Assalamualaikum Wr Wb Alhamdulillah wasyukurillah Selamat buat pengangkatan Prof Mu"ti sbg Mendikdasmen. Sy Sangat bahagia semoga pendidikan, siswa, dan guru mendapatkan Marwahx kembali.
Saya alumni SPG negeri FKIP universitas negeri guru sekolah menengah birokrat pendidikan eselon 3 dan 2 36 tahun mengabdi dan secara teori semua guru dan tenaga kependidikan adalah agen perubahan jadi sangat tidak setuju kalau ada guru penggerak karena semua guru memiliki keahlian dan kewajiban yg sama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti pepatah tukang besi menempah besi tetapi guru menempah bangsa
Guru penggerak adalah untuk meningkstkan kompetensi guru. Jika Guru Penggerak dihapuskan, maka KKN untuk menjadi kepala sekolah...Guru Penggerak sesungguhnya untuk melahirkan pemimpin pendidikan
Kembalikan sistem UN sbg pemacu anak2 dan guru UK LBH giat dlm BPM. Kembalikan penguatan Balai Pendidikan dan Pelatihan Guru seperti dulu secara merata pd semua guru, spy kita semua guru ada peluang untuk LBH baik dan maju bersama. Begitu jg aturan Kepsek diambil dr Guru Penggerak mencederai Guru2 senior yg mgkn bx yg lebih matang dlm hal managerial.
@@kharisae7579 potensi apa???? Muridnya terbiarkan liar... merepotkan guru lain...diberi tugas membina lomba nggak pecus...banyak pandai main aplikasi ... Karena memang dijadikan agen bisnis aplikasi dlm dunia persekolahan ... Potensi apa ??. Secara teori ? Mungkin....tetapi mana mungkin dg masa kerja dan pengalaman perolehan hasil mendidik murid ?
guru pengerak tidak profesional dan tidak bermutu yg di angkat jadi kepala sekolah dan pengawas kebanyakan dari p3k kan tidak punya pengalaman di lapangan.tolong hapus turunkan guru penggerak yg sudah jadi kepala sekolah dan pengawas.yg jadi kepala sekolah adalah senior bukan yunior yg sudah lama mengajar.
Semangat pak, sekecil apapun kompetensi yg dimiliki, pasti ada dampak positif beserta implementasinya. Disadari maupun tidak. Walaupun Guru penggerak dihapus, ilmu dan kompetensinya masih melekat sepanjang hayat. Wajar bila ada segelintir orang yg iri dengan pencapaian tersebut, dikarenakan tidak lolos seleksi.
Bagus sekali bapak, saya sangat setuju dengan pikiran pikiran bapak dan mungkin perlu dikaji juga perlu tidaknya pendidikan itu diotonomi daerah atau kembali ke pusat, agar standart prestasi juga terstandart secara nasional juga.
Guru penggerak kerjanya bergerak kesana sini, tidak fokus mengajar tapi hanya menggerakkan sekolah yang sudah mapan.kerjaanya ya pergi sana sini.mengajarnya kapan murid butuh guru yang mengajar bukan penggerak saja
@MUHAMMADHARISRITONGA-bj8wl 1. Sering meninggalkan kelas dan tidak menitipkan tanggung jawab kelas kpd kep.sek atau guru lain ..sehingga kelas tanpa guru dan murid tahu sendiri 2. Merasa jadi orang penting sehingga menganggap dirinya lebih 3. Pangkat golongan kemarin sore tetapi bergaya menyuruh dan menugasi guru senior 4. Merasa calon kep.sek...terkadang mengambil alih wewenang Kep.sek definitif sehingga timbul dualisme kepemimpinan 5. Lupa pada sikap "unggah ungguh" terhadap orang yang lebih tua .. Itu sebagian kecil. Jika demikian...apa yg terjadi di lingkungan sekolah itu ? Pada kenyataannya mereka direkrut bukan atas dasar jiwa Pancasila tetapi ke kemampuan teoritis...
apa yang salah??????? 1. Modul 1 Guru Penggerak Modul 1 Guru Penggerak berjudul “Paradigma dan Visi Guru Penggerak”. Capaian pembelajaran dari materi ini ialah agar Calon Guru Penggerak mampu melaksanakan strategi sebagai pemimpin pembelajaran. Selain itu, Calon Guru Penggerak diharapkan mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah. Ada empat topik pembelajaran dalam modul 1 Guru Penggerak. 1.1 : Filosofi Pendidikan Indonesia 1.2: Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak 1.3: Membangun Visi Sekolah 1.4: Membangun Budaya Positif di Sekolah 2. Modul 2 Guru Penggerak Modul 2 Guru Penggerak berjudul “Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid”. Capaian pembelajaran dari modul ini ialah guru bisa menerapkan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang coach. Capaian pembelajaran dari modul 2 juga berfokus pada pengelolaan emosi dan pengembangan sosial yang menunjang pembelajaran. 2.1 Pembelajaran berdiferensiasi 2.2 Pembelajaran emosi dan sosial 2.3 Coaching 3. Modul 3 guru Penggerak Melalui pembelajaran modul 3, diharapkan guru bisa mengambil keputusan berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran. Selain itu, guru dididik untuk merencanakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan program perbaikan dan perubahan sekolah, serta memantaunya agar berjalan sesuai rencana dan mengarah pada tujuan. Berikut link unduh 3 topik dalam modul 3: 3.1: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran 3.2: Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid
@asep_anton ah teori... Prakteknya....guru penggerak keta kete...suka meninggalkan murid dan sekolah... Ini baru satu fakta di lapangan...berjuta fakta tidak sesuai dg modulmu... Tai...
Memang Pendidikan Guru Penggerak itu tidak boleh mengganggu kerja guru apa lagi meninggalkan kelas itu sudah diantipasi kementrian pendidikan dan dari awal juga sudah diingatkan kementrian pendidikan, sekolah kami sekolah swasta yang sangat ketat dan sudah banyak guru penggeraknya dan tidak mengganggu pembelajaran malah beruntung gurunya dilatih gratis.
Benar.yg harusnya guru penggerak lebih berkompeten, nyatanya sering meninggalkan kelas, karena kesibukan guru penggerak diluar.kalaupun masuk kelas,siswa diberi tugas, sedangkan gurunya sibuk berkutat dengan laptopnya mengerjakan tugas lokakarya, bikin materi pengimbasan, materi pengajar praktik dan tugas2 yg berkaitan dengan program guru penggerak. lalu mana kontribusi bagi siswa? apakah signifikan 🤔
Maaf Bu argumen ibu apa bisa di pertanggung jawaban kan ? Apa yang tidak menjadi guru penggerak tidak merasakan bagaimana sebagai guru dalam menghadapi murid ????? Maaf ibu diangkat PNS sudah berapa puluh tahun .??
Semua istilah yg dibuat di dunia pendidikan seperti "Guru Penggerak, PMM dan lain sebagainya" hanya menghabiskan anggaran saja. Sekolah dan Guru sebenarnya hanya membutuhkan 3 hal utama: 1. Prasarana pendidikan (gedung, lapangan dan halaman dan prioritas lain yg dibutuhkan sekolah) 2. Sarana penunjang pembelajaran yg lengkap untuk semua guru kelas dan guru mapel. 3. Gaji guru yang LAYAK dan diberikan langsung setiap bulanya. tidak berbelit-belit lagi pencairanya seperti TW 1 l, 2, 3 & 4 tidak tepat waktu yg sangat merugikam Guru dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. MOHON GAJI GURU SD dan SMP LANGSUNG DIKELOLA DARI PUSAT SAJA AGAR BISA DIBERIKAN TEPAT WAKTU DAN FULL TANPA DIPOTONG DI DAERAH 🙏
Sangat setujuh bila kurikulum merdeka diganti ,guru penggerak dibubarkan,P3K ditiadakan langsung saja diangkat jadi PNS PMM dihilangkan terima kasih Kpd Mentri pendidikan baru
Program guru pengerak . Dari awal sudah diskriminasi, usia diatas 50th gk boleh ikut program guru pengerak....padahal guru sinior punya banyak pengalaman gak di hargai, otomatis guru sinior juga ikut mempertahankan sekolah biar gak kena regrouping, berjuang mengembangkan kbm, memperbaiki kualitas pembelajaran, mepromosikan ke warga desa lewat kepramukaan, karawitan, bola volly disekolah itu, begitu sekolah sudah dipercaya sama masarakat sekitarnya Tiba tiba datang kepala sekolah baru masih muda, dan merasa paling hebat, karena beliau lolos dari guru pengerak. Hmmmmm nasib guru yang sudah tua semakin tak ada hargannya. Tolong pak dievaluasi lagi guru pengerak... hargai jasa guru siniornya.
Sebagai seorang guru saya pribadi sangat berharap terhadap bpk menteri untuk mengembalikan kembali marwah pendidik/pendidikan kita... 1. Jangan lagi ada kasta dalam dunia pendidikan 2. Jangan lagi ada penilaian kinerja guru oleh aplikasi 3. Jangan lagi ada pemaksaan anak kelas 1 dan 2 SD yang dipaksa untuk menjelaskan dan memahami suatu materi, padahal membaca dan menulis saja mereka belum mampu.. 4. Kembalikan mata pelajaran membaca dan menulis indah pada anak SD
Guru penggerak...stelah selesai pembelajarannya...efek terhadap sekolah maupun siswa tidak terlihat...kembali lagi ke guru semula...yg berangkatnya siang y kembali siang😆
Puji Tuhan, sbg Guru Penggerak byk mndpt ilmu dan mengubah paradigma sy ttg mengajar. Mengajar dgn fokus pada Siswa. Student Center. Byk deh...pokoknya Guru Penggerak byk membawa dampak positif bagi sekolah, dan rekan sejawat. Salam Guru Penggerak.
Siswanya terlantar dengan adanya Guru Penggerak...tinggal "lungo" terus. Nggak ada dampaknya "blasss" terhadap sekolah, guru, siswa, orang tua , masyarakat.
Kembalikan jg waktu belajar anak cm sampai pukul 13.45. spy hak anak ut tidur siang TDK dirampas, sore hari anak ada waktu ut bantu ortux, olah raga, ngaji, atau dll. Makan hari bisa segar kerja tugas belajar dll. Sekolah sampai sore hx buang energi siswa TDK maksimal menerima pelajaran
Saya menjadi guru sudah 22 tahun....mengalami kurikulum 94 suplemen, KBK, KTSP K13 dan Kurmer.... yang paling bagus hasilnya dalam konteks karakter dan akademik adalah KTSP... untuk program sekolah penggerak dan guru penggerak seharusnya dievaluasi fakta di lapangan...adanya diskriminasi itu fakta... untuk menjadi leader . karena masih muda-muda.. secara emosional dan spiritual para guru penggerak umumnya masih mentah...belum teruji... karena kembalikan lagi ke masa sebelum ada guru penggerak....
Kalau menurut saya bukan kurikulumnya, melainkan impect produk teknologi telekomunikasi, yang sisi Destruktifnya diabaikan oleh orang tua/wali murid serta mereka yang berkompeten.
Seharusnya untuk menjadi kepsek itu. Jgn cuma dari guru penggerak, karena banyak guru2 senior yg lebih berpengalaman, jadi kalau perlu semua ikut uji seleksi kompetensi kepala sekolah lagi kalau mau jadi pimpinan di sekoah, seperti waktu Jaman SBY
Anak anak jadi kelinci percobaan. Guru penggerak hebat...saking hebatnya bergerak..muridnya ditinggalkan..teman teman satu lembaganya yg kerepotan bantu jaga kelasnya
bner pak. terkadang daerah salah mengartikan guru penggerak ini,kebanyakan syarat jadi kepala sekolah adalah guru penggerak. III b.pangkat guru sudah bisa jadi kepala sedangkan guru guru masih dengan pangkat tersebut masih muda. blm matang blm dewasa....seharusnya seperti dulu....senior didahulukan disamping leadershifnya juga..dewasa dll...tolong dibuat aturan yang sesuai dengan proporsinya....kami burumemohon dikaji kembali regulasi peraturan2nya...di daerah kebanyakan yg jadi kepala sekolah adalah guru2 yang ikut bermain politik praktis dan kedekatan denga pejabat olitik misalnya bupati.tidak memalui prosedur yg diterapkan juga. sehingga kmpetensi leadershif seperti kebanuyakan kepala ekolah bingung apa yg dikerjakan disekolah...mreka terkadang datang hanya duduk habisin kopi,cerita dan nonton yutube, lalu ppulang
Masa sih, kami di sekolah swasta sangat beruntung mengikuti pendidikan guru penggerak ini dan tidak meninggalkan kelas karena dikerjakan di luar jam mengajar.
sdh Cocok dg namanya merdeka belajar dan merdeka mengajar, GP pada sibuk diklat / lokakarnya = merdeka mengajar dan anak2 nya merdeka belajar ... Mantap 😂😂 lanjut pak N@d*m
Hanya bisa nyanyi nyayi, siswa sering ditinggal, seminar trus"an, nyatanya dilapangan kerjanya sama aja. Segelintir org memanfaatkan untuk menaikkan status jabatan
Sesuatu yg sangat disayangkan, merasa ahli tapi hanya bisa mengkritisi dan menyalahkan tanpa bergerak memberi solusi yg berdampak, jika hanya bicara salah benar anak umur 3 tahun pun bisa. Salam waras Tergerak, bergerak, menggerakan... saya bukan guru penggerak tapi selama ini yg saya lihat program dan materi guru penggerak itu bagus dan tidak ada yg salah dengan guru penggerak.
