Kalau dari yang aku simpulkan: 1) ngga ada yang bener-bener independen, karena pada dasarnya laki-laki dan wanita saling membutuhkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Laki-laki memiliki kelebihan dalam mencari dan memberikan hal-hal material, dan menghadapi kesulitan material, dan pada dasarnya memiliki sikap melindungi, sehingga di sini laki-laki menjadi pemimpin dan menjaga wanita. Wanita memiliki kelebihan dalam memberikan hal-hal non material, seperti perasaan tenang, yang membuat laki-laki dan anak-anaknya menjadi lebih kuat menghadapi kesulitan/tantangan. 2) Lahirnya feminisme pada dasarnya ketidakpahaman masing-masing akan peran laki-laki dan perempuan dan fitrah biologis masing-masing yang berbeda, yang tidak bisa dipungkiri dampaknya lebih tampak kepada perempuan. Allah mengajarkan bahwa yang kuat harus melindungi yang lemah, bukan malah memanfaatkan atau memperbudak. Makanya mungkin awalnya atas dasar survival, para perempuan melawan balik, karena laki-laki tidak melindungi atau mengayomi mereka sebagaimana semestinya. Di sini laki-laki sebagai pihak yang lebih kuat dalam hal material, harusnya mengayomi perempuan, bahkan pernah nonton pembahasan ayat alquran, laki-laki hukumnya wajib mengayomi perempuan, contohnya dalam hal mencari nafkah, berbeda dengan perempuan yang diperbolehkan tapi tidak diwajibkan (dari situ saya sebagai perempuan barulah sadar beratnya tanggung jawab laki-laki). Perempuan pun, kalau saya simpulkan, berkahnya adalah penyokong kekuatan emosional/psikis keluarga dan sekolah pertama anak-anak, yang apabila peran ini tidak dipegang karena waktu lebih termakan hal-hal lain (bekerja contohnya), ini dapat berdampak juga ke keluarga yang tidak kokoh. Dari sinilah saya belajar bahwa saya sebagai wanita punya peran penting yang sebaiknya saya perhatikan terlebih dahulu, sebelum merambah ke hal-hal lain (pekerjaan atau hobi). Sayapun sebenarnya suka mengurus suami dan mengurus rumah, dan suka bekerja, tapi jujur gentar jika diwajibkan bekerja seperti laki-laki ^^;. Cuman sayangnya dengan ekonomi sekarang, seperti harus dituntut double income dari saya dan suami :( , semoga kedepannya ekonomi membaik atau suami bisa dapat penghasilan lebih sehingga saya bisa mengurangi pekerjaan saya untuk lebih banyak mengurus suami dan anak.
"Komunikasi itu bukan kunci. Ternyata komunikasi itu merupakan hasil, hasil dari cara berpikir dan dorongan hati" -bang Hawaariyyun Huwaaaaa, insight baruuu
Saya wanita lulusan S2 yg memilih resign utk urus anak di rumah, tapi orang tua saya begitu terpukul atas keputusan itu meskipun saya sudah jelaskan ini diambil demi pendidikan anak2. mereka tidak terima kalau anak yg dibesarkan susah payah, tidak punya penghasilan sendiri dan hanya mengandalkan penghasilan suami. mereka anggap malah kalau saya berhenti kerja, anak2 saya ga akan dapat pendidikan terbaik krn tidak bisa sekolah yang mahal. saya sudah bingung bagaimana menjawabnya, padahal mereka pun tahu betapa sering bermasalahnya cucu2 mereka saat diasuh oleh baby sitter. saya jadi akhirnya punya kesimpulan, pola pikir wanita harus bekerja juga diturunkan oleh orang tua yang telan mentah2 prinsip emasipasi, bias sama konsep liberalisme.
berat sih mba hehe... aku jg lulusan S2 dituntut untuk berkarir.. padahal sekolah tinggi mau membangun generasi, apalagi gen kecerdasan anak diturunkan dari ibunya😂 semangat mba...
Justru menurutku wanita memang harus pintar dan tujuan utamanya memang untuk mendidik anak2nya nanti, rezeki nggk harus harta kok. Insyaallah ilmu yg didapat lebih bermanfaat saat diturunkan ke anaknya. Mau berkarir atau tidak wanita memiliki opsi kok, mungkin nanti bisa berkarir lagi setelah anak sudah besar.
1. Aku happy bgt ini kyk jawaban dari Allah atas keresahanku 2. Klo dari sudut pandangku, gak ada independent woman tu, gada yg bener2 suka jadi independent woman karena fitrah nya emang sukanya dilindungi & diayomi. 3. Wanita jaman skrg TERPAKSA JADI INDEPENDENT, karena ada byk faktor di lingkungannya yg bikin dia harus bgtu. Kasus di aku, saat ibu aku 'manja' semacam kyk yg ust husen bilang, ayah aku seringkali ngeluh, jadi aku mikir ya berarti aku hrs mandiri drpd dikomenin mulu. Di kasus yg lain, ada sodara aku yg pas covid suaminya dipecat, tp trus berkelanjutan ga kerja karena males sampe istrinya yg kerja, bahkan adu nasib sama istrinya katanya selama bertahun2 sblmnya kan dia yg cari duit. Kan kayak 😭😭😭 banget. 4. Dari situ, aku jd ngerasa hrs bisa apa2 sendiri karena di jaman skrg jujur byk laki2 yg kurang qowwaam. Utk case ayah aku mungkin msalahnya dia ngeluh aja tp aslinya qowwaam, tapi kasus yg kyk sodaraku..itu kan laki2nya kyk gamau nafkahin 😩 5. Banyak kasus perceraian, mantan suami gak menafkahi anak yg ada di asuhan mantan istri 6. Banyak juga kasus jaman skrg, saat laki2 mau kenalan sama perempuan, ditanyainnya 'kamu kerja apa' dan pns apa engga nya perempuan seakan2 jd penting bagi si laki2 utk 'pride' 😂 kan kek.. kenapa bgtuuu 😭 7. Aku pribadi, meskipun single mom, kerja juga, jujur capek 😭 tettep butuh temen cerita, tetep butuh diayomi, dinasehati. Jadi aku yakin banyak perempuan yg independen karena keadaan 😩 tapi, kondisi jaman skrg ustadz, ada istilahnya laki2 mokondo, kita pada takut ketemu yg begini 😩
Mirisnya lagi Mba, laki2 lebih sedikit yang pergi ngaji.. Padahal yang lebih butuh ilmu itu laki2 dlu karena akan jadi Imam (jadi teladan untuk istri dan anak).. Menurut saya salah satu faktor besarnya adalah budaya pacaran Mba, di Islam d ajari cara berhubungan dengan lawan jenis melalui pernikahan yang brarti ada tanggung jawab dan amanah d situ. Dari kecil yang diajarin ama sinetron, film dan lagu adalah pacaran.. Ga kenal apa itu tanggung jawab dan kewajiban, cuma taunya suka sama suka silahkan jalani hidup sesukanya. Akhirnya waktu nikah baru tau realita hidup beda, tidak sama dengan jalan cerita d drama korea..
Setuju bgt kaa, pernah tau juga yg begitu. Malah ada perempuan yg membenarkan yg statement itu tadi: kalau yg laki2 selama ini kan udh kerja jdi yaudah lah gantian istri yg kerja. pdhl posisi nya istri nya emg selama ini jg dah kerja waktu suaminya ini kerja. kek apa si?? Pdhl kan ini tuh bukan ttg begitu, laki2 tu qawwam, udah fitrahnya dan emg tanggung jawab dia adlh mencari nafkah buat keluarganya. Kalau paham hal ini pasti ngga ada pemikiran kaya gitu, karena hal yg ga sesuai fitrah udah pasti menghasilkan hal buruk. btw semoga kk nya selalu dikuatkan, dilimpahi kebahagiaan dan keberkahan yaa ka sbg single mom ❤️
Kalau saya sih memilih tetap bekerja karena untuk berjaga jaga kalau suami poligami. Meskipun alhamdulillah suami saya setia, tapi saya anti poligami. Saya lebih baik jadi janda daripada di poligami.
Bener banget nih ustadz.. mewakili mommy² yang juga bekerja di luar rumah.. udahlah capek kerja, nyampe rumah masih harus ngurusin rumah dan anak.. tapi tidak semua perempuan mendapati keadaan rumah tangga yang sesuai fitrah.. Bismillah karena Allah bekerja mencari nafkah untuk anak² dan keluarga, Insyaallah semoga lelah kami menjadi lillah..
Kalo suami udah meninggal itu wajar perempuan jadi cari nafkah, yg msalah kalo suami masih ada tapi suami isteri bekerja, pndidikan anak mlah diserahin ke art. Bukanhnya fatherless tapi motherless juga
@@bravebee1272 saya contohnya, menjadi asing ke ayah dan ibu sendiri, krn sejak lahir dirawat nenek dan kakek. Alhamdulillah saya di rawat dgn baik sehingga tidak merasa kekurangan peran orang tua. Namun dalam hati saya ikatan batin sy ke orang tua kandung saya kurang baik.
Banyak wanita ingin tetap bekerja setelah nikah, pertama karena ingin membantu orang tua dari gajinya sendiri, jadi tidak mengganggu uang suami, dan yang kedua buat jaga-jaga kalau pernikahannya doesn't work out dan naudzubillah harus bercerai. Wallahualam...
Sbg perempuan yg pernah merasakan jomblo lamaaa, dmn semua tmn2nya udh pd nikah dan punya anak. Sbnr nya kata independent itu hanya tameng aja. Spt keresahan si mba nya dlm video itu. "Apa itu independent woman ahhh". Tpi kenyataannya jodohpun susah didapat. Jd lah mereka merasa "ah gw bisa ko sndirian". Jd hal itu berbeda dg perempuan yg udh nikah terus ttp bekerja. Klo perempuan udh nikah dan ttp bekerja biasanya, 1. Krn syg ngelepasin gajinya udh gede 2. Krn biar klo mau belanja dan memenuhi gaya hidup jd mudah ga ush mengandalkan suami 3. Bisa jg krn tuntutan ekonomi jd harus bantu suami jg cari uang lebih. Jd bukan krn dia adalah seorang yg independent. Itu si yg sya pahami dri video tsb.
@@ekakurniati1688 Kalau perempuan bekerja dan tidak menikah mah pasti cukup aja buat dirinya sendiri atau bisa jadi cukup jika punya tanggungan ortu/saudara Menurut saya independen hanya cara untuk survive saja, sejatinya kebutuhan dasar manusia itu butuh bonding, kalau laki-laki dengan sex drive / hormon yang tinggi berarti seks juga kebutuhan dasar. Jadi independen yang disematkan atau jadi tameng itu sebenarnya kurang tepat juga untuk menggambarkan ketidakmauan untuk membangun keluarga. Dan berlanjut ke membangun keluarga, bonding dengan anak juga core validasi komunikasi manusia (gimana ya bahasanya 😅) idealnya sih seperti itu. Ini yang saya pahami setelah sedikit mengesampingkan agama namun mendalami untuk apa menikah dan berkeluarga. Mungkin ada kondisi-kondisi yang tidak ideal sehingga jika menikah malah masalah-masalah yang sebelumnya ada tidak terselesaikan seperti trauma atau ada habit buruk. Sebenarnya banyak juga wanita karir yang sudah menikah dan punya anak juga bahagia, memang tergantung pada pasangan juga. Terkait pendidikan sudah banyak opsi saya rasa. Bahkan zaman Rasul ibu susuan itu lumrah, entahlah kalau sejarahnya di Indonesia. Kalau suami poligami saya persilakan, asalkan mampu dan adil SnK haha.
@@namikazedevj46 , Baiklah...mari kita kesampingkan agama. Saya punya sepupu dari papa. Dia perempuan berusia 40 tahun an, mungkin hampir mendekati 50 tahun. Sepupu saya ini bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Gajinya pun tidak main-main, gajinya lebih besar dari umurnya sekarang. Dengan gaji segitu besarnya, orang tua nya selalu di-liburkan ke luar negeri. Setidaknya sebulan atau 3 bulan sekali. Sepupu saya ini tidak dilahirkan dalam keluarga berada. Masa lalunya agak suram. Bahkan keluarganya pernah makan nasi dan garam. Orang tuanya bekerja banting tulang agar ke-3 anaknya bisa kuliah. Beruntung, ke-3 anaknya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik dan mendapat pekerjaan di Jakarta. Sepupu saya ini sangat gigih, mandiri, & pekerja keras. Perusahaan yang awalnya kecil, kini menjadi besar berkat kegigihannya. Saking mandirinya, dia sampai sekarang belum menikah. Atau bahkan tidak berniat menikah? . Itu tidak masalah, karena dia memiliki banyak teman. Yang pasti tidak menikah bukan berarti tidak bahagia.
