Asal- usul Kabupaten Karanganyar: Hutan Tempat Pangeran Sambernyawa Terima Titah Diponegoro

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 15 ต.ค. 2024
  • Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
    TRIBUN-VIDEO.COM - Karanganyar, sebuah kabupaten yang berada di wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah yang telah berusia lebih dari seabad, lebih kurang 104 tahun.
    Diusianya itu, banyak folklore dan rekam sejarah yang mengiringi berdirinya Bumi Intanpari itu.
    Karanganyar dulu sempat menjadi salah satu wilayah gerilya Raden Mas Said melawan Pemerintah Belanda selama 16 tahun, mulai dari tahun 1741 sampai 1757.
    Dilansir dari berbagai sumber, Karanganyar dulu masih dukuh kecil, tepatnya pada tanggal 19 April 1745 atau Maulud 1670.
    Nama Karanganyar, menurut cerita rakyat, dicetuskan Raden Mas Said atau dikenal dengan Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegaran I.
    "Pada waktu Raden Mas Said berperang melawan Belanda selama 16 tahun, pernah bertemu dengan Nyi Ageng Karang," terang pemerhati sejarah, KRTH Hartono Wicitro Kusumo kepada TribunSolo.com.
    Nyi Ageng Karang juga dikenal dengan nama Raden Ayu Sulbiyah, istri Pangeran Diponegoro dari Keraton Mataram di Kartasura.
    Nyi Ageng Karang bertemu dengan Raden Mas Said saat sedang mengasingkan diri di hutan setelah suaminya ditangkap Belanda dan diasingkan ke Afrika Selatan.
    Pertemuan itu sesuai dengan petuah yang didapatkan saat pengasingan, ia akan bertemu kesatria yang dikawal tiga pengikutnya. Kesatria itu ialah Raden Mas Said.
    Dihimpun dari berbagai sumber, Nyi Ageng Karang lantas menceritakan petuah yang diterimanya kepada Raden Mas Said.
    Di hutan itu, Raden Mas Said diceritakan bakal diteguhkan menjadi pemimpin baru yang mampu mengayomi masyarakatnya.
    Hutan tempat pertemuan Nyi Ageng Karang dan Raden Mas Said itu kemudian diberi nama Karanganyar.
    Nyi Ageng Karang sempat memberi petuah kepada Raden Mas Said yang saat itu masih melakukan gerilya.
    "Raden Mas Said diberi petunjuk Nyi Ageng Karang agar membangun strategi perang sebagaimana orang memakan bubur panas, dari pinggir ke tengah," jelas Hartono.
    Strategi itu diterima Raden Mas Said. Ia kemudian mengurangi kekuatan militer Belanda dengan menyerang daerah pinggiran, seperti saran Nyi Ageng Karang.
    Tapi sebelum itu terjadi, Nyi Ageng Karang sempat memberikan sesuatu kepada Raden Mas Said.
    Dilansir dari Tesis ISI Solo berjudul Kreativitas Ari Kuntarto Dalam Penciptaan Dramatari Kolosal Raden Mas Said, Nyi Ageng Karang memberi jimat wahyu kemenangan berupa burung perkutut. Itu membantu Raden Mas Said agar selalu menang dalam peperangan.
    Pada 13 Februari 1755, perjanjian Giyanti antara Pakubuwono III dan Pangeran Mangkubumi terbentuk.
    Perjanjian itu membagi kerajan Mataram menjadi dua, yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dukuh Karanganyar saat itu masuk dalam wilayah Kasultanan Yogyakarta.
    Raden Mas Said saat itu masih melakukan perlawan terhadap pemerintah Belanda.
    Itu memuat pemerintah Belanda kerepotan dan meminta bantuan Paku Buwono III untuk membujuk Raden Mas Said menghentikan perlawanan.
    "Maka kemudian keluarlah perjanjian Salatiga, memberi wilayah khusus kepada Mangkunegaran," terang Dosen Sejarah UNS, Warto.
    Dilansir dari RPJPD Kabupaten Karanganyar 2005 - 2025, pada tahun 1847, Paku Buwono III mengeluarkan peraturan Staatsblad 1847 Nomor 30 yang berlaku mulai 5 Juni 1847.
    Dalam aturan itu, Mangkunegaran terdiri dari tiga Kabupaten Anom, yakni Karanganyar, Wonogiri, dan Malangjiwan.
    Pada Tahun 1917, Mangkunegaran VII membuat tantanan baru, wilayah Karanganyar pun termasuk di dalamnya melalui Ryksblad 1917 Nomor 37.
    Aturan itu berlaku mulai pada 20 November 1917.
    "Pada pemerintahan Mangkunegaran VII ada penataan administrasi, Karanganyar ditetapkan menjadi Kabupaten," ucap Warto.
    Mangkunegaran VII melantik KRT Harjohasmoro sebagai Bupati Karanganyar pada 18 November 1917. (*)
    Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Asal- usul Kabupaten Karanganyar: Hutan Tempat Pangeran Sambernyawa Terima Titah Diponegoro, solo.tribunnew....
    Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso

