Kitab-Kitab Akidah Madzhab Asy'ary & Para Ulama Madzhab Asy'ariy - Ust Muhammad Ajib, Lc., MA.

แชร์
ฝัง
  • เผยแพร่เมื่อ 18 พ.ย. 2024

ความคิดเห็น • 20

  • @hubailokchanel2655
    @hubailokchanel2655 2 ปีที่แล้ว +1

    Sangat membantu semoga Allah mengembangkan chanel ini

  • @pecintasholawatchannel2512
    @pecintasholawatchannel2512 2 ปีที่แล้ว

    Alhamdulillah nyimak mantap memberikan pencerahan kepada kita semuanya 👍

  • @Muhamad_Al-Fatih-789
    @Muhamad_Al-Fatih-789 ปีที่แล้ว

    Pa ustad kayak nya saya mulai agak ragu nih dengan aqidah asma wasifat salafy wahabi....tapi saya akan terus mengkaji lagi madzhab asyairoh...mudah mudahan allah menunjukan kpd saya jalan yg benar..... Penjelasan nya sangat rapih dan gampang di pahami....saya sampai kagum dengan penjelasan nya....sungguh cita cita saya jadi ulama yg kayak gini😅😅😅😅yah meskipun cuma angan angan kosong kayak nya😂😂😂😂

  • @muhamfadhil
    @muhamfadhil 3 ปีที่แล้ว +1

    Syukron ustadz ❤️❤️❤️

  • @muhamfadhil
    @muhamfadhil 3 ปีที่แล้ว +1

    Ditunggu kelanjutannya ustadz ❤️❤️

  • @Gundam01custom
    @Gundam01custom 3 ปีที่แล้ว

    Alhamdulillah

  • @ainilabdullah8960
    @ainilabdullah8960 2 หลายเดือนก่อน

    Ustadz Muhammad Ajib dan tim Sekolah Fiqih kapankah ada kelas untuk membahas kitab-kitab di atas untuk pemula? insyaaAllah saya berminat hadir. Barakallahufiikum ustadz dan tim semua.

  • @muhammadazrizainuddin2404
    @muhammadazrizainuddin2404 3 ปีที่แล้ว

    Terima kasih ustaz

  • @priapunyaselera-vq5dn
    @priapunyaselera-vq5dn 3 ปีที่แล้ว

    Mohon izin ustadz, setahu al-faqir, Imam Sanusi itu mengambil 7 sifat tambahannya dari madzhab maturidi, jadi genap 20..

  • @noorhalimahhamdan8760
    @noorhalimahhamdan8760 10 หลายเดือนก่อน

    Ustadz, kami mau bertanya, bagaimana pandangan ustadz terhadap Kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahawwab? Apakah kitab tersebut sesuai dengan manhaj akidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah?

  • @adeirmansusanto5662
    @adeirmansusanto5662 3 ปีที่แล้ว

    link lanjutannya yang mana ya? pada ciri khas madzhab asyariy?

  • @qenanabay196
    @qenanabay196 3 ปีที่แล้ว

    Kalau ikut via zoom. Gimana caranya ustadz ?

  • @abdusshomadrifai7159
    @abdusshomadrifai7159 3 ปีที่แล้ว +1

    Pertanyaan :
    1. Di menit ke 7 Ustadz menyampaikan bahwa ada kitab Al- Ibanah yang riwayatnya muttasil sanadnya ke Imam Asy'ari. Bisakah dibuktikan /diperlihatkan riwayat tersebut ?
    2. Kitab Al-Ibanah menurut anda atau menurut Asy'ariyah kontemporer dijadikan rujukan atau tidak ? ada ketidakjelasan dan tidak konsisten dalam masalah ini.
    3. Al-Ibanah, cetakan Darul Anshar tahqiq Dr. Fauqiyah Husein secara global isinya sama saja dan tidak ada perbedaan yang mendasar dengan cetakan lain. Di kitab tersebut pengarangnya menetapkan bagi Allah sifat istiwa, wajah, tangan , turunnya Allah dan sifat2 lainnya.
    Ini Kitab Al Ibanah
    Darul Anshar tahqiq Dr. Fauqiyah Husein dan 2 kitab beliau yg lainnya :
    drive.google.com/file/d/1bS1tFSI10H2oWDYn0QcXylZObvcPxTNK/view?usp=drivesdk
    Kitab Risalah Ilaa Ahli Tsagr
    drive.google.com/file/d/1zXzs6K-W161VI3Y9PvT9sY8YZoJw9mPd/view?usp=drivesdk
    Kitab Maqoolatul Islamiyiin
    Juz 1
    drive.google.com/file/d/1tV3Q3in9aZN6hFyOrV9KJd1SEbljgzPG/view?usp=drivesdk
    Juz 2
    drive.google.com/file/d/1HQLYXkz8EDUDt_tDPWKKAxqB-sRzw-sN/view?usp=drivesdk

