mal yang terdapat di Orchard Road taklah jauh berbeda. Namun yang menjadi nilai lebih, nilai tambah, dan nilai plus-plus lainnya, Orchard Road jauh lebih unggul. Kenapa? Orchard Road punya banyak kemudahan akses, sistem transportasi yang terpadu, dan sarana yang cukup memanjakan para penggila belanja dan wisatawan. Sistem transportasi yang terdapat di Orchard Road bisa menjangkau hampir seluruh kawasan wisata di seluruh Singapore. Dari Orchard Road kita bisa menjangkau Marina Bay, Little India, China Town, Merlion, Jembatan Rafless, dan tempat wisata lainnya hanya dengan sekali jalan. Mau naik taksi, ayok. Mau naik MRT, ayok, Mau naik bis juga, ayok. Tapi yang lebih asyik ya naik MRT. Jalur MRT terhubung ke seluruh Singapore dengan sekali jalan. Jadi, ongkosnya lebih irit. Semua transportasi itu nyaman dinaiki dan tak perlu berdesak-desakan. Kawasan Orchard Road juga sangat nyaman untuk pejalan kaki. Trotoar sepanjang jalan itu besar dan lebar, senang jadinya kalau berjalan kaki di sepanjang trotoar Orchard Road. Kalau lelah, kita bisa duduk di kursi-kursi panjang yang terdapat di sepanjang jalan Orchard. Bandingkan dengan Jakarta. Janganlah tanya sistem transportasi di ibukota RI itu, pasti banyak tak enaknya. Naik KRL ekonomi dari Depok (daerah tinggal saya) hingga daerah Kota harus penuh dengan perjuangan. Jangankan dapat tempat duduk, berdiri saja susah karena berdesak-desakan. Naik busway juga demikian, awalnya busway itu bisa dijadikan transportasi kebanggaan warga Jakarta. Nyatanya, hingga berjalan beberapa waktu, busway tak lagi nyaman dinaiki. Antrean di halte-halte tertentu selalu panjang karena jumlah transportasi yang minim. Para penumpang harus menunggu lama untuk busway yang akan mereka naiki. Seharusnya, jarak antar-busway berselang sekitar lima menit, jadi para penumpang tak perlu menunggu lama, antrean pun jadi tak harus panjang mengular. Bagaimana dengan transportasi umum lainnya, lebih parah dari itu. Bagaimana dengan trotoar? Trotoar pun tak lebih bersahabat dengan pejalan kaki. Banyak trotoar yang diserobot para pedagang kaki lima dan pengendara motor. Padahal, trotoar di Jakarta tak selebar dan seluas Orchard Road. Orang pun jadi malas berjalan kaki. Rasanya, kaki sangat berat melangkah karena risiko yang akan dihadapi sudah bisa diprediksi. Bagaimana dengan kawasan Bukit Bintang? Berada di kawasan Bukit Bintang di pagi, siang, dan malam hari tetaplah asyik dinikmati. Pagi dan siang kawasan itu tetap ramai dikunjungi para wisatawan dan penggila belanja. Bahkan di malam hari, kawasan Bukit Bintang jadi lebih kelihatan romatis. Tempat-tempat makan seperti cafe, resto, yang digelar di sepanjang jalan itu menjadi incaran para pemburu kuliner. Para pencari cinta dan persahabatan pun tak mau ketinggalan. Di tempat-tempat itu mereka saling bersosialisasi dengan penuh kehangatan dan kenyamanan. Kalau berjalan di sepanjang kawasan Bukit Bintang pas malam hari itu, kita akan melihat dan merasakan kehangatan dan kenyamanan tersebut. Membandingkan kawasan Bukit Bintang di Kuala Lumpur-Malaysia dengan kawasan serupa di daerah Jakarta membuat hati ini jadi lebih miris. Bukan kita tak punya kawasan yang bisa dijadikan seperti Bukit Bintang dan Orchard Road, kita punya semua itu tapi kita tak pintar mengelolanya. Kalau bisa disebut, pengelola pariwisata kita memang benar-benar impoten. Mereka punya nafsu tapi tenaga kurang. Bukan mereka tak tahu dan tak paham tentang apa yang harus mereka buat untuk industri pariwisata kita. Mereka pasti paham, mereka orang sekolahan yang pasti sudah banyak melakukan studi banding ke negara lain yang punya tempat wisata yang hebat-hebat. Andai mereka cukup cerdas mengelola industri pariwisata di Indonesia, bukan tak mungkin pariwisata kita menjadi lebih hebat dibanding negara lain. Namun, pengandaian itu masih sebatas optimisme, realisasinya tak tahu kapan. Kalau sudah begitu, pantas saya bertanya pada mereka, "Kuala Lumpur Punya Bukit Bintang, Singapore Punya Orchard Road, Jakarta Punya Apa?"