Saya sebagai guru penggerak mersakan banyak manfaat tp di sayangkan kami di suruh bergerak mengimbaskan tanpa di perhitungkan biaya untuk mengimbaskan tersebut, pakai dana sendiri mana kuat kami, wong gaji perbulan aj masih jauh dr kata cukup
Saya scroll scroll akhirnya nemu salah satu komentar yang masih bisa berfikir secara objektif. Alhamdulilah apa yang disampaikan dalam video tersebut saya rasa hanyalah sudut pandang.
Guru Penggerak hanya menciptakan kasta diantara guru. Mereka dianggap guru hebat, padahal mereka sama saja dgn guru yg lainnya. Bahkan banyak guru yg bukan guru penggerak lebih berdedikasi dan berintegrasi. Bbubarkan saja Program GP
Guru penggerak bikin mendidik jadi terbengkalai waktu habis utk webinar zoom yg cuma otak Atik aneka metode mengajar. Pd hal itu sdh biasa dipraktekkan
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Saya sebagai bagian dari Pendidik juga orang tua dari seorang peserta didik.. Suasana hati saya benar benar Kacau, saat mendengar celotehan anak, SUDAHLAH PAK, BU.. SEKOLAH YANG PENTING MASUK.. PASTI NAIK DAN PASTI LULUS.. (Kebijakan Pemerintah Yang Kurang Mendidik).. benar memang boleh tidak menaikkan siswa namun dengan seabrek berkas pendukung.. Dengan hal ini Jelas Tak ada minat belajar anak didik karena PASTI NAIK DAN LULUS. Kedua Sekolah Khususnya Guru Dibebani Dengan Demikian banyaknya Admistrasi yang menyita tugas Mengajar.. Kalau di SLTP dan SLTA ada Team TU khusus.. tapi di Tingkat Sekolah Dasar.. Beban itu semua ke Guru dan Kepala Sekolah. Guru Penggerak dan lainnya.. saya setuju untuk di kaji ulang. Abah Mu'ti Mampu dan Sangat Tepat Menjadi Tempat Mengadu serta Menyelamatkan Dunia Pendidikan di Negeri Tercinta ini.. salam dari Bumi Pacitan Jawa Timur..❤
Bapak hebat banget paham banget dg kondisi lapangan, sy sangat setuju dg pemikiran bpk.guru penggerak d bubarkan, bkn d kaji Guru penggerak menimbulkan diskriminasi , dan gk ada efek k anak" didik, mereka sibuk dg tugas dirix sendiri bkn untuk ank
kontra semua yah jadi sedih, jujur waktu itu saya ikut guru penggerak karena termotivasi anak dan keluarga, saya tidak ingin jadi KS jadi special one atau semacamnya lah terlalu jauh, saya hanya ingin ada satu pencapaian sehingga anak dan keluarga saya bangga, boleh yah dari sekian banyak yang kontra saya sampaikan satu hal yang positif menurut saya akses untuk mendapatkan pelatihan atau pengembangan diri sekarang terbuka untuk umum (bagi guru yang ingin berkembang) kalau dulu untuk pelatihan atau bimtek harus guru guru tertentu atau mempunyai kenalan orang dalam. salam bahagia untuk guru di Indonesia, guru penggerak ataupun bukan sama saja. yang penting guru masuk kelas dan ada untuk mereka.
Banyak yang kontra karena guru penggerak banyak yang hanya membuat konten tapi tidak sesuai dengan kenyataan,dan tidak ada mencetak murid yg berprestasi,,🙏
@@sitikodariyah494 yakin tidak ada sama sekali? Sebelumnya Mari kita sepakati bahwa tugas untuk membuat siswa berprestasi adalah tugas semua guru bukan hanya di bebankan kepada GP saja. Oh harus sama GP karena GP sudah ada pelatihan dll. Bagaimana dengan guru yang sudah mempunyai tunjangan profesi? Mereka dapat pelatihan bahkan setiap bulan mereka dapat tunjangan lebih, kenapa mereka tidak dituntut lebih seperti GP? Banyak guru golongan IV.B kenapa mereka tidak dituntut untuk membuat siswa berprestasi mereka kan golongannya tinggi? Kenapa hanya GP yang seolah olah harus menjadi guru sempurna manusia setengah dewa? Balik lagi guru GP ada yang bisa membuat siswa nya berprestasi contohnya di sekolah saya pada tahun 2023 berhasil membawa siswanya juara 3 reporter cilik Tingkat Kabupaten yang diselenggarakan oleh diskominfotik.
Guru penggerak merupakan cerminan ketidakadilan di bidang pendidikan. Guru penggerak tidak bisa mengimbas guru non penggerak. Guru penggerak Hanya sibuk mengurus kepentingan sendiri. Bahkan terjadi dilema sekolah penggerak😮 dan non penggerak seakan ada dikotomi.
Yang guru penggerak terlalu sibuk dg kegiatan2 diluar yg jadi korban anak anak dan guru yg tidak ikut penggerak menggantikan tugas guru penggerak dsekolah sedangkan guru penggerak mencari tambahan diluar dg kegiatan yg merugikan anak anak dan teman sejawat@@berlinsiallagan2521
Begini: 1. Diseluruh dunia, jumlah pengusaha itu maksimal 15% saja dari total penduduk masing2 negara (atau maksimal 5% kalo pake metode perhitungan dengan asumsi yg berbeda). Sisanya hanya jadi karyawan. Jadi sistem pendidikannya seperti apapun, mau banyakin SMA Umum, mau banyakin SMK Khusus, mau mempromosikan homeschooling, mau bikin mayoritas orang Indonesia jadi sarjana pun, ujung2nya tetap sama minimal 85% dari penduduk sebuah negara adalah karyawan (saat ini sekitar 3% lebih penduduk konoha berstatus sebagai wirausahawan). 2. Selain itu, mayoritas kita pada akhirnya cuma akan menggunakan ilmu calistung + plus berprilaku yg baik saja seumur hidupnya, bahkan cuma Catung saja dari semua yg kita pelajari di sekolah, karena keahlian menulisnya sudah digeser oleh komputer. Jadi semua ilmu lain, misalnya jika kita jadi karyawan pabrik rokok, sepatu, tekstil, kantor pengacara, kantor notaris, kantor pajak, dll, maka ilmu fisika, kimia, biologi, dll yg tiap hari kita pelajari di sekolah, yg tiap semester kita diuji mengerti atau tidak, yg orang tua kita beliin buku2nya, pada akhirnya tidak akan kita pakai dimayoritas hidup kita paska selesai sekolah. 3. Jadi saya sepakat dengan kurikulum merdeka, malah kalo perlu kurang2in itu mata pelajaran yg pada akhirnya tidak akan dipakai oleh minimal 85% dari total penduduk negeri ini, SD bikin jadi 4 tahun saja, smp dan sma gabungkan jadiin 2-3 tahun saja. Beri mereka kurikulum lifeskills lebih banyak, biar mereka survive selepas sekolah sebagai manusia yg merdeka bukan sekedar jadi buruh belaka sepanjang hayat mereka, karena bukan itu tujuan bangsa ini didirikan. 4. Kalo perlu kasi mereka mata pelajaran tentang bagaimana caranya hidup merdeka ditengah jatuh bangunnya setiap bisnis (yg rata2 tiap 7-10 tahun bangkrut itu). Ini lifeskills yg lebih mereka butuhkan ketimbang berbagai buku sekolah yg tebal2 itu. 5. Lagian, dari sudut pandang saya sebagai orang tua, saya merasa anak2 jam sekarang beban pelajaran yg mereka pelajari di sekolah sungguh tak masuk akal. Di paud sudah belajar begitu banyak, juga di tk1-2, mau masuk sd saja di test dulu (shock saya kok bisa masuk sd di test? kan jadinya mereka terpaksa harus masuk paud dan tk karena jadi gak akan lulus masuk sd kalo belum paud/tk dulu), di sd semua orang les ini les itu, gila gila. Buat apa itu semua kalo akhirnya kita tau minimal 85% warga negara akan jadi karyawan? 6. Mending usahakan setiap kepala keluarga di negeri ini punya rumah dengan luas tanah 500m2-1000m2 biar di rumah mereka bisa: a. Memelihara 8-16 ekor ayam petelur (1-2 jantan) b. Mengelola 1-2 kolam ikan terpal/fiber ukuran 1mx2m atau sedikit lebih besar c. Memelihara 4-6 ekor kambing etawa (1 jantan) d. Memelihara 5 kelinci newzealand (1 jantan) e. Menanam 5-6 jenis buah2an bukan musiman (papaya California, sawo, pisang, anggur, jambu, melon, dll) f. Menanam berbagai sayuran / keperluan dapur (kalo perlu menanam gandum dan padi di 200m2 tanah mereka masing2 secara bertingkat pake hidroponik), dan g. Menanam tanaman pakan ternak (ketela, talas, rumput odot, kelor, azolla, lemna, dan wolffia) supaya biaya pakan kambing, ayam, kelinci, dan ikannya gratis. Pola ini disebut sebagai Homestead di luar negeri, yg saya terjemahkan secara gaya2an sebagai Omah Perdikan (Rumah Merdeka/Rumah Tangga yg Merdeka). 7. Dengan begitu, meski Sang Ayah di PHK tanpa pesangon sekalipun, keluarganya tetap bisa minum susu segar tiap hari (karena dari 1-2 kambing saja cukup buat minum susu segar 1 keluarga tiap hari, makan telor tiap hari (1 ayam KUB bertelur 240 butir pertahun), makan sate/sop/rendang/steak tiap hari (ikan tiap hari kawin, sedangkan 1 kelinci beranak sekitar 30 ekor pertahun), makan buah2an tiap hari, makan salad/sayuran tiap hari tanpa perlu disubsidi ini itu dari negara yg menghabiskan apbn triliunan rupiah tiap tahunnya. Kalo ini dikerjakan secara mandiri oleh setiap KK, maka meski rezekinya tak dipegang sebagai uang tunai, nilainya bakal setara minimal 100 jt pertahun jika kita bandingkan dengan harga makan lengkap di hotel bintang 5 seperti kempinsky, grand hyatt, keraton, bvlgary, atau fairmont. Artinya jika dari 39 juta penduduk indonesia yg miskin (mungkin sekitar 6 jt Kepala Keluarga) beralih ke pola Omah Perdikan/Homestead yg memproduksi makanan sendiri, maka mereka semua akan berubah / loncat langsung jadi keluarga yg kaya raya. 8. Selain itu kalo mayoritas penduduk negeri ini bisa memproduksi sendiri kebutuhan konsumsi hariannya, maka negara tak lagi perlu impor sembako terlalu banyak, berbagai sayuran (bawang, dll), susu, daging, dll dari berbagai negara yg cuma akan menghabiskan uang negara saja. 9. Lagi pula buat apa itu bumn2 sektor perkebunan memiliki jutaan hektar tanah tak terpakai selama puluhan tahun sejak merdeka sampe sekarang? mending dibagikan ke masyarakat (tentu dgn cara2 yg terukur bukan asal landreform gaya komunis). Ingat penduduk tiap negara pada akhirnya akan menyusut, dan negara/bumn2 itu tak akan lagi memiliki kemewahan untuk mempekerjakan buruh2 untuk mengelola tanah negara/bumn yg jumlahnya jutaan hektar itu (Ketika jumlah penduduk mulai makin banyak orang tua/menua daripada anak mudanya). 10. Dan masa membuat program makan siang gratis yg pertahunnya bakal menghabiskan dana 70-80 triliun saja bisa, mengeluarkan blt sejak covid 400 triliun juga bisa, bayar bunga utang negara 1000 triliun pertahun selalu bisa, biaya pendidikan bisa 20% per apbn bisa, tapi kasi tanah 500m2-1000m2 (atau kalo gak mau ngasih, ya sewakan secara gratis selama 130 tahun supaya ayah dan anaknya bisa merdeka) berikut seluruh perangkat Omah Perdikannya untuk 6 juta KK yg cukup 1x saja masa gak bisa?