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 ปีที่แล้ว +2

      yang Tahqiq Dr. Fauqiyah Husein, Imam Asy'ari menetapkan sifat istawa, nuzul yad, wajh, ain dll pada Allah bukan memaknakan istawa sebagai bersemayam (julus/jalasa), bukan memaknakan nuzul sebagai pergerakan perpindahan dari atas ke bawah, bukan memaknakan yad, wajh, ain dll sebagai anggota badan Allah. Imam Asy'ari hanya bilang bi la kayf alias tanpa kaifiyah

    • @YRD666
      @YRD666 ปีที่แล้ว

      Sejarah Singkat Abul Hasan Al-Asy’ari
      Nama lengkapnya adalah Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Abi Burdah bin Abu Musa Al Asy’ari. Lebih akrab disebut Abul Hasan Al Asy’ari. Lahir di Bashrah pada tahun 260 H atau 270 H. Masa kecil dan mudanya dihabiskan di kota Bashrah. Kota yang kala itu sebagai pusat kaum Mu’tazilah. Dan tidak dapat dielakkan, pada masa pertumbuhannya, beliau terpengaruh dengan lingkungannya Beliau mendalami ilmu kalam dan pemikiran Mu’tazilah dari ayah tirinya yang bernama Abu Ali Al Juba’i. Namun kemudian, beliau bertaubat dari pemikiran Mu’tazilah ini. Allah menghendaki keselamatan bagi beliau, dan memperoleh petunjuk kepada madzhab Salaf dalam penetapan sifat-sifat Allah, dengan tanpa ta’wil, tanpa ta’thil, tanpa takyif dan tanpa tamtsil[1]
      Kisah taubatnya dari pemikiran Mu’tazilah ini sangat populer. Beliau melepas pakaiannya seraya berkata: “Aku melepaskan keyakinan Mu’tazilah dari pemikiranku, seperti halnya aku melepaskan jubah ini dari tubuhku,” kemudian beliau melepas jubah yang dikenakannya. Secara simbolis, itu merupakan pernyataan bahwa beliau berlepas diri dari pemikiran Mu’tazilah dan dari kaum Mu’tazilah.
      Ahli sejarah negeri Syam, Al Hafizh Abul Qasim Ali bin Hasan bin Hibatillah bin Asakir Ad Dimasyq (wafat tahun 571) dalam kitab At Tabyin menceritakan peristiwa tersebut:
      Abu Ismail bin Abu Muhammad bin Ishaq Al Azdi Al Qairuwani, yang dikenal dengan sebutan Ibnu ‘Uzrah bercerita, Abul Hasan Al Asy’ari adalah seorang yang bermadzhab Mu’tazilah. Dan memegang madzhab ini selama 40 tahun. Dalam pandangan mereka, beliau adalah seorang imam. Kemudian beliau menghilang selama lima belas hari. Secara tiba-tiba, beliau muncul di masjid Jami’ kota Bashrah. Dan setelah shalat Jum’at, beliau naik ke atas mimbar seraya berkata,”Hadirin sekalian. Aku menghilang dari kalian selama beberapa hari, karena ada dalil-dalil yang bertentangan dan sama kuatnya, namun aku tidak mampu menetapkan mana yang hak dan mana yang batil. Dan aku tidak mampu membedakan mana yang batil dan mana yang hak. Kemudian aku memohon petunjuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Dia memberiku petunjuk, dan aku tuangkan ke dalam bukuku ini. Dan aku melepaskan semua aqidah (keyakinan) yang dulu aku pegang, sebagaimana aku membuka bajuku ini.” Kemudian beliau membuka bajunya dan membuangnya, lalu memberikan bukunya tersebut kepada para hadirin.
      Sebagai bukti kesungguhan Abul Hasan Al Asy’ari melepaskan diri dari pemikiran Mu’tazilah, yaitu beliau mulai bangkit membantah pemikiran Mu’tazilah dan mendebat mereka. Bahkan beliau menulis sampai tiga ratus buku untuk membantah Mu’tazilah. Namun dalam membantahnya, beliau menggunakan rasio dan prinsip-prinsip logika. Beliau mengikuti pemikiran-pemikiran Kullabiyyah.[2]
      Abul Hasan Al-Asy’ari Secara Total Menjadi Pengikut Manhaj Salaf
      Kemudian Allah menyempurnakan nikmatNya untuk beliau. Setelah pindah ke Baghdad dan bergabung bersama para tokoh murid-murid Imam Ahmad, akhirnya beliau secara total menjadi seorang Salafi (pengikut manhaj Salaf). Pada fase yang ketiga dalam kehidupannya ini, beliau menulis beberapa risalah berisi pernyataan taubatnya dari seluruh pemikiran Mu’tazilah dan syubhat-syubhat Kullabiyyah.
      Diantara beberapa buku yang ditulisnya, yaitu: Al Luma’, Kasyful Asrar wa Hatkul Asrar, Tafsir Al Mukhtazin, Al Fushul Fi Raddi ‘Alal Mulhidiin wa Kharijin ‘Alal Millah Ka Al Falasifah Wa Thabai’in wad Dahriyin wa Ahli Tasybih, Al Maqalaat Al Islamiyyin dan Al Ibanah. Semoga Allah merahmati beliau.

