Temen gua anak orang kaya, nikah cuman ijab doank di KUA ( walaupun berangkat nya pke Alphard ) udah gitu pke saksi dari KUA trus pulang nikah cuma makan nasi uduk sama ayam goreng sekeluarga. Simple bgt. Beda lagi sama temen gua yg anak tukang pecel lele, dia nikah ngadain pesta besar tapi budget minim trus abis nikah bingung mikirin cicilan utang sampe berantem sama keluarganya. Yg tajir irit yg miskin boros
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
@@zamnicp3564 Wah dijelaskan secara panjang dikali lebar dikali tinggi, dari hulu sampai ke hilir 👍. ini bisa menjadi salah satu pendapat yg baik sebelum melangsungkan pernikahan . Walau terkadang masalah dalam perkawinan muncul secara tak terduga, jauh dr apa yg diperkirakan sebelumnya, di situlah perkawinan itu teruji apakah akan bertahan atau kandas. Namun sy setuju persiapan yg baik akan mendukung finish yg baik juga 👍
Bismilah januari tahun depan nikah 🙏🙏 dengan budged berdua.. pacaran 6 tahun lamanya akhirnya kesampaian dengan budged pernikahan ±20jt , gaji saya umr dan calon saya dibawah umr 🙏🙏
Semangat! Semoga rencananya dimudahkan & dilancarkan. Jangan goyah karena bisikan kiri kanan. Yang penting kamu dan pasangan kompak. 2018 saya nikah juga abis sekitar 20jt, syukuran sederhana saja (post duitnya banyak buat biaya tiket pesawat karena beda pulau). Alhamdulillah sampai sekarang bahagia, InsyaAllah selamanya aamiin
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Semoga jodohnya panjang bapak2 dan mbak. Pernikahan itu emang harus di hitung detail2nya, didiskusiin, jangan sampai berat sebelah. pokoknya haris sepakat. Saya menikah di tahun 2021 tanpa resepsi atau pesta karena masih Corona. Kami hanya mengurus budget dokumen, dan budget untuk Fotografer. Setelah menikah kami dapat uang kondangan dari om dan tante. yang kami manfaatkan untuk membeli perabotan rumah dan bulan madu. Semoga yang sedang merancanakan pernikahan di lancarkan semuanya.
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Di Sulawesi, khususnya Bugis Makassar, biasanya makan bnyak itu di panai'. Dri 30-150 jt (tergantung kasta dan pendidikan perempuan ) dan itu exclude sewa gedung, katering, undangan, foto dst
Saya nikah pakai Hindu adat Bali dan secara ritual Hindu Veda, habis 50 juta saja (2019). Kebanyakan habis untuk konsumsi undangan dan makanan bawa pulang (500-600 orang... wow gila hehe). Kalau waktu itu saya batasi undangannya, paling hanya menghabiskan 25-30 juta. Saya nggak ada prewed, nggak ada dekorasi lebay, dan pakaian pilih yang sederhana.
Sama, paling banyak katering. Itu pun cuma ngundang keluarga inti n tetangga kiri kanan dah rasa capek benar badan. Kalau adat (jawa) paling telur untuk diinjak, pinang, beras itu2 lah. Bumbu dapur semua itu. Ga keluar biaya malah.
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Saya menikah di thn 2020 dengan budget 35jt dan itu sudah lumayan menurutku dengan prosesi adat juga. Tapi memang minim anggaran, krn itu memang permintaan saya yang tidak mau menikah terlalu mewah. Kita punya cara masing2 dalam memaknai prosesi pernikahan, mau budget besar atau kecil, terserah yang menikah. Hohoho
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Semoga kalian bertiga langgeng sampai surga menyatukan kembali ☺ begitu juga yg lainnya, berapa kecil dan besarnya biaya menikah kalian, semoga kebahagiaan yg kalian dapatkan dalam rumah tangga yg sesungguhnya melebihi nominal2 itu 😊
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Semua tergantung kesepakatan yang menikah. Nikah pake atau tanpa adat, tidak ada yang salah. Yang penting sah secara agama dan hukum negara. Tapi sering kali tekanan dari lingkungan sosial membuat orang berpikir dua kali untuk menikah tanpa menggunakan adat.
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mulai nabung buat nikah tahun ini. Pgn acara nikahnya sederhana dan low budget. Karena selalu mempertimbangkan untuk biaya hidup kedepannya. Ini baru rencana. Semoga cepet dapet jodoh hihi
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah mahal atau murah gpp... Kalau mampu menikah mahal gpp, ga perlu dihujat Kalau omong mending beli rumah beli mobil...ya rejeki ada aja kok abis nikah Saya dulu nikah mewah (tidak maksa, memang ada uang)... suami awal gaji 1,8 jt/bln Alhamdulillah skrg bisa beli tempat tinggal sendiri baru 5 tahun nikah. Jadi siapa pun yg mo nikah mahal/murah ga masalah karna nikah itu ibadah 😃
Nah ini mb..sy g ada ortu laki2. Tp krna keluarga besar, klo mau bikin prosesi sederhana kliatannya g mungkin. Sy pikir, pasti nantia ada jalan walau sebenernya dlm hati lbh memilih menikah biasa aja dibanding yg mewah, tp krna suatu hal yg sy sebutkam di atas, rasanya tdk mungkin
@@maratussholihah4754 mau nikah mahal atau murah poinnya cuma satu mampu dan nantinya ga punya hutang. Kalau keluarga mau bantuin biaya ya syukur ya. Kalo ga jangan sampai jadi masalah. Toh yang utama bukan soal bisa resepsi tapi bagaimana nanti afternya. Karena udah banyak jg sodara saya yg jadinya ribut sama saudara karena ngutang. Dia nikah jg boleh ambil pinjaman ke bank. Kan ga berkah kalo gitu. Honeymoon bukannya bahagia malah stress. Sekemampuan aja. Kalo pernikahan kamu indah dipuji-puji paling sebulan. Kalau resepsinya buruk diomongin jg sebulan. Tapi kalo kamu ga bahagia, ribut terus karena banyak hutang dijamin ga sampe 10 tahun udah wassalam. Nantinya ga berkah dan ga ada ketenangan di rumah tangga
Bismillah niat, sudah merencanakan 2025 semoga anggaran 20jt juga lebih dari cukup, walau masih lama bgt tetep harus direncanakan, gaji umr ngejar karir profesi juga bayar kuliah, bantu bantu juga, harus pandai pandai mengatur keuangan, dan membuang gaya hidup Semangat
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Semangat utk yg mau menikah. Semoga dilancarkan oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Klo gw menikah 2018 dgn adat sunda, ada istilah "unduh mantu" jadi acara resepsi 2x, di Bandung (tempat Istri) budget hanya -+ 40jt, mas kawin alat shalat dan 23gram emas dan di Jakarta (unduh mantu, tempat gw) nyewa gedung dgn budget 100jtan (ini dibantu orang tua). Tapi jauh dri itu saran gw bagi yg mau menikah. Lu harus mikir ke depan misal mau tinggal dimana, jika ngontrak maka mau brp lama ngontrak?, mau punya rumah dimana dan kapan?, jika gaji lu dibawah umr maka lu harus nyari sampingan gimana dan dimana? Bener2 harus lu diskusiin bareng pasangan dgn baik dan bijak. Semangat :)
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Pengalaman menikah itu budget pribadi dan istri sekitaran 15 juta buat seserahan, foto prewedding dan mas kawin Orangtua saya habis hampir 40 juta lebih buat acara persiapan nikah istilahnya acara resepsi mini ngundang orang kampung sekalian pengajian, sama seserahan uang tunai ke orang tua istri. Orangtua istri habis hampir 45 juta buat acara nikah, resepsi, dan hajatan besarnya karena di kampung istri ngundang orang hampir 250 lebih kebetulan kolega orangtuanya banyak lah Makanya saya dan istri terbilang beruntung banyak dibantu orang tua sama mertua. Mudah2an pernikahan saya tetep samawa sampai akhir🤲
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Sy lebih suka acara pernikahan yg intimate dan simple. Smpat agak debat sm ortu krn ortu kan maunya acara pernikahan yg spt normalnya org2. tp ALHAMDULILLAH kesampaian th lalu pas ppkm bs mnyelenggarakan secara intimate (krn aturan pemerintah jd ortu ngasih lampu hijau) dan budget yg diberikan suami pun cukup. Yg pntg pernikahannya bukan pestanya.
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
👍 yg penting jgn di jalan y nutupin jalan umum buka tenda seenaknya ga izin tetangga , parkiran di depan gerbang orng , jgn kl dimarahin ditegur ga mau ? Buat bahagia orng lain jg jgn egois sndiri , terimakasih
Saya sih kalo menikah maunya yang tidak terlalu mewah, tapi tidak terlalu sederhana juga Paling2 habis 50 juta juga it's OK for me. Cuman calonnya belum ada, dan semoga kalo nanti ada memiliki pemikiran yang sama dengan saya, bahwasannya menikah itu sebenarnya baru pintu gerbang awal, kehidupan setelah menikah itu yang paling penting. Ada DP Rumah/Mobil/Motor Walau saya lebih prefer untuk DP Rumah dulu, karena untuk tempat berteduh Suami dan Istri nanti.
