Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Setelah kita membahas Bab. 34 sebelumnya yaitu “Wasiat Berbuat Baik Kepada Kaum Wanita” kemudian Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى mambawakan Bab. 35 tentang “Hak Suami Atas Istri”. Dan menariknya pembahasan hak Suami itu setelah pembahasan tentang berbuat baik kepada Istri, dan nanti setelah bicara hak Suami, Bab berikutnya tentang “Nafkah Kepada Keluarga”. Dan hal ini sangat menarik, karena yang menyusun kurikulum Kitab Riyadhush Shalihin ini bukan orang biasa, bukan orang sembarang, ini Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى yang pandangan beliau dalam masalah Fiqh itu Mu'tamad dalam Madzhab Syafi’i atau dijadikan parameter dalam Madzhab Syafi’i secara khusus dan salah satu parameter dalam ilmu fiqh secara umum. Dan lihat sekali lagi bagaimana penyusunannya, bagaimana ‘Wasiat Berbuat Baik Kepada Kaum Wanita’ setelah itu baru bicara tentang ‘Hak Suami’. Ini yang sangat penting, karena ada ucapan menarik dari salah satu nama besar dalam Ilmu, Mahmud Syakir رحمه الله, beliau adalah sejarawan dan penulis berkebangsaan Suriah, ketika beliau memberikan catatan kepada Al Imam Ibnu Jarir ath-Thabari رحمه الله تَعَالَى ketika menjelaskan tentang QS Al-Baqarah. Ketika memberikan catatan atau komentar terhadap kesimpulan Al Imam Ibnu Jarir ath-Thabari رحمه الله تَعَالَى seorang ulama tafsir terbaik dunia, kata Mahmud Syakir رحمه الله bahwa Akhlak yang mulia dan akhlak yang baik punya pengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menyimpulkan hukum, menganalisa sebuah masalah, dalam membaca sebuah persoalan, mengumpulkan data lalu membaca data tersebut kemudian menyimpulkan hukum dari masalah tersebut. Akhlaknya Ibnu Jarir ath-Thabari dan bagaimana level pribadi beliau yang menjaga dirinya dari hal-hal yang rendah itu punya dampak terhadap kesimpulan ini. Dan ini penting khususnya bagi kita penuntut ilmu, khususnya akhlak itu punya pengaruh besar bagaimana kita menyimpulkan, membaca, menganalisa, menyimpulkan hukum sebuah masalah dalam kehidupan. Dan bagaimana mengejawantahkan kaidah ke dalam dunia nyata dan tidak semua orang bisa demikian. Dari sini kita mendapatkan pelajaran besar bahwa untuk berhasil dalam ilmu agama tidak cukup dengan hanya kejeniusan atau kecerdasan, tapi seseorang itu harus memiliki akhlak yang mulia, bagaimana dalam kehidupannya berusaha menjaga dirinya dari hal-hal yang rendah, dari hal-hal yang tidak berqualitas, bukan dari materi tetapi dari value, karena ketika kita menjaga diri dari hal-hal yang buruk, yang rendah baik ucapan, perbuatan akan memberikan atau membantu kita mendapatkan taufik dari Allah, sehingga kita bisa membaca sebuah masalah, problematika, kasus lalu kita bisa memasukkan dalil yang tepat pada kasus tersebut kemudian kita lahirkan sebuah kesimpulan hukum. Jadi proses melahirkan sebuah hukum itu tidak cukup hanya dengan mengandalkan kecerdasan, kejeniusan, hafalan namun harus disandingkan dengan akhlakul karimah. Makanya yang dikatakan para ulama tentang sebagian kelompok yang menyimpang padahal mereka punya kejeniusan dan kecerdasan, kata mereka, ‘Mereka diberikan kejeniusan dan kecerdasan tetapi mereka tidak diberikan kebersihan hati, sehingga menyimpang dan gagal dalam membuat kesimpulan hukum yang tepat’. Dalam redaksi yang lain ulama kita mengatakan, ‘Mereka diberikan kecerdasan tetapi mereka tidak diberikan ilmu yang bermanfaat’ mereka diberikan pemahaman namun pemahamannya tidak memberikan ilmu yang bermanfaat. Lalu apa korelasinya dengan pembahasan kita? Kita tahu bahwa Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى Muwâfaq, bukan hanya diberikan kejeniusan tetapi memiliki akhlak yang mulia, maka itu akan terlihat bagaimana beliau dalam menyimpulkan, bagaimana beliau menyusun urutan dalam setiap Bab nya dan tidak ngasal, namun diberikan taufik oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan apa pesannya? والله أعلم بالصواب dijelaskan bahwa pemimpin sejati atau suami yang shalih atau suami yang bertakwa