Baiklah, kita lihat dengan mengesampingkan agama. Dia adalah kerabat dekat saya, perempuan berjilbab umurnya sudah lebih dari 50 tahun. Ia adalah pekerja yang sukses, dipercayai atasan, taat beribadah, dan memiliki personality yang menyenangkan walaupun agak pendiam. Sebagai nomor dua tertua dari semua saudara kandungnya, ia berhak untuk memberi nasihat pada adik-adiknya yang mungkin salah langkah. Tetapi ia tidak pernah ikut campur dan menjelek-jelekan mereka, ia mungkin membahas bersama orang tua dan saudara-saudaranya yang lain. Tapi alih-alih menghujat ia memberi pertolongan yang nyata seperti bantuan keuangan atau bantuan dalam mencarikan pekerjaan. Satu hal yang saya sukai dari dia adalah baktinya pada orang tua. Ia membiayai kehidupan orang tuanya termasuk ibadah haji mereka. Ia juga membantu ekonomi beberapa saudaranya yang sudah menikah. Saya tidak tahu kenapa sampai sekarang ia belum menikah. Orang tuanya juga tidak membahas ini dan tidak pernah terdengar mereka mengeluh karena anaknya itu belum menikah juga. Tetangga dan saudara-saudarapun tidak berani untuk menanyakan langsung, Ketidak beranian itu karena kerabat saya ini memiliki wibawa dan juga baik hati. Mereka jadi sungkan untuk 'turut campur'apalagi orangtuanya sendiri juga tidak pernah mengeluh mengenai dia. Pernah saya dengar ada bos nya berkewarganegaraan asing yang menyukai dia tapi dia malah ketakutan. Saya yakin banyak yang menyukainya karena walaupun umurnya sudah 50 tahunan tapi wajahnya seperti umur 30 tahunan, awet muda dan cukup enak dipandang. Apalagi dia aktif di pengajian, saya yakin juga banyak yang tawaran untuk taaruf. Entahlah apa yang menjadi pertimbangan dia. Saya pikir orang tua menjadi salah satu hal yang membuat dia mikir dua kali untuk menikah. Orang tuanya sudah sepuh dan sudah tidak bekerja, saudara-saudara yang lain sudah memiliki keluarga sendiri dan tinggal jauh dari mereka. Hanya dia yang masih tinggal bersama orang tuanya, walaupun sebetulnya dia memiliki banyak rumah yang bisa ditempati. Tapi dia memilih tinggal di rumah orang tuanya yang sempit dan berada di gang. Orang tuanya tidak mau pindah karena sudah terlanjur nyaman dengan lingkungan tempat tinggalnya saat ini. Saya mendoakan agar dia segera menemukan jodohnya yang sama baiknya dan mampu membahagiakan dia. Tapi jika dia memilih sendiri, itu adalah pilihan dan saya yakin dia tetap bahagia seperti yang saya lihat darinya kini, @@namikazedevj46
@@namikazedevj46, *Apakah menikah itu suatu keharusan?* Tidak harus bagi perempuan, tapi mungkin iya bagi kebanyakan laki-laki. Karena perempuan itu tidak butuh lagi laki-laki di zaman ini. Alasan utama mengapa pria butuh wanita adalah karena pria itu lebih sulit membendung nafsunya daripada wanita. Pria itu payah, itulah mengapa obat kuat cuma dibuat untuk pria. Wanita itu sebenarnya lebih mandiri daripada pria. Wanita tidak butuh partner untuk melampiaskan nafsunya. Sebagai seorang perempuan, coba saja tanyai diri kalian sendiri, seandainya kalian memiliki semua poin-poin berikut, apakah kalian masih yakin untuk menikah? ♦️Memiliki karir yang jelas. ♦️Kaya-raya. ♦️Mandiri & cerdas. Mampu menghidupi diri sendiri. Hampir tidak pernah meminta bantuan orang lain. ♦️Tidak ada tuntutan dari agama maupun adat untuk menikah. ♦️Tidak akan digosipkan keluarga & masyarakat karena telat atau tidak menikah. ♦️Sehat secara fisik dan mental. ♦️Melahirkan itu sakit dan mengancam nyawa kalian. ♦️Biaya pernikahan, melahirkan dan membesarkan anak itu mahal. Selain faktor ketampanan, saya yakin sekali, pasti banyak wanita yang akan menjawab kalau menikah itu tidak perlu sebenarnya. *If you can happy with your own life, then why do you need someone else?* Zaman sudah berubah. Kesetaraan gender semakin tercapai. Lowongan pekerjaan sudah banyak terbuka bagi wanita. *Wanita tidak lagi membutuhkan pria sebagai penyelamat yang akan memberikan perapian di dapurnya.* Pola pikir begini sudah populer di negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan. Anak muda di sana mulai enggan untuk menikah karena perempuan di sana merasa mampu hidup sendiri. Mereka tidak ingin diperbudak setelah menikah. *Memasukkan orang lain ke dalam hidup kalian artinya juga menambah masalah baru bagi kalian.* Bukti terkuat yang menunjukkan pria lebih butuh wanita adalah lebih tingginya angka bunuh diri kaum lelaki di Jepang.[1] Kebutuhan biologis dan psikologis cowok di sana tidak terpenuhi, sehingga banyak yang melakukan hikikomori dan berfantasi dengan waifu 2D-nya. *Kesepian adalah pembunuh bagi pria, tapi tidak bagi wanita.* Saya sebenarnya tidak setuju dengan hukum alam perkawinan ini. Saya lebih suka membelah diri atau bertunas, karena lebih hemat waktu, energi dan biaya. Tapi butuh evolusi berapa juta tahun lagi supaya manusia bisa bertunas, kan? Sejauh ini, saya cuma menemukan alasan terbaik berikut mengapa wanita sebaiknya menikah: 1. Ada yang merawat ketika sakit. Kita tidak pernah tahu kapan kita jatuh sakit. 2. Ada bahu untuk bersandar, bercerita dan menemani masa tua. 3. Ada teman untuk berdiskusi dan memberi nasehat. Andai saja di masa depan nanti ada robot yang mampu memberikan ketiga poin di atas, saya yakin sekali akan banyak orang yang memilih untuk tidak menikah. Akan terjadi depopulasi besar-besaran dan umat manusia pun akhirnya musnah dibuai oleh teknologi mereka sendiri. Sebagai seorang perempuan, mengapa sebaiknya perempuan itu menikah menurut opini kalian? *Catatan Kaki* [1] Kenapa lebih banyak laki-laki meninggal karena bunuh diri? - BBC News Indonesia
Terkadang banyak pola pikir masyarakat kita yg hrs di poles lbh ke arah yg lbh baik lg.... Sebagai contoh, banyak yg berpandangan bahwa seorang suami itu klo bs bantu2 istrinya dgn pekerjaan rumah dan merawat anak... Pemikiran/pola pikir ttg "Suami membantu Istri dgn pekerjaan rumah dan merawat anak" menurut saya kurang setuju atau bahkan cenderung ke tidak setuju, krn rumah yg ditinggali itu bersama, anak yg dimiliki jg hasil bersama, tp knp hal2 seperti mencuci piring, menyapu/mengepel rmh dll, sampai merawat anak itu tdk dilakukan bersama? Krn kata "membantu" itu kesannya pamrih, tdk ikhlas... Jika suatu saat suami benar2 lelah dgn pekerjaannya diluar, lalu istrinya dirumah sdg kerepotan, maka mindset "membantu" ini akan sangat tidak membantu kondisi rumah tangga tsb.... Mungkin lbh baik pola pikir "membantu" diganti dgn "bekerja sama"... Bekerja sama dgn kerelaan sesuai peran msg2... Saya setuju dgn Ust. Weemar dan yg lain, krn pangan, sandang dan papan beserta turunannya merupakan kewajiban dr suami thd istrinya....
Sayangnya realita berkata lain, seribu 1 suami yg mau bekerjasama dgn istri. Yang ada plg krja HP lg game lg, lihat istri kerepotan kecapean.. Q juga capek di luar krja. Jd lah istri juga yg ngurus semua.
@@ZeeikoSR12 Hal ini sekali lg bukan ajaran Islam melainkan adat/kultur/kebiasaan yg turun temurun dan mungkin kurang ada peran khusus seorang Ayah yg baik pd anak laki2nya shg melahirkan sifat2 seperti itu....
Beberapa Point Penting dalam pembahasan diatas: 1. Urusan saling melengkapi, dimana perempuan dan laki-laki itu ditakdirkan untuk saling melengkapi. - Peran laki2, jenis kebahagiaan: Bahagia kalau melindungi - Peran perempuan, jenis kebahagiaan: Bahagia kalau dilindungi, 2. Siapa yang paling diuntungkan? Mau pakai alat ukur apa? maka muncullah paham Feminisme. yang memakai alat ukur 'MONEY'. Maka kemudian jika dipandang dari ajaran Islam, konsepnya karena beribadah karena Allah maka perempuan juga punya potensi mendapatkan pahala yang jauh lebih besar, laki-lakipun sama. Namun, belakangan pahala ini malah dipandang seperti UNTUNG dan RUGI, maka kelihatanlah ketimpangannya disitu. Semoga membantu😇
Secara personal sy menanggapi kata "independen woman" tuk zaman skrg yg perempuan sdh berkarir dengan usia yg sdh ideal tuk menikah tp blm pny calon 😂 jd kata itu hny sbg tameng tuk menguatkan diri yg di luar keliatannya bahwa tnp laki-laki pun bisa berdiri sendiri pdhl kebalikannya. Insight bnget sih nonton yg kali ni coba kl ad ust felix yaa hehe
Terpaksa jadi mandiri. Di rumah dikecewain bapak, nikah muda takut salah pilih karena contoh laki2 di rumah kurang baik. Tentunya udah bukan waktunya untuk nyalahi siapa2 lagi karena udah dewasa, tapi kalo kalian tanya kenapa banyak perempuan mau mandiri ya itulah terpaksa keadaan. Jangankan mau mandiri buat diri sendiri, orang rumah aja juga pada ngandelin anak perempuan nya untuk cari nafkah. Anak laki2 ya mah dibiarin ga kerja.
"perempuan itu cermin, dan cermin itu biasanya ada di rumah" - "simbolisasi nya laki-laki itu ekspansi dan perempuan itu ada wilayah domestik yg harus dijaga". Pemikiran ini yang menjadikan budaya patriarki terus berkembang, ust. Mohon izin nanti kaji lagi konteks feminisme lebih dalam supaya dakwah nya memang relevan dengan islam rahmatan lil 'alamin.
diskusinya sendiri kurang representatif, membahas mengenai peran perempuan tanpa mengundang narsum perempuan utk lbh memahami perspektif perempuan itu sendiri.
Wanita itu memilih di rumahnya saja Allah kasih berlimpah pahala dari arah mana saja,so pastikan klo keluar rumah untuk menambah pahala...semulia itu wanita di pandangan islam🎉
Cara berbicara Ustadz-ustadz ini enak banget menjelaskannya, mirip dgn Ust Felix semua.. Mantap Ngena banget di hati krn dakwah dari hati.. Jazzakumullah Khairan
@@CalonSyuhada iya biar valid, pasti ga sedikit kan yang sensitif pas liat laki2 bikin konten podcast bahasnya perempuan, belum nonton aja udah asumsinya negatif
@@idanurhidayanti7294 ada lagi kah yang lain? kalau yang bahasa inggris pernah denger ceramahnya Nouman Ali Khan, dia bahas psikologi juga, ngasih tau perbandingan laki2 dan perempuan, gimana perbandingannya di Quran, gimana Allah membedakan laki2 dan perempuan, gimana memuliakan perempuan dll
@@khrimul2757 kalo mereka bahas ini dalam sudut pandang laki2 oke2 aja. tp pas awal aja udh ditanyain keterwakilan perempuan oleh feminisme yg mana ini hanya bisa dijawab dari sudut pandang perempuan. seterusnya bahasan oleh 3 laki2 ini ya gak valid
Saya punya sepupu dari papa. Dia perempuan berusia 40 tahun an, mungkin hampir mendekati 50 tahun. Sepupu saya ini bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Gajinya pun tidak main-main, gajinya lebih besar dari umurnya sekarang. Dengan gaji segitu besarnya, orang tua nya selalu di-liburkan ke luar negeri. Setidaknya sebulan atau 3 bulan sekali. Sepupu saya ini tidak dilahirkan dalam keluarga berada. Masa lalunya agak suram. Bahkan keluarganya pernah makan nasi dan garam. Orang tuanya bekerja banting tulang agar ke-3 anaknya bisa kuliah. Beruntung, ke-3 anaknya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik dan mendapat pekerjaan di Jakarta. Sepupu saya ini sangat gigih, mandiri, & pekerja keras. Perusahaan yang awalnya kecil, kini menjadi besar berkat kegigihannya. Saking mandirinya, dia sampai sekarang belum menikah. Atau bahkan tidak berniat menikah? . Itu tidak masalah, karena dia memiliki banyak teman. Yang pasti tidak menikah bukan berarti tidak bahagia.