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Gaji gw 2-4 X UMR. Dan gw nikah biaya 12 +- jutaan . Ga ada undangan ga ada pesta . Alhamdulillah setelah 1 tahun menikah baru lah kami dikarunia seorg anak perempuan. Dan insyallah akan lahiran bulan 9 ini. Minta doanya.
@@herdiana1011 bukan mas. Bukan karena pandemi. Karena memang keluarga kami dari kelurga miskin. Dan uangnya lebih baik di alokasikan ke yang lebih penting.
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
salut si oom pacaran 13 tahun sampai jadi, tengok kiri kanan temen sekitar pada kandas semua yg 10+ tahun terus skrg yg ditinggal nikah udah ber tahun2 belom move on juga hahaha
Menikah itu bukan main2, menikah itu bukan ikut2an dan menikah itu mahal sekali. Hidup berkeluarga dan punya anak itu mahal sekali dan belum tentu enak dan bahagia Saran aku yang pertama adalah jalanilah hidupmu sekarang dengan bahagia, menyenangkan, nggak usah banyak pikiran yang penting fokuslah dengan hidupmu dan pekerjaanmu dan kalo bisa menikah ya bagus dan nggak menikah juga bagus ok Saran aku yang kedua adalah jadilah jomblo seumur hidup dan nggak usah menikah pasti hidupmu akan damai dan lebih menyenangkan ketimbang menikah dan berkeluarga Jadilah jomblo yg sukses dan aktif dalam bekerja dan bersosialisasi dan Tuhan memberkati kita semuanya
Budget pernikahan saya sekitar 11.000.000. padahal saya sendiri berkerja di perusahaan multinasional dengan gaji diatas rata2. Tapi memang ini kemauan saya dan pasangan, tanpa membebankan ortu. Waktu awal planning sempet goyah karena dari lingkungan saya banyak yang bilang saya akan menyesal karena ngirit untuk acara penting ini. Tapi Alhamdulilah orang tua, sahabat2 terdekat menguatkan niat saya 🥰🥰 Pesan sahabat saya yang paling berkesan saat itu: “Kebahagiaan orang beda2, kalau lo bahagia dengan jalur lo sendiri.. lanjutkan. Lo sendiri yang menentukan cara lo bahagia.”
Betul abaikan aja, toh mereka hanya mencibir buat sebulan dua bulan. Kalau pernikahan tidak bahagia dan banyak masalah karena biaya resepsi jg nantinya malah kita yg rugi. Mending buat beli rumah ya. Semoga pernikahannya langgeng dan bahagia selalu.
Serius d sekitar saya bnyk bgt cerai krn ekonomi dan bnyk jg yg cerai krn maksain hajatan mewah bnyk hutang yg perempuan pgn ini itu pas nikah yg laki2 gmau bayar krn tekanan ekonomi muncul kdrt dll. Akhrnya cerai. G usah maksain hajatan klo g pny uang klo punya gpp. Klo saya dulu hajatan d gedung habis ratusan juta tp yg mau kedua org tua dan besan mereka patungan namanya hajatan jelas amplop cuma brp sih besar pengeluaran. Tp mereka yg mau dan ak sm suami g keluar uang. Y klo ada yg tekan mau hajatan suruh bayarin aja. Cari krj skrg susah cari duit susah. Phk dmna2. Pny duit jgn sembrono. Atur budget. 200jt bisa buat nambah beli rmh kecil2an. Nikah KUA saja makan2 nasi padang d bungkus tambah es teh pucuk hahaha.. g usah 20jt. 2jt jg beres. Yg dtg g usah bawa amplop jd g beban. Klo org ngebacot y pindah aja pake duit 200jt udh dpt rmh subsidi atau buat nambah kredit rmh non subsidi. Bagus bgt tuh Hei nikah boleh murah irit tapi pastiin lo pada pny kerja jgn pengangguran krn cari krj itu rata2 hrs single. Klo nikah alasan irit tp lu nganggur bisa bubar pernikahan. Irit boleh bego jangan
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Jauh lebih penting mempersiapkan segala hal PASCA PERNIKAHAN dibanding acara resepsi, terutama kaum pinggiran macam sy ini, yg untuk kebutuhan hari ini, masih dicari hari ini. Kecuali bagi kaum yg sdh siap dr skrg untuk kebutuhan 1 tahun kedepan atau lebih. Yg utama dan terutama adalah AKAD NIKAH atau upacara perkawinanya yg sah sesuai agama dan hukum negara
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Saya sedang merencanakan pernikahan, insyaallah akan melaksanakan pernikahan pertengahan tahun depan. Kami sepakat untuk menghemat budget dengan mengundang teman-teman dekat saja, dan kami sepakat tidak pakai adat karena emang kami ga mau terlalu ribet dalam prosesnya nanti. Doakan saya ya !
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
awal tahun ini saya dan pasangan menikah, setelah menimbang nikah di Indonesia kayaknya memang biayanya keluar banyak apalagi buat pasangan campur, akhirnya kami mutusin nikah di Norwegia. Kebetulan syaratnya bisa dibilang sangat gampang, yang penting saling cinta *katanya. Syukurnya pengurusan dokumen disini cepat, dan hampir gratis. Nikah pake baju favorit selama ini, pulangnya bikin kue klepon dirumah buat jadi kue pernikahan kami. Setelah dihitung ternyata kita ngabisin kurang dari 500rb buat bensin ke restaurant dinner berdua (karna dinnernya dihadiahin mertua) dan biaya surat nikah disini. Tambah cincin pernikahan belinya di toko aksesoris, couple'an sekitar 30rb. Setelah dinner lanjut jalan enjoy langit yg terang banget waktu itu karna banyak bintang2nya. Ide buat temen2 nih yg pengen nikah sederhana, apalagi buat pasangan campur yg gak mau ngabisin duit banyak buat acara2 kayaknya Norwegia kudu masuk dilist buat tempat menikah kalian. Gimanapun cara ngerayainnya yg penting berkesan dan bikin kita (pengantinnya) bahagia^^
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
gw nikah 2018 habis 10juta acara + biaya tak terduga 10jt total 20jt padahal tabungan ada 100juta. sebagai pengusaha baru yg belum sukses2 amat. gw ga mau rugi wkwkwk
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Nikah adat batak emang mahal dan mewah sh. Maka ny cowo2 batak nikahnya pada tua2, kecuali dr keluarga menengah atas / pribadi yg memiliki pendapatan d atas rata2 yo. Wkwk
betul pak memang mahal, tapi bilapun gak sanggup menjalani adat bisa ikut pemberkatan secara agama saja atau dalam kebiasaan adat batak dibilang mangalua. sampai nantinya juga ketika sudah sanggup secara ekonomi maka mereka bisa mengadakan pesta untuk membayar hutang adatnya yang ditunda.
@@Abrasim948 sinamot itu kesepakatan antara dua belah pihak antara pihak laki dan perempuan. jadi masalah harga sesuai lah dengan permintaan perempuan dan kesanggupan pihak laki laki.
Adat memang berpengaruh sih.. Batak kalau gak ngundang family secara layak..Wah bisa geger dunia persilatan.. Orang salah posisi duduk aja bisa berabe.. Makanya sabar2 jadi orang batak, harus bener2 istikomah kumpulin modal buat nikah... Tapi kalau nikah sesuai adat batak, sampai seterusnya bakal aman sentosa gak bakal cerai..Karena ibaratnya itu pernikahan sudah diapprove semua fam, mau cerai pun diawasi dan akan diupayakan biar gak cerai sama semua kerabat..
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Minta doanya teman", semoga saya cepat dapat kerja, agar bisa ke jenjang yang lebih serius lagi dengan pacar saya dan bisa membahagiakan orang" yang saya cintai. AAMIN 🤲
Sedang menabung target di angka 50jt dari saya sendiri karena tidak ingin membebani orangtua, mohon bantu doanya supaya bisa segera dapat pekerjaan tetap🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Bapak yg nikah dg budget 20 juta kok ceritanya hampir sama kyk aku 🥺 aku resign dari kantor karena suatu hal dan tabungan pun juga tidak sampai 2 digit. Calonku lah yg mengatakan akan mengusahakan untuk menambah biaya pernikahan. Tolong doakan ya teman2 agar pernikahan kami lancar bulan November ini 🤗 Kalau org lain bisa nikah sederhana, maka kami pun juga bisa, amiinnn.