@@ayihodijah7007 Wkwkwk.... betul betul betul... Tapi begini buat sok2an propagandanya: 1. Namun dalam pemahaman saya, masing2 pribadi kita hanya perlu memahami semua hal itu dalam garis besarnya saja. Tak perlu masing2 dari kira semuanya harus paham sampe detail dari semua cabang ilmu. Dan yg terpenting, kita tak perlu memahami semua itu di sekolah formal. Apalagi Kita semua sebagai pribadi2 juga punya kewajiban2 lain yg sama pentingnya selain mencari ilmu. 2. Contoh di wilayah akademik: tentu sangat baik jika kita paham tentang tata semesta dan bahkan baik juga jika kita paham soal quantum mekanik, tapi kita tak perlu paham detail soal cara Einstein dan rivalnya Bohr mendeskripsikan secara matematik alam raya ini. Dan pasti kita tak akan mati, tak akan gagal sebagai hamba Allah, tak akan gagal sebagai warga negara yg baik, sebagai ayah yg teladan hanya karena tak paham fisika kuantum. 3. Contoh di wilayah praktis: sebagai peternak/ petani tentu baik bagi peternak/petani untuk memahami bagaimana reaksi kimia dalam proses fermentasi terjadi dan bagaimana nitrit/nitrat muncul di kolam ikan, biar berhasil pas membuat pupuk gratisan dari dasar air kolam ikan, tapi tak lantas saya harus paham seluruh rumus2 kimia. Dan tak perlu sekolah formal di SMK Pertanian dan pasti tak perlu jadi sarjana pertanian dulu sebelum praktik sehari-hari sebagai petani/peternak. 4, Buka youtube 10 menit saja kita langsung paham soal cara bikin pupuk organik gratisan (FOC/PSB), sisanya dimahirkan lewat praktik sehari-hari saja. Persis seperti shalat, kita memang perlu belajar ilmu shalat, tapi gak usah sekolah formal, cukup beberapa pertemuan saja, sisanya dimahirkan lewat praktek tiap hari. 5. Dalam ilmu agama, kita juga diajarkan soal pembagian kewajiban, yakni kewajiban masing2 pribadi (fardlu ain) dan kewajiban bersama (fardlu kifayah). Nah, ilmu untuk bertahan hidup (life skills) itu justru masuk kategori fardlu ain, karena semua individu tanpa kecuali membutuhkannya untuk survival. 6. Dengan demikian, mempelajari detail seluruh cabang non life skills yakni natural sciences, social sciences, dan humanities masuknya ke golongan fardlu kifayah (kewajiban bersama seluruh masyarakat). Jika sudah ada yg berkecimpung disana untuk mempelajari detailnya, maka kewajiban bersamanya sudah terpenuhi. 7. Kalo soal hobi baca semua disiplin ilmu, ya lain lagi, ini kan hobi. Lagi pula kita tau dari ratusan/ribuan buku yg kita baca dari kecil sampe sekarang, mayoritasnya sudah kita lupakan, dan dengan demikian pasti mayoritas isi buku2 yg kita pelajari dari kecil, tak akan pernah kita pakai/amalkan, wong sudah lupa. Kalo mayoritas dari bagian dari buku yg kita baca akan kita lupakan dan yg terpenting tak akan kita amalkan, lalu kenapa kita mesti baca semua itu? 8. Kalo dalam konteks mata pelajaran di sekolah/kampus: Kenapa kita mesti mempelajari semua mata pelajaran itu kalo akhirnya hanya 1 hari sejak kita keluar SMA/SMK/Kampus ilmu2 itu tak akan pernah kita ingat lagi, dan tak akan pernah kita amalkan/praktekkan lagi? Bukankah kita mesti efektif dan efisien dalam hidup, termasuk dalam mencari ilmu? Dalam membaca? Dalam mencari rezeki? 9. Dalam konteks homestead/Omah Perdikan: Jika dari halaman rumah kita, dari bumi Allah di halaman rumah kita sudah ada potensi rezeki berlimpah untuk ketahanan pangan kita, yg akan membuat kita pas mencari rezeki dari Allah tak perlu menyuap, menyogok, menjegal, nginjek, menghalangi, dll, kenapa kita tak efektifkan dan kenapa tak kita efisienkan cara kita mencari rezeki dari Allah itu dengan memaksimalkan halaman rumah kita? Wong sudah ada potensi rezeki dari Allah ditempat kita tidur tiap hari, kok malah nyari rezekinya justru menjauh daripada tempat potensi rezeki yg sudah Allah kasi dan sudah kita tiduri tiap hari? 10. Kalo boleh sok ideologis: Jika dari jam 6 Sore ke jam 6 pagi kita ada dirumah terus, dan sabtu minggu malahan 24 jam di rumah terus, ya harusnya kita bisa dapat rezeki sangat banyak dari menggali potensi rezeki yg ada di Rumah, wong jumlah waktu per hari yg kita habiskan paling banyak itu di rumah, bukan di tempat kerja. Kalo sampe kita gak bisa mengaktualkan potensi rezeki dari halaman rumah kita sendiri, dan padahal kita tau potensi rezekinya besar plus bersih, maka jangan2 kita ini (seperti kritik dari Allah): serba oon/merugi gara2 abai dengan pontensi dari rezeki yg sudah siap digali di halaman rumah kita sendiri. Dan saya pun, jatuh juga dalam ke-oon-an itu bertahun-tahun lamanya. Sungguh tak efisien/efektif, atau dalam bahasa agama: sungguh mubazir. Wallahualam.
Saya guru SD, mengalami sendiri bagaimana penerapan dan hasil dari kumer. Ok apa yg saudara kemukakan ada benarnya, saya juga harapannya Spt itu, ingin melihat hasil dari pendidikan itu ilmu yg benar2 sesuai dan bisa sejalan dengan kebutuhan hidupnya. Namun masalahnya dengan kumer ini kita mengalami resiko yang besar dan fatal jika tdk berhasil karena tdk sesuai dengan kultur budaya Indonesia. Jadi, menurut saya, bagaimana kalo kita ambil aman saja jangan cari resiko yg fatal, kita pake kurikulum Spt yg dulu, Anak anak terus digembleng Dengan pelajaran yg lengkap. Karna prinsipnya ilmu apapun yg didapat itu disekolah tidak akan membuat kerugian bagi mereka,nth terpakai didunia kerja ato tidak. Kita bisa contoh Kore, jepang dimana mereka akan mati2an belajar untuk menuntaskan apa yg diujikan. Dan hasilnya kita lihat mereka menjadi negara yg maju
@@airasyakira5314 1. Kalo soal pilihan kurikulumnya, kita bisa diskusi panjang lebar tentang pilihan kita atas filsafat/aliran paedagogi mana yg lebih baik diterapkan buat generasi penerus kita. Juga kita bisa mendiskusikan plihan kurikulum itu dari kacamata: target keluaran siswanya mau yg seperti apa? Apakah biar mereka bisa terus sekolah sampe sarjana semua? sekolah untuk sekolah? atau sekolah untuk supaya laku di dunia kerja semuanya? jadi kurikulum yg dipilih harus menyesuaikan diri dengan jenis2 lapangan kerja/pabrik2 yg tersedia di nusantara (link and match)? atau apakah kita pengen generasi penerus bangsa ini seperti yg diajarkan Ki Hajar Dewantara menjadi manusia2 mandiri secara pangan keluarganya dan bermanfaat bagi bangsanya (tak jadi koruptor, tak jadi tukang suap, dll)? dll. Preferensi saya ke Kumer lebih karena mencermati pertanyaan2 tersebut. Jadi kalo ada kurikulum yg lain yg lebih baik ke arah tercapainya generasi penerus bangsa yg keluarganya mandiri secara pangan dan tak merugikan bangsa, maka saya ok saja dengan pilihan kurikulum yg lain. 2. Minimal, kalopun kita mau maksa seluruh anak bangsa jadi cerdas dan pintar disemua bidang studi, tetap buka lah peluang supaya minimal 1/4 dari masa belajar mereka di sekolah adalah belajar menjadi manusia yg mandiri secara pangan dalam keluarganya, merdeka, dan berprilaku yg tak merugikan bangsanya. Artinya, minimal masukkan lah berbagai mata pelajaran teori dan utamanya praktek yg terkait kemandirian, khususnya kemandirian / ketahanan pangan keluarga. Ajarkan lah mereka ilmu2 yg menunjukan bahwa pabrik itu rata2 bangkrut dalam 7-10 tahun, ajarkan lah ilmu yg menunjukan bahwa mandiri secara pangan itu mudah sekali, termasuk paparkan dan praktekkan langsung di rumah masing2 step by stepnya sampe sukses (masa 18 tahun belajar jadi keluarga yg mandiri secara pangan terus menerus gak berhasil sih? minimal yg mayoritasnya mestinya berhasil). Unilever bertahan lama sampe 100 tahun lebih bukan karena pabriknya bisa bertahan segitu lama, tapi karena memang kerjaan unilever itu ya mengakuisisi pabrik2 lain yg lagi tumbuh (termasuk beli Kecap Cap Bango, dll). Jadi sebenarnya sudah banyak pabrik2 milik unilever yg tutup. Begitu juga negara Jepang dan Korea, sebenarnya perusahaan dari sana seperti samsung, toshiba, sony, panasonic, nec, dll itu sudah banyak yg pada bangkrut. Termasuk beberapa pabrik mereka di konoha pun dah banyak yg tutup. Mereka masih berkibar sebagai brand, karena memang kerjaannya mengakuisisi pabrik2 lain yg lagi naik daun (bahasa sok kerennya: Tumbuh Secara Anorganik). 3. Soal kemajuan ekonomi dan teknologi sebuah negara, yg benar itu: tak pernah hanya tergantung pada 1 penyebab saja. Dunia pendidikan memang penting, tapi Dia bukan satu2nya penyebab. Inovasi2 teknologi dari 4 negara terbaik di bidang pendidikan yakni Singapura, Finlandia, Swedia, Swis, dan juga negara2 lain yg sistem pendidikannya masuk peringkat2 terbaik dunia, tak sebaik dalam inovasi2 dengan yg datang dari Amerika Serikat. Padahal kita tau sistem pendidikan di negeri Paman Sam itu dikritik sebagai salah satu yg bobrok, terutama dari segi infrastrukturnya. Namun kelebihan Amerika serikat selalu bersedia mendanai riset2 swasta dibidang teknologi (internet dll itu awalnya 100% full didanai negara, bahkan oleh Militer/Darpa), di bidang kesehatan (dana vaksin covid yg 500 miliar dollar itu full 100% dari negara dan diterima 100% full oleh swasta), komputasi dan robotik (IBM, Boston Dynamic, dll juga sama disupport negara). Jadi pendidikan penting, tapi bukan satu2nya. 4. Selanjutnya, saya juga perlu klarifikasi lebih jauh, bahwa komen saya lebih ke bagaimana caranya menyelamatkan nasib 39 juta warga negara kita yg sebenarnya mungkin hanya terbagi dalam 6 juta KK saja itu. Bila kita kalkulasi dengan berbagai subsidi2 negara kepada rakyat kira di berbagai urusan, termasuk untuk makan siang bergizi/gratis 70 triliun/pertahun, 20% untuk pendidikan, bayar utang 1000 triliun tiap tahun, BLT 400 triliun sejak covid, dll itu, maka sebenarnya nasib 39 juta penduduk indonesia yg berada di bawah garis kemiskinan itu bisa segera diselesaikan tanpa perlu berlarut-larut, tak beres2 sejak negara ini merdeka puluhan tahun yg lalu. Negara memiliki kemampuan untuk memandirikan 6 jt kepala keluarga, kalo kita kalkulasi dari begitu banyaknya dana yg sudah keluar dari saku negara untuk banyak hal. Bahkan, tak akan memakan biaya sebanyak yg disedot oleh program makan bergizi gratis dan BLT dalam 1 periode pemerintahan Prabowo-Gibran. 5. Nah untuk mencapat poin di atas, selain dari alokasi APBN/APBD, juga perlu dibantu dari sisi kurikulum di bidang pendidikan. Saya berharap, para calon penerus bangsa kita itu didik untuk mencari jalan keluar sendiri sebagai sebuah unit keluarga atas masalah tersebut dari sisi keluarga mereka sendiri: yakni bagaimana jika negara tak sanggup/tak becus menyelamatkan mereka, ya paling tidak mereka dididik dan diarahkan untuk mandiri membebaskan keluarga mereka sendiri dari jurang kemiskinan. Misalnya dengan cara materi muatan kemandiriannya 25% teori, dan minimal 75% praktek hidup mandiri dari halaman rumah, supaya minimal setelah 16-18 tahunan mereka sekolah dari paud sampe lulus SMA/kuliah, minimal halaman rumah mereka sudah memenuhi minimal 75% dari kebutuhan pangan keluarga mereka, tanpa beli. 6. Jadi target nilai dalam kurikulum mandirinya pun menjadi harus senafas, misalnya yg mendapat nilai 10/A untuk mata pelajaran kemandirian di tahun terakhir SMA adalah yg terbukti 75% kebutuhan pangan keluarganya datang dari halaman rumahnya, lalu mereka yg dapat nilai 8/B jika pangan keluarganya hanya mencapai 65% dari halaman rumah masing2, dan 7/C kalo hanya 50% nya saja. Tentu harus ada solusinya juga kalo anak didik yg rumahnya digang sempit dan gak ada halamannya, misalnya mereka tetap bisa dapat nilai 10/A jika dia berhasil menjalankan roda online shop yg mayoritas proses produksinya dilakukan di rumahnya (entah yg sudah klise) kayak snack2/keripik2, entah bikin tempe, jamur, dll. 7. Dan tentu tak akan ada solusi yg benar2 ideal, tapi berbagai kurikulum kan sudah dicoba, nah kenapa tidak memberikan kesempatan kurikulum yg berbasis kemandirian (gak cuma merdeka memilih cara belajar) yg target2nya jelas. Sehingga pas lulus SMA mayoritas siswa sudah hidup mandiri, dengan atau tanpa pekerjaan dari bos2/majikan2, dengan atau tanpa lanjut ke tingkat sarjana, dengan atau pun tanpa bantuan dari negara. 8. But hey, ada banyak mimpi disiang bolong memang, tapi siapa tau ada beberapa pejabat tinggi kita tergugah dan mau bertaruh: kita dah mencoba berbagai jenis kurikulum, berbagai jenis usaha / bantuan berbasis ekonomi uang, ternyata hasilnya tak optimal, nah kenapa tidak mencoba membangun ekonomi sirkular dgn cara membangun kemandirian pangan dari tanah sendiri, untuk keluarga sendiri? Demikian, dan pada akhirnya, harus ditutup dengan wallahualam. Terima kasih. 🙏🙏
Benar, siswa 2 sekarang tidak memililki kemauan untuk mengikuti belajar yg kust karena mereka berfikir tenang saja pasti naik dan lulus walau tidak memiliki kemampuan apa2 karena yg penting dapat nilai kkm
Masih muda dan belum banyak pengalaman masak mau diangkat jadi kepala sekolah hanya Krn sdh jadi guru penggerak. Program tdk masuk akal. Guru Penggerak dan yg lain Guru Bukan Penggerak.... Wkwkwkwk
Perlu evaluasi GP dijadikan salah satu persyaratan untuk menjadi kepala sekolah atau pengawas, semntara guri senior yg sdh berpengalaman dengan potensi dan kinerjanya bagus diabaikan 🙏
Fungsi utama guru, nendidik, melatih dan mengajar. Kalau guru guru disibukkan terus dengan segunug administrasi seperti pada kurikulum merdeka, maja fungsi guru beralih menjadi tenaga administrasi.