12:05 ijin bantu menjawab ustad, kebalikan dari feminis itu maskulinis. Kalau patriarki itu salah satu fenomena yg coba ditentang oleh kaum feminis. Karna sejatinya, makna dari kata patriarki itu sendiri adalah suatu keadaan dimana kedudukan wanita ditempatkan lebih rendah dari pada kedudukan laki2 sehingga porsi hak dan ruang gerak perempuan mengalami penurunan. Kebetulan skripsi saya membahas mengenai ini, jadi insya allah kredibel🙂👍
relate banget yg disampaikan para asatid ini. aku perempuan yg ga punya wali, knp? krn ayahku, kakekku dua2nya sudah meninggal, ayahku ga punya saudara laki2, dan saudara laki2 ibuku sudah meninggal semua. sbg anak pertama selalu mrasa harus kuat dan berpura2 jd independent woman, hasilnya cape bgt. tapi seneng kalo dilakukan lillahitaala dan bisa bantu saudara2. sebenernya aku suka kerjaanku sekrang, alhamdulilah dpt kerjaan bagus dan lingkungannya bagus jg. tp tetep cape krn merasa semuanya ada target dan ditanggung sendiri
Laki laki & perempuan itu saling memerlukan & saling melengkapi. Nggak ada istilah independent woman or independent man. . Lelaki kalau di rumah dari pulang kerja nggak akan bisa pulang multitasking urusan bebersih sambil masak sambil ngasuh anak. Wanita nggak akan sanggup menghadapi akal & sikap manipulatif nya lelaki di luar rumah. Jadi masing2 saling memerlukan untuk menjaga keperluannya masing2. . Aku sendiri walaupun tau di mana bengkel, tetap mau dihantarkan mobil ke bengkel oleh ayahku. Aku walaupun tau menggunakan gergaji & drill listrik tetap mau dipotongkan kayu & ditebukkan dinding oleh laki-laki. Ya, dikopekin kelapa ya tetap ayahku kopekin. . Ya urusan negosiasi dalam bidang majoriti lelaki seperti mobil, paip, renovasi rumah & urusan menggunakan mesin tetap diberikan kepada laki-laki walaupun sebenarnya aku sendiri reti. Nggak usah terlalu pede kalau jadi perempuan, pura2 lemah itu juga perlu. Ya memang capek juga kerna bukan kudratnya kita dalam menguasai bidang2 yang memang dikuasai oleh lelaki.
Walaupun terkesan teknis rumit, laki-laki yang ga kompeten juga banyak, akhirnya suka nipu konsumen. Jadi konsumen mau laki atau perempuan kudu jeli, apalagi suami pas lagi ga avail. Berkorban ketipu dikit gpp tapi sambil belajar, browsing, compare, tanya-tanya. Independen tu cara kita survive aja, manusia tetap makhluk sosial yang kalau ga divalidasi/diapresiasi/ dapet feedback merasa hampa, kosong, kesepian.
pembahasannya sangat bagus, adem dan mudah dimengerti, semoga suatu hari nanti kalo bahas perempuan ada narasumber perempuan yang kredibel dalam menjawabnya.. insyaallah
Bang hawa tepuk tangan mewakili bgtt masyaallah 🤣🙏 speechless sama penjelasan2nya ustadz husein. Sebenernya lg agak males sm podcast2 dg pembahasan ttg feminis, karena kadang/malah banyak yg ngga didasari sm pemahaman kalau fitrah perempuan dan laik2 itu diciptakan berbeda, kadang ya ada insight2 bagus di dalamnya tapii takutnya melahirkan pemikiran2 yg mengarah ke hal2 yg ga sesuai fitrah gt karena ngga berdasar ini tadi.. barakallah yuk ngajii 🌼
Ya setuju ustadz antara laki laki dan wanita sebagai pasutri harus punya tahu diri dan semandiri gimanapun wanita lebih dari lelakinya ,tetap kodrat wanita sangat perlu dilindungi oleh lelakinya (asli tenang buat jiwa dan hati wanita juga), saling melengkapi, menghargai,biar selalu menenagkan dan menyenangkan.Seru obrolannya,lelaki akan merasa seneng bila istrinya selalu membutuhkannya
Mewakili banget tapi apa mau dikata udah takdirnya harus hidup sendiri dan mandiri ya di nikmati aja, siapa tau kedepannya ada yg mau menafkahi....Aamiin
Dosen saya tidak pernah menikah hingga beliau pensiun. Beliau hanya mengangkat anak. Kurg paham jg kenapa beliau tidak menikah padahal waktu muda nya dulu cantik, pinter (jlas krna beliau uda jdi dosen dri jaman duluu dosen senior bgt). Yg jelas beliau independen sekali. Padahal uda tua sepuh kmna2 masih nyetir mobil sndri. Ngunjungi mahasiswa praktek d luar kota jg nyetir sndri.
Anak anak dr generasi saya Ortu menyekolahkan anak anak nya biar hidup lebih baik Tp ternyata teori d sekolah gak bisa untuk hidup Laki-laki sekarang lulus kuliah belum bisa kerja Wanita lulus kuliah belum bisa mengurus rumah Padahal begitu lulus kuliah semua org nyuruh nikah Padahal belum bisa apa apa untuk kebutuhan hidup nya
klu misuaku dtg, auto aq ga bisa apa2... setelah dia pegi kerja. aq jd superwoman untuk diri rumah anak dan tugas kerjaku. dan itu lebih baik buatku. selama dia hidup aku akn terus bergantung2 padanya. 😂😂😂😂😂
Kalau laki" sehat di rumah diem aja, klo laper gaada sayur, wanita yg d rumah kena omel. Otomatis jadi wanitanya mencari makan biar ngga diomeli. Belum lagi kebutuhan lain yg harus dipenuhi. Miris tp realita di lapangan.
Al-Qur’an secara jelas menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan melalui substansi yang sama yang disebut sebagai nafs wahidatin (Ruh yang Tunggal) (Qur’an 4:1). Ini berarti bahwa Al-Qur’an tidak mendukung narasi penciptaan Adam-Hawa yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Narasi tersebut dapat ditemui di dalam hadith (yang terpengaruhi oleh narasi penciptaan manusia dari tradisi Kristen dan Yahudi) namun tidak dapat ditemui dalam al-Qur’an. Dengan demikian, jelas dalam al-Qur’an bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kewajiban moralitas yang sama dan hak yang sama (al-Qur’an 4:32). Dalam konsep pernikahan pun al-Qur’an menyatakan bahwa perempuan adalah pakaian untuk laki-laki, dan laki-laki adalah pakaian untuk perempuan (al-Qur’an 2:187). Jadi jelas bahwa dalam al-Qur’an, perempuan dan laki-laki memiliki derajat yang sama di hadapan Allah SWT. Hadith merupakan hal yang lain lagi. Hadith, tidak seperti al-Qur’an, merupakan cerminan dari masyarakat dan sistem nilai yang mereka anut di saat itu. Maka lebih sulit untuk menemukan hadith yang dapat dikatakan sebagai dalil untuk ‘kesetaraan gender’. Namun, bagaimanapun juga, sejarah hidup Nabi Muhammad merupakan cerminan penghormatan terhadap perempuan yang sangat tinggi. Ambil contoh soal persetujuan perempuan dalam pernikahan, ada sebuah narasi hadith yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad menyetujui permintaaan cerai seorang perempuan yang dinikahkan oleh orang tuanya dengan seorang laki-laki tanpa persetujuannya. Perempuan ini lalu mengadu kepada Nabi soal pernikahannya, dan Nabi menyetujui perceraiannya dengan laki-laki tersebut. Ini berarti bahwa konsep ‘consent’ dalam bentuknya yang awal sudah diterapkan oleh Nabi dalam praktek keislamannya. Nabi juga terkenal mendukung istri-istrinya untuk menjadi perempuan kuat yang memiliki peran publik. Selepas Nabi meninggal, untuk beberapa waktu, Aisyah dan Ummu Salamah, dua istri Nabi yang paling cerdas, berperan menjadi pemimpin masyarakat, imam solat di masjid, dan tempat bertanya soal Hukum Islam bagi masyarakat mereka. Walaupun kita harus berhati-hati dalam menggunakan konsep ‘kesetaraan gender’ karena ini konsep modern dan tidak ada pada zaman Nabi, namun praktik kehidupan Nabi terbukti menjunjung tinggi kemanusiaan perempuan seutuhnya. 👆🏻Copas jawaban Lailatul Fitriyah atas pertanyaan: *Apakah terdapat dalil mengenai kesetaraan gender dalam Al-Qur'an dan hadits yang shahih?*
Kenapa aku baru nemu channel youtube sebermanfaat iniiii masyaAllah. Bener banget lagi pas di bagian akhir bahwa dalam hubungan yang penting itu adalah "saling memahami" kalau gasaling memahami, cara pikirnya beda, komunikasinya juga gak akan benar
Aku sama suami uangnya masing2😊, aku kerja usaha dagang di rumah, aku kelola sendiri keuangan untuk jajan anak, belanja kebutuhan dapur dan kebutuhan kecil misal popok sayur dll, kalau suami kelola uang sendiri untuk keperlua besar seperti cicilan rumah/kendaraan/listrik/wifi. Biar gak mumet nyari sama2, kelola sama2.
menit 13.16 bener ustadz.... klu ditanya yg masih single ini, jujur enakan dirumah dibanding harus kerja. tpi di sisi lain pekerjaan yg skrg dijalani itu manfaatnya lebih luas ke umat dibanding duduk diam dirumah. Ngerasa juga klu misal karir semakin naik, manfaat yg bisa diaksih ke org lain itu juga semakin luas. Ada dua sisi berbeda
Eh keinget di ilmu kedokteran china organ tubuh itu dibagi 2 organ Zhang (suami) dan Fu (istri). Organ tubuh kita punya proporsi fungsinya masing2.. kalau salah satunya tidak menjalankan sesuai dg fungsinya maka akan terjadi ketidakharmonisan tubuh aka sakit.
16:20 halo ustad, karena disini pak ustad bertanya, ijinkan saya bantu jawab. Singkat saja, menurut saya, feminis muncul karena ada sebabnya juga. Yaitu memperjuangkan "hak" kemanusiaan yg dulu wanita tidak dapatkan karena wanita dianggap rendah dan lemah karena bergantung pada pria yg dianggap lebih tinggi, kuat, logis. Kesampingkan aliran2 feminis yg skg makin bercabang, dan ada perempuan2 kuat yg telah berjuang di dunia yg keras ini dan merasa bangga dengan itu. Inti dr feminis adalah perjuangan wanita untuk setara (tidak dipandang rendah) Andai saja seluruh dunia ini memang adil dari awal, andaikan islam bisa membawa keadilan itu, andaikan misoginis tidak ada, andaikan lebih banyak pria yang bisa menghargai wanita dan melihatnya dengan "kelebihan2" seperti yg pak ustad jabarkan itu secara nyata di masyarakat, dan diterapkan dalam berbagai bidang, bukan dilihat bagusnya dalam hubungan suami-istri aja... Saya yakin feminis itu akan hilang sendiri nantinya dan tidak akan menjadi "keresahan" pak ustad Semoga itu bisa sedikit menjawab kebingungan pak ustad. Cmiiw. Salam (EDIT) 27:18 ternyata dibahas juga, salut :) 👍 Anggap komen kyk gini reminder aja
@@groamersglasses7922 menurut saya kebalik sikap merendahkan wanita itu sdh termasuk misoginis. Ada misoginis dulu, baru Wanita yg ga terima direndahkan akhirnya bikin feminis Cuma, "istilah" misoginis nya aja baru muncul setelah rame istilah feminis
10:38 ... Sayyidah Hawa: ... agar kamu (Nabi Adam AS) TENANG karenaku ... Lyrics: Clarity (feat. Foxes). Goated of Artist: Zedd ... Why are you my clarity ? Why are you my remedy ? ...
Sesuai fitrahnya, seorang perempuan pasti ingin dependen. Tapi seringkali kehidupan menuntutnya untuk independen. Dan tentu saja, menjadi independen itu meski melelahkan di satu sisi, tapi juga memiliki kebebasan di sisi yang lain.