ia akan menomorsatukan hak istrinya, ia akan memberikan yang terbaik buat istrinya sebelum dia membicarakan hak-hak dia sebagai suami, bahkan sebagian dia tidak akan bicara tentang haknya. Sabda Nabi ﷺ, “Kalian tunaikan hak orang yang menjadi kewajiban kalian, lalu kalian minta hak kalian kepada Allah Tabaraka Wa Ta’ala”. Jadi bagi kita khususnya suami yang berharap menjadi suami yang shalih, baik dan menjadi pemimpin dalam rumahtangganya, pemimpin dalam keluarga maka mulai sekarang polanya harus kita rubah, kita harus focus memberikan yang terbaik lalu kita nomorduakan atau nomortigakan hak kita, karena kita berinteraksi dengan Ahkamul Hakimin, Rabb yang Maha Bijak dalam memutuskan, Rabb yang menyampaikan dalam hadits Kudsi, “Aku telah mengharamkan kezhaliman pada diriku”, tidak mungkin Allah zhalim dan itu Haram hukumnya. Pasti Allah berikan bahkan lebih baik daripada yang kita lakukan. Lalu tanamkan mental ini dalam setiap lingkungan kita ketika kita menjadi pemimpin, focus memberikan yang terbaik dan tidak perlu terlalu menuntut hak. Makanya ada kaidah mengatakan, ‘Orang-orang mulia itu tidak mengambil, menuntut semua’. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Sabtu, 23 Dzul Hijjah 1443 AH/23 Juli 2022 M Ahida Muhsin
Mencari topik ini karena ingin mendalami tentang hak suami yg harus saya (istri) tunaikan. Tapi malah akhirnya nangis2 mendengarkan penjelasan ustad karena karakter suami yg disebutkan ustad adalah apa yg ada di dalam diri almarhum ayah saya
Semoga Allah memberikan keselamatan, rahmat dan barokah untuk Ustadz Nuzul Dzikri, Imam Nawawi, dan Kaum Muslimin Pembahasan Hak suami setelah berbuat baik kepada Istri, setelah itu Nafkah ke keluarga. Muhmud syaqir memberikan catatan kepada Ibnu Jarir At Thabari tentang kesimpulan sebuah ayat Al-Baqoroh “Akhlak yang mulia punya pengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menyimpulkan sebuah hukum” (Dalam mengumpulkan data, menganalisa data, lalu menyimpulkan data) Akhlaknya Ibnu Jarir At Thabari yang menjaga dirinya dari hal-hal yang rendah punya dampak terhadap kesimpulan ini.” Untuk berhasil dalam ilmu agama tidak cukup dengan kejeniusan tapi harus memiliki akhlak yang mulia dan menjaga dirinya dari hal-hal yang rendah (receh, tidak berkualitas). Karena penjagaan diri baik ucapan, perbuatan akan membantu kita mendapatkan taufiq dari Allah, sehingga kita bisa membaca sebuah masalah lalu memasukkan dalil yang tepat di kasus tersebut lalu menghasilkan kesimpulan hukum. “Ada orang yang diberikan kejeniusan tapi tidak diberikan kebersihan hati sehingga menyimpang dalam menyimpulkan hukum” “Mereka diberikan kecerdasan tapi tidak diberikan ilmu yang bermanfaat” Tahu, mengerti, tapi yang ia ketahui tidak mengubah dirinya. Hafalan sangat penting, tapi jika tidak di support dengan akhlak mulia maka akan mempengaruhi kemampuan menyimpulkan hukum. Kemampuan ini harga mutlak bagi ulama. Imam Nawawi bukan hanya diberikan kejeniusan tapi akhlak yang mulia. Itu akan terlihat ketika beliau menyimpulkan, membuat urutan setiap bab. Pemimpin sejati/ suami yang sholeh ia akan menomorsatukan hak istrinya sebelum ia berbicara hak-hak dia sebagai suami. Bahkan sebagian ia tidak berbicara haknya. “Kalian tunaikan hak orang yang menjadi kewajiban kalian, lalu kalian minta hak kalian kepada Allah” Sabda Nabi Karena orang beriman yakin, Allah tidak mungkin mendzolimi hamba-hambanya. Pasti diberikan, jika tidak di dunia maka diakhirat. Maka buat apa mereka memusingkan hak mereka. Bahkan Allah bisa kasih lebih baik dari apa yang kita lakukan dan itu tidak perlu diragukan sebagai Nash. وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ… “…..Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Q.S. AN-Nahl:97 Jadi fokus beri yang terbaik untuk istri dan anak-anak. Tidak perlu terlalu menuntut hak. Kaidah “Orang-orang mulia itu tidak mengambil semua (tidak menuntut semuanya)” Kalau mengambil setengah, sedikit. Karena ia tahu Rabbnya tidak mungkin menyia-nyiakan kebaikan dirinya, apalagi mendzoliminya.