Saya sdh mengikuti program guru penggerak...dan nyatanya banyak paradigma positif yg sy terima dan saya jalankan. Jika ada hal kurang seirama tentang guru penggerak, itu terkait personalnya bukan programnya. Dan kami alumni guru penggerak tdk pernah mengharap untuk dijadikan pemimpin sekolah, itu menurut kebijakan saja. Jika kurikulum mau diubah dipersilakan saja demi kemajuan pendidikan. Yang pasti bisa membentuk karakter mnjadi lbh baik. Salam dan bahagia
Setahu saya guru penggerak di daerah saya canggung untuk menggerakkan dan memimpin perubahan pembelajaran di sekolahnya. Kualitas pembelajaran di sekolah mereka kelihatan belum berubah. Kehadiran guru penggerak belum berpengaruh di tempat mereka mengajar.
guru pengerak bagus sebenarnya ..... tapi jagan merasa paling bisa, mengajari guru lain bukan berarti paling pintar dimana kerendahan hati guru pengerak. gitu kok lulus guru pengerak
MERDEKA merupakan akronim dari Mulai dari diri; Eksplorasi konsep; Ruang kolaborasi; Demonstrasi kontekstual; Elaborasi pemahaman; Koneksi antar materi, dan Aksi nyata.
Bener juga sih... Wlopun muda jg banyak yg sudh mumpuni manajerialnya tpiiii mungkin lbh kearah penggerak itu membangun komunitas produktif di SDM guru jdi memotivasi tdk hanya bergerak untuk sendri.
Pokoknya guru penggerak itu huebaaat betul. Otomatis bisa jadi kepala sekolah atau pengawas. Bisa meninggalkan siswa2 di kelas untuk ikut pelatihan atau melatih guru. Merasa lebih pintar dan tau semuanya.
Maaf, mari kita yg sebagai ortu , guru atau pendidik saling introspeksi diri masing-masing, kalau benci sesuatu jangan terlalu, karena suatu saat akan membutuhkannya, begitu sebaliknya, intinya perbedaan pendapat adalah halal, dan jadikan pengalaman berharga untuk memperbaiki diri agar lebih berguna dimasa depan untuk dirinya, anak2nya/ keluarganya dan lingkungan sekitarnya❤
Jika Guru Penggerak dibubarkan berarti tidak manusiawi padahal guru penggerak ini sangat membantu penguatan dalam berkolaborasi bekerjasama dan mentransformasi pendidikan
Guru penggerak itu adalah program pemerintah yang memberikan pembekalan dan pemdalaman ilmu yang bermanfaat,, untk apa dibubarkan kalau itu adalah meningkatkan kompetensi
Alhamdulillah bisa mendapat ilmu banyak dari program guru penggerak dan bisa meningkatkan karir karena Kopetensi bukan karena KKN
Udh pernah jadi bendahara BOS belum ?
apa efeknya berkelanjutan??? kawan saya pengerak nyatanya ngak ada efeknya buat sekolah...buat pribadi ya iya bro
Assalamualaikum Wr Wb Alhamdulillah wasyukurillah Selamat buat pengangkatan Prof Mu"ti sbg Mendikdasmen. Sy Sangat bahagia semoga pendidikan, siswa, dan guru mendapatkan Marwahx kembali.
Saya alumni SPG negeri FKIP universitas negeri guru sekolah menengah birokrat pendidikan eselon 3 dan 2 36 tahun mengabdi dan secara teori semua guru dan tenaga kependidikan adalah agen perubahan jadi sangat tidak setuju kalau ada guru penggerak karena semua guru memiliki keahlian dan kewajiban yg sama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti pepatah tukang besi menempah besi tetapi guru menempah bangsa
Guru penggerak adalah untuk meningkstkan kompetensi guru. Jika Guru Penggerak dihapuskan, maka KKN untuk menjadi kepala sekolah...Guru Penggerak sesungguhnya untuk melahirkan pemimpin pendidikan
Kembalikan sistem UN sbg pemacu anak2 dan guru UK LBH giat dlm BPM. Kembalikan penguatan Balai Pendidikan dan Pelatihan Guru seperti dulu secara merata pd semua guru, spy kita semua guru ada peluang untuk LBH baik dan maju bersama. Begitu jg aturan Kepsek diambil dr Guru Penggerak mencederai Guru2 senior yg mgkn bx yg lebih matang dlm hal managerial.
cocok banget
ujung ujung nya di bengkel guru nya
tepat sekali
Bubarkan saja guru penggerak tidak membawa perubahan dalam sekolah sering meninggalkan kelas
@@ViktoriaHatija-vz2mj mau naik 2jt hehehe
Banyak ilmu yang di dapat dalam pengambilan keputusan dan menciptakan budaya positif dalam pendidikan guru penggerak
Tugas pokok guru harusnya melayani proses belajar siswa...
Ikut dong guru pebggerak
Pasti lah bu, semua tau itu, apa lagi guru penggerak, kami di swasta yang sangat ketat bisa menjalaninya
Guru penggerak adalah guru yg telah memiliki kompetensi
🤐
Maaf apa yg bukan jadi guru penggerak dianggap tidak mempunyai kompetensi???
@@kharisae7579 potensi apa???? Muridnya terbiarkan liar... merepotkan guru lain...diberi tugas membina lomba nggak pecus...banyak pandai main aplikasi ... Karena memang dijadikan agen bisnis aplikasi dlm dunia persekolahan ... Potensi apa ??. Secara teori ? Mungkin....tetapi mana mungkin dg masa kerja dan pengalaman perolehan hasil mendidik murid ?
😂😂😂😅😅apanya yg kompeten😅😅😅😂😂
guru pengerak tidak profesional dan tidak bermutu yg di angkat jadi kepala sekolah dan pengawas kebanyakan dari p3k kan tidak punya pengalaman di lapangan.tolong hapus turunkan guru penggerak yg sudah jadi kepala sekolah dan pengawas.yg jadi kepala sekolah adalah senior bukan yunior yg sudah lama mengajar.
Apapun kurikulumnya guru penggerak tetap siap. Karena bagi kami visi guru penggerak akan kami terapkan agar pembelajaran menyenangkan.
Senang karena anak anak ditinggal Pak.....
Sy nantang anda dalam hal implementasinya.
Jgn omong kosong banyak....
Buktikan kalau guru penggerak bisa membina murid mencapai prestasi ,jangan hanya membuat konten saja ,,tapi tidak bisa membuat murid berprestasi,,
Semangat pak, sekecil apapun kompetensi yg dimiliki, pasti ada dampak positif beserta implementasinya. Disadari maupun tidak.
Walaupun Guru penggerak dihapus, ilmu dan kompetensinya masih melekat sepanjang hayat.
Wajar bila ada segelintir orang yg iri dengan pencapaian tersebut, dikarenakan tidak lolos seleksi.
Mantab cocok banget dengan apa yg jadi gagasan bapak ini.gass pak demi kemajuan pendidikan nasional yg lebih baik
Bagus sekali bapak, saya sangat setuju dengan pikiran pikiran bapak dan mungkin perlu dikaji juga perlu tidaknya pendidikan itu diotonomi daerah atau kembali ke pusat, agar standart prestasi juga terstandart secara nasional juga.
Guru penggerak kerjanya bergerak kesana sini, tidak fokus mengajar tapi hanya menggerakkan sekolah yang sudah mapan.kerjaanya ya pergi sana sini.mengajarnya kapan murid butuh guru yang mengajar bukan penggerak saja
Klau bisa bentuk atau Kep sek yang bermoral yang bisa mengolah dana bos dengan baik dan mengelolah sekolah menjadi sekolah maju .pendidikannya.
Jangan otoda, nanti sekolah dan kepseknya terjebak oleh kepala daerah yg dekat partai
Menurut saya lanjutkan program Guru penggerak karena materi sangat membantu dakam pemimpun pembelajaran
Setuju sekali,bubarkan program gr penggerak, PMM, ganti kurmer,dgn kurikulum yg lama( ktsp), dan kebijakan2 yg tdk berefek pd peningkatan kulitas penddkn yg lbh baik.hapus jg P-5, semoga mentri penddkn yg baru segera membenahi kerusakan akibat kebijakan menteri nadiem. ( Setuju dgn pk Darmaningtyas)
mau naik 2 juta...hehehee
Digantipun juga tidak bisa
Setuju sekali bapak ,karena banyak yang berlomba" ikut program guru penggerak dengan orientasinya menjadi kepala sekolah dan pengawas🙏
Ide pikiran luar biasa insyaAllah pendidikan Kita kedepan lebih maju
Guru penggerak sangat potensial bagi kerusakan proses pembelajaran di sekolah ....
Mohon alasan potensi nya kak...pengen tau dan dapat berbagi
@MUHAMMADHARISRITONGA-bj8wl 1. Sering meninggalkan kelas dan tidak menitipkan tanggung jawab kelas kpd kep.sek atau guru lain ..sehingga kelas tanpa guru dan murid tahu sendiri
2. Merasa jadi orang penting sehingga menganggap dirinya lebih
3. Pangkat golongan kemarin sore tetapi bergaya menyuruh dan menugasi guru senior
4. Merasa calon kep.sek...terkadang mengambil alih wewenang Kep.sek definitif sehingga timbul dualisme kepemimpinan
5. Lupa pada sikap "unggah ungguh" terhadap orang yang lebih tua ..
Itu sebagian kecil. Jika demikian...apa yg terjadi di lingkungan sekolah itu ?
Pada kenyataannya mereka direkrut bukan atas dasar jiwa Pancasila tetapi ke kemampuan teoritis...
masuk akal,,,tapi itu kayaknya oknum...namun klo dirasakan kayaknya mmg banyak oknumnya😇
apa yang salah???????
1. Modul 1 Guru Penggerak
Modul 1 Guru Penggerak berjudul “Paradigma dan Visi Guru Penggerak”. Capaian pembelajaran dari materi ini ialah agar Calon Guru Penggerak mampu melaksanakan strategi sebagai pemimpin pembelajaran.
Selain itu, Calon Guru Penggerak diharapkan mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah. Ada empat topik pembelajaran dalam modul 1 Guru Penggerak.
1.1 : Filosofi Pendidikan Indonesia
1.2: Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak
1.3: Membangun Visi Sekolah
1.4: Membangun Budaya Positif di Sekolah
2. Modul 2 Guru Penggerak
Modul 2 Guru Penggerak berjudul “Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid”. Capaian pembelajaran dari modul ini ialah guru bisa menerapkan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang coach.
Capaian pembelajaran dari modul 2 juga berfokus pada pengelolaan emosi dan pengembangan sosial yang menunjang pembelajaran.