Berikut adalah 10 kesalahpahaman terbesar mengenai feminisme: 1. Feminis membenci laki-laki Ini adalah salah satu kekeliruan paling kuno dan paling melelahkan mengenai feminisme. Feminisme adalah sebuah gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang publik. Feminisme tidak pernah merupakan ideologi kebencian. 2. Untuk mencapai kesetaraan, feminisme harus melemahkan laki-laki Mencapai kesetaraan gender memang harus melalui dekonstruksi maskulinitas, namun hal ini tidak sama dengan mengebiri laki-laki. Dalam ratusan tahun sejarahnya (bahkan sebelum istilah “feminisme” dilontarkan), gerakan ini telah memupuk tradisi perenungan yang dalam dan pemikiran kembali konstruksi sosial atas gender maupun dinamika gender. Feminisme seharusnya memperbaiki relasi gender, bukan memperkuat salah satu jenis kelamin dengan mengorbankan yang lain. 3. Feminisme hanya membantu perempuan Aliran feminisme tidak hanya membebaskan perempuan, gerakan ini juga membebaskan laki-laki dengan memutus standar-standar yang diberikan masyarakat pada perempuan dan laki-laki. Feminisme adalah tentang mengubah peran-peran gender, norma seksual dan praktik-praktik seksis yang membatasi diri. Laki-laki memiliki kebebasan untuk menjelajah hidup di luar batas-batas kaku maskulinitas tradisional. Feminisme juga mempercayai akses yang sama untuk pendidikan, yang barangkali memungkinkan ibu-ibu Anda mendapatkan gelar universitas dan mendapatkan pekerjaan, sehingga Anda dan saudara-saudara Anda memiliki kesempatan yang lebih baik dalam hidup. Dengan pendidikan, perempuan cenderung memiliki pilihan-pilihan hidup yang lebih baik, menghasilkan keluarga dan masyarakat yang lebih sehat dan berfungsi secara optimal. 4. Hanya perempuan yang bisa jadi feminis Feminis berkomitmen untuk mengatasi masalah-masalah sehari-hari seperti kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan dan kekerasan seksual, ketidaksetaraan penghasilan, obyektifikasi seksual, dan lain-lain. Cara terbaik untuk menanggulangi masalah-masalah ini adalah untuk melibatkan laki-laki, meningkatkan kesadaran para pegawai pria mengenai kepekaan gender, mengajarkan anak laki-laki untuk menghormati anak perempuan, membuat para ayah mau berbagi beban pekerjaan rumah tangga dan lebih terlibat dalam membesarkan anak-anak, dan masih banyak lagi. 5. Feminis pasti ateis Memang betul bahwa beberapa agama memiliki perspektif-perspektif patriarkal yang tinggi dan melanggengkan praktik-praktik diskriminatif kuno terhadap perempuan, namun bukan berarti tidak ada ruang untuk perbaikan. Ada banyak pihak yang telah memasukkan interpretasi ramah perempuan ke dalam ajaran-ajaran agama. Di Indonesia kita memiliki ulama feminis dan cendekiawan Muslim ini serta beberapa lainnya. Anda tidak perlu mendepak agama Anda untuk meyakini bahwa perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki. 6. Feminis tidak percaya pernikahan Omong kosong. Banyak feminis yang memiliki pernikahan bahagia (salah satunya saya). Selama pernikahan memberikan nilai-nilai pribadi, hukum dan sosial kepada kedua orang di dalamnya, tidak ada alasan untuk menolak lembaga perkawinan. Yang ditolak para feminis ini adalah ketika masyarakat menilai pernikahan sebagai “tempat yang lebih baik” untuk perempuan, memberi hukuman sosial untuk mereka yang tidak menikah atau bercerai, dan ketika pernikahan digunakan sebagai cara mengontrol perempuan. Selain itu, para feminis percaya pernikahan legal harus berlaku bagi semua preferensi seksual dan ekspresi gender (ya, kami percaya pernikahan sesama jenis!). 7. Feminis sejati tidak menggunakan rias wajah dan beha Bohong! Feminisme memberikan perempuan pilihan - bukan membatasi - ekspresi pribadi. Tidak bisa lepas dari sepatu hak tinggi? Pakailah. Senang memakai rok mini hitam? Mengapa tidak. Namun mengekspresikan diri dalam ekspresi feminitas tradisional adalah pilihan, bukan kewajiban, dan tidak seharusnya itu mendefinisikan diri Anda. Secara pribadi, saya suka terlihat cantik, tapi saya tidak suka membuang terlalu banyak waktu dan energi untuk melakukannya, jadi saya jarang memakai rias wajah, kecuali pensil alis dan lip-gloss. 8. Feminisme adalah konsep Barat Sejujurnya, ini adalah salah satu kritik diri utama dalam gerakan feminis di masa lalu: bahwa feminisme, sebagai gerakan dan ideologi, terlalu Eropa-sentris dan didikte oleh perempuan kelas menengah berkulit putih. Gerakan ini juga dikritik karena kecenderungannya untuk mengabaikan kelas, kasta, agama, bias etnis dan diskriminasi ras yang memperumit ide mengenai gender. Namun feminisme telah ada sejak lama di bagian dunia non-Barat, dari Amerika Selatan, Asia sampai Afrika, meskipun dengan fokus-fokus yang sedikit disesuaikan dengan konteks lokal. 9. Feminisme belum berubah seiring waktu Salah! Gelombang pertama feminisme pada abad 19 dan awal abad ke-20 difokuskan pada persamaan hak sipil dan politik, terutama hak perempuan untuk memilih dalam pemilu. Gelombang kedua, yang mulai pada 1960an sampai 1980an, memperluas tujuan-tujuan itu untuk menyertakan isu-isu seksualitas, keluarga, tempat kerja, hak-hak reproduksi dan ketidaksamaan legal lainnya. Feminis-feminis gelombang ketiga mengembangkan debat-debat itu untuk fokus pada ide-ide seperti teori homoseksualitas, penghapusan ekspektasi peran dan stereotip gender. Kesadaran dalam feminisme saat ini - terkadang disebut feminisme gelombang keempat, meski masih diperdebatkan - merengkuh ide “interseksionalitas”, penindasan-penindasan ganda yang saling berkaitan terhadap ras, seks, seksualitas dan kelas. Ini adalah gerakan dan kesadaran yang mengadvokasi orang-orang untuk memberi ruang pada mereka yang termarjinalkan secara politik, ekonomi dan sosial karena gender, preferensi seksual, ras, kelas dan hal-hal lainnya. 10. Feminisme tidak diperlukan lagi karena perempuan sudah setara dengan laki-laki Hal ini sangat keliru. Mari ingat-ingat lagi tuntutan gerakan pembebasan perempuan pada 1970an: Empat tuntutan pertama adalah kesetaraan gaji, kesempatan sama atas pendidikan dan pekerjaan, jaminan hak-hak reproduksi, dan penghapusan kekerasan atau pemaksaan seksual tanpa memandang status pernikahannya. Sekarang lihat fakta-fakta hari ini: Menurut laporan dari Organisasi Buruh Sedunia PBB, perempuan di seluruh dunia hanya menerima 77 persen dari besarnya gaji yang dibayarkan untuk laki-laki, angka yang hanya meningkat 3 persen dalam 20 tahun terakhir. Ditambah lagi, banyak lapangan pekerjaan masih tidak ramah untuk ibu, dan posisi-posisi kepemimpinan teratas dalam perusahaan-perusahaan dan pemerintahan masih sangat didominasi oleh laki-laki. Kedua, di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, jumlah anak-anak perempuan yang putus sekolah masih lebih tinggi daripada anak laki-laki karena orangtua mereka melihat anak perempuan tidak menguntungkan dilihat dari investasi ekonomi. Ketiga, meski alat-alat kontrasepsi sekarang tersedia secara luas, banyak negara (termasuk Indonesia) yang masih memperbolehkan pernikahan di bawah umur, yang melanggengkan kekerasan dalam rumah tangga dan kemiskinan. Keempat, budaya pemerkosaan tumbuh subur baik di negara maju maupun berkembang. Di negara-negara seperti Indonesia, hukum dan penegak hukum dalam kasus-kasus kekerasan seksual hampir tidak pernah berpihak pada perempuan. Selain itu, tradisi mengerikan seperti mutilasi genital perempuan masih dipraktikkan di Afrika dan bahkan di Indonesia. Dan, jangan lupa, meski perempuan akan boleh memilih untuk pertama kalinya dalam pemilu di Arab Saudi tahun ini, mereka masih belum boleh menyetir atau meninggalkan rumah tanpa muhrim laki-laki. Jadi masih berpikir pekerjaan kita sudah selesai? Pikirkan lagi.
Makasiih banyak kak udah mau meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran buat ngetik penjelasan tentang feminisme sepanjang itu. Semoga makin banyak yang aware dan lebih paham tentang apa yang sebenernya diperjuangkan feminis selama ini 🙏🏻🙏🏻
Udah hampir 20th menikah, 14 th bekerja , 6 th terakhir di rumah , cari tambahan dari rumah Pertama resign , takut banget , tapi Alhamdulillah, rejeki itu udah ditakar dan di gariskan Anak jadi lebih mudah di didik , suami lebih kalem , rumah tangga nyaman meski naik turun masalah ekonomi, tapi so far , hidup baik baik saja meski cuma suami yg kerja❤
Semua perempuan pengen di nasehati dan di ayomi dan lain sebagainya sebagaimana fitrahnya perempuan, tapi laki2 zaman skrng bnyk yg cuma enaknya aja walaupun ga semua... Makannya, sebab keadaan skrng ini lah,perempuan jadi mandiri ga mau bergantung sama laki2, dan serba takut yang ga mau dinginkan itu bakal ada.. Dan kembali ke laki2nya . Karena laki2 sejatinya itu harus penuh tanggung jawab terhadap semuanya terutama membina rumah tangga (karenalaki2 sebagai nahkoda/pemimpin).
independen woman itu konsep hidup sekaligus keharusan yang seringkali sebenarnya bukan pilihan. Keadaan yang seringkali mengharuskan to be independen woman meski sejujurnya ndak ingin selalu independen, capek is iyes absolutely but seems no one care right
Soal keadaan ini, Mbak, sebenarnya kita tanpa sadar dikondisikan seperti ini. Bisa dilihat seberapa banyak laki-laki dan perempuan yang fitrahnya rusak. Laki-laki tidak paham perannya dan perempuan terpaksa mengambil peran itu. Banyak sekali. Berarti ini bukan masalah individual tapi masalah sistem.
Terpaksa karena keadaan, entah karena budaya, situasi ekonomi, dan banyak faktor lainnya. Capek bgt sih jadi perempuan di situasi seperti ini. Salah muluk, serba salah!!
betul, sebagai perempuan se7 karena memang fitrahnya yang Allah SWT ciptakan memang seperti itu, tapi di dunia sekarang ini malah seakan akan wanita dan pria "setara" 😢
Kalau dari yang aku simpulkan: 1) ngga ada yang bener-bener independen, karena pada dasarnya laki-laki dan wanita saling membutuhkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Laki-laki memiliki kelebihan dalam mencari dan memberikan hal-hal material, dan menghadapi kesulitan material, dan pada dasarnya memiliki sikap melindungi, sehingga di sini laki-laki menjadi pemimpin dan menjaga wanita. Wanita memiliki kelebihan dalam memberikan hal-hal non material, seperti perasaan tenang, yang membuat laki-laki dan anak-anaknya menjadi lebih kuat menghadapi kesulitan/tantangan.
2) Lahirnya feminisme pada dasarnya ketidakpahaman masing-masing akan peran laki-laki dan perempuan dan fitrah biologis masing-masing yang berbeda, yang tidak bisa dipungkiri dampaknya lebih tampak kepada perempuan. Allah mengajarkan bahwa yang kuat harus melindungi yang lemah, bukan malah memanfaatkan atau memperbudak. Makanya mungkin awalnya atas dasar survival, para perempuan melawan balik, karena laki-laki tidak melindungi atau mengayomi mereka sebagaimana semestinya. Di sini laki-laki sebagai pihak yang lebih kuat dalam hal material, harusnya mengayomi perempuan, bahkan pernah nonton pembahasan ayat alquran, laki-laki hukumnya wajib mengayomi perempuan, contohnya dalam hal mencari nafkah, berbeda dengan perempuan yang diperbolehkan tapi tidak diwajibkan (dari situ saya sebagai perempuan barulah sadar beratnya tanggung jawab laki-laki). Perempuan pun, kalau saya simpulkan, berkahnya adalah penyokong kekuatan emosional/psikis keluarga dan sekolah pertama anak-anak, yang apabila peran ini tidak dipegang karena waktu lebih termakan hal-hal lain (bekerja contohnya), ini dapat berdampak juga ke keluarga yang tidak kokoh. Dari sinilah saya belajar bahwa saya sebagai wanita punya peran penting yang sebaiknya saya perhatikan terlebih dahulu, sebelum merambah ke hal-hal lain (pekerjaan atau hobi).
Sayapun sebenarnya suka mengurus suami dan mengurus rumah, dan suka bekerja, tapi jujur gentar jika diwajibkan bekerja seperti laki-laki ^^;. Cuman sayangnya dengan ekonomi sekarang, seperti harus dituntut double income dari saya dan suami :( , semoga kedepannya ekonomi membaik atau suami bisa dapat penghasilan lebih sehingga saya bisa mengurangi pekerjaan saya untuk lebih banyak mengurus suami dan anak.
"Komunikasi itu bukan kunci. Ternyata komunikasi itu merupakan hasil, hasil dari cara berpikir dan dorongan hati" -bang Hawaariyyun
Huwaaaaa, insight baruuu
Setujuu banget sihh..
Karenaa untuk memulaii komunikasi itu berat.. harys di fikirkan lagi matang_matang apa yang mau dibuat
Saya wanita lulusan S2 yg memilih resign utk urus anak di rumah, tapi orang tua saya begitu terpukul atas keputusan itu meskipun saya sudah jelaskan ini diambil demi pendidikan anak2. mereka tidak terima kalau anak yg dibesarkan susah payah, tidak punya penghasilan sendiri dan hanya mengandalkan penghasilan suami. mereka anggap malah kalau saya berhenti kerja, anak2 saya ga akan dapat pendidikan terbaik krn tidak bisa sekolah yang mahal. saya sudah bingung bagaimana menjawabnya, padahal mereka pun tahu betapa sering bermasalahnya cucu2 mereka saat diasuh oleh baby sitter. saya jadi akhirnya punya kesimpulan, pola pikir wanita harus bekerja juga diturunkan oleh orang tua yang telan mentah2 prinsip emasipasi, bias sama konsep liberalisme.
