Hukum Asuransi | Ustadz Ammi Nur Baits, ST., BA

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 31 ต.ค. 2024

ความคิดเห็น • 31

  • @IbinIbin-i1y
    @IbinIbin-i1y 2 หลายเดือนก่อน

    Nyimak

  • @MediaDakwahSumBar
    @MediaDakwahSumBar 3 ปีที่แล้ว

    Alhamdulillah, terima kasih atas ilmunya ustadz 🙏

  • @ruhulghazali7671
    @ruhulghazali7671 3 ปีที่แล้ว

    subhanallah semoga Allah memberikan ke langgengan dalam pengajian nya👍

  • @agussofyan2047
    @agussofyan2047 ปีที่แล้ว

    Ustad menjelaskan sesuai agama, gk ada kepentingan bisnis asuransi, mau asuransi itu konvensional dan sharia,. Ustad bukan pekerja di lembaga asuransi, ustad jg bukan pemilik asuransi,. Krn asuransi di Indonesia kebanyakan sisi syari'at nya di belakangi lbh kpd target asuransi. Jelas ustad menjelaskan dg gamblang global dunia, bukan patokan dr MUI atau DSN,.

  • @Om_Ichong
    @Om_Ichong 2 ปีที่แล้ว +3

    Assalamualaikum WR. Wb.
    Ustadz sekedar memberikan masukkan terkait alasan haramnya Asuransi dan juga bukan merasa benar ini hanya masukan yang saya lihat penentuan Haramnya Asuransi tidak di barengi pengetahuan Bisnis Asuransi :
    (1). Gharar : antara Iwadh = Muawadh yang tidak sebanding di karena utadz hanya membandingkan antara premi dan besarnya nilai jaminan yg diterima, namun ustadz tidak melihat dari mana Nilai Jaminan yang di berikan sehingga dapat di cover oleh Asuransi Kendaraan. sehingga perlunya lagi untuk menambah pengetahuan terkait premi di kelelo seperti apa, perhitungan nilai jaminan dapat dari mana dan di peroleh dari mana ?..
    (2) Unsur Judi : yang ustadz contohkan bahwa asuransi adalah judi, premi adalah nilai taruhan, klaim adalah nilai kemenangan, sekali lagi pemikiran yang ustadz ambil hanya sekedar perbandingan premi dan nilai jaminan, serta klaim dan tidak klaim, tapi jauh dari pada prinsip asuransi terhadap resiko hanya menjamin 3 resiko : Resiko Finansial, Resiko Murni dan Resiko Partikuler sedangkan yang ustad maksud Resiko Spekulatif : memberikan kemungkinan untung (gain) atau rugi (loss) atau tidak untung dan tidak rugi (break even) itu tidak masuk dalam Resiko yang dapat di asuransikan.
    (3) Unsur Riba : untuk 1 hal ini kami lebih menyarankan asuransi Syariah, namun dalam pengelolan premi terdapat perbedaan anatara Syariah dan Konven, yang mana kekurangan di konven tidak ada Bagi hasil, namun di syariah juga bisa tidak ada bagi hasil jika Nasabah telah mengajukan Klaim. Sehingga sekali lagi contoh perbandingan premi 2 jt dan klaim 10 jt di karena belum mengetahui besaran nilai ganti rugi di dapat dari mana saja. Khusus untuk riba saya ada 1 pertanyaan, Bagaimana dengan org yang mengunakan Rupiah “hasil produck Riba”, sedangkan rupiah diterbitkan bank Indonesia yang merupakan pusat bank Konvensional dan syariah? Mohon dijawab
    (4) menyatakan : memakan harta org lain dengan cara bathil dengan alasan premi hangus dan nilai klaim > premi dan menyatakan Asuransi bukan Jual beli, mungkin untuk Asuransi Jiwa dapat kita katakan ya, namun untuk asuransi kerugian contoh Asuransi Rumah atau kendaraan Obyek pertanggungannya bukankah jelas, bahkan tertuang dalam polis asuransi. Sehingga tuduhan memakan harta org lain dengan cara bathil tidak berdasar.
    (5) Ada kesepakatan yg batil : juga harus di pertanyakan karena contoh yang di berikan juga hanya berkaitan uang hangus atau untung.
    Misal Jika kita perbandingkan antara Iwadh = Muawadh terkait kendaraan yang kita beli maka serasa harga tidak sesuai dengan manfaat kendaraan yang kita dapat. Contoh Motor haraga 20 jt manfaat dari kendaraan, dapat mengantar saya ke tempat kerja, mengahasilkan diatas 20 juta, menghidupi anak istri saya dll. Maka akan terlihat tidak sebanding, dan begitulah untadz membandingkan antara premi dan nilai resiko.
    Sebagai masukkan untuk Bukunya agar lebih baik lagi, agar di pelajari lagi, bagaimana pengelolaan premi asuransi, Penentuan Nilai Resiko, dan dari mana saja Uang Pengantian Resiko itu?
    Mohon Maaf dan Terima kasih.

    • @linuxbyzia5093
      @linuxbyzia5093 2 ปีที่แล้ว

      ingat jgn masuk ke perkara subhat, kalo sudah masuk susah lepasnya, jelas" jumhur ulama udah sepakat haram kok masih ngeyel, dengerin dari awal gak sih, jgn terpaku sama bukunya itu buku di buat udah riset dan sesuai hukum jumhur ulama bukan bikin hukum sendiri, semoga antum dapet hidayah.