Jgn sampai nikah dulu sblm dpt kerja. Nanti kesulitan. Nikah boleh minim tp hrs pny kerjaan. Km cari krj hrs single. Tanggung jawab berat. Pastiin dpt krj dulu baru nikahin anak org. Nanti status menikah susah dpt krj. Irit boleh bego jgn. Lg nganbbur nikah berat bakal bnyk masalah bkn ngeue doang nikah tuh. Lu nikah pengangguran bakal susah cr krj bakal bnyk kdrt dr lu berdua krn stress tekanan ekonomi
Nikahnya gampang say, nanti yang berat itu kalau langsung hamil. Biaya setelah menikah kalo langsung punya anak berat yang saya rasakan. Dulu saya nikah 2012 dibawakan uang 15 juta. Tapi habisnya 40 juta itu kami bayar pakai hasil amplop. Surplus sih. Tapi waktu itu kami yang ga punya anak bertahun-tahun aja cukup struggling. Jadi iya perlu dipikirkan ke depannya bagaimana. Lebih baik stabilkan dulu pekerjaan sebelum mulai menikah
Adik gw baru aja nikah adat jawa Kira" habis dana 40an Lembu 8,4jt Tratak + kang foto + sewa baju 8jt Hiburan 800 Bahan" yg lain + rokok + cetak 1200 undangan 20jt Dan pas buka amplop dapet sekitar 65jt an jadi bisa dibilang Untung bersih 10jt Bukan hal yg aneh pesta nikah dikampung karena ngarep untung
@@prabandaruh8241 iya sih, cuma kan mulanginnya satu" dan itu tahunan jadi g bakal berasa. Kalo dirata" paling sekitar 100rb tiap amplop. Itungannya untung karena baru pesta kita dapet uang tambahan buat ngisi rumah
@@rizalalfatih6231 di tempat saya 50rb per amplop rata-rata.....apalagi jika kedapatan buwoh istilahnya seperti agustusan awal kemarin bisa 20 lebih undangan.....
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Saya nikah pake adat Jawa cuman habis 20jutaan bos. 😂 Undangan sekitar 500 orang. Isinya: - Akad nikah - Dekorasi depan rumah (ada tanah sisa, jdi gx smpke nutup jalan) + sepaket dgn 2 pakaian kebaya Muslim , 1 pakaian adat Jawa + make up. - Tenda - Makan prasmanan (yg masak tetangga sendiri) - kue & souvenir - 300 undangan jauh - 200 makanan, utk undangan deket rumah (tonjokan, klo orang jawa bilang). Dan itu semua memang udh sejak jauh2 hari nyari rekomendasi dekor, souvenir, undangan yg bner2 murah tpi bagus. Mau itu jauh sekalipun tmpatnya ya ttep saya datengin, asal gx sampek ke luar kabupaten lah. Ada yg di luar kabupaten cuman undangan karna lebih murah.
200jt / lebih klo punya duit sih gak jadi masalah tp pertanyaan nya adalah apakah dgn biaya Mahal dan Mewah tsb akan menjamin / membuat Rumah Tangga kita Bahagia, Harmonis dan Langgeng? Yg sy rasain Perjuangan Setelah Akad Nikah jauh lebih Berat. Dan Salah 1 masalah rumahtangga diantaranya adalah masalah Ekonomi.
gua bingung sih 200 juta itu maksud y gmn? apakah itu sudah termasuk sinamot ( mahar ) yg di berikan pihak laki2 kepada pihak perempuan karena secara adat batak pihak laki2 yg paling banyak mengeluarkan biaya karena sinamot atau mahar tergantung apa pekerjaan si wanita semakin tinggi titel y semakin mahal pihak keluarga perempuan paling acara borhat2 /syukuran atau persiapan sebelum di adakan pesta.
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
@@zamnicp3564 betul juga tapi yg nama y masalah dalam keluarga pasti selalu ada, tidak ada keluarga yg berjalan harmonis terus masalah adalah bumbu2 dalam keluarga Perceraian dalam keluarga batak sangat jarang terjadi karena menikah bukan haya di ikat oleh aturan agama, tetapi hukum adat yg kuat. Sebelum indonesia merdeka dan sebelum masuk ya agama, orang batak sejak jaman nenek moyang sudah puya aturan dan hukum yang jelas, bahkan tempat pengadilan yg terbuat dari batu utk menyelesaikan berbagai masalah. itu sejalan dgn profesi kebanyakan org batak yaitu pengacara. Dalam keluarga batak Tidak segampang itu bercerai kedua keluarga suami isteri adalah tembok yg besar yg harus anda lewati. Keluarga disini bukan haya saudara kandung tetapi persatuan marga Apalagi anda seorang katolik tidak di akui 2 kali menikah kecuali maut memisahkan.
Pengen nikah akad doang, gausah resepsi yang penting SAH, kalau ada uang 200jt atau 20jt mending gw sama pasangan pake untuk keperluan berumah tangga sama bangun aset untuk bebas finansial. Semoga keluarga gw gak ngamok :)
Dulu pernah punya wali murid yang kaya, suaminya kerja di tambang minyak. Mereka tinggal di perumahan mewah, mereka orang Batak tulen dua-duanya. Saya kaget karena foto pernikahan mereka sederhana. Pengantin wanit hanya pakai kebaya biasa dengan riasan kebaya Jawa yang simpel. Saya kaget, waktu saya tanya kenapa ga pakai adat Batak Bu, kayak pengacara xxxxxx ? Beliau jawab, Ya saya nikah biasa aja pemberkatan di gereja sama resepsi biasa tanpa adat. Emang menjamin kalo nikah pake adat ga cerai? Tuh lihat dia aja cerai kan sama istrinya. Gw sama kayak akang yg di video ini. Sebagai orang sunda yang nikah tanpa adat yg penting sah secara negara dan agama. Pendapatan suami waktu itu pun masih di atas pendapatan si akang. Bukannya ga mau dan ga bisa maksain. Tapi bukannya ada hal yg lebih penting dan essentials dibanding selebrasi yang mewah? Ga iri sama yg bisa nikah mewah lebih iri sama orang yg pernikahannya bahagia dan penuh makna.
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
200 juta itu untuk yang punya ortu yang mau bantu dan mungkin tamunya juga orang2 penting... Ga salah juga sih, lu berharap mrk dateng kan tp mrk gak dtng krn tempat... Realitanya org2 itu bukan teman
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Kakak nikah adat batak. Dia pihak boru (perempuan) dan tidak menanggung pesta resepsi dan gedung, sudah habis sudah habis 110jt. Sepupu saya nikah adat batak dari pihak paranak (laki2) habis 300jt. Teman nikah adat batak mewah bgt habis 600 juta. Nikah adat batak itu mahal. 100 juta ga bakal cukup di jakarta. Minimal harus ada budget 250jt (diluar uang sinamot) kalo mau di gedung.
@@lutfishabri7235 bisa jadi. Tapi umumnya sih kesepakatan. Kalo maksain terus ortu cewenya minta tinggi kasian anaknya sih ga kawin2 hahaha ada loh yg kayak gitu. Akhirnya tuh cewe batal nikah dan sampe skrg ga kawin2. Sadar diri atas kemampuan calon pengantin prianya ajalah.
Acara resepsi pernikahan itu bikinan masyarakat. Banyak pernak-perniknya hanya rekaan manusia di masa lalu. Tentu ada hal-hal yang positif di dalamnya, tetapi perlu diingat bahwa itu tidak mutlak. Jangan sampai demi hal-hal itu lalu kita jadi terbebani. Ingat bahwa yang paling senang dalam resepsi pernikahan adalah Wedding Organizer. Saya setuju bahwa yang penting sah secara agama dan sah secara hukum.
Mau menikah dengan pasangan tercinta? Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah? Mau menikah kemudian memiliki anak? Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak? Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari. Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu : Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami. Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya. Lalu... Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK. Penghasilan ini bisa berupa active income. Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income. Kemudian… Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)? Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti : #1 Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #2 Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #3 Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #4 Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #5 Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #6 Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #7 Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #8 Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. #9 Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan. Jadi... Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak). Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut). Tapi… Kembali lagi… Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya. Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong. Dan... Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan. Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata. Karena… Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama. So... Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan. Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat… Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya. Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya. Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga. Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan. Semoga informasi di atas bisa berguna. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Saya 10 juta .nikah itu ibadah .bulan gengsi . Karna gengsi kita perawan/bujang tua . Jika kita pilih n gengsi bet arti kita sedang mempertaruhkan status perkawinan
Aku adat jawa ga mahal. Untuk adat supaya sah kan ga butuh mahal2, alat2 sewa, paling telor diinjak, pinang dilempar, beras dikit. Bumbu dapur semua kok itu. Agak mahal katering aja sih. Tapi karna ngundang keluarga inti n kiri kanan tetangga (ga nyebar undangan) ya termasuk murah lah. Acada seadanya. Acara kecil n sebentar itu aja dah berasa capek bgt. Ga kebayang yang pesta sampe seharian.
@@TheKaniamania ya memang ga mahal. Tapi realitanya banyak yg pengeluaranya jadi mahal. Padahal prosesi adatnya aja ga mahal, ke KUA atau pemberkatan ke gereja atau pemuka agama lain pun murmer.
Budget berapa aja boleh, yg penting jgn minjem bank, apalagi rentenir cuma utk biaya nikah. Ga bakal diinget orang juga nikahan lu. Undangan nikah hampir tiap minggu ada, lu kira orang bakal inget kyk gmn suasana pesta nikah lu 5 tahun lagi? Kalau minjem, 5 tahun lagi yg nyisa cuma cicilannya.
Tonton episode terbaru Namanya Juga Lyfe eps. [Yang Mau Nikah Secara Adat, Coba Tonton Ini Dulu] hanya di www.narasi.tv atau bit.ly/3Q9DgLO
Temen gua anak orang kaya, nikah cuman ijab doank di KUA ( walaupun berangkat nya pke Alphard ) udah gitu pke saksi dari KUA trus pulang nikah cuma makan nasi uduk sama ayam goreng sekeluarga. Simple bgt.
