Gus Ulil termasuk salah seorang pentolan Islam Liberal. Banyak pemikiran beliau yang kontroversial yang sampai hari ini saya sendiri belum bisa menerimanya. Namun satu hal yang saya anggap positif, pemikiran yang beliau tuang dalam tulisan2 telah telah memantik dan menantang para pakar muslim untuk kembali berpikir kritis, banyak anak muda yang termotivasi untuk mengkaji kembali literasi islam.
@@bincangperspektif3218 Anggap saja begitu mas, pendidikan saya cuma Magister Aqidah dan Filsafat Islam di salah satu UIN. Saya hnya pernah dengar2 tentang Islam Liberal, konservatif, Plularis, Pragmatis, pernah juga belajar Studi Komparatif al-Quran dan Kitab Suci Agama-agama, Etika Keagamaan dan Teologi Kerukunan Agama-agama. Oya sebelum kuliah pernah juga numpang tidur di salah satu pondok pesantren jadi pernahlah baca seperti Kitab Fiqih Qailubi, fatawa Ibnu Taimiyah, Fathul Wahab, kitab tafsir Jalalain, Al maraghi, Ibnu Katsir, Atabari, Kitab Nahu Alfiah, Ibnu Aqil, kitab Balaghah Jauhar maknun, ilmu bayan, kitab usul fiqh Ar risalah. Klo tasawuf ya paling kitab ihya Ulumuddin, Insanul Kamil, ihya ulqulub.
@@gorgerizal9015 pemgalaman banyak anda yang anda sebutkan sewaktu mondok tidak cukup memahami pemikiran akademisi kampus jika seaktu di kampus anda juga tidak mengikuti komunitas2 tertntu. Ruangan kelas tidak cukup untuk memahami pemikiran mereka. Kampus itu hanya kapal besar sementara dilingkungan kampus ada skoci2 kecil tempat memperdalam. Ruangan kelas terbatas, pembelajaran dan ilmu terbatas. Tetapi tidak dikomunitas. Sekali lagi, Pengalaman anda di pondom tidak cukup untuk memahmi pemikir2 kampus khusunya untuk tahun 70 80 an karena itu masa2 komunitas yang sangat maju. Pesnatren tidak mengajarkan otokritik terhadap pemikiran2. Hanya sebatas membaca, ngaji.
@@bincangperspektif3218 Dalam segi kompetensi dan tingkat keilmuan saya juga mengagumi beliau sebagai orang cerdas, berwawasan tinggi, dan bernalar kritis. namun hal tersebut tidak berarti harus ikut dan menelan mentah2 alur pemikirannnya. Kayaknya mas pengagum berat beliau, sehingga ketika tak sepaham dengn pemikiran beliau mas langsung menghakimi klo ilmu saya ngak nyampek, bahasa sederhana nya ngak selevel lah dengan beliau2. Sebenarnya ini termasuk bentuk over fanatisme di era moderen mas. Hal ini juga menimpa bagi sebagian mahassiwa yang belajar Islam di barat, mereka silau dengan tingkat kecerdasan pemikir2 barat sehingga ketika diajak bergumen menjadi minder dan tak berdaya, hilang lah indetitas diri, canggung untuk mempertahankan idealisme yang telah terpatri , hasilnya jadilah pion dan agen produk pemikiran mereka. Terkadang menjadi seorang pemikir harus punya konsep marketing dagang. Klo anda jual rendang sapi mungkin itu udah biasa, tapi klo jual rendang babi pasti heboh se Indonesia bahkan se dunia. Ya walaupun mendapatkan kosekuensi hukum dan sosial namun resep masakan anda kan jadi trending topik alih2 bisa masuk TV. Demikian juga klo hanya hnya ngarang buku tuntunan salat, tata tacara ibadah haji yang mambrur di toko emparan banyak, Tapi klo ngarang buku Pologami haram, zina, LGBT halal..wah pasti heboh..klaupun diajak tabayun, tinggal komen ''ini kan pemikiran saya dalil ini bla bla bla ..mau ikut silahkan, klo ngk monggo. Terlepas dari cacian dan hinaan, tentu ada hasil yang di dapat, buku tersebut pasti laris manis alias best seller dan anda jadi tokoh kontroversi yg selalu dicari. biasalah mas. hehehe.. Pengalaman menjadi santri di pondok tentu berbeda dengan belajar di barat yang bisa berpkir secara liar, berani dan bebas menorobos sekat dalam ruang sakralitas yang telah baku atas nama kebebasan berpikir. selama di kampus Saya juga kurang bersentuhan dengan komunitas dan organisasi2 kiri, jadi wajar ilmunya ngak nyampek selevel mereka2 yg udah bisa mengembangkan pemikiran new Muktazilah bersampul Islam Liberal, Islam Moderen, Islam sekuler, Islam Moderat, Islam Nusantara dan Islam2 lainya. Bagi saya sederhana saja, apapun konsep pemikran yang di tawarkan selama itu memberi kebaikan pada Agama saya, Negara, Diri saya, orang terkasih, manusia dan lingkungan dan yang terpenting tetap merasa dekat dengan Allah SWT akan saya kagumi dan ikuti.