ความคิดเห็น • 19

  • @easyway1458
    @easyway1458 10 หลายเดือนก่อน

    Sudimoro hadir.

  • @easyway1458
    @easyway1458 9 หลายเดือนก่อน

    Kawula saking Sudimoro tasih kumpul2 kalian cucu 2 wedono krangpadan.

  • @MatraLaut
    @MatraLaut ปีที่แล้ว

    Moga² makin tuwek makin tentram...
    Pejabate jga makin hari makin adil dan bijaksana dlm memimlin rakyatnya.

  • @naureenngina
    @naureenngina 8 หลายเดือนก่อน

    Kebakkramat hadir

  • @fiyanprasetya9515
    @fiyanprasetya9515 ปีที่แล้ว

    Tasikmadu josslah

    • @larasatidewi7282
      @larasatidewi7282 5 หลายเดือนก่อน

      Aku yo cah tasikmadu mas, tp ws menetap neng serang banten.

  • @novitasari-mf3qt
    @novitasari-mf3qt ปีที่แล้ว

    Aku bangga jadi masyarakat karanganyar

  • @rudiharyanto3810
    @rudiharyanto3810 2 ปีที่แล้ว +1

    Mojogedang hadir

  • @bba-kbupalur1892
    @bba-kbupalur1892 2 ปีที่แล้ว +1

    Kebakkramat raya hadirr

  • @sarwonosarwono6086
    @sarwonosarwono6086 ปีที่แล้ว

    Ngargoyoso hadir

  • @furingkucing1785
    @furingkucing1785 2 ปีที่แล้ว +1

    Bocah Kerjo pada kemana ini gak ada yang nongol...! 🐈

  • @dwisentot7399
    @dwisentot7399 2 ปีที่แล้ว

    Jumapolo hadir 😀

  • @heeiwahyono97
    @heeiwahyono97 ปีที่แล้ว

    Klo Salatiga Boyolali jelas ada ceritanya ..klo karang anyar kq gk pernah dengar ya..🤔

  • @thewilutama
    @thewilutama ปีที่แล้ว

    Matesih ngacung 😂

  • @iwanadichanel2281
    @iwanadichanel2281 ปีที่แล้ว

    Kerten PERJANJIAN GIYANTI hadirrrrrr

  • @Yagmb
    @Yagmb 5 หลายเดือนก่อน

    Belanda ninggali sejarah sama indonesia gemati gak cenget maka darilah itu kalau ketemu warga negara belanda guyup ke indonesia hormatilah dia kasih dia gemati maaf ketik kayak gini.

  • @ekodimar2889
    @ekodimar2889 2 ปีที่แล้ว

    Jumantono hadir.

  • @fatimhana133
    @fatimhana133 2 ปีที่แล้ว

    karangpandan hadirr