Beda lagi sama temen gua yg anak tukang pecel lele, dia nikah ngadain pesta besar tapi budget minim trus abis nikah bingung mikirin cicilan utang sampe berantem sama keluarganya.
Yg tajir irit yg miskin boros
haha relate sih bro
@@whoami9370 demi Allah
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Berapapun budget Pesta Pernikahan, penting untuk diingat Lebih penting mempersiapkan "pernikahannya" daripada "pesta pernikahan" itu sendiri
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
@@zamnicp3564 Wah dijelaskan secara panjang dikali lebar dikali tinggi, dari hulu sampai ke hilir 👍. ini bisa menjadi salah satu pendapat yg baik sebelum melangsungkan pernikahan . Walau terkadang masalah dalam perkawinan muncul secara tak terduga, jauh dr apa yg diperkirakan sebelumnya, di situlah perkawinan itu teruji apakah akan bertahan atau kandas. Namun sy setuju persiapan yg baik akan mendukung finish yg baik juga 👍
Bismilah januari tahun depan nikah 🙏🙏 dengan budged berdua.. pacaran 6 tahun lamanya akhirnya kesampaian dengan budged pernikahan ±20jt , gaji saya umr dan calon saya dibawah umr 🙏🙏
Semangat! Semoga rencananya dimudahkan & dilancarkan. Jangan goyah karena bisikan kiri kanan. Yang penting kamu dan pasangan kompak. 2018 saya nikah juga abis sekitar 20jt, syukuran sederhana saja (post duitnya banyak buat biaya tiket pesawat karena beda pulau). Alhamdulillah sampai sekarang bahagia, InsyaAllah selamanya aamiin
Amiin. Semoga dilancarkan proses acara pernikahannya dan dilebihkan rezekinya.
Semoga lancar sampai hari pernikahan mas
semoga dilancarkan dalam segala Hal.
Amin
Barakallah bro..
Salut dengan mas Ojol ini, Tuhan memberkati kehidupan mas dan keluarga 💪🏽
Yg penting sah menurut agama dan diakui negara aja udah cukup sih. Semoga aja dapet jodoh yg sederhana dan nggak gengsian. Aminn
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Semoga jodohnya panjang bapak2 dan mbak. Pernikahan itu emang harus di hitung detail2nya, didiskusiin, jangan sampai berat sebelah. pokoknya haris sepakat. Saya menikah di tahun 2021 tanpa resepsi atau pesta karena masih Corona. Kami hanya mengurus budget dokumen, dan budget untuk Fotografer. Setelah menikah kami dapat uang kondangan dari om dan tante. yang kami manfaatkan untuk membeli perabotan rumah dan bulan madu. Semoga yang sedang merancanakan pernikahan di lancarkan semuanya.
Emang gini yang bener. Apalah itu resepsi ga guna
Saya rencananya juga mau kayak gini
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Berapapun budgetnyaa semoga semua langgeng sampe maut memisahkan❤️ wedding is only a day but marriage takes a long day.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Smg calonku yg sekarang blm dipertemukan, bisa punya keinginan yg sama..
Akad di masjid, nasihat, makan bersama, foto.. Adzan dzuhur selesai semua. Aamiin
Di Sulawesi, khususnya Bugis Makassar, biasanya makan bnyak itu di panai'. Dri 30-150 jt (tergantung kasta dan pendidikan perempuan ) dan itu exclude sewa gedung, katering, undangan, foto dst
Kalau keturunan Andi biasanya berapa Panai'?
Saya nikah pakai Hindu adat Bali dan secara ritual Hindu Veda, habis 50 juta saja (2019). Kebanyakan habis untuk konsumsi undangan dan makanan bawa pulang (500-600 orang... wow gila hehe). Kalau waktu itu saya batasi undangannya, paling hanya menghabiskan 25-30 juta. Saya nggak ada prewed, nggak ada dekorasi lebay, dan pakaian pilih yang sederhana.
Sama, paling banyak katering. Itu pun cuma ngundang keluarga inti n tetangga kiri kanan dah rasa capek benar badan.
Kalau adat (jawa) paling telur untuk diinjak, pinang, beras itu2 lah. Bumbu dapur semua itu. Ga keluar biaya malah.
Termasuk murah banget itu. Undangan sebanyak itu hehehe. Budget makan emang paling mahal
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
@@zamnicp3564terima ksh nasehat²nya ..🙏🙏🙏
Saya menikah di thn 2020 dengan budget 35jt dan itu sudah lumayan menurutku dengan prosesi adat juga. Tapi memang minim anggaran, krn itu memang permintaan saya yang tidak mau menikah terlalu mewah. Kita punya cara masing2 dalam memaknai prosesi pernikahan, mau budget besar atau kecil, terserah yang menikah. Hohoho
Setuju sis :)
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
kak boleh tau rinciannya detailnya ga untuk apa aja biaya 35jt itu?
Alhamdulillah saya 2018, cuma gelar akad, habis sekitar 13jt.. yg penting milih makeup dan fotografer yg bagus.. hasil foto yg dipajang dirumah, gak kalah dgn saudara2 yg nikah rame2 dan mewah..
Ini malah ada yang lebih murmer, dibawah 20jt. :v
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Masyaallah luar biasa bapakny, pulang kantor dilanjut jual kopi keliling
Semoga kalian bertiga langgeng sampai surga menyatukan kembali ☺ begitu juga yg lainnya, berapa kecil dan besarnya biaya menikah kalian, semoga kebahagiaan yg kalian dapatkan dalam rumah tangga yg sesungguhnya melebihi nominal2 itu 😊
Aamiin ya robb
Aminn bestiee
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Semua tergantung kesepakatan yang menikah. Nikah pake atau tanpa adat, tidak ada yang salah. Yang penting sah secara agama dan hukum negara. Tapi sering kali tekanan dari lingkungan sosial membuat orang berpikir dua kali untuk menikah tanpa menggunakan adat.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Bismillah, saling mendoakan yuk semoga rezeki kita dilancarkan. Yang sudah punya niat untuk menikah semoga dipermudah jalannya. Aamiin
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Cocok banget buat saya pribadi, yang rencana sebentar lagi melaksanakan pernikahan dengan adat Batak.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Bagi yang mau nikah. Tetap berusaha dan berjuang untuk mengumpulkan pundi-pundi pernikahanmya, percaya saja rejekinya Tuhan udah siapkan.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mulai nabung buat nikah tahun ini. Pgn acara nikahnya sederhana dan low budget. Karena selalu mempertimbangkan untuk biaya hidup kedepannya.
Ini baru rencana. Semoga cepet dapet jodoh hihi
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
@@zamnicp3564 thx u kak, sangat berguna 🙏
Mau menikah mahal atau murah gpp...
Kalau mampu menikah mahal gpp, ga perlu dihujat
Kalau omong mending beli rumah beli mobil...ya rejeki ada aja kok abis nikah
Saya dulu nikah mewah (tidak maksa, memang ada uang)... suami awal gaji 1,8 jt/bln Alhamdulillah skrg bisa beli tempat tinggal sendiri baru 5 tahun nikah.
Jadi siapa pun yg mo nikah mahal/murah ga masalah karna nikah itu ibadah 😃
Nah ini mb..sy g ada ortu laki2. Tp krna keluarga besar, klo mau bikin prosesi sederhana kliatannya g mungkin. Sy pikir, pasti nantia ada jalan walau sebenernya dlm hati lbh memilih menikah biasa aja dibanding yg mewah, tp krna suatu hal yg sy sebutkam di atas, rasanya tdk mungkin
@@maratussholihah4754 yg penting ga maksa... kalau sekarang ga pesta besar juga ga masalah kok bilang aja kan masi covid
@@tita9187 ijin utk keramaian sdh diperbolehkan jd alasan itu sdh dimasuk di desa2 🤦🏻♀️
@@maratussholihah4754 mau nikah mahal atau murah poinnya cuma satu mampu dan nantinya ga punya hutang. Kalau keluarga mau bantuin biaya ya syukur ya. Kalo ga jangan sampai jadi masalah. Toh yang utama bukan soal bisa resepsi tapi bagaimana nanti afternya. Karena udah banyak jg sodara saya yg jadinya ribut sama saudara karena ngutang. Dia nikah jg boleh ambil pinjaman ke bank. Kan ga berkah kalo gitu. Honeymoon bukannya bahagia malah stress. Sekemampuan aja. Kalo pernikahan kamu indah dipuji-puji paling sebulan. Kalau resepsinya buruk diomongin jg sebulan. Tapi kalo kamu ga bahagia, ribut terus karena banyak hutang dijamin ga sampe 10 tahun udah wassalam. Nantinya ga berkah dan ga ada ketenangan di rumah tangga
@@TheKaniamania iya betul
Bismillah niat, sudah merencanakan 2025 semoga anggaran 20jt juga lebih dari cukup, walau masih lama bgt tetep harus direncanakan, gaji umr ngejar karir profesi juga bayar kuliah, bantu bantu juga, harus pandai pandai mengatur keuangan, dan membuang gaya hidup
Semangat
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Tanpa bermaksud SARA, biaya nikah tergantung adat budaya nya juga ya. Ada adat yg mahal, ada yg sederhana dll
Semangat utk yg mau menikah. Semoga dilancarkan oleh Tuhan yang Maha Kuasa.