Alim dan ilmunya luas
Para Kiyai2 NU sangat 'Aalim jujur cerdas cermat gigih berakhlak mulia......
Bismillah...saya pengagum beliau,senang mendengar yutubnya.
Beliau adalah santri langsung KHR As’ad Syamsul Arifin Sukorejo
Betul, 2 tahun tdk meninggalkan area pesantren
NU memang tidak kehabisan Setok ulama 2,
Sehat sllu pak Prof muqsid..saya kagum d Ngan keilmuan pak Prof
Mutiara PBNU yang alim Al lamah yang sangat tawadhu alim nya luar biasa msh banyak TDK kenal dengan kiai PBNU seperti kia abd muqsith ahli Ushul fiqh.
Subhanallah..ilmux sangat luar biasa.
Musim ghozali dan gus ulil adalah 2 ulama NU yg keilmuanya sangat luas dan mendalam
top
gak bisa berhenti nonton kalo dr moqsith ghazali yang bicara
Beliau hafalannya luar biasa berkah taat kepada kyai As'ad tidak pulang selama 4 tahun di salafiyah Syafi'iyah sukorejo
Masya Allah.. Ternyata masih banyak kader2 NU yg ilmunya luar biasa
Salah satu Kyai Yg saya Kagumi keilmuannya.
Kyai ini memang topp bngt saya mengaguminya
Kyai nu ❤
Luar biasa cerdasnya 👍👍
Top top top,
Gus Ulil termasuk salah seorang pentolan Islam Liberal. Banyak pemikiran beliau yang kontroversial yang sampai hari ini saya sendiri belum bisa menerimanya. Namun satu hal yang saya anggap positif, pemikiran yang beliau tuang dalam tulisan2 telah telah memantik dan menantang para pakar muslim untuk kembali berpikir kritis, banyak anak muda yang termotivasi untuk mengkaji kembali literasi islam.
Ilmu anda belum nyampe mungkin, mas
@@bincangperspektif3218 Anggap saja begitu mas, pendidikan saya cuma Magister Aqidah dan Filsafat Islam di salah satu UIN. Saya hnya pernah dengar2 tentang Islam Liberal, konservatif, Plularis, Pragmatis, pernah juga belajar Studi Komparatif al-Quran dan Kitab Suci Agama-agama, Etika Keagamaan dan Teologi Kerukunan Agama-agama. Oya sebelum kuliah pernah juga numpang tidur di salah satu pondok pesantren jadi pernahlah baca seperti Kitab Fiqih Qailubi, fatawa Ibnu Taimiyah, Fathul Wahab, kitab tafsir Jalalain, Al maraghi, Ibnu Katsir, Atabari, Kitab Nahu Alfiah, Ibnu Aqil, kitab Balaghah Jauhar maknun, ilmu bayan, kitab usul fiqh Ar risalah. Klo tasawuf ya paling kitab ihya Ulumuddin, Insanul Kamil, ihya ulqulub.