    • @Om_Ichong
      @Om_Ichong 2 ปีที่แล้ว +1

      @@linuxbyzia5093 pak ulama masih ada yg bolehkan, kalau kita mau merujuk ke negara mana nih yg dibilang negara Islam, pertanyaannya disana ada asuransi atau tidak? Saya bukan sok tau tentang hukum asuransi, tapi mari lihat dari sisi baiknya, apakah itu bermanfaat ataukah tdk. Asuransi syariah pun, digolongkan haram yah gimana kita tdk bingung kalau seperti itu

    • @linuxbyzia5093
      @linuxbyzia5093 2 ปีที่แล้ว

      @@Om_Ichong kalo ngomongin bolehin jg rokok yang jelas gak ada manfaat nya jg banyak orang ngeles bilang ada manfaat, nah sekarang mah manusia emang gitu ambil hukum sesuai udel nya, padahal udah jelas ada garar di asuransi konvensional mau syariah jg bodo amat kalo ada garar atau yg lainnya ya jadi haram selesai, jadi gak perlu ribet ngapain gak bisa lah menghalalkan suatu hukum cuman karena ada manfaat gak bisa gitu itu namanya subjektif, ingat hadis nabis halal jelas haram jelas dan di ataranya subhat, subhat masuk ke haram.

    • @Om_Ichong
      @Om_Ichong 2 ปีที่แล้ว +1

      @@linuxbyzia5093 mas yg cetak uang rupiah siapa? Bank BI kan, Bank hukumnya apa mas, Haram, riba, pertanyaanya mas mas masih pakai rupiah nggak?

    • @linuxbyzia5093
      @linuxbyzia5093 2 ปีที่แล้ว +2

      @@Om_Ichong nah gw tanya balik deh ada pengganti rupiah gak ni...? kalo gak ada di perbolehkan dalam islam mas bro nama nya darurat belum ada opsi, gw kasih contoh yak biar lo paham, misal lo di hutan gak ada makanan lo mau mati terus lewat tu babi nah itu lo boleh makan tu babi karena ada uzur syari, nah paham kan mengenai rupiah gw tanya ada solusi gak selain rupiah....? kalo gak ada itu termasuk uzur syari yang di perbolehkan di gunakan sebagai alat tukar sampai ada pengganti uang selain rupiah, paham kann.

  • @idasoap7493
    @idasoap7493 8 หลายเดือนก่อน

    Assalamualaikum Pak Ustadz. Saya waktu awal ikut asuransi tidak paham kalo asuransi itu haram. Dan saya ikut bbrapa asuransi yaitu asuransi jiwa dan kesehatan. Dan yang ada di pikiran saya hanya menyimpan uang. Adapun beberapa Asuransi yang saya ikuti ada klaim uang kembali 100 persen bila tidak ada klaim dengan aturan yang berbeda beda dari perusahaan Asuransi tsb. Dan bbrapa asuransi sudah jatuh tempo dan Alhamdulillah uang premium saya sudah kembali sesuai premi yang saya bayar selama ada 5 thn dan 10 thn. Dan masih ada bbrapa asuransi saya lagi yang blm jatuh tempo dan sudah selesai pembayaran premi ,hanya ada 1 asuransi yang byr premi sampai bulan September Thn 2025. Dan saya tanya kalo saya mau tutup polis apakah saya bisa dapat uang premi saya yang sudah saya bayar lunas. Dan jawaban Asuransi sama bila tutup sebelum jatuh tempo makan uang premi saya tidak terima 100 persen. Jadi saya bingung kalo saya tutup awal saya rugi. Bagaimana ini sebaiknya Pak Ustadz?. Mohon pencerahannya. Terimakasih Pak Ustadz 🙏

  • @setyobudiirianto240
    @setyobudiirianto240 ปีที่แล้ว +1

    Asaransi Ada dua, Konvensional Dan syariah. Beda banged antara keduanya, misal akadnya. Coba deh sebelum membahas, cari referensi lewat MUI, dst.

  • @ratnawulanofficial120
    @ratnawulanofficial120 3 ปีที่แล้ว

    mantap

  • @andonalataher2015
    @andonalataher2015 ปีที่แล้ว +1

    Perusahaan asuransi baik konvensional maupun syariah adalah badan hukum yang ingin Untung dan siap rugi
    Wajar untung jika tidak ada
    Wajar rugi jika ada klaim
    Tidak ada orang masuk asuransi karena ingin berjudi tapi bagaimana mengantisipasi resiko, hidup itu menyongsong resiko, nah bagaimana cara nya mengantisipasi resiko ini yakni berasuransi dan ada pihak perusahaan yang siap menerima resiko itu

  • @ranggaarifwibowo4490
    @ranggaarifwibowo4490 3 ปีที่แล้ว

    Assalamualaikum Alhamdulillah nyimak 🙏

  • @FosmaCiputat
    @FosmaCiputat ปีที่แล้ว

    stad, kl pegawai memakai asuransi yg dibayarkan oleh kantor untuk medical check up rutin bagaimana hukumnya yah?

  • @ruhulghazali7671
    @ruhulghazali7671 3 ปีที่แล้ว

    👍👍👍

  • @andonalataher2015
    @andonalataher2015 ปีที่แล้ว

    SAKURAH
    Maaf Ustadz saya rasa ada kesalahan penjelasan Ustadz Kan di sini bukan si A yang meminta si B untuk menanggung TAPI SI B YANG MENAWARKAN DIRI SIAP MENANGGUNG RESIKO

  • @griyasyariahhalal8836
    @griyasyariahhalal8836 ปีที่แล้ว

    Assalamu'alaikum admin, kitab yang dibahas dapat dbeli dimana kah ? di anb store saya cari tidak ada.