Klo gw menikah 2018 dgn adat sunda, ada istilah "unduh mantu" jadi acara resepsi 2x, di Bandung (tempat Istri) budget hanya -+ 40jt, mas kawin alat shalat dan 23gram emas dan di Jakarta (unduh mantu, tempat gw) nyewa gedung dgn budget 100jtan (ini dibantu orang tua).
Tapi jauh dri itu saran gw bagi yg mau menikah. Lu harus mikir ke depan misal mau tinggal dimana, jika ngontrak maka mau brp lama ngontrak?, mau punya rumah dimana dan kapan?, jika gaji lu dibawah umr maka lu harus nyari sampingan gimana dan dimana? Bener2 harus lu diskusiin bareng pasangan dgn baik dan bijak.
Semangat :)
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Pengalaman menikah itu budget pribadi dan istri sekitaran 15 juta buat seserahan, foto prewedding dan mas kawin
Orangtua saya habis hampir 40 juta lebih buat acara persiapan nikah istilahnya acara resepsi mini ngundang orang kampung sekalian pengajian, sama seserahan uang tunai ke orang tua istri.
Orangtua istri habis hampir 45 juta buat acara nikah, resepsi, dan hajatan besarnya karena di kampung istri ngundang orang hampir 250 lebih kebetulan kolega orangtuanya banyak lah
Makanya saya dan istri terbilang beruntung banyak dibantu orang tua sama mertua. Mudah2an pernikahan saya tetep samawa sampai akhir🤲
Beruntung ente Bang :)
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Sy lebih suka acara pernikahan yg intimate dan simple. Smpat agak debat sm ortu krn ortu kan maunya acara pernikahan yg spt normalnya org2. tp ALHAMDULILLAH kesampaian th lalu pas ppkm bs mnyelenggarakan secara intimate (krn aturan pemerintah jd ortu ngasih lampu hijau) dan budget yg diberikan suami pun cukup. Yg pntg pernikahannya bukan pestanya.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
👍 yg penting jgn di jalan y nutupin jalan umum buka tenda seenaknya ga izin tetangga , parkiran di depan gerbang orng , jgn kl dimarahin ditegur ga mau ? Buat bahagia orng lain jg jgn egois sndiri , terimakasih
Saya sih kalo menikah maunya yang tidak terlalu mewah, tapi tidak terlalu sederhana juga
Paling2 habis 50 juta juga it's OK for me.
Cuman calonnya belum ada, dan semoga kalo nanti ada memiliki pemikiran yang sama dengan saya, bahwasannya menikah itu sebenarnya baru pintu gerbang awal, kehidupan setelah menikah itu yang paling penting.
Ada DP Rumah/Mobil/Motor
Walau saya lebih prefer untuk DP Rumah dulu, karena untuk tempat berteduh Suami dan Istri nanti.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Bismillah bulan desember besok..kami berdua akan menikah.. terima kasih ..kak narasi😊😊
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mantap, kalau iklas Tuhan kasi rejeki, semampunyalah , gak sundatnya orang Batak kaya hanya karrna adat.
Biaya Pernikahan yg mahal adalah hanya untuk memuaskan mulut2 tetangga bukan salah satu jaminan untuk pernikahannya langgeng.
ini baru jos joss
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Biaya nikah itu sbenarnya murah yg ribet itu kluarga 😊😊
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Gaji gw 2-4 X UMR. Dan gw nikah biaya 12 +- jutaan . Ga ada undangan ga ada pesta . Alhamdulillah setelah 1 tahun menikah baru lah kami dikarunia seorg anak perempuan. Dan insyallah akan lahiran bulan 9 ini. Minta doanya.
Saat pandemi, tanpa resepsi ya pak?
@@herdiana1011 bukan mas. Bukan karena pandemi. Karena memang keluarga kami dari kelurga miskin. Dan uangnya lebih baik di alokasikan ke yang lebih penting.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Sepertinya dijakarta pesta gedung dbawah 100 jt agak berat..,,plg murah 100++
Semoga langgeng yaaa pernikahannya.
Jadi pengen nikah,
Calon mana calon 😃
salut si oom pacaran 13 tahun sampai jadi, tengok kiri kanan temen sekitar pada kandas semua yg 10+ tahun terus skrg yg ditinggal nikah udah ber tahun2 belom move on juga hahaha
😁😁😁
Biasanya yg bisa pacaran awet lama gtu si lakinya lahirnya d rentang 13 juli s/d 19 juli
@@nonibelanda507 riset darimana itu
@@putrakudus5198 dr khidupan sehari hari......soalnya mreka lemah hatinya rapuh tu cwo2 yg lhr 13 juli s/d 20 juli..jd potensi gonta ganti pcrnya kcil.....
3 taun kandas jg hancur remuk
baru lihat ini konten disini, langsung bikin saya tertarik, berasa saling memahami 1 sama lain
Tim pak Ridwan hadir. Nikah murah yang penting sah
Menikah itu bukan main2, menikah itu bukan ikut2an dan menikah itu mahal sekali. Hidup berkeluarga dan punya anak itu mahal sekali dan belum tentu enak dan bahagia
Saran aku yang pertama adalah jalanilah hidupmu sekarang dengan bahagia, menyenangkan, nggak usah banyak pikiran yang penting fokuslah dengan hidupmu dan pekerjaanmu dan kalo bisa menikah ya bagus dan nggak menikah juga bagus ok
Saran aku yang kedua adalah jadilah jomblo seumur hidup dan nggak usah menikah pasti hidupmu akan damai dan lebih menyenangkan ketimbang menikah dan berkeluarga
Jadilah jomblo yg sukses dan aktif dalam bekerja dan bersosialisasi dan Tuhan memberkati kita semuanya
Budget pernikahan saya sekitar 11.000.000. padahal saya sendiri berkerja di perusahaan multinasional dengan gaji diatas rata2. Tapi memang ini kemauan saya dan pasangan, tanpa membebankan ortu.
Waktu awal planning sempet goyah karena dari lingkungan saya banyak yang bilang saya akan menyesal karena ngirit untuk acara penting ini. Tapi Alhamdulilah orang tua, sahabat2 terdekat menguatkan niat saya 🥰🥰
Pesan sahabat saya yang paling berkesan saat itu: “Kebahagiaan orang beda2, kalau lo bahagia dengan jalur lo sendiri.. lanjutkan. Lo sendiri yang menentukan cara lo bahagia.”
Betul abaikan aja, toh mereka hanya mencibir buat sebulan dua bulan. Kalau pernikahan tidak bahagia dan banyak masalah karena biaya resepsi jg nantinya malah kita yg rugi. Mending buat beli rumah ya. Semoga pernikahannya langgeng dan bahagia selalu.
Wow, keren ka
Kalau saya pengennya nikah tamasya. tapi mertua maksa buat pesta.
Yg penting keluarga mendukung 👍
Betul... Gw dulu arah hidup ditentuin banyak org. Sampe gue ketemu org yang bilang ke gue "do whatever makes you happy" rasanya ga nyesek lagi
Serius d sekitar saya bnyk bgt cerai krn ekonomi dan bnyk jg yg cerai krn maksain hajatan mewah bnyk hutang yg perempuan pgn ini itu pas nikah yg laki2 gmau bayar krn tekanan ekonomi muncul kdrt dll. Akhrnya cerai. G usah maksain hajatan klo g pny uang klo punya gpp. Klo saya dulu hajatan d gedung habis ratusan juta tp yg mau kedua org tua dan besan mereka patungan namanya hajatan jelas amplop cuma brp sih besar pengeluaran. Tp mereka yg mau dan ak sm suami g keluar uang. Y klo ada yg tekan mau hajatan suruh bayarin aja. Cari krj skrg susah cari duit susah. Phk dmna2. Pny duit jgn sembrono. Atur budget. 200jt bisa buat nambah beli rmh kecil2an. Nikah KUA saja makan2 nasi padang d bungkus tambah es teh pucuk hahaha.. g usah 20jt. 2jt jg beres. Yg dtg g usah bawa amplop jd g beban. Klo org ngebacot y pindah aja pake duit 200jt udh dpt rmh subsidi atau buat nambah kredit rmh non subsidi. Bagus bgt tuh
Hei nikah boleh murah irit tapi pastiin lo pada pny kerja jgn pengangguran krn cari krj itu rata2 hrs single. Klo nikah alasan irit tp lu nganggur bisa bubar pernikahan. Irit boleh bego jangan
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
sy dari solo, dapat istri jogja, nikah 2017, budget nikahan 30 jt aja cukup, tanpa prosesi adat tentu saja, ha3
Jauh lebih penting mempersiapkan segala hal PASCA PERNIKAHAN dibanding acara resepsi, terutama kaum pinggiran macam sy ini, yg untuk kebutuhan hari ini, masih dicari hari ini.
Kecuali bagi kaum yg sdh siap dr skrg untuk kebutuhan 1 tahun kedepan atau lebih.
Yg utama dan terutama adalah AKAD NIKAH atau upacara perkawinanya yg sah sesuai agama dan hukum negara
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Saya sedang merencanakan pernikahan, insyaallah akan melaksanakan pernikahan pertengahan tahun depan. Kami sepakat untuk menghemat budget dengan mengundang teman-teman dekat saja, dan kami sepakat tidak pakai adat karena emang kami ga mau terlalu ribet dalam prosesnya nanti. Doakan saya ya !