masyaalloh mulianya pesan ini ustadz,, terharuuuuuuu.... sy menunggu rincian hak2 tersebut tapi jawabannya adalah masyalloh... sebaik2 balasan adalah balasan dr alloh..benar2 pesan yg dalam untuk para suami
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Setelah kita membahas Bab. 34 sebelumnya yaitu “Wasiat Berbuat Baik Kepada Kaum Wanita” kemudian Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى mambawakan Bab. 35 tentang “Hak Suami Atas Istri”. Dan menariknya pembahasan hak Suami itu setelah pembahasan tentang berbuat baik kepada Istri, dan nanti setelah bicara hak Suami, Bab berikutnya tentang “Nafkah Kepada Keluarga”. Dan hal ini sangat menarik, karena yang menyusun kurikulum Kitab Riyadhush Shalihin ini bukan orang biasa, bukan orang sembarang, ini Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى yang pandangan beliau dalam masalah Fiqh itu Mu'tamad dalam Madzhab Syafi’i atau dijadikan parameter dalam Madzhab Syafi’i secara khusus dan salah satu parameter dalam ilmu fiqh secara umum. Dan lihat sekali lagi bagaimana penyusunannya, bagaimana ‘Wasiat Berbuat Baik Kepada Kaum Wanita’ setelah itu baru bicara tentang ‘Hak Suami’. Ini yang sangat penting, karena ada ucapan menarik dari salah satu nama besar dalam Ilmu, Mahmud Syakir رحمه الله, beliau adalah sejarawan dan penulis berkebangsaan Suriah, ketika beliau memberikan catatan kepada Al Imam Ibnu Jarir ath-Thabari رحمه الله تَعَالَى ketika menjelaskan tentang QS Al-Baqarah. Ketika memberikan catatan atau komentar terhadap kesimpulan Al Imam Ibnu Jarir ath-Thabari رحمه الله تَعَالَى seorang ulama tafsir terbaik dunia, kata Mahmud Syakir رحمه الله bahwa Akhlak yang mulia dan akhlak yang baik punya pengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menyimpulkan hukum, menganalisa sebuah masalah, dalam membaca sebuah persoalan, mengumpulkan data lalu membaca data tersebut kemudian menyimpulkan hukum dari masalah tersebut. Akhlaknya Ibnu Jarir ath-Thabari dan bagaimana level pribadi beliau yang menjaga dirinya dari hal-hal yang rendah itu punya dampak terhadap kesimpulan ini.