2.1 Pembelajaran berdiferensiasi
2.2 Pembelajaran emosi dan sosial
2.3 Coaching
3. Modul 3 guru Penggerak
Melalui pembelajaran modul 3, diharapkan guru bisa mengambil keputusan berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran. Selain itu, guru dididik untuk merencanakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan program perbaikan dan perubahan sekolah, serta memantaunya agar berjalan sesuai rencana dan mengarah pada tujuan. Berikut link unduh 3 topik dalam modul 3:
3.1: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
3.2: Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya
3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid
@asep_anton ah teori... Prakteknya....guru penggerak keta kete...suka meninggalkan murid dan sekolah... Ini baru satu fakta di lapangan...berjuta fakta tidak sesuai dg modulmu... Tai...
Klo tempat kmi guru penggerak betul seperti yg di jelaskan,...
Waaah ternyata bapak tanggap dan memantau , saya sangat setuju sama Bapak
Saya setuju guru harus meningkatkan kompetensinys. Tapi jangan terlalu sering meninggalkan kelas untuk kegiatan guru penggerak.
Memang Pendidikan Guru Penggerak itu tidak boleh mengganggu kerja guru apa lagi meninggalkan kelas itu sudah diantipasi kementrian pendidikan dan dari awal juga sudah diingatkan kementrian pendidikan, sekolah kami sekolah swasta yang sangat ketat dan sudah banyak guru penggeraknya dan tidak mengganggu pembelajaran malah beruntung gurunya dilatih gratis.
Benar.yg harusnya guru penggerak lebih berkompeten, nyatanya sering meninggalkan kelas, karena kesibukan guru penggerak diluar.kalaupun masuk kelas,siswa diberi tugas, sedangkan gurunya sibuk berkutat dengan laptopnya mengerjakan tugas lokakarya, bikin materi pengimbasan, materi pengajar praktik dan tugas2 yg berkaitan dengan program guru penggerak. lalu mana kontribusi bagi siswa? apakah signifikan 🤔
Bagi yang sudah mengikuti guru penggerak akan merasakan bagaimana sebagai guru dan dalam menghadapi murid.
Maaf Bu argumen ibu apa bisa di pertanggung jawaban kan ? Apa yang tidak menjadi guru penggerak tidak merasakan bagaimana sebagai guru dalam menghadapi murid ????? Maaf ibu diangkat PNS sudah berapa puluh tahun .??
Semua menghadapi murid tapi apakah gur penggerak SDH pasti menghasilkan murid yg pandai?
Semua istilah yg dibuat di dunia pendidikan seperti "Guru Penggerak, PMM dan lain sebagainya" hanya menghabiskan anggaran saja.
Sekolah dan Guru sebenarnya hanya membutuhkan 3 hal utama:
1. Prasarana pendidikan (gedung, lapangan dan halaman dan prioritas lain yg dibutuhkan sekolah)
2. Sarana penunjang pembelajaran yg lengkap untuk semua guru kelas dan guru mapel.
3. Gaji guru yang LAYAK dan diberikan langsung setiap bulanya. tidak berbelit-belit lagi pencairanya seperti TW 1 l, 2, 3 & 4 tidak tepat waktu yg sangat merugikam Guru dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.
MOHON GAJI GURU SD dan SMP LANGSUNG DIKELOLA DARI PUSAT SAJA AGAR BISA DIBERIKAN TEPAT WAKTU DAN FULL TANPA DIPOTONG DI DAERAH 🙏
Betul skali pernyataan ini harus disuarakan sampaikan ke mendikdasmen
Setuju !!
Setuju
Betul selalu buat pelatihan di hotel2 Hanya habiskan dana pendidikan saja
Betul sekali balai guru penggerak baru yang tidak penggerak tidak bisa masuk di balai tersebut
ilmu guru penggerak itu luar biasa dan dipersiapkan menjadi pemimpin pembelajaran
@@jeckyevchannel4314 apanya yang luar biasa,?
Sangat setujuh bila kurikulum merdeka diganti ,guru penggerak dibubarkan,P3K ditiadakan langsung saja diangkat jadi PNS PMM dihilangkan terima kasih Kpd Mentri pendidikan baru
Luar biasa bapak ini saya setuju dengan bapak ini
Program guru pengerak . Dari awal sudah diskriminasi, usia diatas 50th gk boleh ikut program guru pengerak....padahal guru sinior punya banyak pengalaman gak di hargai, otomatis guru sinior juga ikut mempertahankan sekolah biar gak kena regrouping, berjuang mengembangkan kbm, memperbaiki kualitas pembelajaran, mepromosikan ke warga desa lewat kepramukaan, karawitan, bola volly disekolah itu, begitu sekolah sudah dipercaya sama masarakat sekitarnya Tiba tiba datang kepala sekolah baru masih muda, dan merasa paling hebat, karena beliau lolos dari guru pengerak. Hmmmmm nasib guru yang sudah tua semakin tak ada hargannya. Tolong pak dievaluasi lagi guru pengerak... hargai jasa guru siniornya.
Setuju !!! anak murid jadi kepala sekolah, sedangkan Pengabdian guru senior tdk dihargai ....!!??
Setuju. Bubarkan saja.
Setuju
guru senior ?
Cek sendiri, mereka cuma bisa nyuruh. Ngisi eraport aja gabisa, bikin administrasi alesannya udh mau pensiun🤣
Menghargai guru senior ga harus jadi seorg pemimpin..
Sebagai seorang guru saya pribadi sangat berharap terhadap bpk menteri untuk mengembalikan kembali marwah pendidik/pendidikan kita...
1. Jangan lagi ada kasta dalam dunia pendidikan
2. Jangan lagi ada penilaian kinerja guru oleh aplikasi
3. Jangan lagi ada pemaksaan anak kelas 1 dan 2 SD yang dipaksa untuk menjelaskan dan memahami suatu materi, padahal membaca dan menulis saja mereka belum mampu..
4. Kembalikan mata pelajaran membaca dan menulis indah pada anak SD
Kalo aplikasi penilaian kinerja guru oleh aplikasi itu bukankah mempermudah kerja kepala sekolah?
Betul pak, yg muda" kadang tdk bisa mengendalikan emosi, dan kematangan emosional msh kurang, krn merasa dirix uda hebat. Kadang tdk menghargai guru yg senior...diskriminatif makin mencolok.
Betulllll
Guru penggerak...stelah selesai pembelajarannya...efek terhadap sekolah maupun siswa tidak terlihat...kembali lagi ke guru semula...yg berangkatnya siang y kembali siang😆
Efeknya terhadap peningkatan capaian belajar siswa masih perlu ditanyakan.......
Betul
Puji Tuhan, sbg Guru Penggerak byk mndpt ilmu dan mengubah paradigma sy ttg mengajar. Mengajar dgn fokus pada Siswa. Student Center. Byk deh...pokoknya Guru Penggerak byk membawa dampak positif bagi sekolah, dan rekan sejawat. Salam Guru Penggerak.
Ah teori...😂
Benar itu hanya teori..semntra dilapangan rata2 siswa yg dikorbankan..
namun kecerdasan intelektual anak tidak meningkat😆
😂
Siswanya terlantar dengan adanya Guru Penggerak...tinggal "lungo" terus.
Nggak ada dampaknya "blasss" terhadap sekolah, guru, siswa, orang tua , masyarakat.
Kembalikan jg waktu belajar anak cm sampai pukul 13.45. spy hak anak ut tidur siang TDK dirampas, sore hari anak ada waktu ut bantu ortux, olah raga, ngaji, atau dll. Makan hari bisa segar kerja tugas belajar dll. Sekolah sampai sore hx buang energi siswa TDK maksimal menerima pelajaran
Benar
bagus banget ini
Betul.sekolah seharian pulang sore anak sampe rumah udah kelelahan.
Saya menjadi guru sudah 22 tahun....mengalami kurikulum 94 suplemen, KBK, KTSP K13 dan Kurmer.... yang paling bagus hasilnya dalam konteks karakter dan akademik adalah KTSP... untuk program sekolah penggerak dan guru penggerak seharusnya dievaluasi fakta di lapangan...adanya diskriminasi itu fakta... untuk menjadi leader . karena masih muda-muda.. secara emosional dan spiritual para guru penggerak umumnya masih mentah...belum teruji... karena kembalikan lagi ke masa sebelum ada guru penggerak....
Setuju KTSP
Kalau menurut saya bukan kurikulumnya, melainkan impect produk teknologi telekomunikasi, yang sisi Destruktifnya diabaikan oleh orang tua/wali murid serta mereka yang berkompeten.
Seharusnya untuk menjadi kepsek itu. Jgn cuma dari guru penggerak, karena banyak guru2 senior yg lebih berpengalaman, jadi kalau perlu semua ikut uji seleksi kompetensi kepala sekolah lagi kalau mau jadi pimpinan di sekoah, seperti waktu Jaman SBY
Sekarang guru di bebankan melengkapi administrasi dengan banyak aplikasi.
Saya sangat setuju kalau guru penggerak dievaluasi lagi karena ada diskriminasi Guru.
Sangat setuju Program guru penggerak mohon dibubarkan dalam waktu singkat ini, terima kasih
Ga lulus tes guru penggerak ya
Dibubarkan dalam waktu yg sesingkat-singkatnya
😮😅
Kembalikan kurikulum sperti jaman prof2..agar bisa mencetak sperti prof2 pada masanya
Anak anak jadi kelinci percobaan. Guru penggerak hebat...saking hebatnya bergerak..muridnya ditinggalkan..teman teman satu lembaganya yg kerepotan bantu jaga kelasnya
Betul ini...guru penggerak hanya hebat untuk diri sendiri tapi muridnya pada ditinggal Mulu..lalu apakah murid2nya akan jadi hebat pula?
@@yovithairafitriyani663 ikut Guru penggerak yu.... mana tau dapt 2jt heheh
Kurikulum merdeka , guru jarang di kelas. Siswa terlantar.
Bohong banget
@@krisnamancing2041 untuk apa meninggalkan kelas..?
Kegiatan apa... pa/bu zer
Makanya ikut cgp....😀
Jangan jadi pemalas..
bner pak. terkadang daerah salah mengartikan guru penggerak ini,kebanyakan syarat jadi kepala sekolah adalah guru penggerak. III b.pangkat guru sudah bisa jadi kepala sedangkan guru guru masih dengan pangkat tersebut masih muda. blm matang blm dewasa....seharusnya seperti dulu....senior didahulukan disamping leadershifnya juga..dewasa dll...tolong dibuat aturan yang sesuai dengan proporsinya....kami burumemohon dikaji kembali regulasi peraturan2nya...di daerah kebanyakan yg jadi kepala sekolah adalah guru2 yang ikut bermain politik praktis dan kedekatan denga pejabat olitik misalnya bupati.tidak memalui prosedur yg diterapkan juga. sehingga kmpetensi leadershif seperti kebanuyakan kepala ekolah bingung apa yg dikerjakan disekolah...mreka terkadang datang hanya duduk habisin kopi,cerita dan nonton yutube, lalu ppulang
Korupsi di sekolah byk dilakukan guru tua...pernyataan anda bodoh menurut sy
Benar sekali pak..guru penggerak cm brgerak kesana kemari dan mngabaikan tugasnya utk mendidik anak muridnya.
Masa sih, kami di sekolah swasta sangat beruntung mengikuti pendidikan guru penggerak ini dan tidak meninggalkan kelas karena dikerjakan di luar jam mengajar.
Jare sopo
Kui wong sing ora mudeng
Tidak cuma Cgp n SP tapi juga ppg on line perlu direvisi sebaiknya luring jd paham betul ilmunya n disiplin jg meningkat
Apa yg daring tidak disiplin ? 😂
Yang daring bisa contek sama sini,lebih bagus PPG yg luring,,
Modal copas copas
Modulnya jg blm tentu dipelajari secara full dan mendalam😢
❤
sdh Cocok dg namanya merdeka belajar dan merdeka mengajar, GP pada sibuk diklat / lokakarnya = merdeka mengajar dan anak2 nya merdeka belajar ... Mantap 😂😂 lanjut pak N@d*m
Guru penggerak siap dengan bentuk kurikulum apapun. Kami disiapkan untuk zaman yang fleksibel
Guru2 yg ngajar >20 tahun lebih fleksibel, kenyang dan merasakan + - pergantian kurikulum😊😊😊
Setuju
Setuju jika guru penggerak di bubarkan
Hanya bisa nyanyi nyayi, siswa sering ditinggal, seminar trus"an, nyatanya dilapangan kerjanya sama aja. Segelintir org memanfaatkan untuk menaikkan status jabatan
Betul itu...siswa di telantarkan...guru sibuk. Sendiri
Yes
❤❤
setuju banget, hanya utk menciptakan kasta2 pd profesi guru.
Sangat setuju sekali apa bila semua guru mendapatkan pelatihan.
harus seimbang....
melihat khususnya gru penggerak secara bijak..
kami. yg mengikuti merasakan. manfaat yg luarbiasa
Btul sekaliii...
Yg berkomentar miring mungkin krn belum pernah mengikuti🤣🤣🤣🤭🤭🤭
Setuju bubarkan guru penggerak, tidak usah ada guru penggerak semua guru sama, mempunyai peluang yg sama.