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Nikah itu bukan tentang resepsi. Nikah itu tentang kehidupan setelah resepsi
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Ada rencana menikah di tahun depan. Semog ada rezekinya :")
Amiiin
Semoga kita yg punya niat menikah, Allah beri rezeki dan kemudahan
awal tahun ini saya dan pasangan menikah, setelah menimbang nikah di Indonesia kayaknya memang biayanya keluar banyak apalagi buat pasangan campur, akhirnya kami mutusin nikah di Norwegia. Kebetulan syaratnya bisa dibilang sangat gampang, yang penting saling cinta *katanya. Syukurnya pengurusan dokumen disini cepat, dan hampir gratis. Nikah pake baju favorit selama ini, pulangnya bikin kue klepon dirumah buat jadi kue pernikahan kami. Setelah dihitung ternyata kita ngabisin kurang dari 500rb buat bensin ke restaurant dinner berdua (karna dinnernya dihadiahin mertua) dan biaya surat nikah disini. Tambah cincin pernikahan belinya di toko aksesoris, couple'an sekitar 30rb. Setelah dinner lanjut jalan enjoy langit yg terang banget waktu itu karna banyak bintang2nya. Ide buat temen2 nih yg pengen nikah sederhana, apalagi buat pasangan campur yg gak mau ngabisin duit banyak buat acara2 kayaknya Norwegia kudu masuk dilist buat tempat menikah kalian. Gimanapun cara ngerayainnya yg penting berkesan dan bikin kita (pengantinnya) bahagia^^
jauh amat di norwey..
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Bismillah Tahun ini menikah
gw nikah 2018 habis 10juta acara + biaya tak terduga 10jt total 20jt padahal tabungan ada 100juta. sebagai pengusaha baru yg belum sukses2 amat. gw ga mau rugi wkwkwk
lamaran brp bang
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Alhamdulilah lancar meskiiun keuangn cengkak, rejekinya mengalir dan dimudahkn selama niatnya baik
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
memang melestarikan budaya itu mahal,
Berapapun biayanya itu tidak masalah, yg jadi masalah adalah jika kita memaksakan sebuah gengsi. Nikah itu jangka panjang, aset lebih utama hehe:v
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Nikah adat batak emang mahal dan mewah sh. Maka ny cowo2 batak nikahnya pada tua2, kecuali dr keluarga menengah atas / pribadi yg memiliki pendapatan d atas rata2 yo. Wkwk
betul pak memang mahal, tapi bilapun gak sanggup menjalani adat bisa ikut pemberkatan secara agama saja atau dalam kebiasaan adat batak dibilang mangalua. sampai nantinya juga ketika sudah sanggup secara ekonomi maka mereka bisa mengadakan pesta untuk membayar hutang adatnya yang ditunda.
@@bastianmanalo7935 mau tanya, apakah upacara adat yg diadakan setelah hanya nikah agama dan negara bisa menurunkan sinamot?
@@Abrasim948 sinamot itu kesepakatan antara dua belah pihak antara pihak laki dan perempuan. jadi masalah harga sesuai lah dengan permintaan perempuan dan kesanggupan pihak laki laki.
Budaya chinese juga mengerikan wkwk
ada rencana nikah tahun ini... semoga ada rejekinya
Aamiin
Bismillah. Semoga under 50jt. Sisa duitnya bisa dipake setelah nikah.
sama banget dengan ini, saya berharap sederhana saja dan tidak habis lebih dari 50 juta :)
Adat memang berpengaruh sih..
Batak kalau gak ngundang family secara layak..Wah bisa geger dunia persilatan..
Orang salah posisi duduk aja bisa berabe..
Makanya sabar2 jadi orang batak, harus bener2 istikomah kumpulin modal buat nikah...
Tapi kalau nikah sesuai adat batak, sampai seterusnya bakal aman sentosa gak bakal cerai..Karena ibaratnya itu pernikahan sudah diapprove semua fam, mau cerai pun diawasi dan akan diupayakan biar gak cerai sama semua kerabat..
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Minta doanya teman", semoga saya cepat dapat kerja, agar bisa ke jenjang yang lebih serius lagi dengan pacar saya dan bisa membahagiakan orang" yang saya cintai.
AAMIN 🤲
Sedang menabung target di angka 50jt dari saya sendiri karena tidak ingin membebani orangtua, mohon bantu doanya supaya bisa segera dapat pekerjaan tetap🙏🙏
Kenapa selalu adat yg disalahkan ya... Padahal kan sebenernya yg membuat mahal itu gengsi nya...
Saya 2009 budget 10jt sisa tabungan Alhamdulillah buat nabung beli rumah di 2011.
Gede ya gaji hidup dikota, saya karyawan umr + suami perawat kalo di gabungin 6 juta perbulan. Itu udah tumpah2 bagi orang2 dsini
Kalo disini 6 juta gaji awal Indomaret 😭😭. Semoga dilimpahkan rezeki ya semuanya
@@sakantiwoi tergantung gaya hidup sm dia bisa manage keuangan nya si
6jt d jakarta guru honor pak
1:39 Pacaran sampai 13 Tahun 😳😳, udh hampir kayak ngangsur kpr rumah
Wkwkwkwkwk
Jangan menikah dgn biaya mahal mulai sekarang
Jangan menikah kalau hanya ingin ikut2an
Ingat kamu juga harus memikirkan yang lain
Coba ada yang dari Bugis & keturunan Andi. Pasti seru untuk dibahas hehe 😅
saya di jawa tengah, tanya saudara & teman budgetnya 10-15jt. mirisnya banyak yg ambil hutang hanya untuk biaya pesta pernikahan
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Pendapatan 50-80 juta nikahnya 200jt mah murah
3 bulan gajian juga dapet
Iya ga usah pake gedung, cukup tutup jalan aja sama pak RT 😅👍
Bapak yg nikah dg budget 20 juta kok ceritanya hampir sama kyk aku 🥺 aku resign dari kantor karena suatu hal dan tabungan pun juga tidak sampai 2 digit. Calonku lah yg mengatakan akan mengusahakan untuk menambah biaya pernikahan. Tolong doakan ya teman2 agar pernikahan kami lancar bulan November ini 🤗 Kalau org lain bisa nikah sederhana, maka kami pun juga bisa, amiinnn.
Berapa hari lagi nih
Jgn sampai nikah dulu sblm dpt kerja. Nanti kesulitan. Nikah boleh minim tp hrs pny kerjaan. Km cari krj hrs single. Tanggung jawab berat. Pastiin dpt krj dulu baru nikahin anak org. Nanti status menikah susah dpt krj. Irit boleh bego jgn. Lg nganbbur nikah berat bakal bnyk masalah bkn ngeue doang nikah tuh. Lu nikah pengangguran bakal susah cr krj bakal bnyk kdrt dr lu berdua krn stress tekanan ekonomi
Nikahnya gampang say, nanti yang berat itu kalau langsung hamil. Biaya setelah menikah kalo langsung punya anak berat yang saya rasakan. Dulu saya nikah 2012 dibawakan uang 15 juta. Tapi habisnya 40 juta itu kami bayar pakai hasil amplop. Surplus sih. Tapi waktu itu kami yang ga punya anak bertahun-tahun aja cukup struggling. Jadi iya perlu dipikirkan ke depannya bagaimana. Lebih baik stabilkan dulu pekerjaan sebelum mulai menikah
bismillah bang, semangat bang
Login November... tanggal berapa?
200 juta? Kami nikah budget cuma 5 juta. Selesai akad, ya selesai. Kami sama2 g suka rame2. Yg penting Alhamdulilah sah.
3:17
Kerja /usaha apa??
Pendapatan gabungan bisa sampai 50-80 juta?? 🤑😯😱
Ini keren. Latar belakang beda gini oke bianget
Adik gw baru aja nikah adat jawa
Kira" habis dana 40an
Lembu 8,4jt
Tratak + kang foto + sewa baju 8jt
Hiburan 800
Bahan" yg lain + rokok + cetak 1200 undangan 20jt
Dan pas buka amplop dapet sekitar 65jt an jadi bisa dibilang Untung bersih 10jt
Bukan hal yg aneh pesta nikah dikampung karena ngarep untung
Kok ada untung sih? Bukannya kalo nerima amplop sumbangan gitu nanti pas orang yg ngasih amplop ada hajatan kan pasti balikin lagi duitnya.
@@prabandaruh8241 iya sih, cuma kan mulanginnya satu" dan itu tahunan jadi g bakal berasa. Kalo dirata" paling sekitar 100rb tiap amplop. Itungannya untung karena baru pesta kita dapet uang tambahan buat ngisi rumah
@@rizalalfatih6231 oalah, ya ya paham. Maklum belum nikah jd nggak tau🤣
@@rizalalfatih6231 di tempat saya 50rb per amplop rata-rata.....apalagi jika kedapatan buwoh istilahnya seperti agustusan awal kemarin bisa 20 lebih undangan.....