Dan ini penting khususnya bagi kita penuntut ilmu, khususnya akhlak itu punya pengaruh besar bagaimana kita menyimpulkan, membaca, menganalisa, menyimpulkan hukum sebuah masalah dalam kehidupan. Dan bagaimana mengejawantahkan kaidah ke dalam dunia nyata dan tidak semua orang bisa demikian. Dari sini kita mendapatkan pelajaran besar bahwa untuk berhasil dalam ilmu agama tidak cukup dengan hanya kejeniusan atau kecerdasan, tapi seseorang itu harus memiliki akhlak yang mulia, bagaimana dalam kehidupannya berusaha menjaga dirinya dari hal-hal yang rendah, dari hal-hal yang tidak berqualitas, bukan dari materi tetapi dari value, karena ketika kita menjaga diri dari hal-hal yang buruk, yang rendah baik ucapan, perbuatan akan memberikan atau membantu kita mendapatkan taufik dari Allah, sehingga kita bisa membaca sebuah masalah, problematika, kasus lalu kita bisa memasukkan dalil yang tepat pada kasus tersebut kemudian kita lahirkan sebuah kesimpulan hukum. Jadi proses melahirkan sebuah hukum itu tidak cukup hanya dengan mengandalkan kecerdasan, kejeniusan, hafalan namun harus disandingkan dengan akhlakul karimah. Makanya yang dikatakan para ulama tentang sebagian kelompok yang menyimpang padahal mereka punya kejeniusan dan kecerdasan, kata mereka, ‘Mereka diberikan kejeniusan dan kecerdasan tetapi mereka tidak diberikan kebersihan hati, sehingga menyimpang dan gagal dalam membuat kesimpulan hukum yang tepat’. Dalam redaksi yang lain ulama kita mengatakan, ‘Mereka diberikan kecerdasan tetapi mereka tidak diberikan ilmu yang bermanfaat’ mereka diberikan pemahaman namun pemahamannya tidak memberikan ilmu yang bermanfaat.
Lalu apa korelasinya dengan pembahasan kita? Kita tahu bahwa Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى Muwâfaq, bukan hanya diberikan kejeniusan tetapi memiliki akhlak yang mulia, maka itu akan terlihat bagaimana beliau dalam menyimpulkan, bagaimana beliau menyusun urutan dalam setiap Bab nya dan tidak ngasal, namun diberikan taufik oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan apa pesannya? والله أعلم بالصواب dijelaskan bahwa pemimpin sejati atau suami yang shalih atau suami yang bertakwa ia akan menomorsatukan hak istrinya, ia akan memberikan yang terbaik buat istrinya sebelum dia membicarakan hak-hak dia sebagai suami, bahkan sebagian dia tidak akan bicara tentang haknya. Sabda Nabi ﷺ, “Kalian tunaikan hak orang yang menjadi kewajiban kalian, lalu kalian minta hak kalian kepada Allah Tabaraka Wa Ta’ala”. Jadi bagi kita khususnya suami yang berharap menjadi suami yang shalih, baik dan menjadi pemimpin dalam rumahtangganya, pemimpin dalam keluarga maka mulai sekarang polanya harus kita rubah, kita harus focus memberikan yang terbaik lalu kita nomorduakan atau nomortigakan hak kita, karena kita berinteraksi dengan Ahkamul Hakimin, Rabb yang Maha Bijak dalam memutuskan, Rabb yang menyampaikan dalam hadits Kudsi, “Aku telah mengharamkan kezhaliman pada diriku”, tidak mungkin Allah zhalim dan itu Haram hukumnya. Pasti Allah berikan bahkan lebih baik daripada yang kita lakukan. Lalu tanamkan mental ini dalam setiap lingkungan kita ketika kita menjadi pemimpin, focus memberikan yang terbaik dan tidak perlu terlalu menuntut hak. Makanya ada kaidah mengatakan, ‘Orang-orang mulia itu tidak mengambil, menuntut semua’.
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Sabtu, 23 Dzul Hijjah 1443 AH/23 Juli 2022 M
Ahida Muhsin
Mencari topik ini karena ingin mendalami tentang hak suami yg harus saya (istri) tunaikan. Tapi malah akhirnya nangis2 mendengarkan penjelasan ustad karena karakter suami yg disebutkan ustad adalah apa yg ada di dalam diri almarhum ayah saya
Semoga Allah memberikan keselamatan, rahmat dan barokah untuk Ustadz Nuzul Dzikri, Imam Nawawi, dan Kaum Muslimin
Pembahasan Hak suami setelah berbuat baik kepada Istri, setelah itu Nafkah ke keluarga.
Muhmud syaqir memberikan catatan kepada Ibnu Jarir At Thabari tentang kesimpulan sebuah ayat Al-Baqoroh
“Akhlak yang mulia punya pengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menyimpulkan sebuah hukum” (Dalam mengumpulkan data, menganalisa data, lalu menyimpulkan data)
Akhlaknya Ibnu Jarir At Thabari yang menjaga dirinya dari hal-hal yang rendah punya dampak terhadap kesimpulan ini.”