Mohon maaf mbak,mamanya mbak dulu kerja juga?
berat sih mba hehe... aku jg lulusan S2 dituntut untuk berkarir.. padahal sekolah tinggi mau membangun generasi, apalagi gen kecerdasan anak diturunkan dari ibunya😂 semangat mba...
@@AiAyumin iya, tapi akhirnya resign karena diminta ayah saya untuk berhenti demi urus anak
Justru menurutku wanita memang harus pintar dan tujuan utamanya memang untuk mendidik anak2nya nanti, rezeki nggk harus harta kok. Insyaallah ilmu yg didapat lebih bermanfaat saat diturunkan ke anaknya. Mau berkarir atau tidak wanita memiliki opsi kok, mungkin nanti bisa berkarir lagi setelah anak sudah besar.
siapa suruh S2 hahaha
1. Aku happy bgt ini kyk jawaban dari Allah atas keresahanku
2. Klo dari sudut pandangku, gak ada independent woman tu, gada yg bener2 suka jadi independent woman karena fitrah nya emang sukanya dilindungi & diayomi.
3. Wanita jaman skrg TERPAKSA JADI INDEPENDENT, karena ada byk faktor di lingkungannya yg bikin dia harus bgtu. Kasus di aku, saat ibu aku 'manja' semacam kyk yg ust husen bilang, ayah aku seringkali ngeluh, jadi aku mikir ya berarti aku hrs mandiri drpd dikomenin mulu. Di kasus yg lain, ada sodara aku yg pas covid suaminya dipecat, tp trus berkelanjutan ga kerja karena males sampe istrinya yg kerja, bahkan adu nasib sama istrinya katanya selama bertahun2 sblmnya kan dia yg cari duit. Kan kayak 😭😭😭 banget.
4. Dari situ, aku jd ngerasa hrs bisa apa2 sendiri karena di jaman skrg jujur byk laki2 yg kurang qowwaam. Utk case ayah aku mungkin msalahnya dia ngeluh aja tp aslinya qowwaam, tapi kasus yg kyk sodaraku..itu kan laki2nya kyk gamau nafkahin 😩
5. Banyak kasus perceraian, mantan suami gak menafkahi anak yg ada di asuhan mantan istri
6. Banyak juga kasus jaman skrg, saat laki2 mau kenalan sama perempuan, ditanyainnya 'kamu kerja apa' dan pns apa engga nya perempuan seakan2 jd penting bagi si laki2 utk 'pride' 😂 kan kek.. kenapa bgtuuu 😭
7. Aku pribadi, meskipun single mom, kerja juga, jujur capek 😭 tettep butuh temen cerita, tetep butuh diayomi, dinasehati. Jadi aku yakin banyak perempuan yg independen karena keadaan 😩 tapi, kondisi jaman skrg ustadz, ada istilahnya laki2 mokondo, kita pada takut ketemu yg begini 😩
Mirisnya lagi Mba, laki2 lebih sedikit yang pergi ngaji.. Padahal yang lebih butuh ilmu itu laki2 dlu karena akan jadi Imam (jadi teladan untuk istri dan anak).. Menurut saya salah satu faktor besarnya adalah budaya pacaran Mba, di Islam d ajari cara berhubungan dengan lawan jenis melalui pernikahan yang brarti ada tanggung jawab dan amanah d situ. Dari kecil yang diajarin ama sinetron, film dan lagu adalah pacaran.. Ga kenal apa itu tanggung jawab dan kewajiban, cuma taunya suka sama suka silahkan jalani hidup sesukanya. Akhirnya waktu nikah baru tau realita hidup beda, tidak sama dengan jalan cerita d drama korea..
Setuju bgt kaa, pernah tau juga yg begitu. Malah ada perempuan yg membenarkan yg statement itu tadi: kalau yg laki2 selama ini kan udh kerja jdi yaudah lah gantian istri yg kerja. pdhl posisi nya istri nya emg selama ini jg dah kerja waktu suaminya ini kerja. kek apa si??
Pdhl kan ini tuh bukan ttg begitu, laki2 tu qawwam, udah fitrahnya dan emg tanggung jawab dia adlh mencari nafkah buat keluarganya. Kalau paham hal ini pasti ngga ada pemikiran kaya gitu, karena hal yg ga sesuai fitrah udah pasti menghasilkan hal buruk.
btw semoga kk nya selalu dikuatkan, dilimpahi kebahagiaan dan keberkahan yaa ka sbg single mom ❤️
Kalau saya sih memilih tetap bekerja karena untuk berjaga jaga kalau suami poligami. Meskipun alhamdulillah suami saya setia, tapi saya anti poligami. Saya lebih baik jadi janda daripada di poligami.
Bener banget nih ustadz.. mewakili mommy² yang juga bekerja di luar rumah.. udahlah capek kerja, nyampe rumah masih harus ngurusin rumah dan anak.. tapi tidak semua perempuan mendapati keadaan rumah tangga yang sesuai fitrah.. Bismillah karena Allah bekerja mencari nafkah untuk anak² dan keluarga, Insyaallah semoga lelah kami menjadi lillah..
Semangat moms🎉❤
Mencari nafkah?
Wahai Bunda, pulanglah kerumah..
Kalo suami udah meninggal itu wajar perempuan jadi cari nafkah, yg msalah kalo suami masih ada tapi suami isteri bekerja, pndidikan anak mlah diserahin ke art. Bukanhnya fatherless tapi motherless juga
@@bravebee1272 saya contohnya, menjadi asing ke ayah dan ibu sendiri, krn sejak lahir dirawat nenek dan kakek. Alhamdulillah saya di rawat dgn baik sehingga tidak merasa kekurangan peran orang tua. Namun dalam hati saya ikatan batin sy ke orang tua kandung saya kurang baik.
Abis denger bang hawa, semandiri2nya perempuan, klo sama lelaki tepat & qowwaam mah bakal diarahin 👌👍👍👍
Capek kalo ngikutin terus apa yang kita mau, coba deh ikutin yang Allah mau 🥹
yaa capek juga😂 cmn bedanya ada berkah dan pahala dsitu
Banyak wanita ingin tetap bekerja setelah nikah, pertama karena ingin membantu orang tua dari gajinya sendiri, jadi tidak mengganggu uang suami, dan yang kedua buat jaga-jaga kalau pernikahannya doesn't work out dan naudzubillah harus bercerai. Wallahualam...
Sbg perempuan yg pernah merasakan jomblo lamaaa, dmn semua tmn2nya udh pd nikah dan punya anak. Sbnr nya kata independent itu hanya tameng aja. Spt keresahan si mba nya dlm video itu. "Apa itu independent woman ahhh". Tpi kenyataannya jodohpun susah didapat. Jd lah mereka merasa "ah gw bisa ko sndirian".
Jd hal itu berbeda dg perempuan yg udh nikah terus ttp bekerja. Klo perempuan udh nikah dan ttp bekerja biasanya,
1. Krn syg ngelepasin gajinya udh gede
2. Krn biar klo mau belanja dan memenuhi gaya hidup jd mudah ga ush mengandalkan suami
3. Bisa jg krn tuntutan ekonomi jd harus bantu suami jg cari uang lebih.
Jd bukan krn dia adalah seorang yg independent.
Itu si yg sya pahami dri video tsb.
Padahal perempuan yang beneran independen juga banyak. Tidak menikah, hidup berkecukupan dan bahagia.
@@ekakurniati1688 Kalau perempuan bekerja dan tidak menikah mah pasti cukup aja buat dirinya sendiri atau bisa jadi cukup jika punya tanggungan ortu/saudara
Menurut saya independen hanya cara untuk survive saja, sejatinya kebutuhan dasar manusia itu butuh bonding, kalau laki-laki dengan sex drive / hormon yang tinggi berarti seks juga kebutuhan dasar. Jadi independen yang disematkan atau jadi tameng itu sebenarnya kurang tepat juga untuk menggambarkan ketidakmauan untuk membangun keluarga.
Dan berlanjut ke membangun keluarga, bonding dengan anak juga core validasi komunikasi manusia (gimana ya bahasanya 😅) idealnya sih seperti itu. Ini yang saya pahami setelah sedikit mengesampingkan agama namun mendalami untuk apa menikah dan berkeluarga. Mungkin ada kondisi-kondisi yang tidak ideal sehingga jika menikah malah masalah-masalah yang sebelumnya ada tidak terselesaikan seperti trauma atau ada habit buruk.
Sebenarnya banyak juga wanita karir yang sudah menikah dan punya anak juga bahagia, memang tergantung pada pasangan juga. Terkait pendidikan sudah banyak opsi saya rasa. Bahkan zaman Rasul ibu susuan itu lumrah, entahlah kalau sejarahnya di Indonesia. Kalau suami poligami saya persilakan, asalkan mampu dan adil SnK haha.
@@namikazedevj46 ,
Baiklah...mari kita kesampingkan agama.
Saya punya sepupu dari papa. Dia perempuan berusia 40 tahun an, mungkin hampir mendekati 50 tahun.
Sepupu saya ini bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Gajinya pun tidak main-main, gajinya lebih besar dari umurnya sekarang. Dengan gaji segitu besarnya, orang tua nya selalu di-liburkan ke luar negeri. Setidaknya sebulan atau 3 bulan sekali.
Sepupu saya ini tidak dilahirkan dalam keluarga berada. Masa lalunya agak suram. Bahkan keluarganya pernah makan nasi dan garam.
Orang tuanya bekerja banting tulang agar ke-3 anaknya bisa kuliah. Beruntung, ke-3 anaknya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik dan mendapat pekerjaan di Jakarta.
Sepupu saya ini sangat gigih, mandiri, & pekerja keras. Perusahaan yang awalnya kecil, kini menjadi besar berkat kegigihannya. Saking mandirinya, dia sampai sekarang belum menikah. Atau bahkan tidak berniat menikah? . Itu tidak masalah, karena dia memiliki banyak teman. Yang pasti tidak menikah bukan berarti tidak bahagia.
Baiklah, kita lihat dengan mengesampingkan agama.
Dia adalah kerabat dekat saya, perempuan berjilbab umurnya sudah lebih dari 50 tahun. Ia adalah pekerja yang sukses, dipercayai atasan, taat beribadah, dan memiliki personality yang menyenangkan walaupun agak pendiam. Sebagai nomor dua tertua dari semua saudara kandungnya, ia berhak untuk memberi nasihat pada adik-adiknya yang mungkin salah langkah. Tetapi ia tidak pernah ikut campur dan menjelek-jelekan mereka, ia mungkin membahas bersama orang tua dan saudara-saudaranya yang lain. Tapi alih-alih menghujat ia memberi pertolongan yang nyata seperti bantuan keuangan atau bantuan dalam mencarikan pekerjaan.
Satu hal yang saya sukai dari dia adalah baktinya pada orang tua. Ia membiayai kehidupan orang tuanya termasuk ibadah haji mereka. Ia juga membantu ekonomi beberapa saudaranya yang sudah menikah. Saya tidak tahu kenapa sampai sekarang ia belum menikah. Orang tuanya juga tidak membahas ini dan tidak pernah terdengar mereka mengeluh karena anaknya itu belum menikah juga. Tetangga dan saudara-saudarapun tidak berani untuk menanyakan langsung, Ketidak beranian itu karena kerabat saya ini memiliki wibawa dan juga baik hati. Mereka jadi sungkan untuk 'turut campur'apalagi orangtuanya sendiri juga tidak pernah mengeluh mengenai dia.
Pernah saya dengar ada bos nya berkewarganegaraan asing yang menyukai dia tapi dia malah ketakutan. Saya yakin banyak yang menyukainya karena walaupun umurnya sudah 50 tahunan tapi wajahnya seperti umur 30 tahunan, awet muda dan cukup enak dipandang. Apalagi dia aktif di pengajian, saya yakin juga banyak yang tawaran untuk taaruf. Entahlah apa yang menjadi pertimbangan dia. Saya pikir orang tua menjadi salah satu hal yang membuat dia mikir dua kali untuk menikah. Orang tuanya sudah sepuh dan sudah tidak bekerja, saudara-saudara yang lain sudah memiliki keluarga sendiri dan tinggal jauh dari mereka. Hanya dia yang masih tinggal bersama orang tuanya, walaupun sebetulnya dia memiliki banyak rumah yang bisa ditempati. Tapi dia memilih tinggal di rumah orang tuanya yang sempit dan berada di gang. Orang tuanya tidak mau pindah karena sudah terlanjur nyaman dengan lingkungan tempat tinggalnya saat ini.
Saya mendoakan agar dia segera menemukan jodohnya yang sama baiknya dan mampu membahagiakan dia. Tapi jika dia memilih sendiri, itu adalah pilihan dan saya yakin dia tetap bahagia seperti yang saya lihat darinya kini,
@@namikazedevj46
@@namikazedevj46,
*Apakah menikah itu suatu keharusan?*
Tidak harus bagi perempuan, tapi mungkin iya bagi kebanyakan laki-laki. Karena perempuan itu tidak butuh lagi laki-laki di zaman ini. Alasan utama mengapa pria butuh wanita adalah karena pria itu lebih sulit membendung nafsunya daripada wanita.