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Gw nikah tahun 2020 ga pake adat, budget nikah nya dulu 20jutaan diluar mas kawin dan seserahan. Alhamdulillah keluarga istri nerima
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Mas kawin sama seserahan nya kira2 apa aja mas dan total brp kl boleh tw
Saya nikah pake adat Jawa cuman habis 20jutaan bos. 😂 Undangan sekitar 500 orang. Isinya:
- Akad nikah
- Dekorasi depan rumah (ada tanah sisa, jdi gx smpke nutup jalan) + sepaket dgn 2 pakaian kebaya Muslim , 1 pakaian adat Jawa + make up.
- Tenda
- Makan prasmanan (yg masak tetangga sendiri)
- kue & souvenir
- 300 undangan jauh
- 200 makanan, utk undangan deket rumah (tonjokan, klo orang jawa bilang).
Dan itu semua memang udh sejak jauh2 hari nyari rekomendasi dekor, souvenir, undangan yg bner2 murah tpi bagus. Mau itu jauh sekalipun tmpatnya ya ttep saya datengin, asal gx sampek ke luar kabupaten lah. Ada yg di luar kabupaten cuman undangan karna lebih murah.
Daerah saya juga sgni sih maklum kota kecil heheh
Jawa timur ya mas?
Kota sm desa jelas berbeda budgetnya
@@hamidjrreal Saya di daerah Jatim kebanyakan orang desa saya kalo nikah +-20jt an
@@yamavoid7104 sy daerah jatim tp nikahan bisa ratusan juta 🙂😭
Menarik
200jt / lebih
klo punya duit sih gak jadi masalah tp pertanyaan nya adalah apakah dgn biaya Mahal dan Mewah tsb akan menjamin / membuat Rumah Tangga kita Bahagia, Harmonis dan Langgeng?
Yg sy rasain Perjuangan Setelah Akad Nikah jauh lebih Berat.
Dan Salah 1 masalah rumahtangga diantaranya adalah masalah Ekonomi.
gua bingung sih 200 juta itu maksud y gmn?
apakah itu sudah termasuk sinamot ( mahar ) yg di berikan pihak laki2 kepada pihak perempuan
karena secara adat batak pihak laki2 yg paling banyak mengeluarkan biaya
karena sinamot atau mahar tergantung apa pekerjaan si wanita
semakin tinggi titel y semakin mahal
pihak keluarga perempuan paling acara borhat2 /syukuran atau persiapan sebelum di adakan pesta.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
@@zamnicp3564 betul juga
tapi yg nama y masalah dalam keluarga pasti selalu ada, tidak ada keluarga yg berjalan harmonis terus
masalah adalah bumbu2 dalam keluarga
Perceraian dalam keluarga batak sangat jarang terjadi karena menikah bukan haya di ikat oleh aturan agama, tetapi hukum adat yg kuat.
Sebelum indonesia merdeka dan sebelum masuk ya agama, orang batak sejak jaman nenek moyang sudah puya aturan dan hukum yang jelas, bahkan tempat pengadilan yg terbuat dari batu utk menyelesaikan berbagai masalah.
itu sejalan dgn profesi kebanyakan org batak yaitu pengacara.
Dalam keluarga batak Tidak segampang itu bercerai kedua keluarga suami isteri adalah tembok yg besar yg harus anda lewati. Keluarga disini bukan haya saudara kandung tetapi persatuan marga
Apalagi anda seorang katolik tidak di akui 2 kali menikah kecuali maut memisahkan.
persiapan nikah butuh uang tidak sedikit minimal puluhan ya ternyata, maksimalnya bosa sampe tdk terhingga
Pengen nikah akad doang, gausah resepsi yang penting SAH, kalau ada uang 200jt atau 20jt mending gw sama pasangan pake untuk keperluan berumah tangga sama bangun aset untuk bebas finansial. Semoga keluarga gw gak ngamok :)
Nyimak kak
uang hantaran 10 juta hadir, no pacaran. saat ini istri hamil anak kedua.
Terserah pakai adat atau tidak yg penting SURPLUS 😁🙏
Dulu pernah punya wali murid yang kaya, suaminya kerja di tambang minyak. Mereka tinggal di perumahan mewah, mereka orang Batak tulen dua-duanya. Saya kaget karena foto pernikahan mereka sederhana. Pengantin wanit hanya pakai kebaya biasa dengan riasan kebaya Jawa yang simpel. Saya kaget, waktu saya tanya kenapa ga pakai adat Batak Bu, kayak pengacara xxxxxx ? Beliau jawab, Ya saya nikah biasa aja pemberkatan di gereja sama resepsi biasa tanpa adat. Emang menjamin kalo nikah pake adat ga cerai? Tuh lihat dia aja cerai kan sama istrinya. Gw sama kayak akang yg di video ini. Sebagai orang sunda yang nikah tanpa adat yg penting sah secara negara dan agama. Pendapatan suami waktu itu pun masih di atas pendapatan si akang. Bukannya ga mau dan ga bisa maksain. Tapi bukannya ada hal yg lebih penting dan essentials dibanding selebrasi yang mewah? Ga iri sama yg bisa nikah mewah lebih iri sama orang yg pernikahannya bahagia dan penuh makna.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
@@zamnicp3564 buset panjang amat komentarnya. Maaf ga dibaca semua. Btw saya dah nikah selama 11 tahun jadi ga relate soal nunda-nunda nikah
Nikah itu murah, gengsinya yang mahal
200 juta itu untuk yang punya ortu yang mau bantu dan mungkin tamunya juga orang2 penting... Ga salah juga sih, lu berharap mrk dateng kan tp mrk gak dtng krn tempat... Realitanya org2 itu bukan teman
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Tidur selama 4 jam (jam 2-6 pagi) selama 1 tahun. W.O.W
meragukan yah
kebutuhan hidup bukan cuma sehari pas nikah. tp utamakan hidup setelah pesta
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Kakak nikah adat batak. Dia pihak boru (perempuan) dan tidak menanggung pesta resepsi dan gedung, sudah habis sudah habis 110jt.
Sepupu saya nikah adat batak dari pihak paranak (laki2) habis 300jt.
Teman nikah adat batak mewah bgt habis 600 juta.
Nikah adat batak itu mahal. 100 juta ga bakal cukup di jakarta. Minimal harus ada budget 250jt (diluar uang sinamot) kalo mau di gedung.
Sinamot itu tergantung dari apa sih kak?
@@lutfishabri7235 kesepakatan kedua belah pihak aja. Ada yg sepakat 10 jt, 20jt ,ada juga yg 100jt.
@@sakamotothecat17 Aku pikir tergantung pendidikan sama pekerjaan yg cewek
@@lutfishabri7235 bisa jadi. Tapi umumnya sih kesepakatan. Kalo maksain terus ortu cewenya minta tinggi kasian anaknya sih ga kawin2 hahaha ada loh yg kayak gitu. Akhirnya tuh cewe batal nikah dan sampe skrg ga kawin2. Sadar diri atas kemampuan calon pengantin prianya ajalah.
@@sakamotothecat17 sampeyan sendiri batak tah mas?
Acara resepsi pernikahan itu bikinan masyarakat. Banyak pernak-perniknya hanya rekaan manusia di masa lalu. Tentu ada hal-hal yang positif di dalamnya, tetapi perlu diingat bahwa itu tidak mutlak. Jangan sampai demi hal-hal itu lalu kita jadi terbebani. Ingat bahwa yang paling senang dalam resepsi pernikahan adalah Wedding Organizer. Saya setuju bahwa yang penting sah secara agama dan sah secara hukum.
Mau menikah dengan pasangan tercinta?
Mau melakukan pernikahan dengan model acara pernikahan yang meriah?
Mau menikah kemudian memiliki anak?
Atau mungkin hanya ingin menikah saja tanpa mempunyai anak?
Mari kita lihat terlebih dahulu masalah-masalah utama dan penting yang sebaiknya dibicarakan dan disamakan visinya terlebih dahulu antara anda dengan pasangan tercinta saat masih pacaran agar bisa dicari jalan keluar atau solusinya secara besama-sama sebelum nantinya anda dan pasangan akan melangsungkan pernikahan di kemudian hari.
Setidaknya ada 7 masalah utama yang ditemui atau mungkin akan ditemui dalam hidup berkeluarga, yaitu :
Masalah yang terkait dengan urusan ranjang atau seks, masalah yang terkait dengan orangtua maupun mertua, masalah yang terkait dengan finansial atau keuangan keluarga anda bersama pasangan, masalah yang terkait dengan saudara - keluarga besar - teman - lingkungan sekitar (biasanya masalahnya berupa gosip atau obrolan yang sifatnya negatif dan bisa membuat keharmonisan pasangan dan keluarga menjadi terganggu), masalah yang terkait dengan anak, masalah yang terkait dengan pekerjaan dan masalah yang terkait dengan perselingkuhan maupun keinginan untuk melakukan poligami.
Ke-7 jenis masalah itu sebaiknya dibicarakan dan dicari mekanisme solusi atau pemecahannya saat masih dalam tahap pacaran (yang sudah berada pada tahapan akan serius atau ingin berkomitmen menuju pernikahan) agar saat sudah menikah dan berumah tangga nanti bisa (setidak-tidaknya) diselesaikan masalah yang dihadapi itu dengan cepat dan tidak mengganggu keharmonisan dalam berumah tangga nantinya.