Sesuatu yg sangat disayangkan, merasa ahli tapi hanya bisa mengkritisi dan menyalahkan tanpa bergerak memberi solusi yg berdampak, jika hanya bicara salah benar anak umur 3 tahun pun bisa.
Salam waras Tergerak, bergerak, menggerakan... saya bukan guru penggerak tapi selama ini yg saya lihat program dan materi guru penggerak itu bagus dan tidak ada yg salah dengan guru penggerak.
Saya sebagai guru penggerak mersakan banyak manfaat tp di sayangkan kami di suruh bergerak mengimbaskan tanpa di perhitungkan biaya untuk mengimbaskan tersebut, pakai dana sendiri mana kuat kami, wong gaji perbulan aj masih jauh dr kata cukup
Saya scroll scroll akhirnya nemu salah satu komentar yang masih bisa berfikir secara objektif.
Alhamdulilah apa yang disampaikan dalam video tersebut saya rasa hanyalah sudut pandang.
Program Guru Penggerak sebaiinyabtetap dilaksanakan untuk semua guru,dalam meningkatkan kompetensi dan wawasan serta penyegaran bagi guru senior
Guru penggerak kompetensi pas pasan tapi anehnya semudah itu mengalhkan senior...logikanya dimana???
Betul itu pak, itu yg terjadi ...
KUMER MEMBERATKAN GURU MENGABAIKAN SISWA,
mantap KI Darmaninngtyas.... saya sangat setuju.
Guru Penggerak hanya menciptakan kasta diantara guru. Mereka dianggap guru hebat, padahal mereka sama saja dgn guru yg lainnya. Bahkan banyak guru yg bukan guru penggerak lebih berdedikasi dan berintegrasi.
Bbubarkan saja Program GP
Mint tlong,ttg guru penggerak,kit sibuk dgn admin pribadi,tidak berfokus pd pembelajaran yg berdiferesiensi,trim,s
PG sibuk foto dan video anak2....ngajar ilang2n....siang2 remidial cm bahas LKS 🤣🤣😆
Setuju....penggerak diawal awal saja kayak Iyo..Iyo,o ...belum setahun guru penggerak mlempem kayak kripik kena angin.
betul itu meningggalkan murid
Saya sudah mengikuti diklat calon guru penggerak selama 6 bulan. Tapi hasilnya hanya mikirin uang, uang dan uang
Gp hanya sibuk ngurusin diri sendiri murid ditinggalkan😂😂😂😂😂😂
Betul sekali kata bpk
Betul sekali Bapak..di lapangan itulah yang terjadi.
Guru penggerak sudah melalui kompetensi yang mantap
Guru penggerak bikin mendidik jadi terbengkalai waktu habis utk webinar zoom yg cuma otak Atik aneka metode mengajar. Pd hal itu sdh biasa dipraktekkan
He he, pasti ikut Ndak ketrima ya
@@JoyoRossofaktanya bgtu kok....praktik baik hanya hoanhoa
gak juga
mungkin harus ikut... dari komen saja beda hehe
Nadim membuat para orang tua stress...😂😂😂 Apalgi yg guru2 yang tidak bisa ketrima jd guru penggerak...
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Saya sebagai bagian dari Pendidik juga orang tua dari seorang peserta didik.. Suasana hati saya benar benar Kacau, saat mendengar celotehan anak, SUDAHLAH PAK, BU.. SEKOLAH YANG PENTING MASUK.. PASTI NAIK DAN PASTI LULUS.. (Kebijakan Pemerintah Yang Kurang Mendidik).. benar memang boleh tidak menaikkan siswa namun dengan seabrek berkas pendukung.. Dengan hal ini Jelas Tak ada minat belajar anak didik karena PASTI NAIK DAN LULUS. Kedua Sekolah Khususnya Guru Dibebani Dengan Demikian banyaknya Admistrasi yang menyita tugas Mengajar.. Kalau di SLTP dan SLTA ada Team TU khusus.. tapi di Tingkat Sekolah Dasar.. Beban itu semua ke Guru dan Kepala Sekolah. Guru Penggerak dan lainnya.. saya setuju untuk di kaji ulang. Abah Mu'ti Mampu dan Sangat Tepat Menjadi Tempat Mengadu serta Menyelamatkan Dunia Pendidikan di Negeri Tercinta ini.. salam dari Bumi Pacitan Jawa Timur..❤
Guru bukan aplikasi, guru adlh pendidik.
Saya senang dgn pendapat bpk,dan setuju banget
Bubarkan guru penggerak , hapus undang- undang kekerasan pada anak.Tuhan memberkati selalu bapak bersama keluarga 🙏
Bapak hebat banget paham banget dg kondisi lapangan, sy sangat setuju dg pemikiran bpk.guru penggerak d bubarkan, bkn d kaji
Guru penggerak menimbulkan diskriminasi , dan gk ada efek k anak" didik, mereka sibuk dg tugas dirix sendiri bkn untuk ank
kontra semua yah jadi sedih, jujur waktu itu saya ikut guru penggerak karena termotivasi anak dan keluarga, saya tidak ingin jadi KS jadi special one atau semacamnya lah terlalu jauh, saya hanya ingin ada satu pencapaian sehingga anak dan keluarga saya bangga, boleh yah dari sekian banyak yang kontra saya sampaikan satu hal yang positif menurut saya akses untuk mendapatkan pelatihan atau pengembangan diri sekarang terbuka untuk umum (bagi guru yang ingin berkembang) kalau dulu untuk pelatihan atau bimtek harus guru guru tertentu atau mempunyai kenalan orang dalam. salam bahagia untuk guru di Indonesia, guru penggerak ataupun bukan sama saja. yang penting guru masuk kelas dan ada untuk mereka.
Lucu sekali kedua orang tua ini... ngomong ngalor ngidul 😂
Banyak yang kontra karena guru penggerak banyak yang hanya membuat konten tapi tidak sesuai dengan kenyataan,dan tidak ada mencetak murid yg berprestasi,,🙏
@@sitikodariyah494 yakin tidak ada sama sekali? Sebelumnya Mari kita sepakati bahwa tugas untuk membuat siswa berprestasi adalah tugas semua guru bukan hanya di bebankan kepada GP saja. Oh harus sama GP karena GP sudah ada pelatihan dll. Bagaimana dengan guru yang sudah mempunyai tunjangan profesi? Mereka dapat pelatihan bahkan setiap bulan mereka dapat tunjangan lebih, kenapa mereka tidak dituntut lebih seperti GP? Banyak guru golongan IV.B kenapa mereka tidak dituntut untuk membuat siswa berprestasi mereka kan golongannya tinggi? Kenapa hanya GP yang seolah olah harus menjadi guru sempurna manusia setengah dewa? Balik lagi guru GP ada yang bisa membuat siswa nya berprestasi contohnya di sekolah saya pada tahun 2023 berhasil membawa siswanya juara 3 reporter cilik Tingkat Kabupaten yang diselenggarakan oleh diskominfotik.
sangat setuju betul sekali penjelasannya.
Lanjutkan program guru penggerak...
Mantap diskusi lanjutkan pk mentri tolong di lihat atau ditonton tentang diskusi ini.
Guru fokus saja pada mendidik, melatih,dan mengajar. Guru penggerak disibukkan seabrek administrasi
administrasi apa pak ?
Bukan administrasi Pak tapi sibuk buat konten😂😂murid tidak KOPEN😂
@sitikodariyah494 konten dibuat dokumen itu admin namanya
betul... sekali... setuju...
Di luar guru penggerak mungkin akan mencibir,tetapi sebetulnya ilmu yg kita dapat banyak untuk berperan dalam pengembangan sekolah.
Guru penggerak di sekolah saya justru sombong dan pelit ilmu
ilmu di program sangat bagus,
Bagus programnya. teman sejawat yg jadi korban, pengimbasan pada teman sejawat NOL, setelah jadi guru penggerak ngajarnya tetap Malass
Program guru penggerak sangat bagus..
Guru penggerak merupakan cerminan ketidakadilan di bidang pendidikan. Guru penggerak tidak bisa mengimbas guru non penggerak. Guru penggerak Hanya sibuk mengurus kepentingan sendiri. Bahkan terjadi dilema sekolah penggerak😮 dan non penggerak seakan ada dikotomi.
😂guru bagiku TDK penting.tlng dihapus saja program nya .pmm dll warisan Nadim Makarim Mentri paling pinter
Dimana ke tidak adilannya. Sama seperti PPG waktu ada pretes memang anda kalo tdk lulus bisa ikut PPG?
Bubarkan saja guru penggerak.
Yang guru penggerak terlalu sibuk dg kegiatan2 diluar yg jadi korban anak anak dan guru yg tidak ikut penggerak menggantikan tugas guru penggerak dsekolah sedangkan guru penggerak mencari tambahan diluar dg kegiatan yg merugikan anak anak dan teman sejawat@@berlinsiallagan2521
Betul pak itu terjadi di sekolah kita
Kalau di daerah saya guru Penggerak btl² menggerakkan dan patut di contoh, tergantung personx .
Sbnarnya gru pnggerak tu menggerakkan sekolah dengan hal2 bru tpi ini ko bertentangan😂😂
Semua guru harus bergerak,👍🙏
Sebenarny menurut sy, tdk perlu ad program guru enggerak krn semua guru adalah hrs menjadi penggerak bg diri sendiri.
Guru harus aktif, dlm meningkatkan pendidikan dlm setiap hal perkembangan peserta didik nya
Begini:
1. Diseluruh dunia, jumlah pengusaha itu maksimal 15% saja dari total penduduk masing2 negara (atau maksimal 5% kalo pake metode perhitungan dengan asumsi yg berbeda). Sisanya hanya jadi karyawan. Jadi sistem pendidikannya seperti apapun, mau banyakin SMA Umum, mau banyakin SMK Khusus, mau mempromosikan homeschooling, mau bikin mayoritas orang Indonesia jadi sarjana pun, ujung2nya tetap sama minimal 85% dari penduduk sebuah negara adalah karyawan (saat ini sekitar 3% lebih penduduk konoha berstatus sebagai wirausahawan).
2. Selain itu, mayoritas kita pada akhirnya cuma akan menggunakan ilmu calistung + plus berprilaku yg baik saja seumur hidupnya, bahkan cuma Catung saja dari semua yg kita pelajari di sekolah, karena keahlian menulisnya sudah digeser oleh komputer. Jadi semua ilmu lain, misalnya jika kita jadi karyawan pabrik rokok, sepatu, tekstil, kantor pengacara, kantor notaris, kantor pajak, dll, maka ilmu fisika, kimia, biologi, dll yg tiap hari kita pelajari di sekolah, yg tiap semester kita diuji mengerti atau tidak, yg orang tua kita beliin buku2nya, pada akhirnya tidak akan kita pakai dimayoritas hidup kita paska selesai sekolah.
3. Jadi saya sepakat dengan kurikulum merdeka, malah kalo perlu kurang2in itu mata pelajaran yg pada akhirnya tidak akan dipakai oleh minimal 85% dari total penduduk negeri ini, SD bikin jadi 4 tahun saja, smp dan sma gabungkan jadiin 2-3 tahun saja. Beri mereka kurikulum lifeskills lebih banyak, biar mereka survive selepas sekolah sebagai manusia yg merdeka bukan sekedar jadi buruh belaka sepanjang hayat mereka, karena bukan itu tujuan bangsa ini didirikan.
4. Kalo perlu kasi mereka mata pelajaran tentang bagaimana caranya hidup merdeka ditengah jatuh bangunnya setiap bisnis (yg rata2 tiap 7-10 tahun bangkrut itu). Ini lifeskills yg lebih mereka butuhkan ketimbang berbagai buku sekolah yg tebal2 itu.
5. Lagian, dari sudut pandang saya sebagai orang tua, saya merasa anak2 jam sekarang beban pelajaran yg mereka pelajari di sekolah sungguh tak masuk akal. Di paud sudah belajar begitu banyak, juga di tk1-2, mau masuk sd saja di test dulu (shock saya kok bisa masuk sd di test? kan jadinya mereka terpaksa harus masuk paud dan tk karena jadi gak akan lulus masuk sd kalo belum paud/tk dulu), di sd semua orang les ini les itu, gila gila. Buat apa itu semua kalo akhirnya kita tau minimal 85% warga negara akan jadi karyawan?
6. Mending usahakan setiap kepala keluarga di negeri ini punya rumah dengan luas tanah 500m2-1000m2 biar di rumah mereka bisa:
a. Memelihara 8-16 ekor ayam petelur (1-2 jantan)
b. Mengelola 1-2 kolam ikan terpal/fiber ukuran 1mx2m atau sedikit lebih besar
c. Memelihara 4-6 ekor kambing etawa (1 jantan)
d. Memelihara 5 kelinci newzealand (1 jantan)
e. Menanam 5-6 jenis buah2an bukan musiman (papaya California, sawo, pisang, anggur, jambu, melon, dll)
f. Menanam berbagai sayuran / keperluan dapur (kalo perlu menanam gandum dan padi di 200m2 tanah mereka masing2 secara bertingkat pake hidroponik), dan
g. Menanam tanaman pakan ternak (ketela, talas, rumput odot, kelor, azolla, lemna, dan wolffia) supaya biaya pakan kambing, ayam, kelinci, dan ikannya gratis.