    • @YRD666
      @YRD666 ปีที่แล้ว

      @CAMPUR ADUK BERMANFAAT
      Sejarah Singkat Abul Hasan Al-Asy’ari
      Nama lengkapnya adalah Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Abi Burdah bin Abu Musa Al Asy’ari. Lebih akrab disebut Abul Hasan Al Asy’ari. Lahir di Bashrah pada tahun 260 H atau 270 H. Masa kecil dan mudanya dihabiskan di kota Bashrah. Kota yang kala itu sebagai pusat kaum Mu’tazilah. Dan tidak dapat dielakkan, pada masa pertumbuhannya, beliau terpengaruh dengan lingkungannya Beliau mendalami ilmu kalam dan pemikiran Mu’tazilah dari ayah tirinya yang bernama Abu Ali Al Juba’i. Namun kemudian, beliau bertaubat dari pemikiran Mu’tazilah ini. Allah menghendaki keselamatan bagi beliau, dan memperoleh petunjuk kepada madzhab Salaf dalam penetapan sifat-sifat Allah, dengan tanpa ta’wil, tanpa ta’thil, tanpa takyif dan tanpa tamtsil[1]
      Kisah taubatnya dari pemikiran Mu’tazilah ini sangat populer. Beliau melepas pakaiannya seraya berkata: “Aku melepaskan keyakinan Mu’tazilah dari pemikiranku, seperti halnya aku melepaskan jubah ini dari tubuhku,” kemudian beliau melepas jubah yang dikenakannya. Secara simbolis, itu merupakan pernyataan bahwa beliau berlepas diri dari pemikiran Mu’tazilah dan dari kaum Mu’tazilah.
      Ahli sejarah negeri Syam, Al Hafizh Abul Qasim Ali bin Hasan bin Hibatillah bin Asakir Ad Dimasyq (wafat tahun 571) dalam kitab At Tabyin menceritakan peristiwa tersebut:
      Abu Ismail bin Abu Muhammad bin Ishaq Al Azdi Al Qairuwani, yang dikenal dengan sebutan Ibnu ‘Uzrah bercerita, Abul Hasan Al Asy’ari adalah seorang yang bermadzhab Mu’tazilah. Dan memegang madzhab ini selama 40 tahun. Dalam pandangan mereka, beliau adalah seorang imam. Kemudian beliau menghilang selama lima belas hari. Secara tiba-tiba, beliau muncul di masjid Jami’ kota Bashrah. Dan setelah shalat Jum’at, beliau naik ke atas mimbar seraya berkata,”Hadirin sekalian. Aku menghilang dari kalian selama beberapa hari, karena ada dalil-dalil yang bertentangan dan sama kuatnya, namun aku tidak mampu menetapkan mana yang hak dan mana yang batil. Dan aku tidak mampu membedakan mana yang batil dan mana yang hak. Kemudian aku memohon petunjuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Dia memberiku petunjuk, dan aku tuangkan ke dalam bukuku ini. Dan aku melepaskan semua aqidah (keyakinan) yang dulu aku pegang, sebagaimana aku membuka bajuku ini.” Kemudian beliau membuka bajunya dan membuangnya, lalu memberikan bukunya tersebut kepada para hadirin.
      Sebagai bukti kesungguhan Abul Hasan Al Asy’ari melepaskan diri dari pemikiran Mu’tazilah, yaitu beliau mulai bangkit membantah pemikiran Mu’tazilah dan mendebat mereka. Bahkan beliau menulis sampai tiga ratus buku untuk membantah Mu’tazilah. Namun dalam membantahnya, beliau menggunakan rasio dan prinsip-prinsip logika. Beliau mengikuti pemikiran-pemikiran Kullabiyyah.[2]
      Abul Hasan Al-Asy’ari Secara Total Menjadi Pengikut Manhaj Salaf
      Kemudian Allah menyempurnakan nikmatNya untuk beliau. Setelah pindah ke Baghdad dan bergabung bersama para tokoh murid-murid Imam Ahmad, akhirnya beliau secara total menjadi seorang Salafi (pengikut manhaj Salaf). Pada fase yang ketiga dalam kehidupannya ini, beliau menulis beberapa risalah berisi pernyataan taubatnya dari seluruh pemikiran Mu’tazilah dan syubhat-syubhat Kullabiyyah.
      Diantara beberapa buku yang ditulisnya, yaitu: Al Luma’, Kasyful Asrar wa Hatkul Asrar, Tafsir Al Mukhtazin, Al Fushul Fi Raddi ‘Alal Mulhidiin wa Kharijin ‘Alal Millah Ka Al Falasifah Wa Thabai’in wad Dahriyin wa Ahli Tasybih, Al Maqalaat Al Islamiyyin dan Al Ibanah. Semoga Allah merahmati beliau.

    • @abdwahab1043
      @abdwahab1043 ปีที่แล้ว +1

      ​​@@YRD666dan akhirnya semua ulama Asy'ari tobat dan ikut manhaj salaf(Ibnu taymiyah dan Muhammad bin Abdul wahab)😂