Tapi bagaimana jika yg disampaikan oleh ahlul bid'ah itu adalah sesuatu yg ada dasarnya dari Al Qur'an dan As sunnah, sama dgn yg disampaikan oleh Ahlul Sunnah, apakah tetap kita tolak
Ujung-ujungnya hanya perbedaan dalam *menafsirkan* bid'ah saja. Khalifah Umar bin Khatab ketika mengumpulkan para sahabat di Bulan Ramadhan untuk shalat tarowih 20 rakaat mengatakan, _"Inilah sebaik-baik bid'ah."_ Imam Syafii membagi bid'ah itu menjadi dua : bid'ah yang baik _(bid'ah hasanah)_ dan bid'ah yang buruk _(bid'ah sayiah)._ Bid'ah kok ada yang baik ya? Itu kan cuma Imam Syafii dan sahabat Umar bin Khatab. Mereka kan bukan Nabi? Bukankah semua bid'ah itu sesat? Bid'ah itu kan lawan katanya sunnah, mosok ada sunnah yang buruk? Hadits, _"Kullu bid'atin dhalalah”._ Kata *kullu* secara umum berarti “setiap," atau berarti juga "semua." Setiap (semua) bid'ah itu sesat. Ini menjadi prinsip dan bahkan menurut saya, menjadi "faham" aliran keagamaan tersendiri. Di Surah Al-Anbiya disebutkan, _"Kami jadikan setiap _*_(kullu)_*_ sesuatu yang hidup berasal dari air"._ Tetapi di Surah Ar-Rahman ada juga ayat, _"Dan Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap."_ Ada juga kata hadits, _"Malaikat diciptakan dari cahaya."_ Maksudnya, dari dalil-dalil diatas tidak setiap *(kullu)* yang hidup itu berasal dari air, makhluk hidup jin berasal dari api dan malaikat dari cahaya. Dengan kata lain, makna *kullu* bisa berati "sebagian," tidak setiap atau semuanya. Kata hadis, *_"Kullu_*_ (setiap) anak Adam yang meninggal dunia seluruh tulangnya akan habis dimakan tanah."_ Tetapi juga ada hadits, _"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi."_ Ada hadits yang mengatakan para syuhada juga. Bahkan banyak kisah dan bukti dari hamba-hamba Allah yang sholeh tetap utuh jasadnya tidak dimakan tanah walaupun kisah-kisah karomah para wali demikian diingkari sebagian umat sebagai cerita TBC _(Tahayul, Bid'ah, Churafat)._ Sahabat Usman bin Affan pernah ditanya, _"Apakah ini perintahmu?”_ Lalu jawab Khalifah Utsman bin Affan, *_"Kullu_*_ (sebagian) itu adalah perintahku dan sebagiannya bukan perintahku."_ Maksud saya, dari dalil-dalil diatas, kata *kullu* mempunyai dua makna, yaitu "setiap/semua," tetapi juga bisa "sebagian." *Kullu* dapat bermakna sebagian jika ada dalil lain yang memberi pengecualian. Dalam dalil *kullu* bidah dhalalah, ada hadist lain yang memberi pengecualian terhadap makna "setiap," di antaranya hadits berikut, _"Siapa yang membuat satu _*_sunnah yang baik,_*_ lalu sunnah tersebut dikerjakan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang membuat satu _*_sunnah yang buruk,_*_ lalu sunnah tersebut dikerjakan, maka ia akan mendapatkan dosanya dan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dari dosa mereka sedikit pun."_ Ada sunnah yang baik, ada juga sunnah yang buruk, itu menurut hadist diatas. Menurut saya, yang dimaksud sunnah yang baik atau buruk dalam hadits diatas adalah *bid'ah* itu sendiri kalau kita mau "kontekstual" dalam memahami maksud yang dikandung. Tetapi bagi orang-orang yang faham keagamaannya "tekstual" bilang, _"Mana ada bid'ah yang baik, semua bid'ah itu sesat, buruk. Namanya saja bid'ah kok baik? Dan mana ada sunnah yang buruk, semua sunnah itu baik, namanya saja sunnah kok buruk?"_ Begitulah dua pemahaman dalam menafsirkan *bid'ah* yang maksud dalam konteks hadits "kullu" bid'atin...,.
Jazaakallaahu Khairan Ustadz.
Biamillah
Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
sehat sll ya Ustadz n Team syukron Ilmunya Barakallahu fikum
Jazakallahu kheran ustadz
Next level
Bagaimana dengan ilmu alquran. Apakah kita ambil ilmu tajwid dari syaikh Aiman yang ahli tajwid juga dilarang?