Pria itu payah, itulah mengapa obat kuat cuma dibuat untuk pria. Wanita itu sebenarnya lebih mandiri daripada pria. Wanita tidak butuh partner untuk melampiaskan nafsunya.
Sebagai seorang perempuan, coba saja tanyai diri kalian sendiri, seandainya kalian memiliki semua poin-poin berikut, apakah kalian masih yakin untuk menikah?
♦️Memiliki karir yang jelas.
♦️Kaya-raya.
♦️Mandiri & cerdas. Mampu menghidupi diri sendiri. Hampir tidak pernah meminta bantuan orang lain.
♦️Tidak ada tuntutan dari agama maupun adat untuk menikah.
♦️Tidak akan digosipkan keluarga & masyarakat karena telat atau tidak menikah.
♦️Sehat secara fisik dan mental.
♦️Melahirkan itu sakit dan mengancam nyawa kalian.
♦️Biaya pernikahan, melahirkan dan membesarkan anak itu mahal.
Selain faktor ketampanan, saya yakin sekali, pasti banyak wanita yang akan menjawab kalau menikah itu tidak perlu sebenarnya. *If you can happy with your own life, then why do you need someone else?*
Zaman sudah berubah. Kesetaraan gender semakin tercapai. Lowongan pekerjaan sudah banyak terbuka bagi wanita. *Wanita tidak lagi membutuhkan pria sebagai penyelamat yang akan memberikan perapian di dapurnya.*
Pola pikir begini sudah populer di negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan. Anak muda di sana mulai enggan untuk menikah karena perempuan di sana merasa mampu hidup sendiri. Mereka tidak ingin diperbudak setelah menikah. *Memasukkan orang lain ke dalam hidup kalian artinya juga menambah masalah baru bagi kalian.*
Bukti terkuat yang menunjukkan pria lebih butuh wanita adalah lebih tingginya angka bunuh diri kaum lelaki di Jepang.[1] Kebutuhan biologis dan psikologis cowok di sana tidak terpenuhi, sehingga banyak yang melakukan hikikomori dan berfantasi dengan waifu 2D-nya. *Kesepian adalah pembunuh bagi pria, tapi tidak bagi wanita.*
Saya sebenarnya tidak setuju dengan hukum alam perkawinan ini. Saya lebih suka membelah diri atau bertunas, karena lebih hemat waktu, energi dan biaya. Tapi butuh evolusi berapa juta tahun lagi supaya manusia bisa bertunas, kan?
Sejauh ini, saya cuma menemukan alasan terbaik berikut mengapa wanita sebaiknya menikah:
1. Ada yang merawat ketika sakit. Kita tidak pernah tahu kapan kita jatuh sakit.
2. Ada bahu untuk bersandar, bercerita dan menemani masa tua.
3. Ada teman untuk berdiskusi dan memberi nasehat.
Andai saja di masa depan nanti ada robot yang mampu memberikan ketiga poin di atas, saya yakin sekali akan banyak orang yang memilih untuk tidak menikah. Akan terjadi depopulasi besar-besaran dan umat manusia pun akhirnya musnah dibuai oleh teknologi mereka sendiri.
Sebagai seorang perempuan, mengapa sebaiknya perempuan itu menikah menurut opini kalian?
*Catatan Kaki*
[1] Kenapa lebih banyak laki-laki meninggal karena bunuh diri? - BBC News Indonesia
Terkadang banyak pola pikir masyarakat kita yg hrs di poles lbh ke arah yg lbh baik lg.... Sebagai contoh, banyak yg berpandangan bahwa seorang suami itu klo bs bantu2 istrinya dgn pekerjaan rumah dan merawat anak...
Pemikiran/pola pikir ttg "Suami membantu Istri dgn pekerjaan rumah dan merawat anak" menurut saya kurang setuju atau bahkan cenderung ke tidak setuju, krn rumah yg ditinggali itu bersama, anak yg dimiliki jg hasil bersama, tp knp hal2 seperti mencuci piring, menyapu/mengepel rmh dll, sampai merawat anak itu tdk dilakukan bersama?
Krn kata "membantu" itu kesannya pamrih, tdk ikhlas...
Jika suatu saat suami benar2 lelah dgn pekerjaannya diluar, lalu istrinya dirumah sdg kerepotan, maka mindset "membantu" ini akan sangat tidak membantu kondisi rumah tangga tsb....
Mungkin lbh baik pola pikir "membantu" diganti dgn "bekerja sama"... Bekerja sama dgn kerelaan sesuai peran msg2...
Saya setuju dgn Ust. Weemar dan yg lain, krn pangan, sandang dan papan beserta turunannya merupakan kewajiban dr suami thd istrinya....
Sayangnya realita berkata lain, seribu 1 suami yg mau bekerjasama dgn istri. Yang ada plg krja HP lg game lg, lihat istri kerepotan kecapean.. Q juga capek di luar krja. Jd lah istri juga yg ngurus semua.
@@ZeeikoSR12 Hal ini sekali lg bukan ajaran Islam melainkan adat/kultur/kebiasaan yg turun temurun dan mungkin kurang ada peran khusus seorang Ayah yg baik pd anak laki2nya shg melahirkan sifat2 seperti itu....
Beberapa Point Penting dalam pembahasan diatas:
1. Urusan saling melengkapi, dimana perempuan dan laki-laki itu ditakdirkan untuk saling melengkapi.
- Peran laki2, jenis kebahagiaan: Bahagia kalau melindungi
- Peran perempuan, jenis kebahagiaan: Bahagia kalau dilindungi,
2. Siapa yang paling diuntungkan? Mau pakai alat ukur apa? maka muncullah paham Feminisme. yang memakai alat ukur 'MONEY'.
Maka kemudian jika dipandang dari ajaran Islam, konsepnya karena beribadah karena Allah maka perempuan juga punya potensi mendapatkan pahala yang jauh lebih besar, laki-lakipun sama. Namun, belakangan pahala ini malah dipandang seperti UNTUNG dan RUGI, maka kelihatanlah ketimpangannya disitu.
Semoga membantu😇
Untung rugi? Jdi kaya jualan jatuhnya
Kenyataan yang terjadi adalah laki-laki banyak yang tidak tau / mau dengan kewajibannya sehingga perempuan terpaksa jadi mandiri dan independent.
Secara personal sy menanggapi kata "independen woman" tuk zaman skrg yg perempuan sdh berkarir dengan usia yg sdh ideal tuk menikah tp blm pny calon 😂 jd kata itu hny sbg tameng tuk menguatkan diri yg di luar keliatannya bahwa tnp laki-laki pun bisa berdiri sendiri pdhl kebalikannya. Insight bnget sih nonton yg kali ni coba kl ad ust felix yaa hehe
Terpaksa jadi mandiri. Di rumah dikecewain bapak, nikah muda takut salah pilih karena contoh laki2 di rumah kurang baik. Tentunya udah bukan waktunya untuk nyalahi siapa2 lagi karena udah dewasa, tapi kalo kalian tanya kenapa banyak perempuan mau mandiri ya itulah terpaksa keadaan. Jangankan mau mandiri buat diri sendiri, orang rumah aja juga pada ngandelin anak perempuan nya untuk cari nafkah. Anak laki2 ya mah dibiarin ga kerja.
Kak kita sama.....
Miris memang, tapi itu Fakta bayak para perempuan menjadi tulang punggung bukan krn mrk inginkan tapi krn keadaan
kisah yang sangat mirip denganku
"Biarkanlah berbeda, asal tahu diri, saling melengkapi maka hidup akan baik baik saja"
"perempuan itu cermin, dan cermin itu biasanya ada di rumah" - "simbolisasi nya laki-laki itu ekspansi dan perempuan itu ada wilayah domestik yg harus dijaga". Pemikiran ini yang menjadikan budaya patriarki terus berkembang, ust. Mohon izin nanti kaji lagi konteks feminisme lebih dalam supaya dakwah nya memang relevan dengan islam rahmatan lil 'alamin.
diskusinya sendiri kurang representatif, membahas mengenai peran perempuan tanpa mengundang narsum perempuan utk lbh memahami perspektif perempuan itu sendiri.
Wanita itu memilih di rumahnya saja Allah kasih berlimpah pahala dari arah mana saja,so pastikan klo keluar rumah untuk menambah pahala...semulia itu wanita di pandangan islam🎉
Cara berbicara Ustadz-ustadz ini enak banget menjelaskannya, mirip dgn Ust Felix semua.. Mantap Ngena banget di hati krn dakwah dari hati.. Jazzakumullah Khairan
Iyaa bro. Tapi wajar sih karna mereka setiap hari dgn ust felix, secara tdk sadar cara bicara dan pola pikir nya mirip guru nya
kalau ngobrolnya bareng dr. Aisah Dahlan makin mantep nih
semoga dibanyakin lagi bahasan seperti ini
Harus nya ngundang beliau sih biar makin berwarna. Karena ini kan bahas perempuan juga
@@CalonSyuhada iya biar valid, pasti ga sedikit kan yang sensitif pas liat laki2 bikin konten podcast bahasnya perempuan, belum nonton aja udah asumsinya negatif
Hihi.. sm aku pendengarnyaa, sdh lebih ngertii karena belajar dr dokter aisyah ilmu otak laki2-perempuan
@@idanurhidayanti7294 ada lagi kah yang lain? kalau yang bahasa inggris pernah denger ceramahnya Nouman Ali Khan, dia bahas psikologi juga, ngasih tau perbandingan laki2 dan perempuan, gimana perbandingannya di Quran, gimana Allah membedakan laki2 dan perempuan, gimana memuliakan perempuan dll
@@khrimul2757 kalo mereka bahas ini dalam sudut pandang laki2 oke2 aja. tp pas awal aja udh ditanyain keterwakilan perempuan oleh feminisme yg mana ini hanya bisa dijawab dari sudut pandang perempuan. seterusnya bahasan oleh 3 laki2 ini ya gak valid
Saya punya sepupu dari papa. Dia perempuan berusia 40 tahun an, mungkin hampir mendekati 50 tahun.
Sepupu saya ini bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Gajinya pun tidak main-main, gajinya lebih besar dari umurnya sekarang. Dengan gaji segitu besarnya, orang tua nya selalu di-liburkan ke luar negeri. Setidaknya sebulan atau 3 bulan sekali.
Sepupu saya ini tidak dilahirkan dalam keluarga berada. Masa lalunya agak suram. Bahkan keluarganya pernah makan nasi dan garam.
Orang tuanya bekerja banting tulang agar ke-3 anaknya bisa kuliah. Beruntung, ke-3 anaknya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik dan mendapat pekerjaan di Jakarta.
Sepupu saya ini sangat gigih, mandiri, & pekerja keras. Perusahaan yang awalnya kecil, kini menjadi besar berkat kegigihannya. Saking mandirinya, dia sampai sekarang belum menikah. Atau bahkan tidak berniat menikah? . Itu tidak masalah, karena dia memiliki banyak teman. Yang pasti tidak menikah bukan berarti tidak bahagia.
12:05 ijin bantu menjawab ustad, kebalikan dari feminis itu maskulinis. Kalau patriarki itu salah satu fenomena yg coba ditentang oleh kaum feminis. Karna sejatinya, makna dari kata patriarki itu sendiri adalah suatu keadaan dimana kedudukan wanita ditempatkan lebih rendah dari pada kedudukan laki2 sehingga porsi hak dan ruang gerak perempuan mengalami penurunan. Kebetulan skripsi saya membahas mengenai ini, jadi insya allah kredibel🙂👍
relate banget yg disampaikan para asatid ini. aku perempuan yg ga punya wali, knp? krn ayahku, kakekku dua2nya sudah meninggal, ayahku ga punya saudara laki2, dan saudara laki2 ibuku sudah meninggal semua.
sbg anak pertama selalu mrasa harus kuat dan berpura2 jd independent woman, hasilnya cape bgt. tapi seneng kalo dilakukan lillahitaala dan bisa bantu saudara2.
sebenernya aku suka kerjaanku sekrang, alhamdulilah dpt kerjaan bagus dan lingkungannya bagus jg. tp tetep cape krn merasa semuanya ada target dan ditanggung sendiri
Komunikasi itu akan terjadi jika kita punya pemikiran, dan komunikasi itu baik terbentuk dari pemikiran dengan tujuan yang sama
Ustadz Felix sibuuukk yaaaa😂 tapi tetep bagusss kok kalian bertiga ilmunya dapet dan dapet lucunya..
Iyaa jgn insekyur yaah asatidz 😂, jujur ini lucu bgt drtd ngakak2, tp esensinya dpt kook, love ittt ❤ smangaaat 😊
Laki laki & perempuan itu saling memerlukan & saling melengkapi. Nggak ada istilah independent woman or independent man.
.