Pola ini disebut sebagai Homestead di luar negeri, yg saya terjemahkan secara gaya2an sebagai Omah Perdikan (Rumah Merdeka/Rumah Tangga yg Merdeka).
7. Dengan begitu, meski Sang Ayah di PHK tanpa pesangon sekalipun, keluarganya tetap bisa minum susu segar tiap hari (karena dari 1-2 kambing saja cukup buat minum susu segar 1 keluarga tiap hari, makan telor tiap hari (1 ayam KUB bertelur 240 butir pertahun), makan sate/sop/rendang/steak tiap hari (ikan tiap hari kawin, sedangkan 1 kelinci beranak sekitar 30 ekor pertahun), makan buah2an tiap hari, makan salad/sayuran tiap hari tanpa perlu disubsidi ini itu dari negara yg menghabiskan apbn triliunan rupiah tiap tahunnya. Kalo ini dikerjakan secara mandiri oleh setiap KK, maka meski rezekinya tak dipegang sebagai uang tunai, nilainya bakal setara minimal 100 jt pertahun jika kita bandingkan dengan harga makan lengkap di hotel bintang 5 seperti kempinsky, grand hyatt, keraton, bvlgary, atau fairmont. Artinya jika dari 39 juta penduduk indonesia yg miskin (mungkin sekitar 6 jt Kepala Keluarga) beralih ke pola Omah Perdikan/Homestead yg memproduksi makanan sendiri, maka mereka semua akan berubah / loncat langsung jadi keluarga yg kaya raya.
8. Selain itu kalo mayoritas penduduk negeri ini bisa memproduksi sendiri kebutuhan konsumsi hariannya, maka negara tak lagi perlu impor sembako terlalu banyak, berbagai sayuran (bawang, dll), susu, daging, dll dari berbagai negara yg cuma akan menghabiskan uang negara saja.
9. Lagi pula buat apa itu bumn2 sektor perkebunan memiliki jutaan hektar tanah tak terpakai selama puluhan tahun sejak merdeka sampe sekarang? mending dibagikan ke masyarakat (tentu dgn cara2 yg terukur bukan asal landreform gaya komunis). Ingat penduduk tiap negara pada akhirnya akan menyusut, dan negara/bumn2 itu tak akan lagi memiliki kemewahan untuk mempekerjakan buruh2 untuk mengelola tanah negara/bumn yg jumlahnya jutaan hektar itu (Ketika jumlah penduduk mulai makin banyak orang tua/menua daripada anak mudanya).
10. Dan masa membuat program makan siang gratis yg pertahunnya bakal menghabiskan dana 70-80 triliun saja bisa, mengeluarkan blt sejak covid 400 triliun juga bisa, bayar bunga utang negara 1000 triliun pertahun selalu bisa, biaya pendidikan bisa 20% per apbn bisa, tapi kasi tanah 500m2-1000m2 (atau kalo gak mau ngasih, ya sewakan secara gratis selama 130 tahun supaya ayah dan anaknya bisa merdeka) berikut seluruh perangkat Omah Perdikannya untuk 6 juta KK yg cukup 1x saja masa gak bisa?
Negara ini tidak lagi negara agraris tapi negara sasaran bisnis... Jadi kalau penduduk produksi makanan sendiri maka pejabat ga dapet cuan😂
@@ayihodijah7007 Wkwkwk.... betul betul betul... Tapi begini buat sok2an propagandanya:
1. Namun dalam pemahaman saya, masing2 pribadi kita hanya perlu memahami semua hal itu dalam garis besarnya saja. Tak perlu masing2 dari kira semuanya harus paham sampe detail dari semua cabang ilmu. Dan yg terpenting, kita tak perlu memahami semua itu di sekolah formal. Apalagi Kita semua sebagai pribadi2 juga punya kewajiban2 lain yg sama pentingnya selain mencari ilmu.
2. Contoh di wilayah akademik: tentu sangat baik jika kita paham tentang tata semesta dan bahkan baik juga jika kita paham soal quantum mekanik, tapi kita tak perlu paham detail soal cara Einstein dan rivalnya Bohr mendeskripsikan secara matematik alam raya ini. Dan pasti kita tak akan mati, tak akan gagal sebagai hamba Allah, tak akan gagal sebagai warga negara yg baik, sebagai ayah yg teladan hanya karena tak paham fisika kuantum.
3. Contoh di wilayah praktis: sebagai peternak/ petani tentu baik bagi peternak/petani untuk memahami bagaimana reaksi kimia dalam proses fermentasi terjadi dan bagaimana nitrit/nitrat muncul di kolam ikan, biar berhasil pas membuat pupuk gratisan dari dasar air kolam ikan, tapi tak lantas saya harus paham seluruh rumus2 kimia. Dan tak perlu sekolah formal di SMK Pertanian dan pasti tak perlu jadi sarjana pertanian dulu sebelum praktik sehari-hari sebagai petani/peternak.
4, Buka youtube 10 menit saja kita langsung paham soal cara bikin pupuk organik gratisan (FOC/PSB), sisanya dimahirkan lewat praktik sehari-hari saja. Persis seperti shalat, kita memang perlu belajar ilmu shalat, tapi gak usah sekolah formal, cukup beberapa pertemuan saja, sisanya dimahirkan lewat praktek tiap hari.
5. Dalam ilmu agama, kita juga diajarkan soal pembagian kewajiban, yakni kewajiban masing2 pribadi (fardlu ain) dan kewajiban bersama (fardlu kifayah). Nah, ilmu untuk bertahan hidup (life skills) itu justru masuk kategori fardlu ain, karena semua individu tanpa kecuali membutuhkannya untuk survival.
6. Dengan demikian, mempelajari detail seluruh cabang non life skills yakni natural sciences, social sciences, dan humanities masuknya ke golongan fardlu kifayah (kewajiban bersama seluruh masyarakat). Jika sudah ada yg berkecimpung disana untuk mempelajari detailnya, maka kewajiban bersamanya sudah terpenuhi.
7. Kalo soal hobi baca semua disiplin ilmu, ya lain lagi, ini kan hobi. Lagi pula kita tau dari ratusan/ribuan buku yg kita baca dari kecil sampe sekarang, mayoritasnya sudah kita lupakan, dan dengan demikian pasti mayoritas isi buku2 yg kita pelajari dari kecil, tak akan pernah kita pakai/amalkan, wong sudah lupa. Kalo mayoritas dari bagian dari buku yg kita baca akan kita lupakan dan yg terpenting tak akan kita amalkan, lalu kenapa kita mesti baca semua itu?
8. Kalo dalam konteks mata pelajaran di sekolah/kampus: Kenapa kita mesti mempelajari semua mata pelajaran itu kalo akhirnya hanya 1 hari sejak kita keluar SMA/SMK/Kampus ilmu2 itu tak akan pernah kita ingat lagi, dan tak akan pernah kita amalkan/praktekkan lagi? Bukankah kita mesti efektif dan efisien dalam hidup, termasuk dalam mencari ilmu? Dalam membaca? Dalam mencari rezeki?
9. Dalam konteks homestead/Omah Perdikan: Jika dari halaman rumah kita, dari bumi Allah di halaman rumah kita sudah ada potensi rezeki berlimpah untuk ketahanan pangan kita, yg akan membuat kita pas mencari rezeki dari Allah tak perlu menyuap, menyogok, menjegal, nginjek, menghalangi, dll, kenapa kita tak efektifkan dan kenapa tak kita efisienkan cara kita mencari rezeki dari Allah itu dengan memaksimalkan halaman rumah kita? Wong sudah ada potensi rezeki dari Allah ditempat kita tidur tiap hari, kok malah nyari rezekinya justru menjauh daripada tempat potensi rezeki yg sudah Allah kasi dan sudah kita tiduri tiap hari?
10. Kalo boleh sok ideologis: Jika dari jam 6 Sore ke jam 6 pagi kita ada dirumah terus, dan sabtu minggu malahan 24 jam di rumah terus, ya harusnya kita bisa dapat rezeki sangat banyak dari menggali potensi rezeki yg ada di Rumah, wong jumlah waktu per hari yg kita habiskan paling banyak itu di rumah, bukan di tempat kerja. Kalo sampe kita gak bisa mengaktualkan potensi rezeki dari halaman rumah kita sendiri, dan padahal kita tau potensi rezekinya besar plus bersih, maka jangan2 kita ini (seperti kritik dari Allah): serba oon/merugi gara2 abai dengan pontensi dari rezeki yg sudah siap digali di halaman rumah kita sendiri. Dan saya pun, jatuh juga dalam ke-oon-an itu bertahun-tahun lamanya. Sungguh tak efisien/efektif, atau dalam bahasa agama: sungguh mubazir.
Wallahualam.
Saya guru SD, mengalami sendiri bagaimana penerapan dan hasil dari kumer. Ok apa yg saudara kemukakan ada benarnya, saya juga harapannya Spt itu, ingin melihat hasil dari pendidikan itu ilmu yg benar2 sesuai dan bisa sejalan dengan kebutuhan hidupnya. Namun masalahnya dengan kumer ini kita mengalami resiko yang besar dan fatal jika tdk berhasil karena tdk sesuai dengan kultur budaya Indonesia. Jadi, menurut saya, bagaimana kalo kita ambil aman saja jangan cari resiko yg fatal, kita pake kurikulum Spt yg dulu, Anak anak terus digembleng Dengan pelajaran yg lengkap. Karna prinsipnya ilmu apapun yg didapat itu disekolah tidak akan membuat kerugian bagi mereka,nth terpakai didunia kerja ato tidak. Kita bisa contoh Kore, jepang dimana mereka akan mati2an belajar untuk menuntaskan apa yg diujikan. Dan hasilnya kita lihat mereka menjadi negara yg maju
@@airasyakira5314 1. Kalo soal pilihan kurikulumnya, kita bisa diskusi panjang lebar tentang pilihan kita atas filsafat/aliran paedagogi mana yg lebih baik diterapkan buat generasi penerus kita. Juga kita bisa mendiskusikan plihan kurikulum itu dari kacamata: target keluaran siswanya mau yg seperti apa? Apakah biar mereka bisa terus sekolah sampe sarjana semua? sekolah untuk sekolah? atau sekolah untuk supaya laku di dunia kerja semuanya? jadi kurikulum yg dipilih harus menyesuaikan diri dengan jenis2 lapangan kerja/pabrik2 yg tersedia di nusantara (link and match)? atau apakah kita pengen generasi penerus bangsa ini seperti yg diajarkan Ki Hajar Dewantara menjadi manusia2 mandiri secara pangan keluarganya dan bermanfaat bagi bangsanya (tak jadi koruptor, tak jadi tukang suap, dll)? dll. Preferensi saya ke Kumer lebih karena mencermati pertanyaan2 tersebut. Jadi kalo ada kurikulum yg lain yg lebih baik ke arah tercapainya generasi penerus bangsa yg keluarganya mandiri secara pangan dan tak merugikan bangsa, maka saya ok saja dengan pilihan kurikulum yg lain.
2. Minimal, kalopun kita mau maksa seluruh anak bangsa jadi cerdas dan pintar disemua bidang studi, tetap buka lah peluang supaya minimal 1/4 dari masa belajar mereka di sekolah adalah belajar menjadi manusia yg mandiri secara pangan dalam keluarganya, merdeka, dan berprilaku yg tak merugikan bangsanya. Artinya, minimal masukkan lah berbagai mata pelajaran teori dan utamanya praktek yg terkait kemandirian, khususnya kemandirian / ketahanan pangan keluarga. Ajarkan lah mereka ilmu2 yg menunjukan bahwa pabrik itu rata2 bangkrut dalam 7-10 tahun, ajarkan lah ilmu yg menunjukan bahwa mandiri secara pangan itu mudah sekali, termasuk paparkan dan praktekkan langsung di rumah masing2 step by stepnya sampe sukses (masa 18 tahun belajar jadi keluarga yg mandiri secara pangan terus menerus gak berhasil sih? minimal yg mayoritasnya mestinya berhasil). Unilever bertahan lama sampe 100 tahun lebih bukan karena pabriknya bisa bertahan segitu lama, tapi karena memang kerjaan unilever itu ya mengakuisisi pabrik2 lain yg lagi tumbuh (termasuk beli Kecap Cap Bango, dll). Jadi sebenarnya sudah banyak pabrik2 milik unilever yg tutup. Begitu juga negara Jepang dan Korea, sebenarnya perusahaan dari sana seperti samsung, toshiba, sony, panasonic, nec, dll itu sudah banyak yg pada bangkrut. Termasuk beberapa pabrik mereka di konoha pun dah banyak yg tutup. Mereka masih berkibar sebagai brand, karena memang kerjaannya mengakuisisi pabrik2 lain yg lagi naik daun (bahasa sok kerennya: Tumbuh Secara Anorganik).