Tapi bagaimana jika yg disampaikan oleh ahlul bid'ah itu adalah sesuatu yg ada dasarnya dari Al Qur'an dan As sunnah, sama dgn yg disampaikan oleh Ahlul Sunnah, apakah tetap kita tolak
Ujung-ujungnya hanya perbedaan dalam *menafsirkan* bid'ah saja.
Khalifah Umar bin Khatab ketika mengumpulkan para sahabat di Bulan Ramadhan untuk shalat tarowih 20 rakaat mengatakan, _"Inilah sebaik-baik bid'ah."_ Imam Syafii membagi bid'ah itu menjadi dua : bid'ah yang baik _(bid'ah hasanah)_ dan bid'ah yang buruk _(bid'ah sayiah)._ Bid'ah kok ada yang baik ya? Itu kan cuma Imam Syafii dan sahabat Umar bin Khatab. Mereka kan bukan Nabi? Bukankah semua bid'ah itu sesat? Bid'ah itu kan lawan katanya sunnah, mosok ada sunnah yang buruk?
Hadits, _"Kullu bid'atin dhalalah”._ Kata *kullu* secara umum berarti “setiap," atau berarti juga "semua." Setiap (semua) bid'ah itu sesat. Ini menjadi prinsip dan bahkan menurut saya, menjadi "faham" aliran keagamaan tersendiri.
Di Surah Al-Anbiya disebutkan, _"Kami jadikan setiap _*_(kullu)_*_ sesuatu yang hidup berasal dari air"._ Tetapi di Surah Ar-Rahman ada juga ayat, _"Dan Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap."_ Ada juga kata hadits, _"Malaikat diciptakan dari cahaya."_ Maksudnya, dari dalil-dalil diatas tidak setiap *(kullu)* yang hidup itu berasal dari air, makhluk hidup jin berasal dari api dan malaikat dari cahaya. Dengan kata lain, makna *kullu* bisa berati "sebagian," tidak setiap atau semuanya.
Kata hadis, *_"Kullu_*_ (setiap) anak Adam yang meninggal dunia seluruh tulangnya akan habis dimakan tanah."_ Tetapi juga ada hadits, _"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi."_ Ada hadits yang mengatakan para syuhada juga. Bahkan banyak kisah dan bukti dari hamba-hamba Allah yang sholeh tetap utuh jasadnya tidak dimakan tanah walaupun kisah-kisah karomah para wali demikian diingkari sebagian umat sebagai cerita TBC _(Tahayul, Bid'ah, Churafat)._
Sahabat Usman bin Affan pernah ditanya, _"Apakah ini perintahmu?”_ Lalu jawab Khalifah Utsman bin Affan, *_"Kullu_*_ (sebagian) itu adalah perintahku dan sebagiannya bukan perintahku."_
Maksud saya, dari dalil-dalil diatas, kata *kullu* mempunyai dua makna, yaitu "setiap/semua," tetapi juga bisa "sebagian." *Kullu* dapat bermakna sebagian jika ada dalil lain yang memberi pengecualian. Dalam dalil *kullu* bidah dhalalah, ada hadist lain yang memberi pengecualian terhadap makna "setiap," di antaranya hadits berikut, _"Siapa yang membuat satu _*_sunnah yang baik,_*_ lalu sunnah tersebut dikerjakan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang membuat satu _*_sunnah yang buruk,_*_ lalu sunnah tersebut dikerjakan, maka ia akan mendapatkan dosanya dan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dari dosa mereka sedikit pun."_
Ada sunnah yang baik, ada juga sunnah yang buruk, itu menurut hadist diatas.
Menurut saya, yang dimaksud sunnah yang baik atau buruk dalam hadits diatas adalah *bid'ah* itu sendiri kalau kita mau "kontekstual" dalam memahami maksud yang dikandung. Tetapi bagi orang-orang yang faham keagamaannya "tekstual" bilang, _"Mana ada bid'ah yang baik, semua bid'ah itu sesat, buruk. Namanya saja bid'ah kok baik? Dan mana ada sunnah yang buruk, semua sunnah itu baik, namanya saja sunnah kok buruk?"_
Begitulah dua pemahaman dalam menafsirkan *bid'ah* yang maksud dalam konteks hadits "kullu" bid'atin...,.
Afwan akhy apakah kata mubtadi ada arti lain selain ahli bid'ah yaitu "penuntut ilmu"?
💗