Lelaki kalau di rumah dari pulang kerja nggak akan bisa pulang multitasking urusan bebersih sambil masak sambil ngasuh anak. Wanita nggak akan sanggup menghadapi akal & sikap manipulatif nya lelaki di luar rumah. Jadi masing2 saling memerlukan untuk menjaga keperluannya masing2.
.
Aku sendiri walaupun tau di mana bengkel, tetap mau dihantarkan mobil ke bengkel oleh ayahku. Aku walaupun tau menggunakan gergaji & drill listrik tetap mau dipotongkan kayu & ditebukkan dinding oleh laki-laki. Ya, dikopekin kelapa ya tetap ayahku kopekin.
.
Ya urusan negosiasi dalam bidang majoriti lelaki seperti mobil, paip, renovasi rumah & urusan menggunakan mesin tetap diberikan kepada laki-laki walaupun sebenarnya aku sendiri reti. Nggak usah terlalu pede kalau jadi perempuan, pura2 lemah itu juga perlu. Ya memang capek juga kerna bukan kudratnya kita dalam menguasai bidang2 yang memang dikuasai oleh lelaki.
Walaupun terkesan teknis rumit, laki-laki yang ga kompeten juga banyak, akhirnya suka nipu konsumen. Jadi konsumen mau laki atau perempuan kudu jeli, apalagi suami pas lagi ga avail. Berkorban ketipu dikit gpp tapi sambil belajar, browsing, compare, tanya-tanya.
Independen tu cara kita survive aja, manusia tetap makhluk sosial yang kalau ga divalidasi/diapresiasi/ dapet feedback merasa hampa, kosong, kesepian.
Barakallah fikuum ustadz... ketika suami dan istri memahami fitrah masing2 maka rumahtangganya dinamis dan harmonis yang sesuai syariat.
Daging semuaaa❤
pembahasannya sangat bagus, adem dan mudah dimengerti, semoga suatu hari nanti kalo bahas perempuan ada narasumber perempuan yang kredibel dalam menjawabnya.. insyaallah
Alhamdulillah, ya Allah, 😊, jazakumullahu khairan, sehat wal afiyah yntv🤲
Bang hawa tepuk tangan mewakili bgtt masyaallah 🤣🙏 speechless sama penjelasan2nya ustadz husein.
Sebenernya lg agak males sm podcast2 dg pembahasan ttg feminis, karena kadang/malah banyak yg ngga didasari sm pemahaman kalau fitrah perempuan dan laik2 itu diciptakan berbeda, kadang ya ada insight2 bagus di dalamnya tapii takutnya melahirkan pemikiran2 yg mengarah ke hal2 yg ga sesuai fitrah gt karena ngga berdasar ini tadi.. barakallah yuk ngajii 🌼
Pas banget kemaren baca buku wanita berkarir surga, btw itu bukunya ust. Felix😊😊
Wah aku jg punya
Maa Syaa Allah isinya daging semua ini pembahasan 🙂😇
Ya setuju ustadz antara laki laki dan wanita sebagai pasutri harus punya tahu diri dan semandiri gimanapun wanita lebih dari lelakinya ,tetap kodrat wanita sangat perlu dilindungi oleh lelakinya (asli tenang buat jiwa dan hati wanita juga), saling melengkapi, menghargai,biar selalu menenagkan dan menyenangkan.Seru obrolannya,lelaki akan merasa seneng bila istrinya selalu membutuhkannya
Mewakili banget tapi apa mau dikata udah takdirnya harus hidup sendiri dan mandiri ya di nikmati aja, siapa tau kedepannya ada yg mau menafkahi....Aamiin
Menarik.... menarik... menarik sekali
waaa bagus banget. Terimakasih yntv
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Tim YNTV semoga Allah SWT melindungi dlm berdakwah n memberi kesehatan aamiin ya rabbal Allamiin 🇮🇩🤲🇵🇸
Dosen saya tidak pernah menikah hingga beliau pensiun. Beliau hanya mengangkat anak. Kurg paham jg kenapa beliau tidak menikah padahal waktu muda nya dulu cantik, pinter (jlas krna beliau uda jdi dosen dri jaman duluu dosen senior bgt). Yg jelas beliau independen sekali. Padahal uda tua sepuh kmna2 masih nyetir mobil sndri. Ngunjungi mahasiswa praktek d luar kota jg nyetir sndri.
Keren banget sih. Banyak insight yg bikin 😯🙂↕️🥲🥹😢🤯
Respect sama effortnya bang hawa ngemc
Anak anak dr generasi saya
Ortu menyekolahkan anak anak nya biar hidup lebih baik
Tp ternyata teori d sekolah gak bisa untuk hidup
Laki-laki sekarang lulus kuliah belum bisa kerja
Wanita lulus kuliah belum bisa mengurus rumah
Padahal begitu lulus kuliah semua org nyuruh nikah
Padahal belum bisa apa apa untuk kebutuhan hidup nya
Baarakallah ustadz
MasyaAllah para ustadz❤
Barakallah stadz
klu misuaku dtg, auto aq ga bisa apa2... setelah dia pegi kerja. aq jd superwoman untuk diri rumah anak dan tugas kerjaku. dan itu lebih baik buatku. selama dia hidup aku akn terus bergantung2 padanya. 😂😂😂😂😂
Kalau laki" sehat di rumah diem aja, klo laper gaada sayur, wanita yg d rumah kena omel. Otomatis jadi wanitanya mencari makan biar ngga diomeli. Belum lagi kebutuhan lain yg harus dipenuhi. Miris tp realita di lapangan.
Al-Qur’an secara jelas menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan melalui substansi yang sama yang disebut sebagai nafs wahidatin (Ruh yang Tunggal) (Qur’an 4:1). Ini berarti bahwa Al-Qur’an tidak mendukung narasi penciptaan Adam-Hawa yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Narasi tersebut dapat ditemui di dalam hadith (yang terpengaruhi oleh narasi penciptaan manusia dari tradisi Kristen dan Yahudi) namun tidak dapat ditemui dalam al-Qur’an. Dengan demikian, jelas dalam al-Qur’an bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kewajiban moralitas yang sama dan hak yang sama (al-Qur’an 4:32). Dalam konsep pernikahan pun al-Qur’an menyatakan bahwa perempuan adalah pakaian untuk laki-laki, dan laki-laki adalah pakaian untuk perempuan (al-Qur’an 2:187). Jadi jelas bahwa dalam al-Qur’an, perempuan dan laki-laki memiliki derajat yang sama di hadapan Allah SWT. Hadith merupakan hal yang lain lagi. Hadith, tidak seperti al-Qur’an, merupakan cerminan dari masyarakat dan sistem nilai yang mereka anut di saat itu. Maka lebih sulit untuk menemukan hadith yang dapat dikatakan sebagai dalil untuk ‘kesetaraan gender’. Namun, bagaimanapun juga, sejarah hidup Nabi Muhammad merupakan cerminan penghormatan terhadap perempuan yang sangat tinggi. Ambil contoh soal persetujuan perempuan dalam pernikahan, ada sebuah narasi hadith yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad menyetujui permintaaan cerai seorang perempuan yang dinikahkan oleh orang tuanya dengan seorang laki-laki tanpa persetujuannya. Perempuan ini lalu mengadu kepada Nabi soal pernikahannya, dan Nabi menyetujui perceraiannya dengan laki-laki tersebut. Ini berarti bahwa konsep ‘consent’ dalam bentuknya yang awal sudah diterapkan oleh Nabi dalam praktek keislamannya. Nabi juga terkenal mendukung istri-istrinya untuk menjadi perempuan kuat yang memiliki peran publik. Selepas Nabi meninggal, untuk beberapa waktu, Aisyah dan Ummu Salamah, dua istri Nabi yang paling cerdas, berperan menjadi pemimpin masyarakat, imam solat di masjid, dan tempat bertanya soal Hukum Islam bagi masyarakat mereka. Walaupun kita harus berhati-hati dalam menggunakan konsep ‘kesetaraan gender’ karena ini konsep modern dan tidak ada pada zaman Nabi, namun praktik kehidupan Nabi terbukti menjunjung tinggi kemanusiaan perempuan seutuhnya.
👆🏻Copas jawaban Lailatul Fitriyah atas pertanyaan:
*Apakah terdapat dalil mengenai kesetaraan gender dalam Al-Qur'an dan hadits yang shahih?*
Alhamdulillah... Aq happy banget jadi suri rumah sepenuhnya
Masya Allah barakallahu fiikum usatad dapat ilmu ,,
Kenapa aku baru nemu channel youtube sebermanfaat iniiii masyaAllah. Bener banget lagi pas di bagian akhir bahwa dalam hubungan yang penting itu adalah "saling memahami" kalau gasaling memahami, cara pikirnya beda, komunikasinya juga gak akan benar
Assalamulaikum , medan hadir menyimak
Barakallah ustadz weemar dan bang hawaaa🙌
Ustadz hussain lagi-lagi cuma jadi figuran 🙏🏼🤣
Nonton sambil nyetrika seru juga🔥
Aku sama suami uangnya masing2😊, aku kerja usaha dagang di rumah, aku kelola sendiri keuangan untuk jajan anak, belanja kebutuhan dapur dan kebutuhan kecil misal popok sayur dll, kalau suami kelola uang sendiri untuk keperlua besar seperti cicilan rumah/kendaraan/listrik/wifi. Biar gak mumet nyari sama2, kelola sama2.
Mantap bangettt, seneng banget nonton eps ini, satu ngomong yang lain dengerin, gantian, runtut, nggak banyak bercanda
Thankyou buat ilmunya 🥰🫶
menit 13.16 bener ustadz.... klu ditanya yg masih single ini, jujur enakan dirumah dibanding harus kerja. tpi di sisi lain pekerjaan yg skrg dijalani itu manfaatnya lebih luas ke umat dibanding duduk diam dirumah. Ngerasa juga klu misal karir semakin naik, manfaat yg bisa diaksih ke org lain itu juga semakin luas. Ada dua sisi berbeda
Assalamualaikum
Ustdz dan tim Yuk ngaji
Sehat " selalu 🙏🙏👍
Eh keinget di ilmu kedokteran china organ tubuh itu dibagi 2 organ Zhang (suami) dan Fu (istri). Organ tubuh kita punya proporsi fungsinya masing2.. kalau salah satunya tidak menjalankan sesuai dg fungsinya maka akan terjadi ketidakharmonisan tubuh aka sakit.
Maasyaallah
Baru nyimak... Asekkkk bener, tercerahkan
16:20 halo ustad, karena disini pak ustad bertanya, ijinkan saya bantu jawab. Singkat saja, menurut saya, feminis muncul karena ada sebabnya juga. Yaitu memperjuangkan "hak" kemanusiaan yg dulu wanita tidak dapatkan karena wanita dianggap rendah dan lemah karena bergantung pada pria yg dianggap lebih tinggi, kuat, logis.
Kesampingkan aliran2 feminis yg skg makin bercabang, dan ada perempuan2 kuat yg telah berjuang di dunia yg keras ini dan merasa bangga dengan itu. Inti dr feminis adalah perjuangan wanita untuk setara (tidak dipandang rendah)
Andai saja seluruh dunia ini memang adil dari awal, andaikan islam bisa membawa keadilan itu, andaikan misoginis tidak ada, andaikan lebih banyak pria yang bisa menghargai wanita dan melihatnya dengan "kelebihan2" seperti yg pak ustad jabarkan itu secara nyata di masyarakat, dan diterapkan dalam berbagai bidang, bukan dilihat bagusnya dalam hubungan suami-istri aja... Saya yakin feminis itu akan hilang sendiri nantinya dan tidak akan menjadi "keresahan" pak ustad
Semoga itu bisa sedikit menjawab kebingungan pak ustad. Cmiiw. Salam
(EDIT) 27:18 ternyata dibahas juga, salut :) 👍
Anggap komen kyk gini reminder aja
Misoginis adalah counter hasil dari adanya feminis yang terkesan tidak memghargai dan selalu menyalahkan laki2 di masyarakat..
@@groamersglasses7922 menurut saya kebalik
sikap merendahkan wanita itu sdh termasuk misoginis. Ada misoginis dulu, baru Wanita yg ga terima direndahkan akhirnya bikin feminis
Cuma, "istilah" misoginis nya aja baru muncul setelah rame istilah feminis
Syukron ustadz maasyaaAllah
ayo baca buku nyaa... menarik banget buku nya :)
bukuny judul ap kak
Karena perempuan butuh koam yang baik
Setuju bang hawa, ujung2nya adalah tergantung pada niat hati
Masya Allah.. Keren banget pembahasanx... Syukron ilmunya ustdz
Thumbnail nya bikin penasaran, auto klik!!
Saya alami sndr LDRan dg suami bertahun2 tp ttp saja buth sosok suami dan ayah...itu udh fitrahx,,ya hrs saling memahami dan melengkpi jgn prnh ego
Barakallahufiikum
10:38 ... Sayyidah Hawa: ... agar kamu (Nabi Adam AS) TENANG karenaku ...
Lyrics: Clarity (feat. Foxes). Goated of Artist: Zedd
...
Why are you my clarity ?
Why are you my remedy ?
...
Seru beut podcast ini
🙏🙏🙏
Sesuai fitrahnya, seorang perempuan pasti ingin dependen. Tapi seringkali kehidupan menuntutnya untuk independen.