3. Soal kemajuan ekonomi dan teknologi sebuah negara, yg benar itu: tak pernah hanya tergantung pada 1 penyebab saja. Dunia pendidikan memang penting, tapi Dia bukan satu2nya penyebab. Inovasi2 teknologi dari 4 negara terbaik di bidang pendidikan yakni Singapura, Finlandia, Swedia, Swis, dan juga negara2 lain yg sistem pendidikannya masuk peringkat2 terbaik dunia, tak sebaik dalam inovasi2 dengan yg datang dari Amerika Serikat. Padahal kita tau sistem pendidikan di negeri Paman Sam itu dikritik sebagai salah satu yg bobrok, terutama dari segi infrastrukturnya. Namun kelebihan Amerika serikat selalu bersedia mendanai riset2 swasta dibidang teknologi (internet dll itu awalnya 100% full didanai negara, bahkan oleh Militer/Darpa), di bidang kesehatan (dana vaksin covid yg 500 miliar dollar itu full 100% dari negara dan diterima 100% full oleh swasta), komputasi dan robotik (IBM, Boston Dynamic, dll juga sama disupport negara). Jadi pendidikan penting, tapi bukan satu2nya.
4. Selanjutnya, saya juga perlu klarifikasi lebih jauh, bahwa komen saya lebih ke bagaimana caranya menyelamatkan nasib 39 juta warga negara kita yg sebenarnya mungkin hanya terbagi dalam 6 juta KK saja itu. Bila kita kalkulasi dengan berbagai subsidi2 negara kepada rakyat kira di berbagai urusan, termasuk untuk makan siang bergizi/gratis 70 triliun/pertahun, 20% untuk pendidikan, bayar utang 1000 triliun tiap tahun, BLT 400 triliun sejak covid, dll itu, maka sebenarnya nasib 39 juta penduduk indonesia yg berada di bawah garis kemiskinan itu bisa segera diselesaikan tanpa perlu berlarut-larut, tak beres2 sejak negara ini merdeka puluhan tahun yg lalu. Negara memiliki kemampuan untuk memandirikan 6 jt kepala keluarga, kalo kita kalkulasi dari begitu banyaknya dana yg sudah keluar dari saku negara untuk banyak hal. Bahkan, tak akan memakan biaya sebanyak yg disedot oleh program makan bergizi gratis dan BLT dalam 1 periode pemerintahan Prabowo-Gibran.
5. Nah untuk mencapat poin di atas, selain dari alokasi APBN/APBD, juga perlu dibantu dari sisi kurikulum di bidang pendidikan. Saya berharap, para calon penerus bangsa kita itu didik untuk mencari jalan keluar sendiri sebagai sebuah unit keluarga atas masalah tersebut dari sisi keluarga mereka sendiri: yakni bagaimana jika negara tak sanggup/tak becus menyelamatkan mereka, ya paling tidak mereka dididik dan diarahkan untuk mandiri membebaskan keluarga mereka sendiri dari jurang kemiskinan. Misalnya dengan cara materi muatan kemandiriannya 25% teori, dan minimal 75% praktek hidup mandiri dari halaman rumah, supaya minimal setelah 16-18 tahunan mereka sekolah dari paud sampe lulus SMA/kuliah, minimal halaman rumah mereka sudah memenuhi minimal 75% dari kebutuhan pangan keluarga mereka, tanpa beli.
6. Jadi target nilai dalam kurikulum mandirinya pun menjadi harus senafas, misalnya yg mendapat nilai 10/A untuk mata pelajaran kemandirian di tahun terakhir SMA adalah yg terbukti 75% kebutuhan pangan keluarganya datang dari halaman rumahnya, lalu mereka yg dapat nilai 8/B jika pangan keluarganya hanya mencapai 65% dari halaman rumah masing2, dan 7/C kalo hanya 50% nya saja. Tentu harus ada solusinya juga kalo anak didik yg rumahnya digang sempit dan gak ada halamannya, misalnya mereka tetap bisa dapat nilai 10/A jika dia berhasil menjalankan roda online shop yg mayoritas proses produksinya dilakukan di rumahnya (entah yg sudah klise) kayak snack2/keripik2, entah bikin tempe, jamur, dll.
7. Dan tentu tak akan ada solusi yg benar2 ideal, tapi berbagai kurikulum kan sudah dicoba, nah kenapa tidak memberikan kesempatan kurikulum yg berbasis kemandirian (gak cuma merdeka memilih cara belajar) yg target2nya jelas. Sehingga pas lulus SMA mayoritas siswa sudah hidup mandiri, dengan atau tanpa pekerjaan dari bos2/majikan2, dengan atau tanpa lanjut ke tingkat sarjana, dengan atau pun tanpa bantuan dari negara.
8. But hey, ada banyak mimpi disiang bolong memang, tapi siapa tau ada beberapa pejabat tinggi kita tergugah dan mau bertaruh: kita dah mencoba berbagai jenis kurikulum, berbagai jenis usaha / bantuan berbasis ekonomi uang, ternyata hasilnya tak optimal, nah kenapa tidak mencoba membangun ekonomi sirkular dgn cara membangun kemandirian pangan dari tanah sendiri, untuk keluarga sendiri?
Demikian, dan pada akhirnya, harus ditutup dengan wallahualam. Terima kasih. 🙏🙏
Sangat setuju ...
Benar, siswa 2 sekarang tidak memililki kemauan untuk mengikuti belajar yg kust karena mereka berfikir tenang saja pasti naik dan lulus walau tidak memiliki kemampuan apa2 karena yg penting dapat nilai kkm
Setuju pak
hentikan pengangkatan kepsek Dari guru penggerak. Masih terlalu mudah. dan secara emosi mereka BLM mumpung. mereka cenderung lebih otoroter
Masih muda dan belum banyak pengalaman masak mau diangkat jadi kepala sekolah hanya Krn sdh jadi guru penggerak. Program tdk masuk akal. Guru Penggerak dan yg lain Guru Bukan Penggerak.... Wkwkwkwk
Betul sekali mereka masih muda2, egonya jg masih tinggi merasa lebih mahir IT, lebih pintar di tempat saya juga mereka menjadi lebih over akting
@@sitimudrikah1554 betulll...over akting bin sok pintar seperti M yg baru diganti
Sangat setuju
benar sekali, kebijakan aneh memang, hanya dari guru penggerak yg boleh jd kasek.
Perlu evaluasi GP dijadikan salah satu persyaratan untuk menjadi kepala sekolah atau pengawas, semntara guri senior yg sdh berpengalaman dengan potensi dan kinerjanya bagus diabaikan 🙏
Saya sangat setuju sekali kalau guru penggerak dibubarkan!
Keliru itu kalau dibubarkan
Setuju, bubarkan demi kesetaraan guru Dimata siswa, sehingga tidak ada yang merasa lebih baik.
@@andiardan43 klirunya dari mana bray..................... selalu meninggalkan murid . guru itu mengajar bukan meninggalkan murid.
Sangat setuju. Menghabiskan biaya dan diskriminatif bagi saya
Pasukan sakit hati ga ketrima ya?
Semoga berubah menjadi lebih baik.pendidikan di negeri.kita
Setuju pa,,,mantaafff bp
Hentikan kurikulum merdeka, hentikan guru penggerak, hentikan Rapor mutu, hentikan PMM ! Sebab menyengsarakan kpd pendidikan dan masyarakat.
Fungsi utama guru, nendidik, melatih dan mengajar. Kalau guru guru disibukkan terus dengan segunug administrasi seperti pada kurikulum merdeka, maja fungsi guru beralih menjadi tenaga administrasi.
Saya sdh mengikuti program guru penggerak...dan nyatanya banyak paradigma positif yg sy terima dan saya jalankan.
Jika ada hal kurang seirama tentang guru penggerak, itu terkait personalnya bukan programnya.
Dan kami alumni guru penggerak tdk pernah mengharap untuk dijadikan pemimpin sekolah, itu menurut kebijakan saja.
Jika kurikulum mau diubah dipersilakan saja demi kemajuan pendidikan. Yang pasti bisa membentuk karakter mnjadi lbh baik.
Salam dan bahagia
❤
❤❤❤❤❤❤❤
Mantap. ❤
❤mantap kang
Siap sangat setuju
Setahu saya guru penggerak di daerah saya canggung untuk menggerakkan dan memimpin perubahan pembelajaran di sekolahnya. Kualitas pembelajaran di sekolah mereka kelihatan belum berubah. Kehadiran guru penggerak belum berpengaruh di tempat mereka mengajar.
Kelebihannya guru penggerak pandai bernarasi
@@darmawanstart3817😂😂😂
Untuk merubah kebanyakan butuh prosrs
Level guru penggerak cuma ngobrol doang di kantor guru..jarang masuk kelas...bubarkan aja guru pengeruk..
GP tidak bisa bergerak tanpa dukungan Kepala Sekolah... Kepsek Juga harus ikut berperan aktif
Mantap 👍
guru pengerak bagus sebenarnya ..... tapi jagan merasa paling bisa, mengajari guru lain bukan berarti paling pintar dimana kerendahan hati guru pengerak. gitu kok lulus guru pengerak
Memang pak kami sebagai pendidik sangat terbebani dengan kurikulum merdeka,
MERDEKA merupakan akronim dari Mulai dari diri; Eksplorasi konsep; Ruang kolaborasi; Demonstrasi kontekstual; Elaborasi pemahaman; Koneksi antar materi, dan Aksi nyata.
Guru penggerak tapi tidak bisa menggerakkan teman teman di sekolahnya. Ilmunya hanya untuk dirinya sendiri.
Guru penggerk biyaya besar banyak tipu tipu
Ya iyalah ngapain juga ngegerakin orang lain yang enggak mau gerak sama aja mendorong mobil yang sudah mogok . Capek deh
Mungkin dari andanya yg nggak mau digerakan.
Guru bisa Bergerak sendiri.. Tidak perlu Penggerak.. Karena punya tangan dan kaki..
Makanya ikutan guru penggerak biar pemikiranya tidak seperti ini...
Bener juga sih... Wlopun muda jg banyak yg sudh mumpuni manajerialnya tpiiii mungkin lbh kearah penggerak itu membangun komunitas produktif di SDM guru jdi memotivasi tdk hanya bergerak untuk sendri.
Sistem pendidikan sekarang, mudharatnya jauh lebih banyak daripada manfaatnya, jadi tidak perlu di kaji, langsung diganti saja.
Alhamdulillah.....
Akhirnya kembali juga kepada ahlinya....semoga, Aamiin🤲
Pokoknya guru penggerak itu huebaaat betul. Otomatis bisa jadi kepala sekolah atau pengawas. Bisa meninggalkan siswa2 di kelas untuk ikut pelatihan atau melatih guru. Merasa lebih pintar dan tau semuanya.
Fakta di lapangan gak ada bedanya. Mereka jadi sok paling pintar tapi kinerja zonk
@@tuhanmahatahu7172betuuullll bang .... Mereka jadi sok pintar, sok ngatur....ini buka membawa perubahan yg baik dan malah sebaliknya
@@tuhanmahatahu7172😂😂😂
@@fahrurozimohamad8354😂😂😂
Iya malah di kelas gur penggerak suka caci maki siswa dan ngajarnya ga becuss
Maaf, mari kita yg sebagai ortu , guru atau pendidik saling introspeksi diri masing-masing, kalau benci sesuatu jangan terlalu, karena suatu saat akan membutuhkannya, begitu sebaliknya, intinya perbedaan pendapat adalah halal, dan jadikan pengalaman berharga untuk memperbaiki diri agar lebih berguna dimasa depan untuk dirinya, anak2nya/ keluarganya dan lingkungan sekitarnya❤
Jika Guru Penggerak dibubarkan berarti tidak manusiawi padahal guru penggerak ini sangat membantu penguatan dalam berkolaborasi bekerjasama dan mentransformasi pendidikan
Setuju Prof..
Mantep Ki ...bubarkan saja guru penggerak.umur terlalu muda. belum matang secara pengalaman sudah mimpin se kolah..
Setuju sekali bpk prof..ga perlu dikaji lagi..tp bubarkan sj..
sangat setuju karena sering meninggalkan tugas ...karena tupoksi guru adalah melayani masyarakat untuk mendampingi anak
Betul pak, syaratnya bermacam macam termasuk usia
Guru penggerak itu adalah program pemerintah yang memberikan pembekalan dan pemdalaman ilmu yang bermanfaat,, untk apa dibubarkan kalau itu adalah meningkatkan kompetensi
Proyek nadim itu.
@@WahyudiSPd-rj1wthhhhee
semoga bukan proyek
dan semoga dilanjutkan untuk Guru Penggerak
@@yosrinusadikodratianugrah2672 NGAK BAKALAN DILANJUTIN. NGABISIN DUIT NEGARA AJA. GURU PENGGERAK APAAN. MENDING JADI GURU MAJU AJA DARI PADA BERGERAK