Untuk berhasil dalam ilmu agama tidak cukup dengan kejeniusan tapi harus memiliki akhlak yang mulia dan menjaga dirinya dari hal-hal yang rendah (receh, tidak berkualitas). Karena penjagaan diri baik ucapan, perbuatan akan membantu kita mendapatkan taufiq dari Allah, sehingga kita bisa membaca sebuah masalah lalu memasukkan dalil yang tepat di kasus tersebut lalu menghasilkan kesimpulan hukum.
“Ada orang yang diberikan kejeniusan tapi tidak diberikan kebersihan hati sehingga menyimpang dalam menyimpulkan hukum”
“Mereka diberikan kecerdasan tapi tidak diberikan ilmu yang bermanfaat”
Tahu, mengerti, tapi yang ia ketahui tidak mengubah dirinya.
Hafalan sangat penting, tapi jika tidak di support dengan akhlak mulia maka akan mempengaruhi kemampuan menyimpulkan hukum. Kemampuan ini harga mutlak bagi ulama.
Imam Nawawi bukan hanya diberikan kejeniusan tapi akhlak yang mulia. Itu akan terlihat ketika beliau menyimpulkan, membuat urutan setiap bab.
Pemimpin sejati/ suami yang sholeh ia akan menomorsatukan hak istrinya sebelum ia berbicara hak-hak dia sebagai suami. Bahkan sebagian ia tidak berbicara haknya.
“Kalian tunaikan hak orang yang menjadi kewajiban kalian, lalu kalian minta hak kalian kepada Allah” Sabda Nabi
Karena orang beriman yakin, Allah tidak mungkin mendzolimi hamba-hambanya. Pasti diberikan, jika tidak di dunia maka diakhirat.
Maka buat apa mereka memusingkan hak mereka. Bahkan Allah bisa kasih lebih baik dari apa yang kita lakukan dan itu tidak perlu diragukan sebagai Nash.
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ…
“…..Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Q.S. AN-Nahl:97
Jadi fokus beri yang terbaik untuk istri dan anak-anak. Tidak perlu terlalu menuntut hak.
Kaidah “Orang-orang mulia itu tidak mengambil semua (tidak menuntut semuanya)”
Kalau mengambil setengah, sedikit. Karena ia tahu Rabbnya tidak mungkin menyia-nyiakan kebaikan dirinya, apalagi mendzoliminya.
Masya alloh tabarokalloh .wa yubarokalloh fik .akhi👍
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimush sholihaat, jazakumullahu Khairan Katsira Ustadz dan team
Semoga Allah ridha dengan al ustaz Muhammad Nuzul Dzikri, allahumma aamiinn...
Assalamualaikum pak ustadz.jazakallahu khairon buat pak ustadz dan tim
masyaalloh mulianya pesan ini ustadz,, terharuuuuuuu....
sy menunggu rincian hak2 tersebut tapi jawabannya adalah masyalloh... sebaik2 balasan adalah balasan dr alloh..benar2 pesan yg dalam untuk para suami
Jazakumulloh khair ustadz
sungguh kajian ini dalaaammm sekali, masyaalloh... air mata ini tak henti2nya keluar.. jazakalloh khair ustad
BaarakAllahu fiikum ustadz
Bismillah alhamdulilah syukron wa jazakumullih khoiron atas ilmunya ustadz wa yubarokalloh fikum .
Nyimak
barakallahu fiikum
Alhamdulillah
Aku mau nanya kalo ingin ngajuin ke pertanyaan yang masuk ke beliau lewat no mana ya atau Akun mana?
pertanyaan bs disampaikan via WA, nomornya bs dilihat di akun resmi IG atau FB ustadz Muhammad Nuzul Dzikri
cek telegram ustad ada nomer khusus tercantum untuk bertanya bila dibuka sesi tanya jawab saat live
Mau tanya..kalau mau denger kajian tema yg ini lewat audio bisa ga? Apa kajian audio khusus utk live saja?
Bisa di somcloud atau radio muhajir, ukhty
Jazaakillahu khoiron
Di soundcloud baru 754
Spotify bisa kak, biasanya update juga playlist nya
Syukron, jazaakillahu khoiron