Dan tentu saja, menjadi independen itu meski melelahkan di satu sisi, tapi juga memiliki kebebasan di sisi yang lain.
Alkhamdulillah akhirnya ada pembahasan ini. Bnyk ilmu yg didapat, hati menjadi lebih tenang.
Berikut adalah 10 kesalahpahaman terbesar mengenai feminisme:
1. Feminis membenci laki-laki
Ini adalah salah satu kekeliruan paling kuno dan paling melelahkan mengenai feminisme. Feminisme adalah sebuah gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang publik. Feminisme tidak pernah merupakan ideologi kebencian.
2. Untuk mencapai kesetaraan, feminisme harus melemahkan laki-laki
Mencapai kesetaraan gender memang harus melalui dekonstruksi maskulinitas, namun hal ini tidak sama dengan mengebiri laki-laki. Dalam ratusan tahun sejarahnya (bahkan sebelum istilah “feminisme” dilontarkan), gerakan ini telah memupuk tradisi perenungan yang dalam dan pemikiran kembali konstruksi sosial atas gender maupun dinamika gender. Feminisme seharusnya memperbaiki relasi gender, bukan memperkuat salah satu jenis kelamin dengan mengorbankan yang lain.
3. Feminisme hanya membantu perempuan
Aliran feminisme tidak hanya membebaskan perempuan, gerakan ini juga membebaskan laki-laki dengan memutus standar-standar yang diberikan masyarakat pada perempuan dan laki-laki. Feminisme adalah tentang mengubah peran-peran gender, norma seksual dan praktik-praktik seksis yang membatasi diri.
Laki-laki memiliki kebebasan untuk menjelajah hidup di luar batas-batas kaku maskulinitas tradisional. Feminisme juga mempercayai akses yang sama untuk pendidikan, yang barangkali memungkinkan ibu-ibu Anda mendapatkan gelar universitas dan mendapatkan pekerjaan, sehingga Anda dan saudara-saudara Anda memiliki kesempatan yang lebih baik dalam hidup. Dengan pendidikan, perempuan cenderung memiliki pilihan-pilihan hidup yang lebih baik, menghasilkan keluarga dan masyarakat yang lebih sehat dan berfungsi secara optimal.
4. Hanya perempuan yang bisa jadi feminis
Feminis berkomitmen untuk mengatasi masalah-masalah sehari-hari seperti kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan dan kekerasan seksual, ketidaksetaraan penghasilan, obyektifikasi seksual, dan lain-lain. Cara terbaik untuk menanggulangi masalah-masalah ini adalah untuk melibatkan laki-laki, meningkatkan kesadaran para pegawai pria mengenai kepekaan gender, mengajarkan anak laki-laki untuk menghormati anak perempuan, membuat para ayah mau berbagi beban pekerjaan rumah tangga dan lebih terlibat dalam membesarkan anak-anak, dan masih banyak lagi.
5. Feminis pasti ateis
Memang betul bahwa beberapa agama memiliki perspektif-perspektif patriarkal yang tinggi dan melanggengkan praktik-praktik diskriminatif kuno terhadap perempuan, namun bukan berarti tidak ada ruang untuk perbaikan. Ada banyak pihak yang telah memasukkan interpretasi ramah perempuan ke dalam ajaran-ajaran agama. Di Indonesia kita memiliki ulama feminis dan cendekiawan Muslim ini serta beberapa lainnya. Anda tidak perlu mendepak agama Anda untuk meyakini bahwa perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki.
6. Feminis tidak percaya pernikahan
Omong kosong. Banyak feminis yang memiliki pernikahan bahagia (salah satunya saya). Selama pernikahan memberikan nilai-nilai pribadi, hukum dan sosial kepada kedua orang di dalamnya, tidak ada alasan untuk menolak lembaga perkawinan. Yang ditolak para feminis ini adalah ketika masyarakat menilai pernikahan sebagai “tempat yang lebih baik” untuk perempuan, memberi hukuman sosial untuk mereka yang tidak menikah atau bercerai, dan ketika pernikahan digunakan sebagai cara mengontrol perempuan. Selain itu, para feminis percaya pernikahan legal harus berlaku bagi semua preferensi seksual dan ekspresi gender (ya, kami percaya pernikahan sesama jenis!).
7. Feminis sejati tidak menggunakan rias wajah dan beha
Bohong! Feminisme memberikan perempuan pilihan - bukan membatasi - ekspresi pribadi. Tidak bisa lepas dari sepatu hak tinggi? Pakailah. Senang memakai rok mini hitam? Mengapa tidak. Namun mengekspresikan diri dalam ekspresi feminitas tradisional adalah pilihan, bukan kewajiban, dan tidak seharusnya itu mendefinisikan diri Anda. Secara pribadi, saya suka terlihat cantik, tapi saya tidak suka membuang terlalu banyak waktu dan energi untuk melakukannya, jadi saya jarang memakai rias wajah, kecuali pensil alis dan lip-gloss.
8. Feminisme adalah konsep Barat
Sejujurnya, ini adalah salah satu kritik diri utama dalam gerakan feminis di masa lalu: bahwa feminisme, sebagai gerakan dan ideologi, terlalu Eropa-sentris dan didikte oleh perempuan kelas menengah berkulit putih. Gerakan ini juga dikritik karena kecenderungannya untuk mengabaikan kelas, kasta, agama, bias etnis dan diskriminasi ras yang memperumit ide mengenai gender. Namun feminisme telah ada sejak lama di bagian dunia non-Barat, dari Amerika Selatan, Asia sampai Afrika, meskipun dengan fokus-fokus yang sedikit disesuaikan dengan konteks lokal.
9. Feminisme belum berubah seiring waktu
Salah! Gelombang pertama feminisme pada abad 19 dan awal abad ke-20 difokuskan pada persamaan hak sipil dan politik, terutama hak perempuan untuk memilih dalam pemilu. Gelombang kedua, yang mulai pada 1960an sampai 1980an, memperluas tujuan-tujuan itu untuk menyertakan isu-isu seksualitas, keluarga, tempat kerja, hak-hak reproduksi dan ketidaksamaan legal lainnya. Feminis-feminis gelombang ketiga mengembangkan debat-debat itu untuk fokus pada ide-ide seperti teori homoseksualitas, penghapusan ekspektasi peran dan stereotip gender. Kesadaran dalam feminisme saat ini - terkadang disebut feminisme gelombang keempat, meski masih diperdebatkan - merengkuh ide “interseksionalitas”, penindasan-penindasan ganda yang saling berkaitan terhadap ras, seks, seksualitas dan kelas. Ini adalah gerakan dan kesadaran yang mengadvokasi orang-orang untuk memberi ruang pada mereka yang termarjinalkan secara politik, ekonomi dan sosial karena gender, preferensi seksual, ras, kelas dan hal-hal lainnya.
10. Feminisme tidak diperlukan lagi karena perempuan sudah setara dengan laki-laki
Hal ini sangat keliru. Mari ingat-ingat lagi tuntutan gerakan pembebasan perempuan pada 1970an: Empat tuntutan pertama adalah kesetaraan gaji, kesempatan sama atas pendidikan dan pekerjaan, jaminan hak-hak reproduksi, dan penghapusan kekerasan atau pemaksaan seksual tanpa memandang status pernikahannya. Sekarang lihat fakta-fakta hari ini: Menurut laporan dari Organisasi Buruh Sedunia PBB, perempuan di seluruh dunia hanya menerima 77 persen dari besarnya gaji yang dibayarkan untuk laki-laki, angka yang hanya meningkat 3 persen dalam 20 tahun terakhir. Ditambah lagi, banyak lapangan pekerjaan masih tidak ramah untuk ibu, dan posisi-posisi kepemimpinan teratas dalam perusahaan-perusahaan dan pemerintahan masih sangat didominasi oleh laki-laki.
Kedua, di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, jumlah anak-anak perempuan yang putus sekolah masih lebih tinggi daripada anak laki-laki karena orangtua mereka melihat anak perempuan tidak menguntungkan dilihat dari investasi ekonomi. Ketiga, meski alat-alat kontrasepsi sekarang tersedia secara luas, banyak negara (termasuk Indonesia) yang masih memperbolehkan pernikahan di bawah umur, yang melanggengkan kekerasan dalam rumah tangga dan kemiskinan. Keempat, budaya pemerkosaan tumbuh subur baik di negara maju maupun berkembang. Di negara-negara seperti Indonesia, hukum dan penegak hukum dalam kasus-kasus kekerasan seksual hampir tidak pernah berpihak pada perempuan.
Selain itu, tradisi mengerikan seperti mutilasi genital perempuan masih dipraktikkan di Afrika dan bahkan di Indonesia. Dan, jangan lupa, meski perempuan akan boleh memilih untuk pertama kalinya dalam pemilu di Arab Saudi tahun ini, mereka masih belum boleh menyetir atau meninggalkan rumah tanpa muhrim laki-laki.
Jadi masih berpikir pekerjaan kita sudah selesai? Pikirkan lagi.
Makasiih banyak kak udah mau meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran buat ngetik penjelasan tentang feminisme sepanjang itu. Semoga makin banyak yang aware dan lebih paham tentang apa yang sebenernya diperjuangkan feminis selama ini 🙏🏻🙏🏻
@@iftitahardilah5670,
Sama sama. Itu cuma copas dari artikel.
Bagi laki laki bekerja untuk menafkahi istri, keluarga itu adalah hal sederhana.
PemBahasan soal pernikahan pasti selalu seru bgt 🥰
Maashallah keren banget ini contain nya 🤍
Sebagai manusia lebih baik memang harus bisa diandalkan sesuai perannya dan saling melengkapi
seru bgt pembahasannya usatid, jazakumullah khairan ilmunya
Udah hampir 20th menikah, 14 th bekerja , 6 th terakhir di rumah , cari tambahan dari rumah
Pertama resign , takut banget , tapi Alhamdulillah, rejeki itu udah ditakar dan di gariskan
Anak jadi lebih mudah di didik , suami lebih kalem , rumah tangga nyaman meski naik turun masalah ekonomi, tapi so far , hidup baik baik saja meski cuma suami yg kerja❤
Mkasih bang udah buka pola pikir ku😢
Semua perempuan pengen di nasehati dan di ayomi dan lain sebagainya sebagaimana fitrahnya perempuan, tapi laki2 zaman skrng bnyk yg cuma enaknya aja walaupun ga semua... Makannya, sebab keadaan skrng ini lah,perempuan jadi mandiri ga mau bergantung sama laki2, dan serba takut yang ga mau dinginkan itu bakal ada.. Dan kembali ke laki2nya . Karena laki2 sejatinya itu harus penuh tanggung jawab terhadap semuanya terutama membina rumah tangga (karenalaki2 sebagai nahkoda/pemimpin).
Yang sabar ya AKU yang belum menemukan seseorang pelindung pengganti alm.Abah 🤪🥹
😂😂😂dah nyangka bakal bahas yg video cewek itu😂😂😂, relate bngt
pembahasannya mantep banget
independen woman itu konsep hidup sekaligus keharusan yang seringkali sebenarnya bukan pilihan. Keadaan yang seringkali mengharuskan to be independen woman meski sejujurnya ndak ingin selalu independen, capek is iyes absolutely but seems no one care right
Soal keadaan ini, Mbak, sebenarnya kita tanpa sadar dikondisikan seperti ini. Bisa dilihat seberapa banyak laki-laki dan perempuan yang fitrahnya rusak. Laki-laki tidak paham perannya dan perempuan terpaksa mengambil peran itu. Banyak sekali. Berarti ini bukan masalah individual tapi masalah sistem.
Bener sih Tadz. Ibukku sebenarnya bisa ganti gas, ngangkat galon. Tapi kalo di bapak di rumah, dikit-dikit bapak gantiin gas, gantiin galon dll
MasyaAllah
Menurutku seharusnya ustadz juga undang perempuan. Biar bisa saling tukar pendapat
1:46
ya allah sumpah baru kali ini aku nonton channel kalian bertiga tuh kocaknya kebangetan astagfirullah tapi menghibur sih 🤣
Terpaksa karena keadaan, entah karena budaya, situasi ekonomi, dan banyak faktor lainnya. Capek bgt sih jadi perempuan di situasi seperti ini. Salah muluk, serba salah!!
yang nyalahin ya org2 yg kaya gini kak. semangat ya kak semoga kerja keras kakak bisa membawa kenyamanan utk kakak di masa mendatang!
Kerenn dehh pembahasan ini 😍
Iya banget, saya udah menikah tapi dari awal nikah kita lebih sering ldr karena pekerjaan suami. Saya merasa lebih nyaman bila suami pas di rumah.
Allah
sayang bgt harusnya undang dokter aisah dahlan beliau expert bgt di pembahasan ini & lebih bisa menyuarakan hati perempuannn 🥰
2:07
betul, sebagai perempuan se7 karena memang fitrahnya yang Allah SWT ciptakan memang seperti itu, tapi di dunia sekarang ini malah seakan akan wanita dan pria "setara" 😢
Pria dan wanita memang setara.
Terwakili