Lalu...
Terkait dengan masalah finansial atau keuangan dalam keluarga itu yang merupakan masalah sangat esensial dalam kehidupan berumah tangga, maka kita perlu melihat juga fakta-fakta di bawah ini tentang berapa dan bagaimana kebutuhan hidup berkeluarga setelah acara pernikahan dilangsungkan sebagai pertimbangan penting bagi anda dan juga pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.
Dengan memperhatikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan juga kebutuhan sekunder yang juga tidak kalah penting untuk dipenuhi, maka idealnya bila ingin menikah dan kemudian ingin tinggal di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), maka sebaiknya penghasilan gabungan suami dan istri (bila keduanya bekerja) atau penghasilan suami saja (bila isteri tidak bekerja) itu minimal adalah 25 JUTA RUPIAH - ANGKA INI ADALAH PENGHASILAN TANPA ADANYA ANAK.
Penghasilan ini bisa berupa active income.
Bisa juga active income dengan termasuk pula passive income.
Kemudian…
Mengapa butuh dana yang sedemikian besar dalam hidup berkeluarga di Jakarta atau di Kota Besar Penyangga di Sekitaran Jakarta (seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)?
Karena uang 25 JUTA RUPIAH itu nantinya akan dipakai untuk memenuhi beragam jenis kebutuhan seperti :
#1
Dana untuk kebaikan (Zakat Mal, Sedekah, Amal) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#2
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada orangtua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Dana untuk diberikan secara bulanan kepada mertua sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#3
Dana untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang sifatnya harian, mingguan dan bulanan (makan harian, kebutuhan dapur, pakaian, pulsa, bensin motor, PLN dan lain-lain) sebesar 10 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#4
Dana untuk cicilan bulanan KPR sebesar 5 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#5
Dana untuk cicilan bulanan KKB (kendaraan berupa motor dan BUKAN mobil) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#6
Dana untuk kebutuhan keperluan tahunan (pajak kendaraan motor, PBB, liburan tahunan keluarga dan lain-lain) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#7
Dana untuk persiapan apabila ingin memiliki anak di masa depan (check up, persalinan, imunisasi dan lain-lainnya) sebesar 1 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#8
Dana untuk kebutuhan tidak terduga (PHK dadakan, rawat inap yang tidak tercover BPJS / asuransi dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
#9
Dana untuk investasi (tabungan berjangka, deposito, reksadana, emas, ORI, saham dan lain-lain) sebesar 2 JUTA RUPIAH dari penghasilan bulanan.
Jadi...
Terlihat memang angka dan alokasi penghasilan minimal sebesar 25 JUTA RUPIAH itu sangatlah NGE-PAS atau PAS-PASAN apabila ingin menikah (tapi belum memiliki anak).
Apabila penghasilannya KURANG DARI 25 JUTA RUPIAH, maka kemungkinan besar nantinya akan dirasakan memiliki problem keuangan keluarga yang sifatnya berlanjut dan bisa mengganggu cash flow rutin dari keuangan keluarga (sehingga untuk bisa menutupi defisit / kekurangan dalam cash flow keuangan keluarga ini biasanya dilakukan dengan cara berutang kepada pihak lain baik itu keluarga, teman, pinjol dan lain-lain yang mana hal ini akan memiliki dan memberikan masalah keuangan keluarga yang sifatnya berkelanjutan di kemudian hari - apalagi bila tidak pandai me-manage / mengatur utang tersebut dengan baik - termasuk cara pembayaran utang tersebut).
Tapi…
Kembali lagi…
Kita tahu kalau masing-masing orang itu punya prioritas tertentu bersama pasangannya.
Asalkan prioritas itu tidak menjadi masalah besar dalam keluarga nantinya yang bisa menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengganggu keharmonisan hingga kemudian dapat berakhir pada perceraian, maka harusnya penghasilan di DI BAWAH 25 JUTA RUPIAH itu tidak akan jadi masalah - walaupun menurut saya pribadi akan cukup sulit khususnya di jaman seperti sekarang ini dimana hampir semuanya hal atau barang itu terasa serba mahal dan sangat menguras kantong.
Dan...
Jangan pernah berpikir bahwa menikah hanya untuk melampiaskan hasrat seksual semata kepada pasangan.
Serta jangan pernah pula menikah hanya dengan modal cinta semata.
Karena…
Bila tetap ingin melangsungkan pernikahan dengan tujuan hanya untuk melampiaskan hasrat seksual dan atau hanya dengan bermodalkan cinta saja, maka kemungkinan besar akan bisa terjadi perceraian / masalah besar yang sifatnya berlanjut di dalam keluarga yang akan bisa mengganggu keharmonisan keluarga dalam jangka waktu lama.
So...
Be logic and be smart using your money sebelum anda menikah (termasuk memilih model rencana acara pernikahan yang pas dikantong anda dan pasangan - baik itu berupa pesta di gedung atau pesta rumah atau mungkin hanya nikah biasa di KUA) agar kehidupan berkeluarga anda setelah pernikahan nantinya bisa lebih terkontrol dari sisi keuangan.
Satu lagi masukan atau saran yang mungkin bermanfaat…
Apabila anda dan atau pasangan anda masih merasa sering atau mudah terpicu emosi atau main fisik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka alangkah lebih baik DITUNDA DULU UNTUK SEMENTARA rencana menikahnya.
Penundaan itu bisa dilakukan sampai anda dan atau pasangan anda bisa mengontrol emosi dan memakai logika akal sehat dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah hubungan saat pacaran dan kemudian dalam pernikahan yang akan dihadapi nantinya.
Ini karena dalam hidup berkeluarga itu akan sangat sering sekali ditemukan aneka beragam masalah yang perlu diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan cepat agar kehidupan keluarga yang harmonis bisa tetap terjaga.
Jadi apabila belum bisa mengontrol emosi dalam menghadapi masalah (apalagi tidak bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi) plus (mungkin) juga dibarengi dengan seringnya secara refleks main fisik kepada pasangan, maka yang dikhawatirkan adalah akan mudahnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bisa memicu ketidakharmonisan dalam berumah tangga nanti yang bisa berakibat pada perceraian yang akan merugikan anda dan pasangan.
Semoga informasi di atas bisa berguna.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
walaupun ada duitnya, kok susah ya bayangin harus ngeluarin uang ratusan juta buat nikah. Emang pelit aja kayanya saya hahaha
Yg penting tau ajah pelitnya untuk apa
@@mahesasinar6494 setuju, harus tau prioritas dan bijak aja ya
Kayak kenal ni wkwk 😅
@@SyahrulFahmi20 wah harusnya pakai akun alter ya mi komennya 😌🤣
asal pelitnya bukan tipe2 penny wise pound foolish aman lah harusnya
Bismillah bisa nikah Desember 2023 walaupun penghasilan dibawah UMR
Aamiin..niat baik InsyaAllah dimudahkan
Daerah mana
Saya 10 juta .nikah itu ibadah .bulan gengsi .
Karna gengsi kita perawan/bujang tua .
Jika kita pilih n gengsi bet arti kita sedang mempertaruhkan status perkawinan
Gede banget bdgt 200 juta
Mantep jual starling bisa sampe umr
Nikahnya sederhana aja, sisa duitnya buat beli tanah or rumah dan isinya dibangun bersama :) , mikirin klw pny anak nanti sekolahnya gmn...
Tergelitik sm gengsi nikah itu harus mahal
Boro Boro Mikirin Budget, Calon nya Aja Belum Keliatan, Minta Doa Nya Gays, Semoga Cepet Cepet Di Beri Calonya Wkwkw.
emang kudu dipikirin bro, setidaknya ada planning, kalo ga nanti lu sendiri yang pusing pas udh ketemu yang cocok akhirnya malah ga jadi
Aku adat jawa ga mahal. Untuk adat supaya sah kan ga butuh mahal2, alat2 sewa, paling telor diinjak, pinang dilempar, beras dikit. Bumbu dapur semua kok itu.
Agak mahal katering aja sih. Tapi karna ngundang keluarga inti n kiri kanan tetangga (ga nyebar undangan) ya termasuk murah lah. Acada seadanya. Acara kecil n sebentar itu aja dah berasa capek bgt. Ga kebayang yang pesta sampe seharian.
Ya kalo adat Jawa mah ga mahal. Coba adat Bugis atau Batak.
@@TheKaniamania ya memang ga mahal. Tapi realitanya banyak yg pengeluaranya jadi mahal. Padahal prosesi adatnya aja ga mahal, ke KUA atau pemberkatan ke gereja atau pemuka agama lain pun murmer.
Testimoni kaka kaka yg pakai pedang pora nikah budget kisaran berapa ya?
Budget berapa aja boleh, yg penting jgn minjem bank, apalagi rentenir cuma utk biaya nikah. Ga bakal diinget orang juga nikahan lu. Undangan nikah hampir tiap minggu ada, lu kira orang bakal inget kyk gmn suasana pesta nikah lu 5 tahun lagi? Kalau minjem, 5 tahun lagi yg nyisa cuma cicilannya.
Mantep
Karena keluarga mau ngundang orang yang banyak.. padahal engga pentiing wkwkwkwk
Batak hedon luur 🤭