@@gorgerizal9015 pemgalaman banyak anda yang anda sebutkan sewaktu mondok tidak cukup memahami pemikiran akademisi kampus jika seaktu di kampus anda juga tidak mengikuti komunitas2 tertntu. Ruangan kelas tidak cukup untuk memahami pemikiran mereka. Kampus itu hanya kapal besar sementara dilingkungan kampus ada skoci2 kecil tempat memperdalam. Ruangan kelas terbatas, pembelajaran dan ilmu terbatas. Tetapi tidak dikomunitas.
Sekali lagi, Pengalaman anda di pondom tidak cukup untuk memahmi pemikir2 kampus khusunya untuk tahun 70 80 an karena itu masa2 komunitas yang sangat maju. Pesnatren tidak mengajarkan otokritik terhadap pemikiran2. Hanya sebatas membaca, ngaji.
@@bincangperspektif3218 Dalam segi kompetensi dan tingkat keilmuan saya juga mengagumi beliau sebagai orang cerdas, berwawasan tinggi, dan bernalar kritis. namun hal tersebut tidak berarti harus ikut dan menelan mentah2 alur pemikirannnya. Kayaknya mas pengagum berat beliau, sehingga ketika tak sepaham dengn pemikiran beliau mas langsung menghakimi klo ilmu saya ngak nyampek, bahasa sederhana nya ngak selevel lah dengan beliau2. Sebenarnya ini termasuk bentuk over fanatisme di era moderen mas. Hal ini juga menimpa bagi sebagian mahassiwa yang belajar Islam di barat, mereka silau dengan tingkat kecerdasan pemikir2 barat sehingga ketika diajak bergumen menjadi minder dan tak berdaya, hilang lah indetitas diri, canggung untuk mempertahankan idealisme yang telah terpatri , hasilnya jadilah pion dan agen produk pemikiran mereka.
Terkadang menjadi seorang pemikir harus punya konsep marketing dagang. Klo anda jual rendang sapi mungkin itu udah biasa, tapi klo jual rendang babi pasti heboh se Indonesia bahkan se dunia. Ya walaupun mendapatkan kosekuensi hukum dan sosial namun resep masakan anda kan jadi trending topik alih2 bisa masuk TV. Demikian juga klo hanya hnya ngarang buku tuntunan salat, tata tacara ibadah haji yang mambrur di toko emparan banyak, Tapi klo ngarang buku Pologami haram, zina, LGBT halal..wah pasti heboh..klaupun diajak tabayun, tinggal komen ''ini kan pemikiran saya dalil ini bla bla bla ..mau ikut silahkan, klo ngk monggo. Terlepas dari cacian dan hinaan, tentu ada hasil yang di dapat, buku tersebut pasti laris manis alias best seller dan anda jadi tokoh kontroversi yg selalu dicari. biasalah mas. hehehe..
Pengalaman menjadi santri di pondok tentu berbeda dengan belajar di barat yang bisa berpkir secara liar, berani dan bebas menorobos sekat dalam ruang sakralitas yang telah baku atas nama kebebasan berpikir. selama di kampus Saya juga kurang bersentuhan dengan komunitas dan organisasi2 kiri, jadi wajar ilmunya ngak nyampek selevel mereka2 yg udah bisa mengembangkan pemikiran new Muktazilah bersampul Islam Liberal, Islam Moderen, Islam sekuler, Islam Moderat, Islam Nusantara dan Islam2 lainya.
Bagi saya sederhana saja, apapun konsep pemikran yang di tawarkan selama itu memberi kebaikan pada Agama saya, Negara, Diri saya, orang terkasih, manusia dan lingkungan dan yang terpenting tetap merasa dekat dengan Allah SWT akan saya kagumi dan ikuti.
Kalau saya dibilang pengagum berat beliau tidak. Saya kaguam pengagum berat ilmu, mas. Mohon maaf bila ada kaat2 saya yang kurang bijak. 🙏🙏🙏
Alhamdulillah Barokalloh.......... 👍👍👍👍👍👍👍👍👍
👍
NU makin gacor
Liberal
PBNU sekarang dikuasai liberal...
Apa to liberal itu mas, sy kok gk faham
Apa itu liberal?
Asbun