    • @Channel_Pendidikan
      @Channel_Pendidikan ปีที่แล้ว +1

      Dari segi transportasi umum, Kuala Lumpur lebih baik karena banyaknya pilihan public transport seperti LRT, MRT, KTM, monorail, bus, dll. Juga public transport di Kuala Lumpur memiliki rute yang banyak dan menjangkau daerah di luar Kuala Lumpur seperti shah alam, petaling jaya, cyberjaya, bahkan hingga putrajaya.
      Dari segi jalanan kota, Kuala Lumpur juga lebih baik dibanding Jakarta. Di Kuala Lumpur jalanan nya besar-besar dan tertata rapih. Bahkan disini pun sulit membedakan highway dengan toll road.
      Dari segi kendaraan dan lalu lintas pun sangat berbeda. Karena disini pajak mobil murah, jadi lebih banyak mobil dibanding motor. Dan karena masyarakat disini sangat susah untuk mendapatkan license , jadi mereka pun tertib dalam berkendara.
      Dari segi harga bahan bakar, ini yang paling terasa menurut saya🤣. Karena di Malaysia hanya ada bahan bakar oktan 95 dan 97. Dan untuk oktan 95 itu di subsidi pemerintah, bahkan di semua stasiun pom bensin seperti petronas (bumn), shell (swasta), petron (swasta), bph (swasta), maupun caltex (swasta). Harga untuk bahan bakar oktan 95 adalah RM2,05 atau sekitar Rp6.970 per liter nya.
      Dari segi tata kota pun Kuala Lumpur lebih tertata dan rapih dibandingkan Jakarta. Disini pun lebih banyak hunian vertical dibanding landed house. Dan dengar dengar pun banyak kawasan dan landed house yang digusur oleh kerajaan dan dibangunkan hunian vertikal. Tapi kalau di daerah sekitarnya seperti shah alam, petaling jaya, dll masih banyak perumahan.

    • @trailerfilm8012
      @trailerfilm8012 ปีที่แล้ว +2

      @@Channel_Pendidikanbener banget, di indonesia jarang banget ada pedestrian mall kayak orchard road atau bukit bintang, bahkan mungkin ngga ada. Disini pusat perbelanjaanya ngga terintergrasi sama trotoar/transportasi umum, kalau mau ke pusat perbelanjaan kebanyakan pake transportasi pribadi karena akses jalanya yg emang ngga memadai

    • @Channel_Pendidikan
      @Channel_Pendidikan ปีที่แล้ว +1

      @@trailerfilm8012 emang orang kolot ga ngerti shopping street ngertinya shopping mall doang

    • @hazaryaxlroze3214
      @hazaryaxlroze3214 ปีที่แล้ว +1

      Panjang sekali bang komennya boleh dibikin novel, saya dari Singapura juga pernah ke KL liburan ternyata jajaran LRT MRT lebih luas dan panjang dari yg ada di Singapura, Mrt2 laluan Putrajaya saja ada 36 buah stesen, dihrp mrt Jakarta juga nantinya boleh diperpanjangkan lagi mana tau ada rezeki saya juga ingin liburan ke Jakarta terus cuba juga mRtnya.

  • @vinnazhang
    @vinnazhang ปีที่แล้ว

    Ada tuk parkiran motornya?

  • @ahmadalam8661
    @ahmadalam8661 ปีที่แล้ว +2

    Kontenin lagi cfw dong karna katanya rame lagi karna bonge kembali

  • @bayuwijaya222
    @bayuwijaya222 ปีที่แล้ว +1

    mimin gak ikut uji coba lrt jabodebek ?

    • @Aksanation
      @Aksanation  ปีที่แล้ว

      Blm dapat undangannya.. masih antre

  • @arinarin7464
    @arinarin7464 ปีที่แล้ว +2

    Kenapa di indon nak masuk mrt kena scan beg?

  • @dimasjamalullailofficial
    @dimasjamalullailofficial ปีที่แล้ว +1

    Loh! Min Kok Upload Videonya Bukan Tayang Perdana?